Anda di halaman 1dari 12

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN ...............

DI RUANGAN IGD RSUD KOTA BAUBAU


TAHUN 2023

NAMA :
NIM :

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKES) IST


BUTON
PROGRAM STUDI KEPERAWATAN
TAHUN 2023
LAPORAN PENDAHULUAN

Konsep Teori
A. Definisi
Anafilaksis berasal dari bahasa Yunani, dari 2 kata, ana yang
berarti jauh dan phylaxis yang berarti perlindungan. Secara
harfiah artinya adalah menghilangkan perlindungan Anafilaksis
merupakan reaksi alergi sistemik yang berat dan dapat
menyebabkan kematian, terjadi secara tiba-tiba segera setelah
terpapar oleh allergen atau pencetus lainnya. Reaksi anafilaksis
termasuk ke dalam reaksi Hipersensitivitas Tipe 1 menurut
klasifikasi Gell dan Coombs. Reaksi ini harus dibedakan dengan
reaksi anafilaktoid yang memiliki gejala, terapi dan risiko kematian
yang sama tetapi degranulasi sel mast atau basofil terjadi tanpa
keterlibatan atau mediasi dari IgE (Made, 2002).
Syok anafilaktik merupakan salah satu manifestasi klinis dari
anafilaksis dan merupakan bagian dari syok distributifyang
ditandai oleh adanya hipotensi yang nyata akibat vasodilatasi
mendadak pada pembuluh darah dan disertai kolaps pada sirkulasi
darah yang menyebabkan terjadinya sinkop dan kematian pada
beberapa pasien. Syok anafilaktik merupakan kasus kegawatan,
tetapi terlalu sempit untuk menggambarkan anafilaksis secara
keseluruhan, karena anafilaksis yang berat dapat terjadi tanpa
adanya hipotensi, dimana obstruksi saluran napas merupakan
gejala utamanya (Made, 2002).
B. Etiologi
Atopi merupakan faktor risiko reaksi anafilaksis. Pada studi
berbasis populasi di Olmsted County, 53% dari pasien anafilaksis
memiliki riwayat penyakit atopi. Cara dan waktu pemberian
berpengaruh terhadap terjadinya reaksi anafilaksis. Pemberian
secara oral lebih sedikit kemungkinannya menimbulkan reaksi dan
kalaupun ada biasanya tidak berat. Selain itu, semakin lama
interval pajanan pertama dan kedua, semakin kecil kemungkinan
reaksi anafilaksis akan muncul kembali. Hal ini berhubungan
dengan katabolisme dan penurunan sintesis dari IgE spesifik
seiring waktu (RF, Johnson, 2011)
Asma merupakan faktor risiko yang fatal berakibat fatal. Lebih
dari 90% kematian karena anafilaksis makanan terjadi pada
pasien asma. Penundaan pemberian adrenalin juga merupakan
faktor risiko yang berakibat fatal (I, Rengganis, 2009).
Faktor-faktor yang diduga dapat meningkatkan risiko anafilaksis
adalah sifat alergen, jalur pemberian obat, dan kesinambungan
paparan alergen. Golongan alergen yang sering menimbulkan
reaksi anafilaksis adalah makanan, obat-obatan, sengatan seranga
dan lateks. Udang, kepiting, kerang, ikan kacang-kacangan, biji-
bijian, buah beri, putih telur dan susu adalah makanan yang
biasanya menyebakan suatu reaksi anafilaksis. Obat-obatan yang
bisa menyebabkan anafilaksis seperti antibiotik khusunya penisilin,
obat anestesi intravena, relaksan otot, aspirin, NSAID, opioid,
vitamin B1, asam folat, dan lain-lain. Media kontras intravena,
transfusi darah, latihan fisik, dan cuaca dingin juga bisa
menyebabkan anafilaksis (I, Rengganis, 2009).
C. Manifestasi klinis
Menurut Rengganis, 2009 anafilaksis terdiri dari kombinasi
berbagai gejala yang bisa muncul beberapa detik, menit, sampai
beberapa jam setelah terpapar alergen. Manifestasi klinis
anafilaksis yang sangat bervariasi terjadi sebagai akibat berbagai
macam mediator yang dilepaskan dari sel mastosit jaringan dan
basofil yang memiliki sensitivitas yang berbeda pada setiap organ
yang dipengaruhinya. Manifestasi klinis dari anafilaksis sangat
bervariasi yaitu dari yang bersifat ringan, sedang, sampai berat,
dimana syok anafilaktik merupakan contoh manifestasi klinis yang
berat. Reaksi anafilaksis dapat dilihat dalam bentuk urtikaria,
angiodema, obstruksi respirasi sampai dengan kolaps pembuluh
darah. Di samping itu terdapat pula bentuk lainnya seperti rasa
takut, kelemahan, keringat dingin, bersin, rinorhea, asma, rasa
tercekik, disfagia, mual dan muntah, nyeri abdomen,
inkontinensia, sampai dengan kehilangan kesadaran. Walaupun
demikian, sebab kematian utama dari anafilaksis adalah syok dan
obstruksi saluran pernafasan. Obstruksi saluran pernafasan dapat
berupa edema laring, bronkospasme dan edema bronkus.
1. Gejala prodromal pada umumnya adalah lesu, lemah, rasa
tidak enak yang sukar dilukiskan, rasa tidak enak di dada
dan perut, rasa gatal di hidung dan palatum. Gejala ini
merupakan permulaan dari gejala lainnya.
2. Gejala pada organ pernapasan didahului dengan rasa gatal
di hidung, bersin dan hidung tersumbat, diikuti dengan
batuk, sesak, mengi, rasa tercekik, suara serak, dan stridor.
Di samping itu, terjadi pula edema pada lidah, edema laring,
spasme laring dan spasme bronkus. Gejala kardiovaskular
ditandai dengan takikardi, palpitasi, hipotensi sampai syok,
pucat, dingin, aritmia, hingga sinkop. Pada EKG dapat
dijumpai beberapa kelainan seperti geombang T datar,
terbalik atau tanda-tanda infark miokard.
3. Gejala gastrointestinal berupa disfagia, mual-muntah, rasa
kram diperut, diare yang kadang-kadang disertai darah, dan
peningkatan peristaltic usus.
4. Gejala pada kulit berupa gatal-gatal, urtikaria, angioedema
pada bibir, muka atau ekstrimitas. Penderita juga biasanya
mengeluh adanya rasa gatal dan lakrimasi pada mata.
Sedangkan gejala pada sistem saraf pusat dapat berupa
gelisah dan kejang.
D. Patofisiologi
Bila suatu alergen spesifik disuntikkan langsung kedalam
sirkulasi darah maka alergen dapat bereaksi pada tempat yang
luas diseluruh tubuh dengan adanya basofil dalam darah dan sel
mast yang segera berlokasi diluar pembuluh darah kecil, jika telah
disensitisasi oleh perlekatan reagin Ig E menyebabkan terjadi
anafilaksis.
Histamin yang dilepaskan dalam sirkulasi menimbulkan
vasodilatasi perifer menyeluruh, peningkatan permebilitas kapiler
menyebabkan terjadi kehilangan banyak plasma dari sirkulasi
maka dalam beberapa menit dapat meninggal akibat syok
sirkulasi.
Histamin yang dilepaskan akan menimbulkan vasodilatasi yang
menginduksi timbulnya red flare (kemerahan) dan peningkatan
permeabilitas kapiler setempat sehingga terjadi pembengkakan
pada area yang berbatas jelas (disebut hives). Urtikaria muncul
akibat masuknya antigen kearea kulit yang spesifik dan
menimbulkan reaksi setempat.
Histamin yang dilepaskan sebagai respon terhadap reaksi
menyebabkan dilatasi pembuluh darah setempat terjadi
peningkatan tekanan kapiler dan peningkatan permeabilitas
kapiler menimbulkan kebocoran cairan yang cepat dalam hidug
menyebabkan dinding mukosa hidung bengkak dan bersekresi.
E. Pemeriksaan penunjang
Penunjang diagnostik EKG untuk mengetahui gambaran
jantung (biasanya pada gambar EKG gelombang T mendatar dan
terbalik), aritmia. Tidak ada pemeriksaan laboratorium yang khas,
diagnosa ditegakkan dengan adanya keluhan dan tanda anafilaktik
dengan riwayat sebelumnya memakai obat parenteral atau
adanya gigitan serangga.

F. Penatalaksanaan medis

Daftar Pustaa
Anastasia A, 2009, Penggunaan Adrenalin Dalam Pengobatan Anafilaksis,
Available from URL: http://yosefw.wordpress.com/2009/03/page/3/
Anonym, 2011, Anaphylaxis. Available from URL:
http://en.wikipedia.org/wiki/Anaphylaxis Mangku, G, 2007, Diklat Kuliah:
Syok, Bagian Anestesiologi dan Reanimasi FK UNUD/RS Sanglah,
Denpasar Johnson RF, 2011, Anaphylaxis Syok: Pathopysiology,
Recognition and Treatment, Medscape, Rengganis I, 2009, Renjatan
Anafilaktik, Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, Interna Publishing, Jakarta
Stephen FK, 2011, Anaphylaxis, Medscape. Available from URL:
http://emedicine.medscape.com Wiryana Made, 2002, Syok dan
Penanganannya, Seminar Sehari Traumatologi, IKAYANA FK UNUD,
Denpasar
Bailey, J.J., Sabbagh, M., Loiselle, C. G., Boileau, J.,& McVey, L. (2010). Intensive and Critical Care
Nursing 2010, Vol. 26, Hal. 986.

Nurarif .A.H. dan Kusuma. H. (2015). APLIKASI Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis
& NANDA NIC-NOC Jilid 3. Jogjakarta: MediAction.

ASUHAN KEPERA WATAN


PADA Tn./Ny./Sdr/i DENGAN KEGAWATAN SISTEM
……………………………………………
Dx Medis :
…………………………………

I. Pengkajian
a. IDENTITAS
Nama/Initial : ................................................
Umur & Alamat : ................................................
Pekerjaan : ................................................
Tanggal MRS : ................................................
Tgl pengkajian : ..................................................................................
Penanggung Jwb : ............................Alamat..........................................
No.Register : ................................................ .................................
Dx.Medis : ................................................ .................................

b. KELUHAN UTAMA
Saat MRS........................................................................................................
(Jika nyeri maka gunakan pendekatan PQRST).............................................

Saat Pengkajian...............................................................................................
(Jika nyeri maka gunakan pendekatan PQRST).............................................

c. RIWAYAT PENYAKIT / MEKANISME TRAUMA


........................................................................................................................
...............
..............................
........................................................................................................................
...............
..............................
d. RIWAYAT LINGKUNGAN (TKP)
........................................................................................................................
...............
...............................
........................................................................................................................
...............
...............................

e. PEMERIKSAAN FISIK
□ AIRWAY :

□ BREATHING :

□ CIRCULATION :

□ DISABILITY :

□ EXPOSURE :
□ FULL Vital Sign & Five Intervention
o Nadi
o TD
o SUHU
o RR
Monitor Denyut Jantung
+/- Pulse Oximetri +/-
Indwelling kateter +/-
NOT +/-
Pemeriksaan Laboratorium +/-

o GIVE A COMFORT

o HISTORY & HEAD TO TOE ASSESSMENT


▪ History
▪ Head to toe
• Kepala :
• Leher
• Dada (Thorax)
• Abdomen :
• Panggul
• Alat kelamin
• Ekstremitas : Atas
Bawah

o INSPEKSI ( back bone)

f. Riwayat penyakit terdahulu :


g. Riwayat keluarga :

Genogram

h. Pola pemenuhan ADL :


• Kebutuhan nutrisi

• Pola eliminasi

• Pola istirahat tidur

• Pola aktifitas

• Pola kebersihan :

• Pola komunikasi

• Pola toleransi-koping
i. PEMERIKSAAN LABORATORIUM/ RADIOLOGI
□ Laboratorium
□ Rontegen
□ EKG
□ Terapi medis

II. Analisis data

Dat Etiologi Masala


a h
DS:

DO:

DS:

DO:

DS:

DO:
III. Diagnosa Keperawatan

Tgl/Jam No. Dx Diagnosa Keperawatan Paraf

IV. Planning

Tujuan/
Tanggal No. Dx Intervensi Rasional
Kriteria
Evaluasi
1. a. a.
b. b.
c. c.
d. d.

2. a. a.
b. b.
c. c.
d. d.
V. Implementasi

No. Dx Tanggal/ Implementasi Paraf


JAM
VI. Catatan Perkembangan

Tgl/JAM No. Dx Evalua TTD


si
DISCHARGE PLANNING

□ Nama/Initial : ..................................................
□ Umur :
..................................................................................
□ Alamat
: ..................................................................................
□ Tanggal MRS
: ..................................................................................
□ Tgl Pengkajian
: ..................................................................................
□ No. Registrasi
: ..................................................................................
□ Dx. Medis
: ..................................................................................

Subyektif :

Obyektif :

Assesment :

Planning :

Intervention :

Evaluasi :

Keterangan : Pindah Ruangan / Rujujk / Meninggal dunia


Apabila Pindah Ruangan / Rujuk : Catatan Penting,
Meliputi : Tindakan yamg telah dilakukan, tindakan
yang belum dilakukan, Hal yang perlu diperhatikan,
& Kewaspadaan

Ttd,

Nama Petugas/Ka. Ti

Anda mungkin juga menyukai