DI SUSUN OLEH :
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Posisi wilayah Indonesia, secara geografis dan demografis
rawan terjadinya bencana alam dan non alam seperti gempa tektonik,
tsunami, banjir dan angin puting beliung. Bencana non alam akibat ulah
manusia yang tidak mengelola alam dengan baik dapat mengakibatkan
timbulnya bencana alam, seperti tanah longsor, banjir bandang,
kebakaran hutan dan kekeringan. The United National Disaster
Management Training Program,mendefinisikan bencana adalah kejadian
yang datang tiba-tiba dan mengacaukan fungsi normal masyarakat atau
komunitas. Peristiwa atau rangkain kejadian yang menimbulkan korban
jiwa, kerusakan atau kerugian infrastruktur, pelayanan umum, dan
kehidupan masyarakat. Peristiwa ini diluar kapasitas normal dari
masyarakat untuk mengatasinya, sehingga memerlukan bantuan dari luar
masyarakat tersebut (Kollek, 2013).
Berdasarkan pengertian-pengertian bencana diatas, bencana
dapat diartikan sebagai suatu kejadian atau peristiwa yang tidak dapat
diatasi oleh masyarakat dan dapat menimbulkan korban jiwa, kerusakan
maupun kerugian harta benda. Menurut Badan Penanggulan Bencana
Inonesia (2016) telah terjadi 2.384 bencana alam di seluruh
Indonesia.Angka ini meningkat signifikan dibanding tahun 2015 dimana
catatan bencana alam berjumlah 1.732 kejadian. Selama 2016 terjadi 766
bencana banjir, 612 longsor, 669 puting beliung, 74 kombinasi banjir dan
longsor, 178 kebakaran hutan dan lahan, 13 gempa, tujuh gunung
meletus, dan 23 gelombang pasang dan abrasi. Dampak yang
ditimbulkan bencana telah menyebabkan 522 orang meninggal dunia dan
hilang, 3,05 juta jiwa mengungsi dan menderita, 69.287 unit rumah rusak
dimana 9.171 rusak berat, 13.077 rusak sedang, 47.039 rusak ringan,
dan 2.311 unit fasilitas umum rusak (BNPB, 2016).
Berbagai bencana telah menimbulkan korban dalam jumlah yang
besar. Banyak korban yang selamat menderita sakit dan cacat. Rumah,
tempat kerja, ternak, dan peralatan menjadi rusak atau hancur. Korban
juga mengalami dampak psikologis akibat bencana, misalnya - ketakutan,
kecemasan akut, perasaan mati rasa secara emosional, dan kesedihan yang
mendalam. Bagi sebagian orang, dampak ini memudar dengan berjalannya
waktu. Tapi untuk banyak orang lain, bencana memberikan dampak
psikologis jangka panjang, baik yang terlihat jelas misalnya depresi ,
psikosomatis (keluhan fisik yang diakibatkan oleh masalah psikis)
ataupun yang tidak langsung : konflik, hingga perceraian.
Dampak yang ditimbulkan menimbulkan kedaruratan disegala
bidang termasuk kedaruratan situasi pada masalah kesehatan pada
kelompok rentan. Kelompok rentan adalah sekelompok orang yang
membutuhkan penanganan khusus dalam pemenuhan kebutuhan dasar
seperti bayi, anak-anak, wanita hamil, lansia dengan fisik normal maupun
cacat.
Bencana alam bisa menimbulkan korban jiwa yang tinggi pada
kelompok rentan, salah satunya penyandang disabilitas. Penyandang
disabilitas adalah setiap orang yang mempunyai kelainan fisik dan/atau
mental yang dapat mengganggu atau merupakan rintangan dan hambatan
baginya untuk melakukan kegiatan secara selayaknya, yang terdiri dari:
penyandang disabilitas fisik, penyandang disabilitas mental serta
penyandang disabilitas fisik dan mental (Peraturan Daerah Provinsi
Lampung Nomor 10 Tahun 2013 tentang Pelayanan dan Pemenuhan Hak-
Hak Penyandang Disabilitas). Ketika terjadi suatu bencana akan timbul
beberapa kejadian atau situasi baik psikologis maupun mental yang
dialami oleh korban, termasuk juga penyandang cacat mental seperti
kepanikan yang luar biasa sehingga gangguan mental yang sering
muncul pada lansia setelah bencana adalah depresi dan gangguan
fungsi kognitif.
Menurut Departeman Hukum dan Hak Asasi Manusia, kelompok
rentan adalah semua orang yang menghadapi hambatan atau keterbatasan
dalam menikmati standar kehidupan yang layak bagi kemanusiaan dan
berlaku umum bagi suatu masyarakat yang berperadaban. Jadi kelompok
rentan dapat didefinisikan sebagai kelompok yang harus mendapatkan
perlindungan dari pemerintah karena kondisi sosial yang sedang mereka
hadapi. Konteks kerentanan merujuk kepada situasi rentan yang setiap saat
dapat mempengaruhi atau membawa perubahan besar dalam penghidupan
masyarakat. Setiap orang yang termasuk kelompok masyarakat yang
rentan berhak memperoleh perlakuan dan perlindungan lebih berkenaan
dengan kekhususannya. Kelompok masyarakat yang rentan adalah orang
lanjut usia, anak-anak, perempuan, dan penyandang cacat.
B. Tujuan
1. Untuk mengetahui definisi kelompok rentan
2. Untuk dapat mengetahui perawatan populasi rentan pada lansia
3. Untuk dapat mengetahui perawatan populasi rentan pada ibu hamil
4. Untuk dapat mengetahui perawatan populasi rentan pada anak-anak
5. Untuk dapat mengetahui perawatan populasi rentan pada orang dengan
penyakit kronis
6. Untuk dapat mengetahui perawatan populasi rentan disabilitas
7. Untuk dapat mengetahui perawatan populasi rentan pada sakit mental
BAB II
TINJAUAN TEORI
b. Saat bencana :
1) Sediakan alat-alat emergency dan evakuasi yang khusus untuk
orang cacat dan berpenyakit kronis (HIV/AIDS dan penyakit
infeksi lainnya), alat bantu berjalan untuk korban dengan
kecacatan, alat-alat BHD sekali pakai, dll
2) Tetap menjaga dan meningkatkan kewaspadaan universal
(universal precaution) untuk petugas dalam melakukan tindakan
kegawatdaruratan.
Menurut Ida Farida (2013) keperawatan pada penyakit kronis saat
bencana adalah
1) Pada fase akut bencana ini, bisa dikatakan bahwa suatu hal yang
paling penting adalah berkeliling antara orang-orang untuk
menemukan masalah kesehatan mereka dengan cepat dan
mencegah penyakit mereka memburuk. Perawat harus mengetahui
latar belakang dan riwayat pengobatan dari orang-orang yang
berada di tempat dengan mendengarkan secara seksama dan
memahami penyakit mereka yang sedang dalam proses
pengobatan, sebagai contoh diabetes dan gangguan pernapasan.
c. Pasca bencana
1) Sedapat mungkin, sediakan fasilitas yang dapat mengembalikan
kemandirian individu dengan keterbatasan fisik di lokasi evakuasi
sementara. Contohnya: kursi roda, tongkat, dll
2) Libatkan agensi-agensi yang berfokus pada perlindungan individu-
individu dengan keterbatasan fisik dan penyakit kronis
3) Rawat korban dengan penyakit kronis sesuai dengan kebutuhannya.