Anda di halaman 1dari 34

LAPORAN KASUS

PASIEN DENGAN DIAGNOSIS ASMA AKUT SEDANG

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Kepaniteraan Klinik Madya SMF
Pulmonologi RSUD Jayapura

Oleh:
1. Ni Nengah Maitri

Dokter Pembimbing:
dr. Theopilus O. Lay, Sp. P

SMF PULMONOLOGI

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS CENDERAWASIH
JAYAPURA
2023
LEMBAR PENGESAHAN

Telah disetujui dan diterima oleh Penguji Laporan Kasus Fakultas Kedokteran

Universitas Cenderawasih Jayapura, sebagai salah satu syarat untuk mengikuti ujian

akhir Kepaniteraan Klinik Madya pada SMF Pulmonologi RSUD Jayapura.

Nama : 1. Ni Nengah Maitri

Pada,
Hari :
Tanggal :
Tempat :

Mengetahui,
Dosen Pembimbing/Penguji

dr. Theopilus O. Lay, Sp. P

i
EVALUASI RESPONSI KASUS

KEPANITERAAN KLINIK PULMONOLOGI


FK UNCEN - RSUD JAYAPURA

Nama : 1. Ni Nengah Maitri (2023086016011)


Judul : “Pasien dengan diagnosis Asma Akut Sedang”

NO PENILAIAN NILAI KETERANGAN


1 Presentasi
1. Penyajian presentasi
2. Penguasaan materi
3. Slide presentasi

2 Makalah
1. Susunan makalah
2. Isi makalah
3. Isi pembahasan khusus
3 Diskusi
1. Penguasaan materi
2. Penguasaan materi diluar kasus
3. Peran aktif peserta lain
Peran aktif peserta diskusi
1. Nama :
Pertanyaan :
2. Nama :
Pertanyaan :
3. Nama :
Pertanyaan :
4 Keterampilan Klinik
1. Teori dasar
2. Kemampuan/skill
5 Sikap
1. Kemampuan menimba ilmu/inisiatif
2. Disiplin kerja
3. Kecermatan/ketelitian kerja
4. Kemampuan belajar
Komentar :

DAFTAR ISI

ii
Halaman
HALAMAN JUDUL...........................................................................................................
LEMBAR PENGESAHAN..............................................................................................i
EVALUASI RESPONSI KASUS...................................................................................ii
DAFTAR ISI...................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN................................................................................................1
1.1. Latar Belakang....................................................................................................1
1.2. Rumusan Masalah...............................................................................................2
1.3. Tujuan.................................................................................................................2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA.....................................................................................3
2.1. Asma...................................................................................................................3
2.1.1 Definisi Asma..............................................................................................3
2.2.1 Etiologi dan Faktor Risiko...........................................................................3
2.3.1 Manifestasi Klinis........................................................................................5
2.4.1 Patofisiologi.................................................................................................5
2.5.1 Diagnosis, Pemeriksaan Fisik dan Pemeriksaan Penunjang........................7
2.6.1 Klasifikasi....................................................................................................9
2.7.1 Tatalaksana................................................................................................12
2.8.1 Pencegahan................................................................................................17
BAB III LAPORAN KASUS........................................................................................18
3.1. Identitas Pasien.................................................................................................18
3.2. Anamnesis.........................................................................................................18
3.3. Pemeriksaan Fisik.............................................................................................19
3.4. Pemeriksaan Laboratorium...............................................................................20
3.5. Pemeriksaan Foto Toraks..................................................................................21
3.6. Diagnosis..........................................................................................................21
3.7. Tatalaksana.......................................................................................................21
3.8. Progosis.............................................................................................................21
3.9. Followup Harian...............................................................................................22
BAB IV PEMBAHASAN..............................................................................................24
4.1. Cara Penegakan Diagnosis................................................................................24
4.2. Cara Penatalaksanaan.......................................................................................26

iii
BAB V KESIMPULAN & SARAN..............................................................................28
5.1. Kesimpulan.......................................................................................................28
5.2. Saran.................................................................................................................28
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................29

iv
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Asma merupakan kelainan inflamasi kronik saluran napas yang menyebabkan

hipereatikvitas bronkus terhadap berbagai rangsangan yang ditandai dengan gejala

episodik berulang berupa mengi, batuk, sesak napas dan rasa berat di dada

terutama pada malam dan atau dini hari yang umumnya bersifat reversibel baik

dengan atau tanpa pengobatan1. Asma dapat diobati secara efektif ketika pasien

dapat mencapai tingkat kontrol yang baik2.

Menurut penelitian World Health Organization (WHO) asma sering dimulai

pada masa kanak-kanak, meskipun juga dapat berkembang pada orang dewasa,

dan mempengaruhi orang-orang dari segala usia3. Asma juga merupakan penyakit

heterogen yang dapat terjadi di negara-negara maju dan berkembang, ditandai

dengan adanya peradangan jalan napas kronis yang umum. Asma juga

memberikan dampak yaitu menurunkan produktivitas dan dapat meberikan

dampak negatif pada penderitanya2.

Pada tahu 2019 berdasarkan data WHO Asma mempengaruhi sekitar 262 juta

orang dan menyebabkan 455.000 kematian3. WHO memperkirakan 100-150 juta

penduduk dunia asma, jumlah ini diperkirakan akan terus bertambah sebesar

180.000 orang setiap tahun. Sumber lain menyebutkan bahwa pasien asma sudah

mencapai 300 juta orang di seluruh dunia dan terus meningkat selama 20 tahun

belakangan ini. Apabila tidak dicegah dan ditangani dengan baik, maka

diperkirakan akan terjadi peningkatan prevalensi yang lebih tinggi lagi pada masa

1
2

yang akan datang serta mengganggu proses tumbuh kembang anak dan kualitas

hidup pasien4.

Berdasarkan dataKementerian Kesehatan tahun 2020, asma merupakan salah

satu jenis penyakit yang paling banyak diidap oleh masyarakat Indonesia, hingga

akhir tahun 2020, jumlah penderita asma di Indonesia sebanyak 4,5% dari total

jumlah penduduk Indonesia atau sebanyak 12 juta lebih.5

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, rumusan masalah dalam makalah ini adalah

bagaimana mengetahui cara mendiagnosis dan tatalaksana Asma Akut Sedang di

RSUD Dok II Jayapura.

1.3. Tujuan

Tujuan dalam makalah ini adalah bagaimana mengetahui cara mendiagnosis

dan tatalaksana Asma Akut Sedang di RSUD Dok II Jayapura.


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Asma
2.1.1 Definisi Asma

Asma merupakan penyakit heterogen yang ditandai dengan adanya

peradangan saluran napas kronis diikuti dengan gejala pernapasan seperti mengi,

sesak napas dan batuk yang bervariasi dari waktu ke waktu dengan intensitas

yang berbeda dan bersamaan dengan keterbatasan aliran udara saat ekspirasi. 2

Asma adalah gangguan aliran udara intermitten dan reversibel yang hanya

mempengaruhi jalan napas, tidak sampai pada alveoli. Gangguan aliran udara

terjadi dengan dua cara yaitu inflamasi (peradangan) dan hiperresponsif jalan

napas. Hiperresponsif jalan napas terjadi karena konstriksi otot bronkial yang

lembut sehingga menyebabkan penyempitan jalan napas.6

2.2.1 Etiologi dan Faktor Risiko

Etiologi asma masih belum diketahui secara pasti. Namun, ada dugaan

kondisi ini terkait dengan faktor genetik dan lingkungan. Risiko berkembangnya

asma merupakan interaksi antara faktor pejamu (host factor) dan faktor

lingkungan. Secara umum faktor risiko asma diedakan menjadi 2 kelompok

faktor genetik dan faktor lingkungan.574

1. Faktor Genetik

a. Hiperaktivitas

b. Atopi/alergi bronkus

c. Faktor yang memodifikasi penyakit genetik

3
4

d. Jenis kelamin

e. Ras/etnik

2. Faktor Lingkungan

a. Alergen di dalam ruangan (tungau, debu rumah, kucing, alternaria/jamur,

dll)

b. Alergen di luar ruangan (alternaria, tepung sari)

c. Makanan (bahan penyedap, pengawet, pewarna makanan, kacang,

makanan laut, susu sapi, telur).

d. Obat-obatan tertentu (misalnya golongan aspirin, NSAID, β bloker, dll).

e. Bahan yang mengiritasi (misalnya parfum, household spray, dll).

f. Ekspresi emosi berlebihan

g. Asap rokok dan perokok aktif dan pasif

h. Polusi udara di dalam dan di luar ruangan.

i. Exercise induced asthma, mereka yang kambuh asmanya ketika

melakukan aktifitas tertentu.

j. Perubahan cuaca

Interaksi faktor genetik/pejamu dengan lingkungan diperkirakan melalui

kemungkinan:

1. Pajanan lingkungan hanya meningkatkan risiko asma pada individu

dengan genetik asma.

2. Baik lingkungan maupun genetik masing-masing meningkatkan risiko

penyakit asma.8
5

2.3.1 Manifestasi Klinis

Gejala asma, yaitu sesak nafas, batuk, dan mengi merupakan akibat dari

obstruksi bronkus yang didasari oleh inflamasi kronik dan hiperaktivitas

bronkus. Gejala lainnya dapat berupa rasa berat di dada, produksi sputum,

penurunan toleransi kerja, nyeri tenggorokan, dan pada asma alergik dapat

disertai dengan pilek atau bersin. Gejala tersebut dapat bervariasi menurut waktu

dimana gejala tersebut timbul musiman atau perenial, beratnya, intensitas, dan

juga variasi diurnal. Timbulnya gejala juga sangat dipengaruhi oleh adanya

faktor pencetus seperti paparan terhadap alergen, udara dingin, infeksi saluran

nafas, obat-obatan, atau aktivitas fisik. Faktor sosial juga mempengaruhi

munculnya serangan pada pasien asma, seperti karakteristik rumah, merokok

atau tidak, karakteristik tempat bekerja atau sekolah, tingkat pendidikan

penderita, atau pekerjaan.491011

2.4.1 Patofisiologi

Faktor Risiko Faktor Risiko

Inflamasi

Hiperaktifitas Obstruksi BR

Faktor Risiko Gejala

Pencetus serangan asma dapat disebabkan oleh sejumlah faktor antara lain

alergen, virus, dan iritan yang dapat menginduksi respon inflamasi akut yang
6

terdiri atas reaksi asma dini. (early asthma reaction (EAR)) dan reaksi asma

lambat (late asthma reaction (LAR)). Setelah reaksi asma awal dan reaksi asma

lambat, proses dapat terus berlanjut menjadi reaksi inflamasi sub-akut atau

kronik. Pada keadaan ini terjadi inflamasi di bronkus dan sekitarnya, berupa

infiltrasi sel-sel inflamasi terutama eosinofil dan monosit dalam jumlah besar ke

dinding dan lumen bronkus.

Penyempitan saluran napas yang terjadi pada asma merupakan suatu hal yang

kompleks. Hal ini terjadi karena lepasnya mediator dari sel mast yang banyak

ditemukan dipermukaan mukosa bronkus, lumen jalan napas dan di bawah

membran basal. Berbagai faktor pencetus dapat mengaktivasi sel mast. Selain sel

mast, sel lain yang juga dapat melepaskan mediator adalah sel makrofag

alveolar, eosinofil, sel epitel jalan napas, netrofil, platelet, limfosit dan monosit.

Inhalasi alergen akan mengaktifkan sel mast intralumen, makrofag alveolar,

nervus vagus dan mungkin juga epitel saluran napas. Peregangan vagal

menyebabkan refleks bronkus, sedangkan mediator inflamasi yang dilepaskan

oleh sel mast dan makrofagnakan membuat epitel jalan napas lebih permeabel

dan memudahkan alergen masuk ke dalam submukosa, sehingga memperbesar

reaksi yang terjadi.

Mediator inflamasi secara langsung maupun tidak langsung menyebabkan

serangan asma melalui sel efektor sekunder seperti eosinofil, netrofil, platelet

dan limfosit. Sel-sel inflamasi ini juga mengeluarkan mediator yang kuat seperti

lekotriens. Tromboskan, PAF dan protein sitotoksis yang memperkuat reaksi


7

asma. Keadaan ini menyebabkan inflamasi yang akhirnya menimbulkan

hipereaktivitas bronkus.4

Secara skematis mekanisme terjadinya asma digambarkan sebagai berikut.

Hipereaktifitas Bronkus Obstruksi

Faktor Genetik

Sensitisasi Inflamasi Gejala Asma

Faktor Lingkungan

Pemicu(inducer) Pemacu(enhancer) Pencetus(Trigger)

2.5.1 Diagnosis, Pemeriksaan Fisik dan Pemeriksaan Penunjang

1. Diagnosis

Diagnosis asma didasari oleh gejala yang bersifat episodik, gejala berupa

batuk, sesak napas, mengi, rasa berat di dada dan variabiliti yang berkaitan

dengan cuaca. Anamnesis yang baik cukup untuk menegakkan diagnosis,

ditambah dengan pemeriksaan fisik dan pengukuran faal paru terutama

reversibiliti kelainan faal paru, akan lebih meningkatkan nilai diagnostik.

2. Pemeriksaan Fisik

Pada pemeriksaan fisik perlu diperhatikan tanda-tanda asma dan penyakit

alergi lainnya. Tanda-tanda asma yang paling sering ditemukan adalah mengi,

namun pada sebagian pasien asma tidak didapatkan mengi diluar serangan.

Begitu juga pada asma yang sangat berat mengi dapat tidak terdengar (silent

chest), biasanya pasien dalam keadaan sianosis dan kesadaran menurun.


8

Secara umum pasien yang sedang mengalami serangan asma dapat ditemuka

hal-hal sebagai berikut, sesuai derajat serangan:

1. Inspeksi

a. Pasien terlihat gelisah

b. Sesak (napas cuping hidung, napas cepat, retraksi sela iga, retraksi

epigastrium, retraksi suprasternal)

c. Sianosis

2. Palpasi

a. Biasanya tidak ditemukan kelainan

b. Pada serangan berat dapat terjadi pulsus paradoksus

3. Perkusi

a. Biasanya tidak ditemukan kelainan

4. Auskultasi

a. Ekspirasi memanjang

b. Mengi

c. Suara lendir

3. Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan penunjang yang diperlukan untuk diagnosis asma:

a. Pemeriksaan fungsi/faal paru dengan alat spirometer.

b. Pemeriksaan arus puncak ekspirasi dengan alat peak flow rate meter.

c. Uji reversibilitas (dengan bronkodilator).

d. Uji provokasi bronkus, untuk menilai ada/tidaknya hipereaktivitas

bronkus.
9

e. Uji alergi (tes tusuk kulit/skin prick test) untuk menilai ada tidaknya alergi.

f. Foto toraks, pemeriksaan ini dilakukan untuk menyingkirkan penyakit

selain asma.48

2.6.1 Klasifikasi

Berat-ringannya asma ditentukan oleh berbagai faktor, antara lain gambaran

klinik sebelum pengobatan (gejala, eksaserbasi, gejala malam hari, pemberian

obat inhalasi β-2 agonis dan uji faal paru) serta obat-obat yang digunakan untuk

mengontrol asma (jenis obat, kombinasi obat dan frekuensi pemakaian obat).

Asma diklasifikasikan atas asma saat tanpa serangan dan asma saat serangan

(akut).412

1. Asma saat tanpa serangan

Pada orang dewasa, asma saat tanpa atau diluar serangan, terdiri dari:

a. Intermitten

b. Persisten ringan

c. Persisten sedang

d. Persisten berat

Tabel. Klasifikasi derajat asma berdasarkan gambaran klinis secara umum pada orang
dewasa.
Derajat Asma Gejala Gejala Malam Faal paru

Intermitten Bulanan APE≥80%


- Gejala ≤2 kali sebulan - VEP1≥80%
<1x/minggu nilai prediksi
- Tanpa gejala APE≥80%
diluar serangan. nilai terbaik.
- Serangan singkat. - Variabiliti
APE<20%.
Persisten Ringan Mingguan APE>80%
10

- Gejala>1x/minggu >2 kali sebulan - VEP1≥80%


tetapi <1x/hari nilai prediksi
- Serangan dapat APE≥80% nilai
mengganggu terbaik.
aktifiti dan tidur - Variabiliti APE
20-30%.
Persisten Sedang Harian APE 60-80%
- Gejala setiap hari >2 kali sebulan - VEP1 60-80%
- Serangan nilai prediksi
mengganggu APE 60-80%
aktifiti dan tidur nilai terbaik.
- Membutuhkan - Variabiliti
bronkodilator APE>30%.
setiap hari
Persisten Berat Kontinyu APE 60≤%
- Gejala terus Sering - VEP1≤60%
menerus nilai prediksi
- Sering kambuh APE≤% nilai
- Aktifiti fisik terbaik.
terbatas - Variabiliti
APE>30%.

2. Asma saat serangan

Global Initiative for Asthma (GINA) membuat pembagian derajat

serangan asma berdasarkan gejala dan tanda klinis, uji fungsi paru, dan

pemeriksaan laboratorium. Derajat serangan menentukan terapi yang akan

diterapkan. Klasifikasi tersebut meliputi asma serangan ringan, asma

serangan sedang dan asma serangan berat.413

Tabel. Klasifikasi asma menurut derajat serangan


Parameter Ringan Sedang Berat Ancaman henti
klinis, fungsi napas
faal paru,
laboratorium
Sesak Berjalan Berbicara Istirahat
(breathless)
Bayi: Bayi: Bayi:
Menangis keras - Tangis Tidak mau
pendek dan makan/minum
lemah
- Kesulitan
menetek/ma
11

kan
Posisi Bisa berbaring Lebih suka Duduk
duduk bertopang
lengan
Bicara Kalimat Penggal kalimat Kata-kata
Kesadaran Mungkin Biasanya iritabel Biasanya Kebingungan
iritabel iritabel
Sianosis Tidak ada Tidak ada Ada Nyata
Wheezing Sedang, sering Nyaring, Sangat nyaring, Sulit/tidak
hanya pada sepanjang terdengar tanpa terdengar
akhir ekspirasi ekspirasi ± stetoskop
inspirasi
Penggunaan otot Biasanya tidak Biasanya ya Ya Gerakan
bantu paradok torako-
respiratorik abdominal
Retraksi Dangkal, Sedang, Dalam, Dangkal/hilang
retraksi ditambah ditambah napas
interkostal retraksi cuping hidung
suprasternal
Frekuensi napas Takipnu Takipnu Takipnu Bradipnu
Pedoman nilai buku frekuensi napas pada anak sadar:
Usia Frekuensi napas normal per menit
<2 bulan <60
2-12 bulan <50
1-5 tahun <40
6-8 tahun <30
Frekuensi nadi Normal Takikardi Takikardi Dradikardi
Pedoman nilai baku frekuensi nadi pada anak:
Usia Frekuensi nadi normal per menit
2-12 bulan <160
1-2 tahun <120
6-8 tahun <110
Pulsus Tidak ada Ada Ada Tidak ada, tanda
paradoksus (<10 mmHg) (10-20mmHg) (>20 mmHg) kelelahan otot
(pemeriksaanny respiratorik
a tidak praktis)
PEFR atau FEVI (%nilai dugaan
%nilai terbaik)
Pra >60% 40-60% <40%
bronkodilator
Pasca >80% 60-80% <60%, respon
bronkodilator <2 jam
SaO2 >95% 91-95% ≤90%
PaO2 Normal >60 mmHg <60 mmHg
(biasanya tidak
perlu diperiksa)
PaCO2 <45 mmHg <45 mmHg >45 mmHg
12

2.7.1 Tatalaksana

Tatalaksana pasien asma adalah manajemen kasus untuk meningkatkan dan

mempertahankan kualitas hidup agar pasien asma dapat hidup normal tanpa

hambatan dalam melakukan aktivitas sehari-hari (asma terkontrol).

1. Tujuan:

a. Menghilangkan dan mengendalikan gejala asma.

b. Mencegah eksaserbasi akut.

c. Meningkatkan dan mempertahankan faal paru seoptimal mungkin.

d. Mengupayakan aktivitas normal termasuk exercise.

e. Menghindari efek samping obat.

f. Mencegah terjadinya keterbatasan aliran udara (airflow limitation)

ireversibel.

g. Mencegah kematian karena asma.

h. Khusus anak, untuk mempertahankan tumbuh kembang anak sesuai

potensi genetiknya.

Ada lima komponen yang dapat diterapkan dalam penatalaksanaan asma,

yaitu:

a. KIE dan hubungan dokter-pasien.

b. Identifikasi dan menurunkan pajanan terhadap faktor risiko.

c. Penilaian, pengobatan dan monitor asma.

d. Penatalaksanaan asma eksaserbasi akut.

e. Keadaan khusus seperti ibu hamil, hipertensi, diabetes melitus, dll.


13

1. Penatalaksanaan asma akut (saat serangan)

Serangan akut adalah episodik perburukan pada asma yang harus diketahui

oleh pasien. Penatalaksanaan asma sebaiknya dilakukan oleh pasien di rumah,

dan apabila tidak ada perbaikan segera ke fasilitas pelayanan kesehatan.

Penilaian beratnya serangan berdasarkan riwayat serangan termasuk gejala,

pemeriksaan fisik dan sebaiknya pemeriksaan faal paru, untuk selanjutnya

diberikan pengobatan yang tepat dan cepat.

Pada serangan asma obat-obat yang digunakan adalah:

a. Bronkodilator (β2 agonis kerja cepat dan ipratropium bromida)

b. Kortikosteroid sistemik

Pada serangan ringan obat yang digunakan hanya β2 agonis kerja cepat yang

sebaiknya diberikan dalam bentuk inhalasi. Bila tidak memungkinkan dapat

diberikan secara sistemik. Pada orang dewasa dapat diberikan kombinasi dengan

teofilin/aminofilin oral.

Pada keadaan tertentu (seperti ada riwayat serangan berat sebelumnya dapat

diberikan kortikosteroid oral dalam waktu singkat 3-5 hari. Pada serangan

sedang dapat diberikan β2 agonis kerja cepat dan kortikosteroid oral. Pada orang

dewasa dapat ditambahkan ipratropium bromida inhalasi, aminofilin IV (bolus

atau drip).

Pada serangan berat pasien dirawat dan diberikan oksigen, cairan IV, β2

agonis kerja cepat ipratropium bromida inhalasi, kortikosteroid IV, dan

aminofilin IV (bolus atau drip). Apabila β2 agonis kerja cepat tidak tersedia
14

dapat digantikan dengan adrenalin subkutan. Pada serangan asma yang

mengancam jiwa langsung dirujuk ke ICU.

Pemberian obat-obat bronkodilator diutamakan dalam bentuk inhalasi

menggunakan nebuliser. Bila tidak dapat menggunakan IDT (MDI) dengan alat

bantu (spacer).

2. Penatalaksanaan asma jangka panjang

Penatalaksanaan asma jangka panjang bertujuan untuk mengontrol asma dan

mencegah serangan. Pengobatan asma jangka panjang disesuaikan dengan

klasifikasi beratnya asma.

1. Prinsip pengobatan jangka panjang meliputi:

a. Edukasi

b. Obat asma (pengontrol dan pelega)

c. Menjaga kebugaran

2. Edukasi yang diberikan mencakup:

a. Kapan pasien berobat/mencari pertolongan

b. Mengenali gejala serangan asma secara dini

c. Mengetahui obat-obat pelega dan pengontrol serta cara dan waktu

penggunaannya

d. Mengenali dan menghindari faktor pencetus

Alat edukasi untuk dewasa yang dapat digunakan oleh dokter dan pasien

adalah pelangi asma.


15

3. Obat Asma

Obat asma terdiri dari obat pelega dan pengontrol. Obat pelega diberikan

pada saat serangan asma, sedangkan obat pengontrol ditujukan untuk

pencegahan serangan asma dan diberikan dalam jangka panjang dan terus

menerus. Untuk mengontrol asma digunakan inti inflamasi (kortikosteroid

inhalasi).

Obat asma yang digunakan sebagai pengontrol antara lain:

a. Inhalasi kortikosteroid

b. β2 agonis kerja panjang

c. Antileukotrien

d. Teofilin lepas lambat

Tabel. Jenis Obat


Jenis Obat Golongan Nama Generik Bentuk/Kemasan
Obat
Pengontrol Steroid inhalasi Flutikason propionat IDT
(Antiinflamasi) Budesonide IDT, turbuhaler
Antileukokotrin Zafirlukast Oral (tablet)
Kortikosteroid Metilprednisolon Oral (injeksi)
sistemik Prednison Oral
Agonis beta-2 Prokaterol Oral
kerjalama Formoterol Turbuhaler
Salmeterol IDT
Kombinasi steroid Flutikason + IDT
dan Agonis beta-2 Salmeterol Turbuhaler
kerjalama Budesonide +
Formoterol
Pelega Agonis beta-2 kerja Salbutamol Oral, IDT, rotacap
(Bronkodilator) cepat solution
Terbutalin Oral, IDT,
turbuhaler, solution,
ampul (injeksi)
Prokaterol IDT
Fenoterol IDT, solution
Antikolinergik Ipratropium bromide IDT, solution
Metilsantin Teofilin Oral
Aminofilin Oral, injeksi
Teofilin lepas lambat Oral
16

Kortikosteroid Metilprednisolon Oral, inhaler


sistemik Prednison Oral
Keterangan:
 IDT: Inhalasi dosis terukur = Metered dose inhaler/MDI, dapat
digunakan bersama dengan spacer
 Solution : Larutan untuk penggunaan nebulisasi dengan nebuliser
 Oral : Dapat berbentuk sirup, tablet
 Injeksi : Dapat untuk penggunaan subkutan, im dan IV

Selain edukasi dan obat-obatan diperlukan juga menjaga kebugaran antara

lain dengan melakukan senam asma. Pada orang dewasa, dengan Senam

Asma Indonesia yang teratur, asma terkontrol akan tetap terjaga.

Tabel. Ciri-ciri Tingkatan Asma


Tingkatan Asma Terkontrol
Karakteristik Terkontrol Terkontrol Tidak Terkontrol
Sebagian
Gejala harian Tidak ada (dua kali Lebih dari dua kali Tiga atau lebih gejala
atau kurang seminggu dalam kategori Asma
perminggu Terkontrol Sebagian,
Pembatasan aktivitas Tidak ada Sewaktu-waktu muncul sewaktu-
dalam seminggu waktu dalam
Gejala Tidak ada Sewaktu-waktu seminggu
nokturnal/gangguan dalam seminggu
tidur (terbangun)
Kebutuhan akan Tidak ada (dua kali Lebih dari dua kali
reliever atau terapi atau kurang dalam seminggu
rescue seminggu)
Fingsi Paru (PEF Normal <80% (perkiraan atau
atau FEV1 dari kondisi terbaik
bila diukur)
Eksaserbasi Tidak ada Sekali atau lebih Sekali dalam
dalam setahun seminggu
Keterangan:
 Fungsi paru tidak berlaku untuk anak-anak di usia 5 tahun/dibawah 5
tahun.
 Untuk semua bentuk eksaserbasi sebaiknya dilihat kembali terapinya
apakah benar-benar adekuat
 Suatu eksaserbasi mingguan, membuatnya menjadi asma tak
terkontrol.13
17

2.8.1 Pencegahan

Pendidikan pasien tentang penyakit dan memodifikasi perilaku sangat

penting. Pasien juga harus didorong untuk mengubah gaya hidup dan

mengendalikan faktor pemicu lingkungan. Perlunya pasien untuk menjaga berat

badan yang sehat karena berdasarkan penelitian terdahulu menunjukkan bahwa

gangguan ini lebih sulit dikendalikan pada individu yang kelebihan berat badan.

Pasien harus menghindari tembakau dan penggunaan beta-blocker, aspirin, dan

sulfit.7
BAB III
LAPORAN KASUS

3.1. Identitas Pasien


Nama : Tn. MP
Umur : 27 tahun (13-Mei-1996)
MRS : .22-April-2023
No.RM : 412271
Alamat : Jl. S Tami. Dok VIII
Jenis kelamin : Laki-laki
Berat badan : 70 Kg
Tinggi badan : 175 cm
Agama : Kristen Protestan
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Swasta
Suku : Ambon
Status : Sudah Menikah
Ruangan : R. Kelas 1
3.2. Anamnesis
Anamnesis dilakukan secara autoanamnesis pada tanggal 22 April 2023.

1. Keluhan Utama

Sesak

2. Riwayat Penyakit Sekarang

Pasien datang di antarkan keluarga dengan keluhan dada terasa sesak yang

dirasakan hilang timbul sebanyak 4× dalam sehari, sesak sudah dirasakan sejak

1-2 bulan lalu, namun 1 minggu belakangan dirasakan memberat. Pasien

mengeluhkan bahwa sesak paling sering timbul setelah beraktivitas, pasien

menyebutkan juga bahwa biasanya sesak diperberat pada saat kekenyangan

sehabis makan. Pasien mengatakan bahwa sesak mulai dirasakan saat pasien

masih kecil dan masih menempuh pendidikan SD, pasien juga mengatakan

bahwa pasien sempat pidah ke kota Ambon untuk menempuh pendidikan SMA

18
19

selama 3 tahun, pasien mengaku selama di kota Ambon sesak napas berangsur-

angsur menghilang dan tidak pernah kambuh kembali, setelah selesai

menempuh pendidikan pasien kembali ke Jayapura, dan pasien mengaku

setelah beberapa bulan di Jayapura sesak dirasakan kambuh kembali perlahan-

lahan. Pasien mengatakan bahwa pasien pernah masuk dan dirawat di IGD RS

Dok II pada tahun 2020, kemudian pasien sempat pulang kerumah namun

beberapa bulan kemudian sesak mulai dirasakan kembali lalu keluarga

membawa pasien ke RS Dok II. Pasien mengatakan dulu pernah periksa di RS

Dian Harapan, dan dokter mengatakan bahwa pasien alergi udara, pasien

menuturkan biasanya sebelum sesak kambuh, pasien mengalami flu dan batuk

berdahak serta lendir tidak keluar, pasien menyebutkan jika malam hari batuk

dirasakan lebih sering.

3. Riwayat Penyakit Dahulu :

Pasien pernah diperiksa di RS Dian Harapan dan dokter mengatakan bahwa

pasien alergi udara.

4. Riwayat Penyakit Keluarga : -

5. Riwayat Pengobatan dan Alergi : -

6. Riwayat Sosial Ekonomi : Pekerjaan Swasta

3.3. Pemeriksaan Fisik


1. Status Generalis
a. Keadaan Umum : Sesak
b. Kesadaran : Compos Mentis
c. GCS : E4V5M6
d. Berat Badan : 79 kg
e. Tinggi Badan : 175 cm
20

f. IMT : 25,7

2. Tanda-Tanda Vital
a. Tekanan darah : 120/80 mmHg
b. Nadi : 110 x/menit
c. Respirasi : 25 x/menit
d. Suhu badan : 36,5 ºC

3.4. Pemeriksaan Laboratorium


Tabel. Hasil Pemeriksaan Laboratorium
Tanggal 22-04-2023
PEMERIKSAAN HASIL NILAI NORMAL
HEMATOLOGI
Hematologi Lengkap (CBC)
Kadar Hemoglobin 15.9 g/dL 13.4-17.3 g/dL
Hitung Hematokrit 50.0% 41.3-52.1%
Hitung Jumlah Eritrosit 5.72 106/uL (H↑) 4.11-5.55 106/uL
MCV 67.4 Fl 71.6-92.0 fL
MCH 27.8 pg 22.6-31.0 pg
MCHC 31.8g/L 30.8-35.2 g/L
RDW-SD 40.7fL 34.7-44.5 fL
RDW-CV 12.7% 11.3-14.6%
Hitung Jumlah Leukosit 8.00 103/uL 4.79-11.34 103/uL
Hitung Jumlah Trombosit 274 103/uL 216-451 103/uL
PDW 10.0 fL 9.6-15.2 fL
MPV 8.9 fL (L↓) 9.6-15.2 fL

Hitung Jenis Leukosit


Sel Basofil 0.5% 0-1%
Sel Eosinofil 19.3% (H↑) 2.0-4.0%
Sel Neutrofil 50.0% 50.0-70.0%
Sel Limfosit 19.4% (L↓) 25.0-40.0%
Sel Monosit 10.8% (H↑) 2.0-8.0%
NLR 2.58 <3.13
IG% 0.3%

Malaria (DDR) Negatif

KIMIA DARAH
Glukosa Darah Sewaktu 122 mg/dL <=140 mg/dL
SGOT 17.1 U/L <=40 U/L
SGPT 26.0 U/L <=41 U/L
BUN 8.5 mg/dL 7-18 mg/dL
Creatinin 1.26 mg/dL (H↑) <=0.95 mg/dL
21

Na, K, Cl
Natrium Darah 134.90 mEq/L (L↓) 135-148 mEq/L
Kalium Darah 3.36 mEq/L (L↓) 3.50-5.30 mEq/L
CL Darah 109.20 mEq/L (H↑) 98-106 mEq/L
Calcium Ion 1.03 mEq/L (L↓) 1.15-1.35 mEq/L

3.5. Pemeriksaan Foto Toraks


Deskripsi :
- Cor: Bentuk dan ukuran cor normal
- Sinus Kostofrenikus: Lancip
- Pulmo: Corakan bronkovaskulae
meningkat
Kesan: Corakan bronkovaskular meningkat

Gambar. Hasil Pemeriksaan Foto Toraks


Tanggal 14 Oktober 2023
3.6. Diagnosis

Asma Akut Sedang

3.7. Tatalaksana
1. IVFD. RL + Aminophilin 300gr/12 jam

2. Inj. Methylprednisolon 2×31,25 mg

3. Inj. Omeprazole 2×40 mg

4. PO. Acetilsistein 3×1

5. Inhalasi. Combivent 3×1

6. Inhalasi. Flexotide 2×1

3.8. Progosis

Prognosis pada umumnya bonam


22

3.9. Followup Harian

Tabel. IGD, 14 Oktober 2023 (H1)


S O A P
- Sesak (+) hilang KU: Sesak Dyspneu ec Asma - Cek Lengkap
timbul ±1 minggu Kes: CM (E4V5M6) Bronkial Eksaserbasi - Nebulizer
- Batuk Akut Combivent 1
berdahak/pilek TTV: resp. (SPO2 94%
TD : 100/80 mmHg
(+/-) spontan)
N : 102 ×/mnt
- Dahak tidak bisa RR : 24 ×/mnt
- IVFD RL 20 tpm
keluar SB : 36,6 ºC (diberikan jam
- Makan/minum SPO2 : 92% 08:50 WIT)
(+/+) - Inj.Dexamethaso
ne 1 amp
(diberikan jam
08:50 WIT)
- Inj. Ranitidin 1
amp (diberikan
jam 08:50 WIT)
- Nebu Combivent
1 resp. (diberikan
11:20 WIT-
evaluasi)

Tabel. Ruangan RP3, 15 Oktober 2023


S O A P
Sesak (+) KU: Tampak sedang Asma Akut Sedang - Pem. Foto
Kes: CM Toraks
- Bolus 300 g
TTV: dalam NaCl 100
TD : 112/70 mmHg
(45 menit)
N : 92 ×/mnt
RR : 24 ×/mnt
kemudian
SB : 36,3ºC dilanjutkan
SPO2 : 98% dengan RL-
Aminofilin
Paru: BV/BV 300g/12 jam
Mengi (+/+) - Combivent 3×1
- Flixotide 2×2
- Acetylcysteine
3×1
- Metilprednisolon
2×3,25
- Omeprazole 2×1
23

Tabel. RP3, 16 Oktober 2023


S O A P
Sesak (+) KU: Tampak sedang Asma Akut Sedang - RL-Aminofilin
Kes: CM 400 mg/12 jam
- Combivent 4×1
TTV: - Flixotide 2×2
TD : 110/80 mmHg
- Metikprednisolon
N : 97×/mnt
RR : 23 ×/mnt
2×62,5 mg
SB : 36,6ºC - Acetylcysteine
SPO2 : 97% 3×1
- Omeprazol 2×1
Paru: Mengi (+/+)
BAB IV
PEMBAHASAN

4.1. Cara Penegakan Diagnosis

1. Apakah diagnosa pada kasus ini sudah tepat?


Dalam kasus ini, diagnosa pasien ditegakkan berdasarkan anamnesis,

pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang (Foto Toraks dan

Laboratorium), diagnosis yang ditegakkan sudah tepat dan pasien setelah

mendapat terapi rawat inap selama ±6 hari dan pasien mengalami perbaikkan

klinis. Namun penegakkan diagnosa Asma dapat kita tegakkan melalui gejala

klinis dan pemeriksaan laboratorium.

2. Diagnosis Asma Akut Sedang

Diagnosis asma yang tepat sangatlah penting, sehingga penyakit ini dapat

ditangani dengan semestinya, asma merupakan penyakit dengan banyak

variasi, biasanya dikarakteristik dengan inflamasi pernapasan kronik. Asma

memiliki dua kunci penentu utama, yaitu:

a. Riwayat gejala pernapasan seperti mengi, napas yang pendek, nyeri dada

dan batuk intens dan bervariasi dari waktu ke waktu.

b. Variabel ekspirasi udara yang menyebabkan inflamasi saluran nafas.

Manajemen pasien dengan serangan akut diawali dengan menentukan

beratnya serangan. Penilaian awal yang tepat pada pasien akan sangat

menentukan keberhasilan penatalaksanaan serangan asma yang dikerjakan.

Penilaian beratnya serangan ini berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik,

serta pemeriksaan penunjang berupa tes faal paru serta analisis gas darah.

24
25

Pada pasien yang memenuhi kriteria gejala klinis untuk asma akut derajat

sedang, sebagai tindakan awal pasien dapat diberikan β2 agonis kerja cepat dan

kortikosteroid oral. Pada orang dewasa dapat ditambahkan ipratropium

bromida lewat nebulasi, aminofilin IV (bolus atau drip). Pasien diobservasi

sambil memperhatikan perbaikkan klinis.

Gambar. Bagan Diagnosis Asma


26

4.2. Cara Penatalaksanaan

1. Apakah penatalaksanaan kasus ini telah sesuai diberikan?

Kasus Teori
Penatalaksanaan Asma Penatalaksanaan Asma
Pada kasus ini, diagnosis ditegakan berdasarkan, Penatalaksanaan Asma pada serangan
Anamnesis lengkap, Pemeriksaan fisik, sedang dapat diberikan β2-agonis kerja
Pemeriksaan penunjang (Foto Toraks dan cepat dan kortikosteroid oral. Pada orang
Laboratorium). dewasa dapat ditambahkan ipratropium
Untuk penatalaksanaan pada kasus ini bromida inhalasi, aminofilin IV (bolus atau
dilakukan: drip).
- Tatalaksana Asma: Inhalasi β2-agonis kerja cepat merupakan
Pasien diberikan: kunci utama penatalaksanaan serangan
IVFD. RL + Aminofilin 300 gr/12 jam asma akut. Inhalasi β2-agonis kerja cepat
Inj. Methylprednisolon 2×31,25 mg diberikan dengan jarak waktu yang teratur.
Combivent (Inhalasi) 3×1 Beberapa obat inhalasi β2-agonis kerja
Flexotide (Inhalasi) 2×1 seperti salbutamol dan terbutalin memiliki
onset yang sangat cepat dengan durasi yang
pendek pula. Sementara golongan lain,
seperti formoterol memiliki onset kerja
yang cepat dengan durasi yang panjang
dengan efektivitas yang sama.
Pemberian kortikosteroid sistemik akan
mempercepat perbaikkan serangan asma
akut. Kortikosteroid sistemik merupakan
terapi pokok pada semua serangan asma
akut (kecuali asma akut ringan).14

Tabel. Jenis Obat Asma4


Jenis Obat Golongan Nama Generik Bentuk/Kemasan
Obat
Pengontrol Steroid inhalasi Flutikason propionat IDT
(Antiinflamasi) Budesonide IDT, turbuhaler
Antileukokotrin Zafirlukast Oral (tablet)
Kortikosteroid Metilprednisolon Oral (injeksi)
sistemik Prednison Oral
Agonis beta-2 Prokaterol Oral
kerjalama Formoterol Turbuhaler
Salmeterol IDT
\ Kombinasi steroid Flutikason + IDT
dan Agonis beta-2 Salmeterol Turbuhaler
kerjalama Budesonide +
Formoterol
Pelega Agonis beta-2 kerja Salbutamol Oral, IDT, rotacap
(Bronkodilator) cepat solution
27

Terbutalin Oral, IDT,


turbuhaler, solution,
ampul (injeksi)
Prokaterol IDT
Fenoterol IDT, solution
Antikolinergik Ipratropium bromide IDT, solution
Metilsantin Teofilin Oral
Aminofilin Oral, injeksi
Teofilin lepas lambat Oral
Kortikosteroid Metilprednisolon Oral, inhaler
sistemik Prednison Oral
BAB V
KESIMPULAN & SARAN

5.1. Kesimpulan
1. Asma akut adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh penyempitan jalan

nafas yang mengakibatkan hyperaktivitas paru.

2. Pentingnya penilaian awal yang tepat sangat membantu dalam keberhasilan

tatalaksana yang diberikan pada pasien.

3. Penatalaksanaan oksigen dan antibiotik diperlukan untuk kesembuhan pasien

5.2. Saran
Pentingnya mengajari pasien tentang penyakit ini dan kepatuhan pasien sangat

penting untuk hasil yang baik. Pasien harus diajari tentang teknik pemantauan,

penggunaan inhaler, dan memodifikasi lingkungan.

Banyak rencana asma berbasis bukti tersedia untuk pengelolaan asma dan

harus diberikan kepada pasien. Perawat juga memainkan peran penting dalam

program pendidikan asma yang dapat membantu meningkatkan pengetahuan, dan

perilaku manajemen diri.

Penatalaksanaan asma membutuhkan pendekatan interprofessional. Perawat

bekerja dengan dokter dalam memberikan pendidikan pasien dan keluarga tentang

menghindari pemicu, penggunaan obat secara teratur dan bersiap dengan inhaler

penyelamat. Pasien harus menghindari tembakau dan penggunaan beta-blocker,

aspirin, dan sulfit. Pasien harus diminta untuk menjaga berat badan yang sehat

karena bukti menunjukkan bahwa gangguan ini lebih sulit dikendalikan pada

individu yang kelebihan berat badan.

28
DAFTAR PUSTAKA

1. Alfa, N. & Mayasari, D. Penatalaksanaan Asma dengan Faktor Risiko Debu


Melalui Pendekatan Kedokteran Keluarga. J. Agromedicine Unila 7, 58–66
(2020).
2. Global Initiative for Asthma. Global Strategy for Asthma Management and
Prevention 2022 Update. Global Initiative for Asthma 1–225 (2022).
3. WHO. Asthma. World Heal. Organ. (2022).
4. Kemenkes RI.
Keputusan_Menteri_Kesehatan_RI_Tentang_Pedoman_Pengendalian_Asma1.pd
f. 34 (2018).
5. Soeradji Tirtonegoro Klaten, D. Asma. Kementeri. Kesehatan, Direktorat Jendral
Pelayanan Kesehat. (2022).
6. Rosfadilla, P. & Sari, A. P. Asma Bronkial Eksaserbasi Ringan-Sedang Pada
Pasien Perempuan Usia 46 Tahun. AVERROUS J. Kedokt. dan Kesehat.
Malikussaleh 8, 17 (2022).
7. National Library of Medicine National Center for Biotechnology Information, N.
Asthma. (National Library of Medicine, 2023).
8. Diagnosis, P., Di, P., Perhimpunan, I. & Paru, D. Guideline_Asma_PDPI_2017.
(2017).
9. O’Byrne, P. et al. Global Initiative for Asthma Global Strategy for Asthma
Management and Prevention. Ontario Canada (2010).
10. National Library of Medicine National Center for Biotechnology Information, N.
Pathophysiology Of Asthma. (2022).
11. Perhimpunan Dokter Paru, I. Panduan Umum Praktik Klinis Penyakit Paru dan
Pernapasan. (2021).
12. Indonesia, P. D. P. Pedoman & Penatalaksanaan Asma di Indonesia. (2010).
13. GINA. Global Strategy for Asthma Management and Prevention. (2015).
14. Ngurah Rai. Managing Respiratory Diseases In JKN Mational Coverage Era.
Pendidikan Kedokteran Berkelanjutan - II 73–84 (2018).

29

Anda mungkin juga menyukai