Anda di halaman 1dari 20

ASKEP KEGAWAT

DARURATAN GIGITAN ULAR

Arson
A. PENGERTIAN
• Racun ular adalah racun hewani yang terdapat pada ular
berbisa. Daya toksin bisa ular tergantung pula pada jenis dan
macam ular. Racun binatang adalah merupakan campuran dari
berbagai macam zat yang berbeda yang dapat menimbulkan
beberapa reaksi toksik yang berbeda pada manusia.
• Sebagian kecil racun bersifat spesifik terhadap suatu organ ;
beberapa mempunyai efek pada hampir setiap organ. Kadang-
kadang pasien dapat membebaskan beberapa zat farmakologis
yang dapat meningkatkan keparahan racun yang
bersangkutan. Komposisi racun tergantung dari bagaimana
binatang menggunakan toksinnya.
B. ETIOLOGI
• Terdapat 3 famili ular yang berbisa, yaitu
Elapidae, Hidrophidae, dan Viperidae. Bisa
ular dapat menyebabkan perubahan lokal,
seperti edema dan pendarahan. Banyak bisa
yang menimbulkan perubahan lokal, tetapi
tetap dilokasi pada anggota badan yang
tergigit. Sedangkan beberapa bisa Elapidae
tidak terdapat lagi dilokasi gigitan dalam
waktu 8 jam.
C. PATOFISIOLOGI
• Bisa ular yang masuk ke dalam tubuh, menimbulkan daya toksin.
Toksik tersebut menyebar melalui peredaran darah yang dapat
mengganggu berbagai system. Seperti, sistem neurogist, sistem
kardiovaskuler, sistem pernapasan. Pada gangguan sistem
neurologis, toksik tersebut dapat mengenai saraf yang
berhubungan dengan sistem pernapasan yang dapat
mengakibatkan oedem pada saluran pernapasan, sehingga
menimbulkan kesulitan untuk bernapas.
• Pada sistem kardiovaskuler, toksik mengganggu kerja pembuluh
darah yang dapat mengakibatkan hipotensi. Sedangkan pada
sistem pernapasan dapat mengakibatkan syok hipovolemik dan
terjadi koagulopati hebat yang dapat mengakibatkan gagal napas.
D. MANIFESTASI KLINIS
• Secara umum, akan timbul gejala lokal dan gejala
sistemik pada semua gigitan ular. Gejala lokal:
edema, nyeri tekan pada luka gigitan, ekimosis (kulit
kegelapan karena darah yang terperangkap di
jaringan bawah kulit). Sindrom kompartemen
merupakan salah satu gejala khusus gigitan ular
berbisa, yaitu terjadi oedem (pembengkakan) pada
tungkai ditandai dengan 5P: pain (nyeri), pallor
(muka pucat), paresthesia (mati rasa), paralysis
(kelumpuhan otot), pulselesness (denyutan)
E. PENATALAKSANAAN
• Penatalaksanaan tergantung derajat
keparahan envenomasi; dibagi menjadi
perawatan di lapangan dan manajemen di
rumah sakit
a. Perawatan di Lapangan
Seperti kasus-kasus emergensi lainnya, tujuan
utama adalah untuk mempertahankan pasien
sampai mereka tiba di instalasi gawat darurat.
Sering penatalaksanaan dengan autentisitas yang
kurang lebih memperburuk daripada memperbaiki
keadaan, termasuk membuat insisi pada luka
gigitan, menghisap dengan mulut, pemasangan
turniket, kompres dengan es, atau kejutan listrik.
Perawatan di lapangan yang tepat harus sesuai
dengan prinsip dasar emergency life support.
Pertolongan pertama, pastikan daerah sekitar aman
dan ular telah pergi segera cari pertolongan medis
jangan tinggalkan korban
F. KOMPLIKASI
• Sindrom kompartemen adalah komplikasi tersering
dari gigitan ular pit viper. Komplikasi luka lokal
dapat meliputi infeksi dan hilangnya kulit.
Komplikasi kardiovaskuler, komplikasi hematologis,
dan kolaps paru dapat terjadi. Jarang terjadi
kematian. Anak-anak mempunyai resiko lebih tinggi
untuk terjadinya kematian atau komplikasi serius
karena ukuran tubuh mereka yang lebih kecil, juga
gejaala sistemik berupa gagal ginjal, shock, koma
dan bisa menyebabkan kematian.
G. PEMERIKSAAN PENUNJANG
• Pemeriksaan laboratorium dasar,
pemeriksaaan kimia darah, hitung sel darah
lengkap, penentuan golongan darah dan uji
silang, waktu protrombin, waktu tromboplastin
parsial, hitung trombosit, urinalisis, penentuan
kadar gula darah, BUN dan elektrolit. Untuk
gigitan yang hebat, lakukan pemeriksaan
fibrinogen, fragilitas sel darah merah, waktu
pembekuan dan waktu retraksi bekuan.
H. TERAPI
• Dimana proses terapi/pengobatan yaitu :
• Pemberian antibiotik dan diuretika untuk
mempertahankan di uresis
• Pemberian sedase atau analsesit untuk
menghilangkan rasa takut cepat mati/panik
• Hidrokortison 100 mg/iv
• Adrenalin 0,2 mg 9untuk anak dosis di kurangi, dan
pada penyakit jantung pemberianya harus hati-hati
• Pemberian serum anti bisa
I. DIAGNOSA KEPERAWATAN
• Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan
reaksi endotoksin
• Nyeri berhubungan dengan gigitan ular berbisa
• Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan
ketidakadekuatan pertahanan tubuh
• Intoleransi aktivitas berhubungan dengan
kelemahan otot-otot
J. RENCANA KEPERAWATAN
INTERVENSI
1. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan
reaksi endotoksin
– Buka jalan nafas dengan gunakan head tilt dan chin lift
RASIONAL : Untuk memeriksa jalan nafas dan
 

pernafasan
– Atur posisi semi fowler
RASIONAL : Posisi semi fowler meningkatkan ekspansi
paru
–  Berikan pelembab udara kassa basah NaCL lembab
RASIONAL : Untuk memberikan rasa nyaman
–  Auskultasi bunyi nafas
RASIONAL : Indikasi dasar adanya ganggua saluran
pernafasan
– Indikasi dasar adanya ganggua saluran pernafasan
RASIONAL : Untuk membantu dalam memenuhi
keb O2
2. Nyeri berhubungan dengan gigitan ular berbisa
– Kaji skala nyeri dengan PQRST
P : Nyeri
Q : Terus-menerus
R : Seluruh Persendian.
S:5
T : Saat Beraktivitas
RASIONAL : Mengetahui karakteristik nyeri sehingga
memudahkan dalam menentukan tindakan
selanjutnya
– Atur posisi senyaman mungkin
RASIONAL : Posisi yang nyaman membantu
mengurangi rasa nyeri yang muncul
– Ajarkan teknik relaksasi dan distraksi
RASIONAL :  Dengan teknik menarik nafas dalam
dan mengeluarkan serta mengajak klien untuk
berbincang membantu mengalihkan stimulus nyeri
yang dirasakan.
– Ciptakan lingkungan yang tenang dan anjurkan
klien beristirahat yang cukup
RASIONAL :  Lingkungan yang tenang dapat
membuat klien beristirahat yang cukup sehingga
mengurangi intensitas nyeri
3. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan ketidakadekuatan pertahanan tubuh
–Lakukan pengikatan pada daerah atas luka 15-30 cm dari luka gigitan
RASIONAL : Mencegah bisa racun ular tersebar keseluruh tubuh
–Pertahankan tehnik isolasi
RASIONAL : Agar pasien tidak terkena infeksi dari luar
–Cuci tangan sebelum atau setelah melakukan tindakan
RASIONAL : Agar tindakan yang diberikan perawat kepasien selalu dalam
keadaan steril
–Pertahankan tehnik aseptik
RASIONAL : Mencegah kontaminasi kuman pada pasien
–Kolaborasi pemberian anti bisa ular
RASIONAL : Mencegah terjadinya infeksi
4. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan
kelemahan otot-otot
– Pantau kemampuan klien dalam melakukan aktivitas
sehari-hari
RASIONAL : Untuk mengetahui tindakan apa yang
dapat dilakukan oleh klien sehingga perawat mudah
dalam mengambil keputusan selanjutnya
– Bantu klien dalam memenuhi kebutuhanya sehari-hari
RASIONAL : Membantu klien dalam memenuhi
aktivitasnya
–  Anjurkan keluarga klien untuk ikut serta dalam
tindakan pemulihan kesehatan
RASIONAL :  Dengan partisipasi keluarga klien
dapat merasakan bahwa keluarganya memberi
suport dalam pemulihan kesehatan
– Anjurkan klien untuk istirahat dan tidak melakukan
aktivitas yang tidak perlu
RASIONAL : Menstabilkan stamina klien serta
aktivitas yang kurang mengurangi penyebaran
toksin.
Thanks askep fc.

Anda mungkin juga menyukai