Anda di halaman 1dari 32

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Bencana alam adalah salah satu fenomena yang dapat terjadi setiap saat,
dimanapun dan kapanpun sehingga menimbulkan risiko atau bahaya terhadap
kehidupan manusia, baik kerugian harta benda maupun korban jiwa
manusia(Nugroho. dkk,2009).

Pada kejadian bencana, keterpaparan yang paling tinggi dialami oleh perempuan,
anak-anak, lansia dan difabel karena sebelum bencana pun mereka telah diposisikan
dalam situasi yang timpang. Dengan kata lain, menurut Enarson (2000) dalam
berbagai bencana, kelompok rentan dihadapkan pada dampak bencana yang lebih
berat karena mereka memiliki akses dan kontrol yang lebih rendah baik untuk
bertahan hidup maupun memulihkan kehidupan pasca bencana.

Karakteristik geologis dan geografis menempatkan Indonesia sebagai salah satu


kawasan rawan bencana seperti dibuktikan oleh berbagai bencana yang telah
menimpa Indonesia. Bencana merupakan musibah yang menimpa masyarakat, karena
itulah sebenarnya bencana menjadi tanggung jawab kita semua. Maka dari itu
diadakan pemberdayaan masyarakat dalam penanggulangan bencana. Pencegahan
jauh lebih penting dari pada penanggulangan karena itu upaya pencegahan akan
memberikan dampak positif berupa menekan seminim mungkin korban jiwa dan
harta benda dari kejadian bencana. (Subiyantoro, Iwan. 2010 : 63-66).

Bencana gempa bumi, tsunami, banjir, longsor, gunung meletus, kebakaran dan
bencana lainnya, tidak akan memilih-milih korbannya Semua akan terkena bencana
tersebut, jika korban berada pada posisi dimana bencana itu terjadi. Kondisi seperti
ini yang mendorong manusia untuk meningkatkan kemampuan dirinya dalam
menghadapi suatu bencana. Maka dari itu perlu dilakukan langkah kesiapsiagaan
dalam menghadapi bencana gempa bumi yang bertujuan meningkatkan keselamatan
baik harta maupun nyawa saat terjadi bencana gempa bumi.

Kesiapsiagaan merupakan salah satu bagian dari proses manajemen bencana dan
didalam konsep pengelolaan bencana yang berkembang saat ini, peningkatan

1
kesiapsiagaan merupakan salah satu elemen penting dari kegiatan pengurangan resiko
yang bersifat pro-aktif, sebelum terjadinya bencana (Jan Sopaheluwakan, 2006:6).

B. Rumusan Masalah

1. Pemberdayaan Masyarakat terhadap bencana

2. Pendidikan dan kesiapsiagaan terhadap bencana

3. Evidence Based Practice Keperawatan Bencana

C. Tujuan

Adapun beberapa tujuan penulisan makalah ini antara lain:

1. Tujuan Umum

Untuk memenuhi tugas remidi mata kuliah Ilmu Keperawatan Bencana

2. Tujuan Khusus

1. Paham dan mengerti tentang apa itu pemberdayaan masyarakat.

2. Paham dan mengerti tentang pendidikan dan kesiapsiagaan terhadap bencana

3. Paham dan mengerti tentang evidence based practice keperawatan bencana

D. Mamfaat

Dapat mengetahui dan memberikan contoh tentang pemberdayaan masyarakat,

pendidikan dan kesiapsiagaan, serta evidence based practice keperawatan bencana.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pemberdayaan Masyarakat Terhadap Bencana


1. pengertian
Pemberdayaan masyarakat adalah proses pembangunan di mana
masyarakat berinisiatif untuk memulai proses kegiatan sosial untuk memperbaiki
situasi dan kondisi diri sendiri. Pemberdayaan masyarakat hanya bisa terjadi
apabila masyarakat itu sendiri ikut pula berpartisipasi.

Pemberdayaan masyarakat sebagai upaya yang disengaja untuk


memfasilitasi lokal dalam perencanaan, memutuskan dan mengelola sumberdaya
lokal yang dimiliki melalui aksi kebersamaan dan jaringan, sehingga pada
akhirnya mereka memiliki kemampuan dan kemandirian secara ekonomi,
ekologi, dan sosial.

Pemberdayaan masyarakat merupakan proses untuk memfasiltasi dan


mendorong masyarakat. Agar mampu menempatkan diri secara proforsional dan
menjadi pelaku utama dalam memanfaatkan lingkungan strategisnya, untuk
mencapai suatu keberlanjutan dalam jangka panjang.

3
2. Aspek penting dalam suatu program pemberdayaan masyarakat adalah
a. program yang disusun sendiri oleh masyarakat.
b. Mampu menjawab kebutuhan dasar masyarakat, mendukung keterlibatan
kaum miskin dan kelompok yang terpinggirkan lainnya.
c. Dibangun dari sumberdaya lokal, sensitif terhadap nilai-nilai budaya
lokal, memperhatikan dampak lingkungan, tidak mnciptakan
ketergantungan, berbagai pihak terkait terlibat.
d. Instansi pemerintah, lembaga penelitian, perguruan tinggi, LSM, swasta
dan pihak lainnya.
e. Dilaksanakan secara berkelanjutan.

3. Tujuan

Tujuan umum pemberdayaan masyarakat ini adalah terwujudnya komitmen


masyarakat dalam menghadapi bencana. Dan secara khusus adalah terwujudnya
kesiapan dan kemampuan masyarakat dalam upaya Penanggulangan Bencana
(PB),terwujudnya kesadaran masyarakat dalam melaksanakan upaya
pengurangan resiko bencana (PRB) dan terwujudnya masyarakat sadar dan akrab
bencana atau “living harmony with disaster”

4
Maksud pemberdayaan ini adalah agar masyarakat dapat memahami, mengetahui
dan bersedia mengerjakan apa yang seharusnya dapat dilaksanakan sendiri. Untuk
kepentingan diri , keluarga dan masyarakat pada situasi darurat/bencana/pengungsian
melalui penyiapan dan pemberdayaan masyarakat. Yang dilakukan pada tahap
kesiapsiagaan. Program Kesiapsiagaan Bencana Berbasis Masyarakat (KBBM) atau
Community Based Disaster Preparedness (CBDP) adalah program pemberdayaan
kapasitas masyarakat untuk mengambil tindakan inisiatif dalam mengurangi dampak
bencana yang terjadi di lingkungan tempat tinggalnya.

B. Pendidikan Dan Kesiapsiagaan Terhadap Bencana

1. Pengertian_Bencana
Adalah kejadian akibat fenomena alam yang luar biasa dan / atau yang
disebabkan ulah manusia yang menimbulkan krban jiwa, kerugian material
dan kerusakan lingkungan, dimana masyarakat setempat tidak dapat
mengatasinya, sehingga membutuhkan bantuan dari luar.

2. Pengertian_Acaman
Adalah fenomena alam yang berpotensi merusak atau mengancam
kehidupan_manusia. Bencana terjadi ketika manusia tidak mampu lagi
mengatasi_ancaman.

3. Hal-hal yang mempengaruhi Kapasitas


a. Kondisi fisik
b. Keadaan social budaya
c. Kelembagaan sosial

5
d. Kemampuan ekonomi
e. Pengetahuan
f. Sikap dan perilaku

4. Jenis Bencana berdasarkan Waktunya


a. Bencana yang terjadi secara tiba-tiba
Contoh : Gempa bumi, Tsunami, Angin topan/Badai, Letusan gunung berapi,
dan tnh longsor
b. Bencana yang terjadi secara perlah
Contohnya : Kekeringan, Rawan pangan, kerusakan lingkungan, dll.

5. Jenis Bencana Berdasarkan Penyebabnya


a. Fenomena Alam
Fenomena ALam Penyebab Akibat dari:
Pergeseran lapisan bumi
•Gempa bumi
•Tsunami
Aktifitas Gunung Api
•Gempa Vulkanik
•Semburan Awan Panas
•Hujan Abu
•Erupsi / Letusan
Perubahan Iklim / Musim
•Hujan Musiman
•Angin rebut
•Angin Topan
Kemarau berkepanjangan
•Kekeringan
•Kebakaran Hutan

b. Ulah Manusia
1) Berhubungan dengan lingkungan
Contohnya : Penebangan hutan tak terkendali, Perusakan area penyanggah
daratan dan
laut, Polusi (air, udara & Tanah)

6
2) Berhubungan dengan kecelakaan / kelalaian
Contohnya : Kebakaran kilang minyak, Kebocoran reactor nuklir,
Kebocoran gas
industri, dll
3) Berhubungan dengan pertentangan antar manusia
Contohnya : Perang, Konflik sosial, dll.

c. Kombinasi
Contohnya : Banjir, Tanah longsor, kebakaran perumahana atau Perkotaan,
Kebakaran di pedesaan, lahan atau hutan, dll.

6. Penyusunan Siklus Bencana


Bila bencana terjadi orang melakukan tindakan pertolongan atau tanggap
darurat bencana. Terkadang pertolongan itu sudah terlambat sehingga jatuh
korban. Padahal, bencana memiliki siklus sehingga kita dapat melakukan
tindakan-tindakan untuk menghindari timbulnya kerugian dan jatuhnya
banyak korban.
Kegiatan penanggulangan bencana dilaksanakan sepanjang siklus
bencana, yaitu pada saat sebelum bencana terjadi (pra bencana), selama
kejadian bencana dan sesudah terjadinya bencana (pasca bencana).

Mari kita mengenal bencana berdasarkan waktu kejadiannyaBencana


yang terjadi secara tiba-tiba, misalnya gempa bumi, tsunami, angin
topan/badai, letusan gunung berapi dan tanah longsor. Beberapa bencana
memberikan tanda-tanda sehingga kita bisa menyelamatkan diri, tetapi ada
yang sulit dibaca bahkan oleh perangkat teknologi yang canggih.Bencana
yang terjadi secara perlahan, dengan munculnya tanda-tanda sehingga kita
bisa melakukan tindakan-tindakan untuk mencegah timbulnya banyak
korban. Keadaan normal meningkat menjadi situasi darurat dan kemudian
menjadi situasi bencana. Misalnya kekeringan, rawan pangan, kerusakan
lingkungan dll. Sedangkan berdasarkan penyebabnya, bencana
dikelompokkan sebagai berikut :

7
a. Pra Bencana
1) Kesiapsiagaan

Adalah upaya-upaya penggunaan kemampuan untuk secara tepat dan cepat


merespon bencana.
Contoh tindakan kesiapsiagaan:
 Pembuatan sistem peringatan dini
 Membuat sistem pemantauan ancaman

 Membuat sistem penyebaran peringatan ancaman


 Pembuatan rencana evakuasi
 Membuat tempat dan sarana evakuasi
 Penyusunan rencana darurat, rencana siaga
 Pelatihan, gladi dan simulasi atau ujicoba
 Memasang rambu evakuasi dan peringatan dini.
 Kesiapsiagaan dilaksanakan sebelum bencana, dengan tujuan mengurangi
kerugian dan korban akibat bencana.

2) Mitigasi
Adalah upaya-upaya untuk mengurangi akibat ancaman bencana.
Contohnya : Pengelolaan air bersih, pembangunan tanggul banjir dan tempat
evakuasi, penghijauan lereng yang rawan longsor, dll

8
b. Saat Bencana
1) Bantuan
Pada saat bencana terjadi, yang harus dilakukan antara lain; tindakan
pencarian dan penyelamatan atau search and rescue (SAR), pelayanan
bantuan medis, pendistribusian bantuan (relief) dan dukungan psikologi
sosial bagi mereka yang tertimpa bencana. Tindakan-tindakan tersebut
dilakukan untuk menyelamatkan kelangsungan hidup manusia, mengurangi
penderitaan korban bencana dan mengurangi kerugian fisik dan mental.
2) Rehabilitasi

c. Setelah Bencana
Jika kamu mengalami kejadian benccana, kamu bisa merasakan
bagaimana kehilangan dan menderita kerugian. Setelah bencana terjadi,
jangan terlarut dalam kesedihan. Sebagai remaja, kamu harus tetap
semangat, optimis dan ceria. Dengan cara itu, kamu akan dapat memulihkan
diri dengan segera.• Rekonstruksi

7. Isi Tas Siaga Bencana


a. Obat-obatan ringan
b. Perlengkapan PP
c. Persediaan air minum dan makanan kering
d. Senter
e. Peluit
f. Korek api
g. Selimut
h. Pakaian
i. Perlengkapan mandi
j. Alas kaki
k. Kantong plastic besar
l. Foto keluarga
Hal ini berguna pada saat terpisah dari keluarga
m. Buku cerita
Akan membantu menghibur di tempat pengungsian
n. Buku catatan
Mencatat nomor telepon dan alamat keluarga serta nomor telepon penting

9
atau kanor atau organisasi yang dapat dihubungi apabila membutuhkan
bantuan
o. Alat tulis
p. Radio transistor
Selain sebagai hiburan, juga dapat membantu mengetahui perkebangan
pada saat bencana terjadi

8. Jenis Gempa Bumi


a. Gempa Tektonik
Gempa yang disebabkan oleh pergeseran lempengan tektonik

10
b. Gempa Vulkanik
Gempa yang disebabkan aktifitas gunung api

c. Gempa Induksi
Gempa yang disebabkan oleh pelepasan energi akibat sumber-sumber
lainnya, misalnya : runtuhnya tanah dan bebatuan akibat bahan peledak.

11
Akibat Gempa
a. Hancurnya bangunan
b. Kerugian harta maupun nyawa
Titik Pusat Gempa
a. Hiposentrum
Adalah pusat gempa jauh di bawah permukaan bumi, tepat di tempat batuan
yang pecah dan bergeser untuk pertama kali
b. Episentrum
Adalah titik di permukaan bumi , tepat diatas pusat gempa
Gelombang Seismik
Adalah gerakan batuan yang menyebabkan getaran pada gempa
Seismograf / Seismometer
Adalah alat pengukur getaran gempa
Charles F. Richer
Adalah seorang ahli seismologi Amerika yang mengembangkan system
pengukuran kekuatan gempa.

12
Setiap angka pada skala richer (SR) menggambarak 10 kali peningkatan
gerakan tanah yang tercatat oleh seismograf

Yang Dilakukan bila terjadi Gempa


a. Sebelum Gempa terjadi
• Kenalilah daerah sekiat tempat tinggalmu
• Ketika masuk ke sebuah gedung atau bangunan, perhatikan dimana leta
pintu keluar, tangga darurat atau cara-cara keluar jika sewaktu-waktu harus
menyelamatkan diri
• Perhatikan tempat-tempat yang aman untuk berlindung ketika gempa
• Perhatikan juga tempat-tempat berbahaya pada saat gempa terjadi.
Contohnya : di dekat atau di bawah candela kaca, di dekat pilar atau tiang
• Catat dan simpan nomor-nomor telepon penting yang harus dihubungi pada
saat gempa terjadi
• Matikan kran air, kompor, gas dan listrik setelah selesai digunakan
b. Ketika Gempa Terjadi
1) Di rumah
• Berusahalah menyelamatkan diri dan keluarga
• Berlindung di bawah meja
Agar tidak terkena benda yang jatuh
• Lindungi kepala dengan apa saja
Misalnya : papan, bantal atau kedua tangan dengan posisi telungkup

2) Di luar rumah
• Merunduk dan lindungi kepala
• Bergeraklah menjauh dari gedung dan tiang
• Menuju daerah terbuka
• Jangan lakukan apapun sampai keadaan menjadi tenang

3) Di mal atau tempat umum


• Tetap tenang
• Ikuti petunjuk dari satpam atau petugas penyeamat
• Jangan menggunakan lift
• Gunakan tangga darurat
• Bergeraklah ke tempat terbuka

13
4) Di dalam kendaraan
• Berpeganglah dengan erat pada tiang atau apapun yang dekat
• Tetap tenang
• Ikuti perintah atau petunjuk petugas
• Minta pngemudi untuk mngehentikan kendaraan
• Bergeraklah e tempat terbuka

5) Di gunung atau pantai


• Jika di gunung, bergeraklah ke daerah yang aman yaitu lapangan terbuka
yang jauh dari daerah lereng
• Jika di pantai, bergeraklah ke daerah yang lebih tinggi atau perbukitan

c. Setelah Gempa Terjadi


• Bila masih berada di dalam gedung ata ruangan, segeralah keluar
• Periksa keadaan diri sendiri, apakah ada bagian tubuh yang terluka atau
tertimpa benda-benda
• Mintalah orang dewasa untuk mematikan listrik dan gas
• Jangan menyalakan api
• Beri pertolongan pertama kepada orang lain bila mampu
• Dengarkan informasi dari sumber-sumber yang terpercaya dan bertindaklah
sesuai himbauan

9. Banjir

14
Adalah merupakan peristiwa meluapnya air yang menggenangi permukaan
tanah, yang ketinggiannya melebihi batas normal.
Yang dilakukan bila Banjir terjadi
a. Sebelum Banjir
• Buatlah denah dan peta lingkungan sekitarmu
• Beri tanda tempat-tempat yang biasanya terendam genangan air banjir
• Tandai tempat-tempat yang aman dari banjir
• Tandai tempat-tempat yang berbahaya dari banjir
• Ketahui sistem peringatan dini di lingkunganmu
• Pahami tanda-tanda terjadinya banjir dan waspadai jika itu terjadi
• Kalau tidak hujan, perhatikan kondisi air sungai terdekat, apakah lebih
keruh dari biasanya.
• Simpan surat-surat penting di dalam plastik atau bahan kedap air

b. Saat Banjir
• Pantau informasi penting yang disampaikan melalui radio atau TV
• Pindahkan barang-barang atau perabotan rumah ke tempat yang lebih
tinggi dan tidak terjangkau oleh genangan air
• Segera padamkan aliran listrik dan gas di rumah
• Bersiaplah untuk kemungkinan mengungsi
• Perhatikan kecenderungan air, apakah meningkat atau berkurang
• Jika hujan tidak berhenti dan air tidak surut atau bahkan meningkat, segera
mengungsi ke tempat yang aman atau tempat yang telah ditentukan oleh
pemerintah setempat
• Jika ada himbauan mengungsi, segera lakukan dengan tenang dan tertip
• Jika terjebak dalam rumah, tetap tenang dan berusaha mencari pertolongan
dengan menghubungi kerabat, PMI Cabang, Kantor Pemerintahan, atau
kantor Polisi
• Tetap menjaga perilaku hidup sehat dan bersih
• Usahakan untuk tidak tidur di tempat terbuka

c. Setelah Banjir
• Jika mengungsi, pulanglah ke rumah jika keadaan sudah benar-benar aman
• Jangan langsung masuk kerumah, tetapi lihat situasi terlebih dahulu dengan
seksama

15
• Periksa lingkungan sekita rumah kalau-kalau ada bahaya yang tersembunyi
• Gunakan selalu alas kaki
• Mulailah membersihkan sekitar rumah dan lingkungan
• Cuci perlengkapan makan dan barang lainnya dengan sabun anti kuman
• Perhatikan kebersihan dan kesehatan diri serta lingkungan agar terhindar
dari berbagai penyakit

10. Tsunami

• Berasal dari bahasa Jepang, Tsu yang berarti pelabuhan dan Nami yang
berarti pelabuhan
• Gelombang tsunami mempunyai pola ketika mendekati pantai gelombang
meningkat ketinggian namun kelajuannya menurun
• Di tengah laut, Tsunami bergerak sangat cepat, dan ketika mendekati
pantai dan mencapai daratan akan menimbulkan gelmbang dengan
ketinggian 4 – 24 meter dan jangkauan jangkauan ke daratan 50 – 200 meter
dari garis pantai
• Tinggi dan besarnya gelombang tsunami dipengaruhi oleh besar kecilnya
pergeseran tanah dan bentuk garis pantai

Dampak Tsunami
a. Banjir dan genangan air di daratan
Misalnya di Banda Aceh, tsunami menimbulkan genangan air laut sekitar 20 –

16
60 cm, dan meninggalkan endapan Lumpur setebal 10 – 20 cm
b. Kerusakan sarana dan pra-sarana
Misalnya di Banda Aceh, pada tahun 2005, sedikitnya 120 hektar lahan
pertanian rusak atau tergenang air laut
c. Pencemaran lingkungan
Tsunami menghanyutkan benda-benda sejak lautan hingga daratan yang
terdampar dan tak berguna sehingga menjadi sampah. Sumber air bersihpun
tercemar digenangi air laut
d. Korban jiwa dan harta
No Kedalaman (meter) Kecepatan (Km/ Jam) Panjang Gelombang (Km
1) 7000 943 282
2) 4000 713 213
3 ) 2000 504 151
4 ) 200 159 48
5) 50 79 23
6 ) 10 36 10,6

Yang Harus dilakukan bila ada Tsunami


a. Sebelum Tsunami
• Kenali tanda-tanda tsunami
• Tsunami biasanya didahului gempa besar yaitu gempa yang berpusat di laut
dangkal (0 – 30 Km) dan memiliki kekuatan 6,5 SR atau gempa yang berpola
sesar naik atau sesar turun
• Tanda-tanda sebelum Tsunami diantaranya air laut surut melewati garis
pantai sehingga bisa terlihat binatang laut, dan tercium bau garam yang
menyengat
• Jika tinggal di tepi pantai atau sedang berada di pantai, ketahuilah jalur
evakuasi yang aman jika Tsunami terjadi
• Jika tidak terdapat dataran tinggi, pilihlah gedung yang tinggi (minimal 3
lantai dan memiliki konstruksi yang kuat)

b. Saat Tsunami
• Jangan panic
• Bertindak cepat dan tepat
• Bergeraklah sesuai jalur evakuasi tsunami

17
• Jika jalur evakuasi belum ada atau tidak diketahui, bergeraklah ke tempat
yang lebih tinggi
• Jika tanda-tanda Tsunami ada, peringatkan orang lain dan ajaklah keluarga
dan orang-orang di sekiatrmu menyelamatkan diri
• Jika hanyut, carilah benda-benda terapung yang dapat dijadikan rakit.
Berpegang eratlah dan usahakan tidak meminum air laut dan tetap di
permukaan air untuk dapat bernapas
• Jika terbawa ke tempat yang lebih tinggi, tetaplah bertahan disitu sampai air
surut dan keadaan menjadi tenang
• Tetap berdoa untuk keselamatan

c. Sesudah Tsunami
• Jangan larut dalam suasana kepanikan, tetapi tetap tenang
• Kuatkan hati untuk menghadapi kenyataan
• Setelah surut, berhati-hatikah. Jangan melewati jalan-jalan atau daerah yang
rusak
• Ikuti himabuan dari pemerintah atau regu penyelamat
• Jika sampai di rumah, jangan langsung masuk, tetapi waspadai ada bagian
rumah yang roboh atau lantai licin
• Jangan lupa mengecek anggota keluarga satu persatu
• Hindari instalasi listrik
• Bantulah teman-temanmu terutama yang banyak mengalami penderitaan,
pengalaman mengerikan dan kehilangan
• Untuk mendapatkan bantuan dan informasi datanglah ke Posko bencana
• Jalin komunikasi dengan warga sekitar
• Bantulah keluarga dan tetangga yang lebih lemah
• Bersiaplah kembali ke kehidupan normal.
11. Longsor

18
a. Penyebab Longsor
Penyebab utamanya adalah grafitasi, tetapi volumenya yang besar dipengaruhi
oleh :
1) Faktor Alam
Meliputi :
• Kondisi geologi : batuan lapuk, kemiringan tanah, unsur / jenis lapisan
tanah, gempa bumi, gunung api, dll
• Kondisi iklim : curah hujan yang tinggi
• Kondisi topografi : kemiringan permukaan tanah, seperti : lembah, lereng,
dan bukit
• Kondisi tata air : akumulasi volume atau massa air, pelarutan dan tekanan
hidrostatitika, dll

2) Faktor Manusia
• Pemotongan tebing pada penambangan di lereng yang terjal
• Penimunan tanah urugan di daerah lereng
• Kegagalan struktur dinding penahan tanah
• Penggunduan hutan
• Budidaya ikan di atas lereng
• Ssistem pertanian yang tidak memperhatikan irigasi yang aman
• Pengembangan wilayah melanggar aturan tata ruang
• Sistem drainase yang buruk, dll

b. Jenis-jenis tanah longsor


Sangat dipengaruhi oleh kemiringan lereng, bidang gelincir dan kondisi
lokasinya.
1) Longsoran Translasi
Terjadi jika tanah dan batuan bergerak pada permukaan landai yang rata atau
bergelombang. Bidang bergeraknya tanah atau batuan disebut bidang gelincir.
2) Longsoran Rotasi
Terjadi jika tanah dan batuan bergerak pada bidang gelincir berbentuk cekung.
3) Longsoran Translasi Batu (Pergerakan blok)
Terjadi jika batuan berpindah pada bidang gelincir yang landai.
4) Longsoran Rayapan Tanah
Terjadi jika butiran tanah kasar dan halus yang bergerak lambat atau merayap.

19
Longsor rayapan ini ditandai dengan rumah, pohon, atau tiang yang miring ke
bawah. Kadang rayapan bergerak cepat bahkan tidak terkendali.
5) Longsoran Runtuhan
Terjadi jika batuan, tanah atau material lainnya jatuh bebas ke bawah.
Biasanya terjadi di lereng yang terjal dan menggantung di daerah pantai.
6) Longsoran Aliran
Terjadi jika tanah terdorong oleh air, sehingga material yang ada diatasnya
bergerak di sepanjang lereng dan meluas pada daerah yang landai.

c. Yang Harus Dilakukan


1) Sebelum terjadi longsor
• Petakan daerah yang rawan longsor
• Tandai lokasi yang berpotensi longsor dan jalur longsorannya
• Gerakan penanaman ohon di lereng yang rawan longsor
• Pelajari tanda-tanda longsor
• Waspadai warna air sungai yang berubah keruh
• Waspadai bila tiba-tiba muncul mata air, rembesan atau retakan yang
memanjang d tanah
• Lakukan patroli secara bergantian

12. Kekeringan

Kekeringan adalah matinya sumber-sumber air. Bencana kekeringan juga dapat


dipengaruhi oleh tingkat kelembaban, jangka waktu dan luasnya daerah tersebut.
Definisi – definisi kekeringan :

20
1. Penyebab kekeringan

Kekeringan disebabkan oleh faktor alamiah.


2. Akibat kekeringan
Gejala kekeringan yang paling sering adalah menurunnya curah hujan. Situasi ini
akan menyebabkan berikut ini :
- Berkurangnya air bersih
- Menurunnya produksi pertanian
- Menurunnya derajat kesehatan
- Berkurangnya ketersediaan pangan yang berakibat bencana kelaparan.
Maka untuk mengurangi rasa kekeringan, sering seringlah hemat air, hemat akan
sumber daya manusia seperti makanan, dan ikut serta dalam menjaga kelestarian
hutan sebagai sumber air kita.
Di negara kita ini sudah banyak penebangan pohon secara ilegal, maka dari itu
sumber persediaan air bersih kita mengurang, sungai sungai pun tercemar akibat
banyaknya sampah masyarakat yang akhir – akhir ini meningkat karena adanya
kemajuan teknologi.
Inilah contoh gambar karikatur kekeringan.
13. Angin Topan

Angin adalah gerakan udara dari daerah yang bertekanan tinggi ke daerah yang
bertekanan rendah.
Angin kencang yang bertiup sangat kuat disebut angin topan. Kata topan berasal
dari “taifun” bahasa tiong hoa tai feng. Kata yunani “typhoon” .
Kecepatan angin topan lebih dari 120 km/jam. Angin topan bisa disebabkan oleh
perbedaan tekanan dalam suatu cuaca. Badai terjadi karena gangguan pada

21
atmosfer, yang sangat dipengaruhi oleh cuaca. Badai ditandai dengan adanya
angin kencang, petir, kilat, dan hujan lebat.
Angin topan yang disertai badai dapat mengangkat dan memindahkan benda –
benda yang tidak stabil, merusak jaringan listrik, menghancurkan bangunan, dan
menyebabkan erosi di dareah pesisir.
Untuk mengurangi rasa kebahayaan pada saat terjadinya angin topan, ini tips tips
nya sebagai berikut ini :
- Memperkuat kondisi bangunan yang kita tempati
- Membangun pelindungan seperti ruang dibawah tanah dan mempunyai alat
untuk menghidari konsleting listrik seperti : APAR.
- Mengamankan barang barang yang mudah terbang seperti pygura, jam dinding,
dan tempelan tempelan atau hiasan hiasan yang di tempel di tembok rumah kita.
- Untuk nelayan harus menambatkan perahunya dengan erat – erat
Ini yang dinamakan APAR atau bisa di sebut pemadam dalam ruangan.
14. Gunung Berapi

Pengertian gunung berapi adalah gunung yang sangat aktif. Volcano berasal dari
bahasa INGGRIS dari bahasa yunani “vulcanus” yang berarti gunung api.
Letusan gunung api adalah endapan magma yang keluar akibat dorongan gas
yang bertekanan dari perut bumi. Letusan gunung api membawa batu dan abu
yang daoat menyembur sampai 18 km sedangakan aliran lavanya bisa mencapai
jarak 90 km.
Definisi definisi gunung api :

Bahaya gunung api


Bahaya gunung api timbul dari material yang di keluarkannya, baik benda padat ,
cair , dan gas serta campuran diantaranya.
Bahaya gunung api dibagi menjadi 2 kategori :

22
- Bahaya PRIMER atau bahaya langsung yang disebabkan oleh material yang
dikeluarkannya langsung seperti : lava , lelehan batu dan material – material
lainnya.
- Bahaya SEKUNDER atau bahaya tidak langsung yaitu bahaya setelah letusan
gunung api, biasanya berasal dari material yang dikeluarkannya.
Tingkat bahaya gunung api tergantung pada sifat erupsi atau letusannya, keadaan
lingkungan, serta sifat gunung api tersebut.

Langkah aman gunung api


Pemerintah melalui pusat vulkanologi dan mitigasi bencana geologi (PVG)
melakukan pengawasan pada gunung aktif di indonesia.
Dibawah ini adalah tingkat isyarat gunung api di INDONESIA :
- Status AWAS, pada situasi ini gunung api dalam keadaan siap meletus atau
kristis.
- Status SIAGA, pada situasi ini gunung api sudah menunjukkan tanda tanda akan
meletus, terjadi peningkatan kegiatan seismik.
- Status WASPADA, pada situasi ini gunung api menunjukkan aksivitas nya yang
cenderung diatas normal.
- Status NORMAL, tidak ada gejala aksivitas magma.

Jika gunung api meletus


Pada saat gunung api menujukkan aksivitas akan terjadi nya peletusan, lakukan
lah langkah – langkah berikut ini :
- Ikuti jika ada himbauan mengungsi.
- Sebelum mengungsi, periksa keadaan rumah apakah sudah aman ? , dan tutup
rapat – rapat.
- Jika terjebak di luar, lindungi dirimu dari benda – benda yang disemburkan oleh
gunung api, dan carilah tempat untuk berlindung.
- Lindungi juga tubuhmu dari hujan abu.

Setelah gunung api meletus


- Ikuti himbauan tim siaga, dan kembali kerumah saat keadaan sudah benar –
benar aman.

Manfaat gunung api meletus juga dibutuhkan :


Untuk sektor pertanian :
Dapat menyuburkan pertanian
Untuk sektor listrik :

23
Setelah gunung api meletus, ditemukan energi panas bumi yang di butuhkan
untuk pembangkit tenaga listik.
15. Perubahan Iklim

Gambar Bencana Perubahan Iklim


secara alamiah sebagian sinar dan panas matahari dipantulkan ke angkasa,
sebagian lainnya ditangkap oleh gas rumah kaca (GRK) yang ada di atsmosfer.
GRK adalah gas gas yang berfungsi sebagai panel cahaya.
Yang termasuk GRK antara lain :
Karbon dioksida, dinitroksida, metana, sulfurgeksafluorida, perfluorokarbon, dan
hidrofluokarbon. Dengan panel cahaya ini, bumi sangat panas ditinggali.
PEMANASAN GLOBAL
Adalah kenaikkan rata – rata temperatur bumi, yang kemudian menyebabkan
perubahan iklim dan dapat menyebabkan perubahan siklus hujan, suhu bumi
yang lebih tinggi dari biasanya.

EFEK RUMAH KACA :

24
- APAKAH DAMPAKNYA DALAM KEHIDUPAN KITA :
a. meningkatnya permukaan laut
b. Kegagalan panen
c. banjir
d. Kurangnya persediaan air bersih
e. kesehatan
f. kerusakan infrastruktur
g. kebakaran hutan
- ADAPTASI PERUBAHAN IKLIM SEKARANG !
Langkah – langkah pengurangan resiko perubahan iklim adalah sebagai berikut :
- Hemat energi
- Mengelola sampah
- Jagalah lingkungan

C. Evidence Based Practice Keperawatan Bencana


1. Konsep Evidence Base Practice
Evidence Based Practice (EBP) adalah proses penggunaan bukti-bukti
terbaik yang jelas, tegas dan berkesinambungan guna pembuatan keputusan
klinik dalam merawat individu pasien. Dalam penerapan EBP harusmemenuhi
tiga kriteria yaitu berdasar bukti empiris, sesuai keinginan pasien, dan adanya
keahlian dari praktisi.
a. Model EBP
1). Model Stetler
Model Stetler dikembangkan pertama kali tahun 1976 kemudian diperbaiki
tahun 1994 dan revisi terakhir 2001. Model ini terdiri dari 5 tahapan dalam
menerapkan Evidence Base Practice Nursing.
a). Tahap persiapan. Pada tahap ini dilakukan identifikasi masalah atau isu
yang muncul, kemudian menvalidasi masalah dengan bukti atau landasan
alasan yang kuat.
b). Tahap validasi. Tahap ini dimulai dengan mengkritisi bukti atau jurnal yang
ada (baik bukti empiris, non empiris, sistematik review), kemudian
diidentifikasi level setiap bukti menggunakan table “level of evidence”.
Tahapan bisa berhenti di sini apabila tidak ada bukti atau bukti yang ada tidak

25
mendukung.
c). Tahap evaluasi perbandingan/ pengambilan keputusan. Pada tahap ini
dilakukan sintesis temuan yang ada dan pengambilan bukti yang bisa dipakai.
Pada tahap ini bisa muncul keputusan untuk melakukan penelitian sendiri
apabila bukti yang ada tidak bisa dipakai.
d). Tahap translasi atau aplikasi. Tahap ini memutuskan pada level apa kita
akan melakukan penelitian (individu, kelompok,organisasi). Membuat proposal
untuk penelitian, menentukan strategi untuk melakukan diseminasi formal dan
memulai melakukan pilot projek.
e). Tahap evaluasi. Tahap evaluasi bisa dikerjakan secara formal maupun non
formal, terdiri atas evaluasi formatif dan sumatif, yang di dalamnya termasuk
evaluasi biaya.
2). Model IOWA
Model IOWA diawali dengan adanya trigger atau masalah. Trigger bisa berupa
knowledge focus atau problem focus. Jika masalah yang ada menjadi prioritas
organisasi, maka baru dibentuklah tim. Tim terdiri atas dokter, perawat dan
tenaga kesehatan lain yang tertarik dan paham dalam penelitian. Langkah
berikutnya adalah minsintesis bukti-bukti yang ada.Apabila bukti yang kuat
sudah diperoleh, maka segera dilakukan uji coba dan hasilnya harus dievaluasi
dan didiseminasikan.
b. Implikasi EBP Bagi Perawat
Peran perawat melayani penting dalam memastikan dan menyediakan praktik
berbasis fakta.
Mereka harus terus-menerus mengajukan pertanyaan, “Apa fakta untuk
intervensi ini?” atau “Bagaimana kita memberikan praktik terbaik?” dan
“Apakah ini hasil terbaik yang dicapai untuk pasien, keluarga dan perawat?”
Perawat juga posisi yang baik dengan anggota tim kesehatan lain untuk
mengidentifikasi masalah klinis dan menggunakan bukti yang ada untuk
meningkatkan praktik. Banyak kesempatan yang ada bagi perawat untuk
mempertanyakan praktik keperawatan saat itu dan penggunaan bukti untuk
melakukan perawatan lebih efektif.
c. Pentingnya EBP
Mengapa EBP penting untuk praktik keperawatan :
1) Memberikan hasil asuhan keperawatan yang lebih baik kepada pasien
2) Memberikan kontribusi perkembangan ilmu keperawatan

26
3) Menjadikan standar praktik saat ini dan relevan
4) Meningkatkan kepercayaan diri dalam mengambil keputusan
5) Mendukung kebijakan dan rosedur saat ini dan termasuk menjadi
penelitian terbaru
6) Integrasi EBP dan praktik asuhan keperawatan sangat penting untuk
meningkatkan kualitas perawatan pada pasien.
4. Hambatan Untuk Menggunakan EBP
Hambatan dari perawat untuk menggunakan penelitian dalam praktik sehari-
hari telah dikutip dalam berbagai penelitian, diantaranya (Clifford &Murray,
2001) antara lain :
1) Kurangnya nilai untuk penelitian dalam praktek
2) Kesulitand alam mengubah praktek
3) Kurangnya dukungan administratif
4) Kurangnya mentor berpengetahuan
5) Kurangnya waktu untuk melakukan penelitian
6) Kurangnya pendidikan tentang proses penelitian
7) Kurangnya kesadaran tentang praktek penelitian atau berbasis bukti
8) Laporan Penelitian/artikel tidak tersedia
9) Kesulitan mengakses laporan penelitian dan artikel
10) Tidak ada waktu dalam bekerja untuk membaca penelitian
11) Kompleksitas laporan penelitian
12) Kurangnya pengetahuan tentang EBP dan kritik dari artikel
13) Merasa kewalahan

2. Keperawatan Bencana
Peran Perawat Komunitas Dalam Manajemen Kejadian Bencana
Perawat komunitas dalam asuhan keperawatan komunitas memiliki tanggung
jawab peran dalam membantu mengatasi ancaman bencana baik selama tahap
preimpact, impact/emergency, dan post impact.
Peran perawat disini bisa dikatakan multiple; sebagai bagian dari penyusun
rencana, pendidik, pemberi asuhan keperawatan bagian dari tim pengkajian
kejadian bencana.
Tujuan utama

27
Tujuan tindakan asuhan keperawatan komunitas pada bencana ini adalah untuk
mencapai kemungkinan tingkat kesehatan terbaik masyarakat yang terkena
bencana tersebut
Peran Perawat
A. Peran dalam Pencegahan Primer
Ada beberapa hal yang dapat dilakukan perawat dalam masa pra bencana ini,
antara lain:
1.mengenali instruksi ancaman bahaya;
2.mengidentifikasi kebutuhan-kebutuhan saat fase emergency (makanan, air,
obat-obatan, pakaian dan selimut, serta tenda)
3.melatih penanganan pertama korban bencana.
4.berkoordinasi berbagai dinas pemerintahan, organisasi lingkungan, palang
merah nasional maupun lembaga-lembaga kemasyarakatan dalam memberikan
penyuluhan dan simulasi persiapan menghadapi ancaman bencana kepada
masyarakat
Pendidikan kesehatan diarahkan kepada :
1. usaha pertolongan diri sendiri (pada masyarakat tersebut)
2. pelatihan pertolongan pertama dalam keluarga seperti menolong anggota
keluarga dengan kecurigaan fraktur tulang , perdarahan, dan pertolongan
pertama luka bakar
3. memberikan beberapa alamat dan nomor telepon darurat seperti dinas
kebakaran, RS dan ambulans.
4. Memberikan informasi tentang perlengkapan yang dapat dibawa (misal
pakaian seperlunya, portable radio, senter, baterai)
5. Memberikan informasi tempat-tempat alternatif penampungan atau posko-
posko bencana
B. Peran Perawat dalam Keadaan Darurat (Impact Phase)
Biasanya pertolongan pertama pada korban bencana dilakukan tepat setelah
keadaan stabil. Setelah bencana mulai stabil, masing-masing bidang tim survey
mulai melakukan pengkajian cepat terhadap kerusakan-kerusakan, begitu juga
perawat sebagai bagian dari tim kesehatan.

Perawat harus melakukan pengkajian secara cepat untuk memutuskan tindakan


pertolongan pertama. Ada saat dimana ”seleksi” pasien untuk penanganan segera
(emergency) akan lebih efektif. (Triase )

28
TRIASE
1. Merah — paling penting, prioritas utama. keadaan yang mengancam
kehidupan sebagian besar pasien mengalami hipoksia, syok, trauma dada,
perdarahan internal, trauma kepala dengan kehilangan kesadaran, luka bakar
derajat I-II
2. Kuning — penting, prioritas kedua. Prioritas kedua meliputi injury dengan
efek sistemik namun belum jatuh ke keadaan syok karena dalam keadaan ini
sebenarnya pasien masih dapat bertahan selama 30-60 menit. Injury tersebut
antara lain fraktur tulang multipel, fraktur terbuka, cedera medulla spinalis,
laserasi, luka bakar derajat II
3. Hijau — prioritas ketiga. Yang termasuk kategori ini adalah fraktur tertutup,
luka bakar minor, minor laserasi, kontusio, abrasio, dan dislokasi
4. Hitam — meninggal. Ini adalah korban bencana yang tidak dapat selamat dari
bencana, ditemukan sudah dalam keadaan meninggal
Peran perawat di dalam posko pengungsian dan posko bencana
1.Memfasilitasi jadwal kunjungan konsultasi medis dan cek kesehatan sehari-hari
2.Tetap menyusun rencana prioritas asuhan keperawatan harian
3.Merencanakan dan memfasilitasi transfer pasien yang memerlukan penanganan
kesehatan di RS
4.Mengevaluasi kebutuhan kesehatan harian
5.Memeriksa dan mengatur persediaan obat, makanan, makanan khusus bayi,
peralatan kesehatan
6. Membantu penanganan dan penempatan pasien dengan penyakit menular
maupun kondisi kejiwaan labil hingga membahayakan diri dan lingkungannya
berkoordinasi dengan perawat jiwa
7.Mengidentifikasi reaksi psikologis yang muncul pada korban (ansietas, depresi
yang ditunjukkan dengan seringnya menangis dan mengisolasi diri) maupun
reaksi psikosomatik (hilang nafsu makan, insomnia, fatigue, mual muntah, dan
kelemahan otot)
8.Membantu terapi kejiwaan korban khususnya anak-anak, dapat dilakukan
dengan memodifikasi lingkungan misal dengan terapi bermain.
9.Memfasilitasi konseling dan terapi kejiwaan lainnya oleh para psikolog dan
psikiater
10.Konsultasikan bersama supervisi setempat mengenai pemeriksaan kesehatan
dan kebutuhan masyarakat yang tidak mengungsi

29
Peran perawat dalam fase postimpact
Bencana tentu memberikan bekas khusus bagi keadaan fisik, sosial, dan
psikologis korban. Selama masa perbaikan perawat membantu masyarakat untuk
kembali pada kehidupan normal. Beberapa penyakit dan kondisi fisik mungkin
memerlukan jangka waktu yang lama untuk normal kembali bahkan terdapat
keadaan dimana kecacatan terjadi.

3. Contoh EBP Keperawatan Bencana


Jurnal dengan judul “A grounded theory study ‘turning into a strong nurse’:
Earthquake experiences and perspectives on disaster nursing education”.
Menjelaskan penelitian mengenai sebuah teori menjadi perawat yang kuat
dimana diambil dari pengalaman dan perspektif bencana gempa bumi.
Penelitian ini memiliki tujuan yang akan membantu mengimpormasikan
pembangunan masa depan pendidikan keperawatan bencana.

Dalam jurnal ini diharapkan dapat diaplikasikan yaitu dengan menambah


pendidikan, penelitian, kepemimpinan dan kebijakan dalam keperawatan
bencana terutama untuk status kesehatan mental perawat agar siap untuk
bertugas dalam memberikan tindakan keperawatan bencana.

Jurnal tentang perbedaan reaksi anak dan remaja paska bencana. Hal ini
signifikan karena bencana merupakan kejadian yang sulit untuk
diprediksikan dan korban bencana ini tidak pandang bulu baik usia, besar
kecil maupun karakteristik lainnya. Dalam penanganan bencana, tidak
jarang anak-anak dan remaja menjadi korban. Reaksi merekapun bervariasi
bergantung pada tingkat usia perkembangan dan juga berat ringannya
bencana yang terjadi. Oleh karena itu, perawat sebagai salah satu provider
pelayanan terhadap anak diharapkan mampu mengenali reaksi-reaksi anak
post bencana sesuai dengan usia perkembangannya, sehingga intervensi
keperawatan yang diberikan sesuai dengan permasalahan yang terjadi
termasuk penggunaan strategi-strategi tertentu dalam menghadapi anak
sebagai korban bencana.

30
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Bencana alam adalah salah satu fenomena yang dapat terjadi setiap saat,
dimanapun dan kapanpun sehingga menimbulkan risiko atau bahaya terhadap
kehidupan manusia, baik kerugian harta benda maupun korban jiwa manusia,
termasuk bencana gempa bumi, tsunami, banjir, longsor, gunung meletus,
kebakaran dan bencana lainnya, tidak akan memilih-milih korbannya Semua
akan terkena bencana tersebut.
pemberdayaan masyarakat ini adalah terwujudnya komitmen masyarakat
dalam menghadapi bencana dan juga terwujudnya kesiapan dan kemampuan
masyarakat dalam upaya Penanggulangan Bencana (PB), serta terwujudnya
kesadaran masyarakat dalam melaksanakan upaya pengurangan resiko bencana
(PRB) dan terwujudnya masyarakat sadar dan akrab bencana atau “living
harmony with disaster”

Kesiapsiagaan adalah upaya menghadapi situasi darurat serta mengenali


berbagai sumber daya untuk memenuhi kebutuhan pada saat itu. Hal ini
bertujuan agar warga mempunyai persiapan yang lebih baik untuk menghadapi
bencana

B. Saran
Masyarakat perlu menyadari bahwa peran aktif dan partisipasi masyarakat
merupakan faktor penting untuk memperoleh akses terhadap berbagai informasi
mengenai kebencanan guna meningkatkan keahlian, keterampilan dan
pengetahuan untuk merancang strategi pengurangan risiko bencana dimasa
depan. Menyebarkan selebaran secara berkala kepada masyarakat ataupun
ditempel di warung cukup efektif untuk meningkatkan kepahaman masyarakat
mengenai bencana. Serta meningkatkan frekuensi tentang kewaspadaan dan
informasi potensi bencana yakni penyiaran rutin dan terjadwal melalui radio dan
media yang ada di daerah. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut di daerah
penelitian, dengan menggunakan parameter kesiapsiagaan dalam menghadapi
bencana yang berbeda. Sehingga dapat digunakan untuk mengembangkan kajian
kesiapsiagaan yang telah ada.

31
DAFTAR PUSTAKA

1. Aminudin.2013.Mitigasi dan Kesiapsiagaan Bencana Alam Bandung:Penerbit


Angkasa Bandung.
2. Ardin Widonartyas (2013) Kesiapsiagaan Masyarakat Dalam Menghadapi
Bencana Gempabumi Di Kecamatan Wdi Kabupaten Klaten, Universitas
Muhammadiyah Surakarta
3. Peraturan Kepala BNPB No. 11 Tahun 2014 tentang Peran Serta Masyarakat
Dalam Penanggulangan Bencana.
4. Peraturan Kepala BNPB No. 12 Tahun 2014 tentang Peran Serta Lembaga
Usaha Dalam Penanggulangan Bencana.
5. Sopaheulawan, Jan. 2006. Kajian Kesiapsiagaan Masyarakat dalam
Mengantisipasi Bencana Gempabumi dan Tsunami. Jakarta: LIPI-
UNESCO/ISDR
6. Purnomo, Hadi dan Ronny Sugiantoro.2010. Manajemen Bencana : Respon
Dan Tindakan Terhadap Bencana. Yogyakarta: Media Pressindo.
7. http://www.google.com

32

Anda mungkin juga menyukai