Anda di halaman 1dari 22

ASUHAN KEPERAWATAN

Dengan Gangguan Sistem Pernapasan : Asma

Diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah keperawatan dewasa system


pernafasan, kardiovaskuler dan hematologi

Dosen Pengampu: Ns. Zahra Maulida S, Kep, M. Kep

Disusun Oleh Kelompok 12 :


1. Cucu Nurhasanah (23020316)
2. Sonia Aprilia (23020321)

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


PROGRAM SARJANA UNIVERSITAS YATSI MADANI
2023
KATAPENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas
rahmat dan karunia-Nya sehingga makalah yang membahas tentang “ASUHAN
KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN ASMA” dapat selesai tepat
pada waktunya.

Terimakasih kami sampaikan kepada pihak-pihak yang telah membantu


dalam proses penyusunan makalah ini, baik yang terlibat secara langsung
maupun yang tidak.

Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna
karena keterbatasan yang kami miliki. Oleh karena itu, kritik dan saran yang
sifatnya membangun dari para pembaca sangat kami harapkan agar terciptanya
makalah yang lebih baik lagi.

Tangerang, 1 Oktober 2023

Penyusun
Kelompok 12

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.................................................................................... i
DAFTAR ISI................................................................................................... ii
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1. Latar belakang..................................................................................... 1
1.2. Rumusan masalah................................................................................ 2
1.3. Tujuan makalah................................................................................... 2
BAB II LANDASAN TEORI
2.1. Konsep dasar asma.............................................................................. 3
2.2.1 Pengertian.................................................................................. 3
2.2.2 Klasifikasi................................................................................. 3
2.2.3 Etiologi...................................................................................... 4
2.2.4 Patofisiologi.............................................................................. 4
2.2.5 Pathway..................................................................................... 6
2.2.6 Manifestasi klinis...................................................................... 7
2.2.7 Komplikasi................................................................................ 7
2.2.8 Penatalaksanaan........................................................................ 7
BAB III ASUHAN KEPERAWATAN
1.1. Pengkajian........................................................................................... 11
1.2. Diagnosa keperawatan......................................................................... 12
1.3. Intervensi keperawatan........................................................................ 13
1.4. Implementasi keperawatan.................................................................. 16
1.5. Evaluasi .............................................................................................. 16
BAB IV PENUTUP
4.1. Kesimpulan ......................................................................................... 17
DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Manusia hidup dengan berbagai sistem didalam tubuh, salah satunya
adalah sistem pernafasan. Dimana sistem pernafasan ini memiliki peraran yang
sama pentingnya dengan sistem yang lainnya, dan banyak sekali organ yang
termasuk kedalam sistem pernafasan ini yaitu, hidung, faring, laring, epiglotis,
trakea, bronkus, bronkiolus, dan alveolus udara. Bronkus dapat mengalami
penyempitan, sehingga dapat menimbulkan sesak pada penderita asma.
Asma adalah penyakit dengan karakteristik sesak napas dan wheezing,
dimana frekuensi dan keparahan dari tiap orang berbeda. Kondisi ini akibat
kelainan dari jalan napas di paru dan mempengaruhi sensitivitas saraf pada jalan
napas sehingga mudah teriritasi. Pada saat serangan, jalur jalan napas
membengkak karena penyempitan jalan napas dan pengurangan aliran udara yang
masuk ke paru (Rosalina, 2015).
Penyakit asma adalah efek peradangan paru yang menyebabkan
menyempitnya jalan napas, sehingga pengeluaran udara dari paru-paru terhambat,
dan demikian pula dengan udara yang dihembuskan ke paru-paru (Setiono, 2005
dalam Aspar,2014).
Gejala asma sering terjadi pada malam hari dan saat udara dingin,
biasanya dimulai mendadak dengan gejala batuk dan rasa tertekan di dada, disertai
dengan sesak napas (dyspnea) dan Mengi. Batuk yang dialami pada awalnya
susah, tetapi segera menjadi kuat. Karakteristik batuk pada penderita asma adalah
berupa batuk kering, paroksismal, iritatif, dan nonproduktif, kemudian
menghasilkan sputum yang berbusa, jernih dan kental. Jalan napas yang tersumbat
menyebabkan sesak napas, sehingga ekspirasi selalu lebih sulit dan panjang
dibanding inspirasi, yang mendorong pasien untuk duduk tegak dan menggunakan
setiap otot aksesori pernapasan. Penggunaan otot aksesori pernapasan yang tidak
terlatih dalam jangka panjang dapat menyebabkan penderita asma kelelahan saat
bernapas ketika serangan atau ketika beraktivitas (Brunner & Suddard, 2002).

1
Badan kesehatan dunia (WHO) memperkirakan 100-150 juta penduduk dunia
menderita asma. Bahkan jumlah ini diperkirakan akan terus bertambah hingga
mencapai 180.000 orang setiap tahun (GINA, 2006).

1.1. Rumusan Masalah


1. Apa pengertian asma?
2. Apa saja klasifikasi asma?
3. Apa saja etiologi asma?
4. Bagaimana patofisiologi asma?
5. Apa saja manifestasi klinis pada asma?
6. Apa saja komlikasi pada pasien asma?
7. Bagaimana penatalaksanaan medis pada pasien asma?
8. Pengkajian apa saja pada pasien asma?
9. Apa saja diagnosa keperawatan dan intervensi pada pasien asma?

1.1. Tujuan
1. Tujuan umum:
Tujuan dalam pembuatan makalah ini secara umum adalah untuk
membantu mahasiswa dalam mempelajari tentang aritmia dan asuhan
keperawatan asma
2. Tujuan khusus:
1. Mengetahui pengertian dari asma
2. Mengetahui klasifikasi asma
3. Mengetahui etiolog dari asma
4. Mengetahui patofisiologi asma
5. Mengetahui manifistasi klinis dari asma
6. Mengetahui komplikasi pada pasien asma
7. Mempelajari penatalaksaan medis
8. Mempelajari pengkajian keperawatan
9. Mempelajari diagnose keperawatan dan intervensi pada pasien
aritmia

2
BAB II
LANDASAN TEORI

2.1. Konsep Dasar Asma


2.2.1. Pengertian
Penyakit asma adalah penyakit yang terjadi karena adanya
penyempitan saluran napas akibat timbulnya peradangan atau inflamasi.
Penyakit asma melibatkan banyak sel-sel inflamasi seperti eosinofil, sel
mast, leukotrin, dan lain-lain. Inflamasi kronik ini berhubungan dengan
hiperresponsif jalan napas yang menimbulkan episode berulang dari
mengi (wheezing), sesak napas, dada terasa berat dan batuk terutama pada
malam dan pagi dini hari. (Endah, Ikit, dan Atun 2022)
Asma merupakan penyakit peradangan pada saluran napas yang
mengalami penyempitan karena hiperaktivitas terhadap rangsangan
tertentu yang bersifat reversible yaitu dapat kembali seperti semula
dengan spontan maupun melalui pengobatan . (Amin 2015)
Asma adalah penyakit obstruksi jalan napas yang ditandai oleh
penyempitan jalan napas. Penyempitan jalan napas akan mengakibatkan
klien mengalami dipsnea, batuk dan mengi. (Scholastica 2019)
2.2.2. Klasifikasi
Beberapa faktor penyebab asma antara lain : jenis kelamin, umur
pasien , status atopi, faktor keturunan, serta faktor lingkungan.
Asma bronkial dibedakan menjadi 2 yaitu :
a. Asma bronkial ekstrinsik (alergi)
Ditandai dengan reaksi alergi yang disebabkan oleh faktor – faktor
pencetus yang spesifik, seperti debu, serbuk bunga, bulu bianatang,
obat-obatan dan spora jamur. Asma ekstriksik sering dihubungkan
dengan adanya suatu predisposisi genetik terhadap alergi. Oleh karena
itu jika ada faktor-faktor pencetus spesifik seperti yang disebutkan di
atas, maka akan terjadi serangan asma ekstrinsik.

3
b. Asma bronkial intrinsik (idopatik)
Ditandai dengan adanya reaksi non alergi yang bereaksi terhadap
pencetus yang tidak spesifik atau tidak diketahui seperti perubahan
iklim atau bisa juga disebabkan oleh adanya infeksi saluran
pernafasan, kegiatan fisik aktivitas berat,kecapaian dan emosi
(Scholastica 2019)
2.2.2. Etiologi
Asma yang terjadi dalam keluarga menunjukan bahwa asma
merupakan faktor keturunan. Faktor resiko terjadinya asma berasal dari
paparan lingkungan terhadap zat dan partikel yang dihirup dan dapat
memicu reaksi alergi atau mengganggu saluran napas, seperti :
a. Alergen dalam ruangan (misalnya debu rumah di tempat tidur, karpet
dan perabotan boneka, polusi dan bulu binatang peliharaan),

b. Alergen luar ruangan (seperti serbuk sari).

c. Asap tembakau

d. Polusi udara

Faktor lain yang menjadi pencetus paling sering menimbulkan asma


bronkial misalnya perubahan iklim, emosi dan kegiatan fisik antara lain :
aktivitas berat, kecapaian, tertawa terbahak bahak. (Scholastica 2019).
2.2.4. Patofisiologi
Asma merupakan obstruksi jalan napas difus reversibel. Obstruksi
disebabkan oleh satu atau lebih dari kontraksi otot otot yang mengelilingi
bronkhi, yang menyempitkan jalan napas, atau pembengkakan membrane
yang melapisi bronkhi, atau penghisab bronkhi dengan mukus yang
kental. Selain itu, otot-otot brankidin dan kelenjar mukosa membesar,
sputum yang kental.
Beberapa individu dengan asma mengalami respon imun yang
buruk terhadap lingkungan mereka. Antibodi yang dihasilkan (IgE)
kemudian menyerang sel-sel mast dalam paru, pemanjaan ulang terhadap

4
antigen mengakibatkan ikatan antigen dengan antibodi, menyebabkan
pelepasan produk sel sel mast (disebut mediator) seperti histamine,
brankidin dan prostaglandin serta anafiklasi dari substansi yang bereaksi
lambat. Pelepasan mediator ini dalam jaringan paru memengaruhi otot
polos dan kelenjar jalan napas, menyebabkan bronkus spasme,
pembengkakan membrane mukosa dan pembentukan mukus yang sangat
banyak. Hal ini menyebabkan jalan napas menjadi bengkak, edema,
kemudian meningkatkan kontruksi otot polos. Obstruksi jalan napas
merupakan kondisi pernapasan yang tidak normal akibat ketidakmampuan
batuk efektif dapat disebabkan oleh sekresi kelenjar otot bronkus
meningkat dan kental. Hipersekresi saluran pernapasan yang
menghasilkan lendir sehingga partikel-partikel kecil yang masuk bersama
udara akan mudah menempel di dinding saluran pernapasan. Hal ini akan
mengakibatkan sumbatan sehingga ada udara yang menjebak di saluran
pernapasan, karena itu individu akan berusaha lebih keras untuk
mengeluarkan udara tersebut. Sehingga terjadi sesak napas, kemudian
muncul bunyi abnormal, yang merupakan tanda dari ketidakefektifan
bersihan jalan napas.
Karena adanya edema jalan nafas, maka kontraksi oksigen dalam
darah menurun, terjadilah hipoksemia yang merupakan gangguan
pertukaran gas. Hal tersebut mengakibatkan suplai darah dan oksigen ke
jantung berkurang sehingga terjadi penurunan cardiac. Jika suplai darah
dan oksigen keseluruhan tubuh menurun maka tubuh akan menjadi lemah
dan merasa kelelahan.saat individu berusaha keras mengeluarkan udara
karena tersumbat, tekanan partial di alveoli menurun, kemudian
menyebabakan hiperkapnea, suplai oksigen ke jaringan menurun dan
terjadi penyempitan jalan napas. Karena jalan napas menyempit,
kemudian kerja otot pernapasan meningkat, maka menyebabkan
ketidakefektifan bersihan jalan napas. (Amin 2015)
1.

5
2.2.5. Pathway Asma Bronkial

Ekstrinsik Intrinsik

Alergen Emosional, psikososial,


stress

IgE abnormal

Sel mast di paru

Reaksi alergen dg antibodi

Pelepasan mediator dari sel mast


( histamine, brankidin, prostaglandin)

Bronkopasme Udema mukosa Hipersekresi mukosa

Wheezing Bronkus Penumpukan


menyempit sekret kental

Pola napas tidak Ventilasi terganggu


efektif Sekret tidak
keluar
Hipoksemia
Intoleransi
aktivitas Batuk
Gangguan Gelisah tidak
pertukaran gas efektif

Ansietas Bersihan
jalan
napas
tidak
Sumber : (Amin 2015) efektif

6
2.2.6. Manifestasi klinis
a. Asma bisanya menyerang pada malam hari atau dipagi hari .
b. Batuk (dengan atau tanpa lendir)
c. Dipsnea Wheezing.
d. Susah tidur karena sering batuk atau terbangun akibat dada sesak
(Scholastica 2019)
Tanda dan gejala asma bronkial secara teori meliputi sesak nafas,
batuk, dada terasa berat, terdapat suara tambahan nafas, dan pengeluaran
cairan mucus atau lendir. (Endah dkk. 2022)
2.2.7. Komplikasi
a. Gagal napas : Ketidakmampuan saluran pernapasan untuk
mempertahankan oksigen dalam darah
b. Pneumonia : Radang paru yang disebabkan oleh bakteri
c. Hipoksemia : Kondisi saat kadar oksigen di dalam darah rendah
d. Emfisema : Penyakit kronis akibat kerusakan kantong udara
atau alveolus pada paru
e. Status astmaticus (serangan asma berat yang tidak merespon
pengobatan)
(Scholastica 2019)
2.2.8. Penatalaksanaan
Tujuan utama penatalaksanaan asma adalah meningkatkan dan
mempertahankan kualitas hidup agar penderita asma dapat hidup normal
tanpa hambatan dalam melakukan aktivitas sehari-hari. Program
penatalaksanaan asma meliputi beberapa komponen yaitu :
a. Edukasi
Edukasi yang baik akan menurunkan morbidity dan mortality.
Edukasi tidak hanya ditunjukan untuk penderita dan keluarga tetapi
juga pihak lain yang membutuhkan seperti pemegang keputusan,
pembuat perencanaan bidang kesehatan.

7
b. Menilai dan memonitor gejala asma secara berkala
1) Gejala dan berat asma berubah, sehingga membutuhkan perubahan
terapi.
2) Pajanan pencetus menyebabkan penderita mengalami perubahan
pada asmanya.
3) Daya ingat ( memori) dan motivasi penderita yang perlu direview,
sehingga membantu penanganan asma terutama asma mandiri
c. Identifikasi dan mengendalikan faktor pencetus
d. Merencanakan dan memberikan pengobatan jangka panjang
1) Medikasi (obat-obatan)
Medikasi asma ditunjukan untuk mengatasi dan mencegah gejala
obstruksi jalan nafas, terdiri atas pengontrol dan pelega.
Obat pengontrol diberikan untuk pengobatan dalam jangka waktu
panjang untuk mengontrol asma.
Macam-macam pengontrol :
 ICS (Inhaled corticosteroid), digunakan sebagai terapi asma
misalnya : Beklometason 40-80 g/puff (dosis rendah),
Budesonide 0,25;0,5;1,0 mg/nebul, Fluticasone 44 atau 110
g/puff.
 LTRA (Leukotrient Receptors Antagonist) digunakan untuk
mengontrol asma misalnya montelukast,zafirlukast dan
pranlukast.
Obat pelega berfungsi untuk dilatasi jalan napas melalui relaksasi
otot polos, memperbaiki atau menghambat brokokontriksi yang
berkaitan dengan gejala akut seperti mengi,rasa berat di dada dan
batuk, tidak memperbaiki inflamasi jalan napas atau menurunkan
hiperesponsif jalan napas.

8
Macam-macam obat pelega :
 Agonis beta : metaproterenol (alupent, metrapel).
Bentuknya aerosol, bekerja sangat cepat , diberikan
sebanyak 3-4x semprot dan jarak antara semprotan pertama
dan kedua 10 menit.
 Metilxantin, dosis dewasa diberikan 125-200 mg 4 x sehari.
Golongan metilxantin adalah aminofilin dan teofilin. Obat
ini diberikan bila golongan beta agonis tidak memberikan
hasil yang memuaskan
 Kortikosteroid. Jika agonis beta dan metilantin tidak
memberikan respon yang baik, harus diberikan
kortikosteroid. Steroid dalam bentuk aerosol dengan dosis
4x semprot tiap hari.
2) Penanganan asma mandiri
Hubungan penderita dokter yang baik adalah dasar yang kuat untuk
terjadi kepatuhan efektif penatalaksanaan asma. Rencanakan
pengobatan asma jangka panjang sesuai kondisi penderita,
memungkinkan bagi penderita untuk mengontrol asma . bila
memungkinkan, ajaklah perawat , farmasi, tenaga fisioterapi
pernapasan dan lain-lain untuk memberikan edukasi dan
menunjang keberhasilan pengobatan penderita.
e. Kontrol secara teratur
Pada penatalaksanaan jangka panjang terdapat 2 hal yang penting
diperhatikan oleh dokter yaitu :
1) Tindak lanjut (follow-up) teratur
2) Rujuk ke ahli paru untuk konsultasi atau penanganan lanjut bila
diperlukan

9
f. Pola hidup sehat
1) Meningkatkan kebugaran fisis
Olahraga menghasilkan kebugaran fisis secara umum. Walaupun
terdapat salah satu bentuk asma yang timbul serangan sesudah
(exercise induced asma /EIA), akan tetapi tidak berarti penderita
EIA dilarang melakukan olahraga yang dianjurkan karena melatih
dan menguatkan otot-otot pernapasan khususny, selain manfaat lain
pada olahraga umumnya.
2) Berhenti atau tidak pernah merokok
Asap rokok merupakan oksidan, menimbulkan inflamasi dan
menyebabkan ketidakseimbangan protoase antiprotoase. Penderita
asma yang merokok akan mempercepat perburukan fungsi paru dan
mempunyai resiko mendapatkan bronchitis kronis atau emfisema
sebagaimana perokok lainnya dengan gambaran perburukan gejala
klinis. Oleh karena itu penderita asma dianjurkan untuk tidak
merokok. Penderita asma yang sudah merokok diperingatkan agar
menghentikan kebiasaan tersebut karena dapat memperberat
penyakitnya.
3) Lingkungan kerja
Bahan- bahan ditempat kerja dapat merupakan faktor pencetus
serangan asma,terutama pada penderita asma. Penderita asma
dianjurkan untuk bekerja pada lingkungan yang tidak mengandung
bahan-bahan yang dapat mencetuskan serangan asma. Apabila
serangan asma sering terjadi di tempat kerja perlu
dipertimbangakan untuk pindah pekerjaan. Lingkungan kerja
diusahakan bebas dari populasi udara dan asap rokok serta bahan-
bahan iritan lainya.
(Amin 2015)

10
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN

3.1. Pengkajian
1. Biodata
Identitas pasien berisikan nama pasien, tempat tanggal lahir, jenis
kelamin, tanggal masuk sakit, rekam medis.
2. Keluhan Utama
Keluhan utama yang timbul pada klien dengan asma adalah dyspnea
( sampai bisa berhari-hari atau berbulan-bulan), batuk, dan mengi
3. Riwayat Kesehatan
a. Riwayat Kesehatan Sekarang
Klien dengan serangan asma datang mencari pertolongan terutama
dengan keluhan sesak napas yang hebat dan mendadak, kemudian
diikuti dengan gejala-gejala lain seperti batuk, wheezing, gelisah.
b. Riwayat Kesehatan dahulu
Penyakit yang pernah diderita pada masa dahulu seperti adanya
riwayat serangan asma dan alergen yang dicurigai sebagai pencetus
serangan asma.
c. Riwayat Kesehatan Keluarga
Pada klien dengan serangan asma perlu dikaji tentang riwayat
penyakit asma atau penyakit alergi yang lain . Klien dengan asma
sering kali didapatkan adanya riwayat penyakit turunan.
(Padila 2017)

11
4. Pemeriksaan Fisik
Pada pemeriksaan yang dilakukan pada pasien dengan asma bronkiale
dapat ditemukan :
a. Inspeksi : klien terlihat gelisah, sesak napas, napas cepat dan
sianosis
b. Palpasi : biasanya tidak terdapat kelainan yang nyata (pada
serangan berat)
c. Perkusi : biasanya tidak terdapat kelainan yang nyata
d. Auskultasi : ekspirasi memajang , mengi (wheezing), ronchi.
3.2. Diganosa Keperawatan
Menurut (Tim Pokja SDKI DPP PPNI 2016) Diagnosa keperawatan
yang muncul :
a. Bersihan jalan napas berhubungan dengan mukus dalam jumlah
berlebihan, peningkatan produksi mukus, eksudat dalam alveoli
dan bronkospasme
b. Pola napas tidak efektif berhubungan dengan hambatan Upaya
nafas.
c. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan retensi karbon
dioksida
d. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidak seimbangan
antara suplai dan kebutuhan oksigena (hipoksia) kelemahan.
e. Ansietas berhubungan dengan kekhawatiran mengalami
kegagalan.
3.3. Intervensi Keperawatan
Menurut (Tim Pokja SIKI DPP PPNI 2019) rencana keperawatan adalah
panduan untuk perilaku yang diharapkan klien untuk mencapai tujuan
atau hasil yang diharapkan.

12
Diagnosa Tujuan dan Kriteria Hasil Tindakan Keperawatan
keperawatan
Bersihan jalan Setelah dilakukan tindakan Manajemen bersihan jalan napas tidak
napas berhubungan keperawatan diharapkan Jalan efektif
dengan napas membaik dengan Latihan batuk efektif
hipersekresi jalan Kriteria hasil : Observasi
nafas (D.0001) 1. Pasien tidak batuk 1. Identifikasi kemampuan batuk
2. Pasien tidak 2. Monitor adanya retensi sputum
mengeluarkan sputum 3. Monitor input dan output cairan
3. Tidak ada wheezing (mis. Jumlah dan karakteristik)
4. Frekuensi pernafasan Terapeutik
dalam rentang normal 1. Atur posisi semi-Fowler atau Fowler
5. Mempunyai jalan napas 2. Pasang perlak dan bengkok di
yang paten pangkuan pasien
6. Pasien tidak gelisah 3. Buang sekret pada tempat sputum
Edukasi
1. Jelaskan tujuan dan prosedur batuk
efektif
2. Anjurkan tarik napas dalam melalui
hidung selama 4 detik, ditahan
selama 2 detik, kemudian keluarkan
dari mulut dengan bibir mencucu
(dibulatkan) selama 8 detik
3. Anjurkan mengulangi tarik napas
dalam hingga 3 kali
4. Anjurkan batuk dengan kuat
langsung setelah tarik napas dalam
yang ke – 3 4)
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian mukolitik
atau ekspektoran, jika perlu
2. Kolaborasi pemberian bronkodilator

Pola napas tidak Setelah dilakukan Tindakan Manajemen jalan nafas


efektif asuhan keperawatan pola napas Observasi
berhubungan efektif dengan kriteria hasil : 1. Monitor pola napas
dengan hambatan 1. Tidak terjadi dispnea 2. Monitor bunyi napas tambahan
Upaya nafas. 2. Frekuensi pernapasan 3. Monitor sputum
(D.0005) normal Terapeutik
3. Tidak terdapat suara 1. Pertahankan kepatenan jalan napas
tambahan 2. Posisikan semi-fowler atau fowler
4. Ventilasi semenit 3. Lakukan fisioterapi dada, jika
meningkat diperlukan

13
5. Kapasitas vital 4. Berikan oksigen / nebulizer
meningkat Edukasi
6. Kedalam nafas 1. Anjurkan asupan cairan 200ml/hari,
membaik jika tidak kontra indikasi
7. Pemanjangan fase 2. Ajarkan Teknik batuk efektif
ekspirasi menurun

Gangguan Setelah dilakukan tindakan Pemantauan Respirasi


pertukaran gas keperawatan diharapkan Observasi
berhubungan kenyamanan meningkat dengan 1. Monitor frekuensi, irama,
dengan krtidak kriteria hasil : kedalaman dan upaya napas.
seimbangan 1. Tingkat kesadaran 2. Monitor pola napas (seperti
ventilasi-perfusi meningkat bradipnea, takipnea,
(D.0003) 2. Dyspnea menurun hiperventilasi, Kussmaul,
3. Bunyi napas tambahan CheyneStokes, Biot, ataksik)
menurun 3. Monitor kemampuan batuk
4. Pusing menurun efektif
5. Penglihatan kabur 4. Monitor adanya sumbatan jalan
menurun napas
6. Diaphoresis menurun 5. Palpasi kesimetrisan ekspansi
7. Gelisah menurun paru
8. Napas cuping hidung 6. Auskultasi bunyi napas
menurun 7. Monitor saturasi oksigen -
9. PCO2 membaik Monitor nilai A G D
10. PO2 membaik 8. Monitor hasil x-ray toraks
11. Takikardia membaik Terapeutik
12. pH arteri membaik 1. Atur interval pemantauan
13. Sianosis membaik respirasi sesuai kondisi pasien
14. Pola napas membaik 2. Dokumtasikan hasil pemantaua
15. Warna kulit membaik Edukasi
1. Jelaskan tujuan dan prosedur
pemantaun
2. Informasikan hasil pemantauan,
jika perlu.
Intoleransi aktivitas Setelah dilakukan Tindakan Manajemen energi
berhubungan keperawatan diharapkan pasien Observasi
dengan ketidak bisa beraktivitas, dengan 1. Identifikasi gangguan fungsi
seimbangan antara kriteria hasil: tubuh yang mengakibatkan
suplai dan 1. Kemudahan pasien kelelahan
kebutuhan meningkat 2. Monitor kelelahan fisik dan
oksigena 2. Dipsneu saat/setelah emosional
(hipoksia). beraktivitas menurun 3. monitor pola dan jam tidur
(D.0056) 3. Perasaan lemah 4. monitor lokasi dan
menurun ketidaknyamanan selama
4. Tekanan darah melakukan aktivitas
membaikfrekuensi Terapeutik

14
napas membaik 1. Sediakan lingkungan nyaman
dan rendah stimulus
2. Lakukan Latihan rentang gerak
pasif dan aktif
3. Berikan fasilitas duduk disisi
tempat tidu, jika tidak dapat
berpindah atau berjalan
4. Berikan aktivitas distraksi yang
menenangkan
Edukasi
1. Anjurkan tirah baring
2. Anjurkan melakukan aktivitas
secara bertahap
Ansietas Setelah dilakukan Tindakan Terapi relaksasi
berhubungan keperawatan pasien tidak Observasi
dengan merasa cemas, dengan kriteria 1. Identifikasi penurunan tingkat
kekhawatiran hasil : energi, ketidakmampuan
mengalami 1. Kekhawatiran akibat berkonsentari atau gejala
kegagalan. kondisi yang dihadapi lainyang mengganggu
(D.0080). menurun kemampuan kognitif
2. Perilaku gelisah 2. Identifikasi Teknik relaksasi
menurun yang pernah efektif digunakan
3. Frekuensi napas 3. Periksa ketegangan otot,
membaik frekuensi nadi, tekanan darah
4. Frekuensi nadi dan suhu tubuh
membaik Terapeutik
5. Tekanan darah 1. Ciptakan lingkungan tenang
membaik tanpa gangguan dengan
6. Konsentrasi mebaik pencahayaan dan suhu ruang
7. Pola tidur membaik yang nyaman
2. Anjurkan menggunakan pakaian
longgar
3. Gunakan nada suara lembut
4. Gunakan relaksasi sebagai
strategi penunjang dengan
analgetic atau Tindakan medis
lain jika sesuai
Edukasi
1. Jelaskan tujuan, manfaat
batasan, dan jenis relaksasiyang
tersedia (missal, music,
meditasi, napas dalam, relaksasi
otot)
2. Anjurkan mengambil posisi
nyaman
3. Anjurkan rileks dan merasakan

15
sensasi relaksasi
4. Anjurkan sering mengulangi
atau melatih Teknik yang dipilih
5. Demontrasikan dan Latihan
Teknik relaksasi (misal, napas
dalam, peragangan, atau
imajinasi terbimbing).

3.4. Implementasi keperawatan


Pelaksanaan keperawatan adalah pemberian asuhan keperawatan yang
dilakukan secara langsung kepada pasien. Kemampuan yang harus
dimiliki perawat pada tahap implementasi adalah kemampuan komunikasi
yang efektif, kemampuan menciptakan hubungan yang saling percaya dan
saling membantu, kemampuan Teknik psikomotor, kemampuan
melakukan observasi sistematis, kemampuan memberikan pendidikan
kesehatan, kemampuan advokasi, dan evaluasi. Tahap pelaksanaan
keperawatan meliputi : fase persiapan (preparation), tindakan dan
dokumentasi.
(avi damayanti 2021)
3.5. Evaluasi
Evaluasi adalah suatu proses yang terencana dan sistematis, dalam
mengumpulkan, mengorganisasi, menganalisis dan membandingkan
status kesehatan klien dengan kriteria hasil yang di inginkan serta menilai
derajat pencapaian hasil klien.
S : Respon subjektif klien terhadap tindakan keperawatan yang telah
dilakukan
O : Respon obyektif klien terhadap tindakan keperawatan yang telah
dilaksanakan
A : Analisa ulang terhadap data subjektif untuk menyimpulkan apakah
masih tetap atau muncul masalah baru atau ada data yang kontraindikasi
masalah yang ada
P : Perencanaan atau tindak lanjut berdasarkan hasil analisa pada respon
klien

16
(Chinthia dkk. 2022)

BAB IV
PENUTUP

4.1. Kesimpulan
Penyakit asma adalah penyakit yang terjadi karena adanya
penyempitan saluran napas akibat timbulnya peradangan atau inflamasi.
Penyakit asma melibatkan banyak sel-sel inflamasi seperti eosinofil, sel
mast, leukotrin, dan lain-lain. Inflamasi kronik ini berhubungan dengan
hiperresponsif jalan napas yang menimbulkan episode berulang dari
mengi (wheezing), sesak napas, dada terasa berat dan batuk terutama pada
malam dan pagi dini hari. (Endah, Ikit, dan Atun 2022).
Beberapa faktor penyebab asma antara lain : jenis kelamin, umur
pasien, status atopi, faktor keturunan, serta faktor lingkungan. Asma
bronkia terbagi menjadi 2, yaitu:
a. Asma bronkial ekstrinsik (alergi)
b. Asma bronkial intrinsik (idopatik)
Faktor lain yang menjadi pencetus paling sering menimbulkan
asma bronkial misalnya perubahan iklim, emosi dan kegiatan fisik antara
lain : aktivitas berat, kecapaian, tertawa terbahak bahak.
Tanda dan gejala asma bronkial secara teori meliputi sesak nafas,
batuk, dada terasa berat, terdapat suara tambahan nafas, dan pengeluaran
cairan mucus atau lendir. Program penatalaksanaan asma meliputi
beberapa komponen yaitu :
a. Edukasi
b. Menilai dan memonitor gejala asma secara berkala
c. Identifikasi dan mengendalikan faktor pencetus
d. Merencanakan dan memberikan pengobatan jangka Panjang
e. Kontrol secara teratur

17
f. Pola hidup sehat

18
DAFTAR PUSTAKA

Amin, H. (2015). Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis


dan Nanda Nic-Noc. Edisi Jilid 1. Yogyakarta : Mediaction Publishing.
Aulia (2017). Asma Bronkial FAQ. (Online),
(http://www.p2ptm.kemkes.go.id/kegiatan-p2ptm/subdit-penyakit-paru-
kronik-dan-gangguan-imunologi/asma-bronkial-faq, diakses pada tanggal
15 Desember 2020).
Lisa Suarni.dkk. (2017). Metodologi Keperawatan. Edisi I. Yogyakarta : Pustaka
Panasea
Nursalam. (2017). Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan. Edisi IV. Jakarta :
Salemba Medika
Padila. (2017).Asuhan Keperawatan Penyakit Dalam. Yogyakarta : Nuha Medika.
Scholastica.F.A. (2019). Asuhan Keperawatan Pada Pasien dengan Gangguan
Sistem Pernafasan. Yogyakarta : Pustaka Baru Press.
Semarang : Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. ( 2016). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia :
Definisi dan Indikator Diagnostik. Jakarta : Dewan Pengurus PPNI.
Tim Pokja SIKI DPP PPNI, (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia :
Definisi dan Tindakan Keperawatan. Jakarta : Dewan Pengurus PPNI.
Tim Pokja SLKI DPP PPNI (2018). Standar Luaran Keperawatan Indonesia:
Definisi dan Kriteria Hasil Keperawatan. Jakarta : Dewan Pengurus PPNI.

Anda mungkin juga menyukai