Anda di halaman 1dari 46

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PETANI PADI YANG TERJANGKIT

PNEUMONIA

MAKALAH

oleh
Kelompok 5

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


UNIVERSITAS JEMBER
2016

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PETANI PADI YANG TERJANGKIT


PNEUMONIA

MAKALAH

diajukan guna memenuhi tugas mata kuliah Dasar Keperawatan Medikal Bedah
dengan dosen pembimbing Ns. Nur Widayati, S.Kep, MN.
Oleh:
Nailul Aizza Rizqiyah NIM 132310101032
Irba Tartila Amtiyaz NIM 152310101221
Nabilah Zahro NIM 152310101249
Vicky Rivaldo NIM 152310101262
Kurnia Rahmawati NIM 152310101312
Aulia Elma Nafia I NIM 152310101313

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


UNIVERSITAS JEMBER
2016

2
3
PRAKATA

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas


rahmat dan karunia-Nya, kelompok kami dapat menyelesaikan
makalah yang berjudul Asuhan Keperawatan pada Petani Padi yang
Terjangkit Pneumonia
Dalam penyusunan makalah ini, kami telah banyak
mendapatkan bantuan serta bimbingan dari semua pihak yang
terlibat. Kami ucapkan terima kasih kepada:
1. Ns. Lantin Sulistiyorini, S.Kep., M.Kes. selaku Ketua
Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas Jember
2. Ns. Wantiyah, M.Kep selaku Penanggung Jawab Mata Kuliah Dasar
Keparawatan Medikal Bedah
3. Ns. Nur Widayati, S.Kep, MN. selaku dosen pembimbing dalam
pembuatan makalah
4. Keluarga, yang telah memberikan dukungan selama pengerjaan
makalahini.
5. Teman-teman mahasiswa PSIK UNEJ yang telah
membantu.

6. Serta semua pihak yang terlibat dalam penyusunan


makalah ini.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata
sempurna, olehkarena itu kami berharap kritik dan saran yang
bersifat membangun. Kami berharap semoga makalah ini dapat
memberikan wawasan dan tambahan bagi kami khususnya dan
juga pembaca.
DemikianmakalahDasar Keperawatan Medikal Bedahini
kamisusun, jikaterdapatkekurangandalampembuatanmakalahini,
penulismohonmaaf.

Jember, 14 November
2016

4
Penyusun

DAFTAR ISI
Halaman
SAMPUL.............................................................................................................i
HALAMAN SAMPUL......................................................................................ii
HALAMAN PENGESAHAN..........................................................................iii
PRAKATA.........................................................................................................iv
DAFTAR ISI......................................................................................................v
BAB 1. PENDAHULUAN.................................................................................1
1.1 Latar Belakang................................................................................1

1.2 Tujuan...............................................................................................2

1.2.1 Tujuan Umum..................................................................2

1.2.2 Tujuan Khusus ................................................................2

1.3 Manfaat............................................................................................2

BAB 2. KONSEP DASAR PENYAKIT...........................................................3


2.1 Definisi..............................................................................................3
2.2 Etiologi..............................................................................................4
2.3 Patofisiologi......................................................................................5
2.4 Gejala Klinis dan Tanda Pneumonia.............................................8
2.4.1 Gejala Klinis Pneumonia....................................................8
2.4.2 Tanda Pneumonia................................................................8
2.5 Prosedur Diagnostik Diagnosis.......................................................9
2.6 Penatalaksanaan Medis.................................................................11
BAB 3. ASUHAN KEPERAWATAN..............................................................14

5
3.1 Pengkajian......................................................................................14
3.1.1 Riwayat Kesehatan...........................................................14
3.1.2 Pengkajian Pola Gordon dan NANDA.............................14
3.1.3 Pemeriksaan Fisik.............................................................17
3.1.4 Analisa Data dan Masalah.................................................18
3.1.5 Pathway.............................................................................22
3.1.6 Prioritas Diagnosis Keperawatan......................................23
3.2 Nursing Care Plan.........................................................................24
3.3 Implementasi..................................................................................26
3.4 Evaluasi...........................................................................................29
BAB 4. PENUTUP...........................................................................................33
4.1 Kesimpulan.....................................................................................33
4.2 Saran...............................................................................................34
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

6
7
BAB 1. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Penyakit infeksi merupakan salah satu masalah kesehatan yang utama di


Indonesia. Peranannya dalam menentukan tingkat kesehatan masyarakat cukup
besar karena sampai saat ini penyakit infeksi masih termasuk ke dalam salah satu
penyebab yang mendorong tetap tingginya angka kesakitan dan angka kematian di
tanah air. Salah satu penyakit yang diderita masyarakat adalah Infeksi Saluran
Pernapasan Akut (ISPA). ISPA merupakan salah satu penyebab kematian dan
kesakitan pada balita di negara berkembang termasuk Indonesia. (UNICEF, 2006)

Saat ini banyak sekali penyakit yang baru pada saluran pernafasan dan
penyebabnya bermacam-macam, ada di sebabkan oleh virus, bakteri, dan lain
sebagainya. Dengan penomena ini harus menjadi perhatian bagi kita semua. Salah
satu penyakit pada saluran pernafasan adalah pneumonia. Penyakit Pneumonia
sering kali diderita sebagian besar orang yang lanjut usia (lansia) dan mereka yang
memiliki penyakit kronik sebagai akibat rusaknya sistem kekebalan tubuh (Imun),
akan tetapi Pneumonia juga bisa menyerang kaula muda yang bertubuh sehat.
Data menunjukkan bahwa influenza dan pneumonia merupakan penyebab kematin
nomor 6 di Indonesia dan data dari WHO menyebutkan bahwa penyebab kematian
akibat infeksi saluran nafas terbesar adalah influenza dan pneumonia.
(Misnadiarly, 2008)

Pneumonia adalah penyakit umum di semua bagian dunia. Ini adalah


penyebab utama kematian di antara semua kelompok umur. Pada anak-anak,
banyak dari kematian ini terjadi pada masa neonatus. Organisasi Kesehatan Dunia
memperkirakan bahwa satu dari tiga kematian bayi baru lahir disebabkan
pneumonia. Lebih dari dua juta anak balita meninggal setiap tahun di seluruh
dunia. (WHO, 2006)

Di Indonesia, pneumonia merupakan penyebab kematian nomor tiga setelah


kardiovaskuler dan tuberkulosis. Faktor sosial ekonomi yang rendah

1
mempertinggi angka kematian. Gejala Pneumonia adalah demam, sesak napas,
napas dan nadi cepat, dahak berwarna kehijauan atau seperti karet, serta gambaran
hasil ronsen memperlihatkan kepadatan pada bagian paru.

1.2. Tujuan

1.2.1. Tujuan Umum

Untuk mempelajari tentang asuhan keperawatan pada klien dengan


pneumonia.

1.2.2. Tujuan Khusus

1. Untuk mengetahui konsep dasar teoritis penyakit pneumonia


2. Untuk mengetahui konsep dasar asuhan keperawatan pada klien
dengan pneumonia, yang meliputi pengkajian, diagnosa
keperawatan, dan intervensi
3. Untuk mengetahui asuhan keperawatan pada klien dengan
pneumonia, yang meliputi ppengkajian, diagnosa keperawatan,
intervensi, implementsi, dan evaluasi.

1.3. Manfaat
1. Diharapkan makalah ini dapat menambah pengetahuan dan keterampilan
kelompok dalam memberikan asuhan keperawatan pada klien dengan
pneumonia.
2. Menambah pengetahuan dan wawasan bagi pembaca.
3. Sebagai sumber referensi bagi pembaca mengenai Pneumonia.

BAB 2. KONSEP DASAR PENYAKIT

2.1 Definisi

2
Definisi Pneumonia Menurut Para Ahli:
Pneumonia adalah penyakit batuk pilek disertai napas
sesak atau napas cepat. Penyakit ini sering menyerang anak
balita, namun juga dapat ditemukan pada orang dewasa,
dan pada orang usia lanjut (Misnadiarly, 2008).
Pneumonia adalah proses inflamasi parenkim paru yang
terdapat konsolidasi dan terjadi pengisian alveoli oleh
eksudat yang disebabkan oleh bakteri, virus, dan benda
benda asing (Muttaqin, 2008).
Pneumonia adalah infeksi saluran pernafasan akut
bagian bawah yang mengenai parenkim paru.Menurut
anatomis pneumonia pada anak dibedakan menjadi 3 yaitu
pneumonia lobaris, pneumonia lobularis
(bronchopneumonia), Pneumonia interstisialis (Mansjoer,
2000).
Pneumonia adalah penyakit infeksi akut paru yang
disebabkan tarutama oleh bakteri: merupakan penyakit
Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) yang paling sering
menyebabkan kematian pada bayi dan anak balita (Said
2007).
Pneumonia adalah inflamasi parenkim paru, biasanya
berhubungan dengan pengisian alveoli dengan cairan
(Doenges, 2002).
Menurut Engram (1998) pneumoni adalah proses
inflamasi pada parenkim paru. Hal ini terjadi sebagai akibat
adanya invasi agen infeksius atau adanya kondisi yang
mengganggu tahanan saluran trakeobrokialis sehingga flora
endogen yang normal berubah menjadi pathogen ketika
memasuki saluran jalan nafas.

3
Sedangkan menurut Betz dan Sowden (2002)
pneumonia adalah inflamasi atau infeksi pad parenkim paru
yang disebabkan oleh satu atau lebih agen seperti: virus,
bakteri, mikroplasma dan aspirasi substansi asing.

2.2 Etiologi

Menurut buku Pneumonia, Pedoman Diagnosis dan


Penatalaksanaan di Indonesia yang diterbitkan oleh PDIP
tahun 2003, terdapat 3 klasifikasi pneumonia yaitu:

1. Berdasarkan klinis dan eidemiologis

Pneumonia komuniti

Pneumonia nosocomial

Pneumonia aspirasi

Pneumonia pada penderita immunocompromised.

2. Berdasarkan bakteri penyebab

Sebagian besar Pneumonia disebabkan oleh bakteri,


yang timbul secara primer atau sekunder setelah infeksi
virus.

Penyebab tersering Pneumonia bakterialis adalah:

Bakteri gram positif

4
Streptococcus Staphylococus aureus dan streptokokus
betahemolitikus grup A juga sering menyebabkan
Pneumonia, demikian juga Pseudomonas aeruginosa

Pneumonia bakteri/tipikal dapat terjadi pada semua


umur.
Beberapa bakteri mempunyai tendensi menyerang
seseorang yang peka, misalnya Klebsiella pada penderita
alkoholik, Staphylococus pada penderita pasca infeksi
influenza dan Pneumonia Atipikal yang disebabkan oleh
Mycoplasma, Legionella, dan Chaamydia.
3. Disebabkan oleh virus yaitu virus influenza

4. Disebabkan oleh mikoplasma, suatu Pneumonia yang


relative sering dijumpai, disebabkan oleh suatu
mikroorganisme berdasrkan beberapa aspeknya, berada
diantara bakteri dan virus:

Individu yang mengidap Acquired Immunodeficiency


Syndrome (AIDS) sering mengalami Pneumonia yang
pada orang normal sangat jarang terjadi yaitu
Pneumocystis Carinii.

Individu yang terlalu lama berada di ruangan yang


terdapat aerosol dari air yang lam tergenang, misalnya
dari unit pendingin ruangan (AC) atau alat pelembab
yang kotor, bisa mengidap Pneumonia Legionella.

Individu yang mengalami aspirasi isi lambung karena


muntah atau air akibat tenggelam dapat mengidap
Pneumonia asporasi. Bagi individu tersebut, baan yang
teraspirasi itu sendiri yang biasanya menyebabkan

5
Pneumonia, bukan mikroorganisme, dengan
mencetuskan suatu reaksi peradangan.

5. Disebabkan oleh jamur dan sering merupakan infeksi


sekunder. Prediksi terutma pada penderita dengan daya
tahan lemah (immunocompromised)

6. Berdasarkan prediksi infeksi

Pneumonia lobaris, yaitu Pneumonia yang terjadi pada


satu lobus (percanangan besar dari pohon bronkus)
kanan maupus kiri.

Pneumonia bronkopneumonia, ditandai bercak-bercak


infeksi pada berbagai tempat di paru, bisa kanan
maupun kiri yang disebabkan oleh virus atau bakteri
dan sering terjadi pada bayi atau orang tua.
Di Indonesia, Pneumonia adalah penyebab kematian
nomor tiga setelah kardiovaskuler dan tuberculosis.

2.3 Patofisiologi

Patogen yang sampai ke trakea berasal dari aspirasi bahan yang ada di
orofaring, kebocoran melalui mulut saluran endotrakeal, inhalasi, dan sumber
pathogen yang mengalami kolonisasi di pipa endotrakeal. Faktor risiko pada
inang dan terapi yaitu pemberian antibiotik, penyakit penyerta yang berat, dan
tindakan invansif pada saluran nafas. Faktor resiko kritis adalah ventilasi
mekanik>48jam, lama perawatan di ICU. Faktor predisposisi lain seperti pada
pasien dengan imunodefisien menyebabkan tidak adanya pertahanan terhadap
kuman pathogen akibatnya terjadi kolonisasi di paru dan menyebabkan
infeksi. Proses infeksi dimana pathogen tersebut masuk kesaluran nafas
bagian bawah setelah dapat melewati mekanisme pertahanan inang berupa

6
daya tahan mekanik (epitel, cilia, dan mukosa), pertahanan humoral (antibody
dan komplemen) dan seluler (leukosit, makrofag, limfosit, dan sitokinin).
Kemudian infeksi menyebabkan peradangan membrane paru( bagian dari
sawar-udara alveoli) sehingga cairan plasma dan sel darah merah dari kapiler
masuk. Hal ini menyebabkan rasio ventilasi perfusi menurun, saturasi oksigen
menurun. Pada pemeriksaan dapat diketahui bahwa paru-paru akan dipenuhi
sel radang dan cairan, dimana sebenarnya merupakan reaksi tubuh untuk
membunuh patogen, akan tetapi dengan adanya dahak dan fungsi paru
menurunakan mengakibatkan kesulitan bernafas, dapat terjadi sianosis,
asidosis respiratorik dan kematian

7
Inhalasi mikroba dengan jalan:
Melalui udara
Aspirasi organisme dari nasofaring
hematogen

Nyeri dada
Reaksi inflamasi hebat Panas dan demam
Anoreksia pausea vomit

Membrane paru-paru meradang dan berlubang


Nyeri pleuritis

Red Blood Count (RBC), White Blood Count (WBC), dan cairan keluar masuk ke alveoli

Hepatitis merah merah

Sekresi, edema, dan prochospasme

Dispane
a
Partial
Sinosis

Daerah paru menjadi padat


(konsolidasi)

Luas permukaan membrane Penurunan ratio ventilasi-


respirasi

Kapasitas difusi
menurun

Hipokse
mia

2.4 Gejala Klinis dan Tanda Pneumonia

8
2.4.1 Gejala Klinis Pneomonia

Gejala penyakit pneumonia biasanya didahului dengan


infeksi saluran napas atas akut selama beberapa hari. Selain
didapatkan demam, menggigil, suhu tubuh meningkat dapat
mencapai 40 derajat celcius, sesak napas, nyeri dada dan batuk
dengan dahak kental, terkadang dapat berwarna kuning hingga
hijau. Pada sebagian penderita juga ditemui gejala lain seperti
nyeri perut, kurang nafsu makan, kulit yang lembab, mual,
muntah dan sakit kepala (Misnadiarly, 2008).
Orang dengan pneumonia sering kali disertai batuk
berdahak, sputum kehijauan atau kuning, demam tinggi yang
disertai dengan menggigil. Disertai nafas yang pendek,nyeri
dada seperti pada pleuritis ,nyeri tajam atau seperti
ditusuk.Salah satu nyeri atau kesulitan selama bernafas dalam
atau batuk.Orang dengan pneumonia, batuk dapat disertai
dengan adanya darah, sakit kepala,atau mengeluarkan banyak
keringat dan kulit lembab.Gejala lain berupa hilang nafsu
makan,kelelahan,kulit menjadi pucat,mual,muntah,nyeri sendi
atau otot.Tidak jarang bentuk penyebab pneumonia mempunyai
variasi gejala yang lain. Misalnya pneumonia yang disebabkan
oleh Legionella dapat menyebabkan nyeri perut dan
diare,pneumonia karena tuberkulosis atau Pneumocystis hanya
menyebabkan penurunan berat badan dan berkeringat pada
malam hari.Pada orang tua manifestasi dari pneumonia mungkin
tidak khas. Bayi dengan pneumonia lebih banyak gejala,tetapi
pada banyak kasus, mereka hanya tidur atau kehilangan nafsu
makan.
2.4.2 Tanda Pneomonia
Menurut Misnadiarly (2008), tanda-tanda penyakit pneumonia
pada balita antara lain:

9
a. Batuk nonproduktif
b. Ingus (nasal discharge)
c. Suara napas lemah
d. Penggunaan otot bantu napas
e. Demam
f. Cyanosis (kebiru-biruan)
g. Thorax photo menujukkan infiltrasi melebar
h. Sakit kepala
i. Kekakuan dan nyeri otot
j. Sesak napas
k. Menggigil
l. Berkeringat
m. Lelah
n. Terkadang kulit menjadi lembab
o. Mual dan muntah
p. Batuk kronis

Tanda pneumonia lainnya berupa retraksi (pearikan dinding


dada bagian bawah ke dalam saat bernafas bersama dengan
peningkatan frekuensi napas), perkusi pekak, fremitus
melemah, suara nafas melemah, dan ronchi (Misnadiarly,
2008).

2.5 Prosedur Diagnostik Diagnosis


Pemeriksaan penunjang menurut Betz dan Sowden (2002) dapat
dilakukan antara lain :
a. Kajian foto thorak diagnostic, digunakan untuk melihat
adanya infeksi di paru dan status pulmoner (untuk mengkaji
perubahan pada paru).
b. Nilai analisa gas darah, untuk mengevaluasi status
kardiopulmoner sehubungan dengan oksigenasi.

10
c. Hitung darah lengkap dengan hitung jenis untuk menetapkan
adanya anemia, infeksi dan proses inflamasi.
d. Pewarnaan gram (darah) untuk seleksi awal antimikroba.
e. Tes kulit untuk tuberkulin mengesampingkan kemungkinan
TB jika anak tidak berespons terhadap pengobatan.
f. Jumlah leukosit leukositosis pada pneumonia bacterial
g. Tes fungsi paru, digunakan untuk mengevaluasi fungsi paru,
menetapkan luas dan beratnya penyakit dan membantu
mendiagnosis keadaan.
h. Spirometri statik, digunakan untuk mengkaji jumlah udara
yang diinspirasi.
i. Kultur darah spesimen darah untuk menetapkan agens
penyebabnya seperti virus dan bakteri.
j. Kultur cairan pleura spesimen cairan dari rongga pleura
untuk menetapkan agens penyebab seperti bakteri dan virus.
k. Bronkoskopi, digunakan untuk melihat dan memanipulasi
cabang-cabang utama dari pohon trakeobronkhial; jaringan
yang diambil untuk diuji diagnostik, secara terapeutik
digunakan untuk menetapkan dan mengangkat benda asing.
l. Biopsi paru selama torakotomi, jaringan paru dieksisi untuk
melakukan kajian diagnostik.
Sedangkan menurut Engram (1998) pemeriksaan penunjang
meliputi :
a. Pemeriksaan laboratorium :
1. Leukosit, umumnya pneumonia bakteri didapatkan
leukositosis dengan predominan polimorfonuklear.
Leukopenia menunjukkan prognosis yang buruk.
2. Cairan pleura, eksudat dengan sel polimorfonuklear
300-100.000/mm. Protein di atas 2,5 g/dl dan glukosa
relatif lebih rendah dari glukosa darah.

11
3. Titer antistreptolisin serum, pada infeksi streptokokus
meningkat dan dapat menyokong diagnosa. Kadang
ditemukan anemia ringan atau berat.
b. Pemeriksaan mikrobiologik
1. Spesimen: usap tenggorok, sekresi nasofaring,
bilasan bronkus atau sputum darah, aspirasi trachea
fungsi pleura, aspirasi paru.
2. Diagnosa definitif jika kuman ditemukan dari darah,
cairan pleura atau aspirasi paru.
3. Pemeriksaan imunologis
Sebagai upaya untuk mendiagnosis dengan
cepat.Mendeteksi baik antigen maupun antigen
spesifik terhadap kuman penyebab.
4. Spesimen: darah atau urin.
5. Teknik lain: Conunter Immunoe Lectrophorosis, ELISA,
latex agglutination, atau latex coagulation.
c. Pemeriksaan radiologis, gambaran radiologis berbeda-
beda untuk tiap mikroorganisme penyebab pneumonia.
1. Pneumonia pneumokokus: gambaran radiologiknya
bervariasi dari infiltrasi ringan sampai bercak-bercak
konsolidasi merata (bronkopneumonia) kedua
lapangan paru atau konsolidasi pada satu lobus
(pneumonia lobaris). Bayi dan anak-anak gambaran
konsolidasi lobus jarang ditemukan.
2. Pneumonia streptokokus, gambagan radiologik
menunjukkan bronkopneumonia difus atau infiltrate
interstisialis. Sering disertai efudi pleura yang berat,
kadang terdapat adenopati hilus.
3. Pneumonia stapilokokus, gambaran radiologiknya
tidak khas pada permulaan penyakit. Infiltrat

12
mula=mula berupa bercak-bercak, kemudian
memadat dan mengenai keseluruhan lobus atau
hemithoraks. Perpadatan hemithoraks umumhya
penekanan (65%), < 20% mengenai kedua paru.

2.6 Penatalaksanaan Medis


Kepada penderita yang penyakitnya tidak terlalu berat,
bisa diberikan antibiotik per-oral (lewat mulut) dan tetap
tinggal di rumah.Penderita yang lebih tua dan penderita
dengan sesak nafas atau dengan penyakit jantung atau
paru-paru lainnya, harus dirawat dan antibiotik diberikan
melalui infus. Mungkin perlu diberikan oksigen tambahan,
cairan intravena dan alat bantu nafas mekanik. Kebanyakan
penderita akan memberikan respon terhadap pengobatan
dan keadaannya membaik dalam waktu 2 minggu.
Engram (1998) menyatakan bahwa penatalaksanaan medis
umum terdiri dari:
a. Farmakoterapi : antibiotik (diberikan secara intravena),
ekspektoran, antipiretik dan analgetik.
b. Terapi oksigen dan nebulisasi aerosol.
c. Fisioterapi dada dengan drainage postural.
Dalam melakukan terapi pada penderita pneumonia, yang
perlu diperhatikan antara lain :
a. Perhatikan hidrasi.
b. Berikan cairan i.v sekaligus antibiotika bila oral tidak
memungkinkan.
c. Perhatikan volume cairan agar tidak ada kelebihan cairan
karena seleksi ADH juga akan berlebihan.
d. Setelah hidrasi cukup, turunkan ccairan i.v 50-60% sesuai
kebutuhan.

13
e. Disstres respirasi diatasi dengan oksidasi, konsentrasi
tergantung dengan keadaan klinis pengukuran pulse
oksimetri.
Pengobatan antibiotik:
a. Penisillin dan derivatnya. Biasanya penisilin S IV 50.000
unit/kg/hari atau penisilil prokain i.m 600.000 V/kali/hari
atau amphisilin 1000 mg/kgBB/hari . Lama terapi 7 10
hari untuk kasus yang tidak terjadi komplikasi.
b. Amoksisillin atau amoksisillin plus ampisillin. Untuk yang
resisten terhadap ampisillin.
c. Kombinasi flukosasillin dan gentamisin atau sefalospirin
generasi ketiga, misal sefatoksim.
d. Kloramfenikol atau sefalosporin. H. Influensa, Klebsiella, P.
Aeruginosa umumnya resisten terhadap ampisillin dan
derivatnya. Dapat diberi kloramfenikol 100 mg/kgBB/hari
aatu sefalosporin.
e. Golongan makrolit seperti eritromisin atau roksittromisin.
Untuk pneumonia karena M. Pneumoniae. Roksitromisin
mempenetrasi jaringan lebih baik dengan rasio
konsentrasi antibiotik di jaringan dibanding plasma lebih
tinggi. Dosis 2 kali sehari meningkatkan compliance dan
efficacy.
f. Klaritromisin. Punya aktivitas 10 kali erirtomisin terhadap
C. pneumonie in vitro dan mempenetrasi jaringan lebih
baik.

14
BAB 3. ASUHAN KEPERAWATAN

3.1 Pengkajian

3.1.1 Riwayat Kesehatan

1. Identitas Klien

15
Lakukan pengkajian pada identitas pasien dan isi identitasnya,
yang meliputi: nama, jenis kelamin, suku bangsa, tanggal lahir,
alamat, agama, tanggal pengkajian.
2. Keluhan Utama

Sering menjadi alasaan klein untuk meminta pertolongan


kesehatan adalah Sesak napas, batuk berdahak, demam, sakit
kepala, dan kelemahan.

3. Riwayat Kesehatan Sekarang (RKS)

Penderita pneumonia menampakkan gejala nyeri, sesak napas,


batuk dengan dahak yang kental dan sulit dikeluarkan, badan
lemah, ujung jari terasa dingin.
4. Riwayat Kesehatan Terdahulu (RKD)
Penyakit yang pernah dialami oleh pasien sebelum masuk rumah
sakit, kemungkinan pasien pernah menderita penyakit
sebelumnya seperti : asthma, alergi terhadap makanan, debu,
TB dan riwayat merokok.

5.Riwayat Kesehatan Keluarga (RKK)


Riwayat adanya penyakit pernafasan pada anggota
keluarga yang lain seperti : TB, Asthma, ISPA dan lain-lain.
3.1.2 Pengkajian : pola Gordon, NANDA

a. Pola Gordon

a. Pola persepsi dan pemeliharaan kesehatan

Yang perlu dikaji yaitu kebersihan lingkungan dari debu, bahan


kimia bermolekul rendah yang terpapar di sekitar, dan riwayat
alergi.

b. Pola nutrisi dan metabolik

Biasanya muncul mual, muntah bahkan mungkin tidak nafsu


makan (nafsu makan menurun), pada awal-awal biasanya ada
peningkatan suhu mendadak mencapai 40C (Misnadiarly, 2008)

16
c. Pola aktivitas dan latihan

Biasanya lemah, ada dyspnea, dan penurunan toleransi terhadap


aktivitas. (Misnadiarly, 2008)

d. Pola istirahat dan tidur

Biasanya istirahat dan tidur berkurang, bisa terjadi karena batuk.

e. Pola eliminasi

Jika kuman masuk sampai sistem pencernaan akan berakibat


peningkatan motilitas usus sehingga tidak jarang kalau muncul
diare.

f. Pola Neurosensori

Bisa muncul nyeri dada substernal jika diawali influenza, kadang


muncul nyeri kepala, nyeri dada substernal akan terasa jika batuk.

g. Pola mekanisme koping

Biasanya individu akan merasa tidak nyaman dan terganggu


dengan pernafasannya dan meminta bantuan orang terdekatnya
atau keluarganya.

h. Pola konsep diri

Pada anak-anak kurang bisa dikaji dan pada orang dewasa konsep
diri dapat dikaji.

i. Pola hubungan

Pada orang dewasa akan merasa nyaman bila berada didekat


keluarga.

j. Pola reproduksi

Terganggunya pola reproduksi dikarenakan sakit yang dialami.

17
k. Pola kepercayaan

Keyakinanterhadap agama yang di anutnya.

b. Pola NANDA

a. Aktivitas/istirahat

Gejala : kelemahan, kelelahan, insonmia


Tanda : letargi, penurunan toleransi terhadap aktivitas

b. Sirkulasi

Gejala : riwayat gagal jantung kronis


Tanda : takikardi, penampilan keperanan atau pucat

c. Integritas Ego

Gejala : banyak stressor, masalah finansial

d. Makanan/Cairan

Gejala : kehilangan nafsu makan, mual/muntah, riwayat DM


Tanda : distensi abdomen, hiperaktif bunyi usus, kulit kering
dengan turgor buruk, penampilan malnutrisi

e. Neurosensori

Gejala : sakit kepala dengan frontal


Tanda : perubahan mental

f. Nyeri/Kenyamanan

Gejala : sakit kepala, nyeri dada meningkat dan batuk myalgia,


atralgia

g. Pernafasan

Gejala : riwayat penyakit paru obstruktif kronis (PPOK), merokok


sigaret, takipnea, dispnea, pernafasan dangkal, penggunaan otot
bantu nafas, pelebaran nasal

18
Tanda : sputum : merah muda, berkarat atau purulen

Perkusi : pekak di atas area yang konsolidasi, gesekan friksi


pleural.

Bunyi nafas : menurun atau tak ada di atas area yang terlibat atau
nafas Bronkial

Framitus : taktil dan vokal meningkat dengan konsolidasi

Warna : pucat atau sianosis bibir/kuku.

h. Keamanan

Gejala : riwayat gangguan sistem imun, demam


Tanda : berkeringat, menggigil berulang, gemetar, kemerahan

i. Penyuluhan

Gejala : riwayat mengalami pembedahan, gangguan alkohol


kronis.

3.1.3 Pemerikasaan Fisik

Pada penderita pneumonia hasil pemeriksaan fisik yang biasanya muncul


yaitu:

1. Keadaan Umum : bisa terlihat kelelahan maupun sesak

2. Kesadaran : bisa sampai samnosent

Tanda-tanda vital :

a. TD bisa normal atau hipotensi

b. Nadi meningkat

c. Suhu meningkat

d. RR tachipnea

19
3. Kepala : tidak ada kelainan

4. Mata : konjungtiva bisa anemis

5. Hidung : jika sesak akan terlihat nafas cuping hidung

6. Paru :

Inspeksi : pengembangan paru berat, tidak simetris jika


hanya satu sisi paru, ada penggunaan otot bantu
nafas dan retraksi.

Palpasi : pengembangan paru tidak sama pada area


konsolidasi, SF bisa meningkat jika terjadi
konsolidasi pada kedua sisi.

Perkusi : bunyi redup pada area konsolidasi

Auskultasi : bunyi nafas berkurang, bisa terdengar krekels.

7. Jantung : jika tida ada kelainan pada jantung, pemeriksaan


jantung tidak ada kelainan atau kelemahan.

8. Ekstremitas : pada ekstremitas bisa terlihat sianosis, turgor


kurang jika terjadi dehidrasi.

3.1.4 Analisa data dan masalah

Nama klien : Ny. C (59 th)


Ruang rawat : Anggrek, RSUD Bengkulu
Diagnosa medik : Pneumonia

N Data Etiologi Masalah


O

20
1. DS: Inflamasi trakeo Bersihan Jalan nafas
Klien mengatakan batuk bronkial dan tidak efektif
berdahak dan sesak napas farenkim paru,
Klien mengatakan batuk pembentukkan
dengan dahak yang kental dan edema dan
sulit untuk dikeluarkan peningkatan produksi
Klien mengatakan dahaknya sputum.
terasa lengket di tengorokkan
Klien Mengatakan Kesulitan
bernapas
DO:
Klien tampak kesulitan
bernapas
- TTV:
o TD: 130/90 mmHg
o N : 12X/m
o RR : 32x /m
Pernafasan Cuping Hidung
Takipnea (+)
Dispnea (+)
Pernafasan dangkal
Penggunaan otot bantu
pernafasan (+)
Perfusi paru redup
Premetus menurun pada kedua
paru
Bunyi nafas bronkial, kreleks
(+), stridor (+)
Hasil Rontgen : menunjukkan

21
infiltrasi lobaris
Pemeriksaan seputum :
ditemukan kuman
stapilococcus aureus dan
diplococcus pneumonia
2. DS: Inflamasi parenkim paru, Nyeri
- Klien mengatakan nyeri dada
reaksi seluler terhadap
- Klien mengatakan sakit
sirkulasi toksin dan batuk
kepala
- Klien mengatakan sendi nyeri menetap.
DO:
- Klien tampak gelisah
- Klien tampak meringis
kesakitan akibat nyeri
- Klien tampak memegang di
daerah dada dan melindungi
daerah yang sakit
- TTV:
o TD : 130/90 mmhgs
o N : 120x/i
o RR : 32x /i
- Akral dingin
- Kuku pucat dan sedikit
sianosis
- Mukosa bibir kering dan
pucat
- Kapilary reffill kembali
dalam 5 detik
- Takipnea (+)

22
3. DS: Anoreksia, akibat Perubahan nutrisi kura
Klien mengatakan batuk toksin bakteri, bau dari kebutuhan tubuh
berdahak dan rasa sputum
Klien mengatakan dahaknya
terasa lengket ditenggorokkan
Klien mengatakan tidak nafsu
makan dan hanya mampu
menghabiskan porsi setiap
kali makan (pagi,siang dan
malam)
Klien mengatakan mual
Klien mengatakan berat badan
turun 4 Kg dari 65 Kg menjadi
64 Kg
Klien mengatakan lemah

DO:
Klien tampak mengeluarkan
sputum saat batuk
Klien tampak lemah
Klien tampak hanya mampu
mengabiskan makanan porsi
setiap kali makan
Kulit klien tampak kering
Turgor kulit buruk
Mukosa bibir klien kering
Hb : 10 gr / dl
Protein total : 5,86 gr / dl
Albumin 3,00 gr / dl

23
BB : 61 kg
- TTV:
o TD : 130/90 mmhgs
o N : 120 x/i
o RR : 32x /i
Akral dingin
Kuku pucat dan sedikit
sianosis
Mukosa bibir kering dan pucat
Kapilary reffill kembali dalam
5 detik
Takipnea (+)

3.1.5 Pathway

24
3.1.6 Prioritas Diagnosis Keperawatan
1 Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan
peningkatan produksi mukus
2 Nyeri berhubungan dengan inflamasi parenkim paru
3 Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan anoreksia
4 Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan
suplai O2

25
26
3.2 Nursing Care Plan

Perencanaan
No
No Tanggal Jam
Dx Tujuan & kriteria hasil Intervensi Paraf

1 - - I Setelah dilakukan tindakan keperawatan 1 Observasi adanya suara nafas tambahan


selama 3 x 24 jam menunjukkan potensi 2 Catat perubahan dan polanafas
jalan nafas dengan sputum mudah 3 Kaji frekuensi pernafasan
dikeluarkan ditandai dengan kriteria 4 Observasi penurunan ekspansi dinding
hasil: dada
1 Mengeluarkan sputum tanpa 5 Beri posisi nyaman pada pasien
kesulitan 6 Ajarkan pasien batu kefektif
2 Pasien mampu bernafas dengan 7 Catat karakteristik batuk (menetap,
mudah efektif, produksi dan karakteristik
3 Tidak mengalami nafas dangkal sputum)
4 Tidak menggunakan otot aksesoris 8 Beriterapi O2 sesuai indikasi
untuk bernapas 9 Bantu humidifier tambahan berupa
5 Tanda tanda vital dalam rentang nebulizer
normal

27
2 - - II Setelah dilakukan tindakan keperawatan 1 Beriposisinyamanpadapasien
selama 3 x 24 jam nyeri dapat terkontrol 2 Kaji PQRST
ditandai dengan criteria hasil: 3 Observasireaksi verbal dan non verbal
1 Nyeri berkurang 4 Anjurkan pasien meningkatkan istirahat
2 Tanda-tanda vital dalam rentang 5 Berilingkungan yang tenang
normal 6 Ajarkan teknik relaksasi
7 Infokan pada keluarga pasien cara
penanganan non farmakologis
8 Kolaborasi pemberian analgesik
3 - - III Setelah dilakukan tindakan keperawatan 1 Kaji masukan makanan saat ini
selama 2 x 24 jam menunjukkan intake 2 Pantau kesulitan makan/masukan.
nutrisi yang adekuat dengan kriteria Evaluasi BB
hasil: 3 Berikan perawatan oral sebelum dan
1 Masukan makanan dan cairan sesudah makan
meningkat 4 Anjurkan makan porsi kecil namun
2 Tidakadamual sering
3 Turgor kulit dan mukosa bibir normal 5 Hindari makanan penghasil gas dan
4 CRT < 2 detik minuman karbohidrat
5 Mampu memelihara keseimbangan 6 Sajikan menu dalam keadaan hangat

28
nutrisi 7 Libatkan keluarga dalam pemberian
6 Tidak ada penurunan BB yang berarti nutrisi
7 Tidak terjadi penurunan berat badan 8 Kolaborasi dengan ahli gizi untuk
yang berarti. menentukan jumlah kalori dan nutrisi
yang dibutuhkan pasien

4 - - IV Setelah dilakukan tindakan keperawatan 1 Kaji adanya faktor yang menyebaban


selama 2 x 24 jam menunjukkan kelelahan
toleransi aktivitas dan konservasi 2 Beri lingkungan tenang dan batasi
energy ditandai dengan criteria hasil: pengunjung selama perawatan
1 Mampu berpastisipasi dalam 3 Ajarkan manajemen stress dan
aktivitas tanpa disertai distress pengalihan cepat
pernafasan 4 Monitor sumber nutrisi dan energi yang
2 Pasien mampu melakukan aktivitas adekuat
sehari-hari, ex: mobilisasi, berpindah 5 Monitor respon fisik, emosi dan spiritual
3 Tanda-tanda vital dalam rentang pasien
normal 6 Kolaborasikan dengan tenaga rehabilitasi
4 Status respirasi adekuat medik dalam merencanakan program
terapi yang tepat
3.3 Implementasi

29
No Tanggal Jam Dx Implementasi Paraf
1. - - Bersihan jalan 1. Mengobservasi adanya suara nafas tambahan
nafas tidak 2. Mencatat pola dan frekuensi pernafasan serta karakteristik
efektif batuk
berhubungan 3. Mengobservasi penurunan ekspansi dinding dada
dengan 4. Memberiposisisemi fowler
peningkatan 5. Mengajarkanpasienbatukefektif
produksi 6. Memberiterapi O2
mukus 7. Memberiterapi nebulizer dengan PCB
2. - - Nyeriberhubun 1. Memberi posisi semi fowler
gan dengan 2. Mengkaji PQRST
inflamasi 3. Mengobservasireaksi verbal dan non verbal
parenkim paru 4. Menganjurkanpasienmeningkatkanistirahat
5. Memberilingkungan yang tenang
6. Mengajarkanteknikrelaksasinafasdalam
7. Mengajarkan pada keluarga pasien cara penanganan non
farmakologis
8. Melakukan delegasi pemberian analgesic dari tim medis
3. - - Perubahan 1. Mengkaji porsi makan yang mampu dihabiskan pasien
nutrisi kurang 2. Memantau kesulitan makan/masukan

30
dari kebutuhan 3. Mengukur BB pasien
tubuh 4. Memberikan perawatan oral sebelum dan sesudah makan
berhubungan 5. Menganjurkan makan porsi kecil namun sering
dengan 6. Menghindari makanan penghasil gas dan minuman
anoreksia karbohidrat
7. Menyajikan menu dalam keadaan hangat
8. Melibatkan keluarga dalam pemberian nutrisi
9. Mengkolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah
kalori dan nutrisi yang dibutuhkan pasien
4. - - Intoleransi 1. Mengkaji adanya faktor yang menyebaban kelelahan
aktivitas 2. Memberi lingkungan tenang dan batasi pengunjung selama
berhubungan perawatan
dengan 3. Mengajarkan manajemen stress
ketidakseimbanga 4. Memonitor sumber nutrisi dan energi yang adekuat
n suplai O2 5. Memonitor respon fisik, emosi dan spiritual pasien
6. Mengkolaborasikan dengan tenaga rehabilitasi medik dalam
merencanakan program terapi yang tepat

31
3.4 Evaluasi / SOAP

No Tanggal Jam No. Dx Catatan Perkembangan Paraf


1 - - I Subjektif :
a. Pasien mengatakan batuk berdahak dan sesak mulai
menurun
b. Pasienmengatakan batuk dengan dahak yang kental dan
sudah dapat dikeluarkan sedikit-sedikit
c. Pasienmengatakan dahaknya terasa lengket di tengorokkan
Objektif :
a. TTV: TD: 130/100 mmHg, N : 14x/i, RR : 24x/i
b. Tidak ada pernafasan cuping hidung
c. Dispnea (+)
d. Perfusi paru redup
e. Premitus menurun pada kedua paru
f. Bunyi nafas bronkial, kreleks (+), stridor (+)
Assesment :
Masalahteratasisebagian

32
Planning :
Intervensi1 2 3 6 dan 7 dilanjutkan
2 - - II Subjektif :
a. Pasien mengatakan nyeri dadasedikitberkurang
b. Pasien mengatakanmasih sendi nyeri
Objektif:
a PQRST:
P : Inflamasiparu
Q : Berat
R : Dada
S:5
T : Menetap
b Pasienmasihtampak gelisah
c Pasien tampak meringis kesakitan akibat nyeri
d Pasien tampak memegang di daerah dada dan melindungi
daerah yang sakit
e TTV: TD: 130/100 mmHg, N : 14x/i, RR : 24x/i
Assessment :
Masalahbelumteratasi

33
Planning :
Intervensi2 3 8 dilanjutkan

3 - - III Subjektif :
a. Pasien mengatakan tidak nafsu makan dan hanya mampu
menghabiskan porsi setiap kali makan (pagi,siang dan
malam)
b. Pasien mengatakan sudah tidak mual
c. Pasien mengatakan masihlemah
Objektif :
a. Pasien tampak lemah
b. Makanhabis porsi setiap kali makan
c. Kulit pasien tampak kering
d. Turgor kulit buruk
e. Mukosa bibir pasien kering
f. CRT 2 detik
Assessment :
Masalahbelumteratasi
Planning :

34
Intervensi1 8 dilanjutkan
4 - - IV Subjektif :
a. Pasien mengatakan sesak mulai menurun
b. Pasienmengatakanmasihlemah
c. Pasien mengatakan terkadang masih sesak saat
melakukan aktivitas
Objektif :
a TTV: TD: 130/100 mmHg, N : 14x/i, RR : 24x/i
b Dispnea (+)
Assessment :
Masalahbelumteratasi
Planning :
Intervensi4, 5 dan 6 dilanjutkan

35
BAB 4. PENUTUP

1 Kesimpulan

Pneumonia adalah proses infeksi akut yang mengenai jaringan paru-paru atau
alveoli. Terjadinya pneumonia, khususnya pada anak, seringkali bersamaan
dengan proses infeksi akut pada bronkus, sehingga biasa disebut dengan
bronchopneumonia. Gejala penyakit tersebut adalah nafas yang cepat dan sesak
karena paru-paru meradang secara mendadak.

Pneumonia adalah penyakit umum di semua bagian dunia. Ini adalah


penyebab utama kematian di antara semua kelompok umur. Pada anak-anak,
banyak dari kematian ini terjadi pada masa neonatus. Organisasi Kesehatan Dunia
memperkirakan bahwa satu dari tiga kematian bayi baru lahir disebabkan
pneumonia. Lebih dari dua juta anak balita meninggal setiap tahun di seluruh
dunia.

Pneumonia terbagi menjadi 2 yaitu Pneumonia-masyarakat


(community-acquired pneumonia) adalah pneumonia yang terjadi akibat
infeksi di luar rumah sakit, sedangkan pneumonia nosokomial adalah
pneumonia yang terjadi>48 jam atau lebih setelah dirawat di rumah sakit, baik
di ruang rawat umum ataupun di ICU tetapi tidak sedang menggunakan
ventilator. Pneumonia berhubungan dengan penggunaan ventilator (ventilator-
acquired pneumonia/VAP) adalah pneumonia yang terjadi setelah 48-72 jam
atau lebih setelah intubasi tracheal. Pneumonia yang didapat dipusat
perawatan kesehatan(healthcare-associated pneumonia) adalah pasien yang
dirawat oleh perawatan akut di rumah sakit selama 2 hari atau lebih dalam
waktu 90 hari dari proses infeksi, tinggal di rumah perawatan (nursing home
atau long-term care facility), mendapatkan antibiotic intravena, kemoterapi,
atau perawatan luka dalam waktu 30 hari proses infeksi atau pun datang ke
klinik rumah sakit atauklinik hemodialisa

36
4.1 Saran

1. Disarankan agar pemerintah dapat mengatasi penyakit pneumonia yang


melanda masyarakat Indonesia.
2 Disarankan kepada masyarakat agar dapat menghindari penyakit pneumonia
khususnya para petani padi yang telah disebutkan dalam makalah ini.

DAFTAR PUSTAKA

Huda, Amin. 2015. Aplikasi NANDA NIC-NOC . Yogyakarta: MediAction


Anonim. 2003. Pneumonia Komuniti Pedoman Diagnosis & Penatalaksanaan Di
Indonesia. Jakarta: Perhimpunan Dokter Paru Indonesia
Dr. Fransisca S. K. 2000. Pneumonia. Surabaya: Fak. Kedokteran
Wijaya Kusuma.

37
Betz, C. L., & Sowden, L. A 2002, Buku saku keperawatan pediatri.RGC: Jakarta.
Depkes RI 2002, Pedoman penanggulangan P2 ISPA, Depkes RI, Jakarta.
Doenges, Marilynn, E., 2002, Rencana Asuhan Keperawatan : Pedoman Untuk
Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien, EGC, Jakarta.
Engram, B 1998, Rencana asuhan keperawatan medikal bedah, Volume 1, EGC,
Jakarta.
Hidayat, A. A., 2005. Pengantar Ilmu Keperawatan Anak.Salemba Medika:
Jakarta.
Iqbal, 2007, Sistem Pernafasan dan Penyakitnya, Artikel diakses dari
www.sehatgroup.com
Mansjoer, Arif, dkk, 2000, Kapita Selekta Kedokteran, Media Aesculapius FK-UI,
Jakarta.
Misnadiarly. 2008. Penyakit Infeksi Saluran Napas Pneumonia
pada Anak, Orag Dewasa, Usia Lanjut, Pneumonia Atipik
Mycobacterium . Jakarta: Pustaka Obor Populer.
Muttaqin, Arif. 2008. Asuhan Keperawatan klien dengan gangguan sistem
pernafasan.Jakarta : Salemba Medika
Ngastiyah, 2005.Perawatan Anak Sakit. EGC, Jakarta.
Sacharin, R. M., 2000, Prinsip Keperawatan Pediatrik, EGC, Jakarta.
Said, M 2007.Pneumonia penyebab utama mortalitas anak balita di indonesia,
Retrieved December 7, from http://www.idai.or.id.htm.

38
LAMPIRAN

39

Anda mungkin juga menyukai