Anda di halaman 1dari 40

DAMPAK PSIKOLOGIS PADA KORBAN GEMPA BUMI

LITERATUR REVIEW

oleh
Kelompok 1 (Kelas D)

FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS JEMBER
2017
DAMPAK PSIKOLOGIS PADA KORBAN GEMPA BUMI

diajukan guna memenuhi tugas matakuliah Keperawatan Bencana dengan


dosen penanggung jawab matakuliah Ns. Baskoro, M. Kep

oleh
Dian Indah Lestari 152310101099
Risa Syahbana Badar 152310101100
Anita Sujanah 152310101105
Vita Nur Hafidzhoh 152310101115
Irba Tartila Amtiyaz 152310101221
Widya Ningtyas 152310101305
Kurnia Rahmawati 152310101312
Siti Amaliatul Khoiroh 152310101349

FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS JEMBER
2017
Dampak Psikologis Pada Korban Gempa Bumi: Literature Review

Irba Tartila Amtiyaz*


Dian Indah Lestari*
Risa Syahbana Badar*
Anita Sujanah*
Vita Nur Hafidzhoh*
Widya Ningtyas*
Kurnia Rahmawati*
Siti Amaliatul Khoiroh*
*Program Studi Ilmu Keperawatan, Universitas Jember

Abstrak
Penulisan ini bertujuan untuk mengetahui dampak psikologis pada korban
bencana alam yaitu gempa bumi. Literatur review dilakukan dengan searching
journal articel publikasi 2013-2017, kata kunci adalah psycological,
postdisaster, danearthquake melalui Google Schoolar, PubMed, Perpusnas,
taylor and francis online, sciencecirect dan Proquest. Hasil study literatur
menggunakan 15 jurnal artikel dan buku. Dampat psikologis dari bencana alam,
yaitu gempa bumi telah ditunjukkan dalam beberapa penelitian, terutama PTSD
(posttrauma stress disorder), dan ansietas.

Kata kunci : dampak psikologis, postdisaster, gempa bumi


PENDAHULUAN

Gempa bumi adalah pergerakan lempeng Bumi yang terjadi secara tiba-
tiba. Sumber terjadinya gempa bumi jauh di bawah permukaan Bumi. Gerakan
tersebut sampai ke permukaan Bumi. Akibatnya, permukaan bumi akan
berguncang dengan kuat. Energi yang dilepaskan dapat merusak apapun yang
berada di atas permukaan Bumi, seperti gedung, jalan, dan jembatan (Tim Editor
Atlas dan Geografi, 2007).
Trauma merupakan suatu kejadian pisik atau emosional serius yang
menyebabkan kerusakan substansial terhadap pisik dan psikologis seseorang
dalam rentangan waktu yang relative lama (Weaver et. Al, 2003 dalam Nirwana,
2003). Sementara trauma psikis dalam psikologi diartikan sebagai kecemasan
hebat dan mendadak akibat peristiwa dilingkungan seseorang yang melampaui
batas kemampuannya untuk bertahan, mengatasi atau menghindar. Di samping itu,
trauma adalah suatu kondisi emosional yang berkembang setelah suatu peristiwa
trauma yang tidak mengenakkan, menyedihkan, menakutkan, mencemaskan dan
menjengkelkan, seperti peristiwa: pemerkosaan, peperangan, kekerasan dalam
keluarga, kecelakaan, bencana alam dan peristiwa-peristiwa tertentu yang
membuat batin tertekan (Lawson, 2001; Kinchin, 2007 dalam Nirwana, 2003).
Gempa bumi termasuk salah satu bencana alam tak terduga yang bersifat
menghancurkan. Orang-orang pun takut akan terluka bahkan sampai meninggal.
Terpisah dengan keluarga atau terjebak di reruntuhan bangunan juga menjadi teror
setiap orang (Adnamazida, 2012). Setelah bencana, korban cenderung lebih
sensitif terhadap apa yang ada di sekelilingnya. Ingatan, suara, bau, sensasi, dan
perasaan dalam hati akan selalu membuat mereka terngiang akan bencana alam
yang meskipun sudah lama berlalu. Trauma tersebut bahka bisa menghancurkan
mental, pandangan, dan reaksi emosional korban (Adnamazida, 2012).
Bagi para korban gempa bumi yang selamat tentu saja memberikan
dampak psikologis dan gangguan stress pasca trauma (PTSD) yang begitu
mendalam atas peristiwa gempa yang terjadi. Dampak-dampak tersebut
menyangkut kapasitas-kapasitas psikologi, konsep diri, perkembangan dan
hubungan seseorang. Jika tidak ditangani, trauma psikologis akan bertambah
parah dan memberikan dampak munculnya gangguan aspek fisik, emosi, mental,
perilaku dan spiritual (Astuti, 2006).

METODE
Dalam membuat literature review ini kami menggunakan beberapa jurnal.
Buku yang kami jadikan landasan dari literature review berasal dari perpustakaan
dan google book sedangkan jurnal yang menjadi literatur kami dipublikasi mulai
dari tahun 2012-2017 yang dimana database yang digunakan adalah SagePub,
PubMed, Elsevier, TandFonline dan ScienceDirect. Dalam mencari jurnal ini
proses pencariannya melalui database Google Schoolar, PubMed, Perpusnas dan
Proquest.

Kata kunci dalam mencari jurnal ini adalah psycological,


postdisaster, danearthquake. Kriteria inklusi dalam menyeleksi jurnal ini
adalah dengan menggunakan jurnal asli dan review journal yang menggunakan
bahasa inggris dan beberapa buku untuk dijadikan literature review. Pada awalnya
kami menggunakan 2 jurnal nasional, 1 buku dan 1 artikel berita yang kami
gunakan sebagai konsep dasar dari literature riview. Jurnal yang kami jadikan
bahan awal literature review sebanyak 15 jurnal internasional yang kemudian
kami analisis. Kemudian kami juga menggunakan 3 jurnal internasional, 4 buku
dan 5 web page yang kami gunakan sebagai literatur pendukung dari literature
review yang kami kerjakan. Penyampaian data dari hasil beberapa jurnal ini
disajikan dalam bentuk tabel dengan beberapa komponen yaitu judul artikel,
penulis artikel, sampel penelitian, desain penelitian, instrument penelitian dan
hasil. Teori yang mendukung dan menjelaskan lebih detail dari hasil data kami
sampaikan dalam bentuk paragraf.
Tabel 1 Ringkasan artikel yang digunakan dalam literature review

Penulis Desain
No Judul Artikel Populasi Penelitian Intervensi Hasil
Artikel Penelitian
1 Kanehara Trends in Penduduk berusia Studi kohort Memfokuskan data Bencana alam yang besar
et al., psychological 19 tahun yang terdaftar longitudinal kesehatan mental untuk memiliki efek jangka panjang
2016 distress and dalam skema asuransi yang individu yang melakukan terhadap kesehatan mental
alcoholism after kesehatan nasional di menggunakan pemeriksaan kesehatan penduduk di daerah yang
The Great East Higashi-Matsushima data dari dua pada tahun 2012 dan 2013. terkena bencana tersebut.
Japan di timur laut Jepang. pemeriksaan Prevalensi penyakit jiwa, Prevalensi SMI dan gangguan
Earthquake of Setelah terjadinya kesehatan alkoholisme, dan gangguan tidur meningkat antara awal
2011 tsunami pada tahun tahunan tidur dan survei tindak (12 bulan setelah gempa) dan
2011. Pemeriksaan dilakukan di lanjut dibandingkan dengan tahun berikutnya (24 bulan
kesehatan mental Higashi- menggunakan tes setelah gempa bumi).
tahunan dimulai untuk Matsushima. perbandingan berpasangan Mayoritas individu yang
penduduk mulai tahun Pemeriksaan (uji McNemar dan uji menderita SMI atau
2012 sebagai bagian kesehatan dasar masuk Wilcoxon). alkoholisme 1 tahun pasca
dari upaya kolaborasi dilakukan pada Memeriksa pola onset, bencana tidak pulih pada tahun
dengan kota Higashi- tahun 2012, dan pemulihan, dan ketekunan berikutnya. Usia yang lebih
Matsushima untuk pemeriksaan SMI dan alkoholisme tua, jenis kelamin perempuan,
mengidentifikasi kesehatan dengan menggunakan dan keseriusan kerusakan
penduduk yang lanjutan tabulasi silang (chisquare rumah merupakan faktor
berisiko dan dilakukan pada test). Analisis regresi linier penyebab tekanan psikologis
membutuhkan tahun 2013. multivariat dilakukan untuk yang lebih tinggi 2 tahun
perawatan kesehatan menguji faktor-faktor yang setelah bencana. Kerusakan
mental. memprediksi tekanan atau kerusakan rumah dapat
mental dan alkoholisme. menyebabkan beberapa
Analisis varian faktor kesulitan, termasuk kehilangan
inflasi (VIF) dilakukan anggota keluarga dan harta
untuk mengetahui faktor benda, relokasi, dan kurangnya
multikolinearitas faktor jejaring sosial, yang dapat
independen. Tingkat menyebabkan hasil yang
signifikansi ditetapkan diamati. Misalnya, kehilangan
pada P <0,05. Semua akibat bencana alam
analisis statistik dilakukan meningkatkan risiko masalah
di IBM SPSS Statistics psikologis.
Version 22. Perlunya perawatan jangka
panjang bagi individu yang
terkena bencana alam yang
serius, terutama bagi mereka
yang rumahnya rusak parah.
2 (Tanji et Psychological 3.467 (41,7%) dari Study Kohort Fokus utamanya Peningkatan risiko
al., 2017) Distress and the 8.317 subyek yang dengan adalah tekanan psikologis, kecacatan fungsional insiden di
Incident Risk of memenuhi syarat melakukan yang diukur dengan K6 antara orang tua yang selamat
Functional berpartisipasi. Dari survei kuesioner (Kessler et al., 2002). K6 dari GEJE sebagian disebabkan
Disability in subjek ini, 1.584 orang warga berusia 18 terdiri dari enam oleh gaya hidup di antara
Elderly berusia > 65 tahun. tahun atau lebih pertanyaan tentang mereka yang memiliki tekanan
Survivors after Tidak mengikut yang termasuk seberapa sering seseorang psikologis. Proporsi individu
the Great East sertakan 384 orang dalam merasakan hal berikut pada dengan tekanan psikologis
Japan yang tidak Residential bulan lalu: 1) gugup, 2) meningkat secara nyata setelah
Earthquake memberikan Registry untuk putus asa, 3) gelisah, 4) bencana alam berskala besar.
persetujuan tertulis Ogatsu, Oshika sangat sedih karena tidak Hubungan yang signifikan
untuk meninjau dan Ajishima, ada yang bisa menghibur, antara tekanan psikologis dan
informasi LTCI Ishinomaki City, 5) semuanya adalah usaha, risiko insiden kecacatan
mereka, 110 orang Prefektur dan 6) tidak berharga Skor fungsional juga diamati pada
yang telah disertifikasi Miyagi, dan total K6 berkisar antara 0 subyek berusia 65-74 tahun dan
oleh LTCI memiliki rumah-rumahnya sampai 24. Partisipan mereka tinggal di rumah yang
kecacatan, 2 orang sebagian besar menjadi tiga kelompok sama seperti sebelum gempa.
yang telah pindah, dan atau seluruhnya sesuai dengan skor K6 Kurangnya aktivitas fisik akan
51 orang yang hancur akibat mereka (rendah: 0-9, menjadi faktor risiko tinggi
memberikan jawaban gempa dan sedang: 10-12, tinggi: 13- untuk hubungan antara tekanan
tidak lengkap tentang tsunami di Kota 24). psikologis dan risiko insiden
tekanan psikologis Shichigahama. , kecacatan fungsional.
yang diukur oleh Prefektur Pentingnya intervensi untuk
Kessler 6-item skala Miyagi. mendukung kesehatan mental
tekanan psikologis dan mempromosikan aktivitas
(K6) (Kessler et al., fisik, untuk mencegah
2002). Dengan pengembangan kecacatan
demikian, sebanyak fungsional di antara subyek
1.037 orang yang dengan tekanan psikologis
berpartisipasi dalam setelah bencana alam.
penelitian.
3 (Ying, Prevalence and 3052 anak yang A Cross- Tujuan dari penelitian ini depresi adalah respons
Wu, Lin, predictors of selamat dari gempa Sectional Study adalah untuk psikologis yang lebih umum
& Chen, posttraumatic bumi (53,5% memperkirakan tingkat daripada PTSD di antara anak-
2013) stress disorder perempuan) dipilih prevalensi gangguan stres anak yang selamat 1 tahun
and depressive secara acak dari 20 posttraumatic (PTSD) dan setelah gempa Wenchuan. Usia
symptoms sekolah dasar dan depresi dan untuk dan jenis kelamin merupakan
among child menengah di mengeksplorasi faktor faktor risiko bagi PTSD dan
survivors 1 year kabupaten Wenchuan risiko potensial pada anak gejala depresi. Hasil penelitian
following the dan Maoxian, dua dan remaja yang selamat 1 menunjukkan bahwa anak
Wenchuan daerah yang paling tahun setelah gempa perempuan yang selamat dari
earthquake in parah terkena dampak Wenchuan 2008. Gempa Wenchuan
China gempa. Usia mereka Hasil menunjukkan bahwa menunjukkan lebih banyak
berkisar antara 8 tingkat prevalensi stres posttraumatic (PTSD) dan
sampai 19 tahun (rata- kemungkinan PTSD dan gejala depresi dibanding anak
rata = 13,31, SD = depresi adalah laki-laki yang selamat. Selain
2,27 tahun). Di bawah 8,6 dan 42,5%, masing- itu, penelitian ini menemukan
pengawasan individu masing. bahwa usia signifikan dan
terlatih dengan gelar hubungan positif dengan PTSD
dalam bidang dan gejala depresi. Secara
psikologi, peserta khusus usia 8 sampai 19 tahun,
membutuhkan waktu anak yang lebih tua dan remaja
sekitar satu jam untuk memiliki gejala PTSD dan
menyelesaikan tiga depresi yang lebih parah
kuesioner rahasia daripada yang muda. beberapa
aspek pengalaman gempa
(yaitu, paparan langsung,
paparan yang dekat, ketakutan
akan keamanan yang dekat,
paparan trauma, lokasi tinggal,
dan kerusakan rumah) juga
penting untuk pengembangan
dan pemeliharaan PTSD dan
gejala depresi. Selain itu, efek
moderasi gender pada
hubungan antara usia dan
PTSD dan gejala depresi
signifikan.
4 (Xu, Dai, The association Sebanyak 2.300 A Cross- Penelitian ini terutama Tingkat eksposur dikategorikan
Rao, & between individu dilibatkan Sectional Study menyelidiki tingkat berdasarkan jumlah kejadian
Xie, 2016) exposure and dalam survei ini, keterpaparan yang dinilai yang dialami peserta akibat
psychological dengan 2080 kuesioner dengan menggunakan skala gempa tersebut, dan diberi
health in selesai, tingkat respons 2 poin (ya = 1 dan tidak = kode sebagai; paparan rendah
earthquake 90,4%. Penelitian ini 0) untuk mengukur apakah (kejadian 0-1), paparan sedang
survivors from disetujui oleh Komite peserta mengalami (2-3 kejadian), dan paparan
the Longmen Etika Universitas beberapa kejadian bencana) tinggi (lebih dari 4 kejadian).
Shan Fault area: Sichuan, dan informed dari korban selamat dari 392 peserta (18,9%) memiliki
the mediating consent tertulis gempa Wenchuan 2008 paparan tinggi, 766 subjek
effect of risk diberikan oleh semua (yang terjadi di daerah (36,8%) memiliki keterpaparan
perception responden. Umur Longmen Shan Fault) , moderat dan yang lainnya (922,
dibagi menjadi empat status kesehatan mental 44,3%) memiliki keterpaparan
kelompok: 18 - 30 mereka satu tahun setelah rendah. Kesehatan fisik,
(dikodekan sebagai 1), kejadian ini, dan persepsi kesehatan mental dan status
31 - 40 (dikodekan risiko dan tingkat kesehatan keseluruhan
sebagai 2), 41 - 50 dukungan sosial mereka. dikelompokkan berdasarkan
(dikodekan sebagai 3), variabel demografi dan tingkat
dan lebih tua dari 51 eksposur gempa, dari mana
(dikodekan sebagai 4). ditemukan bahwa laki-laki
Gender dikodekan melaporkan skor status
sebagai 1 (laki-laki) kesehatan mental yang lebih
dan 2 (perempuan). tinggi.
5 (Wu, Xu, Psychological Semua peserta dalam Strategi Penelitian ini bertujuan Hasil penelitian menunjukkan
& He, consequences penelitian ini adalah sampling untuk menguji prevalensi bahwa 23,6% varians dalam
2014) and associated penduduk perkotaan bertingkat dan faktor risiko PTSD, skor kecemasan dapat
risk factors yang tinggal dirumah digunakan untuk depresi dan kecemasan dipertanggungjawabkan oleh
among adult asal mereka atau mengumpulkan pada orang dewasa yang variabel yang dinilai dalam
survivors of the ditempat akomodasi informasi selamat pasca gempa penelitian ini. Prediktor
2008 Wenchuan sementara. Sebanyak Wenchuan. Perawatan kecemasan yang signifikan
earthquake 2.300 individu Narasi Terapi Exposure termasuk jenis kelamin
dilibatkan survei, (NET) bisa menjadi alat perempuan, antara usia 31 dan
dengan 2080 mungkin efektif dalam 40, memiliki pendapatan lebih
menyelesaikan mengobati gejala traumatik dari 1000 RMB, tinggal di
kuesioner, a tingkat pasca-gempa di korban rumah asli dan asrama umum,
respon 90,4%. Semua gempa Cina dewasa dan dan dukungan sosial. Tingkat
peserta terpilih dari ini telah terbukti secara keparahan depresi dinilai
daerah yang dilanda konsisten mengurangi dengan SDS diprediksi antara
gempa di dua provinsi gejala dan memperbaiki usia 31 dan 40, memiliki
- Sichuan dan Shaanxi. pertumbuhan dan pendapatan yang lebih besar
kesejahteraan. Intervensi dari 1000
yang sangat terlatih yang RMB, lain kelompok etnis,
memberikan intervensi yang tinggal di rumah asli dan
multi sesi dapat asrama publik, dan dukungan
mengurangi gejala sosial (R2 = 0,296). Untuk
posttraumatic setelah tingkat keparahan PTSD,
kejadian traumatis variabel yang diidentifikasi
adalah jenis kelamin
perempuan, memiliki
pendapatan lebih dari 1000
RMB, tinggal di rumah asli dan
asrama umum
6 (Giordano, A Qualitative Terdiri dari 14 anak Alat yang telah Tes ini disusun oleh tiga 1. Tes tersebut telah
2017) Tool for (tujuh anak laki-laki digunakan tugas: memungkinkan anak tersebut
Detecting and dan tujuh perempuan), adalah tes 1. Gambarkan rumah Anda, untuk berhubungan dan
Approaching berusia antara 8 dan gambar yang keluarga Anda, dan diri menjelajahi memori trauma
Psychological 12, diberi nama "test Anda sebelum gempa. yang buruk secara verbal dan
Trauma in yang pernah de trois dessins: 2. Buat rumah, keluarga, grafis
Children mengalami gempa avant, pendant et dan diri Anda selama yang memungkinkan dia untuk
Victims of the secara langsung. avenir "(Tiga Tes gempa. membagikannya melalui
2009 Italian Gambar: Masa 3. Gambarkan rumah Anda, gambar dan narasi.
Earthquake Lalu, Sekarang, keluarga Anda, dan diri
dan Masa Anda sendiri bagaimana
Depan). Ini telah inda ingin mereka berada di
dikembangkan masa depan.
oleh psikiatri
7 (Jiang et Relationships Korban gempa yang Data dianalisis Empat standar instrumen Ditemukan bahwa
al., 2016) between Sleep khusus, yang masih dengan Pittsburgh Sleep Quality (1) 83,20% korban selamat ini
Problems and tinggal di kamp menggunakan Index, PTSD Checklist- dilaporkan mengalami masalah
Psychiatric perumahan sementara Statistical Civilian Version, Self- tidur, dan 79,33% di antaranya
Comorbidities selama sekitar 2 tahun Package for rating Depression Scale, menganggap insomnia sebagai
among Chinas setelah Gempa Social Sciences Self-rating Anxiety Scale, masalah tidur yang paling
Wenchuan Wenchuan China ver. 13,0 dan wawancara tatap muka umum;
Earthquake Sampel saat ini terdiri perangkat lunak. satu lawan satu digunakan (2) 12,14% menderita PTSD,
Survivors dari 387 peserta, Statistik untuk menilai kualitas 36,43% mengalami depresi,
Remaining in dengan 174 laki-laki deskriptif tidur, PTSD, depresi. , dan dan 38,24% mengalami
Temporary dan 212 perempuan. digunakan untuk kecemasan kecemasan
Housing Camps Usia peserta berkisar menampilkan (3) gangguan tidur,
antara 19 sampai 63 dan penggunaan obat tidur, dan
tahun, dengan usia menggambarkan kualitas tidur subyektif secara
rata-rata 41,10 latar belakang signifikan terkait dengan PTSD
peserta. Analisis (4) Kebiasaan tidur, gangguan
korelasi Pearson tidur, penggunaan obat tidur,
dan regresi dan disfungsi siang hari secara
berganda signifikan terkait dengan
digunakan untuk depresi; dan
menguji (5) gangguan tidur,
hubungan antara penggunaan obat tidur, dan
nilai kualitas disfungsi siang hari secara
tidur dan PTSD, signifikan terkait dengan
depresi, kecemasan. Implikasi klinik
kecemasan, dan dari penelitian ini dibahas.
untuk
mengeksplorasi
peran dimensi
kualitas tidur
yang berbeda
dalam
memprediksi
PTSD,
kegelisahan, dan
depresi dalam
penelitian ini
8 (Tanaka et Long-term Sebanyak 2641 peserta Survei cross- Remaja dianggap rentan Memiliki dua atau lebih jenis
al., 2016) psychological dibagi menjadi tiga sectional enam terhadap dampak bencana pengalaman traumatis
consequences kelompok sesuai tahun setelah karena mereka kurang dikaitkan dengan gejala
among dengan tingkat bencana gempa cukup pengalaman, psikologis yang lebih tinggi
adolescent pengalaman traumatis bumi di Cina. keterampilan, dan sumber pada remaja yang selamat dari
survivors of the tentang kejadian daya untuk mengatasi bencana alam.
Wenchuan setelah gempa di Cina masalah yang mungkin
earthquake in berdampak pada kesehatan
China: A cross- mental mereka. Remaja
sectional survey dapat mengalami berbagai
six years after masalah psikologis seperti
the disaster. stres akut, gangguan
penyesuaian, depresi,
gangguan kecemasan, dan
gangguan stres dan trauma
setelah bencana. Selain itu,
mereka mungkin
menunjukkan masalah
perilaku, seperti
penggunaan narkoba yang
dapat menyebabkan
kesulitan sosial dan
kegagalan akademik.
Perkiraan tingkat terjadinya
gejala psikologis dan
masalah perilaku remaja
yang selamat dari bencana
setelah sangat bervariasi
tergantung pada sifat
bencana dan rencana tindak
lanjut.
9 (Watanabe Psychological Penelitian ini Studi anak dan Untuk memeriksa tekanan Lebih banyak wanita di Miyagi
et al., distress during dilakukan bersamaan lingkungan di psikologis di antara wanita UC '(4,9%) yang mengalami
2016) pregnancy in dengan Japan Jepang hamil di prefektur Miyagi tekanan psikologis,
Miyagi after the Environment dan yang terkena dampak dibandingkan dengan '13 UC'
Great East Japan Children's Stud langsung dari gempa bumi (3,1%) (po 0.001). Prevalensi
Earthquake: The (JECS). Dengan dan tsunami di Jepang yang jauh lebih tinggi pada
Japan mengecek 10.129 Timur dan membandingkan wanita 'Miyagi UC' (55,5%)
Environment wanita Jepang daerah lain mengalami yang telah mengalami kejadian
and Children's Studi ini terpisah dari kerusakan yang minimal di hidup yang negatif, dimana '13
Study JECS, yang Jepang. Setelah Gempa UCs 'menunjukkan 42,7% (po
diprakarsai oleh Besar di Jepang timur, 0.0001). Karakteristik awal,
Kementerian prevalensi wanita hamil ada perbedaan tekanan
Lingkungan Hidup di dengan tekanan psikologis psikologis yang signifikan.
Jepang sebaga i (K6Z13) mengalami
populasi nasional penimgkatan terutama di
berdasarkan daerah pesisir yang terkena
prospective birth dampak negative secara
cohort untuk langsung.
menyelidiki faktor
kesehatan lingkungan
dan perkembangan
anak
10 (T. Niitsu The populasi warga berusia A cross-sectional Prevalensi tekanan Perkiraan prevalensi terkait
et al., psychological 20-79 tahun, yang mail-in survey psikologis akibat bencana tekanan psikologis sebesar
2014) impact of a pernah tinggal di kota dengan sampel menurun dari waktu ke 48.0%. kerusakan akibat
dual-disaster Ichinoseki sebelum penduduk acak waktu, namun kelainan ini kerusakan rumah akibat gempa
caused by dan selama gempa bisa bertahan untuk jangka dan kecemasan tentang
earthquakes and terjadi. waktu yang lama, kontaminasi radioaktif terkait
radioactive tergantung pada gangguan dengan tekanan tekanan
contamination in Sebanyak 300 jiwa jaringan sosial dan tingkat psikologis memiliki hubungan
Ichinoseki after dari masing - masing dukungan sosial. Pejabat yang signifikan (p<0,05),
the Great East delapan wilayah kota pemerintah daerah, tenaga sementara interaktif efek antara
Japan dipilih secara acak profesional dan banyak kerusakan rumah dan ansietas
Earthquake dengan menggunakan 1relawan dari kota karena kontaminasi radioaktif
sistem jaringan registri Ichinoseki tidak hanya tidak memiiki hubungan yang
tempat tinggal kota memberikan dukungan signifikan.
Demikian, untuk sesama penghuni, Status pendidikan perempuan,
2.400 penduduk dipilih tapi juga pejabat dan menengah ke bawah dan
dan mengirimkan korban selamat dari daerah pengangguran merupakan
kuesioner. yang dilanda tsunami, faktor risiko yang
Mereka diminta untuk karena kehancuran yang menyebabkan tekanan
melengkapi kuesioner luas. Faktor-faktor ini akan psikologis.
self-presidium anonim, memberi kontribusi untuk
dan menunda pemulihan
mengembalikannya infrastruktur sosial bagi
melalui pos. Jumlah penduduk kota Ichinoseki.
dari 902 penduduk
menanggapi survei
tersebut (tingkat
respon, 37,6%)
11 (Duncan, Psychological Peserta adalah 101 Cross-sectional Setelah gempa bumi Tingkat kerusakan psikologis
Dorahy, Responses After orang yang mencari Study Christchurch 22 Februari, yang tinggi terjadi pada pencari
Hanna, a Major, Fatal pengobatan yang sebuah kuesioner (Brief pengobatan 2 sampai 8 minggu
Bagshaw, Earthquake: The menghadiri intervensi Trauma Screening setelah gempa 22 Februari.
& Effect of singkat singkat, Interview [BTSI]) Secara khusus, gejala
Blampied, Peritraumatic konseling, di dirancang dengan cepat, hyperarousal dan
2013) Dissociation and Canterbury Charity terlepas dari proyek ini, reexperiencing, serta
Post traumatic Hospital di oleh para ahli psikologi kegelisahan dan depresi,
Stress Christchurch setelah klinis di Christchurch dialami pada tingkat tinggi.
Symptoms on gempa bumi pada untuk digunakan sebagai Temuan menunjukkan
Anxiety and tanggal 22 Februari. alat skrining klinis dalam hubungan yang sama antara
Depression Peserta menyelesaikan layanan kesehatan dan variabel dengan yang
wawancara skrining mental untuk mereka yang ditemukan pada trauma
singkat 2 sampai 8 memiliki kesehatan mental. relasional dan tempur. Sampel
minggu setelah gempa Setelah trauma, melaporkan tingkat kesulitan
bumi sebagai bagian kebanyakan orang dengan yang tinggi, dan dua model
dari penilaian klinis gejala awal mengalami alternatif berkumpul dalam
mereka. Karena stres pulih, namun penting menunjukkan bahwa disosiasi
tergesa-gesa dan untuk mengidentifikasi peritraumatik memprediksi
kompleksitas dalam mereka yang berisiko gejala stres posttraumatic dan
menyiapkan layanan mengalami kesulitan yang gejala kecemasan umum.
konseling segera berlanjut sehingga sumber Gejala stres posttraumatic
setelah terjadinya daya dialokasikan dengan dimoderasi antara disosiasi
gempa, tidak semua tepat. Studi ini menilai peritraumatic dan gejala
konselor sadar atau kesulitan psikologis yang kecemasan dan juga
menggunakan dialami pada 101 pencari memprediksi gejala depresi.
ukurannya. Sebanyak perlakuan dewasa setelah Gejala depresi dan kecemasan
101 peserta yang terpapar gempa signifikan. sangat berkorelasi. Dukungan
diputar mencerminkan Disosiasi periaspresi, gejala emosional dalam bentuk
22% individu yang stres posttraumatic, seseorang yang
mencari konseling kecemasan, depresi, dan mengungkapkan
selama masa penilaian dukungan emosional yang pengalamannya tidak terkait
(N = 470). Sebagian dinilai. secara signifikan dengan
besar peserta (68%) variabel psikologis lainnya,
dinilai dalam waktu 4 menunjukkan bahwa hal itu
minggu, dan hanya 7% tidak memainkan peran penting
peserta yang dinilai 6 dalam psikopatologi
sampai 8 minggu posttrauma awal. Temuan
setelah gempa kesulitan psikologis substansial
tersebut. Anonim membenarkan kegunaan
wawancara kemudian penyaringan individu sejak
disampaikan kepada dini, terutama untuk disosiasi
para peneliti. Tidak perprofasonik dan gejala stres
ada kriteria inklusi pasca trauma, untuk
atau eksklusi yang menentukan apakah mereka
diterapkan di luar berisiko tinggi mengalami
peserta yang berusia kesulitan lain dan untuk
lebih tua dari usia 17 mengidentifikasi individu yang
tahun. memerlukan pemantauan dan
intervensi yang tepat.
12 (Khachad Loss and 1.773 orang dewasa Pengumpulan Dalam penelitian ini Hasil penelitian menunjukan
ourian, psychosocial karyawan PT depkes data meneliti kualitas hidup, banhwa adanya dampah dari
Armenian, factors as dan keluarganya (meta analisis) dampak psikologi, dan gempa seperti psikologin
Demirchy determinants of kerugian material pada depressi dan kecemasan dan
an, & quality of life in masyarakat yang terkena gejala PDST yang tinggi.
Goenjian, a cohort of gempa setelah dua tahun. Penurunan kinerja dan
2015) earthquake produktifitas. Masalah seperti
survivors itu bisa berdampak negatif
pada kegiatan sosial dan
hubungan keluarga. Perlunta
pemantauan yang ketat korban
gempa, khususnya mereka
yang kerugian materi terkait
gempa. Bantuan finansial /
material diberikan segera
setelah bencana bagi mereka
yang memiliki kerugian
material berat. Akhirnya,
penyediaan dukungan sosial
dan peningkatan yang ada
Jaringan sosial dapat
menguntungkan QOL (kualitas
hidup panjang)yang selamat.
13 (Zhou et Prevalence and Jumlah responden A Cross- Survei dilakukan di setiap pemerintah berinvestasi sumber
al., 2013) risk factors of sebenarnya adalah Sectional Study rumah tangga yang dipilih daya yang luar biasa selama 6
post-traumatic 14.207. responden dengan menggunakan bulan setelah gempa untuk
stress disorder berasal dari setiap kuesioner GHQ-12 yang membantu korban. Sejumlah
among adult pemukiman daerah dapat digunakan sebagai besar rumah dibangun kembali
survivors six yang mengalami alat skrining pada untuk para korban gelandangan
months after the gempa sangat parah seseorang yang mengalami dan memberikan layanan
Wenchuan dengan perwakilan gangguan mental dalam psikologis yang diberikan
earthquake acak dimana sampel pelayanan kesehatan kepada korban untuk
usia dan jenis kelamin masyarakat. Kuesioner ini meningkatkan psikologis dan
10% adalah responden dirancang untuk kesejahteraan mereka selama
yang terpilih. mendeteksi morbiditas proses rehabilitasi. Setelah
kejiwaan dan pengaturan hasil wawancara dilakukan
rawat jalan medis. Dan hasil yang diperoleh dari
skala kuesioner tersebut responden yang menyebabkan
telah terbukti memiliki PTSD adalah paparan trauma
validitas yang baik. yang meliputi:
Responden dikelompokkan (a) terluka dalam gempa;
menjadi tiga kelompok: (b) dimakamkan di gempa
berisiko tinggi (mereka bumi;
yang memiliki skor di atas (c) melakukan operasi setelah
4), berisiko sedang (mereka gempa
yang memiliki skor 2 atau (d)menyaksikan luka
3) dan berisiko rendah seseorang;
(mereka yang memiliki (e) menyaksikan seseorang
skor yang dikuburkan
dari 0 atau 1) dengan (f) menyaksikan kematian
mengguunakan alat seseorang. Hasil ini
diagnostik SDM IV. Selain menunjukkan bahwa
itu, melakukan skrinning keterpaparan fisik terhadap
kesehatan psikologis dapat kejadian memiliki efek lebih
mencegah terjadinya besar pada reaksi selanjutnya di
penyakit mental kronis di awal tahapan penyesuaian
antara korban pascabencana. Dimana orang
gempa. Mengingat bahwa tua lebih cenderung
ketakutan adalah salah satu mengembangkan PTSD
prediktor penyakit jiwa
yang paling kuat, intervensi
dan perhatian khusus yang
bisa mengurangi rasa takut
dan bisa membantu dalam
mencegah
pengembangannya
14 (K. Niitsu, A Pilot Study of Peserta adalah A Cross- survei terhadap siswa di mahasiswa Jepang mencetak
Watanabe- the mahasiswa asli yang Sectional Study sebuah universitas besar di secara signifikan lebih tinggi
Galloway, Psychological berasal dari jepang dan wilayah Great Plains. pada dampak perubahan skala
Sayles, Impact of the mahasiswa luar jepang dengan Pertanyaan secara kejadian (IES-R) dibandingkan
Houfek, & Great East Japan selama musim semi online menggunakan dengan mahasiswa luar
Rice, Earthquake and pada tahun 2012 yang Program perangkat lunak jepang. Mereka yang di Jepang
2014) Tsunami berasal dari 4 Zoomerang (nd). Survei saat terjadi bencana
universitas yang dilakukan selama bulan menunjukkan tingkat dampak
berasal dari negara April sampai Mei 2012. psikologis yang jauh lebih
bagian . Dengat menggunakan tinggi. tingkat PTSD yang
instrumen Dampak lebih tinggi bagi mereka yang
Perubahan Skala Kejadian langsung mengalami kejadian
(IES-R) yang digunakan dibandingkan dengan mereka
untuk mengukur dampak yangmenyaksikan
psikologis yang terdiri dari peristiwa. Selain itu, tingkat
22 item: 8 item PTSD lebih tinggi terjadi untuk
pengalaman, 8 item kejadian di tempat dekat
penghindaran, dan 6 item dibandingkan dengan mereka
hyperarousal. Selain itu di kejauhan. prevalensi gejala
juga terdapat LEC (The stres posttraumatic lebih
Life Events Checklist) rendah di antara individu
untuk mengukur trauma dengan eksposur tidak
masa lalu dimana semua langsung daripada mereka yang
Peserta menilai 17 kejadian memiliki keterpaparan
yang berpotensi traumatis langsung .
pada 5-item checklist yang trauma masa lalu dimasukkan
meliputi (terjadi pada berdasarkan psikosis model
saya, menyaksikannya, analitik PTSD, yang
mendengar / mengusulkan bahwa trauma
belajar tentang hal itu, masa lalu dapat Memecahkan
tidak yakin, atau tidak konflik psikologis akibat
berlaku). trauma masa lalu yang
mungkin akan terjadi dan aktif
kembali.
15 (Tang et Post-traumatic Populasi penelitian Penelitian Demikian pula, telah Skor rata-rata positif dan
al., 2014) psychological dalam jurnal tersebut menggunakan dicatat bahwa 51,1% negatif perubahan psikologis
changes among adalah orang dewasa cross sectional responden yang disurvei masing-masing 26,61 dan 8,12.
survivors of the (diatas 16 tahun) di study. melaporkan Faktor - faktor yang terkait
Lushan daerah yang terkena Multi stage Perubahan psikologis dengan perubahan psikologis
earthquake dampak parah karena random sampling positif satu tahun setelah positif termasuk etnis
living in the gempa. Dan populasi digunakan untuk gempa Wenchuan minoritas, tingkat pendidikan,
most affected penelitian disurvei memilih Dengan demikian, pendapatan rumah tangga yang
areas menggunakan responden dari pemahaman yang lebih tinggi, tidak terluka saat terjadi
multistage sampling Kabupaten baik mengenai manajemen gempa, tidak terjebak saat
design. Pertama, enam Lushan, Sichuan bencana alam, intervensi, gempa, dan pernah mengalami
kota dipilih secara Provinsi, Cina. dan penilaian hasil harus gempa Wenchuan.
acak dari yang paling Chinese version menjelaskan kemungkinan Faktor-faktor yang terkait
parah of the short form perubahan psikologis dengan perubahan psikologis
daerah yang terkena of Changes in positif dan negatif setelah negatif termasuk jenis kelamin
dampak: Kabupaten Outlook kejadian buruk tersebut. perempuan, etnis minoritas,
Lushan. Kedua, dalam Questionnaire rendah pendapatan rumah
masing-masing dari (CiOQ-S) Oleh karena itu, penilaian tangga, sejarah penyakit, luka-
enam kota, sampel digunakan untuk klinis yang lebih canggih luka saat gempa, dan terjebak
sistematis rumah menilai yang dilakukan oleh saat gempa.
tangga yang terkena perubahan profesional kesehatan
dampak gempa psikologis pada mental diperlukan untuk
tersebut korban gempa. mengklarifikasi hubungan
diambil, diperoleh dari Statistik antara yang sudah ada
sistem registrasi rumah deskriptif, uji-t, sebelumnya,
tangga setempat). Analisis regresi komorbid, dan status
Peneliti berencana linier ANOVA kesehatan mental dan fisik
menginvestigasi 5452 dan stepwise pasca bencana.
rumah tangga, yang digunakan untuk
mencakup 33% rumah analisis data. Pada akhirnya, temuan ini
tangga di enam kota akan membantu penyedia
ini. Jadi total sebanyak layanan psikologis di
4972 responden Indonesia
diselidiki dalam menentukan dan
penelitian cross- menyediakan intervensi
sectional paling manjur manjur
untuk memperbaiki kondisi
kesehatan mental korban
gempa
HASIL

Dari 15 jurnal, 5 diantaranya meneliti korban gempa the great east japan
earthquake yang merupakan gempa berskala besar yaitu 9,0 skala ritcher yang
kemudian disusul dengan bencana tsunami. Korban yang terdata satu tahun pasca
bencana adalah 15,853 jiwa meninggal, 6,023 mengalami luka-luka, dan 3,282
jiwa hilang. Dan meskipun selamat, sekitar 330,000 orang terpaksa tinggal di
akomodasi sementara atau pengungsian karena tempat tinggal mereka rusak berat
(BBC, 2012).

5 jurnal lainnya membahas korban dari gempa Wechuan, China yang


terjadi pada tahun 2008 dengan skala gempa 8.0 s.r. dimana 69,226 orang
meninggal, 374,643 luka-luka dan 17,923 hilang dan dianggap meninggal
(Maenpaa, n.d.).

Sedangkan untuk jurnal lain, 3 membahas gempa longmen shan area,


italian 2009 earthquake dan Lushan earthquake dan 2 sisanya mengambil sampel
korban gempa secara umum.

Gempa bumi adalah bencana alam yang menimbulkan banyak korban.


Baik secara fisik maupun psikologis. Gangguang psikologis yang umum muncul
pada korban gempa bumi yang selamat adalah PTSD (post-traumatic stress
disorder), tekanan psikologis, depresi, gangguan tidur, ansietas dan alkolisme.
Gejala PTSD yang muncul adalah hyperarousal atau kewaspadaan berlebih,
reexperiencing atau korban merasa mengalami kembali kejadian bencana.

Dari beberapa jurnal yang telah dianalisis, didapat data bahwa PTSD
muncul 2-8 minggu pasca bencana dan tidak sembuh selama beberapa tahun.
Dalam beberapa jurnal disebutkan bahwa gangguan PTSD masih ada pada korban
bencana gempa setelah 6 tahun. Alkoholisme muncul sejak 12 bulan atau 1 tahun
pasca bencana dan tidak sembuh hingga tahun ke 2 pasca bencana.

Ada banyak faktor faktor yang dapat mempengaruhi adanya gangguan


psikologis pada korban bencana alam. Usia dan jenis kelamin mempengaruhi
munculnya gangguan psikologis pada korban bencana. Korban bencana yang
berusia renaja atau dewasa memiliki angka lebih tinggi terkena PTSD dan
gangguan psikologis lainnya dibandingkan anak-anak. Korban bencana alam
berjenis kelamin laki-laki lebih sehat mental daripada sakit, yang berarti korban
bencana alam wanita lebih rentan terkena gangguan psikologis.

Trauma gempa sebelumnya juga mempengaruhi munculnya gangguan


psikologis terutama PTSD, dimana orang yang tinggal di daerah rawan bencana
dan mengalami gempa tahunan memiliki resiko yang lebih kecil terkena gangguan
PTSD, namun orang yang mengalami gempa sebelumnya dan pernah memiliki
PTSD memiliki kemungkinan mengalami PTSD kembali. Status pendidikan,
pekerjaan, tipe rumah yang ditinggalin juga merupakan faktor yang
mempengaruhi faktor gangguan psikologis pada korban bencana gempa bumi.

Sedangkan faktor yang berhubungan dengan kejadian bencana itu sendiri


adalah paparan langsung bencana, menyaksikan orang lain atau keluarga terluka
dan meninggal saat terjadi gempa, menyaksikan pemakaman korban meninggal
gempa bumi, kehilangan anggota keluarga akibat gempa, terluka akibat gempa
bumi, mendapat penanganan medis invasif akibat gempa seperti operasi, tingkat
kerusakan rumah, dan adanya paparan lain yang berhubungan dengan gempa
seperti bencana tsunami, kerusakan pembangkit nuklir pada gempa yang terjadi di
Jepang.

Korban gempa bumi yang selamat perlu dilakukan skrining untuk


mengatahui sedini mungkin adanya gangguan psikologis seperti PTSD, gangguan
tidur, ansietas dan depresi. Korban gempa bumi yang mengalami gangguan
psikologis baik dalam tingkat keparahan rendah hingga tinggi perlu mendapat
perawatan yang berkala untuk mengembalikan kualitas hidupnya seperti sebelum
terjadi bencana alam gempa bumi.
PEMBAHASAN

Gempa bumi adalah pergerakan lempeng Bumi yang terjadi secara tiba-
tiba. Sumber terjadinya gempa bumi jauh di bawah permukaan Bumi. Gerakan
tersebut sampai ke permukaan Bumi. Akibatnya, permukaan bumi akan
berguncang dengan kuat. Energi yang dilepaskan dapat merusak apapun yang
berada di atas permukaan Bumi, seperti gedung, jalan, dan jembatan (Tim Editor
Atlas dan Geografi, 2007)

Gempa bumi termasuk salah satu bencana alam tak terduga yang bersifat
menghancurkan. Orang-orang pun takut akan terluka bahkan sampai meninggal.
Terpisah dengan keluarga atau terjebak di reruntuhan bangunan juga menjadi teror
setiap orang (Adnamazida, 2012).

Gempa bumi adalah bencana alam yang menimbulkan banyak korban.


Baik secara fisik seperti luka-luka, cedera, kecacatan dan bahkan kematian,
namun gempa bumi juga dapat menimbulkan korban psikologis. Gangguan
psikologis yang umum muncul pada korban gempa bumi yang selamat adalah
PTSD (post-traumatic stress disorder), tekanan psikologis, depresi, gangguan
tidur, ansietas dan alkolisme.

Sangat wajar untuk merasa takut selama dan setelah situasi traumatis.
Ketakutan memicu banyak perubahan sepersekian detik dalam tubuh untuk
membantu mempertahankan diri dari bahaya atau menghindarinya. Tanggapan
"fight-or-flight" ini adalah reaksi khas yang dimaksudkan untuk melindungi
seseorang dari bahaya (National Institute of mental Health, 2016).

Post traumatic stress disorder atau gangguan stres pascatrauma (GSP)


adalah suatu pola gangguan perilaku yang diperlihatkan oleh seseorang yang
mengalami peristiwa traumatikmisalnya, bencana alam, perang, penyergapan,
atau kekerasan (Videbeck, 2008). Individu yang mengalami GSP/PTSD
mengalami suatu peristiwa yang didalamnya terdapat ancaman kematian atau
cedera serius dan berespon sangat takut, tidak berdaya atau ngeri. Ia terus
mengingat trauma melalui memori, mimpi, kilas balik, atau reaksi terhadap isyarat
internal tentang peristiwa tersebut dan menghindari stimulus yang terkait dengan
trauma (Videbeck, 2008).

Hampir semua orang akan mengalami berbagai reaksi setelah trauma,


namun kebanyakan orang pulih dari gejala awal secara alami. Mereka yang terus
mengalami masalah dapat didiagnosis dengan PTSD. Orang yang memiliki PTSD
mungkin merasa stres atau ketakutan bahkan saat mereka tidak dalam bahaya
(National Institute of mental Health, 2016).

Gejala yang dominan pada PTSD adalah mimpi buruk, perasaan


mengalami kejadian traumatis, penghindaran stimulus yang mengingatkan pada
trauma, dan gejala peningkatan bangkitan seperti mudah marah, kewaspadaan
yang berlebihan, adanya respons mudah kaget dan kesulitan konsentrasi. Sebagai
tambahan, selama beberapa hari pasien dapat berespons dengan derealisasi,
depersonalisasi, dan kondisi yang seakan sedang "terpaku" (daze) (Tomb, 2003).

Skrining untuk PTSD atau GSP ini dapat dilakukan dengan menggunakan
PCL (PTSC Checklist) (Blanchard, Jones-Alexander, Buckley, & Forneris, 1996).
PCL terbaru adalah PCL-5 yang menilai 20 gejala DSM-5 PTSD. Fungsi dari
PCL-5 ini adalah untuk pemantauan perubahan gejala selama dan setelah
perawatan, skrining individu untuk PTSD, dan membuat diagnosis PTSD
sementara (Weathers et al., 2013).

Depresi (gangguan depresi mayor atau depresi klinis) adalah gangguan


mood yang umum namun serius. Hal itu menyebabkan gejala parah yang
mempengaruhi bagaimana seseorang merasa, berpikir, dan menangani aktivitas
sehari-hari, seperti tidur, makan, atau bekerja. Untuk dapat didiagnosis dengan
depresi, gejala yang muncul harus ada setidaknya dua minggu (National Institute
of mental Health, 2016).

Gejala utama gangguan depresi adalah mood yang terdepresi,


anhedonisme atau kenikmatan berkuranga atas aktivitas yang sebelumnya
menyenangkan, perubahan berar badan tidak disengaja sebanyak 5% atau lebih
dalam satu bulan, perubahan pola tidur, agitasi, kelelahan, perasaan tidak
berharga, kesulitan dalam berfikir dan berkonsentrasi, putus asa dan tidak
berdaya, dan keinginan bunuh diri (Videbeck, 2008).

Alat yang dapat digunakan sebagai skrining depresi adalah BDI atau Beck
Depression Inventory. BDI adalah penilaian laporan diri yang mengukur sikap
karakteristik dan gejala depresi sejumlah 21 item (American Psychological
Association, n.d.).

Skrining dengan BDI dapat dilakukan sendiri. Dimana BDI terdiri atas 21
item yang harus dijawab dengan skor 0-1 disampingnya. Setelah menyelesaikan
21 item skiring, skor ditotal dan akan didapatkan level depresi seseorang, dimana
skor 1-10 berarti seseorang tidak depresi, skor 11-16 menunjukkan gangguan
mood ringan, skor 17-20 menunjukkan depresi klinik borderline, skor 21-30
berarti depresi sedang, skor 31-40 menunjukkan depresi berat, dan skor lebih dari
40 menunjukkan depresi ekstrim (Tobergte & Curtis, 2013).

Tidur relatif peka terhadap setiap macam gangguan emosi yang mungkin
dialami individu. Gangguan pada pola tidur merupakan petunjuk paling dini akan
meningkatnya tegangan emosi. Gejala-gejala ganguan tidur tertntu dapat diketahui
dengan sejas sebagai gangguan (Semiun, 2006).

Gejala yang paling penting diantaranya adalah sonambulisme atau berjalan


saat tidur (sleep walking), narkolepsi atau mengantuk pada siang hari yang tidak
dapat dijelaskan akibat dari kurang tidur pada malam hari, insomnia atau kesulitan
tertidur, mimpi buruk dimana individu mengalami mimpi yang menakutkan dan
dapat diingian saat terbangun, dan teror tidur atau keadaan menakutkan yang
muncul selama tidur disertai teriakan dan bergerak dalam tidur bahkan halusinasi.
Mimpi buruk dan teror tidur meskipun mirip adalah gangguan yang berbeda,
dimana individu yang mengalami mimpi buruk dapat segera menyadari
lingkungan sekitar dan hal yang dialami adalah mimpi saat terbangun sedangkan
pada teror tidur, individu jarang sadar secara spontan dan bahkan mengalami
kebingunan dan setenga sadar saat bangun hingga tidak mengenal keadaan sekitar
(Semiun, 2006).
Gangguan ansietas adalah sekelompok kondisi yang memberi gambaran
penting tentang ansietas yang berlebihan, disertai respon perilaku, emosional, dan
fisiologis (Videbeck, 2008). Individu yang mengalami gangguan ansietas dapat
memperlihatkan perilaku yang tidak lazim seperti panik tidak beralasan, takut
yang tidak beralasan terhadap objek atau kondisi kehidupan, melakukan tindakan
berulang-ulang tanpa dapat dikendalikan, mengalami kembali peristiwa yang
traumatik, atau rasa khawatir yang tidak dapat dijelaskan atau berlebihan
(Videbeck, 2008). Tingkat respon ansietas terbagi atas 4. Yang pertama adalah
ringan (skor = 1) sedang (skor = 2), berat (skor = 3) dan panik (skor = 4)
(Videbeck, 2008).

Serangan panik adalah suatu episode ansietas yang cepat, intens, dan
meningkat yang berlangsung selama 15-30 menit. Ketika individu mengalami
ketakutan secara emosional yang besar juga ketidaknyamanan fisiologis. Selama
serangan panik, individu sangat cemas dan menunjukkan empat atau lebih dari
gejala panik, yaitu: palpasi, berkeringat, tremor, sesak nafas, nyeri dada, mual,
distres abdomen, pusing, parestesia, menggigil dan hot flash (Videbeck, 2008).

Ketergantungan terhadap alkohol atau alkoholisme merupakan salah satu


dari gangguan penggunaan zat (National Institute of mental Health, 2016c).
Ketergantungan alkohol menyebabkan kebutuhan yang kuat untuk minum,
kehilangan kontrol untuk berhenti minum, ketergantungan fisik dan gejala
penarikan diri serta gangguan toleransi dimana kebutuhan untuk minum alkohol
lebih banyak untuk merasakan efek yang sama (Medline, n.d.)
KESIMPULAN

Gempa bumi termasuk salah satu bencana alam tak terduga yang bersifat
menghancurkan, namun gempa bumi juga dapat menimbulkan korban psikologis.
Gangguan psikologis yang umum muncul pada korban gempa bumi yang selamat
adalah PTSD (post-traumatic stress disorder), tekanan psikologis, depresi,
gangguan tidur, ansietas dan alkolisme. Korban gempa bumi yang selamat perlu
dilakukan skrining untuk mengatahui sedini mungkin adanya gangguan psikologis
baik dalam tingkat keparahan rendah hingga tinggi juga perlu mendapatkan
perawatan yang berkala untuk mengembalikan kualitas hidupnya seperti sebelum
terjadi bencana alam gempa bumi.
DAFTAR PUSTAKA

Adnamazida, R. (2012). Dampak psikologis yang biasa dialami korban gempa


bumi. Retrieved November 6, 2017, from
https://www.merdeka.com/sehat/dampak-psikologis-yang-biasa-dialami-
korban-gempa-bumi.html

American Psychological Association. (n.d.). Beck Depression Inventory (BDI).


Retrieved November 15, 2017, from
http://www.apa.org/pi/about/publications/caregivers/practice-
settings/assessment/tools/beck-depression.aspx

Astuti, B. (2006). Layanan Bimbingan dan Konseling Bagi Korban Gempa Bumi
di Yogyakarta. Yogyakarta.

BBC. (2012). Japan Quake: Loss and Recovery in numbers. Retrieved from
http://www.bbc.com/news/world-asia-17219008

Blanchard, E. B., Jones-Alexander, J., Buckley, T. C., & Forneris, C. A. (1996).


Psychometric properties of the PTSD checklist (PCL). Behaviour Research
and Therapy, 34(8), 669673. https://doi.org/10.1016/0005-7967(96)00033-2

Duncan, E., Dorahy, M. J., Hanna, D., Bagshaw, S., & Blampied, N. (2013).
Psychological Responses After a Major, Fatal Earthquake: The Effect of
Peritraumatic Dissociation and Posttraumatic Stress Symptoms on Anxiety
and Depression. Journal of Trauma and Dissociation, 14(5), 501518.
https://doi.org/10.1080/15299732.2013.769479

Giordano, F. (2017). A Qualitative Tool for Detecting and Approaching


Psychological Trauma in Children Victims of the 2009 Italian Earthquake.
Child and Adolescent Mental Health Even. https://doi.org/10.5772/67364

Jiang, S., Yan, Z., Jing, P., Li, C., Zheng, T., & He, J. (2016). Relationships
between sleep problems and psychiatric comorbidities among chinas
wenchuan earthquake survivors remaining in temporary housing camps.
Frontiers in Psychology, 7(OCT), 18.
https://doi.org/10.3389/fpsyg.2016.01552

Kanehara, A., Ando, S., Araki, T., Usami, S., Kuwabara, H., Kano, Y., & Kasai,
K. (2016). Trends in psychological distress and alcoholism after The Great
East Japan Earthquake of 2011. SSM - Population Health, 2(July), 807812.
https://doi.org/10.1016/j.ssmph.2016.10.010

Khachadourian, V., Armenian, H. K., Demirchyan, A., & Goenjian, A. (2015).


Loss and psychosocial factors as determinants of quality of life in a cohort of
earthquake survivors. Health and Quality of Life Outcomes, 13(1), 13.
https://doi.org/10.1186/s12955-015-0209-5

Maenpaa, M. (n.d.). Whenchuan Earthquake, 2008. Finland. Retrieved from


http://www.disasterhistory.org/wenchuan-earthquake-2008

Medline. (n.d.). Alcoholism and Alcohol Abuse. Retrieved November 17, 2017,
from https://medlineplus.gov/alcoholismandalcoholabuse.html

National Institute of mental Health. (2016). NIMH >> Depression. Retrieved from
https://www.nimh.nih.gov/health/topics/depression/index.shtml

National Institute of mental Health. (2016). Post-Traumatic Stress Disorder;


overview. Retrieved November 15, 2017, from
https://www.nimh.nih.gov/health/topics/post-traumatic-stress-disorder-
ptsd/index.shtml

National Institute of mental Health. (2016). Subtance Use and Mental Health.
Retrieved November 16, 2017, from
https://www.nimh.nih.gov/health/topics/substance-use-and-mental-
health/index.shtml

Niitsu, K., Watanabe-Galloway, S., Sayles, H., Houfek, J., & Rice, M. (2014). A
Pilot Study of the Psychological Impact of the Great East Japan Earthquake
and Tsunami. Journal of the American Psychiatric Nurses Association,
20(3), 194202. https://doi.org/10.1177/1078390314536615

Niitsu, T., Takaoka, K., Uemura, S., Kono, A., Saito, A., Kawakami, N.,
Shimizu, E. (2014). The psychological impact of a dual-disaster caused by
earthquakes and radioactive contamination in Ichinoseki after the Great East
Japan Earthquake. BMC Research Notes, 7(1), 307.
https://doi.org/10.1186/1756-0500-7-307

Nirwana, H. (2003). Konseling trauma pasca bencana. Tadib, 15, 123162.

Semiun, Y. (2006). Kesehatan Mental 2. Yogyakarta: Kanisius.

Tanaka, E., Tsutsumi, A., Kawakami, N., Kameoka, S., Kato, H., & You, Y.
(2016). Long-term psychological consequences among adolescent survivors
of the Wenchuan earthquake in China: A cross-sectional survey six years
after the disaster. Journal of Affective Disorders, 204, 255261.
https://doi.org/10.1016/j.jad.2016.08.001

Tang, B., Kang, P., Liu, X., Liu, Y., Liu, Z., Wang, B., Zhang, L. (2014). Post-
traumatic psychological changes among survivors of the Lushan earthquake
living in the most affected areas. Psychiatry Research, 220(12), 384390.
https://doi.org/10.1016/j.psychres.2014.07.050

Tanji, F., Sugawara, Y., Tomata, Y., Watanabe, T., Sugiyama, K., Kaiho, Y.,
Tsuji, I. (2017). Psychological distress and the incident risk of functional
disability in elderly survivors after the Great East Japan Earthquake. Journal
of Affective Disorders, 221, 145150.
https://doi.org/10.1016/j.jad.2017.06.030

Tim Editor Atlas dan Geografi. (2007). Seri Bencana Alam di Indonesia: Gempa
Bumi. jakarta: Penerbit Erlangga.

Tobergte, D. R., & Curtis, S. (2013). BeckS Depression Inventory. Journal of


Chemical Information and Modeling, 53(9), 16891699.
https://doi.org/10.1017/CBO9781107415324.004
Tomb, D. A. (2003). Hos Psychiatry 6/E. USA: Lippicott Williams & Wilkins
Inc.

Videbeck, S. L. (2008). Buku Ajar Keperawatan Jiwa. ( pamilih E. Karyuni, Ed.).


Jakarta: EGC.

Watanabe, Z., Iwama, N., Nishigori, H., Nishigori, T., Mizuno, S., Sakurai, K.,
Yaegashi, N. (2016). Psychological distress during pregnancy in Miyagi after
the Great East Japan Earthquake: The Japan Environment and Childrens
Study. Journal of Affective Disorders, 190, 341348.
https://doi.org/10.1016/j.jad.2015.10.024

Weathers, F. W., Litz, B. T., Keane, T. M., Palmieri, P. A., Marx, B. P., &
Schnurr, P. P. (2013). The PTSD Checklist for DSM-5 (PCL-5).
https://doi.org/10.1037/t02622-000

Wu, Z., Xu, J., & He, L. (2014). Psychological consequences and associated risk
factors among adult survivors of the 2008 Wenchuan earthquake. BMC
Psychiatry, 14(1), 126. https://doi.org/10.1186/1471-244X-14-126

Xu, J., Dai, J., Rao, R., & Xie, H. (2016). The association between exposure and
psychological health in earthquake survivors from the Longmen Shan Fault
area: the mediating effect of risk perception. BMC Public Health, 16, 417.
https://doi.org/http://dx.doi.org/10.1186/s12889-016-2999-8

Ying, L. H., Wu, X. C., Lin, C. De, & Chen, C. (2013). Prevalence and predictors
of posttraumatic stress disorder and depressive symptoms among child
survivors 1 year following the Wenchuan earthquake in China. European
Child and Adolescent Psychiatry, 22(9), 567575.
https://doi.org/10.1007/s00787-013-0400-3

Zhou, X., Kang, L., Sun, X., Song, H., Mao, W., Huang, X., Li, J. (2013).
Prevalence and risk factors of post-traumatic stress disorder among adult
survivors six months after the Wenchuan earthquake. Comprehensive
Psychiatry, 54(5), 493499.
https://doi.org/10.1016/j.comppsych.2012.12.010

Anda mungkin juga menyukai