Anda di halaman 1dari 25

Askep Psychiatric Intensive Care Unit (PICU)

Nama Kelompok
1. Merlin Henuk
2. Ona Kaary
3. Aprilia D.Ambarwaty
Konsep Keperawatan di Ruang PICU (Psychiatric Intensive Care
Unit)

Pengertian
• PICU merupakan pelayanan yang ditujukan untuk klien
gangguan jiwa dalam kondisi krisis psikiatri (Keliat, dkk, 2009).
• PICU adalah suatu unit yang memberikan perawatan khusus
kepada klien-klien psikiatri yang berada dalam kondisi
membutuhkan pengawasan ketat (Maryree, 2010).
• Dapat disimpulkan bahwa PICU adalah suatu unit gabungan
pelayanan gawat darurat psikiatri dan pelayanan intensif, yang
ditujukan untuk klien gangguan jiwa yang dalam kondisi krisis
psikiatri dan berada dalam kondisi yang membutuhkan
pengawasan ketat, dimana dapat diselenggarakan di rumah
sakit jiwa atau psikiatri rumah sakit umum.
Indikasi masuk PICU
• Indikasi masuk PICU adalah klien dengan
kedaruratan psikiatri, untuk dapat dikatakan sebagai
suatu kedaruratan situasi tersebut harus memiliki
kriteria, sebagai berikut:
a. Ancaman segera terhadap kehidupan, kesehatan,
harta benda atau lingkungan.
b.Telah menyebabkan kehilangan kehidupan, gangguan
kesehatan, kerusakan harta benda dan lingkungan.
c. Memiliki kecenderungan peningkatan bahaya yang
tinggi dan segera terhadap kehidupan, kesehatan,
harta benda atau lingkungan.
Kedaruratan Psikiatri
• Kedaruratan psikiatrik adalah suatu gangguan akut
pada pikiran, perasaan, perilaku, atau hubungan sosial
yang membutuhkan suatu intervensi segera (Allen,
Forster, Zealberg, & Currier, 2002). Sedangkan menurut
Kaplan dan Sadock (1993) kedaruratan psikiatrik adalah
gangguan alam pikiran, perasaan atau perilaku yang
membutuhkan intervensi terapeutik segera. Sehingga
prinsip dari kedaruratan psikiatri adalah intervensi atau
penanganan segera. Berdasarkan prinsip segera ini
maka penanganan kedaruratan dibagi dalam fase
intensif  I (24 jam pertama), fase intensif II (24-72 jam
pertama), dan fase intensif III (72 jam-10 hari).
• Fase intensif I adalah fase 24 jam pertama
pasien dirawat dengan observasi, diagnosa,
tritmen dan evaluasi yang ketat. Berdasarkan
hasil evaluasi pasien  maka pasien memiliki tiga
kemungkinan yaitu dipulangkan, dilanjutkan ke
fase intensif II, atau dirujuk ke rumah sakit jiwa.
Fase intensif II fase perawatan pasien dengan
observasi kurang ketat sampai dengan 72 jam.
• Berdasarkan hasil evaluasi maka pasien pada fase
ini memiliki empat kemungkinan yaitu
dipulangkan, dipindahkan ke ruang fase intensif
III, atau kembali ke ruang fase intensif I. Pada fase
intensif III pasien di kondisikan sudah mulai stabil,
sehingga observasi menjadi lebih berkurang dan
tindakan-tindakan keperawatan lebih diarahkan
kepada tindakan rehabilitasi. Fase ini berlangsung 
sampai dengan maksimal 10 hari. Merujuk kepada
hasil evaluasi maka pasien pada fase ini dapat
dipulangkan, dirujuk ke rumah sakit jiwa atau unit
psikiatri di rumah sakit umum, ataupun kembali
ke ruang fase intensif I atau II
• Adapun skala yang digunakan untuk
mengukur tingkat kedaruratan pasien
adalah skala GAF (General Adaptive
Function) atau RUFA (Respon Umum
Fungsi Adaptif) dengan rentang skor 1 –
30 skala GAF. Kondisi pasien dikaji setiap
shift dengan menggunakan skor GAF.
(tambahkan penjelasan ttg aksis V, sbr
Stuart n Larai, 2005)
• Skor 30  Perilaku dipengaruhi oleh waham
atau halusinasi ATAU gangguan serius
pada komunikasi atau pertimbangan (misalnya
kadang – kadang inkoheren,
tindakan jelas tidak sesuai preokupasi bunuh
diri) ATAU ketidakmampuan
untuk berfungsi hampir pada semua bidang
(misalnya tinggal di tempat tidur
• 21    sepanjang hari, tidak memiliki pekerjaan,
rumah atau teman)
• 20  Terdapat bahaya melukai diri sendiri atau
orang lain (misalnya usaha bunuh diri tanpa
harapan yang jelas akan kematian, sering
melakukan kekerasan, kgembiraan manik)
ATAU kadang – kadang gagal untuk
mempertahankan perawatan diri yang
minimal (misalnya mengusap feses) ATAU
gangguan
• 11   yang jelas dalam komunikasi (sebagian
besar inkoheren atau membisu)
• 10 Bahaya melukai diri sendiri atau orang lain
persisten dan parah (misalnya kekerasan
rekuren) ATAU ketidakmampuan persisten
untuk mempertahankan hiegien pribadi yang
minimal ATAU tindakan bunuh diri yang serius
tanpa
• 1    harapan akan kematian yang jelas .
No DX Skala Rufa 1-10 Skala Rufa 11- Skala Rufa
Kep Contoh 20 21-30
Intensif I Intensif II Intensif III
1 RBD 1. Aktif mencoba 1. Aktif Mungkin sudah
bunuh diri dengan memikirkan memiliki ide
cara: rencana bunuh untuk
a. gantung diri diri, namun mengakhiri
b. minum racun tidak disertai hidupnya, 
c.  memotong urat nadi dengan namun tidak
d. menjatuhkan diri dari percobaan disertai dengan
tempat yang tinggi bunuh diri ancaman dan
2. Mengalami depresi a. Mengatakan percobaan
3.  Mempunyai rencana ingin bunuh bunuh diri
bunuh diri yang diri namun
spesifik tanpa rencana
4.  Menyiapkan alat yang spesifik
untuk bunuh diri b. Menarik diri
(pistol, pisau, silet, dll) dari pergaulan
sosial
No DX Kep Skala Rufa 1- Skala Rufa Skala Rufa 21-30
10 11-20
Intensif I Intensif II Intensif III
2.Mengungkapkan
perasaan seperti
rasa bersalah /
sedih / marah /
putus asa / tidak
berdaya
3.  Mengungkapkan hal-
hal negatif tentang
diri sendiri yang
menggambarkan
harga diri rendah
4. Mengatakan: “Tolong
jaga anak-anak
karena saya akan
pergi jauh!” atau
“Segala sesuatu akan
lebih baik tanpa
saya”.
No DX Kep Skala Rufa 1-10 Skala Rufa 11- Skala Rufa 21-
20 30
Intensif I Intensif II Intensif III
2 PK 1.Perilaku   :  Melukai 1.Perilaku  : 1.Perilaku  :
diri sendiri, orang Menentang,  Menentang
lain,merusak mengancam, mata 2. Verbal    : Intonasi
lingkungan, melotot sedang, menghina
 mengamu, 2. Verbal    :  Bicara orang lain,     
menentang, kasar, Intonasi berdebat
mengancam, mata sedang, menghina 3.Emosi     :  Labil,
melotot orang lain,     mudah
2.Verbal    : Bicara kasar, menuntut, tersinggung,
intonasi tinggi, berdebat ekspressi tegang,
menghina orang 3. Emosi     :  Labil, merasa tidak aman
lain,     menuntut, mudah 4. Fisik       :
berdebat tersinggung, Pandangan tajam,
3.Emosi     : Labil, ekspressi tekanan darah
mudah tersinggung,  tegang,dendam menurun
ekspressi tegang, merasa tidak aman
marah- marah, 4. Fisik       :
dendam, merasa Pandangan tajam,
tidak aman. tekanan darah
4.Fisik    : Muka merah, meningkat
Pandangan tajam,
napas pendek, 
keringat (+), tekanan
Secara umum pasien yang dirawat di UPIP adalah
pasien dengan kriteria:
• Risiko bunuh diri yang berhubungan dengan
kejadian akut dan atau suatu perubahan alam
perasaan atau perilaku yang menetap
• Penyalahgunaan NAPZA atau kedaruratan yang
berhubungan yang berlangsung relatif singkat
• Kondisi lain yang akan mengalami peningkatan
yang bermakna dalam waktu singkat dan pasien
tampak mampu kembali ke komunitas segera
bila peningkatan tersebut terjadi.
Berdasarkan masalah keperawatan maka pasien yang
perlu dirawat di unit perawatan intensif psikiatri
adalah pasien dengan masalah keperawatan sebagai
berikut:

1. Perilaku Kekerasan
2. Perilaku Bunuh diri
3. Perubahan sensori persepsi: halusinasi
4. Perubahan proses pikir: waham curiga
5. Defisit perawatan diri
6.Masalah-masalah keperawatan yang berkaitan
dengan kondisi pasien putus zat dan over
dosis:
1) Perubahan kenyamanan: nyeri
2) Gangguan pola tidur
3) Gangguan pemenuhan nutrisi
4) Gangguan eliminasi bowel
Pola penanganan di unit perawatan intensif psikiatri

Pola penanganan di UPIP menggunakan pendekatan


MPKP yang terdiri dari empat pilar yaitu :
1. Pendekatan manajemen
2. Compensatory reward
3. Hubungan profesional
4. Manajemen asuhan keperawatan
• Pada ruangan UPIP keempat pilar ini dilebur menjadi
2 pilar sebagai berikut:
1. Manajemen pelayanan keperawatan (pilar I-III)
2. Manajemen asuhan keperawatan (pilar IV)
Triase
• Pada fase ini hal pertama yang harus dilakukan
adalah rapid assessment/screening assessment yang
dilakukan berdasarkan protap yang telah disepakati.
Pengkajian ini harus meliputi nama pasien, tanggal
lahir, nomor tanda pengenal (KTP/SIM/Paspor),
alamat, nomor telepon, serta nama dan nomor
telepon orang  terdekat pasien yang dapat dihubungi,
tanda vital  dan keluhan utama dengan skor RUFA
untuk menentukan perlu tidaknya dirawat di unit
UPIP dan bila dirawat untuk menentukan level/fase
intensif pasien. Sedangkan pihak medis melakukan
pengkajian dengan menggunakan skala GAF.
Fase intensif I (24 jam pertama)

• Prinsip tindakan
– Life saving
– Mencegah cedera pada pasien, orang
lain dan lingkungan
• Indikasi :
• Pasien dengan skor  1-10 skala RUFA
– Pengkajian
• Hal-hal yang harus dikaji adalah:
• Riwayat perawatan yang lalu
• Psikiater/perawat jiwa yang baru-baru ini menangani pasien (bila
memungkinkan)
• Diagnosa gangguan jiwa di waktu yang lalu yang mirip dengan tanda
dan gejala yang dialami pasien saat ini
• Stresor sosial, lingkungan, dan kultural yang menimbulkan masalah
pasien saat ini
• Kemampuan dan keinginan pasien untuk bekerjasama dalam proses
tritmen
• Riwayat pengobatan dan respons terhadap terapi, mencakup jenis
obat yang didapat, dosis, respons terhadap obat, efek samping dan
kepatuhan minum obat, serta daftar obat terakhir yg diresepkan dan
nama dokter yang meresepkan.
• Pemeriksaan kognitif untuk mendeteksi kerusakan kognitif atau
neuro psikiatrik
• Tes kehamilan untuk semua pasien perempuan usia subur
• Intervensi
Intervensi untuk fase ini adalah:
• Observasi ketat
• Bantuan pemenuhan kebutuhan dasar (makan, minum,
perawatan diri)
• Manajemen pengamanan pasien yang efektif (jika
dibutuhkan).
• Terapi modalitas yang dapat diberikan pada fase ini adalah
terapi musik.
• Evaluasi
• Evaluasi dilakukan setiap shift untuk menentukan apakah
kondisi pasien memungkinkan untuk dipindahkan ke ruang
intensif II.
• Bila kondisi pasien diatas 10 skala RUFA maka pasien dapat
dipindahkan ke intensif II.
Fase Intensif II (24-72 jam pertama)
• Prinsip tindakan
– Observasi lanjutan dari fase krisis (Intensif I)
– Mempertahankan pencegahan cedera pada pasien,
orang lain dan lingkungan
• Indikasi :
• Pasien dengan skor  11-20 skala RUFA
• Intervensi
Intervensi untuk fase ini adalah:
• Observasi frekuensi dan intensitas yang lebih rendah
dari fase intensif I
• Terapi modalitas yang dapat diberikan pada fase ini
adalah terapi musik dan terapi olah raga.
• Evaluasi
• Evaluasi dilakukan setiap shift untuk menentukan
apakah kondisi pasien memungkinkan untuk
dipindahkan ke ruang intensif III.
• Bila kondisi pasien diatas skor 20 skala RUFA maka
pasien dapat dipindahkan ke intensif III. Bila
dibawah skor 11 skala RUFA maka pasien
dikembalikan ke fase intensif I
Fase Intensif III (72 jam-10 hari)
• Prinsip tindakan
– Observasi lanjutan dari fase akut (Intensif II)
– Memfasilitasi perawatan mandiri pasien
• Indikasi :
• Pasien dengan skor  21-30 skala RUFA
• Intervensi
Intervensi untuk fase ini adalah:
• Observasi dilakukan secara minimal
• Pasien lebih banyak melakukan aktivitas secara mandiri
• Terapi modalitas yang dapat diberikan pada fase ini
adalah terapi musik, terapi olah raga dan life skill therapy.
• Evaluasi
• Evaluasi dilakukan setiap shift untuk menentukan apakah
kondisi pasien memungkinkan untuk dipulangkan.
• Bila kondisi pasien diatas skor 30 skala RUFA maka pasien
dapat dipulangkan dengan mengontak perawat CMHN
terlebih dahulu. Bila dibawah skor 20 skala RUFA pasien
dikembalikan ke fase intensif II, dan dibawah skor 11 skala
RUFA pasien dikembalikan ke fase intensif I.

Anda mungkin juga menyukai