Disusun Oleh :
KELOMPOK 5
BENGKULU
2021
KATA PENGANTAR
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Lanjut usia (lansia) merupakan tahap akhir dari kehidupan dan
proses alamiah yang tidak bisa dihindari oleh tiap individu. Lansia dimulai
setelah pensiun biasanaya pada usia 65-75 tahun (potter dan perry, 2009).
Menurut undang-undang No.13 Tahun 1998 Bab I Pasal 1 ayat 2 , lansia
adalah penduduk yang berusia 60 tahun keatas.
Sejak tahun 2000, indonesia telah memasuki era berstruktur tua
(aging structured) karena 7,18 % dari penduduk Indonesia berusia 60
tahun ke atas (Saputri & Indriwati, 2011). Berdasarkan Komisi Nasional
Lanjut Usia (2010), selain memiliki jumlah penduduk terbesar keempat di
dunia, Indonesia juga merupakan negara keempat dengan jumlah lansia
terbanyak setelah China, Amerika dan India. Jumlah penduduk lanjut usia
di Indonesia pada tahun 2006 sebesar 19 juta jiwa dan tahun 2010 jumlah
lanjut usia di Indonesia sebesar 23,9 juta jiwa.
Indonesia sendiri memiliki kondisi geografis, geologis dan
demografis yang menyebabkan negeri ini dikenal sebagai laboratorium
bencana. Sesuai dengan Undang-Undang No. 24 tahun 2007 tentang
Penanggulangan Bencana Bab I, tentang ketentuan umum, pasal 1, jenis-
jenis bencana dapat dikelompokkan menjadi bencana alam, antara lain (1)
gempa bumi, (2) tsunami, (3) gunung meletus, (4) bajir, (5) kekeringan,
(6) angin topan, (7) tanah longsor. Sedangkan bencana non alam, seperti
(8) gagal teknologi, (9) gagal modernisasi, (10) epidemi, (11) wabah
penyakit, dan bencana sosial, (12) konflik sosial kelompok atau antar
komunitas dan (13) teror.
Dari jenis-jenis bencana tersebut, terdapat enam bencana yang
paling mengancam daerah-daerah di Indonesia. Bencana itu yakni gempa
bumi, kebakaran gedung, tsunami, banjir dan banjir bandang, tanah
longsor, serta letusan gunung api. Bencana tersebut tentu akan
memberikan dampak yang besar bagi kelompok rentan khususnya pada
lansia (Badan Nasional Penanggulangan Bencana, 2017).
Seseorang yang usianya di atas 65 tahun besar kemungkinan untuk
mengalami penyakit kronis, seperti : hipertensi, jantung, diabetes, dll. 80
% dari kelompok lansia ini memiliki penyakit kronis, dan 50 % memiliki
komplikasi. Lansia juga mengalami gangguan gerak, kognitif, sensori,
sosial dan keterbatasan dari segi ekonomi. Semuanya dapat mempengaruhi
proses adaptasi dan kemampuan berfungsi selama bencana. Selama
bencana lansia bisa saja menjadi sangat sensitif, mengalami gangguan
tidur, disorientasi, depresi dan trauma. Kemudian setelah bencana selesai
resiko untuk kondisi fisik lansia menurun sangat tinggi karena kurang
nutrisi, suhu yang ekstrim, terpapar dengan infeksi, dan gangguan
emosional.
Berdasarkan data di atas, maka dalam makalah ini penulis akan
membahas lebih dalam mengenai asuhan keperawatan bencana pada
kelompok lanjut usia (lansia).
B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam penulisan makalah ini adalah “Asuhan
keperawa Bencana pada kelompok Lanjut Usia (lansia).
C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Tujuan umum dalam makalah ini adalah unuk mengetahui asuhan
keperawatan bencana yang rentan pada lansia.
2. Tujuan Khusus
Tujuan khusus dalam penulisan makalah ini adlah sebagai berikut :
a. Mengetahui konsep lanjut usia
b. Mengetahui konsep bencana
c. Mengetahui dampak bencana pada lansia
d. Mengetahui manajemen keperawatan bencana pada lanjut usia saat
bencana
e. Mengetahui manajemen keperawatan bencana pada lanjut usia
pasca bencana
f. Mengetahui manajemen keperawatan bencana pada lanjut usia
sebelum bencana.
BAB II
PEMBAHASAN
KASUS
KASUS:
Ny. M ingin datang ke puskesmas Tanjung Agung tapi klien tidak bisa
pergi dikarenakan Beberapa Hari ini bengkulu sedang dilanda hujan dan
mengakibatkan banjir di beberapa titik salah satunya di Tanjung Agung Kota
Bengkulu. Klien mengatakan dia mempunyai riwayat penyakit rematik kurang
lebih 2 tahun yang lalu .klien mengatakan dengan keluhan sakit dirasakan pada
bagian pinggang dan kaki, timbulnya dirasakan pada malam hari saat cuaca dingin
apalagi hujan hampir setiap malam dan sehingga membuat klien sulit untuk tidur
karena menahan sakit dan nyeri. Mengeluh tidak puas tidur. dan klien mengeluh
sulit untuk beraktivitas, Fisik lemah, kekuatan otot menurun karena rasa sakit
yang dialaminya.
A. PENGKAJIAN
1. Identitas Klien
Nama : Ny. M
Jenis Kelamin : perempuan
Umur : 70 tahun
Status Pekerjaan : Tani
Agama : Islam
Pendidikan Terakhir : SMA
Alamat : Tanjung Agung Bengkulu
Tanggal Pengkajian : 19 Juli 2021
Diagnosa Mesdis : Rhematik
2. Keluarga dekat yang dapat dihubungi
Nama : Tn. A
Alamat : Tanjung Agu ng Bengkulu
No. Telepon : - Hubungan dengan klien :Suami
B. Riwayat Kesehatan
1. Riwayat Kesehatan Sekarang
Klien mengatakan sakit dirasakan pada bagian pinggang dan menjalar
ke kaki sakit timbul pada malam hari saat cuaca dingin dan sehingga
membuat klien sulit untuk tidur karena menahan sakit dan nyeri.. dan
klien sulit untuk beraktivitas karena rasa sakit yang dialaminya
2. Riwayat Kesehatan Dahulu
Klien mengatakan tidak ada mengalamai penyakit lain seperti :
hipertensi, diabetes melitus dan lain-lain, hanya penyakit rematik yang
dialami klien saat ini.
3. Riwayat Kesehatan Keluarga
Klien mengatakan tidak ada anggota keluarga yang mengalami
penyakit keturunan seperti : hipertensi dan diabetes melitus.
C. Pola Kebiasaan Sehari – Hari
1. Nutrisi
Frekuensi Makan : 3 x Sehari
Nafsu Makan : Baik
Jenis Makanan : Makan Nasi + Sayur + Lauk Pauk Kebiasaan
Sebelum Makan : Berdoa
Makanan Yang Tidak Disukai: Tidak Ada
Alergi Terhadap Makanan : Tidak Ada
Pantangan Makanan : Kacang-Kacangan, Sayur Yang Bergetah
Keluhan : Nyeri Pingang, Kaki, Lutut Makanan yang memicu
terjadinya rematik : kacang-kacangan, sayur yang mengandung getah
seperti : daun singkong, paku, sayur kangkung, sayur labu.
2. Eliminasi
a. BAK
Frekuensi dan Waktu : 5x Sehari
Warna : kuning jernih
Bau : pesing
Kebiasaan BAK pada malam hari : Sekali-kali
Kesulitan : Tidak ada
b. BAB
Frekuensi dan Waktu : 1x Sehari
Kebiasaan BAB pada malam hari : Tidak Ada
Keluhan : Tidak Ada
c. Personal Higine
Mandi : 3x Sehari
Oral Higini : 1x Sehari
Cuci Rambut : 1x Sehari
Kuku Dan Tangan : 2x Sehari
d. Istirahat dan Tidur
Lama Tidur Malam : 6 Jam
Tidur siang : Tidak Ada
Keluhan : Tidak Ada
e. Kebiasaan Mengisi Waktu Luang
Olahraga : Tidak Ada
Tidur Siang : Sekali- kali
Berkebun / memasak :Pergi Kekebun Setiap Pagi
f. Kebiasan Yang Mempengaruhi Kesehatan : Tida ada
g. Status Kesehatan
1. Status Kesehatan Saat ini
a. Keluhan Utama dalam 2 tahun Terakhir : Keluhan ini
sudah dialami 2 tahun yang lalu Penyakit Rhematik
b. Gejala yang dirasakan : Nyeri pada bagian pingang,sampai
kaki
c. Timbulnya Keluhan : Pada malam hari saat cuaca dingin
d. Upaya Mengatasi :Kompres dengan air hangat ngilu
kuku dan meminum obat dari puskesmas.
2. Riwayat Kesehatan Masa Lalu
a. Riwayat alergi : Tidak ada
b. Riwayat kecelakaan : Tidak ada
c. Riwayat dirawat dirumah sakit : Tidak ada
d. Riwayat pemakaian obat : Tidak ada
3. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan Umum ( TTV) TD: 130 / 80mmHg
N : 80 x/i
RR : 22 x/i
S : 37ºC
b. Head to too
BB / TB : 55 kg / 165 cm
4. Rambut : sudah beruban dan bersih
5. Mata : simetris ki / ka kunjungtiva tidak anemis
6. Telinga : simetris ki / ka tidak ada serumen
7. Mulut, gigi, dan bibir : mulut bersih, mukosa bibir kering,
mulut berbaun, gigi tidak lengkap, caries gigi (+)
8. Dada
Inspeksi : Retraksi dada sama ki/ka, Tidak menggunakan otot
bantu pernafasan
Palpasi : Taktil Fremitus Teraba ki/ka
Perkusi : Sonor
Auskultasi : vesikuler
9. Abdomen
Inspeksi : L1 Kuadran abdomen simetris ki/ka, bentuk
abdomen datar
Auskultasi : Bising Usus (-)
Perkusi : Thympan
Palpasi : Tida ada nyeri tekan dan lepas
10. Kulit : Berwarna sawo matang, Struktur Kulit Keriput
11. Ekstermitas
Atas : inspeksi : tidak ada fraktur deformitas
Palpasi : tida ada nyeri pembengkakan pada sendi
Bawah : inspeksi : tidak ada fraktur, lesi (-) Palpasi : tidak
ada pembengkakan
D. Hasil Pengkajian Khusus
1. Masalah Kesehatan Kronis : Penyakit Rematik
2. Status Fungsional : Tingkat Kesadaran Penuh
3. Status Psikologis : Klien kooperatif, tidak mengalami
psikologis
3. ANALISA DATA
- P : Sebab nyeri
karena penyakit
rematik
- Q : 1 – 3 menit
- R : pada bagian
pingang, dan kaki
- T : Timbul
pada malam
2. DS : Kurang kontrol tidur Gangguan
- klien sulit untuk pola tidur
tidur karena
menahan sakit dan
nyeri..
- klien Mengeluh
tidak puas tidur.
-
3. DS : Penurunan kekuatan Gangguan
otot, nyeri
- Ny. M Mobilitas
mengatakan sulit Fisik
untuk beraktivitas
- Klien mengeluh
sulit untuk
menggerakkan
ekstremitas
DO :
- Klien mengeluh
fisik lemah,
gerakan terbatas
- Kekuatan otot
menurun
4. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Nyeri akut berhubungkan dengan agen pencedera fisik
dibuktikan dengan mngeluh nyeri, tampak meringis
2. Gangguan pola tidur berhubungan dengan ikurang kontrol tidur
dibuktikan dengan mengeluh sulit tidur, mengeluh kemampuan
beraktivitas menurun.
3. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan penurunan
kekuatan otot, nyeri dibuktikan dengan mengeluh sulit
menggerakkan ekstremitas, sulit beraktivitas, kekuatan otot
menurun
5. INTERVENSI KEPERAWATAN
Nama : Ny. M Ruangan :-
No. Reg :- Umur : 70 Tahun
jam, hasil :
Observasi
Tingkat Nyeri
- Identifikasi lokasi,
(menurun) nyeri
nyeri
Teraupetik
- Berikan teknik
nonfarmakologis
untuk mengurangi
rasa nyeri
Edukasi
- Jelasksan penyebab ,
meredakan nyeri
Kolaborasi
- Kolaborasi
pemberian analgetik,
jika perlu
Pola tidur
- Identifikasi faktor
tidur
- Modifikasi
( menurun)
lingkungan
- Keluhan pola
tidur berubah
(menurun)
membaik:
- Identifikasi adanya
fisik lainnya
- Pergerakan
ekstremitas - Identifikasi toleransi
meningkat) pergerakan
meningkat)
- Nyeri
( menurun)
6. CATATAN PERKEMBANGAN
Nama : Ny. M Ruangan :-
No. Reg :- Umur : 70 Tahun
Keperawatan
2021
- Mengidentifika S : Pasien mengatakan
frekuensi nyeri
O : pasien sudah tidak
si skala nyeri
TD : 120 / 80 mmHg
- Mengidentifika
RR : 22 X/I
si faktor yang S : 36 ºC
memperberat
N : 80 x/i
dan
Skala nyeri : 3
memperingan
nyeri
- Memberikan P : intervensi
teknik dihentikan
nonfarmakolog
is untuk
mengurangi
rasa nyeri
Edukasi
- Menjelasksan
penyebab ,
periode pemicu
nyeri
- Menjelaskan
strategi
meredakan
nyeri
Kolaborasi
- Mengkolabora
si pemberian
analgetik, jika
perlu
2021 Tidur
- Mengidentifika S : Pasien mengatakan
tidur
O : pasien sudah bisa
si faktor
A : masalah teratasi
pengganggu
P : intervensi
tidur
dihentikan
- Memodifikasi
lingkungan
fisik
A : masalah teratasi
melakukan
P :intervensi dihentikan
pergerakan
- Memfasilitasi
melakukan
pergerakan
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Lanjut usia (lansia) merupakan tahap akhir dari kehidupan dan
proses alamiah yang tidak bisa dihindari oleh tiap individu. Lansia dimulai
setelah pensiun biasanya pada usia 65-75 tahun (Potter dan Perry, 2009).
Menurut Undang-Undang No. 13 Tahun 1998 Bab I Pasal 1 ayat 2, lansia
dalah penduduk yang beusia 60 tahun ke atas.
Bencana alam adalah konsekuensi dari kombinasi aktifitas alami
dan aktifitas manusia, seperti :letusan gunung, gempa bumi dan tanah
longsor. Karena ketidakberdayaan manusia akibat kurang baiknya
manajemen keadaan darurat, sehingga menyebabkan kerugian dalam
bidang keuangan dan struktural, bahkan sampai kematian
B. Saran
Diharapkan perawat mampu memberikan proses pengkajian yang
tepat dan benar tepatnya pada kasus bencana alam yang terjadi pada lansia,
sehingga pasien dengan kasus bencana alam khususnya lansia bias segera
ditangani dan diberikan perawatan yang tepat. Perawat juga diharuskan
bekerja professional sehingga meningkatkan pelayanan untuk membantu
pasien dengan kegawatdaruratan pada bencana alam pada lansia secara
tepat.