Disusun oleh :
KELOMPOK 3
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT. Yang Maha Kuasa, karena atas limpahan
karuniaNya, kelompok kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul
“ASMA” dengan baik Makalah ini disusun dalam rangka memenuhi tugas
kelompok mata kuliah Keperawatan dewasa sistem pernafasan, kardiovaskuler dan
hematologi. Selama menyelesaikan makalah ini, penyusun tidak lepas dari
dorongan, bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada
kesempatan ini penyusun mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang
telah membantu dalam menyelesaikan makalah ini dengan semaksimal mungkin.
Penyusun menyadari adanya kekurangan yang terdapat dalam makalah ini. Oleh
karena itu, kritik dan saran yang bersifat membangun dari pembaca yang budiman
sangat kami harapkan demi kesempurnaan makalah ini. Semoga makalah ini
bermanfaat.
(Kelompok 3)
ii
DAFTAR ISI
BAB 1 PENDAHULUAN
BAB II PEMBAHASAN
2.14 Evaluasi............................................................................ 22
iii
BAB III ASUHAN KEPERAWATAN
BAB IV PENUTUP
DAFTAR PUSTAKA……………………………………...........….... 37
iv
BAB 1
PENDAHULUAN
1
prevalensi 2.7 %. Namun kekambuhan asma di Jawa Barat pada tahun 2018
memiliki prevalensi 57,5% dari 68,9 % yang paling tinggi. Berdasarkan data
Dinas Kesehatan Kota Bandung tercatat pada tahun 2017 ada 8.333 kasus dan
meningkat menjadi 12.332 kasus pada tahun 2018, bahkan sampai Mei 2019
tercatat sudah ada 5.406 kasus asma di Kota Bandung. Jumlah tersebut membuat
penyakit asma menduduki peringkat ketiga tertinggi kategori penyakit tidak
menular setelah hipertensi dan diabetes mellitus.
1.3 TUJUAN
Tujuan dari makalah ini adalah:
1. Mengetahui Definisi Asma
2. Mengetahui Etiolog Asma
3. Mengetahui patofisiologi Asma
4. Mengetahui manifestasi klinis Asma
5. Mengetahui komplikasi yang ditimbulkan
6. Mengetahui jenis-jenis dan faktor resiko Asma
7. Mengetahui cara pencegahan Asma
8. Mengetahui Pemeriksaan Diagnostik Asma
9. Mengetahui Penatalaksanaan Asma
10. Mengetahui Asuhan Keperawatan Pada Asma
2
1.4 MANFAAT
Manfaat makalah ini adalah :
1. Dapat memberikan informasi dan refrensi bagi pembaca tentang Penyakit
Asma.
2. Dapat memberikan pengetahuan tentang perilaku hidup sehat bagi
masyarakat.
3
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
Asma adalah suatu kelainan berupa peradangan kronik saluran napas yang
menyebabkan penyempitan saluran napas (hiperaktifitas bronkus) sehingga
menyebabkan gejala episodik berulang berupa mengi, sesak napas, dada terasa
berat, dan batuk terutama pada malam atau dini hari.
Asma adalah penyakit saluran napas dengan dasar inflamasi kronik yang
mengakibatkan obstruksi dan hiperreaktivitas saluran napas dengan derajat
yang bervariasi. Gejala klinis asma dapat berupa batuk, terdengar suara napas
wheezing, sesak napas, dada terasa seperti tertekan yang timbul secara kronik
dan atau berulang, cenderung memberat pada malam atau dini hari, dan
biasanya timbul jika ada pencetus. (IDAI, 2015).
Menurut (GINA) Global Initiative for Asthma (2018) asma merupakan
penyakit heterogen yang ditandai dengan adanya peradangan saluran napas
kronis diikuti dengan gejala pernapasan seperti mengi, sesak napas dan batuk
yang bervariasi dari waktu ke waktu dengan intensitas yang berbeda dan
bersamaan dengan keterbatasan aliran udara saat ekspirasi.
Terdapat berbagai keadaan yang memicu terjadinya serangan asma, diantara lain:
4
Irritans atau iritasi pada penderita asma dapat disebabkan oleh berbagai
hal seperti asap rokok, polusi udara. Faktor lingkungan seperti udara dingin
atau perubahan cuaca juga dapat menyebabkan iritasi. Bau-bauan yang
menyengat dari cat atau masakan dapat menjadi penyebab iritasi. Selain itu,
ekspresi emosi yang berlebihan (menangis, tertawa) dan stres juga dapat
memicu iritasi pada penderita asma.
e). Infeksi.
a. Stadium Dini
Faktor hipersekresi yang lebih menonjol :
1). Batuk berdahak disertai atau tidak dengan pilek
2). Ronchi basah halus pada serangan kedua atau ketiga, sifatnya
hilang timbul
3). Wheezing belum ada
4). Belum ada kelainan bentuk thorak
5). Ada peningkatan eosinofil darah dan IgE
6). BGA belum patologis
5
4) Penurunan tekanan parsial O2
b. Stadium lanjut/kronik
1). Batuk, ronchi
2). Sesak napas berat dan dada seolah-olah tertekan
3). Dahak lengket dan sulit dikeluarkan
4). Suara napas melemah bahkan tak terdengar (silent chest)
5). Thorak seperti barel chest
6). Tampak tarikan otot stenorkleidomastoideus
7). Sianosis 5) BGA Pa O2 kurang dari 80% 14
Obat yang sering berhubungan dengan induksi fase akut asma adalah
aspirin, bahan pewarna seperti tartazin, antagonis beta-adrenergik dan bahan
sulfat. Sindrom khusus pada sistem pernafasan yang sensitif terhadap aspirin
terjadi pada orang dewasa, namun dapat pula dilihat dari masa kanak-kanak.
Masalah ini biasanya berawal dari rhinitis vasomotor perennial lalu menjadi
rhinosinusitis hiperplastik dengan polip nasal akhirnya diikuti oleh munculnya
asma progresif.
6
lainnya belum diketahui, tetapi mungkin berkaitan dengan pembentukan
leukotrien yang diinduksi secara khusus oleh aspirin.
3) Asma campuran merupakan gabungan dari dua jenis asma yang telah
disebutkan sebelumnya dan asma ini paling umum terjadi.
7
Faktor Risiko Asma
a. Pemeriksaan sputum
Pemeriksaan sputum pada penderita asma akan di dapati :
2. Spiral curshmann, yakni yang merupakan cast cell ( sel cetakan) dari
cabang bronkus.
8
4. Netrofil dan eosinopil yang terdapat pada sputum, umunya bersifat mukoid
dengan viskositas yang tinggi dan kadang terdapat mucus plug.
b. Pemeriksaan darah
1. Analisa gas darah pada umunya normal akan tetapi dapat pula terjadi
hipoksemia, hiperkapnia, atau asidosis
Pemeriksaan Penunjang :
a. Pemeriksaan Radiologi
9
c. Elektrokardiografi
Gambaran elektrokardiografi yang terjadi selama serangan dapat dibagi
menjadi 3 bagian, dan disesuaikan dengan gambaran yang terjadi pada
empisema paru yaitu :
1. Perubahan aksis jantung, yakni pada umumnya terjadi right aixs
devisiasi dan clockwise rotation
2. Terdapatnya tanda-tanda hipertropi otot jantung, yakni terdapatnya
RBB (Right bundle branch block)
3. Tanda-tanda hipoksemia, yakni terdapatnya sinus tachycardia, SVES,
dan VES atau terjadinya depresi segmen ST negative.
d. Spirometri
Untuk menunjukkan adanya obstruksi jalan nafas reversible, cara
yang paling cepat dan sederhana diagnosis asma adalah melihat respon
pengobatan dengan bronkodilator. Pemeriksaan spirometer dilakukan
sebelum dan sesudah pemberian bronkodilator aerosol (inhaler atau
nebulizer) golongan adrenergik. Peningkatan FEV1 atau FVC sebanyak
lebih dari 20 % menunjukkan diagnosis asma. Tidak adanya respon
aerosol bronkodilator lebih dari 20 %. Pemeriksaan spirometri tidak saja
penting untuk menegakkan diagnosis tetapi juga penting untuk menilai
berat obstruksi dan efek pengobatan. Banyak penderita tanpa keluhan
tetapi pemeriksaan spirometrinya menunjukkan obstruksi (Medicafarma,
2008).
10
d. Mengurangi tingkat keparahan penyakit, mengurangi frekuensi serangan
dan meringankan beratnya serangan.
Pemeriksaan Fisik
Karakteristik asthma yang umum adalah adanya mengi atau
wheezing walaupun bukan suatu patognomonik pada asthma. Wheezing
harus ditelaah terhadap diagnosis banding lainnya. Hasil pemeriksaan fisik
pada pasien asthma dapat normal. Temuan yang paling sering pada
pemeriksaan fisik adalah wheezing, yaitu pada auskultasi ditemukan
wheezing pada saat ekspirasi. Wheezing tidak selalu ditemukan pada
pasien asthma, misalnya pada pasien asthma yang tidak sedang mengalami
eksaserbasi atau pada pasien asthma dengan penyempitan saluran napas
berat. Penyempitan saluran napas berat dapat menyebabkan silent chest.
Wheezing juga dapat ditemukan pada penyakit lainnya seperti PPOK,
bronkiolitis, trakeomalasia, dan benda asing di jalan napas. Pemeriksaan
lainnya yang dapat berhubungan dengan asthma adalah temuan pada alergi
seperti polip nasi, dermatitis atopi pada lipatan kulit, atau urtikaria.
11
a. Penatalaksanaan Medis
Penanganan awal ; beta-agonis adregernik, kortikoasteroid,
pemberian suplemen oksigen, dan cairan intravena untukhidrasi
pasien. Pemberi sedatif dikontra-indikasikan.
Suplemen oksigen ailiran tinggi paling baik diberikan dengan
menggunakan sung-kup non-rebreathing total atau parsial (PaO2
pada level minimum 92 mmHg atau saturasi oksigen lebih dari
95%).
Magnesium sulfat, antagonis kalsium, dapat diberikan untuk
menginduksi relak-sasi otot.
Hospitalisasi, jikatidak adarespon terhadap tindakan berulang
ataujika kadar gas darah memburuk atau nilaifungsi pulmoner
rendah.
Ventilasi mekanis jika pasien tampak kelelahan atau mengalami
gagal napas atau jika kondisi tidak berespon terhadap tindakan yang
diberikan.
b. Penatalaksanaan Keperawatan
Fokus utama penatalaksanaan keperawatan adalah mengkaji secara
mendalam jalan napas dan respons pasien terhadap terapi. Perawat
harus menyiapkan diri untuk intervensi selanjutnya jika pasien tidak
merespon terhadap terapi yang diberikan.
Pantau terus kondisi pasien selama 12 sampai 24 jam pertama
atausampai status asmatikus terkendali.Tekanan darah atau irama
jantung harus terus dipantau selama fase akut dan sampai pasien
kembali stabil dan berespon terhadap terapi.
Kaji turgor kulit pasien untukmelihat tanda-tanda dehidrasi asupan
cairan sangat penting untuk mengatasi dehidrasi, mengencerkan
dahak, memudahkan pengeluaran dahak.
Berikan cairan intavena sesuai program, sampai3atau 4 L/ hari,
jika tidak dikontraindikasikan.
Anurkan pasien unutkistirahatagar menghemat energi.
Pastikan ruangan pasien tenang dan bebas iritan pernapasan (mis,
bunga, asap tembakau, parfum, atau bau) bantal non-alergik harus
digunakan.
12
1. Steroid oral.
Tablet steroid mungkin akan diresepkan dokter jika asma masih
belum bisa dikendalikan. Pengobatan ini biasanya dipantau oleh dokter
spesialis paru yang menangani penderita asma karena jika digunakan
secara jangka panjang (misalnya lebih dari tiga bulan), berisiko
menyebabkan efek samping tertentu, seperti hipertensi, kenaikan berat
badan, otot melemah, pengeroposan tulang, kulit menipis dan mudah
memar. Selain itu, efek samping yang lebih serius yang bisa saja terjadi
adalah katarak dan glaukoma. Oleh karena itu pengobatan dengan
steroid oral hanya dianjurkan jika Anda telah melakukan cara
pengobatan lainnya, namun belum berhasil. Sebagian besar orang hanya
perlu menggunakan steroid oral selama 1-2 minggu dan sebagai obat
tambahan untuk menangani infeksi tambahan (seperti infeksi pada paru).
Biasanya mereka akan kembali ke pengobatan sebelumnya setelah asma
dapat dikendalikan. Sebaiknya Anda rutin memeriksakan diri agar
terhindar dari osteoporosis, diabetes, dan tekanan darah tinggi.
2. Tablet theophylline
Obat yang bisa difungsikan sebagai obat pencegah gejala asma ini
bekerja dengan cara membantu melebarkan saluran napas dengan
melemaskan otot-otot di sekelilingnya. Pada sebagian orang, tablet
theophylline diketahui menyebabkan efek samping, seperti mual, sakit
kepala, muntah, insomnia, dan gangguan perut. Namun hal ini biasanya
dapat dihindari dengan penyesuaian dosis.
1. Ipratropium
13
cara melemaskan otot-otot saluran pernapasan yang mengencang ketika
gejala asma kambuh.
2. Omalizumab
3. Bronchial thermoplasty
14
2.10 Pathway Asma
Hiperektivitas
(Bronchospasme)
pernapasan
Status asmatikus
15
retensi CO2
asidosis respratorik
A. Pengkajian Keperawatan
Pengkajian adalah pemikiran dasar dari proses keperawatan yang
bertujuan untuk mengumpulkan informasi atau data tentang pasien, agar
dapat mengidentifikasi, mengenali masalah-masalah, kebutuhan kesehatan
dan keperawatan pasien, baik fisik, mental, sosial dan lingkungan menurut
Effendy (1995, dalam Dermawan, 2012). Berikut adalah tahap-tahap
pengkajian keperawatan :
1. Identitas
2. Keluhan Utama
Pada pengkajian keluhan utama ini dibagi 2 yaitu, keluhan utama saat
masuk rumah sakit.Pada pasien Asma yang dirasakan adalah sesak nafas
pada saat belum diberikan oksigen (Nixson Manurung, 2016).
16
4. Riwayat Penyakit Dahulu
Pada riwayat penyakit dahulu, kita perlu mengkaji adanya riwat
penyakit yang pernah diderita klien sebelumnya. Pada pasien asma.
Riwayat penyakit dahulu antara satu orang berbeda orang yang lain. Ada
yang menderita asma sejak kecil, ada juga yang baru menderita asma
dalam beberapa waktu terdekat (Nixson Manurung, 2016).
6. Riwayat Psikososial
Pada riwayat psikososial, kita perlu mengkaji cara yang biasa
digunakan pasien untuk menangani stress. Perawat meninjau tentang
keyakinan pasien, ritual dan praktik keagamaan. Pengkajian perubahan
psikologi yang disebabkan oleh adanya ketidakefektifan bersihan jalan
nafas antara lain klien merasa pasrah terhadap penyakit yang dideritanya,
merasa cemas, dan terdapat perubahan perilaku. Pada pola interaksi, klien
dapat berkomunikasi dengan baik walaupun dengan suara yang pelan
karena merasakan sesak pada dadanya. Sedangkan pada pola nilai dan
kepercayaan klien jarang melakukan ibadah dikarenakan setiap kali
bergerak klien merasakan sesak dan lemas, sehingga menyebabkan klien
menjadi malas untuk melakukan aktivitas. Adanya keterbatasan mobilitas
fisik dan keterbatasan mempertahankan suara karena distress pernafasan
(Nixson Manurung, 2016).
17
Pasien makan 3x sehari, tetapi terjadi penurunan nafsu makan
sehingga hanya habis setengah porsi saja, ada beberapa pasien yang
mempunyai alergi tethadap makanan seperti, udang, abon, dll.
Adanya mual atau muntah, dan penurunan berat badan.Pasien juga
minum air putih kurang dari 8 gelas perhari (Muttaqin, 2008).
b. Eliminasi
Pada pasien asma tidak ada kesulitan maupun keluhan saat
BAK maupun BAB.Pasien BAB 1 kali sehari dan BAK 5 – 6 kali
sehari dengan bantuan keluarga karena terjadi kelemahan mobilitas
fisik yang disebabkan oleh adanya rasa sesak pada dada (Muttaqin,
2008).
c. Istirahat
Adanya keletihan, kelemahan, ketidakmampuan untuk tidur,
perlu tidur dalam posisi duduk tinggi karena merasakan sesak nafas
dan sering terbangun apabila merasakan sesak di malam hari (Nixson
Manurung, 2016).
d. Personal Hygiene
Terjadi penurunan kemampuan atau peningkatan kebutuhan
untuk melakukan aktivitas sehari – hari. Kebersihan buruk, bau
badan tidak sedap (Nixson Manurung, 2016).
e. Aktivitas
Ketidakmampuan untuk melakukan aktivitas sehari – hari
karena sulit bernafas. Selama beraktivitas dibantu oleh keluarga
maupun perawat karena merasa badannya lemas dan takut apabila
rasa sesaknya kambuh (Nixson Manurung, 2016).
b. Pemeriksaan kepala
18
Terdapat pernafasan cuping hidung, terdapat sekret di dalam
hidung, tidak terpasang NGT, tidak ada nyeri tekan pada hidung,
jumlah RR > 20 x / menit.
d. Pemeriksaan mulut
f. Pemeriksaan leher
1) Paru – paru :
2) Jantung :
19
i. Pemeriksaan genetalia
j. Pemeriksaan ekstremitas
Tidak ada edema pada ekstremitas, akral hangat.
k. Sistem integument
Turgor kulit menurun karena adanya penurunan nafsu
makan, akral hangat, dan tidak ada luka atau lesi.
21
gejala
hipoksia
c. Monitor
bunyi napas
tambahan
2. Terapeutik
a. Berikan
posisi
semifowler
30-45
3. Edukasi
a. Anjurkan
meminimal
kan
ansietas
yang dapat
meninggalk
an
kebutuhan
oksigen
b. Anjurkan
bernapas
lambat dan
dalam
c. Ajarkan
mengidentif
ikasi dan
menghindar
i pemicu
2.14 Implementasi
2.15 Evaluasi
22
Menurut Nurul Sri Wahyuni (2016), Evaluasi atau tahap penilaian
adalah perbandingan sistematis dan terencana tentang kesehatan klien dengan
tujuan yang telah ditetapkan, dilakukan dengan cara bersambungan dengan
melibatkan klien, keluarga dan tenaga kesehatannya. Tujuan evaluasi ini
adalah untuk melihat kemampuan klien mencapai tujuan yang diinginkan
dengan kriteria hasil pada perencanaan.
1. S : Data Subjektif
Perkembangan keadaan yang didasarkan pada apa yang dirasakan,
dikeluhkan, dan dikemukakan klien.
2. O : Data Objektif
Perkembangan yang bisa diamati dan diukur oleh perawat atau tim
kesehatan lain.
3. A : Analisis
Penilaian dari kedua jenis data (baik subjektif maupun objektif)
apakah berkembang ke arah kebaikan atau kemunduran.
4. P : Perencanaan
23
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
3.1 Kasus
Nn. Bianca, 25 Tahun datang ke IGD dengan keluhan sesak nafas. Pasien
memiliki riwayat asma sejak usia 10 tahun. Pasien sudah meminum obat
yang diresepkan oleh dokter keluarganya yaitu ventolin inhaler dan
cromolyn sodium namun tidak ada perbaikan gejala. Hasil pemeriksaan fisik
menunjukkan Nadi: 110x/menit, RR: 40x/menit, dan penggunaan otot bantu
nafas. Auskultasi dada menunjukkan penurunan suara nafas secara bilateral
dan terdengar suara wheezing saat inspirasi maupun ekspirasi. Pasien juga
batuk berdahak dengan sputum encer dan jernih, SaO2: 93%, pemeriksaan
gas darah dilakukan dengan hasil : pH 7.50, PaC02 27, Pa02 75. Pasien
diberikan 3 cc Albuterol dalam NS. Pasien memiliki riwayat alergi terhadap
udara dingin dan serbuk bunga, pernah MRS dengan diagnosa asthma 2 kali,
saat usia 10 tahun, dan 18 tahun. Riwayat penggunaan obat sebelumnya,
obat neo napacin, aminophilin, ventolin inhaler. Ibu klien dan adik
perempuan klien juga memiliki riwayat penyakit asthma.
3.2 Askep
A. Identitas Pasien
Nama Pasien : Nn.Bianca
No. RM :-
Tempat Tanggal Lahir : 3 januari 1996
Umur : 25 Tahun
Agama : Islam
24
Status Perkawinan : Belum Kawin
Pendidikan : Mahasiswa
Alamat : Kebunan
Pekerjaan :-
Jenis Kelamin : Perempuan
Suku : Madura
Diagnosa Medis : Asma
Tanggal Masuk RS : 10 januari 2021
Tanggal Pengkajian : 12 januari 2021
Sumber Informasi : Keluarga Pasien
B. Penanggung Jawab
Nama : Ny. Arabella
Tempat Tanggal Lahir : Sumenep, 13 januari 1976
Umur : 45 tahun
Agama : Islam
Alamat : Kebunan
Pekerjaan : Ibu rumah tangga
Jenis Kelamin : Perempuan
Hubungan dengan Pasien : Ibu kandung pasien
A. Riwayat Kesehatan
1. Keluhan Utama : Pasien datang ke IGD dengan
keluhan sesak nafas.
2. Riwayat Penyakit Sekarang : Asma.
3. Riwayat Penyakit Dahulu : Pasien mengatakan telah
memiliki riwayat asma sejak
usia 10Tahun.
4. Riwayat Penyakit Keluarga : Pasien mengatakan Ibu dan
Adik pasien juga memiliki
riwayat penyakit asma
5. Genogram :
25
Keterangan :
: Pria
: Wanita
: Meninggal Dunia
: Menikah
: Anak
: Penderita asma
: Pasien
26
Pada saat pasien mengalami sesak napas keluarganya selalu
membawanya ke Puskesmas terdekat.
2. Pola Nutrisi
Sebelum sakit pasien biasa makan 3x sehari dengan komposisi nasi,
sayur, lauk, dan buah.
Selama sakit pasien makan 3x 14 hari dengan diit dari Rumah Sakit
tetapi kadang-kadang hanya nasi setengah porsi saja, pasien makan
disuapi dengan keluarga.
3. Pola Eliminasi
sebelum sakit pasien mengatakan BAB satu kali sehari setiap pagi dengan
konsistensi lunak, warna kuning, bau khas dan tidak encer, sebelum sakit
pasien BAK 6-7 kali per hari, warna kuning, bau khas dan tidak ada
keluhan saat BAK.
Selama sakit pasien BAB satu kali sehari dengan konsistensi lunak dan
bau khas, selama sakit pasien BAK 5—6 kali perhari dengan bantuan
keluarga kadang-kadang menggunakan pempers, dan tidak ada keluhan
saat BAK.
Ket. : 0 = Mandiri
1 = Menggunakan alat bantu
2 = Dibantu orang lain
3 = Dibantu orang lain dan alat
4 = Tergantung Total
B. Pemeriksaan Fisik
1. Tingkat Kesadaran : Compasmentis, keadaan umum, cukup lemas
28
2. TTV : S : 36,0 °C N : 110 X/mnt TD : 110/ 70 mmHg
RR : 40 X/mnt
3. Kepala : Bentuk simetris, rambut panjang dan hitam
Lebat.
4. Mata, Telinga, Hidung
Mata : Konjungtiva pucat, bentuk pupil mata kiri dan
kanan sama besar,Tidak ada gangguan
penglihatan
Hidung : Bersih, tidak ada serumen
Telinga : Bersih dan tidak ada gangguan pendengaran
Mulut : Mukosa bibir kering
5. Leher : Tidak ada pembengkakan kelenjar tiroid, tidak ada
Luka pada leher.
6. Dada/Thoraks : Daerah dada terlihat simetris
Inspeks : pengembangan paru terlihat simetris
Palpasi : Ada nyeri tekan pada daerah paru kanan bawah
Perkusi : Hipersonor
Auskultasi : Dada menunjukkan suara penurunan suara nafas
secara bilateral dan terdengar suara wheezing
saat inspirasi maupun ekspirasi
7. Abdomen
Inspeksi : Permukaan abdomen datar
Palpasi : tidak ada nyeri tekan, tidak ada masa colon, tidak
Pembesaran pada hati.
Perkusi : Terdengar bunyi tympani
Auskultasi : bising usus normal (25 x / menit )
29
C. Pemeriksaan Penunjang
Tingkat penyerapan oksigen (SaO2) : 93 %, Pemeriksaan gas darah dilakukan
dengan hasil : pH 7.50, PaCO2 27 , PaO2 75.
D. Therapy
Pasien diberikan 3 cc Albuterol dalam NS.
E. Analisa Data
Data Etiologi Masalah
Data Subjektif : Asma Bersihan jalan napas tidak
Nn.B dispnea efektif
Respon alergi
Data Objektif :
Hipersensitifitas tipe
Terdapat bunyi suara 1
napas Wheezing
Bunyi napas menurun
Nampak batuk IgE
berdahak dengan
sputum encer dan jernih
Sel mast
Histamin
(BHSP), Bradikinin,
Histamin, Serotonin,
Prostadin
Inflamasi
Bronko spasma
30
Sesak napas
Data Subjektif: Asma Intoleransi aktifitas
Dispnea
Bronkspasme
Data Objektif:
Ketidak
1. Frekuensi nadi
seimbangan
110x/menit
antara suplai dan
kebutuhan oksigen
31
menurun er atau umum ,
5. frekuensi napas fowler lemah, Nn. B
membaik e. Berikan Nampak
6. Pola napas minuman sesak, Nn . B
membaik hangat nampak
f. Berikan batuk
oksigen berdahak.
jika perlu Sputum
7. Edukasi encer dan
b. Ajarkan jernih,
teknik pernapasan
batuk cepat terdapat
efektif bunyi suara
8. Kolaborasi napas
b. Kolabora secara
si bilateral dan
pemberia terdengar
n suara
bronkodil wheezing
ator, Tekakan
ekspektor darah :
an 110/70
mukolitik mmHg,
Respirasi
40 kali
permenit
Nadi : 110
kali permenit
Suhu : 36,
C
Assesment :
masalah Nn
B belum
teratasi
Planning :
intervnsi di
lanjutkan
32
memonitor
tanda-tanda
vital,melatih
batuk efektif,
memberikan
posisi yang
nyaman,
kaloborasi
pemberian
obat inhalasi,
pantau batuk
efektif,
frekuensi
nafas, irama
nafas, dan
bunyi nafas
33
2. Terapeutik :
a. Sediakan
lingkungan
nyaman dan
rendah stimulus
b.lakukan
latihan rentang
gerak pasiv
dan / atau aktif
c. berikan
aktivitas
distraksi yang
menenangkan
d. fasilitasi
duduk di sisi
tempat tidur,
jika tidak dapat
berpindah atau
berjalan
3. Edukasi :
a. anjurkan tira
baring
b. anjurkan
melakukan
aktivitas secara
bertahap
c. anjurkan
menghubungi
perawat jika
tandadan gejala
kelelahan tidak
berkurang
d. ajarkan
strategi koping
untuk
mengurangi
kelelahan
4. Kolaborasi
34
a. kolaborasi
dengan ahligizi
tentang cara
meningkatkan
asupas makanan
BAB IV
PENUTUP
4.1 Simpulan
35
pada rencana tindakan yang didelegasikan. Pada evaluasi hasil yang dilakukan
penulis pada dasarnya dapat terlaksana dengan baik dan masalah teratasi.
4.2 Saran
1. Perawat.
Sebagai tim kesehatan yang paling sering berhubungan dengan
pasien sangat perlu meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan agar
mampu merawat pasien secara komprehensif dan optimal. Mampu
memberikan informasi untuk kesejahteraan pasien. Terkait dengan
masalah kesehatan yang dialami.
2. Rumah sakit ( bidang pelayanan ).
Penulis mengharapkan untuk meningkatkan mutu pelayanan
kesehatan kepada pasien. Khususnya dalam bidang keperawatan, guna
meningkatkan pelayanan atau asuhan keperawatan yang lebih optimal.
3. Institusi pendidikan.
Penulis mengharapkan karya tulis ini dapat digunakan sebagai
bahan acuan bacaan untuk menambah pengetahuan bagi pembaca
khususnya bagi mahasiswa Universitas Wiraraja Madura. Dan karya tulis
ini dapat digunakan sebagai tambahan literatur yang membahahas masalah
tentang asuhan keperawatan pada pasien dengan Asma Bronkhiale.
36
DAFTAR PUSTAKA
37
38