Oleh kelompok 3
(1311B0061)
(1311B0070)
(1311B0078)
(1311B0071)
(1311B0092)
(1311B0088)
(1311B0089)
Alkoholisme.
Alkoholisme adalah penyakit primer, kronis dengan factor factor
primer, kronis dengan factor factor genetic, psikososial dan lingkungan
yang mempengaruhi perkembangan dan manifestasi. Bersifat progresif dan
fatal, dicirikan dengan gangguan pengendalian minuman keras, terpaku
dengan alcohol, paling sering terjadi penyangkalan. Mencakup jatuh atau
kecelakaan, ketidakadekuatan nutrisi, masalah masalah keluarga, termasuk
isolasi social dan masalah medis efek samping penggunaan alcohol.
B. ETIOLOGI
Factor psikologis.
Dipicu oleh tindakan mencoba mengatasi perubahan hidup yang sangat
signifikan dan stressor penyertanya (kurangnya minat untu mengganti
struktur aktivitas, berkurangnya control social, tujuan peran kerja),
hilangnya hubungan (kesepian), kesehatan yang buruk, relokasi dari
lingkungan dan rumah yang dikenal, depresi dan pengasingan, mitos,
stereotip, dan stigma.
Factor penyebab dari :
- Psikososial, seperti pengaruh harapan tentang efek alcohol,
pengalaman subjektif dari efek farmakologis alcohol, dan konteks
social.
- Budaya, terkait dalam kelompok etnis, agama, dan social yang
berbeda.
Farmakodinamika alcohol.
Bahan aktif pada minuman keras adalah etil alcohol atau etanol alcohol
termasuk dalam kelas sedatif hipnotik yang aksinya sama dalam depresi
SSP efek awalnya adalah mendepresikan sinapsi inhibisi pada otak
sehingga menyebabkan eksitasi. Manifestasi disinhibisi jiwa melayang
atau euphoria. Absorpsi dan distribusi : diabsorpsi dari lambung dan
duodenum (20% di lambung 80% di usus) memasuki aliran darah
dengan cepat didistribusikan dan mempengaruhi seluruh sel di dalam
tubuh.
C. MANIFESTASI
-
Ketergantungan psikologis
Ketergantungan karena penggunaan sendiri alcohol secara berulang
dan berlebihan untuk memperkuat efeknya. Dikonsumsi karena
pengaruh pikiran, emosional dan aktivitas seseorang sehingga sangat
D. KOMPLIKASI
Fisiologis dan psitologis:
a. Sistem saraf.
Otak lansia menjadi lebih sensitif terhadap efek samping alkohol.
Kondisi paling prevalensi adalah ensefalopati wernicke (karena
defisiensi tiamin, cirinya : konfusi mental,disorientasi, ataksia,
b.
c.
d.
e.
Faktor psikososial
-
E.
PENATALAKSANAAN.
Pencegahan primer.
Penyuluhan berkaitan dengan alkohol dan bagaimana menghadapi
stresor yang berhubungan dengan penuaan. Topik penyuluhan dapat
meliputi :
- Masalah masalah sekitar penatalaksanaan stres, berduka,
kesepian, hidup sendiri, penurunan kesehatan, fisik sejalan
dengan usia, masalah kematian dan menjelang ajal.
ASUHAN KEPERAWATAN
DIAGNOSA KEPERAWATAN
a. Perubahan proses pikir b.d perubahan fisiologis.
b. Deficit pengetahuan b.d efek penyalahgunaan alcohol dan konsekuensi
dari ketergantungan alcohol.
c. Perubahan konsep diri b.d penggunaan alcohol.
INTERVENSI
a. Perubahan proses pikir b.d perubahan fisiologis.
Kriteria hasil:
- Menunjukkan kembali daya ingat dan kemampuan brfungsi
seperti semula.
- Berkomunikasi secara efektif.
- Melaporkan hilangnya distorsi visual atau auditorium.
Intervensi :
-
KASUS
Bp. A 59 tahun datang ke RS Respati karena akhir-akhir ini Bp. A mengeluhkan
pusing. Bp.A juga mengatakan sering merasakan mual, muntah darah dan nyeri
perut, dan sudah beberapa hari BAB warna hitam. Pasien juga mengatakan
perutnya membesar dan terasa begah. Bp.A juga mengatakan sering minum jamu
tradisional dan juga suka minum alkohol. Bp.A terlihat pucat, lemas. Nafsu
makannya Bp. A menurun. Berat badan Bp.A juga menurun, yang semulanya 70
kg sekarang menjadi 65 kg. Diagnose pasien sirosis hepatica. Saat dilakukan
pengkajian :
(S : 37,50 C, RR : 24x/menit, TB : 170 cm, N : 100x/menit, TD : 100/70 mmHg,
hasil lab Hb :9,0, Albumin : 3,2).
ANALISIS DATA :
Diagnosa Keperawatan
a. Resiko gangguan nutrisi; kurang dari kebutuhan tubuh b.d intake yang
tidak adekuat anoreksia.
b. Resiko tinggi injuri (perdarahan) b.d ketidaknormalan profil darah.
INTERVENSI
N
O
Dx Keperawatan
Intervensi
1.
Ketidakseimbangan
nutrisi: kurang dari
kebutuhan tubuh b.d
faktor psikologis
Setelah dilakukan
tindakan keperawatan
selama 3x 24 jam
maka nutrisi dapat
tercukupi dengan
criteria hasil :
o Asupan nutrisi
tercukupi.
o Asupan makanan
terpenuhi.
o Asupan cairan
terpenuhi.
o Berat badan
bertambah.
2.
Setelah dilakukan
tindakan keperawatan
selama 3x 24 jam
maka Deprivasi tidur
teratasi dengan criteria
hasil :
o TD dalam batas
normal (90/60
120/80)
o Pasien tidak
mengeluh begah,
tidak mual, bab
tidak kehitaman
dalam batas
normal.
o Trombosit dalam
batas normal
o Tingkat
kepanikan
menurun.
o Gangguan tidur
teratasi.
IMPLEMENTASI
Dx Keperawatan
Ketidakseimbang
an nutrisi: kurang
dari kebutuhan
tubuh b.d faktor
psikologis
Resiko tinggi
injuri
(perdarahan) b.d
ketidaknormalan
profil darah.
Tanggal/Jam
IMPLEMENTASI
o mengkaji intake diet
o menganjurkan pasien untuk
istrahat/bedrest.
o memantau asupan nutrisi dan kalori.
o memberikan makanan sedikit dan sering
seseuai dengan diet.
o memberikan diet 1700 kkal (sesuai terapi)
dengan tinggi serat tinggi dan tinggi
karbohidrat.
o Berkolaborasi dengan ahli gizi.
o Mengkaji TTV dan gejala GI.
o Mengobservasi adanya petekie, ekimosis
dan perdarahan dari satu/lebih sumber
dan bagian lainnya.
o Mengawasi Hb dan factor pembekuan
darah.
o Memberikan obat sesuai order(vit.K,
pelunak feses)
DAFTAR PUSTAKA
1. Doenges, Marilynn. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan. Edisi 3. Jakarta
: EGC.
2. Maryam, R.Siti, Ekasari, Mia Fatma, dkk. 2008. Mengenai Usia Lanjut
dan Perawatan. Jakarta : Salemba Medika.
3. Mubarok, Iqbal Wahit, Santoso, Bambang Ad, Rozikin, Khoirul. 2006.
Buku Ajar Ilmu Keperawatan Komunitas 2. Jakarta : Sagung Seto.
4. Nugroho,Wahyudi.1999. Keperawatan Gerontik. Edisi 2. Jakarta: EGC.
5. Stanley, Mickey. 2006. Buku Ajar Keperawatan Gerontik. Edisi 2. Jakarta
: EGC.