Anda di halaman 1dari 40

LAPORAN PENDAHULUAN DAN KONSEP ASUHAN

KEPERAWATANKLIEN DENGAN ASMA

Disusun oleh:
KELOMPOK 20

1. Lidya fantasi alami (14.401.17.050)


2. Winarti (14.401.17.088)

AKADEMI KESEHATAN RUSTIDA


PROGRAM STUDI D-III KEPERAWATAN
KRIKILAN-GLENMORE-BANYUWANGI
2019
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang, Kami
panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah,
dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah Konsep Asuhan
Keperawatan pada klien dengan Asma .
Makalah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari
berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu kami
menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam
pembuatan makalah ini. Terlepas dari semua itu, Kami menyadari sepenuhnya bahwa masih
ada kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu
dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat
memperbaiki makalah ilmiah ini.
Akhir kata kami berharap semoga makalah ilmiah tentang Konsep Asuhan
Keperawatan Asma pada Anak untuk masyarakan ini dapat memberikan manfaat maupun
inpirasi terhadap pembaca.

Banyuwangi, 6 September 2019

Penulis kelompook 20

ii
DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN ......................................................................................... ii


KATA PENGANTAR ................................................................................................. iii
DAFTAR ISI ................................................................................................................ iv
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang................................................................................................... 1
B. Batasan Masalah ................................................................................................ 1
C. Rumusan Masalah ............................................................................................. 1
D. Tujuan ................................................................................................................ 2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


A. KONSEP PENYAKIT
1. Definisi .............................................................................................................. 3
2. Etiologi .............................................................................................................. 3
3. Manifestasi Klinis ............................................................................................. 4
4. Patofisiologi ...................................................................................................... 4
5. Klasifikasi Asma .............................................................................................. 8
6. Komplikasi ....................................................................................................... 8
B. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian Keperawatan .................................................................................. 9
2. Diagnosa Keperawatan ...................................................................................... 16
3. Intervensi Keperawatan ..................................................................................... 20
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Asma merupakan penyakit gangguan inflamasi kronis saluran pernafasan yang di
hubungakan dengan hiperresponsif, keterbatasan pada aliran udara yang reversibel
dan gejala pernafasan. Di Amerika kunjungan pasien asma pada pasien berjenis
kelamin perempuan di bagian gawat darurat dan akhirnya memerlukan perawatan di
rumah sakit dua kali lebih banyak di banding pria. Data penelitian enunjukan
bahwa40% dari pasien yang di rawat tadi terjadi selamafare premenstruasi. Di
kawasan Aaustralia, Kanada dan Spayol dilaporkan bahwa kunjungan paien dengan
asma akut di bagian gawat darurat berkisa antar 1-12% .
Asma merupakan salah satu penyakit kronis yang sering terjadi pada sekitar 300 jiwa.
Prevelensi meningkat di Negara yangPenduduknya makmur sejak 30 tahun yang lalu
tetapi nampakya sekarang stabil sekitar10-12% dewasa dan 15% ana-anak.
Asma adalah gangguan inflamas kronis saluran pernafasan pernafasan dimana banyak
sel inflamasi yang berperan termasuk sel mast, limfosit, neurotrofil dan eosinoil.
Inflamasi saluran pernafasan ini akan meluas tetapi obstruksi saluran pernafasan dapat
reversibel baik secara spontan maupun dengan terapi . asma juga di tandai degan
peningkatan respon saluran pernafasan dengan stimulus fisiologis dan lingkungan
seperti aktivitas fisik, udaradingin serta daerah debu.
Pada pasien ini pengobatan bisa di lakukan dengan pemberian terapi oksigen, intubasi,
dan pengobatan dengan antikolinergik, kortikosteroid, teofilin dll (Riyanto, 2014, p.
1595).
B. Batasan Masalah
Batasan masalah pada asma yaitu mulai dari pengertian hingga asuhan keperawatan
dari asma.
C. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan asma ?
2. Apakah penyebab asma ?
3. Bagaimana tanda dan gejala yang timbul pada pasien saat terkena asma?
4. Apa pemeriksaan yang dilakukan pada pasien dengan asma ?
5. Apakah Asuhan keperawatan yang harus diberikan pada klien dengan asma ?

1
2

D. Tujuan
1. Tujuan umum
a. Untuk mengetahui dan menambah pengetahuan dan wawasan tentang penyakit
asma
b. Untuk mengetahui dan menambah wawasan tetang asuhan keperawatan pada
pasien asma
2. Tujuan khusus
Setelah membaca makalah ini, diharapkan pembaca mampu mengerti dan
memahami
1. Apa yang dimaksud dengan asma
2. Apakah penyebab asma
3. Bagaimana tanda dan gejala yang timbul pada pasien saat terkena asma
4. Apa pemeriksaan yang dilakukan pada pasien dengan asma
5. Apakah Asuhan keperawatan yang harus diberikan pada klien dengan asma
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. KONSEP PENYAKIT
1. Definisi
Asma (bronkial) merupakan gangguan inflamasi pada gangguan inflamasi pada jalan
napas yang di tandai oleh obstruksi aliran udara napas dan respon jalan napas yang
berlebihan terhadap berbagai bentuk rangsangan. Obstruksi jalan napas yang
menyebarluas tetapibervariasi ini di sebabkan oleh bronkospasme edema mukosa jalan
napas dan peningkatan peningkatan produksi mukus (lendir) di sertai penyumbatan
(plugging) serta remodeling pada jalan napas. Penyakit ini merupakan salah satu
bentuk penyakit paru obstruksi menahun (PPOM), merupakan penyakit paru jangka
panjang yang di tandi oleh peningkatan resistensi jalan napas, bentuk lain PPOM
melputi bronkitis kronis dan emfisema (Kowalak, 2011, p. 232).
Asmah adalah gangguan infalamsi kronis saluran pernapasan dimana banyak sel
inflamasi yang berperan termasuk sel mast,limfosit,netrofil dan eosinoil . inflamasi
saluran pernafasan ini meluas tetapi obstruksi saluran dapat reversible baik secara
spontan maupun dengan terapi. Asma juga ditandai berupa peningkatan respon saluran
pernafasan dengan stimulus fisiologis dan lingkungan seperti aktivitas fisik,udara
dingin dan debu (Riyanto, 2014, p. 1595)
Asma adalah penyakit dengan ciri utama peningkatnya responstrakhea dan bronkus
terhadap berbagai rangsangan dengan menifestasi adanya penyempitan jalan napas
yang luas dan derajadnya dapat berubah-ubah secara spontanmaupun sebagai hasil
pengobatan (Muttaqin, 2012, p. 172).
Bedasarkan beberapa pengertian di atas dapatdi simpulkan asma adalah suatu kondisi
paru-paru yang kronis, yang di tandai dengannya sulit bernapas. Saluran pernapasan
penderita asma sangat sensitif dan memberi respon yang sangan berlebih jika
mengalami rangsangan atau gangguan. Saluran pernafasan tersebut bereaksi dengan
cara menyempit dan menghalangi udara yang keluar.
2. Etiologi
Etiologi menurut (Kowalak, 2011, p. 232)mencangkup 2 kategori antara lain:
a. Alergen ekstrinsik meliputi :
 Polen
 Bulu binatang
 Debu rumah

3
4

 Bantal kapuk
 Zat adiktif makanan yang mengandung sulfit
 Zatlain yang menimbulkan sensitilitas
b. Alergen intrinsik meliputi :
 Iritan
 Stres emosi
 Kelemahan
 Perubahan endokrin
 Perubahan suhu
 Perubahan kelembapan
 Pajanan asap yang berbahaya
 Kecemasan
 Faktor genetik
3. Manifestasi Klinis
Manifestasi klinis Menurut (Kowalak, 2011, p. 235) mencangkup beberapa
kategori antara lain:
a. Dispnue mendadak, mengi dan rasa berat pada dada.
b. Batuk-batuk dengan lendir yang kental, jernih atau sampai kekuningan.
c. Takipnue bersamaaan dengan penggunaan otot-otot respirasi aksesorius.
d. Denyut nadi yang cepat.
e. Pengeluaran keringat yang banyak.
f. Lapang paru yang hipersonor pada perkusi.
g. Bunyi napas yang berkurang.
4. Patofisiologi
Ada dua pengaruh genetik yang ditemukan pada penyakit asma, yaitu
kemampuan individu untuk mengalami asma (atopi) dan kecendergan untuk
mengalami hiperaktivitas jalan nafas yang tidak bergantung pada atopi. Lokasi
kromosom ke 11 yang berkaitan dengan atopi mengadung gen abnormal yang
mengode bagian reseptor imonoglobin (ig) E , Faktor-faktor lingkugan
berinteraksi dengan faktor-faktor keturunan untuk menimbulkan reaksi asmatik
yang disertai bronkospasme. Pada asama dinding bronkus mengadakan reaksi
yang berlebihan terhadap berbagai rangsangan sehingga terjadi spasme otot polos
yang periodik dan menimbulkan konstriksi jalan nafas berat. Antibiotik igE yang
melekat pada sel-sel mast yang mengandung histamin dan pada reseptor
5

membran sel akan memulai serangan asma intrinsik . Ketika terpanjan suatu
antigen, seperti antibodi igE akan berikatan dengan antigen ini. Pada paparan
selanjutnya dengan antigen tersebut , sel-sel mast mengalami suatu degranulasi
dan melepaskan mediator. Sel-sel mast pada jarigan intrinstisial paru akan
terangsang untuk melepaskan histamin dan leukotrien. Histamin terikat pada
suatutempat reseptor dalam bronkus yang besar tempat subtansi ini menyebabkan
pembekakan pada oto polos. Membran mukosa mengalami suatu inflamasi, iritasi
dan juga pembekakan . pasien juga mengalami dipsnea, ekspirasi yang
memanjang dan frekuensi respirasi yang meningkat. Leokotrien melekat pada
reseptor dalam bronkus yang lebih kecil dan menyebabkan pembekakan lokal otot
polos. Leukotrien juga menyebabkan prostatgladin bermigrasi melalui aliran
darah ke dalam paru-paru dan dalam organ ini , prostatgladin meningkatkan efek
pada kerja histamin. Bunyi mengi (whezing) dapat terdengar pada saat batuk
semakin tinggi pula nadanya, semakin sempit lumen bronkus . Histamin
menstimulasi suatu membran mukosa untuk menyekresi mukosa secara berlebihan
dan selanjutnya membuat lumen bronkus menjadi sempit. Sel-sel goblet
menyekresi mukosa yang sangat lengket dan sulit dibatukkan keluar sehingga
pasien semakin batuk, memperdengarkan suara ronki serta mengi bernada tinggi
dan mengalami distres pernapasan yang bertambah berat dan Selanjutnya edema
mukosa dan sekret yang kental akan menyumbat jalan nafas.Pada saat inspirasi,
lumen bronkus yang sempit masih dapat sedikit mengebang sehingga udara dapat
masuk ke dalam alveoli. Pada saat ekspirasi terdapat peningkatan tekanan
intraktoral menyebabkan penutupan total lumen bronkus. Udara bisa masuk akan
tetapi tidak bisa keluar. Dada pasien akan mengebang dan menyerupai tong
sehingga diberi nama dada tong (barrel chest) sementara pada perkusi dada,
terdapat bunyi hipersonor (hiperesonan).
Mukus akan mengisi dasar paru dan menghalangi ventilasi alveoli. Darah
berpintas ke dalam alveoli pada bagian paru yang lain tetapi pemintasan ini masih
tidak mampu mengimbangi penurunan ventilasi. Hiperventilasi dipacu oleh
reseptor paru-paru untuk meningkatkan volume paru dan disebabkan oleh udara
yang terperangkap serta obstruksi jalan nafas. terdapat Tekanan gas intrapleural
serta alveoler meningkat dan peningkatat ini menyebabkan penurunan perfusi
pada alveoli paru. Peningkatan suatu tekanan gas alveoler , penurunan fentilasi
dan perfusi mengakibatkan rasio ventilasi-perfusi tidak merata dan tidak cocok di
berbagai segmen paru. Hipoksia memicu hiperventiasi melalui stimulasi pusat
6

pernafasan yang selanjutnya akan menurunkan tekanan parsial karbon dioksida


arteri (PaCO2) dan meningkatkan pH sehingga terjadi alkalosis respiratorik.
Seiring semakin berat obstruksi padajalan nafas, semakin banyak alveoli paru
yang tersumbat. Ventilasi serta perfusi tetap tidak adekuat dan akan terjadila
retensi karbon dioksida. Akibatnya, akan timbul asidosis respiratorik dan akhirnya
pasien akan mengalami gagal nafas (Kowalak, 2011, p. 233).
7

Pathway
(Astuti, 2010, p. 40)

Spasme Otot Inflamasi Dinding Sumbatan


Bronkus Bronkus Edema Mukus

MK: Bersihan Obstruksi Alveoli Tertutup


Jalan Napas Saluran Napas
Tidak Efektif (Bronkospasme)
MK : Gangguan
Hipoksemia Pertukaran Gas

Penyempitan
Jalan Napas Asidosis
Metabolik

Peningkatan MK : Pola Napas


Kerja Pernapasan Tidak Efektif

Peningkatan Ketidakseimbangan
Kebutuhan Oksigen Suplai Kebutuhan O2

Hiperfentilasi
MK : Intoleransi Aktivitas

Retensi CO2

Asidosis Respiratorik
5. Klasifikasi Asma
Klasifikasi asma menurut (Astuti, 2010, p. 38)mencangkup 4 kategori antara lain:
a. Mild intermitent, (ringan intermiten), dimana pada kondisi klien asma ringan
yang sebentar.
b. Mild persistent, dimana kondisi klien dengan asma ringan yang terus menerus
atau menetap.
c. Moderate persistent, dimana kondisi klien dengan asma sedang yang terus
menerus atau menetap.
d. Severe persistent, dimana kondisi klien dengan asma berat yang terus menerus
atau menetap.
6. Komplikasi
Komplikasi asma menurut (Astuti, 2010, p. 41) meliputi:
a. Pneumothoraks
b. Gagal jantung
c. Infeksi pernafasan
d. Kesulitan emosional
e. Kematian
B. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian Keperawatan
a. Identitas
Asma merupakan penyakit yang dapat penyerang pada semua usia, 50% pasien
asma berusia kurang dari 10 tahun. Pada kelompok usia ini anak laki-laki terserang
asma dua kali lebih sering daripada asma anak perempuan sepertiga pasien
mengalami serangan asma pada usia 10-30 tahun dan dalam kasus ini terdapat
insiden asma yang sama (Kowalak, 2011, p. 232).

b. Statu kesehatan saat ini


1) Keluhan utama
Pasien dengan serangan asma datang mencari pertolongan terutama dengan
keluhan sesak napas yang hebat dan mendadak (Muttaqin, 2012, p. 175)
2) Alasan masuk rumah sakit
Pasien dengan serangan asma datang mencari pertolongan terutama dengan
keluhan sesak napas yang hebat dan mendadak disertai dengan gejala-gejala
lain seperti wheezing , penggunaan otot bantu pernafasan, kelelahan, angguan
kesadaran, sianosis, da perubahan tekanan darah (Muttaqin, 2012, p. 175).
3) Riwayat penyakit sekarang
Tujuan untuk menentukan waktu saat timbulnya serangan dan beratnya gejala,
terutama membandingka dengan eksaserbasi sebelumnya, untuk semua obat
yang di gunakan selama ini, riwayatdi RS sebelumnya, kunjungan
kegawatdaruratan, riwayat saat gagal napas sebelumnya (alat intubasi,
pengunaan ventilator) dan gangguan psikiatrik atau psikologis. Tidak adanya
riwayat pada asma sebelumnya terutama pada pasien dewasa harus diperkirakan
diagnosis banding lainnya seperti gagal jantung kongestif, PPOK serta lainnya
(Riyanto, 2014, p. 1597).

c. Riwayat kesehatan terdahulu


1) Riwayat penyakit sebelumnya
Penyakit yang pernah di derita pada masa dahulu seperti adanya infeksi
pernafasan atas, sakit tenggorokan, amandel, dan polip hidung. Riwayat
serangan asma, frekuensi, waktu da alergen yang di curigaii sebagai pencetus
serangan serta pengobatan yang di lakukan utuk meringankan gejala asma
(Muttaqin, 2012, p. 175).
2) Riwayat penyakit keluarga
Perawat menggali informasi adanya keluarga yang mengalami peyakit yang
sama(asma) karna salah satu penyebab yakni alergen intrinsik meliputi faktor
genetikdan lingkungan (Muttaqin, 2012, p. 175).
3) Riwayat pengobatan
Adanya riwayat penyalahgunaan obat-obatan. Perawat perlu menggali informasi
pengobatan di masa lalu dan penggunaan terapi kortikosteroid sistemik .
riwayat alergi seperti: polen, bulu binatang tertentu, debu, zat adiktif dll
(Kowalak, 2011, p. 233).

d. Pemeriksaan fisik
1) Keadaan umum
a) Kesadaran
Perhatian utama di tunjukan kepada keadaan umum, pada kondisi lanjut akan
di dapatkan kesadaran menurun (apatis,samnolen) sebagai respon kekurangan
oksigen (Riyanto, 2014, p. 1598)
b) Tanda-tanda vital
Frekuwensi pernafasan respiratory rate (RR) >39X/menit, Takikardi >
120X/menit atau pulsus paradoxus >12 mmHg merupakan tanda vital adanya
serangan asma (Riyanto, 2014, p. 1598).
2) Body sistem
a) Sistem pernafasan
Inspeksi: pada pasien asma terlihat adanya penigkatan usaha dan frekuwensi
pernapasan, serta penggunaan otot bantu pernapasan. Inspeksi dada
terutama untuk melihat postur bentuk dan kesimetrisan adanya
peningkatan diameter anterior posterior otot-otot interkostalis, sifat
dan irama pernapasan dan frekuwensi pernapasan.
Palpasi: pada palpasi kesimetrisan, ekspansi dan taktil fremitus normal
Perkusi: pada perkusi terdapat suara normal sampai hipersonor sedangkan
diafragma menjadi datar dan rendah.
Auskultasi: terdapat suara vasikular yang meningkat di sertai dengan
ekspirasi lebih dari 4 detik atau lebih dari 3 kali insirasi dengan
bunyi napas tambahan utama wheezing pada akhir eksirasi
(Muttaqin, 2012, p. 177).
b) Sistem kardiovaskular
Irama jantung yang biasanya ditemukan adalah sinus takikardi dan
supraventikular takikardi. Jika gangguan irama jantung ini hanya di
sebabkan oleh penyakit asma saja dan gangguan irama tadi akan segera
kembali ke irama normal dalam hitungan jam (Riyanto, 2014, p. 1599).
c) Sistem persyarafan
Terdapat gangguan berupa pusing,sakit kepala akibat gejala karena asidosis.
Dan penggunaanotot tambahan untuk membantu pernafasan (Riyanto, 2014,
p. 1598).
d) Sistem perkemihan
Pengukuran volume output urine berhubungan dengan intake cairan. Oleh
karena itu perlu perawat untuk memonitor adanya oliguria karena hal
tersebut merupakan tanda awal dari syok. Klien diinformasikan agar terbiasa
dengan urine yang berwarna jingga pekat dan berbau yang menandakan
fungsi ginjal masih normal (Muttaqin, 2012, p. 88).
e) Sistem pencernaan
Klien biasanya mengalami mual, muntah, penurunan nafsu makan, serta
penurunan berat badan (Muttaqin, 2012, p. 89).
f) Sistem integumen
Pada sistem integumen biasanya terdapat akral terba dingin di karnakan
pengeluaran keringat(persipirasi) yang banyak dan suhu tubuh yang ber
angsur-angsur akan menurun (Kowalak, 2011, p. 235).
g) Sistem muskuluskeletal
Gejala yang muncul antara lain kelemahan, kelelahan, insomnia, pola hidup
yang mentetap, dan jadwal olahraga tidak teratur (Muttaqin, 2012, p. 89).
h) Sistem endokrin
Tidak terjadi kelainan pada sistem endokrin kecuali jika ada penyakit
penyerta lainnya (Riyanto, 2014, p. 1598).
i) Sistem reproduksi
Tidak terjadi kelainan pada sistem reproduksi kecuali jika adanya penyakit
penyerta (Muttaqin, 2012, p. 177).
j) Sistem pengindraan
Pada pasien asma akan mengalami pandangan penglihatan yang buram
akibat gejala yang timbul karena adanya asidosis (Kowalak, 2011, p. 235).
k) Sistem imun
Asma ekstrinsik biasanya di srtai gejala dan tanda klinis atopi (alergi tipe 1)
pada IgE (Kowalak, 2011, p. 235).

e. Pemeriksaan penunjang
1) Pulse oxymetri
Pengukuran saturasi oksigen pasie dengan SpO2 perlu di lakuka pada seluruh
pasien dengan asma akut untuk mengeksklusi suatu hipoksemia. Pengukuran
SpO2 diindikasikan saat kemungkinan pasien jatuh ke dalam gagal napas dan
kemudian memerlukan penatalaksanaan yang intensif. Target pengobatan agar
SpO2 >92% tetap terjaga (Riyanto, 2014, p. 1598).
2) Analisa gas darah (AGD)
Keputusan yang di lakukan pemeriksaan AGD jarang di perlukan pada awal
penatalaksanaan. Ketepatan dan kegunaan pulse oxymetri, hanya pasie dengan
terapi oksigen yang SpO2 tak membaiksampai >90% perlu di lakukan
pemeriksaan AGD. Pemeriksaan berupa laboratorium AGD adalah untuk
mendeteksi gagal napas impending atau aktual (Riyanto, 2014, p. 1598).
3) Foto toraks
Foto toraks dilakukan hanya pada pasien dengan tanda gejala adanya
penmotoraks (nyeri pada peuritik, emfisema subkutis, instabilitas
kardiovaskular atau suara napas yang asimetris), pada pasien yang secara klinis
di curigai adanya pnemoni atau assien asma yang setelah 6-12 jam yang di
lakukan pengobatan secara intensif tetapi tidak respon terhadap terapi
(Riyanto, 2014, p. 1598).

4) Monitor irama jantung


Elektrokardiorafi tidak diperlukan secara ruti, tetapi monitor secara terus
menerus sangat tepat di lakukan pada pasien lnsia dan pada pasien yang selain
menderita asma juga menderita penyakit jantung. Irama jantung yang biasanya
di temukan yaitu sinus takikardi dan supra ventrikular takikardi (Riyanto,
2014, p. 1599).
5) Respons terhadap terapi
Evaluasi gejala dan bila mugkin aliran puncak di RS juga menilai saturasi
oksigen, pertimbangkan pada pengukuran analisa gas darahpada pasien dengan
curiga hipoventilasi, kelelahan, distres berat atau aliran puncak 30-50%
prediksi (Riyanto, 2014, p. 1599).
6) Follow up
Setelah eksaserbasi di tangani faktor yang mecetuskan eksaserbasi harus
diidentifikasi dan strategis untuk implementasi menghindarai hal tersebut
kedepan serta peninjau rencana terapi (Riyanto, 2014, p. 1599).

f. Penatalaksanaan
1) Oksigen.
Karena kondisi hipoksemia dihasilkan oleh ketidak seimbangan V/Q hal ini
biasanya dapat terkoreksi dengan pemberian oksige 1-3L/menit dengan nasal
kanul atau berupa masker. Meskipun demikian penggunaan oksigen dengan
aliran cepet tidak membahayakan dan direkomendasikan pada semua pasien
dengan asma akut. Oksigen diberikan jika pasien hipoksemia dengan target
saturasi 95% (Riyanto, 2014, p. 1599).
2) Intubasi
Itubasi antiisipasi intubasi dan ventilasi mekanis jika pasien tidak berhasil
mempertahankan oksigen yang adekuwat (Kowalak, 2011, p. 238).
3) β 2- agonosis
inhalasi β 2 - agonosis kerja pendek merupakan obat pilihan untuk pengobatan
pasien asma akut. Onset obat tadi cepatdan efeksampingnya bisa di toleransi.
Salbutamol merupakan suatu obat yang banyak di gunakan di IGD. Edekuasi β
2 – agonosis aksi cepatmerupakan hal penting di mulai dengan dosis 2-4 puff
setiap 20 menit pada 1 jam pertama. Pada saat eksaserbasi ringan mungkin
membutuhkan 2-4 puff setiap 3-4 jam dan eksaserbasi moderate 6-10 puff
setiap pada 1-2 jam (Riyanto, 2014, p. 1599).
4) Antikolinergik
Penggnaan antikolinergik berdasarkan asumsi terdapatnya peningkatan tonus
vegal saluran pernafasan pada pasien asma akut, tetapi efeknya tidak lebih
sebaik β 2 – agonosis. Penggunaan suatu impraprotium bromida (IB) secara
inhalasi digunakan sebagai bronkodilator awal pada pasien asma akut.
Kombinasi pemberian IB dan β 2 – agonosisdiindikasikan sebagai terapi
pertama pada pasien dewasa denan eksaserbasi asma berat. Dosis 4 kali
semprot (80mh) tiap 10 menit dengan MDI atau 500mg setia 20menit dengan
nebulezer akan lenih efektif (Riyanto, 2014, p. 1600).
5) Kortikosteroid
Data penelitian menunjuka bahwa pemberin kortikosteroid per inhalasi akan
menurunkan lama perawatan di rumah sakit pada pasien asma akut, bila
dibandngkan dengan plasebo. Penelitian lain menumukan bahwa pemberia
kortikosteroid aral yang setara dengan dosis 40-60mg prednison atau
prednisolon perhari selama 7-14 ari lebih efektif murah dan
aman.Bagaimanapun juga dari beberapa penelitian, pemberian kortikosteroid
tunggal dosis tinggi per inhalasi, lebih efektif dari pada kortikosteroid
oraluntuk mengatasi serangan asma ringan pada pasien yang berobat (Riyanto,
2014, p. 1600).
6) Teofilin
Pemberian obat ini digunakan hanya jika pasien tidak respon dengan terapi
standart. Pada kasus ini pemberian loading dosis 6mg/kg dan diberikan pada
waktu >30 menit di lanjutkan secara per infus dengan dosis 0,5mg/kg BB/jam.
Kadar teofilin dalam darah yang di rekomendasikan berkisar antara 8-
12mg/ml. Jika pasien sehari-hari mendapat kan teofilin maka konsentrasi
serum harus diukur sebelum penambahan teofilin aksi pendek (Riyanto, 2014,
p. 1600).
7) Magnesium sulfat
Penggunaan obat ini untuk asma akut pertama kali dilaporkan oleh dokter di
negara Uruguay pada tahun 1936. Mekanisme obat ini kemungkinan melalui
hambatan kontraksi otot pols akibat kanal kalsium terblokir oleh maknesium.
Obat ini murah dan aman dosisyang biasa di berikan 1,2-2 gram intravena di
berikan dalam waktu >20menit.penelitian akhir melaporkan bahwa pemberian
magnesium sulfat secara intravena hanya akan memperbaiki fungsi paru jika
diberikan sebagai obattambahan pada obatyang telah ditentukan sebagai
standar terapi (nebulizer β 2 – agonosis dan kortikosteroid intravena)pada
pasien dengan FEV1 <20% prediksi (Riyanto, 2014, p. 1600).
8) Heliox
Serangan asma akut dapat menyebabkan turbulensi aliran udara. Turbulensi
aliran udara ini dapat di krangi pemberian gas yang mempunyai densitas lebih
rendah serta mempunyai viskositas yang lebih tinggi dari udara. Heliox
(helium dan oksigen) merupakan campran gas yang dapat diberikan pada
pasien asma akut untuk mengurangi turbulensi aliran udara (Riyanto, 2014, p.
1601).
9) Antagonis leukotrin
Pada suatu penelitian pemberian duamacam obat zafirlukas secra oral (20 mg
dan 160mg) pada pasien asma akut yang datangke IGD, memperlihatkan
adanya perbaikan fungsi paru dan seko sesak napasnya menjadi berkurang.
Pada pasien asma akut refrakter yang sudah mendapat terapi β 2 – agonosis,
pemberian montelukas intravena akan meningkatkan FEV1 secara cepat,
meskipun perubahannya sedikit bila di bandingkan dengan plasebo.
Antileukotrin kebanyakan efektif untukpasien dengan asma persiste ringan
(Riyanto, 2014, p. 1601).
10) Terapi lain
Obat lain yang kemungkinan juga memberikan manfaat untuk terapi asma
akut, tetapi belum banyak penelitian yang di lakukan adalah obat anastesi
umum per inhalasitidak memberikan manfaat pada pengobata asma akut. Obat
yang memberika efek sadasi harus diberikan secara hati-hati pada pasien asma
akut (Riyanto, 2014, p. 1601).
2. Diagnosa Keperawatan
a. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan obstruksi jalan napas dan
peningkatan volume residu (PPNI, 2017, p. 22).
Definisi : kelebihan atau kekurangan oksigenasi dan atau eliminasi karbon
dioksida pada membran alveolus-kapiler.
Penyebab
1) Ketidak seimbangan ventilasi-perfusi
2) Perubahan menbrann alveolus-kapiler
Gejala dan tanda mayor
Subjektif
1) Dipsnea
Objektif
1) PCO2 meningkat
2) PO2 menurun
3) Takikardi
4) pH arteri meningkat
5) bunyi napas tambahan
Gejala dan tanda minor
Subjektif
1) pusing
2) penglihatan kabur
Objektif
1) Sianosis
2) Diforesis
3) Gelisah
4) Napas cuping hidung
5) Pola napas tidak normal (cepat/lambat, reguler/ireguler, dalam/dangkal)
6) Warna kulit abnormal (mis. Pucat, kebiruan)
7) Kesadaran menurun
Kondisi klinis terkait
1) Penyakit paru obstruksi kronis (PPOK)
2) Gagal jantung kongestif
3) Asma
4) Pneumonia
5) Tuberkolosis paru
6) Penyakit membran hialin
7) Asifiksia
8) Persistent pulmonari hipertension of newbom (PPHN)
9) Prematuritas
10) Infeksi saluran napas.
b. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan dispnea (PPNI, 2017, p. 26).
Definisi : inspirasi dan atau ekspirasi yang tidak memberikan ventilasi adekuat.
Penyebab:
1) Depresi pusatpernapasan
2) Hambatan upaya napas (mis, nyeri saat bernapas, kelemahan otot pernafasan)
3) Deformitas dinding dada
4) Deformitas tulang dada
5) Gangguan neoro muskular
6) Gangguan neorologik
7) Imaturitas neurologis
8) Penurunan energi
9) Obesitas
10) Posisi tubuh yang menghambat ekspansi paru
11) Sindrom hipoventilasi
12) Kerusakan inervasi diafragma
13) Cedera pada medula spinalis
14) Efek agen farmakologis
15) Kecemasan
Gejela dan tanda mayor
Subjektif
1) Dispnea
Objektif
1) Penggunaan otot bantu pernapasan
2) Fase ekspirasi memanjang
3) Pola napas abnormal (mis.takipnea,bradipnea,hiperventilasi,kussmaul,cheyne-
stoke)
Gejala dan tanda minor
Subjektif
1) Ortopnea
Objektif
1) Pernapasan persed-lip
2) Pernapasan cuping hidung
3) Diameter thoraks anterior-posterior meningkat
4) Ventilasisemenit menurun
5) Kapasitas vital menurun
6) Tekanan ekspirasi menurun
7) Tekanan inspirasi menurun
8) Ekskrsi dada berubah
Kondisi klinis terkait
1) Depresi istem saraf pusat
2) Cedera kepala
3) Trauma thoraks
4) Gulliam barre syindrome
5) Multiple sclerosis
6) Myasthenia gravis
7) Stroke
8) Kuadriplegia
9) Intoksikasi alkohol.
c. Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan respon alergik,
inflamasi bronkus dan produksi sekret yang berlebih (PPNI, 2017, p. 18).
Devinisi :
Ketidak mampuan membersihkan sekret atau obstruksi jalan nafas untuk
mempertahankan jalan nafas tetap paten.
Penyebab :
Fisiologis :
1) Spasma jalan nafas
2) Hipersekresibjalan nafas
3) Disfungsih neuromuskuler
4) Benda asing dalam jalan nafas
5) Adanya jalan nafas buatan
6) Sekresi yang tertahan
7) Hiperplasia dinding jalan nafas
8) Proses infeksi
9) Respon alergi
10) Efek agen farmokologis (mis.anastesi)
Situsional :
1) Merokok aktif
2) Merokok pasif
3) Terpajan polutan
Gejala dan tanda mayor
Subjektif :
(tidak tersedia)
Objektif :
1) Batuk tidak efektif
2) Tidak mampu batuk
3) Sputum berlebih
4) Mengi,wheezing dan/atau ronkhi kering
5) Mekonium di jalan nafas (pada neonatus)
Gejala dan tanda minor
Subjektif :
1) Dispnea
2) Sulit bicara
3) Ortopnea
Objektif :
1) Gelisah
2) Sianosis
3) Bunyi nafas menurun
4) Frekuensi nafas berubah
5) Pola nafas berubah
d. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan supai dan
kebutuhan O2 (PPNI, 2017, p. 128).
Devinisi :
Ketidak cukupan energi untuk melakukan aktivitas sehari-hari
Penyebab :
1) Ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen
2) Tirah baring
3) Kelemahan
4) Imobilisasi
5) Gaya hidup monoton
Gejala dan tanda mayor
Subjektif :
1) Mengeluh lelah
Objektif :
1) Tekanan darah berubah >20% dari kondisi istirahat
2) Gambaran EKG menujukkan aritmia saat/setelah aktivitas
3) Gambaran EKG menujukkan iskemia
4) Sianosis
Kondisi klinis terkait
1) Anemia
2) Gagal jantung kongestif
3) Penyakit jantung koroner
4) Penyakit katub jantung
5) Aritmia
6) Penyakit paru obstruksi kronis (PPOK)
7) Gangguan metabolik
8) Gangguan muskuloskeleta.

3. Intervensi Keperawatan
a. Gaguan pertukaran gas (Wilkinson, 2016, p. 232).
NOC:
Setelah dilakukan tindakan keperawatan ..x 24 jam klien akan :
Kriteri hasil :
1) Oservasi warna kulit ,membran mukosa dan kuku ,catat adanya sianosis
perifer (kuku) / sianosis setral sirkumural
2) Awasi suhu tuuh sesuai indiksi, bantu tindakan kenyamanan untuk
menurunkan demam
3) Pertahankan istirahat tidur
4) Tinggikan kepala , batuk efektif
5) Berikan terapi oksigen misal nasal canul
NIC :
1) Sianosis kuku menujukkan vasokotriksi atau respon tubuh terhadap demam.
Namun sianosi daun teliga, membran mukosa, dan kulit sekitar mulut
menujukkan hipoksemia sistemik
2) Demam tinggi sangat meningkatkan kebutuhan oksigen
3) Mecegah terlalu lelah dan menurunkan kebutuhan oksigen
4) Meningkatkan ispirasi maksimala, menigkatkan pengeluaran skret
5) Tujuan terapi oksigen adalah mempertankanpao2 di atas 60 mmhg
b. Pola nafas tidak efektif (Wilkinson, 2016, p. 99)
NOC :
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama ... x 24 jam klien akan :
Kriteria hasil :
1) Mempunyai kecepatan dan irama pernapasan dalam batas normal
2) Meminta bantuan pernapasan saat dibutuhkan
3) Mengidentifikasi faktor (mis, alergen) yang memicu ketidakefektifan pola
napas, dan tindakan yang dapat diakukan untuk menghindarinya
Aktivitas Keperawatan
NIC :
Pengkajian
1) Pantau kecepatan, irama, kedalaman dan upaya pernapasan
2) Pantau pernapasan yang berbunyi, seperti mendengkur
3) Pantau pola pernapasan ; brabdipnea,; takipnea
Penyuluhan untuk pasien/keluarga
1) Informasikan kepada pasien dan keluarga tentang teknik relaksasi utuk
memperbaiki pola pernapasan. Uraikan teknik
2) Ajarka teknik batuk efektif
3) Intruksikan kepada pasien dan keluarga bahwa mereka harus memberitahu
perawat pada saat terjadi ketidakefektifan pola pernapasan
Aktivitas kolaboratif
1) Konsultasi dengan ahli terapi pernapasan untuk memastikan keadekuatan
fungsi ventilator mekanis
2) Berikan obat (misalnya, bronkodilator) sesuai dengan program atau protokol
3) Berikan terapi nebulizer ultrasonik atau oksigen yang dilembabkan program
atau protokol institusi.
Aktivitas Lain
1) Hubungkan dan dokumentasikan semua data hasil pengkajian (misalnya,
sensori, suara napas, poa pernapasan, nilai GDA, sputun, dan efek obat pada
pasien)
2) Anjurkan napas dalam melalui abdomen selama periode gawat napas
3) Atur posisi pasien untuk mengoptimalkan pernapasan. Uraikan posisi (semi
foler).
c. Bersihan jalan napas tidak efektif (Wilkinson, 2017, p. 24)
NOC :
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama ... x 24 jam klien akan :
Kriteria hasil :
1) Batuk efektif
2) Mengeluarkan sekret secara efektif
3) Mempunyai irama dan frekuensi pernapasan dalam rentang normal
Aktivitas Keperawatan
Pengkajian
1) Kaji frekuensi, kedalaman, dan upaya pernapasan
2) Pantau status oksigen pasien dan status hemodinamik
3) Catat jenis dan jumlah sekret yang dikumpulkan
Penyuluhan untuk pasien/keluarga
1) Jelaskan penggunaan yang benar peralatan pendukung (misalnya, oksigen,
mesin penghisapan)
2) Ajarkan pasien dan keluarga tentang makna perubahan pada sputum, seperti
warna, karakter, jumlah, dan bau
3) Intruksikan kepada pasien dan atau keluarga tentang cara penghisapan jalan
napas, jika perlu
Aktivitas Kolaboratif
1) Berikan udara atau oksigen yang telah dihumifikasi (dilembabkan) sesuai
dengan kebijakan institusi
Aktivitas Lain
1) Anjurkan penggunaan aktivitas fisik untuk memfasilitasi pengeluaran sekret
2) Pertahankan keadekuatan hidrasi untuk mengeluarkan sekret.
d. Intoleransi aktivitas (Wilkinson, 2016, p. 24)
NOC :
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama ... x 24 jam klien akan :
Kriteria hasil :
1) Mengidentifikasi aktivitas atau situasi yang menimbulkan kkecemasan yang
dapat mengakibatkan intoleransi aktivitas
2) Berpartisipasi dalam aktivitas fisik yang dibutuhkan dengan peningkatan
normal denyut jantung, frekuensi pernapasan, dan tekanan darah serta
memantau pola dalam batas normal
3) Mengungkapkan secara verbal pemahaman tentang kebutuhan oksigen, obat,
dan/atau peralatan yang dapat meningkatkan toleransi terhadap aktivitas
Aktivitas keperawatan
NIC :
Pengkajian
1) Pantau respon oksigen pasien (Misalnya, denyut nadi, irama jantung, dan
frekuensi pernapasan) terhadap aktivitas perawatan diri atau aktivitas
keperawatan
2) Pantau dan dokumentasikan pola tidur pasien dan lamanya waktu tidur dalam
jam
Penyuluhan untuk pasien/keluarga
1) Penggunaan teknik napas terkontrol selama aktivitas, jika perlu
2) Penggunaan peralatan, seperti oksigen, selama aktivitas
3) Ajarkan kepada pasien dan orang terdekat tentang teknik perawatan diri yang
akan meminimalkan konsumsi oksigen (misalnya, pemantauan mandiri dan
teknik langkah untuk melakukan AKS)
Aktivitas kolaborasi
1) Kolaborasikan dengan nilai ahli terapi okupasi, fisik (Misalnya, untuk
kelatihan ketahanan) atau rekreasi untuk merencanakan dan memantau
program aktivitas, jika perlu
Aktivitas Lain
1) Bantu pasien untuk mengidentifikasi pilihan aktivitas
2) Bantu dengan aktivitas fisik teratur (Misalnya, ambulasi, berpindah, mengubah
posisi, dan perawatan personal) jika perlu.

DAFTAR PUSTAKA
Arif Muttaqin . (2012). Asuhan Keperawatan Klien Dengan Gangguan Pernafasan. Jakarta: Selemba
Medika.

Astuti, H. W., Rahmat, A.S. (2010). Asuhan Keperawatan Anak Dengan Gangguan Sistem Pernafasan.
Jakarta: Trans Info Media.

Kowalak, J. B.,Mayer, B. (2011). Buku Ajar Patofisisologi. Jakarta: Egc.

PPNI. (2017). Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia. Jakarta: Dewan Pengurus Pusat.

Riyanto,B.S., Dkk. (2014). Ilmu Penyakit Dalam Jilid Ii. Jakarta: Interna Publising.

Wilkinson, J. M. (2016). Diagnosa Keperawatan Edisi 9. Jakarta: Egc.

Wilkinson, J. M. (2017). Diagnosa Keperawatan Jilid 10. Jakarta: Egc.


SOAL

1. Seorang laki-laki berusia 40 tahun dirawat di ruang interna dengan keluhan sesak nafas, batuk
berdahak, dahak tidak bisa keluar. Pada pengkajian ditemukan pasien merasa nyaman dengan posisi
duduk, tidak ada nafsu makan dan cepat lelah. Dari pemeriksaan fisik terdengar ronchi paru lobus
kanan atas, pernafasan 28 kali permenit, nadi 90 kali permenit, tekanan darah 130/80mm Hg. Hasil
pemeriksaan AGD : pH 7,40, pO2 80 mmHg, pCO2 35 mmHg, HCO3 26
mmol.Apakah masalah keperawatan utama pada pasien?
a. Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
b. Bersihan jalan nafas tidak efektif
c. Gangguan pertukaran gas
d. Pola nafas tidak efektif
e. Intoleransi aktivitas

2. Seorang laki-laki berusia 38 tahun dirawat diruang interna dengan diagnosa medis asma. Pada
pengkajian ditemukan saat ini kondisinya sudah membaik dan diperbolehkan untuk pulang. Pada saat
perawatan, didapatkan data faktor penyebab timbulnya asma adalah karena alergi dan merokok sudah
10 tahun. Apakah pendidikan kesehatan yang perlu diberikan pada pasien sebelum pulang ?
a. Hindari stress
b. Berolah raga, makan secara teratur
c. Berhenti merokok, menghindari alergen
d. Berolah raga, menghindari makanan merangsang
e. Melakukan kontrol dan minum obat secara teratur

3. Seorang laki-laki berusia 47 tahun dirawat diruang interna dengan keluhan sesak nafas, batuk
berdahak, lemah dan banyak mengeluarkan keringat. Pada pengkajian ditemukan pasien mengatakan
batuk lebih dari satu bulan, selama dirumah pasien pernah batuk bercampur darah, mual dan tidak
nafsu makan.Hasil pemeriksaan fisik pernafasan 26 kali permenit, nadi 88 kali permenit, tekanan
darah 130/80 mmHg. Apakah pemeriksaan penunjang yang harus dilakukan untuk melengkapi data
pengkajian pasien?
a. Foto thorak
b. Darah rutin
c. CT scan
d. MRI
e. BTA
11. Seorang laki-laki berusia 55 tahun dirawat diruang penyakit dalam dengan keluhan sesak nafas
disertai batuk dan mengeluarkan dahak. Hasil pengkajian didapatkan data klien tampak lemah, riwayat
pekerjaan sebagai buruh pabrik, tekanan darah 90/60 mmHg, frekuensi nafas 28 x/menit, wheezing.
Diagnose medis : COPD. Apakah faktor resiko COPD berdasarkan kasus diatas?
a. Infeksi saluran nafas berulang
b. Polusi didalam ruangan
c. Polusi diluar ruangan
d. Hipertensi pulmonal
e. Pekerja berat

14. Seorang laki-laki berusia 45 tahun dirawat di ruang penyakit dalam dengan keluhan sesak nafas. Hasil
pengkajian didapatkan data tekanan darah 130/90 mmHg, frekuensi nadi 100 x/menit, frekuensi nafas
28 x/menit, irama irreguler, suhu 37oC, suara wheezing. Klien mendapatkan terapi inhalasi
uap.Setelah dilakukan tindakan inhalasi uap, pasien masih mengeluh sesak napas.Apakah tindakan
yang dilakukan perawat selanjutnya?
a. Mengulangi prosedur
b. Melakukan batuk efektif
c. Memberikan terapi oksigen
d. Melakukan penghisapan lendir
e. Memberikan posisi semi fowler

19. Seorang perempuan, berumur 30 tahun, datang ke UGD dengan keluhan sesak nafas sejak tadi malam.
Tekanan Darah: 130/80 mmHg, Nadi: 110 x/menit, pernafasan: 28 x/menit, suhu: 36 ° C, terdapat
suara wheezing. Gejala ini muncul karena udara yang sangat dingin. Apakah masalah keperawatan
prioritas pada kasus tersebut?
a. Hipertermi
b. Intoleransi aktivitas
c. Defisit volume cairan
d. Gangguan pola nafas
e. Jalan nafas tidak efektif

20. Seorang laki-laki berusia 40 tahun diantar ke IGD dengan keluhan sesak nafas sejak 2 hari. Hasil
Pemeriksaan didapatkan data klien tampak sesak, sianosis, nafas cepat dan dangkal, nafas cuping
hidung, pada auskultasi paru terdengar bunyi ronchi, Tekanan darah 100/70, Nadi 100kali permenit,
Suhu 37,9oC, Pernafasan 30 kali permenit.
Manakah pemeriksaan laboratorium dan diagnostik yang diperlukan untuk melengkapi data tersebut ?
a. Analisa Gas Darah dan rontgen thorak
b. Rontgen thorak dan Kadar Trombosit
c. Kadar Hemoglobin dan rontgen thorak
d. Rontgen thorak dan Kadar gula darah
e. Analisa Urine Rutin dan rontgen thorak

24. Pada saat perawat melakukan auskultasi pada area paru-paru Tn. M (40 tahun) didapatkan suara nafas
normal. Apakah suara nafas yang dimaksud dalam kasus diatas ?
a. Bronchovesikuler
b. Vesikuler
c. Tracheovesikular
d. Bronchial
e. Resonan

25. Seorang laki-laki berusia 45 tahun dirawat di ruang penyakit dalam dengan keluhan sesak nafas. Hasil
pengkajian didapatkan data tekanan darah 130/90 mmHg, frekuensi nadi 100 x/menit, frekuensi nafas
28 x/menit, irama irreguler, suhu 37oC, suara wheezing. Klien mendapatkan terapi inhalasi
uap.Setelah dilakukan tindakan inhalasi uap, pasien masih mengeluh sesak napas.Apakah tindakan
yang dilakukan perawat selanjutnya?
a. Mengulangi prosedur
b. Melakukan batuk efektif
c. Memberikan terapi oksigen
d. Melakukan penghisapan lendir
e. Memberikan posisi semi fowler

22. Tn, 44 tahun, dirawat dengan TB aktif. Pernafasan 24/menit, ronchi pada kiri/kanan paru,produksi
sputum banyak. Indeks masa tubuh 16, pucat dan terlihat sesak serta kelelahan. Prioritas diagnosa
keperawatan yang tepat adalah
a. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan akumulasi sekret
b. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan kelemahan
c. Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan hipermetabolik
d. Gangguan pertukara gas berhubungan dengan infeksi bronchial

Anda mungkin juga menyukai