PENDAHULUAN
Lansia mengalami suatu proses dalam kehidupan yang alami dan pasti akan
dihadapi oleh setiap manusia dan tidak dapat dihindari yaitu penuaan. Perubahan
yang terjadi pada proses penuaan ditandai dengan hilangnya secara perlahan-lahan
kemampuan jaringan organ tubuh memperbaiki diri dan bersifat irreversibel.
Perubahan yang terjadi yaitu pada aspek fisik atau fisiologi, psikologi, dan sosial
(Miller, 2012).
Perubahan kondisi fisik mengakibatkan lansia tidak mampu beraktifitas
secara optimal (Stanhope & Lancaster, 2010). Lansia menjadi kurang aktif dan
akhirnya mengalami keterbatasan pergerakan, kekakuan otot dan tulang. Hal ini
menyebabkan lansia lebih banyak melakukan aktifitas hanya di dalam rumah.
Lansia yang lebih banyak melakukan aktifitas sendiri di dalam rumah akan
merasakan kondisi kesepian dan jauh dari pengaruh sosial di dalam masyarakat.
Perubahan psikologis, sosial dan ekonomi juga dapat dialami oleh lansia terutama
yang memasuki masa pensiun atau penurunan peran dalam masyarakat (Stanhope &
Lancaster, 2010; Miller, 2012). Demikian pula dengan lansia yang mengalami
proses kehilangan pasangan hidup atau orang-orang yang dicintainya, ia akan
merasakan kesedihan dan kesepian (Stanhope & Lancaster, 2010;
Friedman,Bowden & Jones, 2010). Penurunan produktivitas dan ekonomi lansia
berdampak pada penurunan pendapatan, sehingga lansia mengalami pemenuhan
nutrisi yang kurang baik, terjadinya penelantaran, hingga kondisi sulitnya
mendapatkan pelayanan kesehatan. (Stanhope & Lancaster, 2010; Miller, 2012).
Kondisi tersebut dapat menimbulkan masalah kesehatan pada lansia yaitu depresi.
1
Menurut ahli, faktor yang dapat menyebabkan depresi pada lansia adalah
karena hilangnya harga diri, hilangnya peran yang berarti, hilangnya orang tertentu,
dan kontak sosial yang kurang (Reker, 1997 dalam Miller, 2012). Faktor lain yang
berkontribusi dalam munculnya masalah depresi pada lansia adalah meliputi: usia;
jenis kelamin, kurangnya peran sosial dan rendahnya status sosial ekonomi;
pengalaman masa lalu seperti trauma pada masa kecil; stres sosial yang berulang
termasuk dalam kejadian hidup yang membuat stress; jaringan sosial yang tidak
adekuat; kurangnya interaksi sosial; rendahnya intergrasi sosial misalnya
ketidakmampuan lingkungan dan terbatasnya kekuatan keagamaan; serta kombinasi
beberapa faktor-faktor (Miller, 2012; Cole & Dendukuri, 2003).
Depresi diawali dengan gejala ringan seperti merasa sedih, kurang
bersemangat dan malas beraktifitas. Manifestasi depresi akan meningkat ke depresi
sedang dan berat, jika lansia tidak memiliki koping yang adekuat. Kondisi tersebut
membuat lansia atau aggregate (kelompok khusus) lansia menjadi bagian dalam
populasi rentan meliputi rentan secara fisiologis yaitu berupa proses menghilangnya
secara perlahan kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri, sehingga masalah
kesehatan lansia banyak yang bersifat kronik; rentan secara psikologis yaitu lansia
akan dihadapkan oleh berbagai peristiwa dan kejadian kehidupan yang
mengakibatkan perubahan-perubahan yang berpotensi menimbulkan stres; rentan
secara sosial yaitu stres sosial dapat disebabkan oleh diskriminan baik ras, budaya,
atau yang lainnya; dan rentan secara ekonomi yaitu lansia mengalami keterbatasan
dalam pemenuhan kebutuhan kesehatannya (Miller, 2012; Swanson & Nies, 1993;
& Lancaster, 2010; Ruof, 2004).
Pengelolaan pelayanan dan asuhan keperawatan yang diberikan dalam
menurunkan tingkat depresi lansia menggunakan teori manajemen keperawatan,
2
dan evaluasi terhadap keefektifan dari intervensi yang diberikan kepada lansia
dengan depresi sebagai individu, kelompok dan komunitas serta keluarga sebagai
bagian masyarakat dan menjadi rekan kerja petugas kesehatan dalam bentuk
program intervensi keperawatan (Anderson & McFarlene, 2011; Stanhope &
Lancaster, 2010; Miller, 2012
1.2 Rumusan Masalah
Dari latar belakang di atas, penulis dapat membuat rumusan masalah dari makalah
ini :
1. Apa definisi dari Populasi Rentan ?
2. Apa saja karakteristik lansia sebagai Populasi Rentan ?
3. Apa yang dimaksud dengan Keperawatan Komunitas ?
4. Apa saja unsur-unsur dari Keperawatan Komunitas ?
5. Apa saja karakteristik Keperawatan Komunitas ?
6. Apa saja strategi Keperawatan Komunitas ?
7. Bagaimana Asuhan Keperawatan Komunitas ?
1.3 Tujuan
Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah sebagai berikut :
1. Mengetahui tentang definisi dari Populasi Rentan
2. Mengetahui karakteristik lansia sebagai Populasi Rentan
3. Mengetahui maksud dari Keperawatan Komunitas
4. Mengetahui unsur-unsur dari Keperawatan Komunitas
5. Mengetahui karakteristik Keperawatan Komunitas
6. Mengetahui strategi Keperawatan Komunitas
7. Mengetahui Asuhan Keperawatan Komunitas
3
BAB II
PEMBAHASAN
Flaskerud dan Winslow (1998, dalam Stanhope & Lancaster, 2010) mengatakan
bahwa kerentanan merupakan hasil gabungan efek dari keterbatasan sumber keadaan tidak
sehat dan tingginya faktor risiko. Kerentanan juga menunjukkan interaksi antara keterbatasan
fisik dan sumber lingkungan, sumber personal (human capital), dan sumber biopsikososial
(adanya penyakit dan kecenderungan genetik) (Aday, 2001 dalam Stanhope & Lancaster,
2010). Populasi rentan adalah populasi yang lebih besar kemungkinannya untuk mengalami
masalah kesehatan akibat paparan berbagai risiko daripada populasi yang lainnya (Stanhope
& Lancaster, 2010) .
Lansia dengan depresi merupakan bagian dari populasi rentan. Karakteristik lansia
sebagai populasi rentan mencakup rentan secara fisiologis, psikologis, sosial dan ekonomi
dalam mengatasi masalah kesehatannya.
4
kronologis meliputi young old yaitu kelompok lansia yang berusia 65 sampai 74 tahun;
middle old yaitu kelompok lansia yang berusia 75 tahun sampai 85 tahun; dan old old atau
very old yaitu kelompok lansia yang telah berusia berusia 85 tahun atau lebih (Mauk,
2006; Miller 2012; Swanson & Nies, 1993). Lansia sebagai individu yang sangat tua atau
lebih dari 65 tahun dikategorikan termasuk dalam populasi rentan (Maurer & Smith,
2005). Menurut UU No. 13 tahun 1998 dan PP RI No. 43 tahun 2004, lansia ialah individu
yang telah mencapai usia lebih dari 60 tahun (Biro Hukum & Humas BPKP, 1998, 2004).
Lansia mengalami proses menua atau aging. Proses menua yaitu terjadinya suatu
proses perubahan fisiologis sebagai konsekuensi fungsional berupa proses
menghilangnya secara perlahan kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri atau
mempertahankan struktur dan fungsi normalnya sehingga tidak dapat bertahan terhadap
jejas (termasuk infeksi) dan memperbaiki kerusakan yang diderita, sehingga masalah
kesehatan pada lansia banyak yang bersifat kronik yang berhubungan dengan genetik dan
gaya hidup (Miller, 2012; Stanhope & Lancaster, 2010).
5
3. Rentan Secara Sosial
Menurut teori Cumning dan Henry (1961 dalam Miller, 2012) menyatakan bahwa
semakin tua seseorang akan semakin tidak terlibat secara emosional dengan dunia sekitar,
sehingga lansia akan melepaskan diri dari berbagai ikatan. Lansia juga menjadi rentan
secara sosial karena dapat mengalami stress sosial dan hal ini akan mempengaruhi
kesehatan lansia. Stres sosial dapat disebabkan oleh adanya diskriminasi ras, budaya, atau
yang lainnya (Stanhope & Lancaster, 2010; Swanson & Nies, 1993).
2.3 Keperawatan Komunitas
Praktik keperawatan kesehatan komunitas menurut WHO (1974) dalam Stanhope dan
Lancaster (2010) adalah mencakup perawatan kesehatan keluarga dan juga meliputi
kesehatan dan kesejahteraan masyarakat yang luas dan membantu masyarakat
mengidentifikasi masalah kesehatan sendiri serta memecahkan masalah kesehatan tersebut
sesuai dengan kemampuan dan sumber daya yang ada pada komunitas sebelum mereka
meminta bantuan kepada orang lain. Keperawatan kesehatan komunitas merupakan
keperawatan yang berfokus pada perawatan kesehatan komunitas atau populasi dari individu,
keluarga dan kelompok (Stanhope dan Lancaster, 2010).
Unsur penting dalam kesehatan masyarakat menurut Allender, Rector dan Warner
(2014) adalah memprioritaskan upaya pencegahan, proteksi dan promosi kesehatan tanpa
mengesampingkan upaya kuratif sebagai bentuk praktik profesional; mengukur dan
menganalisis masalah kesehatan komunitas dengan konsep epidemiologi dan biostatistik;
mempengaruhi faktor dari lingkungan untuk kesehatan aggregate atau kelompok; prinsip
6
yang menjadi dasar dalam kesehatan masyarakat adalah manajemen dan pengorganisasian
kesehatan komunitas melalui pengorganisasian masyarakat; analisis kebijakan dan
pengembangan publik; advokasi kesehatan serta pemahaman terhadap proses politik.
Unsur-unsur penting tersebut adalah sebagai upaya dalam mencapai kesehatan yang optimal
khususnya bagi keperawatan kesehatan komunitas lansia depresi.
7
Perawat dapat melibatkan lansia dalam kegiatan kelompok di masyarakat.
Kegiatan kelompok dapat dilakukan dengan kegiatan yang dipadukan dengan kegiatan
keagamaan. Kelompok dapat membantu lansia membangun integritas dan penghargaan
atas diri sendiri. Situasi kelompok juga akan membimbing lansia keluar dari
keterisolasian dan lansia akan menemukan makna dalam kehidupan mereka, sehingga
mereka dapat hidup sepenuhnya dengan fungsi sosial dan physiologis yang tinggi. Perawat
sebagai pemberi pelayanan kesehatan memiliki kesempatan dalam memfasilitasi
kelompok dalam meningkatkan perawatan therapeutik bagi lansia dengan masalah depresi
(Pistrang, 2008).
b) Pendidikan Kesehatan (Health Promotion)
Pendidikan kesehatan bertujuan untuk meningkatkan derajat kesehatan,
mengurangi ketidakmampuan dan mengoptimalkan potensi kesehatan yang dimiliki oleh
individu, kelompok dan masyarakat. Pendidikan kesehatan juga bertujuan untuk
meningkatkan pengetahuan, perbaikan sikap dan peningkatan keterampilan, sehingga
diharapkan ada perubahan gaya hidup yang lebih baik. Perubahan perilaku sehat
masyarakat dapat mengubah penerimaan yang kondusif terhadap program promosi
kesehatan yang dilakukan. Strategi pendidikan kesehatan merupakan suatu proses yang
memfasilitasi pembelajaran yang mendukung perilaku sehat dan mengubah perilaku tidak
sehat (Friedman, Bowden, & Jones, 2010).
Pendidikan kesehatan dilakukan untuk lansia yang mengalami depresi maupun
lansia yang mengalami risiko depresi. Selain itu pendidikan kesehatan juga dilakukan
dalam kegiatan-kegiatan di masyarakat seperti kegiatan keagamaan. Pendidikan kesehatan
adalah memberikan informasi kesehatan tentang masalah kesehatan lansia, depresi pada
lansia, komunikasi yang efektif bagi lansia dan keluarga, harga diri rendah dan cara
meningkatkannya.
Intervensi promosi kesehatan juga diberikan tentang faktor
risiko yang mengkibatkan depresi dapat dilakukan melalui intervensi keperawatan.
Diskusi tentang perubahan fungsional yang terjadi pada lansia yang merupakan
konsekuensi proses penuaan dengan faktor risiko pada lansia. Diskusi tentang hubungan
potensial dan identifikasi pemecahan masalah bersama dengan pemberi pelayanan
keperawatan (Miller, 2012).
8
c) Pemberdayaan Masyarakat (empowerment)
Pemberdayaan (empowerment) merupakan proses pemberian kekuatan atau
motivasi sehingga membentuk interaksi transformasi kepada masyarakat antara lain
dengan adanya dukungan, pemberdayaan, kekuatan ide baru dan kekuatan mandiri untuk
membentuk pengetahuan baru (Hitchock, Scubert, & Thomas, 1999). Perawat komunitas
mendorong masyarakat untuk dapat berbuat mandiri dan berpartisipasi aktif dalam upaya
kesehatannya. Kerjasama ini dilakukan untuk mencapai tujuan bersama dalam upaya
meningkatkan kesehatan lansia depresi yaitu dengan melibatkan masyarakat dan keluarga.
Pemberdayaan juga merupakan proses pengembangan pengetahuan dan
keterampilan yang meningkatkan kemampuan seseorang atas keputusan- keputusan
mempengaruhi orang lain (Helvie, 1998). Pemberdayaan juga merupakan proses yang
memungkinkan orang untuk memilih, mengendalikan, dan membuat keputusan tentang
kehidupannya dengan rasa saling menghargai terhadap semua yang terlibat (Friedman,
Bowden, & Jones, 2010). Pemberdayaan masyarakat dan keluarga dilakukan untuk
mendukung lansia dalam intervensi keperawatan “MaSa INDAH” sebagai upaya
mencegah dan menurunkan tingkat depresi pada lansia.
d) Kemitraan (partnership)
Kemitraan dilakukan untuk upaya kesehatan lansia dengan depresi yaitu menjalin
kemitraan dengan lintas program dan lintas sektoral. Kemitraan dilakukan agar
mengoptimalkan kegiatan program yang direncanakan, karena suatu program berkaitan
langsung dengan sektor kehidupan yang lain. Misalnya upaya meningkatkan
derajat kesehatan masyarakat tidak hanya dipengaruhi oleh fasilitas pelayanan kesehatan
saja, namun juga dapat dipengaruhi oleh politik, ekonomi, budaya dan sektor yang
lainnya.
Partnership juga merupakan suatu strategi negosiasi membagi kekuasaan antara
tenaga kesehatan profesional dengan individu, keluarga, dan/atau rekan komunitas yang
mempunyai tujuan saling menguntungkan untuk meningkatkan kemampuan individu,
keluarga dan mitra masyarakat untuk melakukan kepentingan sendiri secara efektif
(Helvie, 1998).
9
2.7 Asuhan Keperawatan Komunitas
a. Pengkajian
1) Inti Komunitas (Core)
Menurut Miller (2012), faktor resiko depresi adalah jenis kelamin (wanita
lebih cepat depresi dibandingkan laki-laki), selain itu faktor resiko depresi adalah
lansia dengan status perkawinan terutama yang bercerai atau berpisah yang
dituangkan dalam riwayat keluarga lansia (dalam genogram tiga generasi)
b) Vital Statistik
Vital statistik adalah angka kejadian kesakitan lansia yang disebabkan oleh
depresi. Skrining pada lansia dilakukan dengan menggunakan GDS (Geriatric Deppresion
Scale), serta gambaran angka kematian akibat bunuh diri atau akibat menarik diri dan
ataudiabaikan oleh keluarga.
10
e) Nilai dan keyakinan
Agama, nilai dan keyakinan yang dianut oleh keluarga terkait makna
hidup, dukungan keluarga terhadap lanjut usia., warisan budaya/ pola kebiasaan
serta stigma masyarakat/keluarga terhadap pengabaian orang tua. Kondisi
tersebut berpengaruh terhadap terjadinya masalah kesehatan lansia dengan
depresi.
2) Subsistem
a) Lingkungan Fisik
Lokasi tempat tinggal lansia dan tetangga serta komunitas. Lingkungan rumah
yang dihuni oleh lansia dan lingkungan yang ada di sekitar tempat tinggal meliputi kondisi
rumah, sumber polusi, cuaca. Rancangan pengkajian yang akan diidentifikasi ialah situasi
tempat tinggal lansia yang dapat mempengaruhi masalah depresi seperti tingkat
kenyamanan, kebisingan di sekitar rumah, suasanarumah yang kondusif.
Hal-hal yang dikaji meliputi status rumah, type rumah, keadaan atau
kondisi rumah termasuk kepadatan, ventilasi, pencahayaan, dan kebersihan,
keamanan, kesesuaian dengan kondisi lansia. Kondisi lingkungan, terutama sosial
yang tidak baik dapat menjadi pemicu timbulnya depresi.
11
c) Ekonomi
Meliputi pekerjaan yang dilakukan lansia, pendapatan dan pengeluaran,
status ekonomi serta potensi sumber daya yang tersedia disekitar lansia.
Karakteristik rata–rata pendapatan lansia secara khusus dan keluarga serta
karakteristik pekerjaan baik lansia maupun keluarga. Alokasi penggunaan
pendapatan, pendapatan yang rendah, tidak bekerja terutama lansia yang tidak
mempunyai pekerjaan atau menganggur merupakan faktor yang dapat
menyebabkan terjadinya depresi.
f) Komunikasi
12
g) Edukasi
Tingkat pendidikan pada lansia yang dapat mempengaruhi tingkat
pengetahuan lansia dalam mengatasi masalah kesehatan khususnya dengan
depresi. Tingkat pendidikan kelompok lansia, sangat mempengaruhi dalam
tranformasi perilaku mengatasi masalah kesehatan depresi.
h) Rekreasi
Kegiatan yang dilakukan oleh kelompok dan keluarga dengan lansia pada
waktu senggang untuk meningkatkan status kesehatan berkaitan dengan masalah
depresi serta sarana rekreasi yang tersedia bagi lansia, tempat warga bermain,
ketersediaan tempat bermain untuk para lanjut usia, bentuk rekreasi utama, fasilitas
untuk rekreasi yang terlihat, kecukupan hal tersebut dalam membantu memenuhi
kebutuhan rekreasi lansia dengan depresi.
i) Persepsi masyarakat
b. Diagnosa Keperawatan
13
c. Intervensi Keperawatan
14
Kegiatan di luar rumah juga dapat membantu lansia yang mengalami depresi.
Faktor sosial dapat memberikan pengalaman yang positif pada kondisi depresi,
meningkatkan harga diri dan kepuasan diri karena adanya dukungan sosial dan
penerimaan pribadi (Cutler, 2005). Hasil penelitian yang dipresentasikan pada konferensi
dari British Nutrition Foundation (2008) juga menyatakan bahwa individu dengan
aktifitas fisik yang rendah memiliki risiko depresi dua kali dibanding individu yang
memiliki aktivitas teratur (David, 2008), sehingga lansia diharapkan dapat melakukan
aktivitas secara teratur di rumah maupun di masyarakat. Hal ini sangat penting bagi
lansia dengan proses penuaan, sehingga lansia bisa menerima kondisinya dengan
baik.
Proses penerimaan diri pada lansia yaitu kondisi lansia dapat menerima dirinya
dengan segala kekurangannya untuk dapat tetap merasa bahagia, hal ini didasarkan
dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Putri (2012) menunjukkan bahwa ada
hubungan negatif antara penerimaan diri dengan depresi pada wanita perimenopuase.
Berdasarkan perubahan tersebut, diharapkan perawat dapat berperan membantu lansia
untuk mampu menerima proses penuaan secara baik, karena salah satu faktor yang dapat
menyebabkan lansia bisa merasa tetap berguna di masa tuanya adalah kemampuan
lansia dalam menyesuaikan diri dan menerima segala perubahan dan kemunduran yang
dialaminya (Miller, 2012).
15
dengan indah tanpa ada kesedihan dan merasakan kebermaknaan hidup bersama orang
lain disekitarnya. Kegiatan dilakukan dalam intervensi kelompok di masyarakat dan
individu dalam keluarga.
Selain itu lansia juga dikenalkan dengan kartu tilik diri (KTD) yang menilai atau
mengevaluasi perasaaan lansia sendiri setiap hari, agar lansia dapat berusaha belajar
untuk bisa mencapai kebahagiaannya dan menurunkan kondisi depresi atau kesedihan
yang dirasakannya dengan koping yang efektif (Songprakum, Wallapa & McCann,
2012). Lansia dengan depresi sebaiknya mengenali masalah yang dialaminya dan lansia
memahami bahwa hal tersebut dapat berpengaruh pada perasaan dan perilakunya. Hanya
dengan keaktifan dan berusaha menerima tantangan secara sistematis, maka keyakinan
dan persepsi akan harapannya berubah menjadi lebih baik. Perasaan negatif akan
menurunkan kemampuan dalam mencegah depresi (Peden, 2005).
Kartu Tilik Diri (KTD) berisikan identitas lansia yaitu tentang nama, usia,
alamat, tinggal bersama siapa, hobby atau kegemaran dan cita-cita yang ingin di capai.
Lansia diminta untuk mengevaluasi perasaannya pada pagi hari saat bangun tidur dan
pada malam hari sebelum tidur dengan memberikan tanda (simbol yang sudah
ditentukan) pada kolom yang tersedia. Untuk kegiatan atau koping yang dilakukan
selama 1 hari, lansia diminta untuk memberikan tanda (√) pada kolom sudah
disediakan. Kegiatan atau koping lansia adalah item intervensi MaSa INDAH yang
telah diajarkan pada lansia dan keluarga sebelumnya. Kartu dievaluasi setiap hari oleh
anggota keluarga yang sudah disepakati untuk membantu lansia dalam pengisian kartu.
Keluarga juga dapat membantu lansia dalam pengisian kartu khusus bagi lansia yang
tidak mampu untuk melakukan pengisian misalnya lansia dengan kebutaan, kelumpuhan
atau tidak bisa membaca. Kartu juga memberikan informasi nomor telepon kader
kesehatan lansia yang dapat dihubungi, jika lansia teridentifikasi merasakan kesedihan
dalam beberapa hari (lebih dari 3 hari), sehingga lansia segera mendapatkan dukungan
yang optimal dalam mengatasi masalahnya.
d. Implementasi Keperawatan
Perawat bertanggung jawab untuk melaksanakan tindakan yang telah
direncanakan dalam mengatasi masalah kesehatan lansia dengan depresi yang sifatnya
yaitu: 1) bantuan dalam upaya mengatasi masalah fisik dan psikologis, mempertahankan
kondisi seimbang atau sehat dan meningkatkan kesehatan lansia; 2) mendidik komunitas
16
tentang perilaku sehat untuk mencegah terjadinya depresi pada lansia; 3) sebagai advokat
komunitas untuk sekaligus memfasilitasi kebutuhan komunitas.
1) Pencegahan primer yaitu pencegahan sebelum sakit dan difokuskan pada populasi
sehat, mencakup pada kegiatan kesehatan secara umum serta perlindungan khusus
terhadap penyakit, misalnya dengan imunisasi, penyuluhan, simulasi dan dukungan
dalam kesehatan keluarga bagi lansia depresi.
2) Pencegahan sekunder yaitu kegiatan yang dilakukan pada saat terjadinya perubahan
derajat kesehatan masyarakat dan ditemukan masalah kesehatan depresi pada lansia.
Pencegahan sekunder ini menekankan pada diagnosa dini dan tindakan untuk
menghambat proses penyakit, misalnya dengan mengkaji masalah kesehatan fisik dan
psikologis lansia, memotivasi keluarga untuk melakukan pemeriksaan kesehatan bagi
lansia.
3) Pencegahan tertier yaitu kegiatan yang menekankan pengembalian individu pada
tingkat berfungsinya secara optimal dari ketidakmampuan keluarga, misalnya dengan
membantu keluarga yang mempunyai lansia dengan depresi untuk melakukan
pemeriksaan secara teratur ke posbindu.
e. Evaluasi Keperawatan
1) Relevansi atau hubungan antara kenyataan yang ada dengan target pelaksanaan.
2) Perkembangan atau kemajuan proses kesesuaian dengan perencanaan, peran staf atau
pelaksanaan, peran alat atau pelaksana tindakan, fasilitas dan jumlah peserta.
3) Efesiensi biaya yaitu dalam pencarian sumber dana dan penggunaaannya serta
keuntungan program.
4) Efektifitas kerja yaitu tujuan tercatat dan kepuasan klien atau masyarakat terhadap
tindakan yang dilaksanakan.
17
5) Dampak yaitu status kesehatan yang meningkat setelah dilaksanakan tindakan dan
perubahan yang terjadi dalam 6 bulan atau 1 tahun.
18
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Flaskerud dan Winslow (1998, dalam Stanhope & Lancaster, 2010) mengatakan
bahwa kerentanan merupakan hasil gabungan efek dari keterbatasan sumber keadaan tidak
sehat dan tingginya faktor risiko. Kerentanan juga menunjukkan interaksi antara keterbatasan
fisik dan sumber lingkungan, sumber personal (human capital), dan sumber biopsikososial
(adanya penyakit dan kecenderungan genetik) (Aday, 2001 dalam Stanhope & Lancaster,
2010). Populasi rentan adalah populasi yang lebih besar kemungkinannya untuk mengalami
masalah kesehatan akibat paparan berbagai risiko daripada populasi yang lainnya (Stanhope
& Lancaster, 2010) . Lansia dengan depresi merupakan bagian dari populasi rentan.
Karakteristik lansia sebagai populasi rentan mencakup rentan secara fisiologis, psikologis,
sosial dan ekonomi dalam mengatasi masalah kesehatannya.
Unsur penting dalam kesehatan masyarakat menurut Allender, Rector dan Warner
(2014) adalah memprioritaskan upaya pencegahan, proteksi dan promosi kesehatan tanpa
mengesampingkan upaya kuratif sebagai bentuk praktik profesional; mengukur dan
menganalisis masalah kesehatan komunitas dengan konsep epidemiologi dan biostatistik;
mempengaruhi faktor dari lingkungan untuk kesehatan aggregate atau kelompok; prinsip
yang menjadi dasar dalam kesehatan masyarakat adalah manajemen dan pengorganisasian
kesehatan komunitas melalui pengorganisasian masyarakat; analisis kebijakan dan
pengembangan publik; advokasi kesehatan serta pemahaman terhadap proses politik.
Unsur-unsur penting tersebut adalah sebagai upaya dalam mencapai kesehatan yang optimal
khususnya bagi keperawatan kesehatan komunitas lansia depresi.
3.2 Saran
a. Melakukan deteksi dini lansia depresi dan melakukan sosialisasi intervensi “MaSa
INDAH” kepada masyarakat kelompok lansia dan keluarga lansia depresi pada kegiatan
posbindu, kunjungan rumah maupun dalam kegiatan di masyarakat.
b. Melakukan intervensi “MaSa INDAH” secara langsung pada kelompok lansia dengan
depresi pada kegiatan posbindu atau kelomppok maupun melalui kunjungan rumah.
19
c. Melibatkan kader dan keluarga dalam kelompok pendukung dan melakukan pembinaan
secara rutin dari pengkajian hingga evaluasi pelaksanan.
d. Mengembangkan potensi diri dalam meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan bagi
lansia dengan depresi dengan mengikuti seminar, pelatihan dan workshop atau kegiatan
ilmiah lainnya.
20
DAFTAR PUSTAKA
Alexopoulus, G.S. (2005). Depression in the elderly. The Lancet: Jun- 4 Jun
10,2005,365,9475. http://proquest.umi.com, diperoleh tanggal 14 Januari 2014.
Anderson dan McFarlene. (2011). Community As Partner : Theory And Practice In Nursing.
Philadelphia: Wolters Kluwer Health/Lippincott Williams & Wilkins.
21