Kelompok 1
Dipresentasikan oleh
MISALNYA ketakutan, kecewa akut, perasaan mati rasa secara emosional, dan
kesedihan yang mendalam. Bagi sebagian orang, dampak ini
memulai dengan berjalannya waktu. Tapi untuk banyak orang lain,
bencana memberikan dampak psikologis jangan panjang, baik yang
terlihat jelas misalnya depresi, psikosomatis (keluarga fisik yang
diakibatkan oleh masalah psikis) ataupun yang tidak langsung
konflik, hingga perceraian.
Konteks kerentanan
1. Kelompok Rentan
2. Kelompok Berisiko
3. Bayi dan Anak-Anak
Kelompok Rentan
Pada dasarnya pengertian mengenai kelompok rentan
tidak dijelaskan secara rinci. Hanya saja dalam UU
Nomor 39 Tahun 1999 pasal 5 ayat 3 dijelaskan bahwa
setiap orang yang termasuk kelompok masyarakat
yang rentan berhak memperoleh perlakuan dan
perlindungan lebih berkenaan dan kekhususannya.
Kelompok masyarakat yang rentan adalah orang lanjut
usia, anak-anak, fakir miskin, wanita hamil dan
penyandang cacat.
Kelompok
beresiko
Untuk menurunkan dampak yang ditimbulkan akibat bencana, dibutuhkan
dukungan berbagai pihak termasuk keterlibatan perawat yang merupakan
tugas kesehatan yang jumlahnya terbanyak di dunia dan salah satu petugas
kesehatan yang berada di lini terdepan saat bencana terjadi. Terdapat
individu atau kelompok-kelompok tertentu dalam masyarakat yang lebih
rentan terhadap efek lanjut dari kejadian bencana yang memerlukan
perhatian dan penanganan khusus untuk mencegah kondisi yang lebih
buruk pasca bencana. Identifikasi dan pemetaan kelompok berisiko
melalui pengumpulan informasi dan data demografi akan mempermudah
perencanaan tindakan kesiap-siagaan dalam menghadapi kejadian bencana
di masyarakat
Bayi dan Anak
Bayi dan anak-anak sering menjadi korban
dalam semua tipe bencana karena
ketidakmampuan mereka melarikan diri dari
daerah bahaya. Selain menjadi korban, anak-
anak juga rentan terpisah dari orang tua atau
wali mereka saat bencana terjadi.
anak-anak berisiko mengalami masalah-masalah kesehatan jangka
pendek dan jangka panjang baik fisik dan psikologis karena malnutrisi,
penyakit-penyakit infeksi, kurangnya skill bertahan hidup dan komunikasi,
ketidak mampuan melindungi dirisendiri, kurangnya kekuatan fisik,
imunitas dan kemampuan koping.
Paska
bencana
lansia sering terabaikan dan mengalami diskriminasi, contohnya
dalamhal distribusi kebutuhan hidup dan financial pasca bencana. Hak-hak
dan kebutuhan spesifik lansia kadang-kadang terlupakan yang dapat
memperparah masalah kesehatan dan kondisi depresi pada lansia
• Identifikasi lansia dengan bantuan atau kebutuhgan khusus contohnya kursi roda,
tongkat,dll.
Pasca bencana pada lansia