Anda di halaman 1dari 9

ASUHAN KEPERAWATAN

LUKA GIGITAN HEWAN LAUT

Dosen pengampu : IWAN, S.Kep,Ners,M.kes

DI SUSUN OLEH :

RHARA A’NNA MARDJUKU

(PO7120319006)

POLTEKKES KEMENKES PALU


JURUSAN SARJANA TERAPAN KEPERAWATAN
TAHUN AJARAN 2021/2022
LAPORAN PENDAHULUAN

A. Pengertian
Serangan dari ular laut sesungguhnya jarang terjadi. Sesuai sifat hewan itu, pada
umumnya tidak akan menyerang kalau mereka tidak merasa terganggu atau terprovokasi.
Namun jika digigit oleh ular laut, akan mengalami gejala berupa kekakuan anggota tubuh,
rasa sakit dan kontraksi otot yang disertai kelemahan.Kelumpuhan otot bisa menjalar ke
badan dan mengakibatkan kesukaran bernafas, akibatnya korban sering panik dan
bertindak kurang wajar.
Penderita korban gigitan ular di kota besar jarang dijumpai, sebab habitat ular terutama
ditempat yang rimbun, berair dan tertutup. Dari 2500–3000 spesies ular yang tersebar di
dunia kira-kira ada 500 ular yang beracun.Ular penghasil racun (snak venom) berbahaya,
racun yang dikeluarkannya terdiri atas campuran enzim dan nonenzim seperti protein
nontoksis yang mengandung karbohidrat dan logam. Racun tersebut mengandung lebih
dari 20 macam enzim yang berbeda termasuk phospholipases A2, B, C, D hydrolases,
phosphatases (asam sampai alkalis), proteases, esterases, acetylcholinesterase,
transaminase, hyaluronidase, phosphodiesterase, nucleotidase dan ATPase serta
nucleosidases (DNA & RNA.
Penurunan isi dalam pembuluh darah (volume intravaskuler) mungkin cukup besar
peredarannya (sirkulasi), sehingga menyebabkan renjatan (shock).8,9 Bisa ular dapat
menyebabkan aksi kuncup jantung (sitolitik) yang berakibat kematian (nekrosis) jaringan
setempat (lokal) dan infeksi sampingan (sekunder), yang menyebabkan kematian
penderita. Di samping itu aksi nerotoksik menyebabkan kelayuhan (paralysis) dan
terhentinya pernapasan, serta pengaruh kardiotoksik menyebabkan denyut jantung
berhenti juga berpengaruh kepada terjadinya miotoksik dan nerotoksisk Ophitoxaemia
mengakibatkan perubahan kegiatan penggumpalan (aktivitas koagulasi), sehingga
mengakibatkan perdarahan hebat dan kematian.
B. Etiologi
WHO memperkirakan terdapat 20.000 kasus dan 1.000 kematian akibat ophitoxaemia di
Nepal. Faktor asal inang bergantung pekerjaan korban dan gaya hidup atau kawasan
tempat tinggalnya di daerah terbelakang yang berpengaruh jelek. Kesakitan dan kematian
gigitan ular bergantung pada macam spesies, keadaan dapat mematikan (fatal) dan dosis
kematian dari jumlah racun yang masuk tubuh.2,5 Perkiraan rata-rata racun berdosis
kematian (fatal dose), lyophilised venom (beku kering ) untuk kobra adalah 60 mg,
Russel’s viper 20 mg dan 13 mg sciled viper.
C. Manifestasi Klinis
Setelah gigitan ular berlangsung 6–30 menit, daerah luka terasa nyeri yang menyebar dan
teraba lunak, dan berkembang memerah. Kemudian tampak membusung (oedema),
bengkak dan membentuk gelembung (bullae) dan secara cepat memenuhi tubuh. Lidah
terasa pedas dan kaku, mulut dan batok kepala serta sekitar luka gigitan tidak berasa
(paresthesias). Di sekitar luka gigitan pembuluhan (vaskularisasi) terhenti dan terjadi
kematian jaringan (nekrosis) sebagai permulaan kelemayuh (gangren). Akibat gigitan ular
bisa terjadi infeksi oleh Pseudomonas aeruginosa, Bacteriodes fragilis,Clostridium dan
Proteus yang berbentuk kelompokan (kolonisasi) di tempat bekas gigitan ular.
Beberapa spesies ular bergantung pada perubahan patofisiologis racun, seperti: kobra dan
krait, berpengaruh meracuni saraf (nerotoksik). Ular berbisa (viper) seperti ular laut
mengakibatkan perdarahan dan meracuni otot (miotoksik). Peracun saraf (nerotoksik)
hasil tubokurarine berupa hambatan di persaraf-ototan (neuro-muskular), sehingga terjadi
layuhan menggelambir (paralisis flasid). Kelayuhan (paralisis) meluas dengan menyerang
otot palatum, dagu, lidah, pangkal tenggorok (laring), leher dan otot telan. Umumnya otot
dikendalikan oleh saraf otak, pupil beraksi (reaktif) menyempit hingga detik akhir. otot
dada lebih lama bertahan dengan nyeri sekat rongga badan (diagfragma), sehinga terjadi
kelayuhan (paralisis) sampai detik akhir.
D. Patofisiologi
Umumnya ular beracun, racunnya bersifat menggumpalkan dan menyebar dalam
pembuluh darah mengakibatkan disseminated intravascular coagulation (DIC), layuh
(paralysis), dan turunnya tekanan pada sistem kardiovaskuler (cardiovascular depressio).
Penampakan yang lain ialah gangguan penghantaran (konduksi), trombositopenia, gagal
ginjal dan perdarahan di dalam tengkorak (intra kranial). Penyakit beku darah
(koagulopati), ditandai pembersihan darah (defibrinasi) yang berkaitan dengan jumlah
trombosit, dalam rentang waktu yang ada. Di samping itu racun dapat mengubah
protrombin menjadi trombin dan mengurangi factor V,VII, protein C dan
plasminogen.Tekanan di system kardiovaskuler menyebabkan DIC atau tekanan di
otot jantung.9 Nerotoksin menyebabkan gejala saraf setelah keracunan, gejala yang
ditunjukkan antara lain adanya layuh (paralisis)4-6 pernapasan oleh hambatan
acetylcholine receptor di ujung saraf motor pascasinaptik (postsynaptic motor nerve
ending). Kemungkinan terjadi kejang gagau (konvulsi) disertai ada atau tidaknya
keracunan otot (myotoxicity).
E. Pemeriksaan Penunjang
1. Darah perifer lengkap
2. Elektrolit
3. Kreatinin
4. AST dan ALT
5. Golongan darah
6. Hemostasis
F. Penatalaksanaan Medis
1. Identifikasi lokasi nyeri
2. Pantau tanda-tanda vital
3. Periksa sulcus
4. Luka di cuci bersih menggunakan sabun
5. Kultur luka dan pemberian antibiotic
G. Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri berhubungan dengan proses toksikasi
2. Syok berhubungan dengan tidak adekuatnya peredaran darah ke jantung
3. Rasa gatal, bengkak dan bintik-bintik merah berhubungan dengan proses inflamasi
4. Gangguan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan reaksi endotoksin
5. Hipertermia berhubungan dengan efek langsung endotoksin pada hipotalamus
6. Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan pertahanan tubuh tak adekuat
TEORI ASUHAN KEPERAWATAN
GIGITAN HEWAN LAUT
A. Pengkajian
1. Identitas Diri Pasien
Yang terdiri dari nama pasien, umur, jenis kelamin, agama dan lain-lain.
2. Keluhan Utama
Penglihatan kembar, mengantuk, Sakit kepala, pusing, dan pingsan. Mual atau
muntah dan diare, gigitan biasanya pada tungkai atau kaki Daerah gigitan
bengkak, kemerahan, memar Sukar bernapas dan berkeringat banyak.
3. Pemeriksaan fisik
Mengkaji tanda-tanda vital
4. Tindakan keperawatan
- Memberikan oksigen
- Tangani syok jika ada
5. Diagnosa keperawatan
- Gangguan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan reaki endotoksin
- Hipertermia berhubungan dengan efek langsung endotoksin pada
hipotalamus
- Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan pertahanan tubuh tak
adekuat
B. Intervensi Keperawatan
1. Gangguan jalan nafas berhubungan dengan reaksi endotoksin
Tujuan: Pertukaran gas kembali efektif
Intervensi :
 Auskultasi bunyi nafas
 Pantau frekuensi pernapasan
 Atur posisi klien dengan nyaman dan atur posisi kepala lebih tinggi
 Motivasi / Bantu klien latihan nafas dalam
 Observasi warna kulit dan adanya sianosis
 Kaji adanya distensi abdomen dan spasme otot
 Batasi pengunjung klien
 Pantau seri GDA
 Bantu pengobatan pernapasan (fisioterapi dada)
 Beri O2 sesuai indikasi (menggunakan ventilator)
2. Hipertermia berhubungan dengan efek langsung endotoksin pada hipotalamus
Tujuan: Hipertermia dapat teratasi
Intervensi :
 Pantau suhu klien,
 perhatikan menggigil atau diaforesis
 Pantau suhu lingkungan,
 batasi linen tempat tidur
 Beri kompres mandi hangat
 Beri antipiretik
 Berikan selimut pendingin

3. Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan pertahanan tubuh tak


adekuat
Tujuan: Tidak terjadi infeksi
Intervensi :
 Berikan isolasi atau pantau pengunjung sesuai indikasi
 Cuci tangan sebelum dan sesudah aktivitas terhadap klien
 Ubah posisi klien sesering mungkim minimal 2 jam sekali
 Batasi penggunaan alat atau prosedur infasive jika memungkinkan
 Lakukan insfeksi terhadap luka alat infasif setiap hari
 Lakukan tehnik steril pada waktu penggantian balutan
 Gunakan sarung tangan pada waktu merawat luka yang terbuaka  atau  
antisipasi dari kontak langsung dengan ekskresi atau sekresi
 Pantau kecenderungan suhu mengigil dan diaphoresis
 Inspeksi flak putih atau sariawan pada mulut
 Berikan obat antiinfeksi (antibiotic)
C. Implementasi Keperawatan
Pada tahap ini dilaksanakan pelaksanaan dari perencanaan keperawatan yang
telah ditentukan dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan pasien secara optimal.
Pelaksanaan tindakan keperawatan merupakan reaksi yang telah ditetapkan dalam
perencanaan keperawatan.
D. Evaluasi Keperawatan
Tahap ini merupakan kunci keberhasilan dalam proses keperawatan yang
diharapkan pada keadaan gawat darurat gigitan ular.
1. Menunjukan GDA dan frekuensi dalam batas normal dengan bunyi nafas
vesikuler
2. Tidak mengalami dispnea atau sianosis
3. Mendemonstrasikan suhu dalam batas normal
4. Tidak mengalami komplikasi yang berhubungan
5. Tidak menunjukkan tanda-tanda infeksi
DAFTAR PUSTAKA

Hafid, Abdul, dkk.2006.Bab 2 : Luka, Trauma, Syok, Bencana., Buku Ajar Ilmu Bedah, Edisi
Revisi, EGC : Jakarta

http://jurnal.poltekkes-solo.ac.id/index.php/Int/article/view/39 diakses pada Sabtu, 16 Mei 2015


pukul 14.00 WIB

Indonesian Journal of Clinical Pathology and Medical Laboratory, Vol. 14, No. 1, November
2007: 37-41
TUGAS 1

Nama : Rhara A’nna Mardjuku

Kelas : A Sarjana Terapan Keperawatan

Tugas : Keperawatan Luka

1. Reaksi alergi berat(anaphylaxis).Reaksi ini tergolong tidak biasa, namun dapat mengancam
kehidupan dan membutuhkan pertolongan darurat. Tanda-tanda atau gejalanya adalah:
 Terkejut (shock). Dimana ini bisa terjadi bila sistem peredaran darah tidak
mendapatkan masukan darah yang cukup untuk organ-organ penting (vital)
 Batuk, desahan, sesak nafas, merasa sakit di dalam mulut atau
kerongkongan/tenggorokan.
 Bengkak di bibir, lidah, telinga, kelopak mata, telapak tangan, tapak kaki, dan selaput
lender (angioedema).
 Pusing dan kacau
 Mual,diare,dan nyeri pada perut Rasa gatal dengan bintik-bintik merah dan bengkak

Gejala di atas bisa muncul karena gigitan serangga mengandung racun yang terdiri dari
protein dan zat lain, yang dapat mencetuskan reaksi alergi bila masuk ke dalam tubuh
manusia. Gigitan serangga juga menimbulkan kulit kemerahan dan bengkak pada area
sekitar gigitan.

Anda mungkin juga menyukai