Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

ASKEP LANSIA DENGAN PENYALAHGUNAAN


ALKOHOL
Tugas ini disusun untuk memenuhi tugas Komunitas II
yang dibimbing oleh Prima

Oleh kelompok 3

ARFI ERWINA AFITRI


DWI SANTOSO
IKKO AMBAR NOVIANA CD
DYAH AYU P
RIYAN KUKUH
MICK FEDRIK
MOCH. ARIF JANATA S.

(1311B0061)
(1311B0070)
(1311B0078)
(1311B0071)
(1311B0092)
(1311B0088)
(1311B0089)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN NERS


STIKes SURYA MITRA HUSADA KEDIRI
TAHUN 2016
A. DEFINISI

Alkoholisme.
Alkoholisme adalah penyakit primer, kronis dengan factor factor
primer, kronis dengan factor factor genetic, psikososial dan lingkungan
yang mempengaruhi perkembangan dan manifestasi. Bersifat progresif dan
fatal, dicirikan dengan gangguan pengendalian minuman keras, terpaku
dengan alcohol, paling sering terjadi penyangkalan. Mencakup jatuh atau
kecelakaan, ketidakadekuatan nutrisi, masalah masalah keluarga, termasuk
isolasi social dan masalah medis efek samping penggunaan alcohol.

B. ETIOLOGI

Factor psikologis.
Dipicu oleh tindakan mencoba mengatasi perubahan hidup yang sangat
signifikan dan stressor penyertanya (kurangnya minat untu mengganti
struktur aktivitas, berkurangnya control social, tujuan peran kerja),
hilangnya hubungan (kesepian), kesehatan yang buruk, relokasi dari
lingkungan dan rumah yang dikenal, depresi dan pengasingan, mitos,
stereotip, dan stigma.
Factor penyebab dari :
- Psikososial, seperti pengaruh harapan tentang efek alcohol,
pengalaman subjektif dari efek farmakologis alcohol, dan konteks
social.
- Budaya, terkait dalam kelompok etnis, agama, dan social yang
berbeda.
Farmakodinamika alcohol.
Bahan aktif pada minuman keras adalah etil alcohol atau etanol alcohol
termasuk dalam kelas sedatif hipnotik yang aksinya sama dalam depresi
SSP efek awalnya adalah mendepresikan sinapsi inhibisi pada otak
sehingga menyebabkan eksitasi. Manifestasi disinhibisi jiwa melayang
atau euphoria. Absorpsi dan distribusi : diabsorpsi dari lambung dan
duodenum (20% di lambung 80% di usus) memasuki aliran darah
dengan cepat didistribusikan dan mempengaruhi seluruh sel di dalam
tubuh.

C. MANIFESTASI
-

Ketergantungan psikologis
Ketergantungan karena penggunaan sendiri alcohol secara berulang
dan berlebihan untuk memperkuat efeknya. Dikonsumsi karena
pengaruh pikiran, emosional dan aktivitas seseorang sehingga sangat

sulit untik menghentikannya.


Ketergantungan fisik
Keadaan adaptasi fisiologis terhadap obat, biasanya setelah terjadi
toleransi, yang menyebabkan serangkaian karakteristik gejala putus
obat (sindrom abstinensia). Putus obat pada alcohol dapat dipandang
sebagai keadaan hiperekstabilitas yang mewakili fenomena pantilan

pada SSP yang terdepresi secara kronis.


Tanda dan gejala putus alcohol:
a. ansietas.
b. anoreksia.
c. insomnia.
d. tremor.
e. iritabilitas.
f. goncangan internal, contohnya : takikardi (120 140 x/mnt)
menandakan derilium tremens (merupakan gejala putus obat yang
paling parah).
- derilium halusinasi, konfusi, disorientasi.
- tremens peningkatan aktifitas saraf otonom tremor,agitasi,
takikardi,demam,kejang.

D. KOMPLIKASI
Fisiologis dan psitologis:
a. Sistem saraf.
Otak lansia menjadi lebih sensitif terhadap efek samping alkohol.
Kondisi paling prevalensi adalah ensefalopati wernicke (karena
defisiensi tiamin, cirinya : konfusi mental,disorientasi, ataksia,

b.

c.

d.
e.

abnormalitas okular). Psikosis korsakoff (karena masalah SSP pada


ingesti alkohol kronis, cirinya kerusakan memori yang parah disertai
konfabulasi, disorientasi, disorientasi intelektual secara umum).
Sistem gastrointestinal.
Berkurangnya sekresi mukus pada lansia menambah efek iritasi dari
alkohol pada jarinagn mukosa resiko terjadinya cedera lambung.
Konsumsi alkohol jangka panjang mempengaruhi absorpsi,
penggunaan dan penyimpanan nutrisi yang diingestimenyebabkan
terjadinya defisiensi nutrisi. Alkohol mempengaruhi gerakan peristaltik
normalgejala defekasi yang tidak teratur, perdarahan gastrointestinal
atau ulkus peptikum. Berkurangnya metabolisme etanol menyebabkan
hipoglikemia, hiperlipidemia,ketosis, asidosis, hiperurisemia.
Sirosis alkohol.
Pankreas akut/kronik yang dicikan dengan nyeri abdomen yang parah.
Kanker mulut, faring, esofagus, hati.
Sistem kardiovaskuler.
Kardiomiopati alkoholik dan penyakit jantung.
Hipertensi.
Karena efek merugikan dari etanol pada hematopoisisabnormalitas
sel darah merah, sel darah putih, dan trombosit anemia dan
gangguan mekanisme pembekuan darah.

Faktor psikososial
-

E.

Senior squalor syndrom (kejorokan dan kelalaian diri tanpa


dimensia atau penyakit kronis lainnya).
Sempoyongan (sakit kepala pada saat bangun tidur setelah
minum minuman keras yang terlalu banyak) juga pingsan.
Ketergantungan psikologis.
Masalah masalah kesehatan.
Kecelakaan, masalah keuangan terkait alkohol.
Masalah dengan pasangan atau kerabat.
Masalah dengan teman atau tetangga.

PENATALAKSANAAN.
Pencegahan primer.
Penyuluhan berkaitan dengan alkohol dan bagaimana menghadapi
stresor yang berhubungan dengan penuaan. Topik penyuluhan dapat
meliputi :
- Masalah masalah sekitar penatalaksanaan stres, berduka,
kesepian, hidup sendiri, penurunan kesehatan, fisik sejalan
dengan usia, masalah kematian dan menjelang ajal.

Penggunaan alkohol berlebih dapat menyebabkan inkoordinasi,


jatuh dan fraktur,
- Sifat dan efek samping penggunaan alkohol.
Pencegahan sekunder.
Meliputi pengurangan prevalensi penyalahgunaan atau ketergantungan
alkohol melalui pertemuan kasus secara dini, serta pengobatan segera
dan efektif.
Pencegahan tersier.
Ditujukan pada penurunan keparahan konsekuensi alkohol dan
disabilitas yang berhubungan dengan penyalahgunaan alkohol. Tujuan
umun rehabilitasi adalah membantu seseorang memperoleh gaya hidup
bebas alkohol, menggunakan metode koping dan pemulihan yang
tepat, dan berpartisipasi dalam program pasca perawatan, dengan
tujuan memperbaiki kualitas hidup.

ASUHAN KEPERAWATAN

A. PENGKAJIAN RIWAYAT KESEHATAN.


o Identitas Atau Data Biografi Klien
Seperti : nama, TTL, pendidikan terakhir, golongan darah, agama,
status perkawinan, TB/BB, penampilan umum, cirri
cirri tubuh, jenis kelamin, alamat, telpon, orang yang

paling dekat dihubungi, hubungan orang tersebut dengan


lansia, alamat dan jenis kelamin orang tersebut.
Riwayat Keluarga.
- Pasangan : hidup/mati, kesehatan, umur, pekerjaan, alamat,
sebab kematian, tahun meninggal.
- Anak : hidup/mati, nama, alamat, kematian, tahun meninggal,
penyebab kematian.
Riwayat Pekerjaan
Status pekerjaan saat ini, pekerjaan sebelumnya,sumber
sumber pendapatan dan kecukupan terhadap kebutuhan, alamat
pekerjaan, jarak tempat kerja dari rumah, alat transpotasi.
Riwayat Lingkungan Hidup.
Type tempat tinggal/panti, jumlah kamar, jumlah tingkat,
jumlah orang yang tinggal di rumah/panti, kebersihan dari
penataan kamar, derajat privasi, tetangga terdekat, alamat,
telepon, kondisi rumah/panti.
Riwayat Rekreasi.
Hobby/minat, keanggotaan organisasi, liburan perjalanan,
perasaan pasien dengan kegiatan dipanti, kegiatan di panti.
Kebiasaan Ritual.
Agama, istirahat tidur, kebiasaan beribadah, kepercayaan,
ritual makan.
Status Kesehatan Saat ini.
Status kesehatan selam 1-5 tahun yang lalu, keluhan kesehatan
utama (PQRST), pengetahuan/pemahaman dan penatalaksanaan
masalah kesehatan, derajat keseluruhan fungsi relative terhadap
masalah kesehatan dan diagnose medis, alasan masuk panti:
- Obat- obatan : nama dan dosis obat, waktu dan cara
penggunaan, dokter yang memberi, tanggal resep dan
masalah karena obat obatan.
- Status imunisasi : tanggal terbaru imunisasi tetanus, difteria,
PPD, influenza dll.
- Alergi : obat, makanan, kontang substansi, factor lingkungan.
- Penyakit yang diderita, nutrisi : diet 24 jam, riwayat
peningkatan dan penurunan BB, masalah dalam pemenuhan
nutrisi, biasaan.
Status Kesehatan Masa Lalu.
Penyakit serius/kronik, taruam, prawatan di RS(alasan masuk,
tanggal, tempat, lamanya, dokter, perawat), operasi (jenis, tempat,
alasan, dokter, hasil, perawat), riwayat obstetric.
ADL.
Mengukur kemampuan lansia untuk melakukan aktifitas sendiri
secara mandiri. Penentuan kemandirian fungsional dapat
mengindentifikasi
kemampuan
dan
keterbatasan
klien,

menimbulkan pemilihan intervensi yang tepat. Kemandirian pada


aktifitas sehari hari dapat diukur dengan menggunakan INDEKS
KATZ. Indeks kemandirian pada aktifitas sehari hari berdasarkan
pada evaluasi fungsi mandiri atau tergantung dari klien dalam
mandi, berpakaian, pergi ke kamar mandi, berpindah, kontinen dan
makan.
B. TINJAUAN SISTEM.
Keadaan umum.
Kelelahan, perubahan BB setahun lalu, perubahan nafsu makan,
demam, keringat malam, kesulitan tidur, seing pilek dan infeksi,
penilaian diri terhadap seluruh status kesehatan, kemampuan
melukan ADL, tingkat kesadaran.
Pemeriksaan B1 B6.
- System immune: kerentangan dan seringnya terkena penyakit,
riwayat imunisasi.
- System gastrointestinal : disfagia, tidak dapat mencerna, nyeri
ulu hati, pembesaran hepar, mual muntah, hematemesis,
perubahan nafsu makan, intoleransi makan, ulkus, nyeri, ikterik,
benjolan, perubahan kebiasaan defekasi, diare, konstipasi,
melena, hemoroid, perdarahan rectum, pola defekasi biasanya.
- sistem persyarafan : sakit kepala, kejang, sinkope, paralysis,
paresis, masalah koordinasi, tic/tremor/spasme, parestesia,cedera
kepala, masalah memori.
Psikososial.
Cemas, depresi, insomnia, menangis, gugup, takut,masalah dalam
mengambil keputusan, kesulitan berkonsentrasi, pernyataan
perasaan umum mengenai keputusan/frustasi mekanisme koping
yang biasa, stress saat ini, masalah tentang kematian dan
kehilangan, dampak penampilan ADL.
Status Kognitif Afektif/Sosial.
Menggunakan Short Portable Mental Status Questioner (SPMSQ)
untuk mendeteksi adanya dan tingkatt kerusakan intelektual, terdiri
dari 10 yang mengetes orientasi, memori dalam hubungan dengan
kemampuan perawatan diri, memori jauh, kemampuan matematis.

DIAGNOSA KEPERAWATAN
a. Perubahan proses pikir b.d perubahan fisiologis.
b. Deficit pengetahuan b.d efek penyalahgunaan alcohol dan konsekuensi
dari ketergantungan alcohol.
c. Perubahan konsep diri b.d penggunaan alcohol.

INTERVENSI
a. Perubahan proses pikir b.d perubahan fisiologis.
Kriteria hasil:
- Menunjukkan kembali daya ingat dan kemampuan brfungsi
seperti semula.
- Berkomunikasi secara efektif.
- Melaporkan hilangnya distorsi visual atau auditorium.
Intervensi :
-

Lakukan observasi secara ketat : jangan meninggalkan tanpa


pengawasan, pindahkan barang barang dari lingkungan dimana
pasien dapat menggunakannya untuk melukai diri sendiri dan
atau orang lain.
R/ alcohol dapat mengubah pikiran,merupakan suatu anastesi,
dan pasien dapat melukai diri sendiri dengan keinginan untuk
melompat keluar jendela dsb. Demi keamana dan
perlindungan, pindahkan bemda yang dapat melukai diri
sendiri dan orang lain.
Antisipasi berbagai bentuk tingkah laku yang tidak dapat
diperkirakan dan berhati hati untuk hal yang tidak terduka.
R/ penggunaan alcohol dapat mengarah pada pikiran yang
aneh/respon yang tidak terduka.
Beritahu pasien bahwa pikiran dan perasaan yang sekarang
merupakan hasil sari penggunaan alcohol.
R/ informasi ini mungkin berguna untuk pasien yang dapat
menerimanya, namun dapat menyebabkan agitasi.
Izinkan pasien untuk tidur kapanpun bila memungkinkan.
R/ tidur dapat memberikan waktu bagi alcohol untuk keluar dari
sistem.
Catat perubahan wicara, rujik pada hilangnya kemampuan wicara
sementara.
R/ mutisme dan kekacauan mental dapat terjadi dan informasi
mingkin menjamin pasien bahwa masalah yang timbul adalah
akibat obat obatan dan hal ini dapat meningkat sejalan
dengan waktu.
Antisipasi kebutuhan pasien dan sediakan lebih banyak waktu
bagi pasien memberikan tanggapan atas pertanyaan dan atau
komentar yang diperlukan.
R/ dapat mengurangi kebutuhan untuk berkomunikasi pada saat
timbulnya keinginan/gangguan daya ingat. Waktu yang
adekuat akan memberikan ekspresi penuh.

KASUS
Bp. A 59 tahun datang ke RS Respati karena akhir-akhir ini Bp. A mengeluhkan
pusing. Bp.A juga mengatakan sering merasakan mual, muntah darah dan nyeri
perut, dan sudah beberapa hari BAB warna hitam. Pasien juga mengatakan
perutnya membesar dan terasa begah. Bp.A juga mengatakan sering minum jamu
tradisional dan juga suka minum alkohol. Bp.A terlihat pucat, lemas. Nafsu
makannya Bp. A menurun. Berat badan Bp.A juga menurun, yang semulanya 70
kg sekarang menjadi 65 kg. Diagnose pasien sirosis hepatica. Saat dilakukan
pengkajian :
(S : 37,50 C, RR : 24x/menit, TB : 170 cm, N : 100x/menit, TD : 100/70 mmHg,
hasil lab Hb :9,0, Albumin : 3,2).

ANALISIS DATA :

DATA SUBJEKTIF : - pasien mengatakan pusing.


Pasien mengatakan sering merasakan mual,
muntah darah dan nyeri perut.
- Pasien mengatakan beberapa hari BAB warna
hitam.
- Pasien mengatakan perutnya membesar dan terasa
begah.
- Pasien mengatakan sering minum jamu
tradisional dan minum alcohol.
DATA OBJEKTIF : - pasien terlihat pucat dan lemas.
Nafsu makan pasien menurun.
- BB 70 kg menjadi 65 kg.
S : 37,50 C, RR : 24x/menit, TB : 170 cm, N :
100x/menit, TD : 100/70 mmHg, hasil lab Hb :9,0,
Albumin : 3,2, trombosit 70.000/dl, PT: 18, Hb: 9,2
gr/dl.

Diagnosa Keperawatan
a. Resiko gangguan nutrisi; kurang dari kebutuhan tubuh b.d intake yang
tidak adekuat anoreksia.
b. Resiko tinggi injuri (perdarahan) b.d ketidaknormalan profil darah.

INTERVENSI
N
O

Dx Keperawatan

Tujuan Dan Kriteria


Hasil

Intervensi

1.

Ketidakseimbangan
nutrisi: kurang dari
kebutuhan tubuh b.d
faktor psikologis

Setelah dilakukan
tindakan keperawatan
selama 3x 24 jam
maka nutrisi dapat
tercukupi dengan
criteria hasil :
o Asupan nutrisi
tercukupi.
o Asupan makanan
terpenuhi.
o Asupan cairan
terpenuhi.
o Berat badan
bertambah.

o Kaji intake diet


o Anjurkan pasien untuk
istrahat/bedrest.
o Pantau asupan nutrisi dan
kalori.
o Berikan makanan sedikit
dan sering seseuai dengan
diet.
o Berikan diet 1700 kkal
(sesuai terapi) dengan
tinggi serat tinggi dan
tinggi karbohidrat.
o Kolaborasi dengan ahli
gizi.

2.

Resiko tinggi injuri


(perdarahan) b.d
ketidaknormalan
profil darah.

Setelah dilakukan
tindakan keperawatan
selama 3x 24 jam
maka Deprivasi tidur
teratasi dengan criteria
hasil :
o TD dalam batas
normal (90/60
120/80)
o Pasien tidak
mengeluh begah,
tidak mual, bab
tidak kehitaman
dalam batas
normal.
o Trombosit dalam
batas normal

o Kaji TTV dan gejala GI.


o Observasi adanya
petekie, ekimosis dan
perdarahan dari
satu/lebih sumber dan
bagian lainnya.
o Awasi Hb dan factor
pembekuan darah.
o Beriakn obat sesuai
order(vit.K, pelunak
feses)

o Tingkat
kepanikan
menurun.
o Gangguan tidur
teratasi.

IMPLEMENTASI
Dx Keperawatan
Ketidakseimbang
an nutrisi: kurang
dari kebutuhan
tubuh b.d faktor
psikologis

Resiko tinggi
injuri
(perdarahan) b.d
ketidaknormalan
profil darah.

Tanggal/Jam

IMPLEMENTASI
o mengkaji intake diet
o menganjurkan pasien untuk
istrahat/bedrest.
o memantau asupan nutrisi dan kalori.
o memberikan makanan sedikit dan sering
seseuai dengan diet.
o memberikan diet 1700 kkal (sesuai terapi)
dengan tinggi serat tinggi dan tinggi
karbohidrat.
o Berkolaborasi dengan ahli gizi.
o Mengkaji TTV dan gejala GI.
o Mengobservasi adanya petekie, ekimosis
dan perdarahan dari satu/lebih sumber
dan bagian lainnya.
o Mengawasi Hb dan factor pembekuan
darah.
o Memberikan obat sesuai order(vit.K,
pelunak feses)

DAFTAR PUSTAKA
1. Doenges, Marilynn. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan. Edisi 3. Jakarta
: EGC.
2. Maryam, R.Siti, Ekasari, Mia Fatma, dkk. 2008. Mengenai Usia Lanjut
dan Perawatan. Jakarta : Salemba Medika.
3. Mubarok, Iqbal Wahit, Santoso, Bambang Ad, Rozikin, Khoirul. 2006.
Buku Ajar Ilmu Keperawatan Komunitas 2. Jakarta : Sagung Seto.
4. Nugroho,Wahyudi.1999. Keperawatan Gerontik. Edisi 2. Jakarta: EGC.
5. Stanley, Mickey. 2006. Buku Ajar Keperawatan Gerontik. Edisi 2. Jakarta
: EGC.

Anda mungkin juga menyukai