Anda di halaman 1dari 27

TELAAH JURNAL

ANALISIS JURNAL TERKAIT ISSUE DAN TREND DALAM


PERAWATAN PASIEN DENGAN PENYAKIT KRONIS ’COVID-19’
KEPERAWATAN PALIATIF DAN MENJELANG AJAL

Dosen Pengampu:
Yusnilawati, S.Kep., M.Kep., Ners
Ns. Nurhusna, S.Kep., M.Kep

DISUSUN OLEH:
KELOMPOK 4A
Muhammad Taqwa_G1B121001 Agave Sidabutar_G1B121043
Putri Azdkia.Z_G1B121003 Dwi Afrida_G1B121063
Pebriani_G1B121013 Vira Fransiska_G1B121073
Amelia Lova .K_G1B121021 Ichel Cindy Savela_G1B121077
Widda Adelia Putri_G1B121023 Nurfadilla Aprillia.S_G1B121091
Muzani Shopa_G1B121029 Tria Atika Juliani_G1B121093
Hosma Amanda Br_G1B121033

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN


FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS JAMBI
2023
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT Dzat penguasa alam semesta yang telah
memberikan taufiq, rahmat, hidayah serta hidayahnya sehingga kami dapat untuk
menyusun dan menyelesaikan makalah telaah jurnal tentang “Telaah Jurnal
(Analisis jurnal terkait issue dan trend dalam perawatan pasien dengan penyakit
kronis ’COVID-19’)”.

Penyusunan makalah ini merupakan salah satu metode pembelajaran pada


mata kuliah Keperawatan Paliataif dan Menjelang Ajal Program Studi Ilmu
Keperawatan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada semua


pihak yang telah memberikan masukan, dorongan dan bimbingan kepada penulis
dalam menyusun makalah ini baik dari segi moral dan materil. Ucapan terimakasih
tersebut di tujukan kepada:

1. Ibu Yusnilawati, S.Kep., M.Kep.Ners dan Ibu Ns. Nurhusna, S.Kep., M.Kep
selaku dosen pengampu dalam mata kuliah Keperawatan Paliatif dan
Menjelang Ajal.
2. Rekan-rekan kelompok 4A dalam mata kuliah Keperawatan Paliatif dan
Menjelang Ajal.

Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena
itu kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu kami
harapkan demi kesempurnaan makalah ini di masa yang akan datang.

Akhir kata, kami sampaikan terimakasih kepada semua pihak yang telah
berperan serta dalam penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir. Semoga
Tuhan Yang Maha Esa senantiasa meridhoi segala usaha kita. Amin. Dan akhirnya
semoga makalah ini bermanfaat bagi kita semua terutama bagi pembaca. Terima
kasih.

Jambi, 14 Oktober 2023

i
Kelompok 4A

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................ i

DAFTAR ISI .......................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN .......................................................................................1

1.1 Latar Belakang................................................................................................1

1.3 Tujuan .............................................................................................................2

BAB II TELAAH JURNAL ..................................................................................3

2.1 Jurnal Utama ...................................................................................................3

2.2 Jurnal Pendukung 1 ........................................................................................5

2.3 Jurnal Pendukung 2 ........................................................................................7

2.4 Jurnal Pendukung 3 ........................................................................................9

2.5 Jurnal Pendukung 4 ......................................................................................11

2.6 Jurnal Pendukung 5 ......................................................................................14

BAB III ANALISIS JURNAL .............................................................................17

BAB IV IMPLIKASI ...........................................................................................20

BAB V PENUTUP ................................................................................................22

3.1 Kesimpulan ...................................................................................................22

3.2 Saran .............................................................................................................22

DAFTAR PUSTAKA ...........................................................................................23

ii
iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Asma merupakan penyakit pernapasan yang tidak dapat disembuhkan yang
disebabkan oleh bronkospasme. Asma merupakan masalah kesehatan global
yang mempengaruhi sekitar 118% dari populasi di banyak negara di
dunia.Asma merupakan salah satu masalah kesehatan utama di negara maju dan
berkembang (Wijaya dan Putri, 2013).
Asma merupakan gangguan yang terjadi pada saluran bronchial dengan ciri
bronkospasme periodik (konstraksi spasme pada saluran napas) terutama di
percabangan trakeobronkial yang disebabkan oleh berbagai stimulus seperti
faktor biochemikal, endokrin, infeksi, otonomik, dan psikologi. penyakit asma
dapat disebabkan oleh dua faktor yaitu faktor intrinsik merupakan suatu bentuk
asma dengan alergen seperti debu, asap rokok, bulu binatang, polusi dan yang
kedua adalah faktor ekstrinsik merupakan suatu bentuk asma tidak berhubungan
langsung dengan faktok alergen spesifik melainkan faktor-faktor seperti
common cold, aktivitas, emosi/sters (Somantri, 2012). Pada umumnya penyakit
asma disebabkan oleh hipersensitibilitas bronkeolus terhadap alergen seperti
debu, asap rokok, bulu 2 binatang, polusi. Bila pasien asma menghirup alergen
maka antibody Ig. E orang tersebut akan meningkat, kemudian alergen akan
bereaksi dengan antibody yang sudah berkaitan dengan sel mast dan
menyebabkan sel mast akan mengeluarkan berbagai macam zat, diantaranya
histamine zat anafilaksis yang bereaksi lambat. Efek gabungan ini akan
menimbulkan edema pada dinding brokeolus dan pada spasme otot polos
bronkeolus, sehingga menyebabkan tahanan saluran napas menjadi sangat
meningkat (Wahid & Suprapto, 2013)
Gejala asma adalah gangguan pernapasan (sesak), batuk produktif terutama
pada malam hari atau menjelang pagi, dan dada terasa tertekan. Gejala tersebut
memburuk pada malam hari, adanya alergen seperti debu, asap rokok, bulu
binatang, polusi (Rikesdas, 2013). Dilihat dari kodisi klinis dan faktor

1
penyebabnya asma dapat menimbulkan masalah keperawatan sepeti bersihan
jalan napas tidak efektif, gangguan pertukaran gas, gangguan ventilasi spontan
(Tim Pokja SDKI DPP, 2017). Serangan asma biasanya bermula dengan batuk
dan rasa sesak dalam dada, disertai dengan pernafasan lambat, mengi dan
laborious. Ekspirasi selalu lebih susah dan panjang dibandingkan inspirasi.
Meningkatnya sputum pada jalur pernafasan yang dihasilakan oleh
hiperresponsive akibat alergen menyebabkan sputum sulit untuk dikeluarkan
(Wijaya & Putri, 2013). Dampak yang dapat terjadi oleh adanya penumpukan
sputum atau lendir yang di hasilkan oleh hiperresponsive akibat reaksi dari
alergi dapat menyebabkan munculnya diagnosa keperawatan bersihan jalan
napas tidak efektif. Bersihan jalan napas tidak efektif adalah ketidakmampuan
membersihkan sekret atau obstruksi jalan napas untuk mempertahankan jalan
napas tetap paten (Tim Pokja SDKI DPP, 2017).

1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
Tujuan umum yaitu untuk menganalisis jurnal terkait issue
dan trend dalam perawatan pasien dengan penyakit kronis.

1.2.2 Tujuan Khusus


1. Untuk mengetahui hubungan self-management dengan self-
efficacy pada pasien asma di masa pandemi COVID-19 di
Poliklinik Paru RSU X Denpasar.
2. Untuk mengetahui mengidentifikasi gambaran kecemasan dan
kualitas tidur pasien asma di Desa Tuko Kecamatan Prokulon
Kabupaten Grobogan selama masa pandemi Covid-19.
3. Untuk mengetahui tentang faktor-faktor yang mempengaruhi
tingkat kekambuhan pada pasien asma dimasa covid-19.

2
BAB II
RESUME JURNAL

2.1 JURNAL UTAMA


JUDUL Impact of COVID-19 lockdown on emergency asthma
admissions and deaths: national interrupted time series
analyses for Scotland and Wales
PENULIS 1. Gwyneth A Davies
2. Mohammad A Alsallakh
3. Shanya Sivakumaran
4. Eleftheria Vasileiou
5. Ronan A Lyons
6. Chris Robertson
7. Aziz Sheikh
8. EAVE II Collaborators
NAMA Thorax: first published as 10.1136/thoraxjnl-2020-216380
JURNAL on 29 March 2021.Downloade from http://thorax.bmj.com/
on August 11, 2021 at Mozambique:BMJ-PG Sponsor.
Protected by copyright.
METODOLOGI Menggunakan data dari Public Health Scotland dan Secure
Anonymised Information Linkage Databank
Di Wales, kami membandingkan jumlah mingguan pasien
rawat inap darurat dan kematian akibat asma selama 18
minggu pertama pada tahun 2020 dengan rata-rata nasional
selama 2015-2019. Kami memodelkan dampak dari
pemberlakuan karantina wilayah terhadap hasil ini dengan
menggunakan analisis deret waktu yang terputus. Dengan
menggunakan meta- analisis efek tetap, kami memperoleh
estimasi gabungan dari keseluruhan perubahan tren di kedua
negara. Kami juga menyelidiki tren dalam peresepan

3
perawatan primer terkait asma dan kehadiran di unit gawat
darurat (UGD) di Wales.
HASIL Lockdown dikaitkan dengan penurunan 36% dalam
penerimaan pasien gawat darurat untuk asma (rasio tingkat
kejadian, IRR: 0,64, 95% CI: 0,49 hingga 0,83, nilai p 0,001)
di kedua negara. Tidak ada perbedaan yang signifikan
perubahan dalam kematian asma (IRR gabungan: 0,57, 95%
CI: 0,17 hingga 1,94, nilai p 0,37). Kehadiran asma UGD di
Wales menurun selama penguncian (IRR: 0,85, 95% CI:
0,73 hingga 0,99, p value
0,03). Lonjakan besar 121% lebih banyak kortikosteroid
inhalasi dan 133% lebih banyak resep kortikosteroid oral
terlihat di Wales pada minggu sebelum penguncian.
Terdapat penurunan substansial dalam penerimaan pasien
gawat darurat asma di seluruh Skotlandia dan Wales selama
karantina wilayah di Inggris tanpa adanya peningkatan yang
terkait dengan kematian akibat asma. Kami belum
mengetahui sejauh mana penurunan jumlah presentasi
darurat asma dalam penelitian kami disebabkan oleh
peningkatan kontrol asma atau pengurangan paparan pemicu
selama pandemi dibandingkan dengan penghindaran
pengaturan perawatan kesehatan. Kami menyoroti beberapa
area penting untuk penyelidikan di masa depan untuk
memahami alasan yang mendasarinya, termasuk faktor
pendorong positif seperti manajemen diri yang lebih baik
dan berkurangnya paparan terhadap patogen pernapasan dan
polutan. Sangat penting untuk menilai dampak pandemi
yang lebih luas terhadap perawatan dan hasil pada kondisi
kesehatan kronis seperti asma, termasuk morbiditas dan
mortalitas yang tidak terkait COVID-19. Hal ini akan
menginformasikan penargetan strategi kesehatan

4
masyarakat untuk meminimalkan dampak buruk serta
menangkap elemen positif yang dapat dimanfaatkan untuk
mengurangi jumlah pasien rawat inap di rumah sakit pada
kelompok rentan dalam jangka panjang.

2.2 JURNAL PENDUKUNG 1


JUDUL Gambaran Tingkat Kekambuhan Pada Pasien Asma di Masa
COVID-19
PENULIS 1. Despa Wahyu
2. Lussyefrida Yanti
NAMA JURNAL NERS GENERATION Volume.01 Nomor.01
JURNAL September 2022; 42-47
METODOLOGI Dalam penelitian ini digunakan metode cross sectional
dengan pendekatan kuantitatif, peneliti bermaksud untuk
mengetahui tentang faktor-faktor yang mempengaruhi
tingkat kekmabuhan pada pasien asma dimasa covid-19.
Alat ukur yang digunakan adalah kuesioner
HASIL Hasil dari penilitian ini diketahui bahwa distribusi frekuensi
berdasarkan jenis kelamin, umur, frekuensi elergi, dan
Penderita asma yang disurvei di tempat kerja terdistribusi di
wilayah Puskesmas Jembatan Kecil Bengkulu di dapatkan
hasil ;
1. Berdasarkan jenis kelamin responden pada pasien asma
di Wilayah Kerja Puskesmas Jembatan Kecil Kota
Bengkulu yang berjenis kelamin laki-laki sebanyak 23
orang (51%) lebih tinggi dibadingkan dengan
perempuan.
2. Berdasarkan umur responden pada pasien asma di
Wilayah Kerja Puskesmas Jembatan Kecil Kota
Bengkulu yang berumur 30-60 tahun sebanyak 35 orang

5
(77,8%) lebih tinggi dibadingkan dengan umur 20-30
tahun.
3. Penderita asma yang disurvei di tempat kerja terdistribusi
di wilayah Puskesmas Jembatan Kecil Bengkulu
berdasarkan frekuensi kekambuhan, sebanyak 28 orang
(62,2%) mengalami kekambuhan lebih banyak
dibandingkan yang tidak kekambuhan.
4. Frekuensi kecemasan pasien asma di wilayah kerja
Puskesmas Jembatan Kecil Bengkulu adalah berat 27
(53,3%) dan sebanyak 18 (40,0%) mengalami kecemasan
sedang.
5. Berdasarkan distribusi frekuensi alergi pada penderita
asma terdapat 32 orang sehat (40,0%) yang memiliki
mengalami alergi berat dan yang pernah mengalami
alergi sedang sebanyak 13 orang (28,9%).
Berdasarkan hasil penelitian, mayoritas responden di
wilayah kerja Puskesmas Jembatan Kecil Bengkulu
mengalami kekambuhan asma, hingga 28 responden
(62,2%). Berdasarkan hasil penelitian, terdapat hubungan
yang signifikan antara kecemasan dengan tingkat
kekambuhan asma selama COVID-19, dengan nilai p =
0,003 0,003. 0,05. Dalam penelitian ini, menurut hasil
kuisioner yang diperoleh selama masa penelitian sebagian
besar disebabkan oleh kecemasan selama Covid-19 yaitu 27
orang (60,0%) dan hingga 18 orang (40,0%) yang pernah
mengalami asma. kambuh Tidak ada kekambuhan asma
selama Covid-19.
Berdasarkan hasil penelitian yang didaptakan, bahwa ada
hubungan yang signifikan antara faktor alergi debu dengan
tingkat kekambuhan asma dimasa covid-19 dengan nilai p =
0,001 < 0,05. Pada penelitian ini berdasarkan hasil kuesioner

6
yang didaptkan saat penelitian, sebagian besar akibat alergi
debu dimasa covid-19 yaitu sebanyak 31 orang (68,9%)
yang mengalami kekambuhan pada asma dan sebanyak 14
orang (31,1%) yang tidak mengalami kekambuhan pada
asma dimasa covid-19

3. JURNAL PENDUKUNG 2
JUDUL HUBUNGAN SELF-MANAGEMENT DENGAN SELF-
EFFICACY PADA PASIEN ASMA DI MASA PANDEMI
COVID-19 DI POLIKLINIK PARU RSU DENPASAR
PENULIS 1. Ni Putu Ariantini
2. Putu Wira Kusuma Putra
3. Alfiery Leda Kio
NAMA CARING, Volume 6 Nomor 1, Juni 2022
JURNAL
METODOLOGI Jenis penelitian ini yaitu penelitian kuantitatif dengan
rancangan descriptive correlational. Sampel pada penelitian
ini yaitu pasien asma yang melakukan kontrol rutin di
Pliklinik Paru RSU X Denpasar. Jumlah sampel dalam
penelitian ini yaitu 40 orang. Dalam penelitian ini
menggunakan non probability sampling dengan teknik
purposive sampling. Penelitian ini dilaksanakan di Poliklinik
Paru RSU X Denpasar. Waktu penelitian dilaksanakan
selama empat sampai enak minggu mulai 1 Oktober sampai
31 Oktober 2021. Untuk menentukan self-management
pasien diperlukan instrumen berupa kuesioner ASMQ dan
untuk menentukan self-efficacy berupa kuesioner KASE-
AQ. Analisis data menggunakan analisis univariat yang
menghasilkan distribusi dan presentasi tiap variabel serta
analisis bivariat menggunakan analisis uji Spearman’s Rho

7
untuk mengukur signifikansi tingkat hubungn pada data
berskala ordinal.
HASIL Berdasarkan hasil analisis, penelitian ini menemukan fakta
80% pasien asma di masa pandemi COVID-19 di RSU X
Denpasar termasuk ke dalam kategori self-management
tinggi. Sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh
(Ratriani p, 2012) menunjukkan secara umum responden
melakukan self-management dengan baik (64,9%).
Berdasarkan pengumpulan data yang dilakukan pada
penelitian ini sebagian besar responden memiliki
pengetahuan dalam mencegah serangan asma, penggunaan
inhaler, menggunakan obat penyelamatan dan perawatan,
penggunaan pil steroid, cara menggunakan flow meter,
gejala dan cara megendalikan asma. Hal ini menunjukan
sebagian besar pasien asma di RSU X Denpasar sudah
mampu untuk memberdayakan dirinya sendiri dalam
mengontrol penyakit asma yang di derita karena asma
merupakan penyakit kronis yang dalam proses
penyembuhannya diperlukan adanya peran pasien secara
aktif dalam melakukan self-management. Menurut Chronic
Care Model Self-management telah terbukti menjadi yang
paling efektif dalam meningkatkan hasil diberbagai macam
penyakit. Self-management melibatkan kolaborasi antara
tenaga perawat professional dan pasien, sehingga pasien
dapat memperoleh pengetahuan dan keterampilan yang
diperlukan untuk mengelola kesehatan dirinya dan
meningkatkan kontrol penyakit mereka (Jordan, 2015).
Kepatuhan terhadap self-management pada penyakit kronis
sangat penting untuk mencapai hasil peningkatan kesehatan,
kualitas hidup serta perawatan kesehatan yang hemat biaya
(Harmine, 2015). Penerapan self-management yang baik

8
dapat menurunkan risiko terjadinya komplikasi, mengurangi
kejadian hospitalisasi dan angka kematian akibat penyakit
kronik (Damayanti, 2014).
COVID-19 RSU X Denpasar menghasilkan hubungan yang
signifikan dengan nilai 0,014. Angka koefisien korelasi
menunjukkan angka 0,384 dapat diartikan bahwa semakin
tinggi self-management maka self-efficacy pada pasien asma
di masa pandemi COVID-19 RSU X Denpasar juga semakin
meningkat

2.3 JURNAL PENDUKUNG 3


JUDUL Gambaran Kecemasan dan Kualitas Tidur Pasien Asma Saat
Pandemi Covid-19
PENULIS Penulis:
1. Fita Purnam Sari
2. Yunani
3. Muhammad Jamaludin
NAMA Prosiding Pekan Publikasi Ilmiah Mahasiswa Universitas
JURNAL Karya Husada Semarang “The Future of Health Care in Era
of Society 5.0: From Pandemic to Endemic” September
2022
METODOLOGI Jenis penelitian ini adalah deskriptif kuantitatif. Penelitian
ini bertujuan untuk mendeskripsikan kecemasan dan kualitas
tidur pada pasien asma saat pandemi Covid-19 di Desa Tuko
Kecamatan Pulokulon Kabupaten Grobogan. Desain
penelitian atau rancangan penelitian ini menggunakan
pendekatan survey yang mengumpulkan data melalui
kuesioner kecemasan dan kualitas tidur pasien asma saat
pandemi Covid-19. Waktu pengumpulan data dilaksanakan
pada bulan Desember 2021-Januari 2022. Populasi

9
penelitian ini berupa masyarakat yang memiliki riwayat
asma dan berdomisili di Desa Tuko. Populasi dalam
penelitian ini adalah sebanyak 100 orang yang memiliki
riwayat asma lalu dihitung dengan menggunakan rumus
Slovin didapatkan sebanyak 80 responden. Pengambilan
sampel dalam penelitian ini menggunakan teknik Purposive
Sampling. Penelitian ini juga menentukan kriterian inklusi
dan eksklusi dalam pengambilan sampel.kriteria inklusi
dalam penelitian ini yaitu masyarakat yang menderita asma,
penderita yang berusia 20-30 tahun,bersedia menjadi
responden, berdomisili di Desa Tuko, penderita yang belum
terkena positif Covid-19, sedangkan kriteria eksklusi dalam
penelitian ini yaitu penderita yang mengalami gangguan
pendengaran, tidak bisa membaca dan menulis, tidak bisa
melihat. Instrumen pada penelitian ini menggunakan
kuesioner Hamilton Rating Scale For Anxiety (HARS). Dan
Pittsu Burg Sleep Quality Index (PSQI).
HASIL Berdasarkan hasil penelitian pada 50 responden (Tabel 1),
kecemasan pasien asma saat pandemi covid-19 di Desa Tuko
Kecamatan Pulokulon Kabupaten Grobongan diperoleh
hasil kecemasan ringan berjumlah 4 orang (8,0%),
kecemasan sedang berjumlah 13 orang (26,0%), kecemasan
berat berjumlah 26 orang (52,0%) dan kecemasan sangat
berat berjumlah 7 orang (14,9%).
Dapat diambil kesimpulan bahwa pasien asma mengalami
kacemasan berat, pada masa pandemi Covid-19 di Desa
Tuko Kecamatan Pulokulon Kabupaten Grobogan
dikarenakan dari berbagai lingkungan atau daerah di sekitar
tempat tinggal seseorang berdampak pada bagaimana
mereka memandang terhadap dirinya serta orang lain, yang
menyebabkan salah satu faktor yang menunjukkan

10
kebenaran tentang kecemasan. Ini adalah hasil dari orang-
orang yang memiliki pengalaman yang tidak menyenangkan
dengan pandemi Covid-19.
Berdasarkan hasil penelitian pada 50 responden (Tabel 2),
tingkat kualitas tidur pasien asma saat pandemic covid-19 di
Desa Tuko Kecamatan Pulokulon Kabupaten Grobongan
diperoleh hasil tidur baik berjumlah 18 orang (36,0%), dan
pasien asma yang berkualitas tisur buruk berjumlah 32 orang
(64,0%).
Berdasarkan data tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa
pasien asma mengalami kualitas tidur buruk pada masa
pandemi Covid-19 di Desa Tuko Kecamatan Pulokulon
Kabupaten Grobogan dikarenakan ada beberapa faktor salah
satunya karena kecemasan serta hasil kuesioner terdapat 2
komponen yang terganggu yaitu komponen gangguan tidur
dan disfungsi siang hari yang dapat disebabkan oleh
berbagai factor.

2.4 JURNAL PENDUKUNG 4


JUDUL Level of Asthma Control and Mental Health of Asthma
Patients During Lockdown for COVID-19: A Cross-
sectional Survey
Tingkat Kontrol Asma dan Kesehatan Pasien Asma Selama
Karantina Wilayah untuk COVID-19: Survei Cross-
sectional
PENULIS 1. Dina S. Sheha
2. Asmaa S. Abdel-Rehim
3. Osama M. Abdel-Latif
3. Maryam A. Abdelkader
4. Riham H. Raafat

11
5. Sarah A. Sallam
6. Nayera S. Mostafa
NAMA The Egyptian Journal of Bronchology
JURNAL
METODOLOGI Penelitian ini merupakan penelitian cross-sectional,
observasi, dan studi analisis. Penelitian ini dilakukan melalui
kuisioner online yang dikirim melalui media sosial kepada
pasien asma secara teratur dan ditindaklanjuti oleh rekan
penulis penelitian saat ini di klinik Pulmonologi, atau klinik
Alergi dan Imunologi di rumah sakit Universitas Ain Shams.
Responden pada penelitian ini memiliki 264 pasien asma
bronkial berusia 12 tahun ke atas yang didiagnosis menderita
asma setidaknya 6 bulan sebelumnya.
Analisis statistik dilakukan dengan menggunakan paket
statistic SPSS versi 21. Data kualitatif disajikan dalam
bentuk frekuensi dan persentase. Variabel kuantitatif
disajikan dalam bentuk Mean ± Standar deviasi (SD).
HASIL Penelitian ini melibatkan 264 partisipan, sekitar 60% adalah
perempuan, dan usia berkisar antara 12 hingga 78 tahun.
Pada tabel 1, 47% dari peserta penelitian memiliki asma
musiman. Sesak napas adalah gejala yang paling umum
terjadi pada 72%, diikuti oleh mengi, batuk kronis, dan sesak
dada. Menurut skor ACT, sekitar 70% peserta penelitian
memiliki asma yang tidak terkontrol dengan baik. Kemudian
150/264 (56,8%) dari peserta penelitian merasakan berbagai
faktor dalam ruangan sebagai pemicu gejala asma, dan
diantaranya adalah hewan peliharaan, jamur, bau
menyengat, debu rumah, bahan pembersih dan desinfeksi,
dan asap tembakau.

12
Tabel 2 menunjukkan bahwa 46% dari peserta penelitian
mengalami peningkatan gejala selama penguncian, dan
hampir 90% melaporkan penggunaan desinfektan saat ini;
78% menyatakan bahwa gejala asma mereka meningkat
secara langsung terkait dengan penggunaan desinfektan.
Gambar 1 menunjukkan klasifikasi partisipan penelitian
berdasarkan skor ACT, dan jumlah kasus kecemasan dan
depresi di setiap kategori ACT. Sekitar 35% dan 26%
mengalami kasus kecemasan dan depresi ditunjukkan pada
tabel 3. Rata-rata IES-R samsa dengan 35,91 ± 19,09.
Sebuah hubungan yang signifikan secara statistik ditemukan
antara ACT dan HADS seperti yang ditunjukkan pada
Tabel4. Uji one way analysis of variance (ANOVA)
menunjukkan adanya perbedaan signifikan ACT
berdasarkan skor depresi dan kecemasan pasien (hal =0,009
dan ˂ 0,001). Perbandingan post-hoc untuk mengevaluasi
perbedaan berpasangan antar rata-rata kelompok dilakukan
dengan menggunakan uji Tukey. Tes tersebut menunjukkan
perbedaan berpasangan yang signifikan antara skor rata-rata
kasus depresi atau pasien dengan skor depresi normal (P
0,05). Pasien dengan depresi ambang tidak berbeda secara
signifikan dengan dua kelompok lainnya. Mengenai
kecemasan, perbedaan berpasangan yang signifikan antara
ketiga kelompok (normal, batas, dan kasus) ditemukan.
Murid dan uji ANOVA menunjukkan tidak ada perbedaan
yang signifikan antara rata-rata ACT berdasarkan data sosio-
demografis (usia, jenis kelamin, pekerjaan, tempat tinggal).
Gambar 2 menunjukkan peningkatan gejala dan penggunaan
disinfektan yang dirasakan di antara peserta. Gejala yang
dirasakan dibandingkan berdasarkan tingkat pengendalian
asma. Sekitar 72% pasien yang merasakan peningkatan

13
gejala tidak terkontrol dengan baik, dibandingkan dengan
25% pasien terkontrol dan 3% pasien terkontrol sempurna
(Pnilai 0,002).
Korelasi terbalik ditemukan antara ACT dan tes psikologi
dengan signifikansi statistik seperti yang ditunjukkan pada
Tabel5.
Tabel 6 menunjukkan pengaruh faktor pribadi dan
psikologis terhadap ACT menurut model regresi linier
berganda, kecemasan berhubungan negatif dengan ACT (β
= −0.348, 95% CI: 0.495, −0.201,hal =0,000).

2.5 JURNAL PENDUKUNG 5


JUDUL Impact of the COVID-19 Pandemic on Pediatric Emergency
Departement Use for Asthma
Dampak Pandemi COVID-19 terhadap Penggunaan Unit
Gawat Darurat Pediatrik untuk Asma
PENULIS 1. Tregony Simoneau, M.D.
2. Kimberly F. Greco, M.P.H.
3. Adam Hammond, B.S.
4. Kyle Nelson, M.D., M.P.H.
5. Jonathan M. Gaffin, M.D., M.M.Sc.
NAMA American Thoracic Society
JURNAL
METODOLOGI Studi kohort retrospektif ini dianggap dikecualikan oleh
dewan peninjau kelembagaan. Repositori Data Rumah Sakit
Anak Boston yang terhubung dengan catatan kesehatan
elektronik ditanyai untuk mengidentifikasi anak-anak usia 2-
22 tahun dengan kunjungan UGD karena asma (kode
diagnosis J45.XX), yang menerima setidaknya satu obat
terkait asma (albuterol, ipratropium, levalbuterol, atau

14
albuterol-ipratropium) antara 5 Januari dan 23 Mei pada
tahun 2018, 2019, dan 2020. Anak-anak dengan penyakit
jantung atau paru-paru kronis lainnya tidak dimasukkan
dalam penelitian ini. Karakteristik pasien dibandingkan
dengan tes chi-kuadrat. Berdasarkan inspeksi visual pada
diagram pengoperasian (Gambar 1), penutupan sebelum dan
sesudah COVID-19 ditetapkan masing-masing pada tanggal
5 Januari hingga 21 Maret dan 22 Maret hingga 23 Mei, dan
diterapkan setiap tahun. Desain rangkaian waktu terputus
dengan model regresi binomial negatif menilai kunjungan
UGD mingguan berdasarkan waktu (minggu yang berlalu
sejak 5 Januari), penutupan COVID-19 (sebelum vs. pasca),
dan tahun (2018, 2019, dan 2020). Istilah interaksi tiga arah
antara waktu, COVID-19, (P=0,3702) dan kemudian
dibatalkan dan digantikan dengan model yang lebih pelit.
Koefisien regresi dieksponensiasi untuk mendapatkan rasio
tingkat kejadian.
HASIL Selama 3 tahun, terdapat 2.543 total kunjungan IGD asma
yang terjadi antara tanggal 5 Januari dan 23 Mei. Jumlah
kunjungan IGD asma secara signifikan lebih sedikit dan
lebih rendah pada tahun 2020 dibandingkan dengan tahun
2019 dan 2018 (Gambar 1). Hanya etnis yang bervariasi
menurut tahun. Persentase eksaserbasi asma yang
memerlukan rawat inap di rumah sakit tidak lebih tinggi
secara signifikan pada tahun 2020 dibandingkan tahun 2018,
namun lebih tinggi dibandingkan tahun 2019 (Tabel 1).
Setelah disesuaikan dengan tahun, minggu, dan jangka
waktu (sebelum atau sesudah penutupan), kami menemukan
adanya penurunan signifikan kejadian kunjungan UGD
setelah penutupan pada tahun 2020 dibandingkan dengan
tahun 2018 (IRR, 0,21; interval kepercayaan 95% [95% CI],

15
0,11 –0,37;P, 0,0001) dan 2019 (IRR, 0,18; CI 95%, 0,10–
0,32; P,0,0001) namun tidak antara tahun 2018 dan 2019 (P
=0,6250) (melihat Tabel E1 dalam suplemen online). Untuk
pekan tanggal 15 Maret hingga 21 Maret, tingkat kunjungan
UGD serupa sepanjang tahun. Namun, pada minggu
berikutnya, tingkat kunjungan UGD menurun sebesar 80%
(IRR, 0,20; 95% CI, 0,14– 0,28) dan 82% (IRR, 0,18; 95%
CI, 0,13–0,25) pada tahun 2020 dibandingkan tahun 2018
dan masing-masing pada tahun 2019 (P,0,0001), yang
berlanjut hingga tanggal 23 Mei (penurunan masing-masing
sebesar 82% dan 87% dibandingkan tahun 2018 dan 2019,
Gambar 2).
Karena perbedaan yang signifikan dalam etnis pasien dari
tahun ke tahun, model utama dikelompokkan berdasarkan
etnis Hispanik (n =420) dan non-Hispanik (n =1.799). Setiap
subkelompok menunjukkan tingkat DE yang jauh lebih
rendah setelah COVID-19 pada tahun 2020 dibandingkan
tahun-tahun sebelumnya, hal ini sejalan dengan temuan
keseluruhan.
Kami mengamati penurunan yang signifikan pada
kunjungan UGD anak karena asma selama penutupan
Massachusetts di tengah pandemi COVID-19. Selain itu,
persentase total kunjungan UGD akibat asma lebih rendah
pada tahun 2020 dibandingkan tahun 2018 dan 2019. Hal ini
menunjukkan bahwa dampaknya bukan hanya disebabkan
oleh penghindaran UGD secara keseluruhan.

16
BAB III
ANALISIS JURNAL

Pada jurnal utama, metode yang digunakan yaitu data dari Public Health
Scotland dan Secure Anonymised Information Linkage Databank dengan
membandingkan jumlah mingguan pasien rawat inap darurat dan kematian akibat
asma selama 18 minggu pertama pada tahun 2020 dengan rata-rata nasional selama
2015-2019 di Wales dan Skotlandia. Didapatkan hasil penelitian yaitu Kehadiran
asma UGD di Wales menurun selama penguncian, Terdapat penurunan substansial
dalam penerimaan pasien gawat darurat asma di seluruh Skotlandia dan Wales
selama karantina wilayah di Inggris tanpa adanya peningkatan yang terkait dengan
kematian akibat asma dan tidak ada perbedaan yang signifikan perubahan dalam
kematian asma.
Pada jurnal pendukung pertama, metode yang digunakan yaitu metode cross
sectional dengan alat ukur yang digunakan berupa kuesioner pada 45 orang
penderita asma di wilayah Puskesmas Jembatan Kecil Bengkulu. Didapatkan hasil
penelitian yaitu terdapat tingkat kekambuhan asma selama covid-19 dan sebagian
besar akibat alergi debu dimasa covid-19 sebanyak 31 orang (68,9%) yang
mengalami kekambuhan pada asma dan sebanyak 14 orang (31,1%) yang tidak
mengalami kekambuhan pada asma dimasa covid-19. Hal ini dikarenakan pasien
tetap bekerja selama masa lockdown covid-19, sehingga menimbulkan dampak
tingkat kekambuhan pada pasien asma dimasa covid-19.
Pada jurnal pendukung kedua, metode yang digunakan yaitu descriptive
correlational dengan alat ukur yang digunakan berupa kuesioner ASMQ dan
kuesioner KASE-AQ pada pasien asma yang melakukan kontrol rutin di Preklinik
Paru RSU X Denpasar dengan jumlah sampel dalam penelitian yaitu 40 orang.
Waktu penelitian dilaksanakan selama empat sampai enam minggu mulai 1 Oktober
sampai 31 Oktober 2021. Didapatkan hasil penelitian berupa 80% pasien asma di
masa lockdown pandemi COVID-19 di RSU X Denpasar termasuk ke dalam
kategori self management tinggi dan 75% pasien asma di masa lockdown pandemi
COVID-19 di RSU X Denpasar termasuk ke dalam kategori self efficacy tinggi.

17
Sehingga dapat disimpulkan dengan Angka koefisien korelasi menunjukkan angka
0,384 dapat diartikan bahwa tinggi self management dan self efficacy pada pasien
asma di masa lockdown pandemic COVID-19 RSU X Denpasar semakin
meningkat.
Pada Jurnal pendukung ketiga, desain penelitian atau rancangan penelitian
ini menggunakan pendekatan survey yang mengumpulkan data melalui kuesioner
kecemasan dan kualitas tidur pasien asma saat pandemi Covid-19, hasil penelitian
pada 50 responden dapat diambil kesimpulan bahwa pasien asma mengalami
kacemasan berat, pada masa pandemi Covid-19 dikarenakan dari berbagai
lingkungan atau daerah di sekitar tempat tinggal seseorang berdampak pada
bagaimana mereka memandang terhadap dirinya serta orang lain, yang
menyebabkan salah satu faktor yang menunjukkan kebenaran tentang kecemasan.
tingkat kualitas tidur pasien asma saat pandemic covid-19 diperoleh hasil tidur baik
berjumlah 18 orang (36,0%), dan pasien asma yang berkualitas tidur buruk
berjumlah 32 orang (64,0%). pasien asma mengalami kualitas tidur buruk pada
masa pandemi Covid-19 dikarenakan ada beberapa faktor salah satunya karena
kecemasan serta hasil kuesioner terdapat 2 komponen yang terganggu yaitu
komponen gangguan tidur dan disfungsi siang hari yang dapat disebabkan oleh
berbagai factor.
Pada Jurnal Pendukung Keempat, Penelitian ini merupakan penelitian
cross-sectional, observasi, dan studi analisis dengan melibatkan 264 partisipan.
Sebuah hubungan yang signifikan secara statistik ditemukan antara ACT dan
HADS, Uji one way analysis of variance (ANOVA) menunjukkan adanya
perbedaan signifikan ACT berdasarkan skor depresi dan kecemasan pasien
Perbandingan post-hoc untuk mengevaluasi perbedaan berpasangan antar rata-rata
kelompok dilakukan dengan menggunakan uji Tukey. Tes tersebut menunjukkan
perbedaan berpasangan yang signifikan antara skor rata-rata kasus depresi atau
pasien dengan skor depresi normal, Pasien dengan depresi ambang tidak berbeda
secara signifikan dengan dua kelompok lainnya. Mengenai kecemasan, perbedaan
berpasangan yang signifikan antara ketiga kelompok (normal, batas, dan kasus)
ditemukan. Murid dan uji ANOVA menunjukkan tidak ada perbedaan yang

18
signifikan antara rata-rata ACT berdasarkan data sosio-demografis (usia, jenis
kelamin, pekerjaan, tempat tinggal).
Pada Jurnal Pendukung Kelima, berdasarkan inspeksi visual pada diagram
pengoperasian Karakteristik pasien dibandingkan dengan tes chi-kuadrat.
Berdasarkan inspeksi visual pada diagram pengoperasian, penutupan sebelum dan
sesudah COVID-19 dan diterapkan setiap tahun. Desain rangkaian waktu terputus
dengan model regresi binomial negatif menilai kunjungan UGD mingguan
berdasarkan waktu, penutupan COVID-19 (sebelum vs pasca), dan tahun. Istilah
interaksi tiga arah antara waktu, COVID-19, dan kemudian dibatalkan dan
digantikan dengan model yang lebih pelit. Koefisien regresi dieksponensiasi untuk
mendapatkan rasio tingkat kejadian, Setelah disesuaikan dengan tahun, minggu,
dan jangka waktu (sebelum atau sesudah penutupan), menemukan adanya
penurunan signifikan kejadian kunjungan UGD setelah penutupan. Setelah
mengamati penurunan yang signifikan pada kunjungan UGD anak karena asma
selama penutupan Massachusetts di tengah pandemi COVID-19. Selain itu,
persentase total kunjungan UGD akibat asma lebih rendah pada tahun 2020
dibandingkan tahun 2018 dan 2019. Hal ini menunjukkan bahwa dampaknya bukan
hanya disebabkan oleh penghindaran UGD secara keseluruhan.

19
BAB IV
IMPLIKASI

Berdasarkan hasil penelitian dari enam jurnal, terdapat beberapa implikasi


yang dapat digunakan untuk peningkatan dalam bidang keperawatan, yaitu:
1. Perawat harus memahami dan melakukan upaya dalam memahami
bagaimana kepuasan pasien berkorelasi dengan mutu pelayanan di rumah
sakit. Dengan memahami tingkat kepuasan pasien, manajemen rumah sakit
dapat mempelajari dan melakukan peningkatan mutu pelayanan terkhusus
pelayanan keperawatan. Selain itu perawat juga bisa memberikan edukasi
tentang manajemen asma secara mandiri kepada pasien, salah satu contoh
manajemen asma secara mandiri yaitu WAAPs. Melalui edukasi perawat
dapat memberikan bekal kepada pasien tentang keahlian apa saja yang
mereka butuhkan untuk mengontrol asma mereka dan mengurangi
kecacatan dan kunjungan ke departemen gawat darurat. Pada saat edukasi
perawat dapat menjelaskan informasi tentang asma, yaitu definisi,
penyebab, patofisiologi, faktor risiko yang harus dihindari, pencegahan dan
penatalaksanannya, tentang dosis obat, efek obat, cara kerja obat, cara
mengetahui arus puncak ekspirasi dengan menggunakan peak flow meter,
kalau keadaan gawat apa yang harus dilakukan, alur alur rujukan serta
penerapan pelangi asma, yaitu warna yang menunjukkan status asma yang
terdapat pada WAAPs.
2. Adapun implementasi atau tindakan yang dapat dilakukan oleh perawat
yaitu dengan mengajarkan relaksasi otot progresif untuk menurunkan
kecemasan pada pasien asma, dimana relaksasi otot progresif bertujuan
untuk menurunkan kecemasan pada pasien asma. Implementasi relaksasi
otot progresif memiliki variasi dalam pelaksanaan, sehingga dibutuhkan
kajian tentang metode relaksasi otot progresif untuk menurunkan
kecemasan pada pasien asma. Maka dari itu latihan relaksasi otot progresif
terbukti bermanfaat untuk menurunkan kecemasan pada pasien asma,
manfaat tersebut tergambar dengan tidak adanya tanda-tanda kecemasan

20
yang muncul kembali dan tidak terjadinya peningkatan skor kecemasan
selama tindakan relaksasi otot progresif.
3. Perawat sebagai pemberi layanan keperawatan harus mampu untuk
melakukan kajian terhadap tingkat self-management pasien dan
meningkatkan self-efficacy pada pasien asma serta keluarga sebagai
lingkungan terdekat serta diharapkan perawat mampu terlibat dalam
tahapan perawatan pasien asma.
4. Perawat sebagai promotor melakukan penyuluhan tentang risiko penyakit
asma terutama dimasa pandemi Covid-19 dibawah naungan Dinas
Kesehatan, penyuluhan ini misalkan seperti latihan yoga atau mengajarkan
relaksasi otot progresif, latihan ini mungkin bisa dilaksanakan 2 minggu 1
kali agar kecemasan dan kualitas tidur pasien bisa terkontrol dengan baik
ketika sudah mendapatkan latihan yoga ataupun relaksasi otot progesif,
kecemasan bisa terkendali dan kualitas tidur yang baik. Diperlukan
penelitian selanjutnya untuk membantu pasien asma dalam mengatasi
kecemasan dan memperbaiki kualitas tidur.
5. Perawat sebagai pemberi asuhan keperawatan untuk menekankan
pentingnya mendeteksi kecemasan dan depresi serta gejala pasca-trauma
sejak dini pada individu yang mengidapnya asma untuk dapat
mengembangkan intervensi psikologis yang sesuai dan tepat waktu.
Penelitian saat ini menarik perhatian terhadap kemungkinan dampak
kesehatan mental terhadap pengendalian asma, dan merekomendasikan
perlunya mengintegrasikan layanan kesehatan mental dalam tindak lanjut
asma rutin dan rencana pengelolaan oleh profesional layanan kesehatan.
Mengenai disinfektan, perawat sebagai educator untuk mengedukasi kepada
penderita asma mengenai keamanan penggunaannya, serta peringatan yang
jelas mengenai penggunaan ekstensif pada pasien asma sangat diperlukan.
Mengembangkan ukuran tunggal yang tervalidasi mengenai tingkat iritasi
produk pembersih di rumah tangga akan menjadi hal yang sangat penting.

21
BAB V
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Asma merupakan penyakit pernapasan yang tidak dapat
disembuhkan yang disebabkan oleh bronkospasme. Asma merupakan
masalah kesehatan global yang mempengaruhi sekitar 118% dari populasi
di banyak negara di dunia.Asma merupakan salah satu masalah kesehataan
utama di negara maju dan berkembang. Tujuan dari beberapa telaah jurnal
yang dilakukan untuk mengetahui dampak pandemi covid-19 terhadap
penderita asma, diantaranya kecemasan, kekambuhan, serta depresi.
Pasien asma mengalami kacemasan berat, pada masa pandemi
Covid-19 dikarenakan dari berbagai lingkungan atau daerah di sekitar
tempat tinggal seseorang berdampak pada bagaimana mereka memandang
terhadap dirinya serta orang lain, yang menyebabkan salah satu faktor yang
menunjukkan kebenaran tentang kecemasan. Ini adalah hasil dari orang-
orang yang memiliki pengalaman yang tidak menyenangkan dengan
pandemi Covid-19 dan juga pada pasien penderita asma mengalami
kualitias tidur yang buruk, Serta berdasarkan hasil penelitian yang
didaptakan, bahwa ada hubungan yang signifikan antara faktor alergi debu
dengan tingkat kekambuhan asma dimasa covid-19.

3.2 Saran
Penulis mengharapkan kepada semua pembaca agar dapat menelaah
dan memahami apa yang telah tertulis dalam makalah telaah jurnal ini
sehingga sedikit banyak bisa menambah pengetahuan untuk pembaca.
Selain itu juga, penulis mengaharapkan kritik dan saran yang membangun
dari para pembaca sehingga penulis bisa berorientasi lebih baik pada paper
selanjutnya.

22
DAFTAR PUSTAKA

Ariantini, P. (2022). Hubungan Self-Management dengan Self-Efficacy pada Pasien


Asma di Masa Pandemi Covid-19 di Poliklinik Paru RSU Denpasar. Journal
Center of Research Publication in Midwifery and Nursing, 6(1), 67–75.
https://doi.org/10.36474/caring.v6i1.220

Despa Wahyu1, L. Y. 12Prodi. (2022). Gambaran Tingkat Kekambuhan Pada


Pasien Asma di Masa COVID-19. Jurnal Ners Generation, 01(01), 1–6.

Sari, F. P., & Jamaludin, M. (2022). Gambaran Kecemasan dan Kualitas Tidur
Pasien Asma Saat Pandemi Covid-19. September, 50–54.

Sheha, D. S., Abdel-Rehim, A. S., Abdel-Latif, O. M., Abdelkader, M. A., Raafat,


R. H., Sallam, S. A., & Mostafa, N. S. (2021). Level of asthma control and
mental health of asthma patients during lockdown for COVID-19: a cross
sectional survey. The Egyptian Journal of Bronchology, 15(1).
https://doi.org/10.1186/s43168-02100058-x

Davies, G. A., Alsallakh, M. A., Sivakumaran, S., Vasileiou, E., Lyons, R. A.,
Robertson, C., & Sheikh, A. (2021). Impact of COVID-19 lockdown on
emergency asthma admissions and deaths: national interrupted time
series analyses for Scotland and Wales. Thorax, 76(9), 867-873.
https://thorax.bmj.com/content/76/9/867

Simoneau, T., Greco, K. F., Hammond, A., Nelson, K., & Gaffin, J. M. (2021).
Impact of the COVID-19 pandemic on pediatric emergency
department use for asthma. Annals of the American Thoracic Society,
18(4), 717 719.
https://www.atsjournals.org/doi/full/10.1513/AnnalsATS.202007-765RL

23

Anda mungkin juga menyukai