Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH KEPERAWATAN BENCANA

Management Tanggap Darurat Bencana Pada Lansia

“Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Keperawatan Bencana II”

DOSEN PEMBIMBING :
Mayor (L) Ns. Ronny Basirun Simatupang, S.Kep., M.Si(Han)

DISUSUN OLEH KELOMPOK 1:

1. Andi Nur Prasetyo Nugroho (1032171005)


2. Mega Setiawati (1032171009)
3. Prastiwi Puspita Sari (1032171014)
4. Riska Indriyani (1032171020)
5. Diah Nur Hidayah (1033191026)
6. Wulansyari Husnul Khotimah (1032171029)

UNIVERSITAS MH. THAMRIN


Jl. Raya Bogor KM.20, RT2/RW.5 Kp. Tengah, Kramatjati Kota Jakarta Timur,
Kode Pos 13450 Telp (021)8096792
2020

P a g e 0 | 13
KATA PENGANTAR

Puji syukur alhamdulillah kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
melimpahkan nikmat, taufik serta hidayah-Nya yang sangat besar sehingga kami pada
akhirnya bisa menyelesaikan tugas kami yang berjudul MAKALAH KEPERAWATAN
BENCANA : Management Tanggap Darurat Pada Lanjut Usia
Terima kasih juga kami ucapkan kepada teman-teman yang telah berkontribusi dengan
memberikan ide-idenya sehingga makalah ini bisa disusun dengan baik dan rapi.
Kami berharap semoga makalah ini bisa menambah pengetahuan para pembaca. Namun
terlepas dari itu, kami memahami bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna,
sehingga kami sangat mengharapkan kritik serta saran yang bersifat membangun demi
terciptanya makalah selanjutnya yang lebih baik lagi.

Jakarta, 10 April 2020

Kelompok 1

P a g e 1 | 13
DAFTAR ISI

JUDUL
KATA PENGANTAR …………………………………………………………………… 1
DAFTAR ISI …………………………………….………..…………………………….. 2
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang............................................................................................................. 3
1.2 Rumusan Masalah........................................................................................................ 4
1.3 Tujuan Penulisan.......................................................................................................... 4
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Definisi Bencana, Lanjut Usia, Kesiapsiagaan Bencana ……………………............ 5
2.2 Management Bencana Pada Lanjut Usia …………………….................................... 8
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan.................................................................................................................. 10
3.2 Saran............................................................................................................................ 10
DAFTAR PUSTAKA ………………………………………….……………………...... 11

P a g e 2 | 13
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Indonesia merupakan daerah yang rentan dan berisiko tinggi terjadinya bencana alam.
Bencana alam di Indonesia, dapat dikelompokkan menjadi bencana alam geologi, yaitu ;
gempa bumi, gunung berapi, tanah longsor. Bencana hidrometeorologi berupa : banjir,
kekeringan, cuaca ekstrem, gelombang ekstrem, dan kebakaran. Bencana antopogenik berupa
: epidemic, wabah penyakit, gagal teknologi, dan kecelakaan industry, hal ini doletahui
karena letak geografis Indonesia yang berada pada batas pertemuan tiga lempeng tektonik
(Sukandarrumidi,2010)

Berdasarkan laporan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB,2017) jumlah


kejadian benacna di Indonesia meningkat hamper 20 kali lipat dalam 15 tahun terakhir dari
2010-2016. Selama dua decade terakhir sedikitnya sepuluh kejadian bencana tsunami di
Indonesia. Sembilan diantaranya merupakan tsunami yang mengakibatkan banyaknya korban
jiwa.

Berdasarkan data dari World Heakth Organization (WHO,2013) di Kawasan Asia Tenggara,
terdapat 8% populasi adalah lanjut usia atau sekitar 142 jiwa. Pada tahun 2050 diperkirakan
usia harapan hiduo di sebagian besar Negara Asia akan menjadi lebih dari 75 tahun. Seiring
dengan bertambahnya usia harapan hidup, jumlah lanjut usia di Indonesia cenderung
meningkat. Data Badan Pusat Statistik menunjukkan bahwa penduduk lanjut usia di
Indonesia pada tahun 2010 meningkat menjadi 23. 992. 553 jiwa.

Pada tanggal 26 Desember 2004 telah terjadinya bencana alam tsunami dan gempa bumi
yang diraskan 13 negara menyebabkan 127. 672 jiwa meninggal dunia yang kebanyakan
diantaranya masyarakat lanjut usia sebanayk 12.132 jiwa dinyatakan hilang 703. 748 jiwa
mengungsi dan 925 jiwa di Rumah Sakit (Baghdady, 2005). Lanjut usia merupakan salah satu
kelompok yang sangat berisiko sebelum saat maupun setelah terjadi bencana dikarenakan
lanjut usia banyak memiliki penyakit kronis, penurunan fungisonal, gangguan kognitif,
demensia, dan lemah. Oleh karena itu, pemerintah harus lebih memperhatikan dan
memberikan kebijakan-kebijakan tanggap darurat khusus untuk lanjut usia dalam
menghadapi bencana baik sebelum, ataupun sesudah terjadinya bencana (Heather Jhonson,
dkk, 2016)

P a g e 3 | 13
Kesiapsiagaan bencana penting dilihat sebagai upaya pengurangan risiko bencana.
Kesiapsiagaan merupakan salah satu upaya yang dilakukan untuk mengantisipasi
kemungkinan terjadi bencana guna menghindari adanya korban jiwa, kerugian harta benda,
dan perubahan tata kehidupan masyarakat di kemudian hari (Sutton dan Tierney, 14 2006
dalam Febriana et. al, 2015). Menurut BNPB (2012 dalam Febriana et al, 2015),
kesiapsiagaan adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan untuk mengantisipasi bencana
melalui pengorganisasian serta melalui langkah yang tepat dan berdaya guna. Sedangkan
Kent (1994 dalam Febriana et. al, 2015) mendefinisikan kesiapsiagaan menjadi lebih luas,
yaitu meminimalisasi akibat-akibat yang merugikan dari suatu bahaya melalui tindakan
pencegahan yang efektif, rehabilitasi, dan pemulihan untuk memastikan pengaturan serta
pengiriman bantuan dan pertolongan setelah terjadi bencana secara tepat waktu dan efektif.

Saat terjadi bencana, situasi terasa tidak menentu, sementara korban bencana memerlukan
tindakan penanganan yang cepat dan tepat. Pelibatan masyarakat dalam kesiapsiagaan
bencana penting mengingat masyarakat merupakan subjek dan objek sekaligus sasaran utama
pengurangan risiko bencana. Secara alamiah, masyarakat mampu beradaptasi dengan
lingkungannya. Dalam kasus kebencanaan, masyarakat yang terkena bencana sebenarnya
mempunyai coping mechanism atau cara sendiri untuk bertahan dalam suatu kondisi tertentu
(Singgih, 2017: 4-5). Salah satu strategi pertahanan adalah kesadaran dan pengetahuan dalam
menghadapi bencana.

1.2 Rumusan Masalah

Bagaimana management tanggap darurat bencana pada kelompok lanjut usia ?

1.3 Tujuan Penulisan

Untuk mengetahui management tanggap darurat pada kelompok lanjut usia

P a g e 4 | 13
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Definisi Bencana, Lanjut Usia, Kesiapsiagaan Bencana

A. Bencana

Bencana menurut World Health Organization (WHO,2011) adalah suatu fenomena

secara tiba-tiba yang membawa dampat sangat parah pada lingkungan tempat tinggal,.
Selain itu bencana juga memerlukan bantuan dari luar komunitas lokasi kejadian.
Sedangkan Bencana menurut Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang
Penanggulangan Bencana, merupakan peristiwa atau rangkaian peristiwa yang
mengancam dan mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat yang disebabkan
baik oleh factor alam atau factor manusia, sehingga mengakibatkan timbulnya korban
jiwa, kerusakan lingkungan, kerugian harta benda, dan dampak psikologis.

Bencana menurut Pusat Kurikulum Badan Pebelitian dan Pengembangan Kementerian


Pendidikan Nasional (2009) merupakan fenomena yang terjadi karena komponen-
komponen, ancaman, dan kerentanan bekerja secara sistematis. Hal ini menyebabkan
terjadinya risiko pada daerah sekitarnya terutama masyarakat..

Menurut International Strategy for Disaster Reduction (ISDR,2004) bencana adalah


suatu gangguan serius terhadap keberfungsian suatu masyarakat sehingga menyebabkan
kerugian yang meluas pada kehidupan manusia dari segi materi, ekonomi, lingkungan
dan yang melampaui kemampuan masyrakat yang bersangkutan untuk mengatasi dengan
menggunakan sumberdaya mereka sendiri.

B. Lanjut Usia

Lanjut usia adalah bagian dari proses tumbuh kembang manusia tidak secara tiba-tiba
menjadi tua, tetapi berkembang dari bayi, anak-anak, dewasa dan akhirnya menjadi tua,
hal tersebut normal, dengan perubahan fisik dan tingkah laku yang dapat diprediksikan
terjadi pada semua orang saat mereka mencapai usia tersebut. Semua orang akan
P a g e 5 | 13
mengalami proses menua dan masa tua merupakan masa hidup manusia yang terakhir.
Dimasa ini seseorang akan mengalami kemunduran fisk, mental dan social secara
bertahap.(Azizah, 2011)

Berdasarkan definisi secara umum, seseorang dikatakan lanjut usia apabila usianya
mencapai 65 tahun keatas. Lanjut bukan suatu penyakit, namun merupakan tahap lanjtan
dari suatu proses kehidupan yang ditandai dengan penurunan kemampuan tubuh untuk
beradaptasi dengan stress lingkungan. Lanjut usia adalah suatu keadaan yang ditandai
oleh kegagalan seseorang untuk mempertahankan keseimbangan terhadap kondisi stress
fisiologis. Kegagalan ini berkaitan dengan penurunan daya kemampuan untuk hidup
serta peningkatkan kepekaan secara individual (Effendi,2009)

Batasan-Batasan Lanjut Usia

1. Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO dikutip Kusharyadi,2011) ada 4 batasan


lanjut usia anatara lain : usia pertengahan (middle age) usia 45-49 tahun, lanjut usia
(elderly) usia 60-74 tahun, lanjut usia tua (old) usia 75-90 tahun dan usia sangat tua (very
old) usia diatas 90 tahun

2. Menurut Kesehatan RI (dikutip dari Mubarak, dkk, 2011) membagi Batasan lanjut
usia, yaitu : kelompok menjelang usia lanjut (45-54) sebagai masa vibrilitas, kelompok
usia lanjut(54-65) sebagai presenium dan kelompok lanjut usia diatas 65 tahun sebagai
senium

3. Menurut Prof. Dr. Koesoemanto Setyonegoro (dikutip dari Fadilla, 2013) menyatakan
bahwa Batasan lanjut usia (geriatric age) usia diatas 70 tahun terbagi atas Young old
yaitu usia 70-74 tahun, Old yaitu usia 75-80 tahun Very old yaitu usia diatas 80 tahun

C. Kesiapsiagaan Bencana

Berdasakan Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan


Bencana, kesiapsiagaan adalah serangkaian kegiatan uang dilakukan untuk
mengantisipasi bencana melalui langkah yang tepat guna dan berdaya guna. Penyusunan
rencana penanggulangan bencana, oemeliharaan sumber daya dan pelatihan personil
termasuk ke dalam tindakan kesiapsiagaan. Sehingga kesiapsiagaan merupakan salah
satu bagian dari proses manajement bencana dan di dalam konsep pengelolaan bencana
yang berkembang saat ini.

P a g e 6 | 13
Kesiapsiagaan merupakan salah satu elemen penting dari kegiatan pengurangan risiko
bencana yang bersifat pro-aktif, sebelumnya terjadi suatu bencana (LIPI/UNESCO-
ISDR, 2006)Kesiapsiagaan merupakan kegiatan-kegiatan dan langkah-langkah yang
dilakukan sebelum terjadinya bahaya-bahaya alam untuk meramalkan dan mengingatkan
orang akan kemungkinan adanya kejadian bahaya tersebut, mengevakuasi orang dan
harta bend ajika mereka terancam dan untuk memastiksn respon yang efektif, misalnya
dengan menumpuk bahan pangan (MPBI, 2009)

Tujuan Kesiapsiagaan :

Undang-Undang RI No 24 Tahun 2007 mengatakan bahwa kesiapsiagaan dilakukan


untuk memastikan upaya apa yang terjadi dengan cepat dan tepat dalam menghadapi
kejadian bencana (BNPB,2017). Menurut Gregg(2004) dalam Dodon(2013)
kesiapsiagaan bertujuan untuk meminimalkan efek samping bahaya dari suatu bencana
melalui tindakan pencegahan yang efektif, tepat waktu, memadai dan efisiensi terhadap
tindakan tanggap darurat dan bantuan saat terjadinya suatu bencana

The Indonesian Development of Education and Permaculture (IDEP,2007) adapun


tujuan dari kesiapsiagaan bencana adalah :

1. Mengurangi Risiko

2. Mengurangu Korban

3. Meringankan Penderitaan

4. Menjalin Kerjasama

Indikatir Penilaian Kesiapsiagaan

Menurut LIPI-UNESCO/ISDR ,2006 indikator yang akan digunakan untuk menilai


kesiapsiagaan lajut usia adalah :

1. Pengetahuan

2. Sikap

3. Kebijakan

4. Rencana Tanggap Darurat

5. Sistem Peringatan Dini

P a g e 7 | 13
6. Mobilisasi Sumber Daya

2.2 Management Bencana Pada Lanjut Usia

1. Kesiapsiapsiagaan Bencana Pada Lansia

Bahwa semakin cukup usia maka tingkat kematangan seseorang akan lebih baik
dalam berfikir akan tetapi berpengaruh terhadap kognitif dan mobilitas fisiknya. Salah
satu kelompok yang mengalami penurunan mobilitas fisik adalah lanjut usia yang sulit
untuk mempersiapkan diri saat terjadi bencana. Upaya dalam mempersiapkan diri saat
terjadi bencana seperti kemampuan untuk melindungi diri dan menghindari risiko
bahaya, risiko, kerentanan dan dampak bencana yang ada di lingkungan sekitar, memiliki
informasi, pengetahuan dan kemampuan merespon kejadian bencana, bertindak tepat
guna untuk mencegah kehilangan/ kerugian atau kerusakan harta benda, dan
mengembangkan kemampuan untuk memperthankan diri sendiri selama bencana
(Herdwiyanti, 2013)

2. Kesiapsiagaan pengetahuan dan sikap bencana pada lanjut usia

Randi dalam Imam (2011) sikap merupakan sebuah evaluasi umum yang dibuat
manusia terhadap dirinya sendiri atau orang lain atas reaksi atau respon terhadap
stimulus (objek) yang menimbulkan perasaan yang disertai dengan tindakan yang sesuai
dengan objeknya. Pengetahuan merupakan hasil tahu dan terjadi setelah orang
melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu

Lansia yang sudah melakukan pelatihan kesiapsiagaan bencana umumnya dapat


menyebutkan hal-hal apa saja yang dilakukan untuk menyelamatkan diri ketika terjadi
bencana. Tingkat kesiapsiagaan untuk aspek sikap terhadap risiko bencana sudah pernah
mengikuti penyuluhan. Hal tersebut menunjukkan bahwa penduduk mempunyai respon
yang positif berupa sikap yang tanggap terhadap risiko bencana. Sikap yang baik
tentunya akan memberikan pengaruh yang baik bagi pengetahuan lansia, sehingga perlu
ditingkatkan kembali sikap lansia dalam menghadapi bencana, agar menjadi lansia yang
memiliki sikap yang baik.

P a g e 8 | 13
3. Kesiapsiagaan rencana tanggap darurat bencana pada lanjut usia

Kesiapsiagaan rencana tanggap darurat dapat dilihat dari penduduk yang mempunyai
rencana untuk pertolongan pertama. Penduduk setuju bahwa perlengkapan yang dibawa
untuk rencana keadaan darurat adalah kotak P3K, alat komunikasi dan surat berharga.
Untuk kebutuhan dasar yang perlu disiapkan adalah makanan siap saji, pakaian
secukupnya dan membawa uang secukupnya.

4. Kesiapsiagaan system peringatan bencana pada lanjut usia

System peringatan dni meliputi tanda peringatan dan distribusi akan terjadinya
bencana. Menurut Gissing, 2009 sistem peringatan dini yang baik akan mengurangi
kerusakan atau kerugian yang dialami oleh masyarakat atau individu. Sutton & Tierney,
2009 menjelaskan bahwa system peringatan dini yang baik yaitu ketika masyarakat
mengerti informasi dari tanda peringatan dini tersebut dan tahu apa yang harus dilakukan
saat adanya tanda peringatan dini bencana LIPI-UNESCO/ISDR 2006

Keberhasilan suatu sistem peringatan dini tergantung pada kemampuan modal


komunikasi yang digunakan untuk menyampaikan informasi peringatan, sehingga dapat
sampai pada masyarakat sebelum terjadi ancaman bencana. Tujuan utama sistem
peringatan dini adalah menyelamatkan hidup orang banyak dan mengurangi terjadinya
korban jiwa maupun kerusakan.

Jika serangkaian prosedur dilakukan dengan benar, maka kerusakan akibat bencana
dapat diminimalkan.Adanya pengalaman dari kejadian bencana sebelumnya, menjadi hal
yang mempengaruhi kesiapsiagaan. Lansia umumnya mempunyai pengalaman yang
banyak tentang bencana dari kehisupan sebelumnya, dan dari generasi sebelumnya

5. Kesiapsiagaan mobilisasi sumber daya bencana pada lanjut usia

Kemampuan mobilisasi sumber daya yang siap baik sumber daya manusia yang telah
dibekali pengetahuan dan keterampilan saat keadaan darurat. Sumber daya lain yang
dapat membantu seperti kerabat/teman yang siap membantu apabila terjadi bencana
merupakan factor yang memperngaruhi kesiapsiagaan mobilisasi sumber daya.

Lansia harus mengetahui tindakan yang akan dilakukan ketika menghadapi bencana,
karena pengetahuan merupakan kunci utama yang dapat mempengaruhi sikap dan
kepedulian masyarakat untuk siap serta siaga dalam menghadapi bencana. Pengetahuan

P a g e 9 | 13
yang dimaksud dalam penelitian ini adalah pengetahuan dalam menghadapi bencana
pada lansia dan sikap adalah sebuah tindakan lansia terhadap suatu stimulus atau
rangsangan yang diberikan oleh seseorang, benda asing, berupa respons atau tanggapan
sebagai reaksinya. Sikap merupakan sesuatu yang dipelajari dan sikap menentukan
bagaimana individu bereaksi terhadap suatu situasi serta menentukan apayang dicari
individu dalam kehidupan (Slameto, 2010).

BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan

Bencana adalah suatu fenomena secara tiba-tiba yang membawa dampat sangat parah
pada lingkungan tempat tinggal,. Selain itu bencana juga memerlukan bantuan dari luar
komunitas lokasi kejadian. Lanjut usia adalah bagian dari proses tumbuh kembang manusia
tidak secara tiba-tiba menjadi tua, tetapi berkembang dari bayi, anak-anak, dewasa dan
akhirnya menjadi tua, hal tersebut normal, dengan perubahan fisik dan tingkah laku yang
dapat diprediksikan terjadi pada semua orang saat mereka mencapai usia tersebut. Semua
orang akan mengalami proses menua dan masa tua merupakan masa hidup manusia yang
terakhir. Dimasa ini seseorang akan mengalami kemunduran fisk, mental dan social secara
bertahap.

2.3 Saran

Apabila terdapat kesalahan dalam penulisan dan kata-kata yang kurang dimengerti,
penulis memohon maaf yang sebesar-besarnya. Dan penulis meminta saran dan kritikan yang
membangun guna menyempurnakan makalah yang kami susun ini.

P a g e 10 | 13
DAFTAR PUSTAKA

LIPI-UNESCO/ISDR. 2006. “Sistem Peringatan Dini”


Lisa Rahmadina. 2019. “Artikel Gambaran Kesiapsiagaan Bencana Pada Lanjut Usia di
Wilayah Pesisir Kota Banda Aceh”. Aceh : Fakultas Keperawatan Universitas Syiah Kuala
Pusat Kurikulum Badan Pebelitian dan Pengembangan Kementerian Pendidikan Nasional
(2009). “Manajement Tanggap Darurat”
Suwarningsih , Luvita Nurwidiasmara , Zakiyah Mujahidah. 2019. Jurnal Ilmiah Kesehatan
Vol. 11 “Lansia Dalam Menghadapi Bencana Di Kota Bogor” : Program Studi S1
Keperawatan Fakultas Kesehatan Universitas MH. Thamrin.
WHO dikutip Kusharyadi. 2011. “Batasan-Batasan Lanjut Usia”

P a g e 11 | 13

Anda mungkin juga menyukai