Anda di halaman 1dari 8

TUGAS RESUME KEEPERAWATAN BENCANA

NAMA : VINALITA DE FERFA


NIM : 1814201259

MATERI 1 : PERENCANAAN DALAM PERAWATAN PSIKOSOSIAL DAN


SPRITUAL BAGI KORBAN BENCANA
Kelompok rentan dalam situasi bencana adalah individua tau kelompok yang berdampak
lebih berat diakibatkan adanya kekurangan dan kelemahan yang dimilikinya pada saat bencana
terjadi resiko besar,meliputi bayi,balita anak-anak,ibu hamil/menyusui dan lansia.mental dan
social merupakan bagian dari aspek psikososial yang berkaitan kepada pikiran,emosi dan
kepribadian manusia.
Dampak social psikososial pada korban bencana,kehilangan tempat tinggal sementara
waktu,kehilangan mata pencarian karena kerusakan lahan pertanian dan tempat wisata,berpisah
dengan keluarga,terganggunya Pendidikan anak-anak,resiko timbulnya penyakit-penyakit
menular.
Ada beberapa aspek spiritual yang bisa diberikan pada korban bencana,terutama yang
beragama islam yaitu konseling islam. Konseling islam adalah suatu proses pertolongan terhadap
permasalahan individu dengan berlandaskan Al- Qur’an.
Berikut intervensi yang bisa diberikan pada korban bencana,menurut
Iskandar,dkk(2005) :
 Mengembangkan kepercayaan diri (trust)
 Menunjukkan empati
 Membantu memfasilitasi terpenuhi nya kebutuhan fisik dasar
 Mendorong melakukannya kegiatan-kegiatan kelompok
 Mengembangkan rutinitas yang positif
 Menghadiri kegiatan meskipun hanya sekedar mendengar,mengamati dan
menunjukkan kepedulian
 Melakukan kunjungan-kunjungan rumah
 Mengidentifikasi masalah-masalah psikososial khusus dan orang-orang yang
menunjukkan gejala-gejala trauma lebih dalam

MATERI 2 : PERENCANAAN PERAWATAN BAGI POPULASI LANSIA,WANITA


HAMIL DAN ANAK-ANAK
Perencanaan perawatan bencana pada lansia
 Sebelum bencana
- rekontruksi komunitas,bantuan mengungsi terhadap orang lansia di komunitas
berdasarkan kemampuan membantu diri sendiri dan membantu Bersama di daerah
setempat
- perisapan untuk memanfaatkan tempat pengungsian ,lansia yang berhasil
mengatasi dampak bencana didorong untuk mewarisi pengalaman dan
pengetahuan yang diperoleh dari bencana kepada generasi selanjutnya
 Saat bencana
Yang diperioritaskan pada saat bencana adalah memindahkan orang lansia
ketempat yang aman.oleh karena itu,sangat penting bagi komunitas dan daerah
untuk mengetahui keberadaan lansia dan kondisi fisik agar dapat menentukan
mode penyelamatan yang konkert supaya lansia bisa dievakuasi dengan cepat
 Setelah bencana
Lansia yang tinggal di pemukiman sementara telah memasuki tahap baru,yaitu
pindah kepemukiman rekontruksi atau mulai tinggal dengan kerabat lain. Tekanan
terbesar pada lansia adalah kematian sanak saudara maka dari itu sangat efektif
jika dilaksanakan upaya untuk memberikan makna hidup kepada lansia,dan
melaksanakan kegiatan-kegiatan mencegah lansia menyendiri dirumah
Perencanaan perawatan bencana pada ibu hamil dan bayi
Sebelum bencana
membekali ibu hamil pengetahuan mengenai umur kehamilan,gambaran
proses,ASI eksklusif dan MPASI. Melibatkan ibu hamil dalam kegiatan pencegahan
bencana,seperti simulasi bencana. Menyiapkan tenaga Kesehatan yang terampil
menangani kegawatdarudatan pada ibu hamil. Menyiapkan stok obat untuk ibu hamil
setelah bencana
setelah masa bencana,ibu dan bayi menjalani kehidupan yang baru.pengalaman
menghadapi bencana menjadi pelajaran untuk memperbaiki hidupnya. Ibu yang masi bisa
mempertahankan kehamilannya dipantau terus kondisi ibu dan janin agar dapat
melahirkan dengan selamat pada waktunya. Bagi ibu yang sudah melahirkan,fungsi dan
tugas ibu merawat harus dijalankan baik walau ditempat pengungsian ataupun
dilingkungan keluarga.
Perencanaan perawatan bencana pada anak-anak
Persiapan terlebih dahulu sebelum bencana mampu memperkecil kerugian.penting
juga berbicara pada anak-anak tentang keselamatan dan mengikutsertakan mereka dalam
perencanaan untuk suatu bencana. Oleh karena itu, segera setelah bencana dibutuhkan
triage yang cepat dan tepat terhadap anak dengan mempertimbangkan kemungkinan
terjadi keadaan yang memburuk.Jika anak dan orang tua dipisahkan dalam kondisi luar
biasa seperti bencana, dapat menyebabkan PSTD pada anak maupun orang tua.Oleh
karena itu, perawat harus segera merespon dan menyediakan pengobatan dan psikoterapi
disamping tindakan bedah, dan harus memperhatikan masalah kesehatan mental anak dan
memastikan agar sebisa mungkin anak tidak dipisahkan dari orang tua.
MATERI 3 : PERENCANAAN PERAWATAN BAGI POPULASI PENYAKIT KRONIK
Definisi bencana menurut Undang-Undang Republik Indonesia No. 24 tahun 2007
tentang penanggulangan bencana yang mengatakan bahwa bencana adalah peristiwa atau
rangkaian peristiwa yang mengancam dan mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat
yang disebabkan, baik oleh faktor alam dan/atau non-alam maupun faktor manusia sehingga
mengakibatkan timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan lingkungan, kerugian harta benda dan
dampak psikologis. (Harmoni, R. 2016).
Penyakit kronis merupakan penyakit dengan ciri bersifat menetap, menyebabkan
ketidak-mampuan pada penderitanya, dan untuk menyembuhkannya penderita perlu
melakukan perawatan dalam periode waktu yang lama.(Mayo, 1956 dalam Lubkin & Larsen,
2006). Dampak bencana pada akan memberi pengaruh besar pada besar pada kehidupan ddan
lingkungan bagi orang-orang dengan penyakit kronis. Terutama dalam kondisi yang terpaksa
hidup di tempat pengungsian dalam waktu yang lama atau terpaksa memulai kehidupan yang
jauh berbeda dengan pra-bencana, sangat sulit mengatur dan memanajemen penyakit seperti
sebelum bencana. Walaupun sudah berhasil selamat dari bencana dan tidak terluka sekalipun
manajemen penyakit kronis mengalami kesulitan, sehingga kemungkinan besar penyakit tersebut
kambuh dan menjadi lebih parah lagi ketika hidup dipengungsian atau ketika memulai kehidupan
sehari-hari lagi.
Menurut Ida Farida (2013), keperawatan pada fase persiapan sebelum bencana bagi korban
dengan penyakit kronis.

Fase Persiapan

a. Mempersiapkan catatn self-care mereka sendiri, terutama nama pasien, alamat ketika
darurat, ruah skit, dan dokter yang merawat.
b. Membantu pasien membiasakan diri untuk mencatat mengenai isi dari obat yang
diminum, pengobatan diet, dan data olahraga.
c. Memberikan pendidikan bagi pasien dan keluarganya mengenai penanganan bencana
sejak masa normal.

Saat bencana

a. Sediakan alat-alat emergency dan evakuasi yang khusus untuk orang cacat dan
berpenyakit kronis (HIV/AIDS dan Penyakit infeksi lainnya), alat bantu berjalan
untuk korban dengan kecacatan, alat-alat BHD sekali pake, dll.
b. Tetap menjaga dan meningkatkan kewaspadaan universal (universal precaution)
untuk petugas dalam melakukan tindakan kegawatdaruratan.

MATERI 4. : PERENCANAAN PERAWATAN BAGI POPULASI ORANG


DISABILITAS DAN SAKIT MENTAL
Bencana menurut WHO (World Health Organization) tahun 2011 merupakan fenomena
secara tiba-tiba yang membawa dampak sangat parah pada lingkungan tempat tinggal dan
memerlukan bantuan dari luar komunitas lokasi kejadian.
Penyandang disabilitas merupakan kelompok berisiko tinggi yang cenderung tidak terlihat
selama terjadi bencana. Hal ini dikarenakan keterbatasan kemampuan yang mereka miliki dan
keterbatasan akses untuk lingkungan fisik,informasi dankomunikasi di masyarakat.
Secara psikologis, korban akan berpotensi mengalami ketidakseimbangan
(disequilibrium) dalam struktur mental dan emosionalnya. Jika masalah ini tidak dapat diatasi
dan tidak ada solusinya maka korban bencana dapat mengalami masalah yang lebih
parah dan dapat membahayakan individu itu sendiri, masalah psikologis yang
berkepanjangan juga disebut dengan Post Traumatic Stress Disorder(Mansykur, 2006).
Tindakan yang sesuai untuk kelompok berisiko pada orang dengan kecacatan/disabilitas
bagi Pra bencana,Saat bencana,Pertolongan pada penyandang cacat.Disabilitas fisik adalah
terganggunya fungsi gerak, antara lain amputasi, lumpuh layuh atau kaku, paraplegi, celebral
palsy (CP), akibat stroke, akibat kusta, dan orang kecil Disabilitas intelektual adalah
terganggunya fungsi pikir karena tingkat kecerdasan di bawah rata-rata, antara lain lambat
belajar dan down syndrome Disabilitas mental adalah terganggunya fungsi pikir, emosi, dan
perilaku.

MATERI 5 : ASPEK ETIK DAN LEGAL PADA BENCANA


Menurut Depertemen Kesehatan RI, definisi bencana adalah peristiwa atau kejadian pada
suatu daerah yang mengakibatkan kerusakan ekologi, kerugian kehidupan manusia, serta
memburuknya kesehatan dan pelayanan kesehatan yang bermakna sehingga memerlukan
bantuan luar biasa dari pihak luar.
Manajemen bencana adalah suatu proses dinamis, berlanjut dan terpadu untuk
meningkatkan kualitas langkah-langkah yang berhubungan dengan observasi dan analisis
bencana serta pencegahan, mitigasi, kesiapsiagaan,peringatan dini, penanganan darurat,
rehabilitasi dan rekontruksi bencana.(UUD 24/2007).
Aspek etik dan isu dalam keperawatan bencana merupakan suatu hal yang penting harus
diketahui oleh perawat.Aspek Etik dalam konteks pelayanan keperawatan bencana :
 Perawat bencana memberikan pelayanan dengan penuh hormat bagi martabat
kemanusiaan dan keunikan klien.
 Perawat bencana mempertahankan kompetensi dan tanggung jawab dalam
praktek keperawatan emergensi.
 Perawat bencana melindungi klien manakala mendapatkan pelayanan kesehatan
yang tidak cakap, tidak legal, sehingga keselamatannya terancam.
Aspek legal dalam konteks pelayanan keperawatan bencana :
 Membuat kontrak kerja(memahami hak dan kewajiban)
 Praktek yang kompeten hanya dilakukan oleh seorang perawat yang kompeten
 Tambahan penyuluhan kesehatan dan konseling dalam pemberian asuhan
keperawatan
 Melaksanakan tugas delegasi, sesuai dengan kemampuan perawat yang akan
diberikan delegasi

MATERI 6 : PERLINDUNGAN BAGI PETUGAS, PENDEKATAN INTERDISIPLIN


Perlindungan petugas adalah perlindungan hukum bisa berarti perlindungan yang diberikan
terhadap hukum agar tidak disalah artikan dan di cederai oleh aparat penegak hukum dan juga
bisa diartikan sebagai perlindungan yang diberikan oleh hukum terhadap seseorang. Pada
dasarnya setiap manusia berhak mendapatkan perlindungan hukum. Oleh karena itu, hampir
semua yang berhubungan dengan hukum mesti mendapatkan perlindungan hukum. Dengan
demikian terdapat banyak macam perlindungan hukum. Umumnya, perlindungan hukum
diberikan kepada subjek hukum ketika subjek hukum yang bersangkutan bersinggungan dengan
peristiwa hukum.
Pendekatan interdisipliner ialah pendekatan dalam pemecahan suatu masalah dengan
menggunakan tinjuan berbagai sudut pandangan ilmu serumpun yang relevan secara terpadu.
Yang dimaksud dengan ilmu serumpun yang relevan secara terpadu adalah ilmu-ilmu yang
berada dalam satu rumpun tertentu.Dengan demikian pembangunan berkelanjutan dan
pengurangan resiko bencana yaitu hal yang krusial bagi satu sama lain. Bencana bisa
menghambat kemajuan dan pencapaian pembangunan berkelanjutan , sementara pada saat yang
sama pembangunan infrastruktur fisik dapat menjadi sumber resiko bencana masa yang akan
datang.

MATERI 7 : PEMULIHAN PASCA BENCANA DAN PENERAPAN EVIDENCE BASED


PRACTICE DALAM KEPERAWATAN BENCANA
Pemulihan pasca bencana,Pada fase ini mulai dilakukan rehabilitasi lifeline dan aktivitas
untuk membuka kembali usahanya. Institusi pemerintah juga mulai memberikan kembali
pelayanan secara normal serta mulai menyusun rencana-rencana untuk rekonstruksi sambil terus
memberikan bantuan kepada para korban. Fase ini bagaimanapun juga hanya merupakan fase
pemulihan dan tidak sampai mengembalikan fungsi-fungsi normal seperti sebelum bencana
terjadi. Dengan kata lain, fase ini merupakan masa peralihan dari kondisi darurat ke kondisi
tenang.Rehabilitasi adalah perbaikan dan pemulihan semua aspek pelayanan publik atau
masyarakat sampai tingkat yang memadai pada wilayah pascabencana dengan sasaran utama
untuk normalisasi atau berjalannya secara wajar semua aspek pemerintahan dan kehidupan
masyarakat pada wilayah pascabencana.

Tujuan EBP
1. Memberi data berdasarkan bukti ilmiah agar dapat merawat scr efektif menggunakan hasil
penelitian terbaik
2. Menyelesaikan masalah yang ada di tempat pelayanan terhadap pasien
3. Mencapai kesempurnaan pemberian askep dan jaminan standar kualitas 4. Untuk memicu
adanya inovasi
MANFAAT EBP
1.Menjadi jembatan antara penelitian dan praktik
2.Mengeliminasi penelitian dengan kualitas penelitian buruk
3.Mencegah terjadinya informasi yang overload terkait hasil-hasil penelitian Mengeliminasi
budaya “practice which is not evidence based”

MATERI 8 : PERLINDUNGAN DAN PERAWATAN BAGI PETUGAS DAN


CAREGIVER
Caregiver ialah orang yang memberikan jasa perawatan atau pengasuhan bagi orang lain.
Caregiver bisa berasal dari keluarga sendiri ataupun tenaga profesional.Caregiver merupakan
individu yang memberikan bantuan kepada orang lain yang mengalami disabilitas atau
ketidakmampuan serta memerlukan bantuan dikarenakan penyakit dan keterbatasannya yang
meliputi keterbatasan fisik dan lingkungan.
tugas yang dilakukan caregiver tidak hanya terbatas kepada pekerjaan rumah tangga, akan
tetapi dibagi ke dalam 4 kategori, sebagai berikut:
• Physical Care/ Perawatan fisik, yaitu : merupakan tindakan yang berhubungan dengan
pemenuhan kebutuhan fisik atau kebutuhan sehari-hari seperti memberi makan, menggantikan
pakaian, memotong kuku, membersihkan kamar, dan lain-lain
• Social Care/ Kepedulian sosial, antara lain: mengunjungi tempat- tempat bencana atau
pengungsian korban bencana sebahgai penghibur dan memberi hiburan, menjadi supir, bertindak
sebagai sumber informasi dari seluruh dunia di luar perawatan di rumah.
• Emotional Care, yaitu menunjukkan kepedulian, cinta dan kasih sayang kepada pasien
yang tidak selalu ditunjukkan ataupun dikatakan tetapi ditunjukkan melalui tugas-tugas lain yang
dikerjakan
• Quality Care, yaitu : memantau meningkatkan tingkat perawatan, standar pengobatan, dan
indikasi kesehatan.
Perlindungan hukum merupakan gambaran dari bekerjanya fungsi hukum untuk
mewujudkan tujuan-tujuan hukum, yakni keadilan, kemanfaatan dan kepastian hukum.
Perlindungan hukum adalah suatu perlindungan yang diberikan kepada subyek hukum sesuai
dengan aturan hukum, baik itu yang bersifat preventif (pencegahan) maupun dalam bentuk yang
bersifat represif (pemaksaan), baik yang secara tertulis maupun tidak tertulis dalam rangka
menegakkan peraturan hukum. Pasal 8 ayat (3) Permenkes menyebutkan praktik keperawatan
meliputi pelaksanaan asuhan keperawatan, pelaksanaan upaya promotif, preventif, pemulihan,
dan pemberdayaan masyarakat dan pelaksanaan tindakan keperawatan komplementer. dari pasal
tersebut menunjukkan aktivitas perawat dilaksanakan secara mandiri (independent) berdasar
pada ilmu dan asuhan keperawatan, dimana tugas utama adalah merawat (care) dengan cara
memberikan asuhan keperawatan (nurturing) untuk memuaskan kebutuhan fisiologis dan
psikologis pasien.

MATERI 9 : KERJA SAMA TIM INTER DAN MULTIDISIPLIN


Tim pelayanan kesehatan interdisiplin merupakan sekelompok professional yang
mempunyai aturan yang jelas, tujuan umum dan berbeda keahlian. Tim akan berfungsi baik jika
terjadi adanya konstribusi dari anggota tim dalam memberikan pelayanan kesehatan terbaik.
Interdisiplin merupakan kombinasi dari berbagai disiplin ilmu dalam tugas, namun dalam
pemecahan suatu masalah saling bekerjasama dengan disiplin ilmu lain, saling berkaitan.
Interdisiplin merupakan interaksi intensif antar satu atau lebih disiplin, baik yang langsung
berhubungan maupun yang tidak, melalui program-program penenlitian dengan tujuan
melakukan integrasi konsep, metode, dan analisis.
Anggota Tim Inter Disiplin Peran dan fungsi dan BMKG (Badan Meteorologi Klimatologi
dan Geofisika) yaitu :
1. BMKG mempunyai status sebuah Lembaga Pemerintah Non Departemen (LPND), dipimpin
oleh seorang Kepala Badan.
2. BMKG mempunyai tugas : melaksanakan tugas pemerintahan di bidang Meteorologi,
Klimatologi, Kualitas Udara dan Geofisika sesuai dengan ketentuan perundang-undangan yang
berlaku.
multidisiplin atau multidisipliner mengacu pada tim dimana sejumlah orang atau individu
dari berbagai disiplin ilmu terlibat dalam suatu proyek namun masing-masing individu bekerja
secara mandiri. Setiap individu dalam tim multidisiplin memiliki keterampilan dan keahlian yang
berbeda namun saling melengkapi satu sama lain.

Anda mungkin juga menyukai