Anda di halaman 1dari 22

MAKALAH KGD MEDIK KELOMPOK KHUSUS

ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN SYOK ANAFILATIK

Dosen Pembimbing :
Ns. Gajali Rahman, S.Kep., M.Kep

Disusun Oleh:
Yanto Rerungan : P07220222071
Marwita : P07220222087
Natalia Huring : P07220222074

PROGRAM STUDI SARJANA TERAPAN KEPERAWATAN

POLTEKKES KEMENKES KALIMANTAN TIMUR

2022/2023

1
DAFTAR ISI

COVER......................................................................................................................i
DAFTAR ISI............................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................1
A. Latar Belakang..............................................................................................1
B. Rumusan Masalah.........................................................................................2
C. Tujuan...........................................................................................................3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA..............................................................................4
A. Definisi..........................................................................................................4
B. Etiologi..........................................................................................................4
C. Manifestasi Klinis.........................................................................................5
D. Klasifikasi.....................................................................................................5
E. Penatalaksanaan............................................................................................6
F. Komplikasi....................................................................................................7
G. Pathway.........................................................................................................8
BAB III ASUHAN KEPERAWATAN...................................................................9
A. Pengkajian.....................................................................................................9
B. Diagnosa Keperawatan...............................................................................10
C. Intervensi.....................................................................................................11
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................19

2
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Tubuh manusia mengadakan reaksi setiap ada benda asing
(antigen) yang masuk melalui sistem kekebalan tubuh dengan membentuk
antibodi. Antigen yang dapat menimbulkan alergi disebut alergen.
Penderita yang memiliki kepekaan terhadap antigen menunjukan reaksi
hipersensitivitas (Subowo, 2013). Alergi merupakan reaksi
hipersensitivitas yang timbul akibat paparan terhadap bahan yang pada
umumnya bukanlah penyakit dan tidak membahayakan tubuh namun
banyak ditemukan dalam lingkungan,terhadap makanan,obat-obatan,
maupun hewan (Eskandari, Nekourad and Bastan, 2014).
Syok anafilaksis berasal dari bahasa Yunani, dari 2 kata, ana yang
berarti jauh dan phylaxis yang berarti perlindungan. Secara harfiah artinya
adalah menghilangkan perlindungan. Istilah ini pertama kali diperkenalkan
oleh Portier dan Richet pada tahun 1902 ketika memberikan dosis
vaksinasi dari anemone laut untuk kedua kalinya pada seekor anjing.
Hasilnya, anjing tersebut mendadak mati
Insiden syok anafilaktik diketahui 40-60% akibat gigitan serangga,
20-40% akibat zat kontras radiografi, dan 10-20% akibat pemberian obat
penisilin. Laki-laki lebih rentan terkena. Syok anafilaktik 60% lebih sering
terjadi pada wanita dewasa pada usia kurang dari 39 tahun. Pada anak-
anak usia dibawah 15 tahun, reaksi anafilaksis lebih sering terjadi pada
laki-laki. Rute perjalanan parenteral biasanya menimbulkan reaksi yang
lebih berat (Mali, 2012)

1
Frekuensi insiden syok anafilaktik terhitung sangat jarang dan
sulit diperkirakan tetapi dapat dikalkulasikan berkisar antara 1 : 3.500
hingga 1 : 13.000 kasus di Kanada, 1 : 10.000 hingga 1 : 20.000 di
Australia, dan laporan terbaru dari Norwegia, memperkirakan insiden
menjadi 1 : 6.000. 3 Syok anafilaktik merupakan salah satu
kegawatdaruratan, sehingga harus didiagnosis dan diobati segera
(Eskandari, Nekourad and Bastan, 2014).
Data yang menjelaskan jumlah insiden dan prevalensi dari syok
dan reaksi anafilaksis saat ini sangat terbatas. Dari beberapa data yang
diperoleh di Amerika Serikat menunjukkan 10 dari 1000 orang mengalami
reaksi anafilaksis tiap tahunnya. Saat ini diperkirakan setiap dari 3000
pasien rumah sakit di USA mengalami reaksi anafilaksis, dengan resiko
megalami kematian sebesar 1%
Syok anafilaktik merupakan reaksi yang memiliki masa onset
cepat. Oleh karena itu diperlukan pengetahuan terhadap syok anafilaktik
dan penatalaksanaannya yang tepat sehingga jika mendapatkan pasien
yang memiliki riwayat penyakit alergi dapat ditangani dengan baik.
Pengetahuan dan kemampuan mendiagnosis dapat mengurangi
kemungkinan terjadinya syok anafilaktik semakin buruk yang dapat
mengakibatkan kematian

B. Rumusan Masalah
1. Apa definisi syok anafilaktik?
2. Apa saja etiologi syok anafilaktik?
3. Apa saja manifestasi klinis syok anafilaktik?
4. Apa saja klasifikasi syok anafilaktik?
5. Bagaimana penatalaksanaan syok anafilaktik?
6. Apa saja komplikasi syok anafilaktik?
7. Bagaimana pathway syok anafilaktik?
8. Bagaimana asuhan keperawatan syok anafilaktik?

2
C. Tujuan
1. Mengetahui definisi syok anafilaktik
2. Mengetahui etiologi syok anafilaktik
3. Mengetahui manifestasi klinis syok anafilaktik
4. Mengetahui klasifikasi syok anafilaktik
5. Mengetahui penatalaksanaan syok anafilaktik
6. Mengetahui komplikasi syok anafilaktik
7. Mengetahui pathway syok anafilaktik
8. Mengetahui asuhan keperawatan syok anafilaktik

3
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi
Anafilaksis merupakan reaksi alergi yang berat dan bisa mengancam
nyawa dan harus selalu ditangani sebagai hal darurat medis. Anafilaksis
terjadi setelah orang terpapar dengan allergen (biasanya makanan, serangga
atau obat) yang dapat menimbulkan alergi padanya. Tidak semua orang yang
terkena alergi menghadapi bahaya anafilaksis (ASCIA, 2015)
Syok Anafilaktik adalah reaksi hipersensitifitas akut yang melibatkan
dua organ atau lebih (sistem kulit/mukosa dan jaringan bawah kulit, sistem
respirasi, sistem kardiovaskuler, sistem gastrointestinal). Syok Anafilaktik
dapat diartikan sebagai reaksi hipersensitivitas sistemik yang serius,
mengancam nyawa dan merupakan reaksi alergi dengan onset cepat. Syok ini
merupakan reaksi hipersensitifitas sistemik, akut yang dimediasi oleh IgE
akibat pelepasan mediator sel mast, basofil (Rengganis et al., 2019)

B. Etiologi
Faktor pemicu timbulnya syok anafilaktik pada anak-anak, remaja, dan
dewasa muda adalah sebagian besar oleh makanan. Sedangkan gigitan
serangga dan obat-obatan menjadi pemicu timbulnya reaksi ini pada kelompok
usia pertengahan dan dewasa tua. Sebagian besar pemicu spesifik terhadap
reaksi anafilaksis bersifat universal, seperti di Amerika Utara, dan beberapa
negara di Eropa dan Asia, susu sapi telur, kacang, ikan, kerang merupakan
penyebab tersering. Di beberapa negara Eropa lainnya, buah peach adalah
faktor pemicu tersering. Obat-obatan seperti antivirus, antimikroba, anti jamur
adalah penyebab paling sering reaksi anafilaksis di dunia. Reaksi anafilaksis
juga dapat dipicu oleh agen kemoterapi, seperti carboplatin, doxorubicin,
cetuximab, infliximab. Agen lain yang dapat menyebabkan reaksi ini adalah

4
radiocontrast media, latex yang biasa ditemukan di sungkup, endotrakeal tube,
cuff tensimeter, kateter, torniket, udara yang terlalu dingin atau air yang
dingin. Sensitivitas host, dosis, kecepatan, cara, dan waktu paparan dapat
mempengaruhi reaksi anafilaksis, dimana paparan oral lebih jarang
menimbulkan reaksi (Simons et al., 2013).

C. Manifestasi Klinis
Tanda dan gejala dari anafilaksis menurut Simons (2013) dapat berupa:
1. Kulit, subkutan, mukosa
Kemerahan, gatal, urtikaria, angioedema, eritema dan edema,
eritema konjunctiva, mata berair Gatal pada bibir, lidah, palatum, kanalis
auditori eksternus, bengkak di bibir, lidah, dan uvula. Gatal di genital,
telapak tangan dan kaki.
2. Respirasi
Gatal di hidung, bersin-bersin, kongesti, rinorea, pilek Gatal pada
tenggorokan, disfonia, suara serak, stridor, batuk kering, Peningkatan laju
nafas, susah bernafas, dada terasa terikat, wheezing, sianosis, gagal nafas.
3. Gastrointestinal
Nyeri abdomen, mual, muntah, diare, disfagia.
4. Sistem kardiovaskuler
Nyeri dada, takikardia, bradikardia (jarang), palpitasi, hipotensi,
merasa ingin jatuh, henti jantung.
Manifestasi primer pada jantung tampak dari perubahan EKG yaitu T
mendatar, aritmia supraventrikular, AV block.
5. Sistem saraf pusat
Perubahan mood mendadak seperti iritabilitas, sakit kepala,
perubahan status mental, kebingungan

D. Klasifikasi
Klasifikasi derajat klinis reaksi hipersensitifitas/anafilaksis oleh
Nurarif (2016) yaitu:

5
1. Ringan (hanya melibatkan kulit dan jaringan dibawah kulit) seperti:
eritema generalisata, urtikaria, angioedema/edema periorbita.
2. Sedang (melibatkan sistem respirasi, kardiovaskuler, gastrointestinal)
seperti : sesak nafas, stridor, mengi, mual, muntah, pusing (pre syncope),
rasa tidak enak di tenggorokan dan dada serta nyeri perut.
3. Berat (hipoksia, hipotensi, syok dan manifestasi neurologis), seperti:
sianosis (SpO2 < 90°o), hipotensi (SBP < 90 mmHg pada dewasa),
kolaps, penurunan kesadaran dan inkontinensia.

Reaksi dengan derajat ringan dikenal sebagai reaksi hipersensitifitas akut,


sedangkan untuk derajat sedang dan berat merupakan gambaran klinis
anafilaksis

E. Penatalaksanaan
Menurut Nurarif (2016) penatalaksanaan syok anafilaksis antara lain:
1. Memerlukan tindakan cepat, diutamakan dengan pemberian adrenalin
sesegera mungkin
2. Penanganan utama
a. Hentikan antigen penyebab, beri antihistamin
b. Baringkan pasien dengan posisi tungkai / kaki lebih tinggi dari
kepala
c. Pemberian adrenalin 1:1000 (1 mg/ml)
d. Segera diberi im dosis 0,3-0,5 ml pada otot deltoideus (anak 0,01
mg/kgBB) dapat diulang tiap 5 menit
e. Pemberian adrenalin iv bila tidak ada respon pemberian dengan im
atau terjadi kegagalan sirkulasi dan syok dosis 0,5 ml. adrenalin
1:1000 diencerkan dalam 10 ml larutan dan diberikan selama 10
menit
f. Pasang infus untuk mengatasi hypovolemia dan tanda kolaps
vaskuler
g. Bebaskan jalan nafas kalau perlu pasang intubasi endotrakeal

6
h. Pembenan oksigen 5-10 It/mt, bila perlu bantuan pemafasan

3. Pengobatan tambahan
a. Antihistamin : difenhidramin iv 50 mg pelan (5-10 menit) diulang
tiap 6 jam selama 48 jam
b. Kortikosteroid : untuk mencegah reaksi berulang seperti
hidrokortison
4. Tindakan dan pengobatan simptomatis
a. Apabila terjadi bronkospasme yang menetap atau tidak mempan
dengan adrenalin maka diberikan aminopilin iv 4-7 mg/kgBB
selama 10-20 menit, bronkodilator aerosol.
b. Apabila tekanan darah tidak naik dengan pemberian cairan maka
dapat diberikan dopamine 0,3-1,2 mg/kgBB/jam dalam larutan infus
dextrose 5%
c. Apabila ada obstruksi saluran nafas atas karena oedema maka
dilakukan intubasi dan trakeotomi

F. Komplikasi
Menurut Nurarif (2016) komplikasi syok anafilaksis antara lain:
1. Henti jantung (cardiac arrest) dan henti nafas
2. Bronkospasme persisten
3. Oedema larynx (dapat mengakibatkan kematian)
4. Relaps jantung dan pembuluh darah (kardiovaskuler)
5. Kerusakan otak permanen akibat syok
6. Urtikaria dan angoiodema menetap sampai beberapa bulan

7
G. Pathway

Alergi

Terpapar pada sel plasma

Pembentukan Ig E spesifik terhadap alergi

Rekasi antibodi

Lepasnya mediator kimia

Syok Anafilaktik

Pe meningkat Pe meningkat mucus Spasme bronkus Spasme darah


permeabilitas pada jalan nafas coroner
vaskuler
Penyempitan jalan
Perpindahan cairan dari Gangguan pada jalan nafas Aliran darah pada
intravascular ke nafas arteri coroner
interstisial menurun
Bersihan jalan nafas
Pe menurun tekanan Suplai O2 ke miokad
perfusi jaringan jantung menurun
Pe menurun cairan intravaskuler
Jaringan kekurangan Miokard kekurangan
suplai darah Pe menurun aliran O2
darah balik
Akral dingin Kekuatan kontraksi
Pe menurun tekanan otot jantung
darah berkurang
Perfusi perifer tidak
efektif Suplai O2 ke miokad
Kekurangan Penurunan curah
jantung menurun
volume cairan jantung

8
BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian
1. Pengkajian Primer
a. Airway
Hal pertama yang dinilai adalah kelancaran airway. Meliputi
pemeriksaan adanya obstruksi jalan nafas yang dapat disebabkan
benda asing, bengkak pada wajah seperti hidung atau adanya secret.
Dalam hal ini dapat dilakukan “chin lift” atau “jaw thrust”. Selama
memeriksa dan memperbaiki jalan nafas.
b. Breathing
Jalan nafas yang baik tidak menjamin ventilasi yang baik.
Pertukaran gas yang terjadi pada saat bernafas mutlak untuk
pertukaran oksigen dan mengeluarkan karbondioksida dari tubuh.
Frekuensi nafas cepat dan dangka, suara pernafasan pada paru-paru
terdengar ada ronchi, weezing atau dipsnea. Ventilasi yang baik
meliputi : fungsi yang baik dari paru, dinding dada dan diafragma.
c. Circulation
Dikaji sirkulasi meliputi : sirkulasi perifer, nadi (irama,
denyut), tekanan darah, ekstremitas, warna kulit, CRT, dan edema.
Tanda dan gejala seperti : Takikardi, hipotensi, renjatan, aritmia,
palpitasi, bengkak pada wajah, bibir dan mata, akral dingin, pucat,
CRT >2, pruritus, urtikaria.
d. Disability
Periksa tingkat kesadaran, respon pupil dan fungsi sensorik motoric
e. Exposure
Dilakukan pemeriksaan fisik head to toe secara menyeluruh dan EKG

9
2. Pengkajian Sekunder
a. Identitas : nama, usia, jenis kelamin, kebangsaan/suku, berat badan,
tinggi badan, pendidikan, pekerjaan,status perkawinan, anggota
keluarga, agama.
b. Riwayat kesehatan : waktu kejadian, penyebab syok, posisi saat
kejadian, status kesadaran saat kejadian, pertolongan yang diberikan
segera setelah kejadian.
c. Aktivitas/stirahat
Gejala : merasa lelah, lemah, lunglai
d. Sirkulasi
Gejala : perubahan tekanan darah (hipotensi), takikardi, renjatan,
aritmia, palpitasi.
e. Makanan/cairan
Gejala : mual, muntah.
f. Nyeri/kenyamanan
Gejala : sakit perut
Tanda : rasa tak enak di dada dan perut
g. Pernafasan
Tanda : pemafasan sulit, suara serak, sesak, sulit berbicara, apnea,
mengi batuk terus.
h. Keamanan
Tanda : pruritus, urtikaria

B. Diagnosa Keperawatan
1. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan spasme jalan nafas
(D. 0001)
2. Perfusi perifer tidak efektif berhubungan dengan penurunan aliran arteri
dan vena (D.0009)
3. Penurunan curah jantung berhubungan dengan perubahan irama (D. 0008)

10
4. Risiko ketidakseimbangan cairan berhubungan dengan kehilangan cairan
aktif (D.0036)

11
C. Intervensi
No Diagnosa Kriteria Hasil Intervensi
1 Bersihan jalan nafas tidak Setelah dilakukan intervensi keperawatan Manajemen Jalan Napas (I.01011)
efektif berhubungan dengan selama 3x24 jam maka diharapkan Observasi
spasme jalan nafas (D. bersihan jalan nafas meningkat dengan  Monitor pola napas (frekuensi, kedalaman,
0001) kriteria hasil : usaha napas)
Bersihan Jalan Nafas (L.01001)  Monitor bunyi napas tambahan (mis.
a. Produksi sputum menurun gurgiling, mengi, wheezing, ronkhi
b. Mengi menurun kering)
c. Wheezing menurun  Monitor sputum (jumlah, warna, aroma)
d. Dipsnea menurun Terapeutik
e. Gelisah menurun  Pertahanan kepatenan jalan napas dengan
f. Frekuensi napas meningkat head-tift dan chin-lift (jaw-thrust jika
g. Pola napas meningkat curiga trauma servikal)
 Posisikan Semi-Fowler atau Fowler
 Berikan minuman hangat
 Lakukan fisioterapi dada, jika perlu
 Lakukan penghisapan lendir kurang dari

12
15 detik
 Lakukan hiperoksigenasi sebelum
penghisapan endotrakeal
 Berikan Oksigen, Jika perlu
Edukasi
 Anjurkan asupan cairan 2000 ml/hari,
Jika tidak komtraindikasi
 Ajarkan teknik batuk efektif
Kolaborasi
 Kolaborasi pemberian bronkodilator,
ekspektoran, mukolitik, Jika perlu
2 Perfusi perifer tidak efektif Setelah dilakukan intervensi keperawatan Manajemen Syok Anafilaktif (I.02049)
berhubungan dengan selama 3x24 jam maka diharapkan Observasi
penurunan aliran arteri dan perfusi perifer tidak efektif menurn  Monitor status kardiopulmonal
vena (D.0009) dengan kriteria hasil : (frekuensi dan kekuatan nadi, frekuensi
Perfusi Perifer (L.02011) napas, TD, MAP)
a. Denyut nadi perifer meningkat  Monitor status oksigenasi (oksimetri
b. Warna kulit pucat menurun nadi, AGD)
 Monitor status cairan (masukan dan

13
c. Edema perifer menurun haluaran, turgo kulit, CRT)
d. Nyeri ekstremitas menurun  Monitor tingkat kesadaran dan respon
e. Kelemahan otot menurun pupil
f. Kram otot menurun Terapeutik
g. Nekrosis menurun  Pertahankan jalan napas paten
h. Pengisian kapiler membaik  Berikan oksigen untuk mempertahankan
i. Akral membaik saturasi oksigen >94%
j. Turgor kulit membaik  Persiapkan intubasi dan ventilasi
k. Tekanan darah sistolik membaik mekanis, jika perlu
l. Tekanan darah diastolik membaik  Berikan posisi syok (modified
m. Tekanan arteri rata-rata membaik Trendelenberg)
 Pasang jalur IV
 Pasang kateter urine untuk menilai
produksi urine
 Pasang selang nasogastrik untuk
dekompresi lambung, jika perlu

Kolaborasi

14
 Kolaborasi pemberian epinefrin
 Kolaborasi pemberian dipenhidramin,
jika perlu
 Kolaborasi pemberian bronkodilator, jika
perlu
 Kolaborasi krikotiroidotomi, jika perlu
 Kolaborasi intubasi endotrakheal, jika
perlu
 Kolaborasi pemberian resusitasi cairan,
jika perlu
3 Penurunan curah jantung Setelah dilakukan intervensi keperawatan Perawatan Jantung (I.02075)
berhubungan dengan selama 3x24 jam maka diharapkan curah Observasi
perubahan irama (D. 0008) jantung meningkat dengan kriteria hasil :  Identifikasi tanda atau gejala primer
Curah Jantung (L.02008) penurunan curah jantung (meliputi
a. Kekuatan nadi perifer membaik dispnea, kelelahan, edema, ortopnea,
b. Gambaran EKG aritmia menurun paroxysmal nocturnal dyspnea,
c. Lelah menurun peningkatan CVP)
d. Edema menurun  Identifikasi tanda atau gejala sekunder
penurunan curah jantung (meliputi

15
e. Distensi vena jugularis menurun peningkatan berat badan, hepatomegali,
f. Dispnea menurun distensi vena jugularis, palpitasi, ronkhi
g. Oliguria menurun basah, oliguria, batuk, kulit pucat)
h. Pucat/ sianosis menurun  Monitor tekanan darah (termasuk
i. Tekanan darah membaik tekanan darah ortostatik, jika perlu)
j. Capillary refill time (CRT) membaik  Monitor intake dan output cairan
 Monitor berat badan setiap hari pada
waktu yang sama
 Monitor saturasi oksigen
 Monitor keluhan nyeri dada (mis.
intensitas, lokasi, radiasi, durasi,
presivitasi yang mengurangi nyeri)
 Monitor EKG 12 sadapan
 Monitor aritmia (kelainan irama dan
frekuensi)
 Monitor nilai laboratorium jantung (mis.
elektrolit, enzim jantung, BNP, NTpro-
BNP)
 Monitor fungsi alat pacu jantung

16
 Periksa tekanan darah dan fungsi nadi
sebelum dan sesudah aktivitas
 Periksa tekanan darah dan frekuensi nadi
sebelum pemberian obat (mis. beta
blocker, ACE inhibitor, calcium channel
blocker, digoksin)
Terapiutik
 Posisikan pasien semi-Fowler atau
Fowler dengan kaki ke bawah atau posisi
nyaman
 Berikan diet jantung yang sesuai (mis.
batasi asupan kafein, natrium, kolesterol,
dan makanan tinggi lemak)
 Berikan terapi relaksasi untuk
mengurangi stress, jika perlu
 Berikan dukungan emosional dan
spiritual
 Berikan oksigen untuk mempertahankan

17
saturasi oksigen >94%
Edukasi
 Anjurkan beraktivitas fisik sesuai
toleransi
 Anjurkan beraktivitas fisik secara
bertahap
Kolaborasi
 Kolaborasi pemberian antiaritmia, jika
perlu
 Rujuk ke program rehabilitasi jantung
4 Risiko ketidakseimbangan Setelah dilakukan intervensi keperawatan Pemantauan Cairan (I.03121)
cairan berhubungan dengan selama 3x24 jam maka diharapkan tidak Observasi
kehilangan cairan aktif terjadi ketidakseimbangan cairan dengan  Monitor frekuensi dan kekuatan nadi
(D.0036) kriteria hasil :  Monitor frekuensi napas
Keseimbangan Cairan (L.03020)  Monitor tekanan darah
a. Asupan cairan meningkat  Monitor waktu pengisian kapiler
b. Haluaran urin meningkat
 Monitor elastisitas atau turgor kulit
c. Kelembaban membran mukosa
 Monitor jumlah, warna dan berat jenis urin
meningkat

18
d. Asupan makanan meningkat  Monitor intake dan output cairan
e. Edema menurun  Identifikasi tanda-tanda hipovolemia
f. Dehidrasi menurun  Identifikasi tanda-tanda hipervolemia
g. Tekanan darah membaik  Identifikasi faktor risiko
h. Denyut nadi radial membaik ketidakseimbangan cairan
i. Tekanan arteri rata-rata membaik Terapeutik
j. Membran mukosa membaik  Atur interval waktu pemantauan sesuai
k. Mata cekung membaik dengan kondisi pasien
l. Turgor kulit membaik
 Dokumentasikan hasil pemantauan
m. Berat badan membaik
Edukasi
 Jelaskan tujuan dan prosedur pemantauan
 Informasikan hasil pemantauan, jika perlu

19
DAFTAR PUSTAKA

ASCIA (2015) Australasian Society of Clinical Immunology and Allergy,


www.allergy.org.au.

Eskandari, Nekourad and Bastan (2014) ‘The awarness of anaphylaxis reaction to


local anesthesia in dentistry’, J Allergy Asthma, 1(1).

Mali (2012) ‘Anaphylaxis during the perioperative period’, Anesth Essay Res,
6(2).

Nurarif (2016) Asuhan Keperawatan Praktis Berdasarkan Diagnosa Nanda, Nic,


Noc dalam Berbagai Kasus. Jogjakarta: Mediaction Publishing.

Rengganis, I. et al. (2019) Renjatan Anafilatik. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam.
Jakarta: Interna Publishing.

Simons et al. (2013) ‘World Allergy Organization Anaphylaxis Guidelines: 2013


Update of the Evidence Base’, International Archives of Allergy and
Immunology, 162(5).

Subowo (2013) Imunologi Klinik. Jakarta: CV Sangung Seto.

Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2017. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia.

Edisi 1. Jakarta : PPNI

Tim Pokja SLKI DPP PPNI. 2019. Standar Luaran Keperawatan Indonesia. Edisi

1. Jakarta : PPNI

Tim Pokja SIKI DPP PPNI. 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia.

Edisi 1. Jakarta : PPNI

20

Anda mungkin juga menyukai