Anda di halaman 1dari 12

ASUHAN KEPERAWATAN

KOMUNITAS DENGAN MASALAH KESEHATAN POPULASI


PENYAKIT INFEKSI

DISUSUN OLEH :

LILIK ANAWATI NINGSIH

1020183136

PROGRAM STUDI S1 ILMU KEPERAWATAN


UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH KUDUS
TAHUN PELAJARAN 2020/2021
A. DEFINISI
Dalam medis penyakit menular atau penyakit infeksi adalah sebuah penyakit
yang disebabkan oleh sebuah agen biologi (seperti virus, bakteria atau parasit, bukan
disebabkan faktor fisik (seperti luka bakar atau kimia seperti keracunan. Penyakit
menular merupakan penyakit yang ikut bertanggung jawab terhadap tingginya angka
kematian di dunia. Penyakit menular adalah penyakit yang disebabkan mikroorganisme,
baik bakteri, virus, maupun jamur, yang bisa ditularkan dari satu orang penderita kepada
orang sehat hingga menyebabkan sakit seperti sumber penularan.
Penyakit infeksi adalah masalah kesehatan yang disebabkan oleh organisme
seperti virus, bakteri, jamur, dan parasit. Meski beberapa jenis organisme terdapat di
tubuh dan tergolong tidak berbahaya, pada kondisi tertentu, organisme-organisme
tersebut dapat menyerang dan menimbulkan gangguan kesehatan, yang bahkan
berpotensi menyebabkan kematian.
Salah satu penyakit infeksi adalah sifilis, Sifilis merupakan infeksi menular
seksual yang disebabkan oleh spiroseta Treponema pallidum, bersifat kronis, dan dapat
mengenai hampir seluruh struktur tubuh. Sifilis ditularkan melalui kontak seksual atau
luka pada kulit dari lesi infeksius, inutero dari ibu ke anak, dan melalui transfusi darah
Sifilis adalah salah satu penyakit menular seksual.Penyakit tersebut ditularkan
melalui hubungan seksual, penyakit ini bersifat Laten atau dapat kambuh lagi
sewaktuwaktu selain itu bisa bersifat akut dan kronis.Penyakit ini dapat cepat diobati
bila sudah dapat dideteksi sejak dini.Kuman yang dapat menyebabkan penyakit sifilis
dapat memasuki tubuh dengan menembus selaput lendir yang normal dan mampu
menembus plasenta sehingga dapat menginfeksi janin.( Soedarto, 2010 ).
Penyakit sifilis atau yang dikenal dalam istilah indonesia disebut raja singa,
penyakit ini tidak dapat diabaikan karena merupakan penyakit yang berat. Hampir semua
alat tubuh dapat diserang, termasuk sistem kardiovaskuler dan saraf. Selain itu wanita
hamil yang menderita sifilis dapat menularkan penyakitnya ke janin sehingga
menyebabkan sifilis konginetal yang dapat menyebabkan kelainan bawaan dan kematian

Jadi, Penyakit infeksi adalah penyakit yang disebabkan oleh agen biologi seperti
bakteri, jamur, virus, dan salah satu penyakit infeksi adalah sifilis dimana sifilis di
Indonesia disebut raja singa. Sifilis adalah penyakit infeksi seksual yang disebabkan
oleh spiroseta treponema pallidum.

B. ETIOLOGI
Infekai bisa disebabkan oleh bakerti, virus, parasit, serta jamur.
Berikut adalah cara bagaimana seseorang bisa terinfeksi :
1. Kontak langsung
Salah satunya cara termudah untuk terkena infeksi adalah kontak fisik secara
langsung dengan orang atau hewan yg juga terinfeksi. Biasanya penularan dengan
kontak fisik terjadi melalui cara cara berikut: bersalaman, bersentuhan, menghirup
droplet( percika air liur), dicakara hewan. Melalui proses persalinan.
2. Kontak tidak langsung
Selain secara langsung, Anda juga bisa tertular penyakit infeksi melalui kontak
tidak langsung. Misalnya, menyentuh benda mati, seperti gagang pintu atau
permukaan meja yang terkontaminasi.
3. Gigitan serangga
Gigitan serangga, seperti nyamuk, lalat, atau kutu, juga bisa menyebabkan
penyakit infeksi. Beberapa jenis serangga dapat menjadi vektor, alias pembawa
mikroorganisme dari manusia lain yang mengidap penyakit.
4. Makanan yang terkontaminasi
penyakit infeksi bisa menular dari makanan atau air yang terkontaminasi bakteri,
virus, jamur, atau parasit. Salah satu jenis bakteri yang paling sering ditularkan dari
makanan adalah Escherichia coli, yang banyak ditemukan di daging kurang matang
Penyebab penyakit infeksi sifilis ditemukan oleh SCHAUDINN dan HOFMAN
ialah Treponema palidum yang termasuk ordo Spirochaetaceae dan genus
Treponema bentuknya spiral panjang antara 6-15 um dan lebar 0,15 um terdiri atas 8-24
lekukan. Gerakannya berupa rotasi sepanjang aksis dan maju seperti gerakan
pembuka botol membiak secara pembelahan melintang, pada stadium aktif terjadi setiap
30 jam. Pembiakan pada umumnya tidak dapat dilakukan diluar badan. Diluar badan
kuman tersebut mudah mati sedangkan dalam darah untuk transfusi dapat hidup sampai
72 jam
C. MANIFESTASI KLINIS

Gejala biasanya mulai timbul dalam waktu 1-13 minggu setelah terinfeksi; rata-
rata 3-4 minggu. Infeksi bisa menetap selama bertahun-tahun dan jarang menyebabkan
kerusakan jantung, kerusakan otak maupun kematian. Infeksi oleh Treponema pallidum
berkembang melalui 4 tahapan :
1. Fase Primer.
Terbentuk luka atau ulkus yang tidak nyeri (cangker) pada tempat yang terinfeksi; yang
tersering adalah pada penis, vulva atau vagina. Cangker juga bisa ditemukan di anus,
rektum, bibir, lidah, tenggorokan, leher rahim, jari-jari tangan atau bagian tubuh lainnya.
Biasanya penderita hanya memiliki 1 ulkus, tetapi kadang-kadang terbentuk beberapa
ulkus. Cangker berawal sebagai suatu daerah penonjolan kecil yang dengan segera akan
berubah menjadi suatu ulkus (luka terbuka), tanpa disertai nyeri. Luka tersebut tidak
mengeluarkan darah, tetapi jika digaruk akan mengeluarkan cairan jernih yang sangat
menular. Kelenjar getah bening terdekat biasanya akan membesar, juga tanpa disertai
nyeri. Luka tersebut hanya menyebabkan sedikit gejala sehingga seringkali tidak
dihiraukan. Luka biasanya membaik dalam waktu 3-12 minggu dan sesudahnya penderita
tampak sehat secara keseluruhan.
2. Fase Sekunder.
Fase sekunder biasanya dimulai dengan suatu ruam kulit, yang muncul dalam waktu 6-
12 minggu setelah terinfeksi. Ruam ini bisa berlangsung hanya sebentar atau selama
beberapa bulan. Meskipun tidak diobati, ruam ini akan menghilang. Tetapi beberapa
minggu atau bulan kemudian akan muncul ruam yang baru.
Pada fase sekunder sering ditemukan luka di mulut. Sekitar 50% penderita memiliki
pembesaran kelenjar getah bening di seluruh tubuhnya dan sekitar 10% menderita
peradangan mata. Peradangan mata biasanya tidak menimbulkan gejala, tetapi kadang
terjadi pembengkakan saraf mata sehingga penglihatan menjadi kabur. Sekitar 10%
penderita mengalami peradangan pada tulang dan sendi yang disertai nyeri. Peradangan
ginjal bisa menyebabkan bocornya protein ke dalam air kemih. Peradangan hati bisa
menyebabkan sakit kuning (jaundice). Sejumlah kecil penderita mengalami peradangan
pada selaput otak (meningitis sifilitik akut), yang menyebabkan sakit kepala, kaku kuduk
dan ketulian.
Di daerah perbatasan kulit dan selaput lendir serta di daerah kulit yang lembab, bisa
terbentuk daerah yang menonjol (kondiloma lata). Daerah ini sangat infeksius (menular)
dan bisa kembali mendatar serta berubah menjadi pink kusam atau abu-abu. Rambut
mengalami kerontokan dengan pola tertentu, sehingga pada kulit kepala tampak gambaran
seperti digigit ngengat. Gejala lainnya adalah merasa tidak enak badan (malaise),
kehilangan nafsu makan, mual, lelah, demam dan anemia.
3. Fase Laten.
Setelah penderita sembuh dari fase sekunder, penyakit akan memasuki fase laten
dimana tidak nampak gejala sama sekali. Fase ini bisa berlangsung bertahun-tahun atau
berpuluh-puluh tahun atau bahkan sepanjang hidup penderita. Pada awal fase laten kadang
luka yang infeksi kembali muncul .
4. Fase Tersier.
Pada fase tersier penderita tidak lagi menularkan penyakitnya. Gejala bervariasi mulai
ringan sampai sangat parah. Gejala ini terbagi menjadi 3 kelompok utama :

1) Sifilis tersier jinak.


Pada saat ini jarang ditemukan. Benjolan yang disebut gumma muncul di berbagai organ;
tumbuhnya perlahan, menyembuh secara bertahap dan meninggalkan jaringan parut.
Benjolan ini bisa ditemukan di hampir semua bagian tubuh, tetapi yang paling sering
adalah pada kaki dibawah lutut, batang tubuh bagian atas, wajah dan kulit kepala. Tulang
juga bisa terkena, menyebabkan nyeri menusuk yang sangat dalam yang biasanya semakin
memburuk di malam hari.

2) Sifilis kardiovaskuler.
Biasanya muncul 10-25 tahun setelah infeksi awal. Bisa terjadi aneurisma aorta atau
kebocoran katup aorta. Hal ini bisa menyebabkan nyeri dada, gagal jantung atau kematian.

3) Neurosifilis.
Sifilis pada sistem saraf terjadi pada sekitar 5% penderita yang tidak diobati. 3 jenis utama
dari neurosifilis adalah neurosifilis meningovaskuler, neurosifilis paretik dan neurosifilis
tabetik.
a. Neurosifilis meningovaskuler.
Merupakan suatu bentuk meningitis kronis. Gejala yang terjadi tergantung kepada
bagian yang terkena, apakah otak saja atau otak dengan medulla spinalis: Jika hanya otak
yang terkena akan timbul sakit kepala, pusing, konsentrasi yang buruk, kelelahan dan
kurang tenaga, sulit tidur, kaku kuduk, pandangan kabur, kelainan mental, kejang,
pembengkakan saraf mata (papiledema), kelainan pupil, gangguan berbicara (afasia) dan
kelumpuhan anggota gerak pada separuh badan.
Jika menyerang otak dan medulla spinalis gejala berupa kesulitan dalam mengunyah,
menelan dan berbicara; kelemahan dan penciutan otot bahu dan lengan; kelumpuhan
disertai kejang otot (paralisa spastis); ketidakmampuan untuk mengosongkan kandung
kemih dan peradangan sebagian dari medulla spinalis yang menyebabkan hilangnya
pengendalian terhadap kandung kemih serta kelumpuhan mendadak yang terjadi ketika
otot dalam keadaan kendur (paralisa flasid).
b. Neurosifilis paretik.
Juga disebut kelumpuhan menyeluruh pada orang gila. Berawal secara bertahap sebagai
perubahan perilaku pada usia 40-50 tahun. Secara perlahan mereka mulai mengalami
demensia. Gejalanya berupa kejang, kesulitan dalam berbicara, kelumpuhan separuh
badan yang bersifat sementara, mudah tersinggung, kesulitan dalam berkonsentrasi,
kehilangan ingatan, sakit kepala, sulit tidur, lelah, letargi, kemunduran dalam kebersihan
diri dan kebiasaan berpakaian, perubahan suasana hati, lemah dan kurang tenaga, depresi,
khayalan akan kebesaran dan penurunan persepsi.
c. Neurosifilis tabetik.
Disebut juga tabes dorsalis. Merupakan suatu penyakit medulla spinalis yang progresif,
yang timbul secara bertahap. Gejala awalnya berupa nyeri menusuk yang sangat hebat
pada tungkai yang hilang-timbul secara tidak teratur. Penderita berjalan dengan goyah,
terutama dalam keadaan gelap dan berjalan dengan kedua tungkai yang terpisah jauh,
kadang sambil mengentakkan kakinya. Penderita tidak dapat merasa ketika kandung
kemihnya penuh sehingga pengendalian terhadap kandung kemih hilang dan sering
mengalami infeksi saluran kemih.
Bisa terjadi impotensi. Bibir, lidah, tangan dan seluruh tubuh penderita
gemetaran. Tulisan tangannya miring dan tidak terbaca. Sebagian besar penderita
berperawakan kurus dengan wajah yang memelas. Mereka mengalami kejang disertai
nyeri di berbagai bagian tubuh, terutama lambung. Kejang lambung bisa menyebabkan
muntah. Kejang yang sama juga terjadi pada rektum, kandung kemih dan pita suara. Rasa
di kaki penderita berkurang, sehingga bisa terbentuk luka di telapak kakinya. Luka ini bisa
menembus sangat dalam dan pada akhirnya sampai ke tulang di bawahnya. Karena rasa
nyeri sudah hilang, maka sendi penderita bisa mengalami cedera.

Gejala sifilis kongenital (kelainan kongenital dini)


a) Kelainan kongenital dini
 Makulopapular pada kulit
 Retinitis
 Terdapat tonjolan kecil pada mukosa
 Hepatosplenomegali
 Ikterus
 Limfadenopati
 Osteokondrosis
 Kordioretinitis
 Kelainan pada iris mata

b) Kelainan kongenital terlambat (lanjut)


 Gigi hutchinnson
 Gambaran mulberry pada gigi molar
 Keratitis intertinal
 Retaldasi mental
 Hidrosefalus
D. PATHOFISIOLOGI

Bakteri Treponema masuk ke dalam tubuh manusia mengalami kontak,


organisme dengan cepat menembus selaput lendir normal atau suatu lesi kulit kecil
dalam beberapa jam. Kuman akan memasuki limfatik dan darah dengan memberikan
manifestasi infeksi sistemik. Pada tahap sekunder, SSP merupakan target awal infeksi,
pada pemeriksaan menunjukkan bahwa lebih dari 30 % dari pasien memiliki temuan
abnormal dalam cairan cerebrospinal (CSF). Selama 5-10 tahun pertama setelah
terjadinya infeksi primer tidak diobati, penyakit ini akan menginvasi meninges dan
pembuluh darah, sehingga dapat mengakibatkan neurosifilis meningovaskuler.

Kemudian parenkim otak dan sumsum tulang belakang mengalami kerusakan


sehingga terjadi kondisi parenchymatousneurosifilis. Terlepas dari tahap penyakit dan
lokasi lesi, hispatologi dari sifilis menunjukkan tanda- tanda endotelialarteritis.
Endotelialarteritis disebabkan oleh pengikatan spirochaeta dengan sel endotel yang
dapat sembuh dengan jaringan parut.

Perjalanan penyakit ini cenderung kronis dan bersifat sistemik. Hampir semua
alat tubuh dapat diserang, termasuk sistem kardiovaskuler dan saraf. Selain itu wanita
hamil yang menderita sifilis dapat menularkan penyakitnya ke janin sehingga
menyebabkan sifilis kongenital yang dapat menyababkan kelainan bawaan atau bahkan
kematian. Jika cepat terdeteksi dan diobati, sifilis dapat disembuhkan dengan antibiotika.
Tetapi jika tidak diobati, sifilis dapat berkembang ke fase selanjutnya dan meluas ke
bagian tubuh lain di luar alat kelamin.
E. PATHWAY
sex beresiko tinggi, hygiene rendah, orang tua sifilis, kontak langsung

sifilis

limfatik, mukosa, plasenta

infeksi primer

palpula jadi ulkus bersih, tidak nyeri, dan menonjol

Kerusakan ulserasi soliter dan keras yang tidak nyeri


intregitas kulit

diobati pengungkapan tidak mengetahui penyakit


& penanganan, informasi tidak adekuat
sembuh
Kurangnya
infeksi sekunder pengetahuan

nyeri kepala kenaikan suhu tubuh

nyeri hipertermi
F. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Nyeri akut berhubungan dengan infeksi sekunder
2. Hipertermi berhubunan dengan proses infeksi sekunder
3. Kerusakan intregitas kulit berhubungan dengan ulserasi soliter
4. Kurang pengetahuan berhubungan dengan ketidakmampuan mengenal

G. NURSING CARE PLAN

NO DIAGNOSA Tujuan & Kriteria Hasil Intervensi

1. Nyeri akut Setelah dilakukan


berhubungan dengan tindakan keperawatan 2x 1) Kaji TTV
infeksi sekunder 24 jam diharapkan nyeri 2) Kaji keluhan lokasi,
berkurang/ hilang dengan intensitas, frekuensi dan
kriteria hasil: waktu terjadinya nyeri
3) Dorong ekspresi, perasaan
 Pasien tidak tentang nyeri
mengeluh nyeri 4) Ajarkan tehnik relaksasi
 Skala nyeri 0-4 5) Jelaskan dan bantu pasien
 Pasien tidak dengan tindakan pereda
gelisah nyeri nonfarmakologi dan
non infasif
6) Kolaborasi dengan dokter
pemberian analgesic
sesuai indikasi
2. Hipertermi Setelah dilakukan
berhubunan dengan tindakan keperawatan 1) Pantau suhu pasien
proses infeksi selama 2×24 jam dengan 2) Berikan kompres hangat
kriteria hasil : 3) Anjurkan pasien untuk
sekunder banyak minum
Suhu tubuh 4) Anjurkan pasien untuk
normal (36,5-37,2 menggunakan pakaian
drajat celcius) yang tipis dan mudah
Akral teraba menyerap keringat
hangat, tidak 5) Kolaborasi dalam
kemerahan pemberian cairan
Turgor kulit elastic intravena
Mukosa 6) Kolaborasi dengan tim
bibir lembab medis dalam pemberian
antipiretik
3. Kerusakan intregitas Setelah dilakukan
kulit berhubungan tindakan keperawatan 1) Kaji kerusakan kulit yang
dengan ulserasi selama 2 x 24jam dengan terjadi pada klien
soliter kriteria hasil : 2) Catat ukuran atau warna,
 Pertumbuhan kedalaman luka dan
jaringan kondisi sekitar luka
meningkat 3) Lakukan perawatan luka
 Keadaan dengan tehnik steril
luka 4) Bersihkan area perianal
membaik dengan membersihan
 Luka menutup feses dengan air mengalir
 Mencapai 5) Kolaborasi dengan tim
penyembuhan medis dalam pemberian
luka tepat waktu obat antibiotikatopikal
4. Kurang pengetahuan Setelah dilakukan
berhubungan dengan tindakan keperawatan 1) Kaji tingkat pengetahuan
ketidakmampuan selama 2x24 jam pasien
mengenal diharapka 2) Lakukan komunikasi dua
n terpenuhinya arah untuk menggali
pengetahuan pasien informasi tentang persepsi
tentang kodisi penyakit, diri dan manajemen
dengan criteria hasil: koping pasien
3) Lakukan simulasi
Mengungkapkan
personal hygine dan
pengertian tentang
perawatan luka pada area
proses penyakit
yang terjadi efloforasi
pencegahan,
terutama ulkus
perawatan
4) Beri informasi
tindakan yang
pasien/orang terdekat
dibutuhkan dengan
tentang perawatan pasien
kemungkinan
di rumah sakit dan
komplikasi
dirumah (hygine dan
Mengenal
pentingnya pengomsusian
perubahan gaya
obat sesuai dosis) serta
hidup/tingkah laku
komplikasi jika
untuk mencegah
pengobatan tidak
terjadinya
dilakukan.
komplikasi
5) Beri informasi
tentang bahaya
perilaku sex
beresiko dan cara
penanggulangan/
pencegahan serta
komplikasi
DAFTAR PUSTAKA

Herdman, TH. 2018. Nanda International Nursing Diagnosis : Definition And


Classification 2018-2020. Jakarta : EGC

Gloria M, Bulecheck, Sue Moorhead, DKK. 2016 . Nursing Outcomes Classification


(NOC) : Elsevier

Gloria M, Bulecheck, Sue Moorhead, DKK. 2016 . Nursing Interventions Classification


(NIC) : Elsevier

Wilkinson, Judith M. 2012. Buku Saku Diagnosis Keperawatan dengan Intervensi NIC
dan Kriteria Hasil NOC. Jakarta : EGC

Djuanda, Adhi. 2011. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Jakarta : FKUI
Doenges,Marilyin E. 2012. Rencana Asuhan Keperawatan.Jakarta : EGC
NANDA Internasional. 2012 . Diagnosis Keperawatan Definisi dan Klasifikasi 2012-
2014. Jakarta : EGC
Ratna, Eni, dkk. 2011. Asuhan Kebidanan Komuitas. Yogyakarta : Nuha Medika
Smeltzer,Suzzanne C 2012. Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta : EGC

Anda mungkin juga menyukai