Anda di halaman 1dari 32

ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN GANGGUAN OKSIGENASI :

ASMA, PNEUMONIA, COVID-19

Tugas Mata Kuliah Keperawatan Anak

Oleh Kelompok 2
Anisa Evita Yasmine 2011144011135
Amanda Wulandari 2011144011132

PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEPERAWATAN


STIKES DIRGAHAYU SAMARINDA
2021
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, berkat rahmat
dan bimbingan-Nya kami dapat menyelesaikan makalah dengan judul Asuhan
Keperawatan pada Anak dengan Gangguan Oksigenasi: Asma, Pneumonia, Covid-19.
Dengan ini perkenankan penulis mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya
dengan hati yang tulus kepada:
1. Ns. Vinsensia Tetty, M.Kep selaku Ketua STIKES Dirgahayu Samarinda
yang telah memberikan kesempatan dan fasilitas kepada penulis untuk
mengikuti pendidikan Diploma III keperawatan pada Prodi D-III STIKES
Dirgahayu Samarinda.
2. Ns. Elfina Natalia, S.Kep selaku dosen pembimbing yang telah memberikan
bimbingan dan arahan kepada penulis dalam menyelesaikan makalah.
Semoga Tuhan Yang Maha Esa membalas budi baik semua pihak yang telah
memberi kesempatan, dukungan, dan bantuan dalam menyelesaikan makalah ini.
Untuk kesempurnaan karya tulis ilmiah ini, penulis mengharapkan kritik dan saran
yang membangun dari semua pihak, penulis berharap Makalah ini bermanfaat bagi
pembaca dan bagi perkembangan ilmu Keperawatan.

Samarinda, 12 Maret 2022

Penulis

i
DAFTAR ISI
COVER
KATA PENGANTAR............................................................................................i
DAFTAR ISI.........................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN.....................................................................................1
1) Latar Belakang........................................................................................1
2) Tujuan......................................................................................................2
a) Tujuan Umum..................................................................................2
b) Tujuan Khusus..................................................................................2
BAB II KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN.................................................3
1) Konsep Penyakit......................................................................................3
a) Pengertian.........................................................................................3
b) Etiologi/Faktor Risiko......................................................................3
c) Patofisiologi.....................................................................................6
d) Pathway............................................................................................8
e) Manifestasi Klinik..........................................................................11
f) Pemeriksaan Penunjang..................................................................14
g) Penatalaksanaan Medis..................................................................17
h) Komplikasi.....................................................................................19
2) Konsep Asuhan Keperawatan...............................................................21
a) Konsep Pengkajian.........................................................................21
b) Diagnosa Keperawatan yang mungkin muncul..............................23
c) Konsep Perencanaan......................................................................27
d) Konsep Implementasi.....................................................................34
e) Konsep Evaluasi.............................................................................34
BAB III PENUTUP.............................................................................................35
1) Kesimpulan............................................................................................35
2) Saran......................................................................................................35
DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I
PENDAHULUAN
1) Latar Belakang
Gangguan pernapasan merupakan penyebab tersering anak sakit dan dirawat di
rumah sakit. Penyakit ini dapat berupa panyakit ringan dan tidak akut (seperti selesma
dan nyeri tenggorok) hingga kondisi yang mengancam jiwa (seperti epiglotitis).
gangguan kronik, seperti rinitis alergi atau asma, dapat mememngaruhi kualitas hidup,
tetapi infeksi akut atau berulang yang sering terjadi juga dapat mengganggu
kesejahteraan beberapa anak.
Sebagian besar penyakit akut pada anak adalah infeksi pernapasan. Usia anak,
status sosioekonomi, dan status kesehatan umum dapat memengaruhi perkembangan
gangguan pernapasan maupun perjalanan penyakit tersebut. Sebagai contoh, anak yang
berasal dari keluarga kurang mampu lebih berisiko menderita penyakit pernapasan dan
anak yang mengalami gangguan kronik, seperti diabetes, penyakit jantung kongenital,
anemia sel sabit, fibrosis kistik, dan paralisis serebri cenderung mengalami gangguan
pernapasan yang lebih parah. Disamping itu, musim dapat memengaruhi perkembangan
penyakit pernapasan dan perjalanan penyakit tersebut.
Orang tua dapat mengalami kesulitan menentukan tingkat keparahan kondisi anak
mereka dan mencari bantuan kesehatan sangat dini dalam perjalanan penyakit tersebut
(saat penyakit tersebut masih sangat ringan), atau justru menunggu, mengunjungi
fasilitas layanan kesehatansaat anak sudah sangat sakit. Perawat harus familier dengan
masalah pernapasan yang memengaruhi anak sehingga dapat memberi panduan dan
dukungan kepada keluarga. Kesulitan pernapasan sangat menakutkan, baik untuk anak
maupun orang dewasa. Perawat harus dapat mengajukan pertanyaan yang dapat
membantu menentukan tingkat keparahan penyakit anak dan menentukan apakah
keluarga harus mencari perawatan pada fasilitas layanan kesehatan.
Sebagian besar alasan anak masuk rumah sakit umum adalah penyakit pernapasan,
sehingga perawat anak harus menguasai keterampilan pengkajian dn intervensi pada
area tersebut. Deteksi dini terhadap perburukan status pernapasan memfasilitasi terapi
yang tepat waktu serta peluang untuk mencegah berkembangnya masalah minor
menjadi penyakit kronik. Perawat juga berperan unik dalam memberikan penyuluhan
kesehatan tentang penyakit pernapasan serta dalam meningktakan upaya untuk

1
mencegah penyakit.
2) Tujuan
a) Tujuan Umum
Tujuan umum dari pembuatan kasus ini adalah untuk memberikan
gambaran dalam melaksanakan asuhan keperawatan pada anak dengan
diagnose medis Retardasi Mental, Down Syndrom, Autisme, dan Child Abuse.
b) Tujuan Khusus
Tujuan khusus dari pembuatan makalah ini adalah untuk memberikan
gambaran tentang:
1. Pengkajian keperawatan pada anak yang mengalami Asma, Pneumonia,
Covid-19
2. Diagnose keperawatan pada anak yang mengalami Asma, Pneumonia,
Covid-19.
3. Perencanaan keperawatan pada anak yang mengalami Asma, Pneumonia,
Covid-19.
4. Penatalaksanaan keperawatan pada anak yang mengalami Asma,
Pneumonia, Covid-19
5. Evaluasi tindakan keperawatan pada anak yang mengalami Asma,
Pneumonia, Covid-19

2
BAB II
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

1) Konsep Penyakit
a) Pengertian
Oksigen merupakan kebutuhan dasar yang paling vital dalam kehidupan
manusia. Dalam tubuh, oksigen berperan penting di dalam proses metabolisme sel.
Kekurangan oksigen akan menimbulkan dampak yang bermakna bagi tubuh, salah
satunya adalah kematian. Karenanya, setiap perawat harus paham dengan
manisfestasi tingkat oksigen pada kliennya serta mampu mengatasi berbagai
masalah yang terkait dengan kebutuhan tersebut. Untuk itu perawat perlu
memahami secara mendalam konsep oksigenasi pada manusia. Proses oksigenasi
terdiri atas tiga tahap, yaitu ventilasi, difusi gas, dan transportasi gas.

b) Etiologi/Faktor Risiko
Ada beberapa penyebab/faktor risiko yang menyebabkan terjadinya gangguan
oksigenasi pada anak, yaitu:
1. Asma
Asma adalah suatu peradangan pada bronkus akibat reaksi
hipersensitif mukosa bronkus terhadap bahan alergen. Reaksi hipersensitif
pada bronkus dapat mengakibatkan pembengkakan pada mukosa bronkus.
Penyebab hipersensitifitas saluran pernapasan pada kasus asma banyak
diakibatkan oleh faktor genetik (keturunan) . Sedangkan faktor pemicu
timbulnya reaksi hipersensitifitas saluran pernafasan dapat berupa:
a. Hirupan debu yang didapatkan di jalan raya maupun debu rumah
tangga.
b. Hirupan asap kendaraan, asap rokok, asap pembakaran.
c. Herupan aerosol (asap pabrik yang bercampur gas buangan seperti
nitrogen)
d. Pajanan hawa dingin
e. Bulu binatang

3
f. Stres yang berlebihan.
Selain faktor-faktor di atas kadang juga ada individu yang sensitif
terhadap faktor pemicu diatas tetapi penderita lain tidak.
2. Pneumonia
Pneumonia adalah suatu peradangan alveoli atau pada parenchyma
paru yang terjadi pada anak. Berikut penyebab/faktor risiko terjadinya
Pneumonia:
a. Virus
b. Bakteri
c. Mycoplasma
d. Aspirasi benda asing
3. Covid-19
Virus Corona atau severe acute respiratory syndrome coronavirus
2 (SARS-CoV-2) adalah virus yang menyerang sistem
pernapasan. Penyakit karena infeksi virus ini disebut COVID-
19. Virus Corona bisa menyebabkan gangguan ringan pada sistem
pernapasan, infeksi paru-paru yang berat, hingga kematian. Severe acute
respiratory syndrome coronavirus 2 (SARS-CoV-2) yang lebih dikenal
dengan nama virus Corona adalah jenis baru dari coronavirus yang
menular ke manusia. Walaupun lebih bayak menyerang lansia, virus ini
sebenarnya bisa menyerang siapa saja, mulai dari bayi, anak-anak, hingga
orang dewasa, termasuk ibu hamil dan ibu menyusui. Selain virus SARS-
CoV-2 atau virus Corona, virus yang juga termasuk dalam kelompok ini
adalah virus penyebab Severe Acute Respiratory Syndrome (SARS) dan
virus penyebab Middle-East Respiratory Syndrome (MERS). Meski
disebabkan oleh virus dari kelompok yang sama, yaitu coronavirus,
COVID-19 memiliki beberapa perbedaan dengan SARS dan MERS, antara
lain dalam hal kecepatan penyebaran dan keparahan gejala.

4
c) Patofisiologi
1. Asma
Adanya debu, asap rokok, bulu binatang, hawa dingin terpapar pada
penderita. Benda-benda tersebut setelah terpapar ternyata tidak dikenali
oleh sistem tubuh penderita sehingga dianggap sebagai benda asing
(antigen). Anggapan itu kemudian yang memicu dikeluarkannya antibodi
yang berperan sebagai respon reaksi hipersensitif seperti neutrofil, basofil,
dan immunoglobulin E. Masuknya antigen pada tubuh yang memicu reaksi
antigen akan menimbulkan reaksi antigen-antibodi yang membentuk ikatan
seperti key in love in love and lock (gembok dan kunci).
Ikatan antigen dan antibodi akan merangsang peningkatan pengeluaran
mediator kimiawi seperti histamin, neutrophil chemotactic slow acting,
epinefrin, norepinefrin, dan prostaglandin. Peningkatan mediator-mediator
kimia tersebut akan merangsang peningkatan permiabilitas kapiler,
pembengkakan pada mukosa saluran pernapasan (terutama bronkus).
Pembengkakan yang hampir merata pada semua bagian bronkus akan
menyebabkan penyempitan bronkus (bronkokonstriksi) dan sesak nafas.
Penyempitan bronkus akan menurunkan jumlah oksigen luar yang masuk
saat inspirasi sehingga menurunkan oksigen yang darah. Kondisi ini akan
berakibat pada penurunan oksigen jaringan sehingga penderita terlihat
pucat dan lemah.
Pembengkakan mukosa bronkus juga akan meningkatkan sekresi
mukus dan meningkatkan pergerakan silia pada mukosa. Penderita jadi
sering batuk dengan produksi mukus yang cukup banyak.
2. Pneumonia
Adanya gangguan pada terminal jalan nafas dan alveoli oleh
mikroorganisme patogen yaitu virus dan staphylococcus aurens, H.
Influenzue dan streptococcusb pneumonae bakteri.
Terdapat infiltrat yang biasanya mengenai pada multiple lobus
terjadinya destruksi sel dengan menanggalkan debris cellular ke dalam
lumen yang mengakibatkan gangguan fungsi alveolar dan jalan nafas.

5
Pada anak kondisi ini dapat akut dan kronik misalnya; AIDS, cystic
fibrosis, aspirasi benda asing dan conginetal yang dapat meningkatkan
risiko pneumonia.
3. Covid-19
Adanya interaksi protein spike virus dengan sel manusia. Setelah memasuki
sel, encoding genome akan terjadi dan memfasilitasi ekspresi gen yang
membantu adaptasi virus SARS-CoV-2 (severe acute respiratory syndrome
virus corona ) pada inang. Rekombinasi, pertukaran gen, insersi gen, atau
delesi, akan menyebabkan perubahan genom yang menyebabkan outbreak di
kemudian hari.
Peran Reseptor ACE2
SARS-CoV-2 menggunakan reseptor angiotensin converting enzyme 2
(ACE2) yang ditemukan pada traktus respiratorius bawah manusia dan
enterosit usus kecil sebagai reseptor masuk. Glikoprotein spike (S) virus
melekat pada reseptor ACE2 pada permukaan sel manusia. Subunit S1
memiliki fungsi sebagai pengatur receptor binding domain (RBD). Sedangkan
subunit S2 memiliki fungsi dalam fusi membran antara sel virus dan sel inang.
Replikasi Virus di Dalam Sel
Setelah terjadi fusi membran, RNA virus akan dikeluarkan dalam
sitoplasma sel inang. RNA virus akan mentranslasikan poliprotein pp1a dan
pp1ab dan membentuk replication/transcription complex (RTC). Selanjutnya,
RTC akan mereplikasi dan menyintesis subgenomik RNA yang mengodekan
pembentukan protein struktural dan tambahan. Gabungan retikulum
endoplasma, badan golgi, genomik RNA, protein nukleokapsid, dan
glikoprotein envelope akan membentuk badan partikel virus. Virion kemudian
akan berfusi ke membran plasma dan dikeluarkan dari sel-sel yang terinfeksi
melalui eksositosis.
Penyebaran Virus ke Seluruh Organ
Virus-virus yang dikeluarkan kemudian akan menginfeksi sel ginjal, hati,
intestinal, dan limfosit T, dan traktus respiratorius bawah, yang kemudian
menyebabkan gejala pada pasien. Gejala dan tanda COVID-19 terutama berupa
infeksi saluran napas, tetapi dapat juga menyebabkan di saluran pencernaan

6
seperti diare, mual, dan muntah, jantung seperti miokarditis, saraf seperti
anosmia bahkan stroke, serta mata dan kulit. 
d) Pathway
1. Asma

2. Pneumonia

7
3. Covid-19

e) Manifestasi Klinik
1. Asma
a. Dyspnea dengan lama ekspirasi; penggunaan otot otot asesori
pernafasan, cuping hidung, retraksi dada, dan stridor
b. Batuk kering (tidak produktif) karena sekret kental dan lumen jalan
nafas sempit
c. Tachypnea, tachycardia, orthopnea
d. Gelisah
e. Bicara sulit atau pendek karena sesak nafas
f. Diaphorosis
g. Nyeri abdomen karena terlibatnya otot abdomen dalam pernafasan
h. Fatigue
i. Tidak toleran terhadap aktivitas, makan, bermain berjalan bahkan
bicara
j. Kecemasan, labil dan perubahan tingkat kesadaran

8
k. Meningkatnya ukuran diameter anteroposterior (Varrel chest)
l. Serangan yang tiba-tiba atau berangsur-angsur
m. Auskultasi; terdengar ronki dan crakles.
2. Pneumonia
a. Serangan akut dan membahayakan
b. Demam tinggi ( pneumonia virus bagian bawah)
c. Batuk
d. Rales (ronki)
e. Wheezing
f. Sakit kepala,malaise,myalgia (pada anak)
g. Nyeri abdomen
3. Covid-19
Gejala awal infeksi virus Corona atau COVID-19
bisa menyerupai gejala flu, yaitu demam, pilek, batuk kering, sakit
tenggorokan, dan sakit kepala. Setelah itu, gejala dapat hilang dan sembuh
atau malah memberat. Penderita dengan gejala yang berat bisa mengalami
demam tinggi, batuk berdahak bahkan berdarah, sesak napas, dan nyeri
dada. Gejala-gejala tersebut muncul ketika tubuh bereaksi melawan virus
Corona. Secara umum, ada 3 gejala umum yang bisa menandakan
seseorang terinfeksi virus Corona, yaitu:
a. Demam (suhu tubuh di atas 38 derajat Celsius)
b. Batuk
c. Sesak napas
Gejala-gejala COVID-19 ini umumnya muncul dalam waktu 2 hari
sampai 2 minggu setelah penderita terpapar virus Corona.
Demam adalah gejala yang paling umum, meskipun beberapa orang
yang lebih tua dan mereka yang memiliki masalah kesehatan lainnya
mengalami demam di kemudian hari.  Dalam satu penelitian, 44% orang
mengalami demam ketika mereka datang ke rumah sakit, sementara 89%
mengalami demam di beberapa titik selama dirawat di rumah sakit. 
Gejala umum lainnya termasuk batuk , kehilangan nafsu
makan , kelelahan , sesak napas , produksi dahak , dan nyeri
otot dan sendi .  Gejala seperti mual , muntah , dan diare telah diamati

9
dalam berbagai persentase.  Gejala yang kurang umum termasuk bersin,
pilek, atau sakit tenggorokan. 
Namun, jika Covid-19 sudah menyebabkan pneumonia dapat
menyebabkan gejala tambahan, yaitu:
a. Mengalami sesak napas
b. Mengalami peningkatan denyut jantung
c. Ritme napas menjadi cepat
d. Pusing Kadar oksigen dalam tubuh rendah
Pneumonia yang disebabkan karena infeksi virus covid-19 dapat
menyebar ke seluruh paru-paru dengan cepat. Infeksi yang tergolong cepat
ini membuat penumpukan cairan pada organ paru-paru hingga seseorang
mengalami kesulitan bernapas.
Oleh karena itu, kebanyakan orang yang mengalami pneumonia covid
akan menggunakan ventilator untuk membantunya bernapas dan cairan
intravena untuk mencegah dehidrasi.

f) Pemeriksaan Penunjang
1. Asma
a. Riwayat penyakit dan pemeriksaan fisik
b. Foto rontgen
c. Pemeriksaan fungsi paru; menururnnya tidal volume, kapasitas vital,
eosinofil biasanya meningkat dalam daerah dan sputum
d. Pemeriksaan alergi (radioallergosorbent test; RAST)
e. Pulse oximetry
f. Analisa gas darah
2. Pneumonia
a. Foto rontgen
b. WBC (white blood cell) biasanya kurang dari 20.000 cells mm3-
3. Covid-19
Diagnosis COVID-19 didasari dengan pemeriksaan penunjang. CT
scan toraks nonkontras merupakan pemeriksaan yang dapat digunakan
untuk mengevaluasi COVID-19. Nucleic acid amplification test (NAAT)
seperti RT-PCR dengan jenis spesimen usap nasofaring dan orofaring
merupakan baku emas untuk mengonfirmasi diagnosis COVID-19.
a. Nucleic Acid Amplification Test (NAAT):
Konfirmasi diagnosis COVID-19 umumnya ditentukan dengan deteksi
sekuens unik virus RNA pada NAAT. Gen virus yang dicari umumnya
adalah gen N, E, S dan RdRO. Real-time reverse-transcription polymerase

10
chain reaction (RT-PCR) merupakan salah satu contoh NAAT yang dapat
melakukan sequencing asam nukleat virus RNA. Jenis sampel untuk
pemeriksaan NAAT dapat berasal dari traktus respiratorius bawah, seperti
sputum, aspirasi, dan lavage; atau traktus respiratorius atas, seperti usap
nasofaring, orofaring, atau aspirasi nasofaring wash/nasofaringeal.
Sampel yang berasal dari feses, darah, urine, atau bagian otopsi pasien
juga dapat digunakan apabila tidak terdapat pilihan lain. Umumnya, hasil
pada traktus respiratorius bawah memiliki jumlah virus dan fraksi genom
yang lebih besar daripada traktus respiratorius atas. Pemeriksaan dilakukan
saat awal dan dapat diulang guna mengevaluasi progresivitas penyakit atau
keberhasilan terapi.
Untuk menegakkan diagnosis, pengambilan sampel usap tenggorok
untuk pemeriksaan RT-PCR dilakukan pada hari pertama dan kedua.
Apabila hasil RT-PCR hari pertama positif, maka pemeriksaan di hari
kedua tidak perlu dilakukan. Pada keadaan berat atau kritis, pemeriksaan
RT-PCR follow-up dapat dilakukan 10 hari setelah pengambilan usap
dengan hasil yang positif.
Apabila klinis pasien membaik dan pasien bebas demam selama tiga
hari, pemeriksaan RT-PCR dilakukan kembali. Hasil RT-PCR yang tetap
positif dapat menandakan bahwa pasien dalam kondisi positif persisten
yang disebabkan oleh terdeteksinya fragmen atau partikel virus yang sudah
tidak aktif. Dalam hal ini, pertimbangkan untuk melakukan cycle threshold
(CT) value untuk menilai apakah pasien infeksius atau tidak[23]
Hasil RT-PCR negatif tidak dapat menyingkirkan infeksi virus
COVID-19. Beberapa faktor seperti rendahnya kualitas spesimen, waktu
pengambilan spesimen yang terlalu lambat atau terlalu cepat, penyimpanan
atau pengiriman spesimen yang tidak benar, teknik pengambilan sampel
yang tidak tepat, serta mutasi virus dan inhibisi polymerase chain reaction
(PCR) dapat menyebabkan hasil negatif palsu.
b. Rapid Test:
Rapid test adalah pemeriksaan serologi yang menggunakan sampel
serum. Saat ini, rapid test untuk COVID-19 terdiri dari 2 jenis, yaitu tes

11
untuk mendeteksi antigen dan antibodi. Rapid test antibodi dapat
mendeteksi imunoglobulin M (IgM) dan imunoglobulin G (IgG) terhadap
virus SARS-CoV-2 dalam sampel darah manusia. Antibodi IgM diketahui
memiliki peranan penting sebagai pertahanan utama saat terjadi infeksi
virus, sementara respons IgG adalah melindungi tubuh dari infeksi dengan
cara mengingat virus yang sebelumnya pernah terpapar di dalam tubuh.
Banyak faktor yang memengaruhi hasil tes ini, yaitu onset penyakit,
konsentrasi virus, serta kualitas dan proses pengumpulan spesimen.
Sensitivitas rapid test diperkirakan bervariasi mulai dari 34–80%. Saat ini,
berdasarkan bukti klinis yang ada, WHO hanya merekomendasikan
penggunaan rapid test untuk kepentingan penelitian, bukan untuk
manajemen klinis COVID-19.
c. Viral Sequencing:
Pemeriksaan tes viral sequencing bertujuan mengonfirmasi virus dan
memonitor mutasi genom virus. Selain itu, pemeriksaan ini juga dapat
memiliki fungsi dalam studi epidemiologi molekuler.

g) Penatalaksanaan Medis
1. Asma
a. Pemberian oksigen
b. Periksa keadaan gas dalam darah dan pasang IVFD (infus) dengan
cairan 3:1 glukosa 10% dan NaCl 0,9%+KCl 5 mEk/kolf
i. Koreksi kekurangan cairan
ii. Koreksi penyimpanan asam basa
iii. Koreksi penyimpanan eektrolit
iv. Teofilin yang sudah diberikan diteruskan. Ukur kadar teofilin
dalam darah, patau tanda-tanda keracunan teofilin.bila tanda
keracunan tidak ada da serangan asma belum membaik mungkin
perlu ditambah teofilin.
v. Kortikosteroid dilanjutkan, jika belum diberikan maka harus
diberikan. Lebih baik pemberian kortikosteroid intravena,karena
pada kasus asmatikus sangat diperlukan untuk mempercepat

12
hilangnya edema dan mengenbalikan sensitivitas terhadap obat-
obat bronkodilator.
vi. Usaha pengecekan lendir dengan obat mukolitik untuk lendir yang
banyak dan lengket di seluruh cabang-cabang brnkus
vii. Periksa foto thoraks
viii. Lakukan pemeriksaan EKG
2. Pneumonia
Pengobatan diberikan berdasarkan etiologi dan uji resistensi. Tetapi
karena hal itu perlu waktu, dan pasien perlu tapi secepatnya.

3. Covid-19
Infeksi virus Corona atau COVID-19 belum bisa diobati, tetapi ada
beberapa langkah yang dapat dilakukan dokter untuk meredakan gejalanya
dan mencegah penyebaran virus, yaitu:
a. Merujuk penderita COVID-19 yang berat untuk menjalani perawatan
dan karatina di rumah sakit rujukan
b. Memberikan obat pereda demam dan nyeri yang aman dan
sesuai kondisi penderita
c. Menganjurkan penderita COVID-19 untuk melakukan isolasi
mandiri dan istirahat yang cukup
d. Menganjurkan penderita COVID-19 untuk banyak minum air putih
untuk menjaga kadar cairan tubuh

h) Komplikasi
1. Asma
a. Mengancam pada gangguan keseimbangan asam basa dan gagal napas
b. Chronic persistent bronchitis
c. Bronchiolitis
d. Pneumonia
e. Emphysema
2. Pneumonia
a. Gangguan pertukaran gas

13
b. Obsruksi jalan nafas
c. Gagal pernafasan pleural effusion (bacterial pneumonia)
3. Covid-19
a. Pneumonia (infeksi paru-paru)
b. Infeksi sekunder pada organ lain
c. Gagal ginjal
d. Acute cardiac injury
e. Acute respiratory distress syndrome
f. Kematian

2) Konsep Asuhan Keperawatan


a) Konsep Pengkajian
Dokumentasi pengkajian keperawatan merupakan catatan tentang hasil
pengkajian yang dilaksanakan untuk mengumpulkan informasi dari pasien,
membuatdata dasar tentang pasien, dan membuat catatan tentang respons
kesehatan pasien. Pengkajian yang komprehensif atau menyeluruh, sistematis
yang logis akan mengarah dan mendukung pada identifikasi masalah-masalah
pasien. Masalah-masalah ini dengan menggunakan data pengkajian sebagai
dasar formulasi yang dinyatakan sebagai diagnosa keperawatan.
1. Asma
a. Riwayat asma atau alergi dan serangan asma yang lalu, alergi dan
masalah pernapasan
b. Kaji pengetahuan anak dan orang tua tentang penyakit dan
pengobatan
c. Fase akut; TTV, usaha napas dan pernapasan, retraksi dada,
penggunaan otot-otot asesori pernapasan, cuping hidung, pulse
oximetry. Suara napas; wheezing, menurunnnya suara napas. Kaji
status neurologi; perubahan ksadaran, meningkatnya fatigue,
perubahan tingkah laku, dan kaji status hidrasi
d. Riwayat psikososial; faktor pencetus; stress, latihan, kebiasaaan
dan rutinitas, perawatan sebelumnya
e. Pemeriksaan fisik; keadaan umum pada pasien asma yaitu compos

14
mentis ,lemah dan sesak nafas.
Pemeriksaan kepala dan muka; simestris,tidak ada nyeri tekan,
warna rambut hitam atau putih, tidak ada lesi.
Pemeriksaan telinga; inspeksi; simestris, tidak ada lesi,tidak ada
benjolan. Palpasi; tidak ada nyeri tekan.
Pemeriksaan mata; inspeksi; simetris, tidak ada lesi,tidak ada
odema.palpasi; tidak ada nyeri tekan, konjungtiva merah
mua,sclera putih.
Pemeriksaan hidung; inspeksi; simetris,terdapat rambut hidung,
terdapat pernafasan cuping hidung,tidak ada lesi.
Pemeriksaan mulut atau faring; mukosa bibir lembab,tidak ada
lesi di sekitar mulut, bisanya ada kesulitan untuk menelan.
Pemeriksaan leher; inpeksi; simetris, tidak ada peradangan,tidak
ada pembesaran kelenjar tiroid.palpasi; tidak ada nyeri tekan.
Pemeriksaan payudara dan ketiak; ketiak tumah rambut atau
tidak,tidak ada lesi, tidak ada benjolan, payudara simetris.
Pemeriksaan toraks; pemeriksaan Paru; inspeksi; batuk
produktif/nonproduktif,terdapat sputum yang kental dan sulit
dikeluarkan, bernafas dengan menggunakan otot-otot
tambahan,sianosis (Somantri 2009).mekanika bernafas,
pernafasan cuping hidung,penggunaan oksigen, dan sulit bicara
karena sesak nafas. Palpasi; bernafas dengan menggunakan otot-
otot tambahan. Takikardi akan timbul di awal serangan, kemudian
diikuti sianosis sentral. Perkusi; lapang paru yang hipersonor pada
perkusi.Auskulatasi; respirasi terdengar kasar dan suara mengi
(whezzing )pada fase respirasi semakin menonjol.
2. Pneumonia
a. Kaji status pernapasan
b. Kaji tanda distress pernapasan
c. Kaji adanya demam, tachycardia, malaisse, anorexia, kegelisahan
dan perubahan kondisi
d. Pemeriksaan fisik; inpeksi; wajah terihat

15
pucat,meringis,lemas,banyak keringat,sesak,adanya PCH,adanya
takipnea sangat jelas (25-45kali/menit),pernafasan cuping
hidung,penggunaan otot-otot aksesori pernafasan,dyspnea,
sianosis sirkumoral,distensi abdomen, sputum
purulen,berbusa,bersemu darah,batuk;Non produktif-
produktif,demam menggigil,faringitis. Palpasi; denyut nadi
meningkat dan bersambungan (bounding), nadi biasanya
meningkat sekitar 10kali/menit untuk setiap kenaikan satu derajat
celcius,turgor kulit menurun,peningkatan taktil fremitus disisi
yang sakit, hati mungkin membesar. Perkusi; perkusi pekak
bagian dada dan suara redup pada paru yang sakit.
Auskultasi; terdengar astridor,bunyi nafas bronkovesikuler atau
bronkial,egofoni (bunyi mengembik yang terauskultasi),bisikan
pektoriloquy (bunyi bisikan yang teauskultasi melalui dinding da
da), ronchii pada lapang paru. Perubahan ini terjadi karena bunyi
ditransmisikan lebih baik melaui jaringan padat atau tebal
(konsolidasi) daripada melalui jaringan normal.

3. Covid-19
Pada pasien yang dicurigai COVID-19 (memiliki 3 gejala utama
demam, batuk dan sesak) perlu dilakukan pengkajian:
a. Riwayat perjalanan: Petugas kesehatan wajib mendapat secara
rinci riwayatperjalanan pasien saat ditemukan pasien demam dan
penyakit pernapasan akut.
b.Pemeriksaan fisik: Pasien yang mengalami demam, batuk dan sesak
napas dan telah melakukan perjalanan ke Negara atau Daerah yang
telah ditemukan COVID-19 perlu dilakukan isolasi kurang lebih 14
hari. Pemeriksaan fisik; inpeksi; wajah terihat
pucat,meringis,lemas,banyak keringat,sesak,adanya PCH,adanya
takipnea sangat jelas (25-45kali/menit),pernafasan cuping
hidung,penggunaan otot-otot aksesori pernafasan,dyspnea, sianosis
sirkumoral,distensi abdomen, sputum purulen,berbusa,bersemu

16
darah,batuk;Non produktif-produktif,demam menggigil,faringitis.
Palpasi; denyut nadi meningkat dan bersambungan (bounding), nadi
biasanya meningkat sekitar 10kali/menit untuk setiap kenaikan satu
derajat celcius,turgor kulit menurun,peningkatan taktil fremitus disisi
yang sakit, hati mungkin membesar. Perkusi; perkusi pekak bagian
dada dan suara redup pada paru yang sakit.
Auskultasi; terdengar astridor,bunyi nafas bronkovesikuler atau
bronkial,egofoni (bunyi mengembik yang terauskultasi),bisikan
pektoriloquy (bunyi bisikan yang teauskultasi melalui dinding da
da), ronchii pada lapang paru. Perubahan ini terjadi karena bunyi
ditransmisikan lebih baik melaui jaringan padat atau tebal
(konsolidasi) daripada melalui jaringan normal.

b) Diagnosa Keperawatan yang mungkin Muncul


Diagnosa keperawatan adalah keputusan klinis mengenai seseorang,
keluarga,atau masyarakat sebagai akibat dari masalah kesehatan atau proses
kehidupan yang aktual atau potensial. Diagnosis keperawatan sejalan dengan
diagnosis medis sebab dalam mengumpulkan data-data saat melakukan
pengkajian keperawatan yang dibutuhkan untuk menegakkan diagnosa
keperawatan ditinjau dari keadaan penyakit dalam diagnosa medis.
1. Asma
a. Bersihan jalan napas tidak efektif b.d spasme jalan napas d.d batuk
tidak efektif, tidak mampu batuk, wheezing
b. Gangguan pertukaran gas b.d ketidakseimbangan ventilasi-perfusi d.d
dyspnea, bunyi napas tambahan, takikardia, gelisah, diaforesis, napas
cuping hidung
c. Pola napas tidak efektif b.d hambatan upaya napas, kecemasan, posisi
tubuh yang menghambat ekspansi paru d.d dyspnea, fase ekspirasi
memanjang, pola napas abnormal, pernapasan cuping hidung
d. Ansietas b.d krisis situasional d.d merasa khawatir akibat kondisi yang
dihadapi, sulit berkonsentrasi, tampak gelisah, sulit tidur
e. Gangguan proses keluarga b.d perubahan status anggota keluarga d.d

17
keluarga tidak mampu beradaptasi terhadap situasi, tidak mampu
berkomunikasi secara terbuka diantara anggota keluarga, keluarga
tidak mampu mengungkapkan perasaan secara leluasa, keluarga tidak
mampu mencari atau menerima bantuan secara tepat
f. Defisit pengetahuan b.d kurang terpapar informasi d.d menanyakan
masalah yang dihadapi, menunjukkan perilaku tidak sesuai anjuran,
menunjukkan persepsi keliru terhadap masalah, menunjukkan perilaku
berlebihan
2. Pneumonia
a. Bersihan jalan napas tidak efektif b.d spasme jalan napas d.d batuk
tidak efektif, wheezing
b. Gangguan pertukaran gas b.d Gangguan pertukaran gas b.d
ketidakseimbangan ventilasi-perfusi d.d bunyi napas tambahan, pusing
c. Risiko hipovolemia d.d kekurangan intake cairan
d. Defisit pengetahuan b.d kurang terpapar informasi d.d menanyakan
masalah yang dihadapi, menunjukkan perilaku tidak sesuai anjuran,
menunjukkan persepsi keliru terhadap masalah, menunjukkan perilaku
berlebihan
e. Ansietas b.d krisis situasional d.d merasa khawatir akibat kondisi yang
dihadapi
3. Covid-19
a. Bersihan jalan napas tidak efektif b.d spasme jalan napas d.d batuk
tidak efektif, tidak mampu batuk, wheezing, dyspnea
b. Gangguan pertukaran gas b.d ketidakseimbangan ventilasi-perfusi d.d
dyspnea
c. Hipertermia b.d proses penyakit d.d suhu tubuh di atas nilai normal,
kulit terasa hangat
d. Ansietas b.d krisis situasional d.d merasa khawatir akibat kondisi yang
dihadapi
e. Defisit pengetahuan b.d kurang terpapar informasi d.d menanyakan
masalah yang dihadapi, menunjukkan perilaku tidak sesuai anjuran,
menunjukkan persepsi keliru terhadap masalah, menunjukkan perilaku

18
berlebihan

Dari diagnosa dibeberapa penyakit dari gangguan oksigenasi di atas, maka


berikut prioritas diagnosa yang telah kami susun :
1. Bersihan jalan napas tidak efektif b.d spasme jalan napas d.d batuk tidak
efektif, tidak mampu batuk, wheezing, dyspnea
2. Pola napas tidak efektif b.d hambatan upaya napas, kecemasan, posisi
tubuh yang menghambat ekspansi paru d.d dyspnea, fase ekspirasi
memanjang, pola napas abnormal, pernapasan cuping hidung
3. Hipertermia b.d proses penyakit d.d suhu tubuh di atas nilai normal, kulit
terasa hangat
4. Gangguan rasa nyaman b.d gejala penyakit d.d mengeluh tidak nyaman,
mengeluh mual, pola eliminasi berubah
5. Defisit nutrisi b.d ketidakmampuan mencerna makanan d.d nafsu makan
menurun, mukosa pucat
6. Gangguan pertukaran gas b.d ketidakseimbangan ventilasi-perfusi d.d,
bunyi napas tambahan, takikardia, gelisah, napas cuping hidung, sianosis
7. Ansietas b.d krisis situasional d.d merasa khawatir akibat kondisi yang
dihadapi
8. Defisit pengetahuan b.d kurang terpapar informasi d.d menanyakan
masalah yang dihadapi, menunjukkan perilaku tidak sesuai anjuran,
menunjukkan persepsi keliru terhadap masalah, menunjukkan perilaku
berlebihan
9. Risiko hipovolemia d.d kehilangan cairan secara aktif dan kekurangan
intake cairan
10. Risiko defisit nutrisi d.d peningkatan kebutuhan metabolisme

19
20
c) Konsep Perencanaan
Pada tahap ini perawat membuat rencana tindakan keperawatan untuk mengatasi masalah dan meningkatkan kesehatan pasien.
Perencanaan keperawatan adalah suatu rangkaian kegiatan penentuan langkah-langkah pemecahan masalah dan prioritasnya,
perumusan tujuan, rencana tindakan dan penilaian asuhan keperawatan pada pasien/klien berdasarkan analisis data dan diagnosa
keperawatan

No Diagnosa Keperawatan Tujuan Keperawatan Rencana Tindakan


1 Bersihan jalan napas tidak Setelah dilakukan asuhan keperawatan setiap 4 Latihan Batuk Efektif
efektif b.d spasme jalan napas jam sekali, maka Bersihan Jalan Napas Observasi
d.d batuk tidak efektif, tidak meningkat. Hasil yang diharapkan : 1. Identifikasi kemampuan batuk

mampu batuk, wheezing, Kriteria Hasil 1 2 3 4 5 2. Monitor adanya retensi sputum

dyspnea Batuk efektif √ 3. Monitor tanda dan gejala infeksi saluran napas

1 = Menurun 4. Monitor input output cairan (mis.jumlah dan


2 = Cukup Menurun karakteristik)
3 = Sedang
4 = Cukup Sedang
5 = Meningkat Terapeutik
1. Atur posisi semi-Fowler atau Fowler
Kriteria Hasil 1 2 3 4 5 2. Pasang perlak dan bengkok di pangkuan pasien
Produksi sputum √ 3. Buang sekret pada tempat sputum
Wheezing √

21
Dispnea √ Edukasi

Sianosis √ 1. Jelaskan tujuan dan prosedur batuk efektif

Gelisah √ 2. Anjurkan tarik napas dalam melalui hidung

1 = Meningkat selama 4 detik, ditahan selama 2


2 = Cukup Meningkat detik,kemudian keluarkan dari mulut dengan
3 = Sedang bibir mencucu (dibulatkan) selama 8 detik
4 = Cukup Menurun
5 = Menurun 3. Anjurkan mengulangi tarik napas dalam hingga
3 kali
Kriteria Hasil 1 2 3 4 5
Frekuensi Napas 4. Anjurkan batuk dengan kuat langsung setelah

Pola Napas √ tarik napas dalam yang ke 3
1 = Memburuk
2 = Cukup Memburuk
3 = Sedang Kolaborasi
4 = Cukup Membaik 1. Kolaborasi pemberian mukolitik atau
5 = Membaik
ekspektoran, jika perlu

Manajemen Jalan Napas

Observasi
1. Monitor pola napas (frekuensi, kedalaman,
usaha napas)
2. Monitor bunyi napas tambahan (mis. gurling

22
mengi, wheezing, ronkhi kering)
3. Monitor sputum (jumlah, warna, aroma)

Terapeutik
1. Pertahankan kepatenan jalan napas dengan
head-tiket dan chin-tilt (jaw-thurst jika curiga
trauma servikal)
2. Posisikan semi-fowler atau fowler
3. Berikan minuman hangat
4. Lakukan fisioterapi dada,jika perlu
5. Lakukan penghisapan lendir kurang dari 15
detik
6. Lakukan hiperoksigenasi sebelum penghisapan
Endotrakeal
7. Keluarkan sumbatan benda padat dengan forsep
McGill
8. Berikan oksigen, jika perlu

Edukasi
1. Anjurkan asupan cairan 2000 ml/hari, jika tidak
kontraindikasi

23
2. Ajarkan teknik batuk efektif

Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian bronkodilator,
ekspektoran, mukolitik, jika perlu

2 Pola napas tidak efektif b.d Setelah dilakukan asuhan keperawatan setiap 6 Pemantauan Respirasi
hambatan upaya napas, jam sekali, maka Pola Napas membaikt. Hasil Observasi
kecemasan, posisi tubuh yang yang diharapkan : 1. Monitor frekuensi, irama, kedalaman, dan
menghambat ekspansi paru Kriteria Hasil 1 2 3 4 5 upaya napas
d.d dyspnea, fase ekspirasi Dispnea √ 2. Monitor pola napas
memanjang, pola napas Pemanjangan fase √ 3. Monior kemampuan batuk efektif
abnormal, pernapasan cuping ekspirasi 4. Monitor adanya produksi sputum
hidung Pernapsan cuping √ 5. Monitor adanya sumbatan jalan napas
hidung 6. Palpasi kesimetrisan ekspansi paru
1 = Meningkat 7. Auskultasi bunyi napas
2 = Cukup Meningkat 8. Monitor saturasi oksigen
3 = Sedang
4 = Cukup Menurun
5 = Menurun Terapeutik
1. Atur interval pemantauan respirasi sesuai

24
Kriteria Hasil 1 2 3 4 5 kondisi pasien
Frekuensi napas √ 2. Dokumentasikan hasil pemantauan
1 = Memburuk
2 = Cukup Memburuk Edukasi
3 = Sedang
4 = Cukup Membaik 1. Jelaskan tujuan dan prosedur pemantauan
5 = Membaik 2. Informasikan hasil pemantauan, jika perlu

3 Hipertermia b.d proses Setelah dilakukan asuhan keperawatan setiap 2 Regulasi Temperatur
penyakit d.d suhu tubuh di jam sekali, maka termoregulasi membaik. Hasil Observasi
atas nilai normal, kulit terasa yang diharapkan : 1. Monitor suhu tubuh anak setiap 2 jam
hangat Kriteria Hasil 1 2 3 4 5 2. Monitor tekanan darah, frekuensi
Menggigil √ pernapasan dan nadi
Kulit merah √ 3. Monitor warna dan suhu kulit
Kejang √ 4. Monitor dan catat tanda dan gejala
Konsumsi Oksigen √ hipertermia
Pucat √
Dasar kuku sianotik √ Terapeutik

Hipoksia √ 1. Tingkatkan asupan cairan dan nutrisi yang

1 = Meningkat adekuat
2 = Cukup Meningkat 2. Gunakan kasur pendingin untuk
3 = Sedang
menurunkan suhu tubuh

25
4 = Cukup Menurun 3. Sesuaikan suhu lingkungan dengan
5 = Menurun
kebutuhan pasien

Kriteria Hasil 1 2 3 4 5
Edukasi
Suhu tubuh √
1. Jelaskan cara pencegahan head exhaustion
Suhu kulit √
dan head stroke
Tekanan darah √
Kolaborasi
1 = Memburuk
2 = Cukup Memburuk 1. Kolaborasi pemberian antipiretik, jika perlu
3 = Sedang
4 = Cukup Membaik
5 = Membaik

26
d) Konsep Implementasi
Implementasi keperawatan adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan
oleh perawat untuk membantu pasien dari masalah status kesehatan yang
dihadapi kestatus kesehatan yang baik yang menggambarkan kriteria hasil yang
diharapkan. Proses pelaksanaan implementasi harus berpusat kepada kebutuhan
klien, faktor-faktor lain yang mempengaruhi kebutuhan keperawatan, strategi
implementasi keperawatan, dan kegiatan komunikasi.

e) Konsep Evaluasi
Evaluasi merupakan proses kontinu yang terjadi saat anda melakukan
kontak dengan anak. Setelah melaksanakan intervensi, kumpulkan data
subjektif dan objektif dari klien, keluarga. Selain itu juga meninjau ulang
pengetahuan tentang status terbaru dari kondisi, terapi, sumber daya,
pemulihan, dan hasil yang diharapkan. Jika hasil telah terpenuhi, berarti tujuan
untuk klien juga telah terpenuhi. Bandingkan perilaku dan respon klien
sebelum dan setelah dilakukan asuhan keperawatan.

27
BAB III
PENUTUP

1) Kesimpulan
Oksigen merupakan kebutuhan dasar yang paling vital dalam kehidupan manusia.
Dalam tubuh, oksigen berperan penting di dalam proses metabolisme sel. Kekurangan
oksigen akan menimbulkan dampak yang bermakna bagi tubuh, salah satunya adalah
kematian. Karenanya, setiap perawat harus paham dengan manisfestasi tingkat oksigen
pada kliennya serta mampu mengatasi berbagai masalah yang terkait dengan kebutuhan
tersebut.
Sebagian besar penyakit akut pada anak adalah infeksi pernapasan. Usia anak,
status sosioekonomi, dan status kesehatan umum dapat memengaruhi perkembangan
gangguan pernapasan maupun perjalanan penyakit tersebut. Sebagai contoh, anak yang
berasal dari keluarga kurang mampu lebih berisiko menderita penyakit pernapasan dan
anak yang mengalami gangguan kronik, seperti diabetes, penyakit jantung kongenital,
anemia sel sabit, fibrosis kistik, dan paralisis serebri cenderung mengalami gangguan
pernapasan yang lebih parah. Disamping itu, musim dapat memengaruhi perkembangan
penyakit pernapasan dan perjalanan penyakit tersebut.

2) Saran
Sebagai perawat kita harus mampu mengenali pengertian, tanda dan gejala, serta
asuhan keperawatan kepada anak dengan gangguan oksigenasi: Asma, Pneumonia,
Covid-19.

28
DAFTAR PUSTAKA

Dewi, Sulisna N.L.K. (2018). Modul Praktik Klinik Keperawatan Anak. Jakarta:
Asosiasi Institusi Pendidikan Vokasi Keperawatan Indonesia (AIPViKI)

Meadow,, Sir Roy dan Simon J. Newell. (2005). Lecture Notes: Pediatrika, Edisi ke 7.
Jakarta: Penerbit Erlangga

Suriadi dan Rita Yuliani. (2006). Asuhan Keperawatan pada Anak, Edisi ke 2.
Jakarta: Sagung Seto

Riyadi, Sujono dan Sukarmin. (2012). Asuhan Keperawatan pada Anak, Edisi pertama.
Yogyakarta: Graha Ilmu

Widiarti, Dwi dan Wuri Praptiani. (2014). Buku Ajar Keperawatan Pediatri, Edisi 2,
Vol. 3. Jakarta: EGC

PPNI (2016). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia: Definisi dan Indikator


Diagnostik, Edisi ke 1. Jakarta: DPP PPNI.

PPNI (2019). Standar Luaran Keperawatan Indonesia: Definisi dan Kriteria Hasil
Keperawatan, Edisi ke 1. Jakarta: DPP PPNI.

PPNI (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia: Definisi dan Tindakan


Keperawatan, Edisi ke 1. Jakarta: DPP PPNI.

Anwar,Athena,& Ika,Damayanti. (2014) . Pneumonia Pada Anak Balita di Indonesia.


Jurnal Kesehatan Masyarakat Nasional.8(8),359-365
https://www.alomedika.com/penyakit/penyakit-infeksi/coronavirus-disease-2019-covid-
19/patofisiologi

http://repository2.unw.ac.id/1062/6/S1_050218A263_BAB%20I%20-%20Nurjannah
%20silo.pdf

https://ciputrahospital.com/apakah-covid-19-bisa-menyebabkan-pneumonia/

Anda mungkin juga menyukai