OLEH:
KELOMPOK 2
YOLANDA BULOW (NIM: 01808010073)
THITA ALFITRI KADI (NIM: 01808010070)
ANDIANITA BUNTUAN (NIM: 01808010040)
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala rahmatNya sehingga makalah ini dapat tersusun
hingga selesai. Tidak lupa kami mengucapkan terimakasih terhadap bantuan dari pihak yang telah
berkontribusi dengan memberikan sumbangan baik pikiran maupun materinya.
Kami berharap semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman untuk para
pembaca. Bahkan kami berharap lebih jauh lagi agar makalah ini bisa pembaca praktekkan dalam
kehidupan sehari-hari.
Kami yakin masih banyak kekurangan dalam penyusunan makalah ini karena keterbatasan
pengetahuan dan pengalaman Kami. Untuk itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang
membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.
Penyusun
DAFTAR ISI
PENDAHULUAN
Setiap wilayah tempat tinggal manusia memiliki resiko bencana. Seringkali resiko tersebut
tidak terbaca oleh komunitas dan karenanya tidak dikelola dengan baik. Hal ini menyebabkan
terkadang, dan mungkin juga sering, bencana terjadi secara tak terduga-duga. Dampak paling
awal dari terjadinya bencana adalah kondisi darurat, dimana terjadi penurunan drastis dalam
kualitas hidup komunitas korban yang menyebabkan mereka tidak mampu memenuhi
kebutuhan-kebutuhan dasarnya dengan kapasitasnya sendiri. Kondisi ini harus bisa direspons
secara cepat, dengan tujuan utama pemenuhan kebutuhan dasar komunitas korban sehingga
kondisi kualitas hidup tidak makin parah atau bahkan bisa membaik.
Bencana harus ditangani secara menyeluruh setelah situasi darurat itu direspons. Setiap
akibat pasti punya sebab dan dampaknya, maka bencana sebagai sebuah akibat pasti punya
sebab dan dampaknya, agar penanganan bencana tidak terbatas pada simpton simpton
persoalan, tetapi menyentuh substansi dan akar masalahnya. Dengan demikian kondisi darurat
perlu dipahami sebagai salah satu fase dari keseluruhan resiko bencana itu sendiri. Penanganan
kondisi darurat pun perlu diletakkan dalam sebuah perspektif penanganan terhadap keseluruhan
siklus bencana. Setelah kondisi darurat, biasanya diikuti dengan kebutuhan pemulihan
(rehabilitasi), rekonstruksi (terutama menyangkut perbaikan-perbaikan infrastruktur yang
penting bagi keberlangsungan hidup komunitas), sampai pada proses kesiapan terhadap
bencana, dalam hal ini proses preventif.
Perbedaan mendasar ditemukan antara kerja dalam kondisi darurat dengan kerja penguatan
kapasitas masyarakat secara umum. Dalam kondisi darurat, waktu kerusakan terjadi secara
sangat cepat dan skala kerusakan yang ditimbulkan pun biasanya sangat besar. Hal ini
menyebabkan perbedaan dalam karakteristik respon kondisi darurat. Komitmen, kecekatan dan
pemahaman situasi dan kondisi bencana (termasuk konflik) dalam rangka memahami latar
belakang kebiasaan, kondisi fisik maupun mental komunitas korban dan karenanya kebutuhan
mereka, sangat dibutuhkan. Selain itu, sebuah kondisi darurat juga tidak bisa menjadi legitimasi
kerja pemberian bantuan yang asal-asalan. Dalam hal ini perlu dipahami bahwa sumber daya
sebesar apapun yang kita miliki tidak akan cukup untuk memenuhi seluruh kebutuhan
komunitas korban bencana. Di sisi lain, sekecil apapun sumber daya yang kita miliki akan
memberikan arti bila didasarkan pada pemahaman kondisi yang baik dan perencanaan yang
tepat dan cepat, mengena pada kebutuhan yang paling mendesak.
Bencana, apapun sebabnya, merupakan hal yang menganggu tatanan masyarakat dalam
segala aspeknya, baik psikologis, ekonomi, sosial budaya maupun material. Jika kita
mengamini faktum bahwa setiap orang memiliki hak untuk hidup layak maka komunitas
manapun yang mengalami bencana berhak atas bantuan kemanusiaan dalam batas-batas
minimum.
A. Tujuan
Tujuan Umum : Mahasiswa mampu memahami tentang berbagai hal yang berhubungan
dengan bencana.
Tujuan Khusus :
a. Mahasiswa mengetahui dan memahami tentang jenis bencana, fase-fase bencana
b. Mahasiswa mengetahui dan memahami tentang peran perawat komunitas dalam
manajemen kejadian bencana
c. Mahasiswa mengetahui dan memahami permasalahan bencana dibidang kesehatan
d. Mahasiswa mengetahui pengkajian keperawatan di area bencana
e. Mahasiswa dapat menyusun asuhan keperawatan pada area bencana .
PEMBAHASAN
A. Definisi Bencana
Bencana adalah suatu fenomena alam yang terjadi yang menyebabkan kerugian baik
materiil dan spiritual pada pemerintah dan masyarakat (Urata, 2008). Fenomena atau
kondisi yang menjadi penyebab bencana disebut hazard ( Urata, 2008).
Menurut Departemen Kesehatan Republik Indonesia bencana adalah peristiwa pada
suatu wilayah yang mengakibatkan kerusakan ekologi, kerugian ekologi, kerugian hidup
bagi manusia serta menurunnya derajat kesehatan sehingga memerlukan bantuan dari
pihak luar (Effendy & Mahfudli, 2009). Disaster menurut WHO adalah setiap kejadian,
situasi, kondisi yang terjadi dalam kehidupan ( Effendy & Mahfudli, 2009).
D. Kelompok Rentan
Memahami akibat dari bencana adalah manusia potensial menjadi korban, sehingga
perlu kita perlu memahami dua hal yang perlu mendapatkan fokus utama adalah
mengenali kelompok rentan dan meningkatkan kapasitas dan kemampuan masyarakat
dalam menanggulangi bencana. Kerentanan adalah keadaan atau sifat manusia yang
menyebaabkan ketidakmampuan menghadapi bencana yang berfokus pada pencegahan,
menjinakkan, mencapai kesiapan, dan dalam menghadapi dampak tertentu.
Undang-undang penanggulangan bencana pada pasal 56 dan pasal 26 (1) menjelaskan
bahwa masyarakat yang rentan adalah masyarakat yang membutuhkan bantuan
diantaranya bayi, balita, anak-anak, ibu hamil, ibu menyusui, lansia. Kerentanan dalam
masyarakat dapat dikelompokkan menjadi:
1. Kerentanan fisik
Adalah resiko yang dihadapimasyarakat dalam menghadapi ancaman bahaya tertentu,
misalnya kekuatan rekonstruksi bangunan rumah pada daerah rawan banjir dan
gempa.
2. Kerentanan ekonomi
Adalah kemampuan ekonomi individu atau masyarakat dalam mengalokasikan dana
utuk mencegas dan penanggulangan bencana.
3. Kerentanan social
Kerentanan social dilihat dari aspek pendidikan, pengetahuan tentang ancaman dan
penanggulangan bencana, serta ingkat kesehatan yang rendah.
4. Kerentanan lingkungan
Kerentanan yang melihat aspek tempat tinggal masyarakat dan lingkungan sekitarnya.
3. Fase post-impact
a. Memberikan terapi bagi korban bencana untuk mengurangi trauma.
b. Selama masa perbaikan perawat membantu korban bencana alam untuk kembali ke
kehidupan normal.
c. Beberapa penyakit dan kondisi fisik yang memerlukan pemulihan dalam jangka
waktu lama memerlukan bekal informasi dan pendampingan.
2. Fase tindakan
Fase tindakan adalah fase dimana dilakukan berbagai aksi darurat yang nyata untuk
menjaga diri sendiri dan harta kekayaan. Aktivitas yang dilakukan secara kongkret yaitu :
a. Instruksi pengungsian
b. Pencarian dan penyelamatan korban
c. Menjamin qkeamanan dilokasi bencana
d. Pengkajian terhadap kerugian akibat bencana
e. Pembagian dan penggunaan alat perlengkapan pada kondisi darurat,
f. Pengiriman dan penyerahan barang material
g. Menyediakan tempat pengungsian dan lain-lain.
Dari sudut pandang pelayanan medis, bencana lebih dipersempit lagi dengan
membaginya menjadi fase akut dan fase sub akut. Dalam fase akut, 48 jam pertama sejak
bencana terjadi disebut fase penyelamatan dan pertolongan / pelayanan medis darurat
terhadap orang orang yang terluka pada saat mengungsi atau dievakuasi, serta dilakukan
tindakan-tindakan terhadap munculnya permasalahan kesehatan dalam pengungsian.
3. Fase pemulihan
Fase pemulihan dibedakan secara akurat dari dan sampai kapan, tetapi fase ini
merupakan fase dimana individu atau masyarakat dengan kemampuannya sendiri dapat
memulihkan fungsinya seperti sedia kala, ( sebelum terjadi bencana), orang-orang
melakukan perbaikan darurat tempat tinggalnya, pindah kerumah sementara, mulai
masuk sekolah ataupun bekerja kembali sambil memulihkan lingkungan tempat
tinggalnya. Kemudian mulai dilakukan rehabilitasi lifeline dan aktivitas untuk membuka
kembali usahanya. Institusi pemerintah juga memulai memberikan kembali pelayanan
seqqcara normal serta mulai menyusun rencana-rencana untuk rekonstruksi sambil terus
memberikan bantuan kepada para korban. Fase ini bagaimanapun juga hanya merupakan
fase pemulihan dan tidak sampai mengembalikan fungsi-fungsi normal seperti sebelum
bencana terjadi. Dengan kata lain, fase ini merupakan masa peralihan dari kondisi darurat
ke kondisi tenang.
RANGKUMAN
Di beberapa daerah di Indonesia merupakan daerah yang rawan bencana. Dengan
banyaknya bencana, kesiagaan dan pelaksanaan tanggap bencana harus dilakukan dengan
baik. Karena dampak yang ditimbulkan bencana tidaklah sederhana, maka penanganan
korban bencana harus dilakukan dengan terkoordinasi dengan baik sehingga korban yang
mengalami berbagai sakit baik fisik, sosial, dan emosional dapat ditangani dengan baik dan
manusiawi.
Perawat sebagai kaum yang telah dibekali dasar-dasar kejiwaan kebencanaan dapat
melakukan berbagai tindakan tanggap bencana. Seharusnya modal itu dimanfaatkan oleh
mahasiswa keperawatan agar secara aktif turut melakukan tindakan tanggap bencana.
https://www.academia.edu/28844751/MAKALAH_KONSEP_AREA_BENCANA
GLOSARIUM