Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas
rahmat dan karunia-Nya sehingga makalah yang membahas tentang “ASUHAN
KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN ASMA” dapat selesai tepat
pada waktunya.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna
karena keterbatasan yang kami miliki. Oleh karena itu, kritik dan saran yang
sifatnya membangun dari para pembaca sangat kami harapkan agar terciptanya
makalah yang lebih baik lagi.
Penyusun
Kelompok 12
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.................................................................................... i
DAFTAR ISI................................................................................................... ii
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1. Latar belakang..................................................................................... 1
1.2. Rumusan masalah................................................................................ 2
1.3. Tujuan makalah................................................................................... 2
BAB II LANDASAN TEORI
2.1. Konsep dasar asma.............................................................................. 3
2.2.1 Pengertian.................................................................................. 3
2.2.2 Klasifikasi................................................................................. 3
2.2.3 Etiologi...................................................................................... 4
2.2.4 Patofisiologi.............................................................................. 4
2.2.5 Pathway..................................................................................... 6
2.2.6 Manifestasi klinis...................................................................... 7
2.2.7 Komplikasi................................................................................ 7
2.2.8 Penatalaksanaan........................................................................ 7
BAB III ASUHAN KEPERAWATAN
1.1. Pengkajian........................................................................................... 11
1.2. Diagnosa keperawatan......................................................................... 12
1.3. Intervensi keperawatan........................................................................ 13
1.4. Implementasi keperawatan.................................................................. 16
1.5. Evaluasi .............................................................................................. 16
BAB IV PENUTUP
4.1. Kesimpulan ......................................................................................... 17
DAFTAR PUSTAKA
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1
Badan kesehatan dunia (WHO) memperkirakan 100-150 juta penduduk dunia
menderita asma. Bahkan jumlah ini diperkirakan akan terus bertambah hingga
mencapai 180.000 orang setiap tahun (GINA, 2006).
1.1. Tujuan
1. Tujuan umum:
Tujuan dalam pembuatan makalah ini secara umum adalah untuk
membantu mahasiswa dalam mempelajari tentang aritmia dan asuhan
keperawatan asma
2. Tujuan khusus:
1. Mengetahui pengertian dari asma
2. Mengetahui klasifikasi asma
3. Mengetahui etiolog dari asma
4. Mengetahui patofisiologi asma
5. Mengetahui manifistasi klinis dari asma
6. Mengetahui komplikasi pada pasien asma
7. Mempelajari penatalaksaan medis
8. Mempelajari pengkajian keperawatan
9. Mempelajari diagnose keperawatan dan intervensi pada pasien
aritmia
2
BAB II
LANDASAN TEORI
3
b. Asma bronkial intrinsik (idopatik)
Ditandai dengan adanya reaksi non alergi yang bereaksi terhadap
pencetus yang tidak spesifik atau tidak diketahui seperti perubahan
iklim atau bisa juga disebabkan oleh adanya infeksi saluran
pernafasan, kegiatan fisik aktivitas berat,kecapaian dan emosi
(Scholastica 2019)
2.2.2. Etiologi
Asma yang terjadi dalam keluarga menunjukan bahwa asma
merupakan faktor keturunan. Faktor resiko terjadinya asma berasal dari
paparan lingkungan terhadap zat dan partikel yang dihirup dan dapat
memicu reaksi alergi atau mengganggu saluran napas, seperti :
a. Alergen dalam ruangan (misalnya debu rumah di tempat tidur, karpet
dan perabotan boneka, polusi dan bulu binatang peliharaan),
c. Asap tembakau
d. Polusi udara
4
antigen mengakibatkan ikatan antigen dengan antibodi, menyebabkan
pelepasan produk sel sel mast (disebut mediator) seperti histamine,
brankidin dan prostaglandin serta anafiklasi dari substansi yang bereaksi
lambat. Pelepasan mediator ini dalam jaringan paru memengaruhi otot
polos dan kelenjar jalan napas, menyebabkan bronkus spasme,
pembengkakan membrane mukosa dan pembentukan mukus yang sangat
banyak. Hal ini menyebabkan jalan napas menjadi bengkak, edema,
kemudian meningkatkan kontruksi otot polos. Obstruksi jalan napas
merupakan kondisi pernapasan yang tidak normal akibat ketidakmampuan
batuk efektif dapat disebabkan oleh sekresi kelenjar otot bronkus
meningkat dan kental. Hipersekresi saluran pernapasan yang
menghasilkan lendir sehingga partikel-partikel kecil yang masuk bersama
udara akan mudah menempel di dinding saluran pernapasan. Hal ini akan
mengakibatkan sumbatan sehingga ada udara yang menjebak di saluran
pernapasan, karena itu individu akan berusaha lebih keras untuk
mengeluarkan udara tersebut. Sehingga terjadi sesak napas, kemudian
muncul bunyi abnormal, yang merupakan tanda dari ketidakefektifan
bersihan jalan napas.
Karena adanya edema jalan nafas, maka kontraksi oksigen dalam
darah menurun, terjadilah hipoksemia yang merupakan gangguan
pertukaran gas. Hal tersebut mengakibatkan suplai darah dan oksigen ke
jantung berkurang sehingga terjadi penurunan cardiac. Jika suplai darah
dan oksigen keseluruhan tubuh menurun maka tubuh akan menjadi lemah
dan merasa kelelahan.saat individu berusaha keras mengeluarkan udara
karena tersumbat, tekanan partial di alveoli menurun, kemudian
menyebabakan hiperkapnea, suplai oksigen ke jaringan menurun dan
terjadi penyempitan jalan napas. Karena jalan napas menyempit,
kemudian kerja otot pernapasan meningkat, maka menyebabkan
ketidakefektifan bersihan jalan napas. (Amin 2015)
1.
5
2.2.5. Pathway Asma Bronkial
Ekstrinsik Intrinsik
IgE abnormal
Ansietas Bersihan
jalan
napas
tidak
Sumber : (Amin 2015) efektif
6
2.2.6. Manifestasi klinis
a. Asma bisanya menyerang pada malam hari atau dipagi hari .
b. Batuk (dengan atau tanpa lendir)
c. Dipsnea Wheezing.
d. Susah tidur karena sering batuk atau terbangun akibat dada sesak
(Scholastica 2019)
Tanda dan gejala asma bronkial secara teori meliputi sesak nafas,
batuk, dada terasa berat, terdapat suara tambahan nafas, dan pengeluaran
cairan mucus atau lendir. (Endah dkk. 2022)
2.2.7. Komplikasi
a. Gagal napas : Ketidakmampuan saluran pernapasan untuk
mempertahankan oksigen dalam darah
b. Pneumonia : Radang paru yang disebabkan oleh bakteri
c. Hipoksemia : Kondisi saat kadar oksigen di dalam darah rendah
d. Emfisema : Penyakit kronis akibat kerusakan kantong udara
atau alveolus pada paru
e. Status astmaticus (serangan asma berat yang tidak merespon
pengobatan)
(Scholastica 2019)
2.2.8. Penatalaksanaan
Tujuan utama penatalaksanaan asma adalah meningkatkan dan
mempertahankan kualitas hidup agar penderita asma dapat hidup normal
tanpa hambatan dalam melakukan aktivitas sehari-hari. Program
penatalaksanaan asma meliputi beberapa komponen yaitu :
a. Edukasi
Edukasi yang baik akan menurunkan morbidity dan mortality.
Edukasi tidak hanya ditunjukan untuk penderita dan keluarga tetapi
juga pihak lain yang membutuhkan seperti pemegang keputusan,
pembuat perencanaan bidang kesehatan.
7
b. Menilai dan memonitor gejala asma secara berkala
1) Gejala dan berat asma berubah, sehingga membutuhkan perubahan
terapi.
2) Pajanan pencetus menyebabkan penderita mengalami perubahan
pada asmanya.
3) Daya ingat ( memori) dan motivasi penderita yang perlu direview,
sehingga membantu penanganan asma terutama asma mandiri
c. Identifikasi dan mengendalikan faktor pencetus
d. Merencanakan dan memberikan pengobatan jangka panjang
1) Medikasi (obat-obatan)
Medikasi asma ditunjukan untuk mengatasi dan mencegah gejala
obstruksi jalan nafas, terdiri atas pengontrol dan pelega.
Obat pengontrol diberikan untuk pengobatan dalam jangka waktu
panjang untuk mengontrol asma.
Macam-macam pengontrol :
ICS (Inhaled corticosteroid), digunakan sebagai terapi asma
misalnya : Beklometason 40-80 g/puff (dosis rendah),
Budesonide 0,25;0,5;1,0 mg/nebul, Fluticasone 44 atau 110
g/puff.
LTRA (Leukotrient Receptors Antagonist) digunakan untuk
mengontrol asma misalnya montelukast,zafirlukast dan
pranlukast.
Obat pelega berfungsi untuk dilatasi jalan napas melalui relaksasi
otot polos, memperbaiki atau menghambat brokokontriksi yang
berkaitan dengan gejala akut seperti mengi,rasa berat di dada dan
batuk, tidak memperbaiki inflamasi jalan napas atau menurunkan
hiperesponsif jalan napas.
8
Macam-macam obat pelega :
Agonis beta : metaproterenol (alupent, metrapel).
Bentuknya aerosol, bekerja sangat cepat , diberikan
sebanyak 3-4x semprot dan jarak antara semprotan pertama
dan kedua 10 menit.
Metilxantin, dosis dewasa diberikan 125-200 mg 4 x sehari.
Golongan metilxantin adalah aminofilin dan teofilin. Obat
ini diberikan bila golongan beta agonis tidak memberikan
hasil yang memuaskan
Kortikosteroid. Jika agonis beta dan metilantin tidak
memberikan respon yang baik, harus diberikan
kortikosteroid. Steroid dalam bentuk aerosol dengan dosis
4x semprot tiap hari.
2) Penanganan asma mandiri
Hubungan penderita dokter yang baik adalah dasar yang kuat untuk
terjadi kepatuhan efektif penatalaksanaan asma. Rencanakan
pengobatan asma jangka panjang sesuai kondisi penderita,
memungkinkan bagi penderita untuk mengontrol asma . bila
memungkinkan, ajaklah perawat , farmasi, tenaga fisioterapi
pernapasan dan lain-lain untuk memberikan edukasi dan
menunjang keberhasilan pengobatan penderita.
e. Kontrol secara teratur
Pada penatalaksanaan jangka panjang terdapat 2 hal yang penting
diperhatikan oleh dokter yaitu :
1) Tindak lanjut (follow-up) teratur
2) Rujuk ke ahli paru untuk konsultasi atau penanganan lanjut bila
diperlukan
9
f. Pola hidup sehat
1) Meningkatkan kebugaran fisis
Olahraga menghasilkan kebugaran fisis secara umum. Walaupun
terdapat salah satu bentuk asma yang timbul serangan sesudah
(exercise induced asma /EIA), akan tetapi tidak berarti penderita
EIA dilarang melakukan olahraga yang dianjurkan karena melatih
dan menguatkan otot-otot pernapasan khususny, selain manfaat lain
pada olahraga umumnya.
2) Berhenti atau tidak pernah merokok
Asap rokok merupakan oksidan, menimbulkan inflamasi dan
menyebabkan ketidakseimbangan protoase antiprotoase. Penderita
asma yang merokok akan mempercepat perburukan fungsi paru dan
mempunyai resiko mendapatkan bronchitis kronis atau emfisema
sebagaimana perokok lainnya dengan gambaran perburukan gejala
klinis. Oleh karena itu penderita asma dianjurkan untuk tidak
merokok. Penderita asma yang sudah merokok diperingatkan agar
menghentikan kebiasaan tersebut karena dapat memperberat
penyakitnya.
3) Lingkungan kerja
Bahan- bahan ditempat kerja dapat merupakan faktor pencetus
serangan asma,terutama pada penderita asma. Penderita asma
dianjurkan untuk bekerja pada lingkungan yang tidak mengandung
bahan-bahan yang dapat mencetuskan serangan asma. Apabila
serangan asma sering terjadi di tempat kerja perlu
dipertimbangakan untuk pindah pekerjaan. Lingkungan kerja
diusahakan bebas dari populasi udara dan asap rokok serta bahan-
bahan iritan lainya.
(Amin 2015)
10
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
3.1. Pengkajian
1. Biodata
Identitas pasien berisikan nama pasien, tempat tanggal lahir, jenis
kelamin, tanggal masuk sakit, rekam medis.
2. Keluhan Utama
Keluhan utama yang timbul pada klien dengan asma adalah dyspnea
( sampai bisa berhari-hari atau berbulan-bulan), batuk, dan mengi
3. Riwayat Kesehatan
a. Riwayat Kesehatan Sekarang
Klien dengan serangan asma datang mencari pertolongan terutama
dengan keluhan sesak napas yang hebat dan mendadak, kemudian
diikuti dengan gejala-gejala lain seperti batuk, wheezing, gelisah.
b. Riwayat Kesehatan dahulu
Penyakit yang pernah diderita pada masa dahulu seperti adanya
riwayat serangan asma dan alergen yang dicurigai sebagai pencetus
serangan asma.
c. Riwayat Kesehatan Keluarga
Pada klien dengan serangan asma perlu dikaji tentang riwayat
penyakit asma atau penyakit alergi yang lain . Klien dengan asma
sering kali didapatkan adanya riwayat penyakit turunan.
(Padila 2017)
11
4. Pemeriksaan Fisik
Pada pemeriksaan yang dilakukan pada pasien dengan asma bronkiale
dapat ditemukan :
a. Inspeksi : klien terlihat gelisah, sesak napas, napas cepat dan
sianosis
b. Palpasi : biasanya tidak terdapat kelainan yang nyata (pada
serangan berat)
c. Perkusi : biasanya tidak terdapat kelainan yang nyata
d. Auskultasi : ekspirasi memajang , mengi (wheezing), ronchi.
3.2. Diganosa Keperawatan
Menurut (Tim Pokja SDKI DPP PPNI 2016) Diagnosa keperawatan
yang muncul :
a. Bersihan jalan napas berhubungan dengan mukus dalam jumlah
berlebihan, peningkatan produksi mukus, eksudat dalam alveoli
dan bronkospasme
b. Pola napas tidak efektif berhubungan dengan hambatan Upaya
nafas.
c. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan retensi karbon
dioksida
d. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidak seimbangan
antara suplai dan kebutuhan oksigena (hipoksia) kelemahan.
e. Ansietas berhubungan dengan kekhawatiran mengalami
kegagalan.
3.3. Intervensi Keperawatan
Menurut (Tim Pokja SIKI DPP PPNI 2019) rencana keperawatan adalah
panduan untuk perilaku yang diharapkan klien untuk mencapai tujuan
atau hasil yang diharapkan.
12
Diagnosa Tujuan dan Kriteria Hasil Tindakan Keperawatan
keperawatan
Bersihan jalan Setelah dilakukan tindakan Manajemen bersihan jalan napas tidak
napas berhubungan keperawatan diharapkan Jalan efektif
dengan napas membaik dengan Latihan batuk efektif
hipersekresi jalan Kriteria hasil : Observasi
nafas (D.0001) 1. Pasien tidak batuk 1. Identifikasi kemampuan batuk
2. Pasien tidak 2. Monitor adanya retensi sputum
mengeluarkan sputum 3. Monitor input dan output cairan
3. Tidak ada wheezing (mis. Jumlah dan karakteristik)
4. Frekuensi pernafasan Terapeutik
dalam rentang normal 1. Atur posisi semi-Fowler atau Fowler
5. Mempunyai jalan napas 2. Pasang perlak dan bengkok di
yang paten pangkuan pasien
6. Pasien tidak gelisah 3. Buang sekret pada tempat sputum
Edukasi
1. Jelaskan tujuan dan prosedur batuk
efektif
2. Anjurkan tarik napas dalam melalui
hidung selama 4 detik, ditahan
selama 2 detik, kemudian keluarkan
dari mulut dengan bibir mencucu
(dibulatkan) selama 8 detik
3. Anjurkan mengulangi tarik napas
dalam hingga 3 kali
4. Anjurkan batuk dengan kuat
langsung setelah tarik napas dalam
yang ke – 3 4)
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian mukolitik
atau ekspektoran, jika perlu
2. Kolaborasi pemberian bronkodilator
13
5. Kapasitas vital 4. Berikan oksigen / nebulizer
meningkat Edukasi
6. Kedalam nafas 1. Anjurkan asupan cairan 200ml/hari,
membaik jika tidak kontra indikasi
7. Pemanjangan fase 2. Ajarkan Teknik batuk efektif
ekspirasi menurun
14
napas membaik 1. Sediakan lingkungan nyaman
dan rendah stimulus
2. Lakukan Latihan rentang gerak
pasif dan aktif
3. Berikan fasilitas duduk disisi
tempat tidu, jika tidak dapat
berpindah atau berjalan
4. Berikan aktivitas distraksi yang
menenangkan
Edukasi
1. Anjurkan tirah baring
2. Anjurkan melakukan aktivitas
secara bertahap
Ansietas Setelah dilakukan Tindakan Terapi relaksasi
berhubungan keperawatan pasien tidak Observasi
dengan merasa cemas, dengan kriteria 1. Identifikasi penurunan tingkat
kekhawatiran hasil : energi, ketidakmampuan
mengalami 1. Kekhawatiran akibat berkonsentari atau gejala
kegagalan. kondisi yang dihadapi lainyang mengganggu
(D.0080). menurun kemampuan kognitif
2. Perilaku gelisah 2. Identifikasi Teknik relaksasi
menurun yang pernah efektif digunakan
3. Frekuensi napas 3. Periksa ketegangan otot,
membaik frekuensi nadi, tekanan darah
4. Frekuensi nadi dan suhu tubuh
membaik Terapeutik
5. Tekanan darah 1. Ciptakan lingkungan tenang
membaik tanpa gangguan dengan
6. Konsentrasi mebaik pencahayaan dan suhu ruang
7. Pola tidur membaik yang nyaman
2. Anjurkan menggunakan pakaian
longgar
3. Gunakan nada suara lembut
4. Gunakan relaksasi sebagai
strategi penunjang dengan
analgetic atau Tindakan medis
lain jika sesuai
Edukasi
1. Jelaskan tujuan, manfaat
batasan, dan jenis relaksasiyang
tersedia (missal, music,
meditasi, napas dalam, relaksasi
otot)
2. Anjurkan mengambil posisi
nyaman
3. Anjurkan rileks dan merasakan
15
sensasi relaksasi
4. Anjurkan sering mengulangi
atau melatih Teknik yang dipilih
5. Demontrasikan dan Latihan
Teknik relaksasi (misal, napas
dalam, peragangan, atau
imajinasi terbimbing).
16
(Chinthia dkk. 2022)
BAB IV
PENUTUP
4.1. Kesimpulan
Penyakit asma adalah penyakit yang terjadi karena adanya
penyempitan saluran napas akibat timbulnya peradangan atau inflamasi.
Penyakit asma melibatkan banyak sel-sel inflamasi seperti eosinofil, sel
mast, leukotrin, dan lain-lain. Inflamasi kronik ini berhubungan dengan
hiperresponsif jalan napas yang menimbulkan episode berulang dari
mengi (wheezing), sesak napas, dada terasa berat dan batuk terutama pada
malam dan pagi dini hari. (Endah, Ikit, dan Atun 2022).
Beberapa faktor penyebab asma antara lain : jenis kelamin, umur
pasien, status atopi, faktor keturunan, serta faktor lingkungan. Asma
bronkia terbagi menjadi 2, yaitu:
a. Asma bronkial ekstrinsik (alergi)
b. Asma bronkial intrinsik (idopatik)
Faktor lain yang menjadi pencetus paling sering menimbulkan
asma bronkial misalnya perubahan iklim, emosi dan kegiatan fisik antara
lain : aktivitas berat, kecapaian, tertawa terbahak bahak.
Tanda dan gejala asma bronkial secara teori meliputi sesak nafas,
batuk, dada terasa berat, terdapat suara tambahan nafas, dan pengeluaran
cairan mucus atau lendir. Program penatalaksanaan asma meliputi
beberapa komponen yaitu :
a. Edukasi
b. Menilai dan memonitor gejala asma secara berkala
c. Identifikasi dan mengendalikan faktor pencetus
d. Merencanakan dan memberikan pengobatan jangka Panjang
e. Kontrol secara teratur
17
f. Pola hidup sehat
18
DAFTAR PUSTAKA