Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Kepaniteraan Klinik Madya SMF
Pulmonologi RSUD Jayapura
Oleh:
1. Ni Nengah Maitri
Dokter Pembimbing:
dr. Theopilus O. Lay, Sp. P
SMF PULMONOLOGI
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS CENDERAWASIH
JAYAPURA
2023
LEMBAR PENGESAHAN
Telah disetujui dan diterima oleh Penguji Laporan Kasus Fakultas Kedokteran
Universitas Cenderawasih Jayapura, sebagai salah satu syarat untuk mengikuti ujian
Pada,
Hari :
Tanggal :
Tempat :
Mengetahui,
Dosen Pembimbing/Penguji
i
EVALUASI RESPONSI KASUS
2 Makalah
1. Susunan makalah
2. Isi makalah
3. Isi pembahasan khusus
3 Diskusi
1. Penguasaan materi
2. Penguasaan materi diluar kasus
3. Peran aktif peserta lain
Peran aktif peserta diskusi
1. Nama :
Pertanyaan :
2. Nama :
Pertanyaan :
3. Nama :
Pertanyaan :
4 Keterampilan Klinik
1. Teori dasar
2. Kemampuan/skill
5 Sikap
1. Kemampuan menimba ilmu/inisiatif
2. Disiplin kerja
3. Kecermatan/ketelitian kerja
4. Kemampuan belajar
Komentar :
DAFTAR ISI
ii
Halaman
HALAMAN JUDUL...........................................................................................................
LEMBAR PENGESAHAN..............................................................................................i
EVALUASI RESPONSI KASUS...................................................................................ii
DAFTAR ISI...................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN................................................................................................1
1.1. Latar Belakang....................................................................................................1
1.2. Rumusan Masalah...............................................................................................2
1.3. Tujuan.................................................................................................................2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA.....................................................................................3
2.1. Asma...................................................................................................................3
2.1.1 Definisi Asma..............................................................................................3
2.2.1 Etiologi dan Faktor Risiko...........................................................................3
2.3.1 Manifestasi Klinis........................................................................................5
2.4.1 Patofisiologi.................................................................................................5
2.5.1 Diagnosis, Pemeriksaan Fisik dan Pemeriksaan Penunjang........................7
2.6.1 Klasifikasi....................................................................................................9
2.7.1 Tatalaksana................................................................................................12
2.8.1 Pencegahan................................................................................................17
BAB III LAPORAN KASUS........................................................................................18
3.1. Identitas Pasien.................................................................................................18
3.2. Anamnesis.........................................................................................................18
3.3. Pemeriksaan Fisik.............................................................................................19
3.4. Pemeriksaan Laboratorium...............................................................................20
3.5. Pemeriksaan Foto Toraks..................................................................................21
3.6. Diagnosis..........................................................................................................21
3.7. Tatalaksana.......................................................................................................21
3.8. Progosis.............................................................................................................21
3.9. Followup Harian...............................................................................................22
BAB IV PEMBAHASAN..............................................................................................24
4.1. Cara Penegakan Diagnosis................................................................................24
4.2. Cara Penatalaksanaan.......................................................................................26
iii
BAB V KESIMPULAN & SARAN..............................................................................28
5.1. Kesimpulan.......................................................................................................28
5.2. Saran.................................................................................................................28
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................29
iv
BAB I
PENDAHULUAN
episodik berulang berupa mengi, batuk, sesak napas dan rasa berat di dada
terutama pada malam dan atau dini hari yang umumnya bersifat reversibel baik
dengan atau tanpa pengobatan1. Asma dapat diobati secara efektif ketika pasien
pada masa kanak-kanak, meskipun juga dapat berkembang pada orang dewasa,
dan mempengaruhi orang-orang dari segala usia3. Asma juga merupakan penyakit
dengan adanya peradangan jalan napas kronis yang umum. Asma juga
Pada tahu 2019 berdasarkan data WHO Asma mempengaruhi sekitar 262 juta
penduduk dunia asma, jumlah ini diperkirakan akan terus bertambah sebesar
180.000 orang setiap tahun. Sumber lain menyebutkan bahwa pasien asma sudah
mencapai 300 juta orang di seluruh dunia dan terus meningkat selama 20 tahun
belakangan ini. Apabila tidak dicegah dan ditangani dengan baik, maka
diperkirakan akan terjadi peningkatan prevalensi yang lebih tinggi lagi pada masa
1
2
yang akan datang serta mengganggu proses tumbuh kembang anak dan kualitas
hidup pasien4.
satu jenis penyakit yang paling banyak diidap oleh masyarakat Indonesia, hingga
akhir tahun 2020, jumlah penderita asma di Indonesia sebanyak 4,5% dari total
Berdasarkan latar belakang diatas, rumusan masalah dalam makalah ini adalah
1.3. Tujuan
2.1. Asma
2.1.1 Definisi Asma
peradangan saluran napas kronis diikuti dengan gejala pernapasan seperti mengi,
sesak napas dan batuk yang bervariasi dari waktu ke waktu dengan intensitas
yang berbeda dan bersamaan dengan keterbatasan aliran udara saat ekspirasi. 2
Asma adalah gangguan aliran udara intermitten dan reversibel yang hanya
mempengaruhi jalan napas, tidak sampai pada alveoli. Gangguan aliran udara
terjadi dengan dua cara yaitu inflamasi (peradangan) dan hiperresponsif jalan
napas. Hiperresponsif jalan napas terjadi karena konstriksi otot bronkial yang
Etiologi asma masih belum diketahui secara pasti. Namun, ada dugaan
kondisi ini terkait dengan faktor genetik dan lingkungan. Risiko berkembangnya
asma merupakan interaksi antara faktor pejamu (host factor) dan faktor
1. Faktor Genetik
a. Hiperaktivitas
b. Atopi/alergi bronkus
3
4
d. Jenis kelamin
e. Ras/etnik
2. Faktor Lingkungan
dll)
j. Perubahan cuaca
kemungkinan:
penyakit asma.8
5
Gejala asma, yaitu sesak nafas, batuk, dan mengi merupakan akibat dari
bronkus. Gejala lainnya dapat berupa rasa berat di dada, produksi sputum,
penurunan toleransi kerja, nyeri tenggorokan, dan pada asma alergik dapat
disertai dengan pilek atau bersin. Gejala tersebut dapat bervariasi menurut waktu
dimana gejala tersebut timbul musiman atau perenial, beratnya, intensitas, dan
juga variasi diurnal. Timbulnya gejala juga sangat dipengaruhi oleh adanya
faktor pencetus seperti paparan terhadap alergen, udara dingin, infeksi saluran
2.4.1 Patofisiologi
Inflamasi
Hiperaktifitas Obstruksi BR
Pencetus serangan asma dapat disebabkan oleh sejumlah faktor antara lain
alergen, virus, dan iritan yang dapat menginduksi respon inflamasi akut yang
6
terdiri atas reaksi asma dini. (early asthma reaction (EAR)) dan reaksi asma
lambat (late asthma reaction (LAR)). Setelah reaksi asma awal dan reaksi asma
lambat, proses dapat terus berlanjut menjadi reaksi inflamasi sub-akut atau
kronik. Pada keadaan ini terjadi inflamasi di bronkus dan sekitarnya, berupa
infiltrasi sel-sel inflamasi terutama eosinofil dan monosit dalam jumlah besar ke
Penyempitan saluran napas yang terjadi pada asma merupakan suatu hal yang
kompleks. Hal ini terjadi karena lepasnya mediator dari sel mast yang banyak
membran basal. Berbagai faktor pencetus dapat mengaktivasi sel mast. Selain sel
mast, sel lain yang juga dapat melepaskan mediator adalah sel makrofag
alveolar, eosinofil, sel epitel jalan napas, netrofil, platelet, limfosit dan monosit.
nervus vagus dan mungkin juga epitel saluran napas. Peregangan vagal
oleh sel mast dan makrofagnakan membuat epitel jalan napas lebih permeabel
serangan asma melalui sel efektor sekunder seperti eosinofil, netrofil, platelet
dan limfosit. Sel-sel inflamasi ini juga mengeluarkan mediator yang kuat seperti
hipereaktivitas bronkus.4
Faktor Genetik
Faktor Lingkungan
1. Diagnosis
Diagnosis asma didasari oleh gejala yang bersifat episodik, gejala berupa
batuk, sesak napas, mengi, rasa berat di dada dan variabiliti yang berkaitan
2. Pemeriksaan Fisik
alergi lainnya. Tanda-tanda asma yang paling sering ditemukan adalah mengi,
namun pada sebagian pasien asma tidak didapatkan mengi diluar serangan.
Begitu juga pada asma yang sangat berat mengi dapat tidak terdengar (silent
Secara umum pasien yang sedang mengalami serangan asma dapat ditemuka
1. Inspeksi
b. Sesak (napas cuping hidung, napas cepat, retraksi sela iga, retraksi
c. Sianosis
2. Palpasi
3. Perkusi
4. Auskultasi
a. Ekspirasi memanjang
b. Mengi
c. Suara lendir
3. Pemeriksaan Penunjang
b. Pemeriksaan arus puncak ekspirasi dengan alat peak flow rate meter.
bronkus.
9
e. Uji alergi (tes tusuk kulit/skin prick test) untuk menilai ada tidaknya alergi.
selain asma.48
2.6.1 Klasifikasi
obat inhalasi β-2 agonis dan uji faal paru) serta obat-obat yang digunakan untuk
mengontrol asma (jenis obat, kombinasi obat dan frekuensi pemakaian obat).
Asma diklasifikasikan atas asma saat tanpa serangan dan asma saat serangan
(akut).412
Pada orang dewasa, asma saat tanpa atau diluar serangan, terdiri dari:
a. Intermitten
b. Persisten ringan
c. Persisten sedang
d. Persisten berat
Tabel. Klasifikasi derajat asma berdasarkan gambaran klinis secara umum pada orang
dewasa.
Derajat Asma Gejala Gejala Malam Faal paru
serangan asma berdasarkan gejala dan tanda klinis, uji fungsi paru, dan
kan
Posisi Bisa berbaring Lebih suka Duduk
duduk bertopang
lengan
Bicara Kalimat Penggal kalimat Kata-kata
Kesadaran Mungkin Biasanya iritabel Biasanya Kebingungan
iritabel iritabel
Sianosis Tidak ada Tidak ada Ada Nyata
Wheezing Sedang, sering Nyaring, Sangat nyaring, Sulit/tidak
hanya pada sepanjang terdengar tanpa terdengar
akhir ekspirasi ekspirasi ± stetoskop
inspirasi
Penggunaan otot Biasanya tidak Biasanya ya Ya Gerakan
bantu paradok torako-
respiratorik abdominal
Retraksi Dangkal, Sedang, Dalam, Dangkal/hilang
retraksi ditambah ditambah napas
interkostal retraksi cuping hidung
suprasternal
Frekuensi napas Takipnu Takipnu Takipnu Bradipnu
Pedoman nilai buku frekuensi napas pada anak sadar:
Usia Frekuensi napas normal per menit
<2 bulan <60
2-12 bulan <50
1-5 tahun <40
6-8 tahun <30
Frekuensi nadi Normal Takikardi Takikardi Dradikardi
Pedoman nilai baku frekuensi nadi pada anak:
Usia Frekuensi nadi normal per menit
2-12 bulan <160
1-2 tahun <120
6-8 tahun <110
Pulsus Tidak ada Ada Ada Tidak ada, tanda
paradoksus (<10 mmHg) (10-20mmHg) (>20 mmHg) kelelahan otot
(pemeriksaanny respiratorik
a tidak praktis)
PEFR atau FEVI (%nilai dugaan
%nilai terbaik)
Pra >60% 40-60% <40%
bronkodilator
Pasca >80% 60-80% <60%, respon
bronkodilator <2 jam
SaO2 >95% 91-95% ≤90%
PaO2 Normal >60 mmHg <60 mmHg
(biasanya tidak
perlu diperiksa)
PaCO2 <45 mmHg <45 mmHg >45 mmHg
12
2.7.1 Tatalaksana
mempertahankan kualitas hidup agar pasien asma dapat hidup normal tanpa
1. Tujuan:
ireversibel.
potensi genetiknya.
yaitu:
Serangan akut adalah episodik perburukan pada asma yang harus diketahui
b. Kortikosteroid sistemik
Pada serangan ringan obat yang digunakan hanya β2 agonis kerja cepat yang
diberikan secara sistemik. Pada orang dewasa dapat diberikan kombinasi dengan
teofilin/aminofilin oral.
Pada keadaan tertentu (seperti ada riwayat serangan berat sebelumnya dapat
diberikan kortikosteroid oral dalam waktu singkat 3-5 hari. Pada serangan
sedang dapat diberikan β2 agonis kerja cepat dan kortikosteroid oral. Pada orang
atau drip).
Pada serangan berat pasien dirawat dan diberikan oksigen, cairan IV, β2
aminofilin IV (bolus atau drip). Apabila β2 agonis kerja cepat tidak tersedia
14
menggunakan nebuliser. Bila tidak dapat menggunakan IDT (MDI) dengan alat
bantu (spacer).
a. Edukasi
c. Menjaga kebugaran
penggunaannya
Alat edukasi untuk dewasa yang dapat digunakan oleh dokter dan pasien
3. Obat Asma
Obat asma terdiri dari obat pelega dan pengontrol. Obat pelega diberikan
pencegahan serangan asma dan diberikan dalam jangka panjang dan terus
inhalasi).
a. Inhalasi kortikosteroid
c. Antileukotrien
lain dengan melakukan senam asma. Pada orang dewasa, dengan Senam
2.8.1 Pencegahan
penting. Pasien juga harus didorong untuk mengubah gaya hidup dan
gangguan ini lebih sulit dikendalikan pada individu yang kelebihan berat badan.
sulfit.7
BAB III
LAPORAN KASUS
1. Keluhan Utama
Sesak
Pasien datang di antarkan keluarga dengan keluhan dada terasa sesak yang
dirasakan hilang timbul sebanyak 4× dalam sehari, sesak sudah dirasakan sejak
sehabis makan. Pasien mengatakan bahwa sesak mulai dirasakan saat pasien
masih kecil dan masih menempuh pendidikan SD, pasien juga mengatakan
bahwa pasien sempat pidah ke kota Ambon untuk menempuh pendidikan SMA
18
19
selama 3 tahun, pasien mengaku selama di kota Ambon sesak napas berangsur-
lahan. Pasien mengatakan bahwa pasien pernah masuk dan dirawat di IGD RS
Dok II pada tahun 2020, kemudian pasien sempat pulang kerumah namun
Dian Harapan, dan dokter mengatakan bahwa pasien alergi udara, pasien
menuturkan biasanya sebelum sesak kambuh, pasien mengalami flu dan batuk
berdahak serta lendir tidak keluar, pasien menyebutkan jika malam hari batuk
f. IMT : 25,7
2. Tanda-Tanda Vital
a. Tekanan darah : 120/80 mmHg
b. Nadi : 110 x/menit
c. Respirasi : 25 x/menit
d. Suhu badan : 36,5 ºC
KIMIA DARAH
Glukosa Darah Sewaktu 122 mg/dL <=140 mg/dL
SGOT 17.1 U/L <=40 U/L
SGPT 26.0 U/L <=41 U/L
BUN 8.5 mg/dL 7-18 mg/dL
Creatinin 1.26 mg/dL (H↑) <=0.95 mg/dL
21
Na, K, Cl
Natrium Darah 134.90 mEq/L (L↓) 135-148 mEq/L
Kalium Darah 3.36 mEq/L (L↓) 3.50-5.30 mEq/L
CL Darah 109.20 mEq/L (H↑) 98-106 mEq/L
Calcium Ion 1.03 mEq/L (L↓) 1.15-1.35 mEq/L
3.7. Tatalaksana
1. IVFD. RL + Aminophilin 300gr/12 jam
3.8. Progosis
mendapat terapi rawat inap selama ±6 hari dan pasien mengalami perbaikkan
klinis. Namun penegakkan diagnosa Asma dapat kita tegakkan melalui gejala
Diagnosis asma yang tepat sangatlah penting, sehingga penyakit ini dapat
a. Riwayat gejala pernapasan seperti mengi, napas yang pendek, nyeri dada
beratnya serangan. Penilaian awal yang tepat pada pasien akan sangat
serta pemeriksaan penunjang berupa tes faal paru serta analisis gas darah.
24
25
Pada pasien yang memenuhi kriteria gejala klinis untuk asma akut derajat
sedang, sebagai tindakan awal pasien dapat diberikan β2 agonis kerja cepat dan
Kasus Teori
Penatalaksanaan Asma Penatalaksanaan Asma
Pada kasus ini, diagnosis ditegakan berdasarkan, Penatalaksanaan Asma pada serangan
Anamnesis lengkap, Pemeriksaan fisik, sedang dapat diberikan β2-agonis kerja
Pemeriksaan penunjang (Foto Toraks dan cepat dan kortikosteroid oral. Pada orang
Laboratorium). dewasa dapat ditambahkan ipratropium
Untuk penatalaksanaan pada kasus ini bromida inhalasi, aminofilin IV (bolus atau
dilakukan: drip).
- Tatalaksana Asma: Inhalasi β2-agonis kerja cepat merupakan
Pasien diberikan: kunci utama penatalaksanaan serangan
IVFD. RL + Aminofilin 300 gr/12 jam asma akut. Inhalasi β2-agonis kerja cepat
Inj. Methylprednisolon 2×31,25 mg diberikan dengan jarak waktu yang teratur.
Combivent (Inhalasi) 3×1 Beberapa obat inhalasi β2-agonis kerja
Flexotide (Inhalasi) 2×1 seperti salbutamol dan terbutalin memiliki
onset yang sangat cepat dengan durasi yang
pendek pula. Sementara golongan lain,
seperti formoterol memiliki onset kerja
yang cepat dengan durasi yang panjang
dengan efektivitas yang sama.
Pemberian kortikosteroid sistemik akan
mempercepat perbaikkan serangan asma
akut. Kortikosteroid sistemik merupakan
terapi pokok pada semua serangan asma
akut (kecuali asma akut ringan).14
5.1. Kesimpulan
1. Asma akut adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh penyempitan jalan
5.2. Saran
Pentingnya mengajari pasien tentang penyakit ini dan kepatuhan pasien sangat
penting untuk hasil yang baik. Pasien harus diajari tentang teknik pemantauan,
Banyak rencana asma berbasis bukti tersedia untuk pengelolaan asma dan
harus diberikan kepada pasien. Perawat juga memainkan peran penting dalam
bekerja dengan dokter dalam memberikan pendidikan pasien dan keluarga tentang
menghindari pemicu, penggunaan obat secara teratur dan bersiap dengan inhaler
aspirin, dan sulfit. Pasien harus diminta untuk menjaga berat badan yang sehat
karena bukti menunjukkan bahwa gangguan ini lebih sulit dikendalikan pada
28
DAFTAR PUSTAKA
29