PNEUMONIA
MAKALAH
oleh
Kelompok 5
MAKALAH
diajukan guna memenuhi tugas mata kuliah Dasar Keperawatan Medikal Bedah
dengan dosen pembimbing Ns. Nur Widayati, S.Kep, MN.
Oleh:
Nailul Aizza Rizqiyah NIM 132310101032
Irba Tartila Amtiyaz NIM 152310101221
Nabilah Zahro NIM 152310101249
Vicky Rivaldo NIM 152310101262
Kurnia Rahmawati NIM 152310101312
Aulia Elma Nafia I NIM 152310101313
2
3
PRAKATA
Jember, 14 November
2016
4
Penyusun
DAFTAR ISI
Halaman
SAMPUL.............................................................................................................i
HALAMAN SAMPUL......................................................................................ii
HALAMAN PENGESAHAN..........................................................................iii
PRAKATA.........................................................................................................iv
DAFTAR ISI......................................................................................................v
BAB 1. PENDAHULUAN.................................................................................1
1.1 Latar Belakang................................................................................1
1.2 Tujuan...............................................................................................2
1.3 Manfaat............................................................................................2
5
3.1 Pengkajian......................................................................................14
3.1.1 Riwayat Kesehatan...........................................................14
3.1.2 Pengkajian Pola Gordon dan NANDA.............................14
3.1.3 Pemeriksaan Fisik.............................................................17
3.1.4 Analisa Data dan Masalah.................................................18
3.1.5 Pathway.............................................................................22
3.1.6 Prioritas Diagnosis Keperawatan......................................23
3.2 Nursing Care Plan.........................................................................24
3.3 Implementasi..................................................................................26
3.4 Evaluasi...........................................................................................29
BAB 4. PENUTUP...........................................................................................33
4.1 Kesimpulan.....................................................................................33
4.2 Saran...............................................................................................34
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
6
7
BAB 1. PENDAHULUAN
Saat ini banyak sekali penyakit yang baru pada saluran pernafasan dan
penyebabnya bermacam-macam, ada di sebabkan oleh virus, bakteri, dan lain
sebagainya. Dengan penomena ini harus menjadi perhatian bagi kita semua. Salah
satu penyakit pada saluran pernafasan adalah pneumonia. Penyakit Pneumonia
sering kali diderita sebagian besar orang yang lanjut usia (lansia) dan mereka yang
memiliki penyakit kronik sebagai akibat rusaknya sistem kekebalan tubuh (Imun),
akan tetapi Pneumonia juga bisa menyerang kaula muda yang bertubuh sehat.
Data menunjukkan bahwa influenza dan pneumonia merupakan penyebab kematin
nomor 6 di Indonesia dan data dari WHO menyebutkan bahwa penyebab kematian
akibat infeksi saluran nafas terbesar adalah influenza dan pneumonia.
(Misnadiarly, 2008)
1
mempertinggi angka kematian. Gejala Pneumonia adalah demam, sesak napas,
napas dan nadi cepat, dahak berwarna kehijauan atau seperti karet, serta gambaran
hasil ronsen memperlihatkan kepadatan pada bagian paru.
1.2. Tujuan
1.3. Manfaat
1. Diharapkan makalah ini dapat menambah pengetahuan dan keterampilan
kelompok dalam memberikan asuhan keperawatan pada klien dengan
pneumonia.
2. Menambah pengetahuan dan wawasan bagi pembaca.
3. Sebagai sumber referensi bagi pembaca mengenai Pneumonia.
2.1 Definisi
2
Definisi Pneumonia Menurut Para Ahli:
Pneumonia adalah penyakit batuk pilek disertai napas
sesak atau napas cepat. Penyakit ini sering menyerang anak
balita, namun juga dapat ditemukan pada orang dewasa,
dan pada orang usia lanjut (Misnadiarly, 2008).
Pneumonia adalah proses inflamasi parenkim paru yang
terdapat konsolidasi dan terjadi pengisian alveoli oleh
eksudat yang disebabkan oleh bakteri, virus, dan benda
benda asing (Muttaqin, 2008).
Pneumonia adalah infeksi saluran pernafasan akut
bagian bawah yang mengenai parenkim paru.Menurut
anatomis pneumonia pada anak dibedakan menjadi 3 yaitu
pneumonia lobaris, pneumonia lobularis
(bronchopneumonia), Pneumonia interstisialis (Mansjoer,
2000).
Pneumonia adalah penyakit infeksi akut paru yang
disebabkan tarutama oleh bakteri: merupakan penyakit
Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) yang paling sering
menyebabkan kematian pada bayi dan anak balita (Said
2007).
Pneumonia adalah inflamasi parenkim paru, biasanya
berhubungan dengan pengisian alveoli dengan cairan
(Doenges, 2002).
Menurut Engram (1998) pneumoni adalah proses
inflamasi pada parenkim paru. Hal ini terjadi sebagai akibat
adanya invasi agen infeksius atau adanya kondisi yang
mengganggu tahanan saluran trakeobrokialis sehingga flora
endogen yang normal berubah menjadi pathogen ketika
memasuki saluran jalan nafas.
3
Sedangkan menurut Betz dan Sowden (2002)
pneumonia adalah inflamasi atau infeksi pad parenkim paru
yang disebabkan oleh satu atau lebih agen seperti: virus,
bakteri, mikroplasma dan aspirasi substansi asing.
2.2 Etiologi
Pneumonia komuniti
Pneumonia nosocomial
Pneumonia aspirasi
4
Streptococcus Staphylococus aureus dan streptokokus
betahemolitikus grup A juga sering menyebabkan
Pneumonia, demikian juga Pseudomonas aeruginosa
5
Pneumonia, bukan mikroorganisme, dengan
mencetuskan suatu reaksi peradangan.
2.3 Patofisiologi
Patogen yang sampai ke trakea berasal dari aspirasi bahan yang ada di
orofaring, kebocoran melalui mulut saluran endotrakeal, inhalasi, dan sumber
pathogen yang mengalami kolonisasi di pipa endotrakeal. Faktor risiko pada
inang dan terapi yaitu pemberian antibiotik, penyakit penyerta yang berat, dan
tindakan invansif pada saluran nafas. Faktor resiko kritis adalah ventilasi
mekanik>48jam, lama perawatan di ICU. Faktor predisposisi lain seperti pada
pasien dengan imunodefisien menyebabkan tidak adanya pertahanan terhadap
kuman pathogen akibatnya terjadi kolonisasi di paru dan menyebabkan
infeksi. Proses infeksi dimana pathogen tersebut masuk kesaluran nafas
bagian bawah setelah dapat melewati mekanisme pertahanan inang berupa
6
daya tahan mekanik (epitel, cilia, dan mukosa), pertahanan humoral (antibody
dan komplemen) dan seluler (leukosit, makrofag, limfosit, dan sitokinin).
Kemudian infeksi menyebabkan peradangan membrane paru( bagian dari
sawar-udara alveoli) sehingga cairan plasma dan sel darah merah dari kapiler
masuk. Hal ini menyebabkan rasio ventilasi perfusi menurun, saturasi oksigen
menurun. Pada pemeriksaan dapat diketahui bahwa paru-paru akan dipenuhi
sel radang dan cairan, dimana sebenarnya merupakan reaksi tubuh untuk
membunuh patogen, akan tetapi dengan adanya dahak dan fungsi paru
menurunakan mengakibatkan kesulitan bernafas, dapat terjadi sianosis,
asidosis respiratorik dan kematian
7
Inhalasi mikroba dengan jalan:
Melalui udara
Aspirasi organisme dari nasofaring
hematogen
Nyeri dada
Reaksi inflamasi hebat Panas dan demam
Anoreksia pausea vomit
Red Blood Count (RBC), White Blood Count (WBC), dan cairan keluar masuk ke alveoli
Dispane
a
Partial
Sinosis
Kapasitas difusi
menurun
Hipokse
mia
8
2.4.1 Gejala Klinis Pneomonia
9
a. Batuk nonproduktif
b. Ingus (nasal discharge)
c. Suara napas lemah
d. Penggunaan otot bantu napas
e. Demam
f. Cyanosis (kebiru-biruan)
g. Thorax photo menujukkan infiltrasi melebar
h. Sakit kepala
i. Kekakuan dan nyeri otot
j. Sesak napas
k. Menggigil
l. Berkeringat
m. Lelah
n. Terkadang kulit menjadi lembab
o. Mual dan muntah
p. Batuk kronis
10
c. Hitung darah lengkap dengan hitung jenis untuk menetapkan
adanya anemia, infeksi dan proses inflamasi.
d. Pewarnaan gram (darah) untuk seleksi awal antimikroba.
e. Tes kulit untuk tuberkulin mengesampingkan kemungkinan
TB jika anak tidak berespons terhadap pengobatan.
f. Jumlah leukosit leukositosis pada pneumonia bacterial
g. Tes fungsi paru, digunakan untuk mengevaluasi fungsi paru,
menetapkan luas dan beratnya penyakit dan membantu
mendiagnosis keadaan.
h. Spirometri statik, digunakan untuk mengkaji jumlah udara
yang diinspirasi.
i. Kultur darah spesimen darah untuk menetapkan agens
penyebabnya seperti virus dan bakteri.
j. Kultur cairan pleura spesimen cairan dari rongga pleura
untuk menetapkan agens penyebab seperti bakteri dan virus.
k. Bronkoskopi, digunakan untuk melihat dan memanipulasi
cabang-cabang utama dari pohon trakeobronkhial; jaringan
yang diambil untuk diuji diagnostik, secara terapeutik
digunakan untuk menetapkan dan mengangkat benda asing.
l. Biopsi paru selama torakotomi, jaringan paru dieksisi untuk
melakukan kajian diagnostik.
Sedangkan menurut Engram (1998) pemeriksaan penunjang
meliputi :
a. Pemeriksaan laboratorium :
1. Leukosit, umumnya pneumonia bakteri didapatkan
leukositosis dengan predominan polimorfonuklear.
Leukopenia menunjukkan prognosis yang buruk.
2. Cairan pleura, eksudat dengan sel polimorfonuklear
300-100.000/mm. Protein di atas 2,5 g/dl dan glukosa
relatif lebih rendah dari glukosa darah.
11
3. Titer antistreptolisin serum, pada infeksi streptokokus
meningkat dan dapat menyokong diagnosa. Kadang
ditemukan anemia ringan atau berat.
b. Pemeriksaan mikrobiologik
1. Spesimen: usap tenggorok, sekresi nasofaring,
bilasan bronkus atau sputum darah, aspirasi trachea
fungsi pleura, aspirasi paru.
2. Diagnosa definitif jika kuman ditemukan dari darah,
cairan pleura atau aspirasi paru.
3. Pemeriksaan imunologis
Sebagai upaya untuk mendiagnosis dengan
cepat.Mendeteksi baik antigen maupun antigen
spesifik terhadap kuman penyebab.
4. Spesimen: darah atau urin.
5. Teknik lain: Conunter Immunoe Lectrophorosis, ELISA,
latex agglutination, atau latex coagulation.
c. Pemeriksaan radiologis, gambaran radiologis berbeda-
beda untuk tiap mikroorganisme penyebab pneumonia.
1. Pneumonia pneumokokus: gambaran radiologiknya
bervariasi dari infiltrasi ringan sampai bercak-bercak
konsolidasi merata (bronkopneumonia) kedua
lapangan paru atau konsolidasi pada satu lobus
(pneumonia lobaris). Bayi dan anak-anak gambaran
konsolidasi lobus jarang ditemukan.
2. Pneumonia streptokokus, gambagan radiologik
menunjukkan bronkopneumonia difus atau infiltrate
interstisialis. Sering disertai efudi pleura yang berat,
kadang terdapat adenopati hilus.
3. Pneumonia stapilokokus, gambaran radiologiknya
tidak khas pada permulaan penyakit. Infiltrat
12
mula=mula berupa bercak-bercak, kemudian
memadat dan mengenai keseluruhan lobus atau
hemithoraks. Perpadatan hemithoraks umumhya
penekanan (65%), < 20% mengenai kedua paru.
13
e. Disstres respirasi diatasi dengan oksidasi, konsentrasi
tergantung dengan keadaan klinis pengukuran pulse
oksimetri.
Pengobatan antibiotik:
a. Penisillin dan derivatnya. Biasanya penisilin S IV 50.000
unit/kg/hari atau penisilil prokain i.m 600.000 V/kali/hari
atau amphisilin 1000 mg/kgBB/hari . Lama terapi 7 10
hari untuk kasus yang tidak terjadi komplikasi.
b. Amoksisillin atau amoksisillin plus ampisillin. Untuk yang
resisten terhadap ampisillin.
c. Kombinasi flukosasillin dan gentamisin atau sefalospirin
generasi ketiga, misal sefatoksim.
d. Kloramfenikol atau sefalosporin. H. Influensa, Klebsiella, P.
Aeruginosa umumnya resisten terhadap ampisillin dan
derivatnya. Dapat diberi kloramfenikol 100 mg/kgBB/hari
aatu sefalosporin.
e. Golongan makrolit seperti eritromisin atau roksittromisin.
Untuk pneumonia karena M. Pneumoniae. Roksitromisin
mempenetrasi jaringan lebih baik dengan rasio
konsentrasi antibiotik di jaringan dibanding plasma lebih
tinggi. Dosis 2 kali sehari meningkatkan compliance dan
efficacy.
f. Klaritromisin. Punya aktivitas 10 kali erirtomisin terhadap
C. pneumonie in vitro dan mempenetrasi jaringan lebih
baik.
14
BAB 3. ASUHAN KEPERAWATAN
3.1 Pengkajian
1. Identitas Klien
15
Lakukan pengkajian pada identitas pasien dan isi identitasnya,
yang meliputi: nama, jenis kelamin, suku bangsa, tanggal lahir,
alamat, agama, tanggal pengkajian.
2. Keluhan Utama
a. Pola Gordon
16
c. Pola aktivitas dan latihan
e. Pola eliminasi
f. Pola Neurosensori
Pada anak-anak kurang bisa dikaji dan pada orang dewasa konsep
diri dapat dikaji.
i. Pola hubungan
j. Pola reproduksi
17
k. Pola kepercayaan
b. Pola NANDA
a. Aktivitas/istirahat
b. Sirkulasi
c. Integritas Ego
d. Makanan/Cairan
e. Neurosensori
f. Nyeri/Kenyamanan
g. Pernafasan
18
Tanda : sputum : merah muda, berkarat atau purulen
Bunyi nafas : menurun atau tak ada di atas area yang terlibat atau
nafas Bronkial
h. Keamanan
i. Penyuluhan
Tanda-tanda vital :
b. Nadi meningkat
c. Suhu meningkat
d. RR tachipnea
19
3. Kepala : tidak ada kelainan
6. Paru :
20
1. DS: Inflamasi trakeo Bersihan Jalan nafas
Klien mengatakan batuk bronkial dan tidak efektif
berdahak dan sesak napas farenkim paru,
Klien mengatakan batuk pembentukkan
dengan dahak yang kental dan edema dan
sulit untuk dikeluarkan peningkatan produksi
Klien mengatakan dahaknya sputum.
terasa lengket di tengorokkan
Klien Mengatakan Kesulitan
bernapas
DO:
Klien tampak kesulitan
bernapas
- TTV:
o TD: 130/90 mmHg
o N : 12X/m
o RR : 32x /m
Pernafasan Cuping Hidung
Takipnea (+)
Dispnea (+)
Pernafasan dangkal
Penggunaan otot bantu
pernafasan (+)
Perfusi paru redup
Premetus menurun pada kedua
paru
Bunyi nafas bronkial, kreleks
(+), stridor (+)
Hasil Rontgen : menunjukkan
21
infiltrasi lobaris
Pemeriksaan seputum :
ditemukan kuman
stapilococcus aureus dan
diplococcus pneumonia
2. DS: Inflamasi parenkim paru, Nyeri
- Klien mengatakan nyeri dada
reaksi seluler terhadap
- Klien mengatakan sakit
sirkulasi toksin dan batuk
kepala
- Klien mengatakan sendi nyeri menetap.
DO:
- Klien tampak gelisah
- Klien tampak meringis
kesakitan akibat nyeri
- Klien tampak memegang di
daerah dada dan melindungi
daerah yang sakit
- TTV:
o TD : 130/90 mmhgs
o N : 120x/i
o RR : 32x /i
- Akral dingin
- Kuku pucat dan sedikit
sianosis
- Mukosa bibir kering dan
pucat
- Kapilary reffill kembali
dalam 5 detik
- Takipnea (+)
22
3. DS: Anoreksia, akibat Perubahan nutrisi kura
Klien mengatakan batuk toksin bakteri, bau dari kebutuhan tubuh
berdahak dan rasa sputum
Klien mengatakan dahaknya
terasa lengket ditenggorokkan
Klien mengatakan tidak nafsu
makan dan hanya mampu
menghabiskan porsi setiap
kali makan (pagi,siang dan
malam)
Klien mengatakan mual
Klien mengatakan berat badan
turun 4 Kg dari 65 Kg menjadi
64 Kg
Klien mengatakan lemah
DO:
Klien tampak mengeluarkan
sputum saat batuk
Klien tampak lemah
Klien tampak hanya mampu
mengabiskan makanan porsi
setiap kali makan
Kulit klien tampak kering
Turgor kulit buruk
Mukosa bibir klien kering
Hb : 10 gr / dl
Protein total : 5,86 gr / dl
Albumin 3,00 gr / dl
23
BB : 61 kg
- TTV:
o TD : 130/90 mmhgs
o N : 120 x/i
o RR : 32x /i
Akral dingin
Kuku pucat dan sedikit
sianosis
Mukosa bibir kering dan pucat
Kapilary reffill kembali dalam
5 detik
Takipnea (+)
3.1.5 Pathway
24
3.1.6 Prioritas Diagnosis Keperawatan
1 Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan
peningkatan produksi mukus
2 Nyeri berhubungan dengan inflamasi parenkim paru
3 Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan anoreksia
4 Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan
suplai O2
25
26
3.2 Nursing Care Plan
Perencanaan
No
No Tanggal Jam
Dx Tujuan & kriteria hasil Intervensi Paraf
27
2 - - II Setelah dilakukan tindakan keperawatan 1 Beriposisinyamanpadapasien
selama 3 x 24 jam nyeri dapat terkontrol 2 Kaji PQRST
ditandai dengan criteria hasil: 3 Observasireaksi verbal dan non verbal
1 Nyeri berkurang 4 Anjurkan pasien meningkatkan istirahat
2 Tanda-tanda vital dalam rentang 5 Berilingkungan yang tenang
normal 6 Ajarkan teknik relaksasi
7 Infokan pada keluarga pasien cara
penanganan non farmakologis
8 Kolaborasi pemberian analgesik
3 - - III Setelah dilakukan tindakan keperawatan 1 Kaji masukan makanan saat ini
selama 2 x 24 jam menunjukkan intake 2 Pantau kesulitan makan/masukan.
nutrisi yang adekuat dengan kriteria Evaluasi BB
hasil: 3 Berikan perawatan oral sebelum dan
1 Masukan makanan dan cairan sesudah makan
meningkat 4 Anjurkan makan porsi kecil namun
2 Tidakadamual sering
3 Turgor kulit dan mukosa bibir normal 5 Hindari makanan penghasil gas dan
4 CRT < 2 detik minuman karbohidrat
5 Mampu memelihara keseimbangan 6 Sajikan menu dalam keadaan hangat
28
nutrisi 7 Libatkan keluarga dalam pemberian
6 Tidak ada penurunan BB yang berarti nutrisi
7 Tidak terjadi penurunan berat badan 8 Kolaborasi dengan ahli gizi untuk
yang berarti. menentukan jumlah kalori dan nutrisi
yang dibutuhkan pasien
29
No Tanggal Jam Dx Implementasi Paraf
1. - - Bersihan jalan 1. Mengobservasi adanya suara nafas tambahan
nafas tidak 2. Mencatat pola dan frekuensi pernafasan serta karakteristik
efektif batuk
berhubungan 3. Mengobservasi penurunan ekspansi dinding dada
dengan 4. Memberiposisisemi fowler
peningkatan 5. Mengajarkanpasienbatukefektif
produksi 6. Memberiterapi O2
mukus 7. Memberiterapi nebulizer dengan PCB
2. - - Nyeriberhubun 1. Memberi posisi semi fowler
gan dengan 2. Mengkaji PQRST
inflamasi 3. Mengobservasireaksi verbal dan non verbal
parenkim paru 4. Menganjurkanpasienmeningkatkanistirahat
5. Memberilingkungan yang tenang
6. Mengajarkanteknikrelaksasinafasdalam
7. Mengajarkan pada keluarga pasien cara penanganan non
farmakologis
8. Melakukan delegasi pemberian analgesic dari tim medis
3. - - Perubahan 1. Mengkaji porsi makan yang mampu dihabiskan pasien
nutrisi kurang 2. Memantau kesulitan makan/masukan
30
dari kebutuhan 3. Mengukur BB pasien
tubuh 4. Memberikan perawatan oral sebelum dan sesudah makan
berhubungan 5. Menganjurkan makan porsi kecil namun sering
dengan 6. Menghindari makanan penghasil gas dan minuman
anoreksia karbohidrat
7. Menyajikan menu dalam keadaan hangat
8. Melibatkan keluarga dalam pemberian nutrisi
9. Mengkolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah
kalori dan nutrisi yang dibutuhkan pasien
4. - - Intoleransi 1. Mengkaji adanya faktor yang menyebaban kelelahan
aktivitas 2. Memberi lingkungan tenang dan batasi pengunjung selama
berhubungan perawatan
dengan 3. Mengajarkan manajemen stress
ketidakseimbanga 4. Memonitor sumber nutrisi dan energi yang adekuat
n suplai O2 5. Memonitor respon fisik, emosi dan spiritual pasien
6. Mengkolaborasikan dengan tenaga rehabilitasi medik dalam
merencanakan program terapi yang tepat
31
3.4 Evaluasi / SOAP
32
Planning :
Intervensi1 2 3 6 dan 7 dilanjutkan
2 - - II Subjektif :
a. Pasien mengatakan nyeri dadasedikitberkurang
b. Pasien mengatakanmasih sendi nyeri
Objektif:
a PQRST:
P : Inflamasiparu
Q : Berat
R : Dada
S:5
T : Menetap
b Pasienmasihtampak gelisah
c Pasien tampak meringis kesakitan akibat nyeri
d Pasien tampak memegang di daerah dada dan melindungi
daerah yang sakit
e TTV: TD: 130/100 mmHg, N : 14x/i, RR : 24x/i
Assessment :
Masalahbelumteratasi
33
Planning :
Intervensi2 3 8 dilanjutkan
3 - - III Subjektif :
a. Pasien mengatakan tidak nafsu makan dan hanya mampu
menghabiskan porsi setiap kali makan (pagi,siang dan
malam)
b. Pasien mengatakan sudah tidak mual
c. Pasien mengatakan masihlemah
Objektif :
a. Pasien tampak lemah
b. Makanhabis porsi setiap kali makan
c. Kulit pasien tampak kering
d. Turgor kulit buruk
e. Mukosa bibir pasien kering
f. CRT 2 detik
Assessment :
Masalahbelumteratasi
Planning :
34
Intervensi1 8 dilanjutkan
4 - - IV Subjektif :
a. Pasien mengatakan sesak mulai menurun
b. Pasienmengatakanmasihlemah
c. Pasien mengatakan terkadang masih sesak saat
melakukan aktivitas
Objektif :
a TTV: TD: 130/100 mmHg, N : 14x/i, RR : 24x/i
b Dispnea (+)
Assessment :
Masalahbelumteratasi
Planning :
Intervensi4, 5 dan 6 dilanjutkan
35
BAB 4. PENUTUP
1 Kesimpulan
Pneumonia adalah proses infeksi akut yang mengenai jaringan paru-paru atau
alveoli. Terjadinya pneumonia, khususnya pada anak, seringkali bersamaan
dengan proses infeksi akut pada bronkus, sehingga biasa disebut dengan
bronchopneumonia. Gejala penyakit tersebut adalah nafas yang cepat dan sesak
karena paru-paru meradang secara mendadak.
36
4.1 Saran
DAFTAR PUSTAKA
37
Betz, C. L., & Sowden, L. A 2002, Buku saku keperawatan pediatri.RGC: Jakarta.
Depkes RI 2002, Pedoman penanggulangan P2 ISPA, Depkes RI, Jakarta.
Doenges, Marilynn, E., 2002, Rencana Asuhan Keperawatan : Pedoman Untuk
Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien, EGC, Jakarta.
Engram, B 1998, Rencana asuhan keperawatan medikal bedah, Volume 1, EGC,
Jakarta.
Hidayat, A. A., 2005. Pengantar Ilmu Keperawatan Anak.Salemba Medika:
Jakarta.
Iqbal, 2007, Sistem Pernafasan dan Penyakitnya, Artikel diakses dari
www.sehatgroup.com
Mansjoer, Arif, dkk, 2000, Kapita Selekta Kedokteran, Media Aesculapius FK-UI,
Jakarta.
Misnadiarly. 2008. Penyakit Infeksi Saluran Napas Pneumonia
pada Anak, Orag Dewasa, Usia Lanjut, Pneumonia Atipik
Mycobacterium . Jakarta: Pustaka Obor Populer.
Muttaqin, Arif. 2008. Asuhan Keperawatan klien dengan gangguan sistem
pernafasan.Jakarta : Salemba Medika
Ngastiyah, 2005.Perawatan Anak Sakit. EGC, Jakarta.
Sacharin, R. M., 2000, Prinsip Keperawatan Pediatrik, EGC, Jakarta.
Said, M 2007.Pneumonia penyebab utama mortalitas anak balita di indonesia,
Retrieved December 7, from http://www.idai.or.id.htm.
38
LAMPIRAN
39