Anda di halaman 1dari 22

Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007

mendefinisikan bencana sebagai


peristiwa yang mengancam kehidupan
masyarakat, disebabkan oleh faktor
alam atau nonalam (faktor manusia)
yang mengakibatkan timbulnya korban
jiwa, kerusakan lingkungan, kerugian
harta benda dan dampak psikologis.

Perawatan Psikososial
dan spiritual pada
korban

Surandi Ketaren & Abdul Gowi


MKK 1651/Keperwatan Managemen
Bencana
Modul #2 Lembar Kegiatan Mahasiswa

Nama:_________________________________________________________ Tanggal: ________________


Tingkat: ____________

Pokok Bahasan/ Pembelajaran : Perawatan Psikososial Materi:


dan spiritual pada korban bencana Modul
Sasaran Pembelajaran: Referensi:
Di akhir modul, mahasiswa akan dapat: Undang-Undang Republik Indonesia No. 24
tahun 2007 Tentang Penanggulangan
1. Memahami dan mengerti tentang Perawatan Bencana
Psikososial dan spiritual pada korban bencana Akiko Saka, 2007. Long-term nursing needs during

2. Dapat menjelaskan tentang Perawatan Psikososial the disaster that is different from Acute Phase.
Mariko Ohara, Akiko Sakai. (Editorial
dan spiritual pada korban bencana
Supervision): Disaster Nursing,Nanzandou
1.

A. TINJAUAN PENDAHULUAN (Introduction)


Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007 mendefinisikan bencana sebagai peristiwa yang
mengancam kehidupan masyarakat, disebabkan oleh faktor alam atau nonalam (faktor manusia)
yang mengakibatkan timbulnya korban jiwa, kerusakan lingkungan, kerugian harta benda dan
dampak psikologis. Bencana juga diartikan sebagai gangguan serius pada komunitas atau
masyarakat luas yang menyebabkan kerusakan materi, ekonomi, lingkungan dan tidak dapat dicegah
oleh masyarakat (National Disaster Management Plan, 2016; UU No 24, 2007). Bencana
memberikan efek yang buruk bagi korban seperti kehilangan harta benda, tempat tinggal dan
kematian anggota keluarga (Priester, 2016).
Rumah sakit merupakan sentral terdepan penanggulangan korban bencana (Liu, Fowler,
Roberts, & Herovic, 2018). Perawat adalah tim penyedia pelayanan kesehatan terbesar yang
berperan penting dalam menanggapi bencana. Sehingga perawat berpengaruh pada respon bencana
dan pemulihan korban setelah bencana (Li, Li, Yang, & Xu, 2016).
Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mencatat di Indoensia sejak 2018 telah
terjadi bencana sebanyak 1.999 kejadian. Data historis bencana menunjukkan bahwa Indonesia
mengalami bencana alam dengan jumlah korban jiwa yang besar. Korban bencana meninggal dunia

Dokumen ini adalah milik HORIZON EDUCATION


dan hilang sebanyak 3.548 dan sebanyak 3,06 juta orang mengungsi dan terdampak bencana
(BNPB, 2018).
Bencana yang terjadi juga mempengaruhi kondisi spiritual korban bencana. Hal ini disebabkan
oleh kejadian bencana yang terjadi secara tiba-tiba dan mengakibatkan kerugian yang besar bagi
korban (Priester, 2016). Banyak individu yang sangat bergantung pada keyakinan dan praktik
keagamaan untuk menghilangkan stres ketika sakit atau terjadi bencana agar dapat
mempertahankan harapan, makna dan tujuan hidup. Keterlibatan agama dapat membantu
pertumbuhan psikologis yang lebih baik (Koenig, Larson, & Larson, 2001).

B. MATERI PEMBELAJARAN (Content Notes)


Perawatan Psikososial dan spiritual pada korban bencana
Kondisi geografis dan geologis Indonesia menjadikannya area yang rawan berbagai macam
bencana alam mulai dari letusan gunung, gempa, hingga banjir. Wilayah Indonesia berada di jalur
cincin api Pasifik yang merupakan rangkaian gunung api aktif di dunia dan hampir semua gempa
bumi dunia terjadi di jalur tersebut. Indonesia juga tempat pertemuan tiga lempeng tektonik besar:
Indo-Australia, Eurasia, dan Lempeng Pasifik, sehingga punya potensi besar untuk terjadinya
bencana gempa bumi termasuk likuifaksi dan tsunami.
Menurut data dari BNPB, sejak awal tahun 2017 saja hingga pertengahan 2019, Indonesia
telah mengalami 5.594 kejadian bencana. Bencana alam yang terjadi menimbulkan berbagai
dampak, mulai dari kerusakan fisik hingga korban jiwa.
Total korban meninggal dan hilang sebanyak 4249 jiwa, 27 ribu lebih korban yang mengalami
luka-luka, lebih dari 21 juta jiwa yang menderita dan mengungsi. Selain itu, lebih dari 166 ribu rumah
rusak berat, 105 ribu rumah yang mengalami kerusakan sedang, dan 302 ribu rumah mengalami
kerusakan ringan.

Psikososial
Aktor kemanusiaan termasuk semua pekerja untuk badan-badan kemanusiaan, baik direkrut
secara internasional maupun nasional, atau secara formal maupun informal dipekerjakan di dalam
komunitas untuk melaksanakan kegiatankegiatan dari badan tersebut.
Korban Bencana adalah orang atau sekelompok orang yang menderita atau meninggal dunia
akibat bencana
Anak adalah orang yang berusia di bawah 18 tahun, termasuk janin yang masih di dalam
kandungan. menurut Konvensi PBB mengenai Hak-hak Anak. Orang di bawah umur dianggap tidak

Dokumen ini adalah milik HORIZON EDUCATION


mampu untuk memberi penilaian dan memahami konsekuensi dari pilihan mereka dan memberi
persetujuan sendiri, terutama mengenai tindakan-tindakan seksual.
Bencana adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan
mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat yang disebabkan, baik oleh faktor alam
dan/atau faktor nonalam maupun faktor manusia sehingga mengakibatkan timbulnya korban jiwa
manusia, kerusakan lingkungan, kerugian harta benda, dan dampak psikologis.
Bencana alam adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau serangkaian peristiwa
yang disebabkan oleh alam antara lain berupa gempa bumi, tsunami, gunung meletus, banjir,
kekeringan, angin topan, dan tanah longsor.
Komunitas adalah istilah yang digunakan dalam panduan ini mengacu kepada populasi yang
mengalami keadaan darurat. Dalam konteks individu, “komunitas” dapat diartikan sebagai pengungsi,
orang-orang yang meninggalkan rumah mereka, korban bencana alam, atau istilah lain.
Kelompok rentan adalah kelompok-kelompok individu yang lebih rentan dalam situasi
bencana. Menurut pasal 55 ayat 2 Undang-undang Penanggulangan. Bencana nomor 24 tahun 2007,
yang termasuk kelompok rentan adalah:
a. Bayi, balita, dan anak-anak
b. Ibu yang sedang mengandung atau menyusui
c. Penyandang cacat (disabilitas), dan
d. Orang lanjut usia

Psikososial adalah relasi yang dinamis antara aspek psikologis dan sosial seseorang.
Bencana membawa efek negatif luar biasa pada seluruh sendi kehidupan manusia. Temuan berbagai
penelitian menunjukkan adanya peningkatan yang sangat signifikan pada
berbagai problem kesehatan fisik dan psikologis penyintas bencana jangka panjang. Itu bisa berupa
penurunan kemampuan individu dalam melakukan penyesuaian diri karena berkaitan dengan
perubahan kehidupan personal, interpersonal, sosial, dan ekonomi pasca bencana.

Penelitian lain juga menemukan adanya hubungan negatif yang signifikan antara hilangnya
kekayaan pribadi, dukungan sosial, dan kesehatan fisik dengan meningkatnya stress psikologis
pasca bencana. Dampak bencana menurut Gregor (2005) sangat terasa pada sebagian orang akibat
kehilangan keluarga dan sahabat, kehilangan tempat tinggal, dan harta benda, kehilangan akan
makna kehidupan yang dimiliki, perpindahan tempat hidup serta perasaan ketidakpastian karena
kehilangan orientasi masa depan, serta keamanan personal.

Dokumen ini adalah milik HORIZON EDUCATION


Baik pada anak maupun pada orang dewasa dampak bencana bervariasi dari jangka pendek
sampai jangka panjang. Dampak emosional jangka pendek yang masih dapat dilihat dengan jelas
meliputi rasa takut dan cemas yang akut, rasa sedih dan bersalah yang kronis, serta munculnya
perasaan hampa. Pada sebagian orang perasaan-perasaan ini akan pulih seiring berjalannya waktu.
Namun pada sebagian yang lain dampak emosional bencana dapat berlangsung lebih lama berupa
trauma dan problem penyesuaian pada kehidupan personal, interpersonal, sosial, dan ekonomi
pasca bencana.

Gejala- gejala gangguan emosi yang terjadi merupakan sumber distress dan dapat
mempengaruhi kemampuan penyintas bencana untuk menata kehidupannya kembali. Apabila tidak
segera direspons akan menyebabkan penyintas, keluarga, dan masyarakat tidak dapat berfungsi
dalam kehidupan dengan baik (Retnowati, 2012).

Dukungan Kesehatan Mental dan Psikososial adalah segala bentuk dukungan dari lokal
maupun pihak luar yang bertujuan untuk menjaga atau mempromosikan kesejahteraan psikososial
dan/atau mencegah atau mengatasi gangguan jiwa.

Pertolongan Pertama Psikologis

Merupakan tindakan pertama yang dilakukan dalam durasi singkat kepada seseorang yang
baru saja mengalami bencana ataupun krisis untuk membantu keadaan pada saat itu serta
mencegah timbulnya dampak psikologis yang lebih mendalam.

PFA sebenarnya bukan sesuatu yang asing dan pada dasarnya kita semua sudah pernah
melakukannya dalam kehidupan sehari-hari.

Tujuan PFA (Psychological First Aid): Untuk memenuhi kebutuhan mendesak dasar,
mengurangi tingkat stres yang dialami, dan memperkuat daya adaptasi alami.

Tahap-tahap Pertolongan Pertama psikologis

1. Memenuhi kebutuhan dasar/mendesak


2. Mendengarkan
3. Menerima perasaan penyintas
4. Membantu dengan langkah selanjutnya
5. Arahkan dan tindak lanjuti

Prinsip-prinsip penting dalam Dukungan Psikososial

Dokumen ini adalah milik HORIZON EDUCATION


 Rasa percaya
 Kerahasiaan
 Ikut menentukan dalam pengambilan keputusan
 Sikap tidak menghakimi
 Melibatkan tradisi/budaya lokal dalam pemulihan trauma

Program Dukungan Psikososial

Apakah psikososial itu ?

Psikososial merupakan penggabungan 2 kata yang terdiri dari : PSIKO = internal-pikiran,


perasaan, nilai, kepercayaan yang dianut individu. SOSIAL = eksternal-hubungan antara individu
dengan lingkungannya.

Definisi Psikososial adalah “Hubungan dinamis antara aspek psikologi dan sosial, dimana
masing-masing saling berinteraksi dan mempengaruhi secara berkelanjutan.”

Dampak psikologis

Dampak yang mempengaruhi pikiran, keyakinan, perasaan, dan perilaku.

Dampak sosial

Dampak yang mempengaruhi hubungan sosial (dengan keluarga, teman, masyarakat),


kegiatan masyarakat (misalnya sekolah), dan lingkungan.

Tujuan pemberian Dukungan Psikososial

 Pembedayan sebagai bukti pemulihan.


 Pemberdayaan terkait dengan sampai sejauh mana masyarakat/individu yang terkena
dampak bencana mampu melalui berbagai pengalaman tersebut dengan kapasitas
yang dimiliki.

Kapan dukungan Psikososial perlu diberikan?

 Tidak semua individu mengalami gangguan psikologis, banyak pula individu yang mampu
resilien.

Dokumen ini adalah milik HORIZON EDUCATION


 Mungkin beberapa kelompok rentan bermasalah pada suatu masalah dan kuat pada masalah
yang lain.
 Konteks bencana. Masing-masing kelompok masyarakat memperlihatkan masalah sosial dan
psikologis yang berbeda-beda.
 Informasi adalah kebutuhan, namun perlu dipikirkan kapan saat yang tepat memberikannya.

Program Dukungan Psikososial

Program Dukungan Psikososial (Psychosocial Support Prgramme/PSP) adalah kegiatan yang


bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan psikososial individu maupun masyarakat agar tetap
berfungsi optimal pada saat mengalami krisis dalam situasi bencana maupun kecelakaan. PSP
diberikan kepada Kelompok masyarakat target Program dukungan psikososial PMI seperti anak-
anak, remaja, dewasa dan lansia, penyandang cacat, pekerja kemanusiaan.

Manfaat Program Dukungan Psikososial

 Membantu individu untuk mengurangi beban emosinya.


 Mengembalikan fungsi sosial indvidu di dalam lingkungannya.
 Mengurangi risiko berkembangnya reaksi normal menjadi reaksi yang tidak normal.
 Meningkatkan kemampuan individu di dalam pemecahan masalah-masalah yang dihadapii
pasca bencana.
 Membantu para pekerja kemanusiaan untuk mengatasi masalah psikologis yang muncul
akibat dari situasi yang dihadapi.

Pelaksanaan Program Dukungan Psikososial tidak dilaksanakan melalui pendekatan


individual/konseling, tetapi melalui pendekatan berbasis masyarakat

Psikososial merupakan suatu istilah yang merujuk pada perkembangan psikologis manusia
dan interaksinya terhadap lingkungan sosial. Psikososial adalah Suatu kondidi yang terjadi pada
individu yang mencakup aspek psikis sosialatau sebaliknya secara intergritas. Aspek kejiwaan
berasal dari dalam diri kita, sedangkan aspek sosial berasal dari luar, dan kedua aspek ini sangat
saling berpengaruh kala mengalami masa pertumbuhan dan perkembangan. Aspek Psikososial
merupakan aspek hubungan dinamis antara dimensi Psikologis/kejiwaan sosial.

Pemulihan Psikososial bagi individu maupun kelompok masyarakat ditujukan untuk meraih
kembali fungsi normalnya sehingga tetap menjadi produktif dan menjalani hidup yang bermakna

Dokumen ini adalah milik HORIZON EDUCATION


setelah mengalami peristiwa traumatik (Iskandar, Dharmawan & Tim Pulih, 2005). Dengan demikian
dampak psikososial adalah suatu suatu perubahan psikis dan sosial yang terjadi setelah adanya
Bencana atau peristiwa Traumatik misalnhya: Tsunami, Banjir, Tanah longsot, atau seperti luapan
lumpur Lapindo.

Respon individu paska trauma tergantung dari persepsi dan kesetabilan emosi yang dimiliki
Menurut Keliat dkk (2005) ada 3 yahapan reaksi emosi setelah terjadi bencana:

1. Reaksi individu segera setelah 24 jam bencana dengan reaksi yang di perlihatkan: tegang,
ceman dan panik, terpaku, linglung, syok tidak percaya, gembira/euphoria, tidak terlalu merasa
menderita, lelah, bingung, gelisah, menangis, menarik diri merasa bersalah. Reaksi ini
termasuk kategori normal terhadap situasi abnormal dan perlu upaya pencegahan primer.

2. Minggu pertama sampai minggu ketiga setelah bencana. Reaksi yang di perlihatkan adalah
ketakutan, Waspada, sensitif, mudah marah, kesulitan tidur, kuatir, sangat sedih, mengulang
ulang (flash back) Kejadian. Reaksi positif yang masih dimiliki adalah Berharap dan berpikit
tentang masa depan, Terlibat dalam kegiatan menolong, dan menyelamatkan , menerima
bencana sebagai takdir. Kondisi ini masuk masuk dalam tahap normal yang membutuhkan
tindakan psikososial minimal, terutama respon maladaftif.

3. Lebih dari minggu ketiga setelah bencana dengan reaksi yang diperlihatkan dapat menetap.
Manisfesstasi diri yang diperlihatkan adalah: kelelahan, merasa sedih terus menerus, Merasa
panik, Psimis dan berpikir tidak realistis, Tidak beraktivitas, Isolasi dan menarik diri,
Kecemasan yang dimanisfestasikan dengan palpitasi, Pusing, letih, mual, sakit kepala, dan
lain-lain. Kondisi ini merupakan akumulasi respon yang menimbulkan masalah psikososial

Aspek Psikososial

Konsep psikososial terdiri dari dua hal, yaitu psiko dan sosial. Kata psiko mengacu pada jiwa,
pikiran, emosi atau perasaan, perilaku, hal-hal yang diyakini, sikap, persepsi dan pemahaman
akan diri. Kata sosial merujuk pada orang lain, tatanan sosial, norma, nilai aturan, sistem
ekonomi, sistem kekerabatan, agama atau religi serta keyakinan yang berlaku dalam suatu
masyarakat.

Psikososial diartikan sebagai hubungan yang dinamis dalam interaksi antara manusia, dimana
tingkah laku, pikiran dan emosi individu akan mempengaruhi dan dipengaruhi oleh orang lain atau
pengalaman sosial.

Dokumen ini adalah milik HORIZON EDUCATION


Tujuan dukungan psikososial adalah mengembalikan individu atau keluarga atau kelompok
pasca kejadian tertentu (bencana alam maupun bencana sosial) sehingga menjadi kuat secara
individu atau kolektif ; berfungsi optimal, memiliki ketangguhan dalam menghadapi masalah; serta
menjadi berdaya dan produktif dalam menjalani hidupnya.

Menurut Stuart (2013) kemampuan atau strategi yang diperlukan untuk membantu dan
menentukan apa yang harus dilakukan saat berada dalam situasi bahaya, dapat menggunakan
keterampilan menyelesaikan masalah dengan mencari informasi, mengidentifikasi masalah,
mempertimbangkan alternatif, mengimplementasikan rencana tindakan.

Menurut Zailani dkk (2009), respon psikologis masyarakat yang biasa terjadi saat berada pada
situasi potensi terjadinya bencana adalah stres atau ansietas, disebabkan oleh lingkungan atau
sekitar tempat tinggal yang berada di wilayah berpotensi bencana yang dapat mempengaruhi cara
berfikir individu serta mengubah cara pandangnya dalam menghadapi masalah.

REAKSI STRES PADA BENCANA

Untuk membantu orang yang selamat kita harus menyadaribahwa kebanyakan reaksi stres
terhadap bencana adalah normal. Reaksi stres yang ringan sampai sedang dalam situasi darurat
dan fase awal dari bencana prevalensinya tinggi karena orang-orang yang selamat (keluarganya,
komunitasnya, dan anggota penyelamat) betul-betul memahami bahaya yang dahsyat yang
berhubungan dengan peristiwa bencana.

Hasil studi kasus yang dikumpulkan oleh dokter kesehatan mental yang telah bergulat dalam
banyak kegiatan bencana melaporkan bahwa reaksi biopsikososial setelah bencana yang terjadi
pada individu dan komunitas berbentuk pola yang dapat diramalkan secara relatifantara 18
sampai dengan 36 bulan sejak terjadinya bencana. Dalam keadaan biasa, reaksi stres pada
bencana dapat dikatakan diklasifikasikan ke dalam empat dimensi yaitu dimensi mental/perasaan,
fisik, pemikiran, dan perilaku.

1. Reaksi Stres Emosional Reaksi stress pada bencana yang dapat dilihat dari aspek emosional
meliputi: lumpuh mental, gangguan tidur, ingat kembali rasa ketakutan, ketakutan merasa sendiri,
merasa asing, gelisah depresi, marah, rasa berdosa karena bertahan hidup.
2. Reaksi StresFisik Reaksi stress fisik pada bencana ditunjukan dengan keluhan seperti: sakit kepala,
lemas di kaki – tangan, merasa lelah, tenggorokan serak, nyeri otot, nyeri dada, mual, diare, kurang
nafsu makan, gangguan pernafasan, menggigil, kepala terasa panas, kedinginan, gemetar, pusing

Dokumen ini adalah milik HORIZON EDUCATION


serasa berputar, kesemutan, alergi, influenza. Ini menunjukkan berbagai macamreaksi stress fisik. Dari
gejala-gejala di atas ini, dapat dipahami bahwa reaksi-reaksi tersebut dapat menyebar ke seluruh
tubuh.
3. Reaksi Stres Kognitif Reaksi stress kognitif pada bencana antara lain: susah berkonsentrasi, daya
pikirnya lumpuh, kacau, apatis, kehilangan ingatan jangka pendek, kemampuan mengambil keputusan
dan pertimbangan menurun, tidak dapat menentukan pilihan dan urutan prioritas.
4. Reaksi Stres Perilaku Reaksi stress perilaku pada bencana adalah kemarahan meledak, tingkah laku
yang berlebihan/kekerasan, menarik diri dari pergaulan sosial (menyendiri), frekuensi minum minuman
keras dan rokok meningkat, berperilaku seperti anak kecil, berkelahi, bermasalah dengan anggota
keluarga, terisolasi dari masyarakat/komunitas, anoreksia (mnolak makan dan bulimia (makan
berlebihan). Ini menunjukkan berbagai macam reaksi stres perilaku.

Begitu banyaknya reaksi stress pada bencana, maka kita sebagai perawat harus dapat membantu
mengatasi masalah para korban bencana. Berikut adalah uraian tentang penanganan terhadap reaksi
stress.

PENANGANAN TERHADAP REAKSI STRES

Ada beberapa hal yang dapat kita lakukan untuk mengatasi masalah stress pada bencana yaitu:

1. Menceritakan pengalaman bencana diri sendiri dan mendengarkan pengalaman orang lain
2. Mencurahkan perasaan jangan memendamnya
3. Bernafas dalam rileks, kontak fisik
4. Lakukan olahraga dan mengendorkan ketegangan
5. Mencari kesenangan/hobi
6. Jangan menghibur hati dengan minuman keras
7. Gizi seimbang
8. Membuat perencanaan dan tidak memaksakan diri
9. Tidak menyalahkan diri sendiri
10. Tidak menanggung kesedihan sendirian
11. Meminta pertolongan.

Dokumen ini adalah milik HORIZON EDUCATION


RESPON PSIKOLOGIS PADA BENCANA

Setiap orang pada siklus bencana memberikan respon psikologis yang beragam. Adapun fase-
fase respon psikologis individu dan masyarakat terkait bencana akan kita pelajari sekarang. Mari kita
simak bersama-sama gambar di bawah ini.

Gambar Respon Psikologis Bencana

Gambar di atas memperlihatkan berbagai respon psikologis terkait bencana dari fase sebelum
bencana sampai dengan setelah bencana. Respon psikologis individu dan masyarakat terkait bencana
melewati fase predisaster, impact/inventory, Heroik, Honeymoon, disillusionment dan reconstruction.
Mari kita ikuti penjelasan di bawah ini.

Respon psikologis individu dan masyarakat terkait bencana melewati fase-fase sebagai Berikut:

1. Predisaster; saat ini situasi normal, belum terjadi bencana. Dengan atau tanpa peringatan dini, bisa ada
persiapan menghadapi bencana yang akan terjadai.
2. Impact/inventory; saat ini dimulai ketika bencana terjadi. Ada bantuan dari orang lain untuk menolong
dirinya sehingga individu merasa diperhatikan dan ada semangat menata kembali kehidupannya.
Sementara itu, di sisi lain, mereka merasa tertekan atau bingung atas kejadian bencana ini. Tapi
kemudian dengan cepat akan pulih dan berfokus pada perlindungan untuk dirinya dan orang-orang
terdekatnya. Emosi yang muncul berupa ketakutan, tidak berdaya, kehilangan, dislokasi dan kemudian
merasa bertanggung jawab untuk melakukan sesuatu yang lebih (fase inventory). Kemudian setelah
bencana terjadi, muncul gambaran awal kondisi individu dan masyarakat.
3. Heroik; pada fase pertama dan berikutnya, orang merasa terpanggil untuk melakukan aksi heroik

Dokumen ini adalah milik HORIZON EDUCATION


seperti menyelamatkan nyawa dan harta orang lain. Altruisme (perhatian terhadap kesejahteraan
orang lain tanpa memperhatikan diri sendiri) menonjol. Bersedia membantu orang lain untuk bertahan
dan pulih.
4. Honeymoon;biasanya 1 mingggu – 6 bulan setelah bencana. Untuk yang terkena langsung biasanya ada
strong sense akan bahaya lain, situasi katastropik. Komunitas biasanya ada kohesi dan kerjasama
untuk pulih. Bantuan biasanya sudah berjalan lancar, ada harapan yang tinggi untuk cepat pulih. Emosi
yang muncul biasanya rasa syukur dan harapan-harapan.
5. Disillusionment; biasanya dialami selama 2 bulan – 2 tahun setelah bencana terjadi. Realita pemulihan
sudah ditetapkan. Orang-orang akan merasa kecewa, frustasi, marah, benci dan kesal jika terjadi
kemunduran dan janji bantuan tidak terpenuhi, terlalu sedikit atau terlambat. Lembaga bantuan dan
relawan mulai hilang, kelompok masyarakat lokal mulai melemah. Mereka yang paling terkena
dampaknya akan sadar bahwa banyak hal yang harus dilakukan sendiri dan kehidupan mereka tidak
selalu sama. Perasaan kebersamaan akan mulai hilang karena mulai fokus pada membangun kembali
kehidupannya sendiri dan mengatasi masalah individual. Emosi yang muncul berupa keraguan,
kehilangan, kesedihan dan isolasi.
6. Reconstruction; biasanya berlangsung selama bertahun-tahun setelah bencana. Mereka yang bertahan
mempunyai fokus perhatian pada membangun kembali rumahnya, bisnis, ladang dan kehidupannya.
Muncul bangunan-bangunan baru, perkembangan program-program baru, dan rencana meningkatkan
kepercayaan dan kebanggan masyarakat dan kemampuan individu untuk membangun kembali. Namun
proses ini ada pasang surutnya, misal ada peristiwa-peristiwa lain yang memicu reaksi emosional atau
kemajuan yang tertunda.

DAMPAK PSIKOLOGIS PASCA BENCANA


Setiap individu memberikan respon yang berbeda mengahadapi bencana, sehingga dampak
psikologis akibat bencana dapat kita kategorikan menjadi tiga, yaitu:
1. Distress psikologi ringan,
2. Distress psikologi sedang dan
3. Distress psikologi berat.
Dampak psikologis pasca bencana, dikategorikan menjadi :
1. Distres Psikologis Ringan
Individu dikatakan mengalami distress psikologis ringan bila setelah bencana merasa cemas, panik dan
terlalu waspada. Pada situasi ini terjadi natural recovery (pemulihan alami) dalam hitungan

Dokumen ini adalah milik HORIZON EDUCATION


hari/minggu. Orang orang dengan kondisi distress psikologis ringan tidak butuh intervensi spesifik. Hal
ini akan tampak pada sebagian besar survivor/korban yang selamat.
2. Distres Psikologis Sedang
Bila individu merasa cemas menyeluruh, menarik diri dan mengalami gangguan emosi maka kita
kategorikan mengalami distress psikologis sedang. Pada kondisi ini natural recovery membutuhkan
waktu yang relatif lebih lama, bahkan dapat berkembang menjadi gangguan mental dan tingkah laku
yang berat. Orang dengan kondisi distress psikologis sedang membutuhkan dukungan psikososial untuk
natural recovery.
3. Gangguan Tingkah Laku dan Mental yang Berat
Situasi ini terjadi bila individu mengalami gangguan mental karena trauma atau stress seperti PTSD
(Post Traumatic Sindrome Disorder), depresi, cemas menyeluruh, fobia, dan gangguan disosiasi.
Gangguan tingkah laku dan mental yang berat ini jika tidak dilakukan intervensi sistemik akan mudah
menyebar. Keadaan ini membutuhkan dukungan mental dan penanganan oleh mental health
professional.

Uraian diatas memberikan kita gambaran bahwa respon psikologis pasca bencana bisa terjadi
pada siapa saja, dari intensitas ringan sampai berat. Kita sebagai perawat, merupakan kelompok
terbesar dari tenaga kesehatan berkomitmen,sering bekerja dalam situasi sulitdengan sumber daya
terbatas, memainkan peran penting ketika bencana terjadi, menjabat sebagai responden pertama,
petugas triase dan penyedia layanan, koordinator perawatan dan jasa, penyedia informasi atau
pendidikan, dan konselor. Namun, sistem kesehatan dan pelayanan kesehatan pada situasi bencana
hanya berhasil bila perawat memiliki kompetensi atau kemampuan untuk secara cepat dan efektif
merespon bencana.

PRINSIP DASAR PENANGANAN MASALAH PSIKOLOGIS

Dibawah ini adalah uraian tentang prinsip dasar penanganan menghadapi respon psikologis
pasca bencana. Menurut WHO, ada beberapa hal yang harus kita pahami dan kita persiapkan terlebih
dahulu sebelum menangani masalah psikologis pasca bencana, yaitu:

1. Lakukan persiapan sebelum emergency, meliputi: penetapan sistem koordinasi, penyusunan rencana
darurat dan pelatihan-pelatihan.
2. Lakukan Assessment: penilaian kualitatif dan kuantitatif terhadap kebutuhan psikososial dan
kesehatan mental

Dokumen ini adalah milik HORIZON EDUCATION


3. Upayakan kolaboratif dengan tim kesehatan lain
4. Integrasikan dalam primary health care
5. Berikan akses pelayanan untuk semua
6. Siapkan pelatihan dan pengawasan (jika tidak terjaga akan menimbulkan masalah baru)
7. Rumuskan perspektif jangka panjang penanganan
8. Tetapkan indikator pantauan (monitoring indicator)

UPAYA PENANGANAN KESEHATAN MENTAL

Setelah kita pahami dan lakukan prinsip-prinsip penanganannya, sekarang kita siapkan upaya
penanganannya. Dalam menangani dampak bencana terhadap aspek kesehatan mental diperlukan dua
intervensi utama, yaitu :

1. Intervensi Sosial
Tersedianya akses terhadap informasi yang bisa dipercaya dan terus menerus mengenai bencana dan
upaya-upaya yang berkaitan, memelihara budaya dan acara-acara keagamaan seperti upacara
pemakaman, tersedianya akses sekolah dan aktivitas rekreasi normal untuk anak-anak dan remaja,
partisipasi dalam komunitas untuk orang dewasa dan remaja, keterlibatan jaringan sosial untuk orang
yg terisolasi seperti anak yatim piatu, bersatunya kembali keluarga yang terpisah, shelter dan
organisasi komunitas untuk yang tidak punya tempat tinggal, keterlibatan komunitas dalam kegiatan
keagamaan dan fasilitas masyarakat lainnya.
2. Intervensi Psikologis dan Psikiatrik
Terpenuhinya akses untuk pertolongan pertama psikologis pada pelayanan kesehatan dan di
komunitas untuk orang-orang yang mengalami distress mental akut, tersedianya pelayanan untuk
keluhan psikiatrik di sistem pelayanan kesehatan primer, penanganan yang berkelanjutan untuk
individu dengan gangguan psikiatrik yang sudah ada sebelumnya, pemberhentian medikasi tiba-tiba
harus dihindari, perlu dibuat perencanaan untuk intervensi psikologis berbasis komunitas pasca
bencana.

Dokumen ini adalah milik HORIZON EDUCATION


SPIRITUAL

Asuhan keperawatan spiritual adalah suatu manifestasi dari ibadah yang berbentuk
pelayanan profesional dan merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan yang didasari
pada keimanan, keilmuan, dan amal.Dalam memberikan pelayanan keperawatan secara
holistic, seorang perawat harus mempertimbangkan berbagai aspek, tidak hanya aspek fisik,
namun juga aspek sosial, emosional, kultural dan spiritual dalam memenuhi kebutuhan klien.
Kebutuhan spiritual dan psikososial kurang menjadi hal yang prioritas daripada kebutuhan fisik
karena kebutuhan tersebut seringkali bersifat abstrak, kompleks dan lebih sulit diukur.

Dimensi spiritual merupakan salah satu dimensi penting yang perlu diperhatikan oleh
perawat dalam memberikan asuhan keperawatan. Bahkan, keimanan diketahui
sebagai salah satu faktor yang sangat kuat dalam penyembuhan dan pemulihan fisik individu.
Mengingat pentingnya peranan spiritual dalam penyembuhan dan pemulihan kesehatan, maka
penting bagi perawat untuk meningkatkan pemahaman tentang konsep spiritual agar dapat
memberikan asuhan spiritual dengan baik kepada semua pasien.

Aspek penting dari perawatan spiritual adalah mengenali bahwa pasien memiliki
kekuatan dan keyakinan spiritual tertentu dimana perawat dapat gunakan sebagai sumber
untuk membantu pasien menjalani gaya hidup yang lebih sehat, sembuh dari penyakit atau
menghadapi kematian dengan tenang. Asuhan keperawatan yang diberikan perawat tidak bisa
lepas dari aspek spiritual yang merupakan bagian integral perawat dengan pasien. Kebutuhan
spiritual merupakan kebutuhan dasar yang dibutuhkan oleh setiap manusia.

Pemenuhan kebutuhan spiritual pasien merupakan bagian dari peran dan fungsi
perawat dalam pemberian asuhan keperawatan. Oleh karena itu, diperlukan sebuah metode
ilmiah untuk menyelesaikan masalah keperawatan secara sitematis melalui pendekatan
proses keperawatan yang diawali dari pengkajian data, penetapan diagnosa, perencanaan,
implementasi, dan evaluasi.

Asuhan keperawatan berbasis spiritual dapat diidentifikasi pada masing-masing


tahapan, seperti pengkajian aspek spiritual membutuhkan hubungan interpersonal yang baik
antara perawat dengan pasien. Oleh karena itu, pengkajian sebaiknya dilakukan setelah
perawat dapat membentuk hubungan yang baik dengan pasien atau dengan
orang terdekat pasien. Perawat berperan sebagai komunikator perantara bila pasien
menginginkan untuk bertemu dengan petugas rohaniawan atau bila menurut perawat

Dokumen ini adalah milik HORIZON EDUCATION


memerlukan bantuan rohaniawan dalam mengatasi masalah spiritualnya.

Konsep Dasar Asuhan Keperawatan Spiritual

Pada tahap implementasi perawat menerapkan rencana intervensi dengan melakukan


prinsip-prinsip kegiatan asuhan keperawatan, sebagai berikut :

• Periksa keyakinan spiritual pribadi perawat.

• Fokuskan perhatian pada persepsi klien terhadap kebutuhan spiritualnya.

• Jangan berasumsi klien tidak mempunyai kebutuhan spiritual.

• Mengetahui pesan non-verbal tentang kebutuhan spiritual klien.

• Berespon secara singkat, spesifik, dan faktual.

• Mendengarkan secara aktif dan menunjukan empati yang berarti menghayati masalah
klien.

• Menerapkan teknik komunikasi terapeutik dengan teknik mendukung menerima, bertanya,


memberi infromasi, refleksi, menggali perasaan dak kekuatan yang dimiliki klien.

• Meningkatkan kesadaran dengan kepekaan pada ucapan atau pesan verbal klien

Implementasi Aspek Spiritual dalam Keperawatan

 Menunjukkan Kehadiran

Kehadiran perawat dalam aktivitas perawatan menunjang adanya perasaan sejahtera


dan memberikan harapan untuk pemulihan. Perilaku kehadiran perawatan meliputi
memberi perhatian, menjawab pertanyaan dan mempunyai sikap positif dan
memberikan dorongan (tetapi realistis).

Perawat secara tepat menggunakan tangan, memberikan kata-kata mendukung dan


menggunakan pendekatan yang tenang dan desesif akan menciptakan kehadiran yang
membangun kepercayaan dan kesejahteraan. Perawat harus membuktikan bahwa ia
dapat diandalkan dan dipercaya.

Perhatian yang cermat terhadap setiap permintaan pasien, tidak peduli betapa pun
remehnya, penting bagi pasien.

Dokumen ini adalah milik HORIZON EDUCATION


 Mendukung Hubungan Yang Menyembuhkan
Perawat harus menerapkan pandangan yang holistik terhadap permasalahan yang
timbul pada pasien. Inti dari hubungan yang menyembuhkan adalah
mengerahkan/menumbuhkan harapan pasien. Harapan adalah motivator yang
memungkinkan pasien untuk memiliki kekuatan dalam menghadapi penyakit yang
diderita.
 Sistem Dukungan
Sistem pendukung mempunyai makna membangun kembali hubungan pasien dengan
gaya hidup pasien sebelum terjadi penyakit. Jika keluarga dan teman ditemukan
menjadi sumber spiritual bagi pasien, maka mereka dapat menjadi sumber terapi yang
sangat baik terutama dalam melakukan ritual kebiasaan keagamaan pasien.Perawat
dapat mendorong keluarga dan teman untuk mengunjungi pasien secara teratur.
Melibatkan keluarga dalam aktivitas pendoaan bersama pasien akan memberikan
ketenangan spiritual.
 Bedoa
Berdoa telah ditemukan sebagai suatu sumber yang efektif bagi seseorang untuk
mengatasi nyeri, stres dan distres. Suatu studi oleh Turner dan Clancy (1986)
mengidentifikasi bahwa dengan meningkatkan berdoa dan berharap, pasien nyeri
pinggang kronis telah menunjukkan intensitas nyeri. Yang juga sudah diteliti adalah
bahwa berdoa dapat mencakup perubahan kardiovaskuler dan relaksasi otot.
Spiritualitas hendaknya tidak hanya dihubungkan dengan aspek keimanan manusia
kepada Sang Pencipta saja. Spiritualitas juga sebenarnya merupakan aspek penting
dari kesehatan karena memberi kontribusi sebagai obat dan penyembuh dari segala
macam penyakit.
Perawat ataupun bidan MHomecare tidak hanya fokus pada aspek fisik dari pasien
tetapi memperhatikan aspek spiritual juga, dengan harapan pasien biasa sembuh dan
lebih sehat.

Wiryasaputra (2008) menyatakan setelah melakukan proses normalisasi atau


penyembuhan pada korban bencana maka akhirnya individu, keluarga atau komunitas tertentu
dapat menerima kenyataan tentang bencana yang dialaminya.

Menyerah dalam arti yang positif (tawakal), bukan putus asa merupakan titik tolak
pertumbuhan baru. Dalam tahap tertentu mereka sudah siap membangun kembali

Dokumen ini adalah milik HORIZON EDUCATION


lingkungannya. Pikiran mereka sudah jernih. Tenaga batin sosial, fisik dan spiritual, daya
juang mereka sudah pulih. Bila masa-masa penampungan tidak diperhatikan maka cenderung
menghambat proses pemulihan dari traumatik dan perkembangannya bahkan bisa terjadi
cacat secara mental.

Gambaran Kejadian PTSD

Bencana dapat menyebabkan individu dan keluarga mengalami gangguan atau


masalah secara fisik dan mental yang bersifat traumatik, karena bencana akan selalu
menimbulkan kerugian dan penderitaan serta mempengaruhi aspek-aspek kehidupan
sehingga diperlukan cara-cara untuk mencegah dan mengelolanya (Keliat, 2011). Masalah
kejiwaan yang dapat timbul pada masyarakat baik sebagai korban langsung dan korban tidak
langsung saat bencana adalah gangguan ansietas, panik, Post Traumatic Stress Disorder
(PTSD) dan Depresi (Stuart, 2013).

Hal tersebut biasa ditemukan dan responnya bervariasi pada setiap individu,
dikarenakan adanya perbedaan pada kemampuan individu dalam mengurangi ketegangan
yang menimbulkan ketidakseimbangan emosional dan pegalaman yang bersifat traumatik.
Individu yang mengalami bencana dapat dipastikan akan mengalami trauma yang dikenal
dengan sebutan Gangguan Stres Pasca Trauma atau Acute Stress Reaction.

Crabtree (2012) telah melakukan telaah terhadap 34 literatur yang berfokus dampak
banjir pada kesehatan mental menunjukkan hasil bahwa PTSD ditemukan 62% di Venezuela,
di Nicaragua 81% mengalami depresi, 8.5% beresiko bunuh diri di China, di India 84%
menunjukkan gejala ansietas dan dampak lain seperti ketergantungan alkohol 5.8% di
Honduras dan yang mengalami Acut Stress Disorder 2.2% di Myanmar.

Veenema (2009) yaitu peristiwa yang berhubungan dengan bencana dapat


menyebabkan respon yang berbeda-beda bagi individu ketika peristiwa bencana tersebut
menyebabkan ancaman kematian, luka serius atau gangguan pada integritas fisik dari individu
sehingga dampak individu terhadap bencana terbagi atas respon fisiologis berupa gangguan
fisik maupun respon psikososial berupa stres traumatik ataupun ansietas.

Johannesdottir dan Gisladottir (2010) pada 28 orang partisipan yang tinggal dan bekerja
disepanjang jalur vulkanik di Iceland Selatan dengan wawancara mendalam mengungkapkan
bahwa mereka memiliki kekhawatiran dan ketakutan bila terjadi bencana berulang karena
tidak mengetahui tindakan apa yang harus dilakukan. Kemampuan individu atau komunitas

Dokumen ini adalah milik HORIZON EDUCATION


dalam melalui fase bencana tidak selalu berurutan karena keunikan masing-masing dan faktor
lain seperti ketahanan psikologis, dukungan sosial dan sumber finansial.

Manusia adalah makhluk biopsikososial yang unik dan menerapkan system terbuka
serta saling berinteraksi. Manusia selaulu berusaha untuk mempertahankan keseimbangan
hidupnya. Keseimbangan yang dipertahankan oleh setiap individu untuk dapat menyesuaikan
diri dengan lingkungannya, keadaan ini disebut dengan sehat. Sedangkan seseorang
dikatakan sakit apabila gagal dalam mempertahankan keseimbangan diri dan lingkungannya.

Dokumen ini adalah milik HORIZON EDUCATION


C. MENGECEK PEMAHAMAN (Checking for Understanding)
1. Jelasakan Dampak bencana terhadap Psikososial korban bencana!
2. Jelaskan Dampak Bencana Terhadap Spiritual korban bencana!
3. Sebutkan Manfaat program dukungan Psikososial?
4. Jelaskan Implementasi Aspek Spiritual dalam Keperawatan!

Petunjuk Jawaban Latihan


Pelajari kembali topik tentang Perawatan Psikososial dan spiritual pada korban bencana.
Lembar Jawaban Latihan
No Soal Jawaban anda
1

Dokumen ini adalah milik HORIZON EDUCATION


D. PENUTUP PEMBELAJARAN
Kesimpulan
Psikososial merupakan penggabungan 2 kata yang terdiri dari : PSIKO = internal-pikiran,
perasaan, nilai, kepercayaan yang dianut individu. SOSIAL = eksternal-hubungan antara individu
dengan lingkungannya.

Definisi Psikososial adalah “Hubungan dinamis antara aspek psikologi dan sosial, dimana
masing-masing saling berinteraksi dan mempengaruhi secara berkelanjutan.” Dampak psikologis.
Dampak yang mempengaruhi pikiran, keyakinan, perasaan, dan perilaku. Dampak sosial. Dampak
yang mempengaruhi hubungan sosial (dengan keluarga, teman, masyarakat), kegiatan masyarakat
(misalnya sekolah), dan lingkungan.

Tujuan pemberian Dukungan Psikososial

 Pembedayan sebagai bukti pemulihan.


 Pemberdayaan terkait dengan sampai sejauh mana masyarakat/individu yang terkena
dampak bencana mampu melalui berbagai pengalaman tersebut dengan kapasitas
yang dimiliki.

Aspek Psikososial

1. Respon terhadap bencana meliputi: Respon emosi dan kognitif, Respon fisiologis dan Respon tingkah
laku.
2. Ada beberapa hal yang dapat kita lakukan untuk mengatasi masalah stress pada bencana yaitu:
menceritakan pengalaman bencana diri sendiri dan mendengarkan pengalaman orang lain,
mencurahkan perasaan jangan memendamnya, bernafas dalam rileks, kontak fisik, lakukan olahraga
dan mengendorkan ketegangan, mencari kesenangan/hobi, jangan menghibur hati dengan minuman
keras, gizi seimbang, membuat perencanaan dan tidak memaksakan diri, tidak menyalahkan diri
sendiri, tidak menanggung kesedihan sendirian, meminta pertolongan.
3. Respon psikologis individu dan masyarakat terkait bencana melewati fase predisaster,
impact/inventory, heroik, honeymoon, disillusionment dan reconstruction
4. Dampak psikologis akibat bencana dapat kita kategorikan menjadi tiga, yaitu distress psikologi ringan,
distress psikologi sedang dan distress psikologi berat.
5. Prinsip menangani masalah psikologis pasca bencana, yaitu: Lakukan persiapan, Assessment,
kolaboratif, Integrasikan dalam primary health care, akses pelayanan untuk semua, siapkan pelatihan

Dokumen ini adalah milik HORIZON EDUCATION


dan pengawasan, perspektif jangka panjang, ada indikator pantauan (monitoring
indicator)keterampilan menyelesaikan masalah dengan mencari informasi, mengidentifikasi
masalah, mempertimbangkan alternatif, mengimplementasikan rencana tindakan.
6. Menurut Zailani dkk (2009), respon psikologis masyarakat yang biasa terjadi saat berada pada
situasi potensi terjadinya bencana adalah stres atau ansietas, disebabkan oleh lingkungan
atau sekitar tempat tinggal yang berada di wilayah berpotensi bencana yang dapat
mempengaruhi cara berfikir individu serta mengubah cara pandangnya dalam menghadapi
masalah.

SPIRITUAL

Kebutuhan spiritual dan psikososial kurang menjadi hal yang prioritas daripada kebutuhan fisik
karena kebutuhan tersebut seringkali bersifat abstrak, kompleks dan lebih sulit diukur.

Konsep Dasar Asuhan Keperawatan Spiritual

Pada tahap implementasi perawat menerapkan rencana intervensi dengan melakukan


prinsip-prinsip kegiatan asuhan keperawatan, sebagai berikut :

• Periksa keyakinan spiritual pribadi perawat.

• Fokuskan perhatian pada persepsi klien terhadap kebutuhan spiritualnya.

• Jangan berasumsi klien tidak mempunyai kebutuhan spiritual.

• Mengetahui pesan non-verbal tentang kebutuhan spiritual klien.

• Berespon secara singkat, spesifik, dan faktual.

• Mendengarkan secara aktif dan menunjukan empati yang berarti menghayati masalah
klien.

• Menerapkan teknik komunikasi terapeutik dengan teknik mendukung menerima, bertanya,


memberi infromasi, refleksi, menggali perasaan dak kekuatan yang dimiliki klien.

Meningkatkan kesadaran dengan kepekaan pada ucapan atau pesan verbal klien

Dokumen ini adalah milik HORIZON EDUCATION

Anda mungkin juga menyukai