Anda di halaman 1dari 16

Siklus Manajemen Bencana

Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah


Keperawatan Bencana

Dosen Pengampu :
Lestari Eko D., M. Kep., Ns. dan TIM

Disusun oleh :
Wakhidun SK622007
Erwan Hardiono SK622008
Tri Indah Sari SK622009

Program Studi Keperawatan (S1)


Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kendal
Maret 2023/2024

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan atas kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat
menyelesaikan makalah dengan judul “Siklus Manajemen Bencana”.
Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan
Bencana di Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kendal.
Dalam penulisan makalah ini penulis menyampaikan ucapan terima
kasih kepada pihak-pihak yang membantu dalam menyelesaikan makalah
ini, khususnya kepada Ibu Lestari Eko D., M. Kep., Ns. sebagai dosen mata
kuliah Keperawatan Bencana yang telah memberikan tugas dan arahan
kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini dengan
tepat waktu.
Penulis sangat berharap semoga makalah ini dapat menambah
pengetahuan dan pengalaman bagi pembaca. Penulis memohon maaf dalam
penulisan makalah ini masih banyak kekurangan karena keterbatasan
pengetahuan dan pengalaman. Untuk itu penulis sangat mengharapkan
kritik dan saran yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan
makalah ini.
Akhir kata, penulis berharap Allah SWT membalas segala kebaikan
semua pihak yang telah membantu. Semoga nantinya dapat membawa
manfaat bagi pengembangan ilmu.

Batang, 30 Maret 2023

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ........................................................................................... ii


DAFTAR ISI ......................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................... 4
A. Latar Belakang ................................................................................................. 4
B. Tujuan Umum .................................................................................................. 4
C. Tujuan Khusus ................................................................................................. 4
BAB II STUDI PUSTAKA ................................................................................... 6
A. Definisi ............................................................................................................. 6
B. Jenis-jenis dan Faktor ...................................................................................... 7
C. Faktor Penyebab Terjadinya Bencana ............................................................. 7
D. Fase Manajemen Bencana ................................................................................ 8
E. Mekanisme Manajemen Bencana .................................................................... 9
F. Siklus Manajemen Bencana ............................................................................. 9
G. Penanggulangan Bencana Di Bidang Kesehatan ........................................... 12
BAB III ................................................................................................................ 14
PENUTUP............................................................................................................ 14
H. Kesimpulan .................................................................................................... 14
I. Saran .............................................................................................................. 14
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 16

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Indonesia merupakan satu negara kepulauan yang luas, banyak memiliki


gunung berapi, terletak antara dua lempengan geologi yang selalu bergerak,
memiliki dua musim yaitu musim hujan dan kemarau, serta dihuni oleh penduduk
dari berbaegai etnis dan agama yang merupakan potensi sangat strategis. Kondis
tersebut mempunyai sisi positif yang membawa keuntungan seperti tanah yang
cukup dan kekayaan budaya, tetapi disamping itu juga memiliki sisi negatif sebagai
kerugiannya seperti seringnya terjadi bencana letusan gunung berapi, gempa bumi,
tanah longsor, banjir dan gelombang tsunami.

Bencana adalah peristiwa atau kejadian pada suatu daerah yang


mengakibatkan kerusakan ekologi, kerugian kehidupan manusia, serta
memburuknya kesehatan dan pelayanan kesehatan yang bermakna sehingga
memerlukan bantuan luar biasa dari pihak luar.

Penyelenggara Penanggulangan Bencana adalah serangkaian upayayang


meliputi penetapan kebijakan pembangunan yang beresiko timbulnya bencana,
kegiatan pencegahan bencana, tanggap darurat serta kegiatan rehabilitas dan
rekonstruksi.

B. Tujuan Umum

Penulis mampu melakukan siklus manajemen bencana dengan tepat.

C. Tujuan Khusus

1. Mampu melaksanakan siklus manajemen bencana dengan benar

4
2. Mampu mengurangi, atau mencegah, kerugian karena bencana
3. Mampu mencapai pemulihan yang cepat dan efektif

5
BAB II
STUDI PUSTAKA

A. Definisi

Menurut Perka Nomor 2 Tahun 2009, Bencana adalah rangkaian peristiwa


yang mengancam dan mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat yang
disebabkan, baik oleh faktor alam dan/atau faktor nonalam maupun faktor manusia
sehingga mengakibatkan timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan lingkungan,
kerugian harta benda, dan dampak psikologis.

Menurut Asian Disaster Reduction Center (2003) yang dikutip Wijayanto


(2012), Bencana adalah suatu gangguan serius terhadap masyarakat yang
menimbulkan kerugian secara meluas dan dirasakan baik oleh masyarakat,
berbagai material dan lingkungan (alam) dimana dampak yang ditimbulkan
melebihi kemampuan manusia guna mengatasinya dengan sumber daya yang ada.
Lebih lanjut, menurut Parker (1992) dalam dikutip Wijayanto (2012), bencana
adalah sebuah kejadian yang tidak biasa terjadi disebabkan oleh alam maupun ulah
manusia, termasuk pula di dalamnya merupakan imbas dari kesalahan teknologi
yang memicu respon dari masyarakat, komunitas, individu maupun lingkungan
untuk memberikan antusiasme yang bersifat luas.

Sedangkan Heru Sri Naryanto (2011) mengemukakan bahwa:


Bencana adalah terjadinya kerusakan pada pola pola kehidupan normal, bersipat
merugikan kehidupan manusia, struktur sosial serta munculnya kebutuhan
masyarakat. Sehingga dapat disimpulkan dari beberapa pengertian bencana diatas,
bahwa pada dasarnya pengertian bencana secara umum yaitu suatu kejadian atau
peristiwa yang menyebabkan kerusakan berupa sarana prasana maupun struktur
sosial yang sifatnya mengganggu kelangsungan hidup masyarakat.

6
B. Jenis-jenis dan Faktor

Jenis-jenis bencana menurut Undang-undang Nomor 24 Tahun 2007


tentang penanggulangan bencana, yaitu:
1. Bencana alam adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau
serangkaian peristiwa yang disebabkan oleh alam antara lain berupa gempa
bumi, tsunami, gunung meletus, banjir, kekeringan, angin topan, dan tanah
longsor;
2. Bencana non alam adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau
rangkaian peristiwa non alam antara lain berupa gagal teknologi,gagal
modernisasi. dan wabah penyakit;
3. Bencana sosial adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau rangkaian
peristiwa yang disebabkan oleh manusia yang meliputi konflik sosial antar
kelompok atau antar komunitas masyarakat.
4. Kegagalan teknologi adalah semua kejadian bencana yang diakibatkan oleh
kesalahan desain, pengoprasian, kelalaian dan kesengajaan, manusia dalam
penggunaan teknologi dan atau insdustriyang menyebabkan pencemaran,
kerusakan bangunan, korban jiwa, dan kerusakan lainnya.

C. Faktor Penyebab Terjadinya Bencana

Terdapat 3 (tiga) faktor penyebab terjadinya bencana, yaitu :


1. Faktor alam (natural disaster) karena fenomena alam dan tanpa ada campur
tangan manusia.
2. Faktor non-alam (nonnatural disaster) yaitu bukan karena fenomena alam dan
juga bukan akibat perbuatan manusia
3. Faktor sosial/manusia (man-made disaster) yang murni akibat perbuatan
manusia, misalnya konflik horizontal, konflik vertikal, dan terorisme. Secara
umum faktor penyebab terjadinya bencana adalah karena adanya
interaksi antara ancaman (hazard) dan kerentanan (vulnerability).

7
Ancaman bencana menurut Undang-undang Nomor 24 tahun 2007 adalah
“Suatu kejadian atau peristiwa yang bisa menimbulkan bencana”. Kerentanan
terhadap dampak atau risiko bencana adalah “Kondisi atau karateristik biologis,
geografis, sosial, ekonomi, politik, budaya dan teknologi suatu masyarakat di suatu
wilayah untuk jangka waktu tertentu yang mengurangi kemampuan masyarakat
untuk mencegah, meredam, mencapai kesiapan, dan menanggapi dampak bahaya
tertentu” (MPBI, 2004:5)

D. Fase Manajemen Bencana

Fase manajemen bencana, yaitu:

1. Fase Mitigasi; upaya memperkecil dampak negative bencana. Contoh: zonasi


dan pengaturan bangunan (building codes), analisis kerentanan; pembelajaran
public.
2. Fase Preparadness; merencanakan bagaimana menaggapi bencana. Contoh:
merencanakan kesiagaan; latihan keadaan darurat, system peringatan.
3. Fase Respon; upaya memperkecil kerusakan yang disebabkan oleh bencana.
Contoh: pencarian dan pertolongan; tindakan darurat,
4. Fase Recovery; mengembalikan masyarakat ke kondisi normal. Contoh:
perumahan sementara, bantuan keuangan; perawatan kesehatan.
Keempat fase manajemen bencana tersebut tidak harus selalu ada, atau tidak
secara terpisah, atau tidak harus dilaksanakan dengan urutan seperrti tersebut
diatas. Fase-fase sering saling overlap dan lama berlangsungnya setiap fase
tergantung pada kehebatan atau besarnya kerusakan yang disebabkan oleh
bencana itu. Dengan demikian, berkaitan dengan penetuan tindakan di dalam
setiap fase itu, kita perlu memahami karakteristik dari setiap bencana yang
mungkin terjadi.

8
E. Mekanisme Manajemen Bencana

Manajemen bencana terdiri dari 2 mekanisme yaitu mekanisme internal


atau informal dan mekanisme eksternal atau informal.

1. Mekanisme internal atau informal, yaitu unsur-unsur masyarakat di lokasi


bencana yang secara umum melaksanakan fungsi pertama dan utama dalam
manajemen bencana dan seringkali disebut mekanisme manajemen bencana
alamiah, ini terdiri dari keluarga, organisasi sosial informal (pengajian,
pelayanan kematian, kegiatan kegotong royongan, arisan dan sebagainya)
serta masyarakat lokal.
2. Mekanisme eksternal atau formal, yaitu organisasi yang sengaja dibentuk
untuk tujuan manajemen bencana, contoh organisasi manajemen bencana di
Indonesia diantaranya seperti BAKORNAS PB, SATKORLAK PB,
SATLAK PB dan BNPB maupun BPBD.

F. Siklus Manajemen Bencana

Siklus manajemen bencana terbagi menjadi 3 tahapan atau fase yaitu:


1. Tahap Pra Bencana
Tahap Dalam fase pra bencana ini mencakup kegiatan, mitigasi, kesiapsagaan
dan peringatan dini.
a. Pencegahan (Prevention)
Upaya yang dilakukan untuk mencegah terjadinya bencana jika mungkin
dengan meniadakan bahaya. Contoh kegiatan pencegahan diantaranya
melarang pembakaran hutan dalam perladangan, melarang penambangan
batu di daerah curam, melarang membuang sampah sembarangan dan lain
sebagainya.
b. Mitigasi Bencana (Mitigation)

9
Mitigasi adalah serangkaian upaya yang dilakukan untuk mengurangi
risiko bencana baik melalui pembangunan fisik, maupun penyadaran dan
peningkatan kemampuan menghadapi ancaman bencana. Kegiatan
mitigasi inidapat dilakukan melalui pelaksanaan penataan ruangan;
pengaturan pembangunan, pembangunan infrastruktur, tata bangunan;
dan penyelenggaraan pendidikan, penyuluhan, pelatihan baik secara
konvensional maupun modern.
c. Kesiapsiagaan (Preparedness)
Kesiapsiagaan adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan untuk
mengantisipasi bancana melalui pengorganisasian dan langkah yang tepat
guna dan berdaya guna.
d. Peringatan Dini (Early Warning)
Peringatan Dini adalah serangkaian kegiatan pemberian peringatan
sesegera mungkin pada masyarakat mengenai kemungkinan terjadinya
bencana pada suatu tempat oleh lembaga yang berwenang atau upaya
untuk memberikan tanda peringatan bahwa bencana kemungkinan akan
segera terjadi. Pemberian peringatan dini ini harus menjangkau
masyarakat (accesible), segera (immediate), tegas tidak membingungkan
(coherent), bersifat resmi (official).

2. Tahap Saat Terjadi Bencana


Dalam tahap ini mencakup tanggap darurat dan bantuan darurat.
a. Tanggap Darurat (response)
Tanggap darurat adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan dengan
segera pada saat kejadian bencana untuk menangani dampak buruk yang
ditimbulkan . Ini meliputi kegiatan penyelamatan dan evakuasi korban,
harta benda, pemenuhan kebutuhan dasar, perlindungan, pengurusan
pengungsian dan pemulihan sarana prasarana. Berikut beberapa kegiatan
yang dilakukan pada tahap tanggap darurat, diantaranya yaitu:

 Pengkajian yang tepat terhadap lokasi, kerusakan dan sumberdaya

10
 Penentuan status keadaan darurat bencana
 Penyelamatan dan evakuasi masyarakat terkena bencana
 Pemenuhan kebutuhan dasar
 Perlindungan terhadap kelompok rentan
 Pemulihan dengan segera prasarana dan sarana vital

b. Bantuan Darurat (relief)


Ini merupakan upaya untuk memberikan bantuan berkaitan dengan
pemenuhan kebutuhan dasar berupa sandang, pangan, tempat tinggal
sementara, kesehatan, sanitasi dan juga air bersih.
3. Tahap Pasca Bencana
Dalam tahapan ini mencakup pemulihan, rehabilitasi dan juga rekonstruksi.
a) Pemulihan (Recovery) Pemulihan adalah rangkaian kegiatan untuk
mengembalikan kondisi masyarakat dan lingkungan hidup yang terkena
bencana dengan memfungsikan kembali kelembagaab, prasarana dan
sarana dengan melakukan upata rehabilitasi.
b) Rehabilitasi (rehabilitation)
Rehabilitasi adalah perbaikan dan pemulihan semua aspek pelayanan
publik atau masyarakat hingga tingkat yang memadai pada wilayah pasca
bencana dengan sasaran utama untuk normalisasi atau berjalannya secara
wajar semua aspek pemerintahan dan kehidupan masyarakat pada
wilayah pasca bencana.
c) Rekonstruksi (reconstruction)
Rekonstruksi adalah perumusan kebijakan dan usaha serta langkah-
langkah nyata yang terencana dengan baik, konsisten dan berkelanjutan
untuk membangun kembali secara permanen semua prasarana, sarana dan
sistem kelembagaan baik tingkat pemerintahan maupun masyarakat
dengan sasaran utama tumbuh berkembangnya kegiatan perekonomian,
sosial dan budaya, tegaknya hukum dan ketertiban dan bangkitnya peran
dan partisipasi masyarakat sipil dalam segala aspek kehidupan

11
bermasyarakat di wilayah pasca bencana. Lingkup pelaksanaan
rekonstruksi terdiri atas program rekonstruksi fisik dan program
rekonstruksi non fisik.

G. Penanggulangan Bencana Di Bidang Kesehatan

1. Sanitasi darurat
Kegiatannya adalah penyediaan serta pengawasan air bersih dan jamban;
kualitas tempat pengungsian; serta pengaturan limbah sesuai dengan standar.
Kekurangan jumlah maupun kualitas sanitasi ini akan meningkatkan resiko
penularan penyakit.
2. Pengendalian vector
Bila tempat pengungsian dikategorikan tidak ramah, maka kemungkinan
terdapat nyamuk dan vector lain. Maka pengendalian vector terbatas sangat
diperlukan baik dalam bentuk diperlukan baik dalam bentuk spraying atau
fogging, larva siding maupun manipulasi lingkungan.
3. Pengendalian penyakit
Bila terdapat laporan diketahui terdapat peningkatan kasus penyakit, terutama
yang berpotensi KLB, makan harus dilakukan pengendalian melalui
intensifikasi penatalaksanaan kasus serta penganggulangan faktor resikonya
umumnya penyakit yang memerlukan perhatian adalah diare dan ISPA.
4. Surveillances epidemiologi
Survey epidemiologi yang harus diperoleh dalam hal ini adalah
a) Reaksi sosial
b) Penyakit menular
c) Perpindahan penduduk
d) Pengaruh cuaca
e) Makanan dan gizi
f) Persediaan air dan sanitasi

12
g) Kesehatan jiwa
h) Kerusakan infrastruktur kesehatan

13
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Bencana adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan
mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat yang disebabkan, baik oleh
faktor alam dan/atau faktor nonalam maupun faktor manusia sehingga
mengakibatkan timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan lingkungan, kerugian
harta benda, dan dampak psikologis.

B. Saran

1. BNPB perlu menjalin kerja sama dengan lembaga-lembaga penyedia data


yang relevan dalam penanganan bencana seperti BMG, Bakosurtanal,
LAPAN, BPPT, USGS, NOAA, dan lembaga sejenis lainnya ditingkat
regional, karena ketersediaan dan keakuratan data sangat penting untuk
menjamin tercapainya manfaat penggunaan sistem manajemen informasi
dalam manajemen penanggulangan bencana.
2. Pengembangan dan implementasi sistem manajemen informasi oleh BNPB
ini sebaiknya dikoordinasikan dengan seluruh lembaga yang terlibat dalam
penanganan bencana seperti NGO, PBB, Palang Merah Internasional, dan
lembaga penelitian atau perguruan tinggi untuk menjamin interoperability
dari sistem yang dibangun dengan sistem informasi yang telah dimiliki
oleh lembaga terkait lainnya.
3. Mengingat biaya dan sumber daya yang diperlukan untuk mengembangkan
sistem manajemen informasi ini cukup besar, sebaiknya dilakukan dengan
tujuan/target dan alokasi sumber daya yang jelas. Selain itu, penerapannya

14
sebaiknya dilakukan secara bertahap, misalnya jaringan komunikasi data akan
dibangun pertama kali di daerah yang memiliki usulan pengembangan.
4. Pelatihan, simulasi dan pengujian penggunaan sistem informasi diperlukan
untuk mempersiapkan calon pengguna sistem informasi.

15
DAFTAR PUSTAKA

Asian Disaster Reduction. 2003. Definisi bencana. Asian Disaster


Reduction

Depkes RI. Profil kesehatan Indonesia 2001 Menuju Indonesia sehat


2010. Jakarta: Departemen Kesehatan RI

Naryanto. Heru Sri. 2011. Analisis Risiko Bencana Tanah Longsor Di


Kabupaten Karanganyar, Provinsi Jawa Tengah. Jurnal Penanggulangan
Bencana Vol 2 No 1.

Perka Nomor 2 Tahun 2009 tentang Tata Kerja Unsur Pengarah


Penanggulangan Bencana

"Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 24 Tahun 2007 tentang


Penanggulangan Bencana," 2017.

https://bpbd.bogorkab.go.id/bencana-dan-manajemen-bencana/

16

Anda mungkin juga menyukai