Anda di halaman 1dari 32

BAB I

PENDAHULUAN

1.1    Latar Belakang

Kanker payudara adalah keganasan pada sel-sel yang terdapat pada jaringan pada
payudara, berasal dari komponen kelenjarnya (epitel saluran maupun lobulusnya) maupun
komponen selain kelenjar seperti jaringan lemak, pembuluh darah, dan persyarafan jaringan
payudara (Rasjidi, 2010).
Kanker payudara memiliki dampak fisik, psikologis dan sosial. Dampak fisik berupa
penurunan fungsi salah satu organ tubuh yang dioperasi atau di amputasi, rasa nyeri dan
perubahan fisik karena efek samping dari pengobatan yang dijalani pasien. Dampak
psikologis dapat berupa reaksi psikologis terhadap diagnosa kanker payudara yang harus
dihadapi, rangkaian terapi atau pengobatan yang di jalani pasien dan kondisi fisik yang baru.
Dampak sosial yang dapat terjadi yaitu perubahan status sosial karena kehilangan pekerjaan
dari tempat pasien, perubahan peran dan tugas karena tidak mampu melakukan tugasnya
sebagai salah satu anggota keluarga (Rachmadahniar,2005).
Menurut Kumar dkk (2009), kurva insident usia pada kanker payudara bergerak naik
terus sejak usia 30 tahun. Kanker ini jarang di temukan pada wanita usia 20 tahun. Angka
tertingi pada usia 45-66 tahun.
Organisasi kesehatan dunia (WHO) menyatakan bahwa lima besar kanker di dunia
adalah kanker paru-paru, kanker payudara, kanker usus besar, kanker lambung dan kanker
hati. Sementara data dari pemeriksaan patologi di Indonesia menyatakan bahwa urutan lima
besar kanker adalah kanker leher rahim, kanker payudara, kanker getah bening, kulit dan
kanker nasofaring. Kanker payudara merupakan kanker terbanyak yang diderita oleh wanita.
Angka kematian akibat kanker payudara mencapai 5 juta pada wanita. Kanker payudara
merupakan penyebab kematian karena kanker tertinggi pada wanita yaitu sekitar 19%. Lima
data terakhir menunjukkan bahwa kema tian akibat kanker payudara pada wanita
menunjukkan angka ke 2 tertinggi (WHO).

1
Payudara di miliki oleh setiap orang, lelaki maupun wanita. Pada lelaki payudara
mengalami rudimeter dan tidak penting, sedangkan wanita menjadi berkembang dan penting.
Payudara merupakan salah satu organ paling penting bagi wanita yang erat kaitannya dengan
fungsi reproduksi dan kewanitaan (kecantikan). Karena itu gangguan payudara tidak sekedar
memberikan gangguan kesakitan sebagaimna penyakit pada umumnya, tetapi juga akan
mempunyai efek estetika dan psikologis khusus (bustan, 2000).
Amerika Serikat tercatat lebih dari lebih dari 190.000 kasus baru dan 40.000
kematian.
Data WHO menunjukkan bahwa 78% kanker payudara terjadi pada wanita usia 50
keatas, sedangkan 6% nya pada usia kurang dari 40 tahun.
Di Negara Indonesia jumlah kanker payudara didapatkan kurang lebih 200 juta
populasi atau 23.140 kasus baru setiap tahun (Emir & Suyatno,2010).
Menurut Ramli dkk (2010), di dapatkan jumlah penderita kanker payudara stadium
IIIA dan IIIB sebanyak 43,4%, Stadium IV sebanyak 14,3 %, berbeda dengan negara maju
dimana kanker payudara ditemukan lebih banyak dalam stadium dini.
Peran perawat memberikan asuhan keperawatan pada klien kanker payudara yaitu
melalui upaya promotif, prepentif, kuratif dan rehabilitas. Upaya promotif meliputi
pemberian pendidikan kesehatan tentang penyakit kanker payudara,upaya preventif yaitu
mencegah infeksi pada luka post op dengan cara perawatan luka dengan teknik aseptik dan
antiseptik, upaya kuratif meliputi pemberian pengobatan dan penganjuran klien untuk
mematuhi terapi, serta upaya rehabilitatif meliputi perawatan luka di rumah dan
menganjurkan untuk meneruskan terapi yang telah diberikan. Peran perawat dalam aspek
psikologis yaitu memberikan informasi dan dukungan positif kepada klien tentang proses
pengobatan yang akan di jalani bahwa itu adalah alternative untuk pengobatan.

2
1.2    Rumusan Masalah
Dari latar belakang di atas, penulis dapat membuat rumusan masalah dari makalah
ini :
1. Apa definisi dari Ca Mamae?
2. Apa etiologi dari Ca Mamae?
3. Apa saja manifestasi klinis pasien yang mengalami Ca Mamae?
4. Apa saja anatomi dan fisiologi dari Ca Mamae?
5. Bagaimana patofisiologi dari Ca Mamae?
6. Berapa banyak stadium pada pasien Ca Mamae?
7. Bagaimana pencegahan pada pasien Ca Mamae?
8. Apa saja komplikasi yang terjadi pada pasien Ca Mamae?
9. Apa saja pemeriksaan penunjang pada pasien Ca Mamae?
10. Bagaimana pengobatan pada pasien Ca Mamae?
11. Bagaimana Asuhan Keperawatan pada pasien yang mengalami Ca Mamae?

1.3    Tujuan
Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah sebagai berikut : 
1. Mengetahui tentang definisi dari ca mamae
2. Mengetahui etiologi dari ca mamae
3. Mengetahui manifestasi klinis pada pasien yang mengalami ca mamae
4. Mengetahui anatomi dan fisiologi ca mamae
5. Mengetahui patofisiologi dari ca mamae
6. Mengetahui stadium dari penyakit ca mamae
7. Mengetahui pencegahan pada pasien ca mamae
8. Mengetahui komplikasi pada pasien ca mamae
9. Mengetahui pemeriksaan penunjang pada pasien ca mamae
10. Mengetahui pengobatan pada pasien ca mamae
11. Mengetahui asuhan keperawatan pada pasien ca mamae

3
BAB II
PEMBAHASAN

2.1    Definisi Ca Mamae
Kanker payudara merupakan penyakit yang disebabkan karena terjadinya pembelahan
sel-sel tubuh secara tidak teratur sehingga pertumbuhan sel tidak dapat di kendalikan dan
akan tumbuh menjadi benjolan tumor (kanker) sel (Brunner dan Suddarth, 2005 ).
Kanker payudara adalah suatu penyakit seluler yang dapat timbul dari jaringan
payudara dengan manifestasi yang mengakibatkan kegagalan untuk mengontrol proliferasi
dan maturasi sel (Brunner dan Suddarth, 2005 ).
Kanker payudara adalah suatu penyakit yang menggambarkan gangguan pertumbuhan
seluler dan merupakan kelompok penyakit,bukan penyakit tunggal (Tucker dkk,1998).
Kanker payudara adalah sekelompok sel tidak normal yang terus tumbuh di dalam
jaringan mammae (Tapan dkk, 2005).
Kanker payudara adalah pertumbuhan yang tidak normal dari sel-sel jaringan tubuh
yang berubah menjadi ganas (Harianto,dkk).
Kanker payudara adalah tumor ganas yang berasal dari parenkim, stoma areola, dan
papila mamae (Taufan Nugroho,2011).
Kanker payudara merupakan tumor ganas yang tumbuh di dalam jaringan payudara.
Kanker bisa tumbuh di dalam kelenjar susu, saluran susu, jaringan lemak, maupun jaringan
ikat pada payudara (Wijaya, 2005).
Kanker payudara adalah sekelompok sel tidak normal pada payudara yang terus
tumbuh berupa ganda. Pada akhirnya sel-sel ini menjadi bentuk benjolan di payudara. Jika
benjolan kanker tidak terkontrol, sel-sel kanker bias bermestastase pada bagian-bagian tubuh
lain. Metastase bias terjadi pada kelenjar getah bening ketiak ataupun diatas tulang belikat.
Seain itu sel-sel kanker bias bersarang di tulang, paru-paru, hati, kulit, dan bawah kulit. (Erik
T, 2005)
Kanker payudara adalah keganasan yang berasal dari sel kelenjar, saluran kelenjar dan
jaringan penunjang payudara, tidak termasuk kulit payudara. Ca mammae adalah tumor ganas
yang tumbuh di dalam jaringan payudara. Kanker bisa mulai tumbuh di dalam kelenjar susu,
saluran susu, jaringan lemak maupun jaringan ikat pada payudara. (Medicastore, 2011)

4
2.2    Etiologi Ca Mamae
Sebab keganasan pada payudara masih belum jelas tetapi ada beberapa faktor yang
berkaitan erat dengan munculnya kganasan payudara yaitu : virus, faktor lingkungan, faktor
hormonal dan familial;
1. Wanita resiko tinggi daripada pria (99:1)
2. Usia : resiko tertinggi pda usia diatas 30 tahun
3. Riwayat keluarga : ada riwayat keluarga ca mammae pada ibu/saudara perempuan
4. Riwayat meastural :
a. Early manarche (sebelum 12 tahun)
b. Late menopouse (setelah 50 tahun)
5. Riwayat kesehatan : pernah mengalami atau sedang menderita otipical hiperplasia atau
benign proliverative yang lain pada biopsy payudara, ca. Endometrial
6. Riwayat reproduksi : melahirkan anak pertama diatas 30 tahun, menggunakan obat
kontrasepsi oral terlalu lama, penggunaan therapy estrogen
7. Terapi radiasi ; terpapar dari lingkungan yang terpapar karsinogen
8. Life style : diet tinggi lemak, mengkonsumsi alkohol(minum 2x sehari), obesitas, trauma
payudara, status sosial ekonomi tinggi, merokok
Sedangkan menurut (Arief Mansjoer, 2002) penyebab dari ca mammae bisa terjadi
karena : Perubahan genetic termasuk perubahan atau mutasi gen hormonal dan pengaruh
protein baik yang menekan atau meningkatkan perkembangan kangker payudara. Dua
hormon ovarium yaitu estrogen dan progesterone mengalami perubahan dalam lingkungan
seeluler yang dapat mempengaruhi dalam faktor pertunbuhan bagi kangker payudara.
Faktor resiko meliputi :
1. Riwayat pribadi tentang kanker payudara
Resiko mengalami kanker payudara pada payudara sebelahnya meningkat sampai 1%
tiap tahun
2. Anak perempuan/saudara perempuan (hubungan langsung keluarga) dari wanita dengan
kanker payudara
Resikonya meningkat 2x lipat . Jika ibunya terkena kanker sebelum berusia 60 tahun.
Resiko meningkat 4-6 kali jika kanker payudara terjadi pada dua orang saudara langsung.
3. Menarche dibi, resiko meningkat pada wanita yang mengalami menarche sebelum 12
tahun

5
4. Nulipara dan usia maternal lanjut saat kelahiran anak pertama wanita yang hanya anak
pertama, setelah usia 30 tahun mempunyai resiko 2x lipat dibanding dengan mereka yang
punya anak sebelum usia 20 tahun
5. Menopause pada usia lanjut(>50 tahun)
6. Riwayat penyakit payudara jinak. Wanita yang mempunyai tumor payudara di sekitar
perubahan epitel peliferasi mempunyai resiko 2x lipat untuk mengalami kanker payudara
7. Pemajanan terhadap wanita setelah masa pubertas dan sebelum usia 30 tahun
8. Obesitas, resiko terendah diantara wanita pasca menopause
9. Kontrasepsi oral, pemakaian pil KB atau terapi sulih estrogen
Pil KB bisa sedikit meningkatkan resiko terjadinya kanker payudara, yang tergantung
kepada usia, lamanya pemakaian dan faktor lainnya. Belum diketahui berapa lama efek pil
akan tetap ada setelah pemakaian pil dihentikan. Terapi sulih estrogen yang dijalani
selama lebih dari 5 tahun tampaknya juga sedikit meningkatkan resiko kanker payudara
dan resikonya meningkat jika pemakaiannya lebih lama
10. Therapi pengganti hormon
Terdapat laporean yang membingungkan tentang resiko kanker payudara pada terapi
pengganti hormon. Wanita yang menggunakan estrogen suplemen dalam jangka panjang
mengalami peningkatan resiko. Sementara penambahan progesteron terhadap pengganti
estogen meningkatkan insiden kanker endometrium. Hal ini tidak menurunkan resiko
kanker payudara
11. Masukan alkohol
12. Usia, sekitar 60 % kanker payudara terjadi pada usia diatas 60 tahun. Resiko terbesar
ditemukan diatas usia 75 tahun
13. Pernah menderita kanker payudara
14. Riwayat keluarga yang menderita kanker payudara
15. Faktor genetik dan hormonal
16. Pernah menderita penyakit payudara non-kanker
17. Obesitas pasca menopause
18. Bahan kimia
Beberapa penelitian telah menyebutkan pemaparan bahan kimia yang menyerupai
estrogen (yang terdapat di dalam pestisida dan produk industri lainnya) mungkin
meningkatkan resiko terjadinya kanker payudara

6
19. DES (dietilstilbestrol). Wanita yang mebgkonsumsi DES untuk mencegah keguguran
memiliki resiko tinggi menderita kanker payudara
20. Penyinaran
Pemaparan terhadap penyinaran (terutama penyinaran pada dada), pada masa kanak-
kanak biusa meningkatkan resiko terjadinya kanker payudara
21. Faktor resiko lainnya. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa kanker rahim, ovarium
dan kanker usus besar serta adanya riwayat kanker dalam keluarga bisa meningkatkan
resiko terjadinya kanker payudara

2.3    Manifestasi Klinis Ca Mamae


Gejala awal berupa sebuah benjolan yang biasanya dirasakan berbeda dari jaringan
payudara di sekitarnya, tidak menimbulkan nyeri dan biasanya memiliki pinggiran yang tidak
teratur. Fase awal : asimtomatik, pada stadium awal jika didorong oleh jari tangan, benjolan
bisa digerakkan dengan mudah dibawah kulit.
Tanda umum : benjolan/penebalan pada payudara
Tanda dan gejala lanjut :
a. Kulit cekung
b. Retraksi/deviasi puting susu
c. Nyeri tekan/raba
d. Kulit tebal dan pori-pori menonjol seperti kulit jeruk
e. Ulserasi pada payudara
Tanda metastase :
a. Nyeri pada bahu, pinggang, punggung bawah
b. Batuk menetap
c. Anoreksia
d. Bb turun
e. Gangguan pencernaan
f. Kabur
g. Sakit kepala

7
Pada stadium lanjut, benjolan biasanya melekat pada dinding dada atau kulit
disekitarnya. Pada kanker stadium lanjut, bisa berbentuk benjolan yang membengkak atau
borok di kulit payudara. Kadang kulit diatas benjolan mengkerut dan tampak seperti kuli
jeruk.
Penemuan dini kanker payudara msih sulit ditemukan, kebanyakan ditemukan jika
sudah teraba oleh pasien. Tanda-tandanya :
a. Terdapat massa utuh kenyal, biasa di kwadran atas bagian dalam, di bawah ketiak
bentuknya tidak beraturan dan terfiksasi
b. Nyeri di daerah massa
c. Adanya lekukan ke dalam, tarikan dan refraksi pda area mammae
d. Edema dengan “peant d’orange (keriput seperti kulit jeruk)
e. Pengelupasan papila mammae
f. Adanya kerusakan dan retraksi pada area puting, keluar cairan spontan, kadang disertai
darah
g. Ditemukan lessi pada pemeriksaan mamografi

2.4    Anatomi Dan Fisiologi Ca Mamae


a. Anatomi Payudara
LAPORAN PENDAHULUAN CA MAMMAE (CARSINOMA MAMMAE)/ KANKER
PAYU

DARA

8
Payudara normal mengandung jaringan kelenjar, duktus, jaringan otot penyokong
lemak, pembuluh darah, saraf dan pembuluh limfe. Pada bagian lateral ats kelenjr
payudara, jaringan kelenjar ini keluar dari bulatannya kearah aksila, disebut penonjolan
Spence atau ekor payudara. Setiap payudara terdiri atas 12-20 lobulus kelenjar yang
masing-masing mempunyai saluran ke papilla mammae, yang disebut duktus lactiferous.
Diantara kelenjar susu dan fasia pectoralis, juga diantara kulit dan kelenjar tersebut
mungkin terdapat jaringan lemak. Diantara lobules tersebut ada jaringan ikat yang disebut
ligamnetum cooper yang memberi rangka untuk payudara.
Perdarahan payudara terutama berasal dari cabang a. perforantes anterior dan a.
mammaria interna, a. torakalis lateralis yang bercabang dari a. aksilaris, dan beberapa a.
interkostalis.
Persarafan kulit payudara diurus oleh cabang  pleksus servikalis dan n.
interkostalis.  Jaringan kelenjar payudara sendiri diurus saraf simpatik. Ada beberapa saraf
lagi yang perlu diingat sehubungan dengan penyulit paralisis dan mati rasa pasca bedah,
yakni  n. intercostalis dan n. kutaneus brakius medialis yang mengurus sensibilitas daerah
aksila dan bagian medial lengan atas.
Penyaliran limfe dari payudara kurang lebih 75% ke aksila, sebagian lagi ke kelenjar
parasternal, terutama dari bagian yang sentral dan medial dan adapula penyaliran yang ke
kelenjar interpectoralis.  Pada aksila terdapat rata-rata 50 buah kelenjar getah bening yang
berada disepanjang arteri dan vena brakialis.
Jalur limfe lainnya berasal dari daerah sentral dan medial yang selain menuju ke
kelenjar sepanjang pembuluh mammaria interna, juga menuju ke aksila kontralateral,
ke m. rectus abdominis lewat ligamentum falsiparum hepatis  ke hati, pleura dan payudara
kontralateral.
b. Fisiologi Payudara
Payudara merupakan kelenjar tubuloalveolar yang bercabang-cabang, terdiri atas 15-
20 lobus yang dikelilingi oleh jaringan ikat dan lemak. Tiap lobus mempunyai duktus
ekskretorius masing-masing yang akan bermuara pada puting susu, disebut duktus
laktiferus,  yang dilapisi epitel kuboid selapis yang rendah, lalu ke duktus alveolaris  yang
dilapisi epitel kuboid berlapis, kemudian bermuara ke duktus laktiferus yang berakhir pada
putting susu.

9
Ada 3 hal fisiologik yang mempengaruhi payudara, yaitu :
a) Pertumbuhan dan involusi berhubungan dengan usia
b) Pertumbuhan berhubungan dengan siklus haid
c) Perubahan karena kehamilan dan laktasi

2.5    Patofisiologi Ca Mamae

Sel-sel kanker dibentuk dari sel-sel normal dalam suatu proses rumit yang disebut
transformasi, yang terdiri dari tahap inisiasi dan promosi:
a) Fase Inisiasi
Pada tahap inisiasi terjadi suatu perubahan dalam bahan genetik sel yang
memancing sel menjadi ganas. Perubahan dalam bahan genetik sel ini disebabkan oleh
suatu agen yang disebut karsinogen, yang bisa berupa bahan kimia, virus, radiasi
(penyinaran) atau sinar matahari. tetapi tidak semua sel memiliki kepekaan yang sama
terhadap suatu karsinogen. kelainan genetik  dalam sel atau bahan lainnya yang disebut
promotor, menyebabkan sel lebih rentan terhadap suatu karsinogen. bahkan gangguan fisik
menahunpun bisa membuat sel menjadi lebih peka untuk mengalami suatu keganasan.

10
b) Fase Promosi
Pada tahap promosi, suatu sel yang telah mengalami inisiasi akan berubah menjadi
ganas. Sel yang belum melewati tahap inisiasi tidak akan terpengaruh oleh promosi.
karena itu diperlukan beberapa faktor untuk terjadinya keganasan (gabungan dari sel yang
peka dan suatu karsinogen).

2.6    Stadium Ca Mamae

1. Stadium I
Tumor yang berdiameter kurang 2 cm tanpa keterlibatan limfonodus (LN) dan
tanpa penyebaran jauh. Tumor terbatas pada payudara dan tidak terfiksasi pada kulit dan
otot pektoralis.

11
2. Stadium IIa
Tumor yang berdiameter kurang 2 cm dengan keterlibatan limfonodus (LN) dan
tanpa penyebaran jauh atau tumor yang berdiameter kurang 5 cm tanpa keterlibatan
limfonodus (LN) dan tanpa penyebaran jauh.

3. Stadium IIb
Tumor yang berdiameter kurang 5 cm dengan keterlibatan limfonodus (LN) dan
tanpa penyebaran jauh atau tumor yang berdiameter lebih 5 cm tanpa keterlibatan
limfonodus (LN) dan tanpa penyebaran jauh.

12
4. Stadium IIIa
Tumor yang berdiameter lebih 5 cm dengan keterlibatan limfonodus (LN) tanpa
penyebaran jauh.

5. Stadium IIIb
Tumor yang berdiameter lebih 5 cm dengan keterlibatan limfonodus (LN) dan
terdapat penyebaran jauh berupa metastasis ke supraklavikula dengan keterlibatan
limfonodus (LN) supraklavikula atau metastasis ke infraklavikula atau menginfiltrasi /
menyebar ke kulit atau dinding toraks atau tumor dengan edema pada tangan.
Tumor telah menyebar ke dinding dada atau menyebabkan pembengkakan bisa
juga luka bernanah di payudara. Didiagnosis sebagai Inflamatory Breast Cancer. Bisa
sudah atau bisa juga belum menyebar ke pembuluh getah bening di ketiak dan lengan atas,
tapi tidak menyebar ke bagian lain dari organ tubuh

13
6. Stadium IIIc
Ukuran tumor bisa berapa saja dan terdapat metastasis kelenjar limfe
infraklavikular ipsilateral, atau bukti klinis menunjukkan terdapat metastasis kelenjar
limfe mammaria interna dan metastase kelenjar limfe aksilar, atau metastasis kelenjar
limfe supraklavikular ipsilateral

7. Stadium IV
Tumor yang mengalami metastasis jauh, yaitu : tulang, paru-paru, liver atau tulang
rusuk.

14
Status penampilan (performance status) kanker menurut WHO (1979) :

1. 0 : Baik, dapat bekerja normal.


2. 1 : Cukup, tidak dapat bekerja berat namun bekerja ringan bisa.
3. 2 : Lemah, tidak dapat bekerja namun dapat berjalan dan merawat diri sendiri 50%
dari waktu sadar.
4. 3 : Jelek, tidak dapat berjalan, dapat bangun dan merawat diri sendiri, perlu tiduran
lebih 50% dari waktu sadar.
5. 4 : Jelek sekali, tidak dapat bangun dan tidak dapat merawat diri sendiri, hanya
tiduran saja.

2.7    Pencegahan Ca Mamae


Pencegahan kanker payudara adalah pencegahan yang bertujuan menurunkan insidens
kanker payudara dan secara tidak langsung akan menurun angka kematian akibat kanker
payudara.
a.  Pencegahan Primodial
Pencegahan primodial yaitu upaya pencegahan yang ditujukan kepada orang sehat
yang memiliki faktor resiko. Upaya yang dimaksudkan dengan menciptakan kondisi pada
masyarakat yang memungkinkan kanker payudara tidak mendapat dukungan dasar dari
kebiasaan, gaya hidup dan faktor resiko lainnya. Pencegahan primodial dilakukan melalui
promosi kesehatan yang ditunjukan pada orang sehat melalui upaya pola hidup sehat.
b. Pencegahan Primer
Pencegahan primer pada kanker payudara dilakukan pada orang sehat yang sudah
memiliki faktor resiko untuk terkena kanker payudara. Pencegahan primer dilakukan
melalui upaya menghindari diri dari keterpaparan berbagai faktor resiko dan
melaksanakan pola hidup sehat. Konsep dasar dari pencegahan primer adalah menurunkan
insiden kanker payudara yang dapat dilakukan dengan:
1) Mengurangi makanan yang mengandung lemak tinggi.
2) Memperbanyak aktivitas fisik dengan berolahraga.
3) Menghindari terlalu banyak terkena sinar X atau jenis radiasi lainnya.
4) Mengkonsumsi makanan yang mengandung banyak serat.Serat akan menyerap zat-zat
yang bersifat karsinigen dan lemak, yang kemudian membawanya keluar melalui
feces.

15
5) Mengkonsumsi produk kedelai serta produk olahan seperti tahu atau tempe. Kedelai
mengandung flonoid yang berguna untuk mencegah kanker dan genestein yang
berfungsi sebagai ektrogen nabati (fitoestrogen). Ektrogen nabati ini akan menempel
pada reseptor estrogen sel-sel epitel saluran kelenjer susu, sehingga akan menghalangi
estrogen asli untuk menempel pada saluran susu yang akan merangsang tumbuhnya sel
kanker.
6) Memperbanyak mengkonsumsi buah-buahan dan sayuran, terutama yang mengandung
vitamin C, zat antioksidan dan fitokimia, seperti jeruk, wortel, tomat, labu, pepaya,
mangga, brokoli, lobak, kangkung, kacang-kacangan dan biji-bijian.
Hampir setiap kanker payudara ditemukan pertama kali oleh penderita sendiri dari pada
oleh dokter. Karena itu, wankita hares mewaspadai setiap [perubahan yang terjadi pada
payudara. Untuk mengetahui perubahan-perubahantersebut dilakukan pemeriksaan sederhana
yang disebut pemeriksaan payudar sendiri (SADARI).
SADARI sebaiknya dilakukan setiap bulan secara teratur. Cara ini sangat efektif di
Indonesia karena tidak semua rumah sakit menyediakan fasilitas pemeriksaan memadai.
Kebiasaan ini memudahkan kita untuk menemukan perubahan pada payudara dan bulan ke
bulan. Pemeriksaan optimum dilakukan pada sekitar 7-14 hari setelah awal siklus menstruasi
karena pada masa itu retensi cairan minimal dan payudara dalam keadaan lembut dan tidak
membengkak sehingga jika ada pembengkakan akan lebih mudah ditemukan. Jikan suadah
menopause maka pilihlah satu hari tertentu, misalnya hari pertama untuk mengingatkan
melakukan SADARI setiap bulan. 17,23 SADARI dapat dilakukan dengan langkah-langkah
sebagai berikut :
 langkah 1 : Berdiri didepan cermin, pandanglah kedua payudara. Letakkan kedua tangan
dipinggang dan dorong siku ke depan agar otot-otot dada menegang. Perhatikan
kemungkinan adanya perubahan yang tidak biasa seperti cairan dari puting, pengerutan,
penarikan atau
 langkah 2 : Lebih diarahkan perhatian kecermin, tangkaplah kedua tangan di belakang
kepal dan tekan ke depan
 langkah 3 : Angkat lengan kanan. Pergunakan 3-4 jari tangan kiri untuk memeriksa
payudara kanan secara lembut, hati-hati dan secara menyeluruh. Dimulai dari bagian tepi
sisi luar, tekankan ujung jari tangan membentuk lingkaran itu secara lambat seputar
payudara. Secara bertahap lakukan kearah puting. Pastikan mencakup seluruh payudara.
Berikan perhatian khusus di daerah antara payudara dengan ketiak, termasuk bagian ketiak
kiri. akan untuk setiap ganjalan yang tidak biasa atau di bawah kulit

16
 langkah 4 : Dengan lembut, pijit puting susu dan lihat jika ada cairan yang keluar. Tidak
normal apabila keluar darah atau adanya cairan yang spontan (gambar 5).
 langkah 5 : Ulangi langkah (3) dan (4) dengan posisi berbaring. Berbaringlah di tempat
dengan permukaan rata. Berbaringlah dengan lengan kanan dibelakang kepala dan bantal
kecil atau lipatan handuk diletakan di bawah pundak. Posisi menyebabkan payudara
menjadi rata dan membuat pemeriksaan lebih mudah. Lakukan gerakan melingkar yang
sama seperti pada tahap (3) dan (4).  
c.  Pencegahan Sekunder
Pencegahan sekunder ditujukan untuk mengobati para penderita dan mengurangi
akibat-akibat yang lebih serius dari penyakit kanker payudara melalui diagnosa dan deteksi
dini dan pemberian pengobatan.

2.8 Komplikasi Ca Mamae


1. Metastase ke jaringan sekitar melalui saluran limfe (limfogen) ke paru,pleura, tulang dan
hati.
2. Metastase ke jaringan sekitar melalui saluran limfe dan pembuluh darahkapiler
( penyebaran limfogen dan hematogen0, penyebarab hematogen dan limfogen dapat
mengenai hati, paru, tulang, sum-sum tulang ,otak ,syaraf.
3. Gangguan neuro varkuler
4. Faktor patologi
5. Fibrosis payudara
6. Kematian

2.9 Pemeriksaan Penunjang


Ada beberapa pemeriksaan penunjang.Namun secara umum terbagi 2 yaitu non
invasive dan invasive.
a.    Non Invasive
1.   Mammografi
Mammografi yaitu pemeriksaan dengan metode radiologis sinar X yang
diradiasikan pada payudara. Kelebihan mammografi adalah kemampuan mendeteksi
tumor yang belum teraba (radius  0,5 cm) sekalipun masih dalam stadium dini.Waktu
yang tepat untuk melakukan mammografi pada wanita usia produktif adalah hari ke 1-
14 dari siklus haid. Pada perempuan  usia nonproduktif dianjurkan untuk kapan saja.
Ketepatan pemeriksaan ini berbeda-beda berkisar antara 83%-95%.

17
2.   Ultrasound
Ultrasound telah digunakan sejak awal 50-an. Alat tersebut sangat berguna dan
akurat dalam mengevaluasi densitas payudara dan dan akurat dalam membedakan
antara kista dengan massa padat. Namun untuk masa yang lebih kecil antara 5-10 mm
tidak dapat divisualisasi dan massa pada jaringan lemak payudara sulit dievaluasi.
Keuntungannya adalah tidak ada radiasi dan tidak ada nyeri.
3.   Computed Tomografi dan Magnetic  Resonance Imaging Scans
Penggunaan CT dan MRI  untuk scanning untuk mengevaluasi kelainan
payudara sekarang sudah mulai diselidiki. Teknik ini mengambil peran dalam
mengevaluasi axila, mediastinum dan area supralivikula untuk adenopati dan
membantu dalam melakukan stging pada proses keganasan.
b.   Invasiv
1.   Sitologi Aspirasi
Sitologi aspirasi dilakukan menggunakan jarum halus (ukuran 20 atau yang
lebih kecil) dengan spuit untuk mengaspirasi sel pada area yang dicuriga, lalu dismear
di atas slide dan difiksasi segera dan diwarnai untuk evaluasi sitologi. Jika specimen
diambil secara tepat, prosedur ini sangat akurat. Namun pemeriksaan ini tidak dapat
untuk memeriksa gambaran histopatologi jaringan sebab pemeriksaan ini tidak mampu
mengambil struktur jaringan sekitar.
Teknik stereotaktik untuk sampling lesi nonpalble sudah menjadi hal umum
diamerika serikat. Kelemahan teknik ini adalah ketidak mampuan untuk menentukan
secara akurat resptor estrogen dan progesterone pada specimen yang sangat kecil.
Untuk menegtahui resptor menggunakan teknik ini sudah dikembangkan namun masih
belum merata keberadaanya dilaboratorium patologi anatomi.
2.   Core Needle Biopsy (CNB)
Biopsi jarum dengan menggunakan jarum bor yang besar sering dilakukan. Hal
tersebut lebih invasive dibandingkan dengan aspires jarum. CNB lebih akurat dan bisa
digunakan untuk menentukan reseptor estrogen dan progesterone serta bisa dilakukan
untuk memeriksa gambaran histopatologi.

18
3.   Biopsy
Ini bisa dilakukan secara stereotaktik atau dengan bantuan ultrasound. Biopsi
TerbukaTerdapat berbagai macam teknik biopsy terbuka yaitu:
a.   Biopsy Eksisi
Istilah biopsy Eksisi merujuk pada istilah yang berarti dengan mengangkat
seluruh massa yang terlihat dan biasanya dengan sedikit batas jaringan yang sehat.
Hal tersebut perlu direncanakan secara hati-hati dan curiga lesinya bersifat gana.
Kebanyakan boipsi bisa dilakukan dengan lokal anestesi. Namun dengan
kenyamanan pasien biasa dilakukan dengan sedasi intravena. Poting beku biasa
dilakukan dan bisa disimpan untuk tes resptor estrogen dan progesterone.
b.   Biopsi Insisi
Untuk lesi yang besar dan sulit untuk dilakukan biopsy eksisi biasanya
dilakukan biopsy insisi dengan hanya mengambil sedikit jaringan. Hal ini bisa
dilakukan dalam anestesi lokal dan cukup nyaman pada pasien poli.
c.    Needle-Guided Biopsy (GNB)
Skrinning mammografi bisa digunakan untuk melihat lesi mencurigakan
sebelum muncul secara klinis. Dan hal tersebut bisa dijadikan petokan dalam
melakukan biopsy jarum dengan bantuan mammografi. Teknik ini dilakukan atas
dasar prinsip menghilangkan lesi secara presisi tanpa mengorbankan jaringan sehat
sekitar. Pasien dilakukan mamografi yang disesuaikan dengan film aslinya dan
dilakukan introduks berdasarkan gambaran film tersebut. Jadi bisa disimpulkan
NGB merupakan biopsy dengan bantuan mamograf.
d.   Ultrasound-Guided Biopsy (UGB)
Untuk lesi yang tidak teraba anamun terlihat gambarannya melalui
ultrasound. Bisa dilakukan dengan pasien pada posisi supine, dan payudara discan
menggunakan tranducer. Lalu kulitnya ditandai dengan pensil; lalu dilakukan biopsy
secara standard. Aspirasi kista juga bisa dilakukan dengan bantuan ultrasound.
e.   Nipple Discharge Smear (NDS)
Setelah menekan daerah puting maka akan keluar cairan .cairan yang bisa
keluar bisa diusap pada gelas kaca difikasi dan dapat dilihat untuk dievaluasi secara
sitologi. Dilaporkan, sitologi dari NDS memiliki hasil negative palsu sebesar 18%
dan positif sebesar 2,5% jadi dibutuhkan ketelitian dan kehatihatian dalam
menginterprestasi hasil tersebut.

19
f.    Nipple Biopsy
Perubahan epithelium dari puting sering terkait dengan gatal atau nipple
discharge biasa diperbolehkan untuk dilakukan biopsy puting. Sebuah potongan
nipple /areola complex bisa dieksisi dalam lokal anatesi dengan tepi minimal.

2.10 Pengobatan Ca Mamae


Ada 2 macam yaitu kratif (pembedahan) dan poliatif (non-pembedahan). Penanganan
kuratif dengan pembedahan yang dilakukan secara mastektomi parsial, mastektomi total,
mastektomi radikal, tergantung dari luas, besar dan penyebaran kanker. Penanganan non-
pembedahan dengan penyinaran, kemmoterapi dan terapi hormonal.
1.      Terapi kuratif :
a)  Untuk kanker mammae stadium 0,I,II,III
a. Terapi utama adalah mastektomi radikal modifikasi, alternative tomoorektomi,
+diseksi aksila
b. Terapi ajuvan :
 Radioterapi paska bedah 4000-6000 rads
 Kemoterapi untuk pra menopause dengan CMF (Cyclophosphamide 100
mg/m2 dd po hari ke 1-14, methotrexate 40 mg/m2 IV hari ke -1 siklus
diulangi tiap 4 minggu dan flouroracil 600 mg/m2 IV hari ke -1 atau CAP
(Chyclophosphamide 500 mg/m2 hari ke -1 , adriamycin 50 mg/m2 hari ke -1
dan flouroracil 500 mg/m2 IV hari ke -1 dan 8 untuk 6 siklus))
 Hormon terapi untuk pasca menopause dengan tamoksifen untuk 1-2 tahun
c. Terapi bantuan, roboransia
d. Terapi sekunder bila perlu
e. Terapi komplikasi pasca bedah misalnya gangguan gearak lengan (Fisioterapi)
2.      Terapi paliatif
Untuk kanker mammae stadium III B dan IV :
a. Terapi utama
 Pramenopause, bilateral evariedektomi
 Pasca menopause ; 1) hormon resptor positif (takmosifen) dan 2) hormon resptor
negatif (kemoterapi dengan CMF atau CAF)

20
b. Terapi ajuvan
 Overable (mastektomi simple)
 Inoperable (radioterapi)
c. Terapi bantuan, roboransia
d. Terapi komplikasi, bila ada :
 Patah, reposisi-fiksasi-imobilisasi dan radioterapi pada tempat patah
 Edema lengan : 1) deuretik, 2) pneumatic sleeve, 3) operasi tranposisi omentum
atau kondoleon
 Efusion pleura, 1) aspirasi cairan atau drainase bullae, 2) bleomisin 30 mg dan
teramisin 1000 mg, intra pleura
 Hiperkalsemia : 1) deuretika dan rehidrasi, 2) kartikosteroid, mitramicin ¼ -1/2
mg/kgBB IV
 Nyeri, terapi nyeri sesuai WHO
 Borok, perawatan borok
e. Terapi sekunder, bila ada
 Kemoterapi dan obat penghambat hormon
Kemoterapi dan obat penghambat hormon seringkasi diberikan segera setelah
pembedahan dan dilanjutkan selama beberapa bulan atau tahun. Pengobatan ini
menunda kembalinya kanker dan memperpanjang angka harapan hidup penderita.
Pemberian beberapa jenis kemoterapi lebih efektif dibandingkan dengan
kemoterapi tunggal. Tetapi tanpa pembedahan maupun penyinaran, obat-obat
tersebut tidak dapat meyembuhkan kanker payudara.
Amiluglutemid adalah obat penghambat hormon yang banyak digunakan
untyk mengatasi rasa nyeri akibat kanker di dalam tulang. Hydrocortidone (suatu
hormon steroid) biasanya diberikan pada saat bersamaan, karena amiglutemid
menekan pembentukan hydrocortisone alami dalam tubuh.
Tamoxifen adalah obat penghambat hormon biasa diberikan sebagai terapi
lanjutan setelah pembedahan. Tamoxifen secara kimia berhubungan dengan
estrogen dan memiliki beberapa efek yang sama dengan terapi sulih hormon
(misalnya mengurangi resiko terjadinya osteoporosis dan penyakit jantung serta
meningkatkan resiko terjadinya kanker rahim). Tetapi tamoxifen tidak
mengurangi hot flashes ataupun merubah kekeringan vagina akibat menopause.

21
Rekonstrusi payudara bisa digunakan implan silikon atau salin maupun imlan
jaringan yang diambil dari bagian tubuh lainnya. Rekonstrusi bisa dilakukan
bersamaan dengan mastektomi atau bisa juga dilakukan kemudian hari.
 Mastektomi
a. Mastektomi simplek : seluruh jaringan payudara diangkat tetapi otot dibawah
payudara dibiarkan utuh dan disisakan kulit yang cukup untuk menutup luka
bekas operasi. Rekonstruksi payudara lebih mudah dilakukan jika otot dada
dan jaringan lain di bawah payudara diberikan utuh. Prosedur ini biasanya
digunakan untuk mengobati kanker invasif yang telah menyebar luas ke
dalam saluran air susu, karena jika dilakukan pembedahan breast-conserving,
kanker sering kambuh
b. Mastektomi simplek ditambah diseksi kelenjar getah bening atau modifikasi
mastektomi radikal : seluruh jaringan payudara diangkat dengan menyisakan
otot dan kulit , disertai pengangkatan kelenjar getah bening ketiak
c. Matektomi radikal : seluruh payudara, otot dada dan jaringan lainnya diangkat
 Pembedahan breast-conversing
a. Lumpektomi : pengangkatan tumor dan sejumlah kecil jaringan normal
disekitarnya
b. Eksisi luas atau mastektomi parsial : pengangkatan tumor dan jaringan normal
disekitarnya yang lebih banyak
c. Kuadrantektomi : pengangkatan seperempat bagian payudara

2.11 Asuhan Keperawatan (ASKEP) Ca Mamae


1. Pengkajian
a. Identitas, ( lihat factor-faktor predisposisi)
b. Keluhan utama ada benjolan pada payudara dan lain-lain keluhan riwayat penyakit
(perjalanan penyakit ,pengobatan yang telah ada etiologi/resiko.
c. Konsep diri mengalami perubahan pada sebagian besar klien dengan kanker mamae

22
d. Pemeriksaan klinis
Mencari benjolan Karen organ payudara dipengaruhi oleh factor hormone
anataralain estrogen dan progesteron, maka sebaiknya pemeriksaan ini dilakukan saat
pengaruh hormonal ini seminimal mungkin atau setelah mentruasi 1 minggu dari hari
akhir menstruasi. Klien duduk dengan tangan jatuh kesamping dan pemeriksa berdiri
didepan dalam posisi yang lebih kurang sama tinggi.
e. Inspeksi
 Simetris kiri-kanan mamae
 Kelainan papilla. Letak dan bentuk, adakah putting susu, kelainan kulit, tanda
radang, peaue, dimpling, ulserasi dan lain-lain. Inspeksi ini juga dilakukandalam
keadaan kedua lengan diagkat keatas untuk melihat apakah ada bayangan tumor
dibawah kulit yang ikut bergerak atau adakah bagian yang tertinggal, dimpling dan
lain-lain.
f. Palpasi
 Klien berbaring dan diusahakan agar payudara tersebar rata atas lapangan jika
perlu punggung diganjal bantal kecil.
 Konsistensi, banyak, lokasi, infiltrasi, besar, batas dan operabilitas.
 Pembesaran kelenjar getah bening( kelenjar aksila )
 Adakah metastase nudus ( regional )atau organ tubuh
 Stadium kanker ( system TNM UICC,1987)
g. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan penunjang klinis
 Pemeriksaan radiologis
- Mamografi / USG mamae
- X-foto thoraks
- CT SCAN
 Pemeriksaan laboratorium
- Rutin,darah lengkap, urine
- Duyla darah puasa dan 2 jpp
- Enxym alkali sposphate, LDH
- CEA, MCA, AFP
- Hormon reseptor ER,PR
- Aktivitas estrogen/vaginal smear

23
 Pemeriksaan sitologis
- FNA dari tumor
- Cairan kista
- Secret putting susu
 Pemeriksaan sitologis
- Durante operasi Vries coupe
- Pasca operasi dari specimen operasi

2. Diagnosa Keperawatan
a. Cemas/takut berhubungan dengan situasi krisis (kanker),perubahan kesehatan, sosio
ekonomi, peran dan fungsi, bentuk interaksi, persiapan kematian, pemisahan dengan
keluarga ditandai dengan peningkatan teganagan, kelelahan, mengeskpresikan
kecanggungan peran, perasaan tergantung , tidak adekuat kemampuan menolong diri,
stimulasi simpatetik.
b. Nyeri (akut) berhubungan dengan proses penyakit ( penekanan/kerusakan jaringan
syaraf, infiltrasi sistem syaraf, obstruksi jalur syaraf, inflamasi), efek samping terapi
kanker ditandai dengan klien menyatakan nyeri, klien sulit tidur, tidak mampu
memusatkan perhatian, ekspresi nyeri, kelemahan.
c. Gangguan nutrisi (kurang dari kebutuhan tubuh)berhubungan dengan hipermetabolik
yang berhubungan dengan kanker, konsekuensi khemoterapi, radiasi, pembedahan
( anoreksia, iritasi lambung, kurangnya rasa recap, nausea)emotional distress, fatigue,
kettidakmampuan mengontrol nyeri ditndai dengan klien mengatakan intake tidak
adekuat, hilangnya rasa recap, kehilangan selera, BB turun sampai 20% atau lebih
dibawah ideal, penurunan massa otot dan lemak subkutan, konstipasi abdominal
cramping.
d. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan tidak adkuatnya pertahanan tubuh sekunder
dan sistem imun ( efek kemotherapi/radiasi), malnutrisi, prosedur invasive
e. Resiko tinggi kerusakan integritas kulit berhubungan dengan efek radiasi dan
kemotherapi, deficit imunologik, penurunan intake nutrisi dan anemia.

24
3. Intervensi Keperawatan
a. Cemas/takut berhubungan dengan situasi krisis (kanker),perubahan kesehatan, sosio
ekonomi, peran dan fungsi, bentuk interaksi, persiapan kematian, pemisahan dengan
keluarga ditandai dengan peningkatan teganagan,kelelahan, mengeskpresikan
kecanggungan peran, perasaan tergantung , tidak adekuat kemampuan menolong diri,
stimulasi simpatetik.

Tujuan : Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama 1x 24 jam diharapkan cemas


berkurang
KH :
- Klien dapat mengurangi rasa cemasnya
- Rileks dan dapat melihat dirinya secara objective
- Menunjukan kopig yang efektif serta mampu berpartisipasi dalam
pengobatan

INTERVENSI RASIONAL
a. Tentukan pengalaman klien a. Data-data mengenai pengalaman klien
sebelumnya terhadap sebelumnya akan memberikan dasar
penyakit yang dideritanya untuk penyuluhan dan menghindari
b. Berikan informasi tentang adanya dupikasi
prognosis secara akurat b. Pemberian informasi dapat membantu
c. Beri kesempatan pada klien klien dalam memahami proses
untuk mengekspresikan penyakitnya..
rasa marah, takut, c. Dapat meurunkan kecemasan klien
konfrontasi. Beri informasi d. Membantu klien dalam memahami
dengan emosi wajar dan kebutuhsn untuk pengobatan dan efek
ekspresi yang sesuai sampingnya..
d. Jelaskan pengobatan, tujuan e. Mengetahui dan menggali pola koping
dan efek samping. Bantu klien serta mengatasinya/memberikan
klien mempersiapkan diri solusi dalam upaya meningkatkan
dalam pengobatan kekuatan dalam mengatasi kecemasan.
e. Catat koping yang tidak f. Agar klien memperoleh dukungan dari
efektif seperti kurang orang yang terdekat/keluarga
interaksi social, g. Memberikan kesempatan pada klien

25
ketidakbudayaan dll untuk berpikir/merenung/istirahat.
f. Anjurkan untuk h. Klien mendapatkan kepercayaan diri
mengembangkan interkasi dan keyakinan bahwa dia benar-benar
dengan support system ditolong
g. Berikan lingkungan yang
tenang dan nyaman.
h. Pertahankan kontak dengan
klien, bicara dan sentuhlah
dengan wajar

b. Nyeri akut) berhubungan dengan proses penyakit ( penekanan/kerusakan jaringan


syaraf, infiltrasi sistem syaraf, obstruksi jalur syaraf, inflamasi), efek samping terapi
kanker ditandai dengan klien menyatakan nyeri, klien sulit tidur, tidak mampu
memusatkan perhatian, ekspresi nyeri, kelemahan.

Tujuan : Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama 3x24 jam diharapkan nyeri
berkurang atau dapat teratasi
KH :
- Klien mampu mengontrol rasa nyeri melalui aktivitas
- Melaporkan nyeri yang dialaminya
- Mengikuti program pengobatan
- Mendemonstrasikan tehnik relaksasi dan pengalihan rasa nyeri melalui
aktivitas yang mungkin

26
INTERVENSI RASIONAL
a. Tentukan riwayat nyeri, lokasi, a. Memberikan informasi yang
durasi, dan intensitas diperukan untuk merencanakan
b. Evaluasi therapy: pembedahan, asuhan
radiasi, khemotherapi, b. Untuk mengetahui terapi yang
biotherapy, ajarkan klien dan dilakukan sesuai atau tidak atau
keluarga tentang cara malah menyebabkan komplikasi
menghadapinya c. Unuk meningkatkan kenyamanan
c. Berikan pengalihan seperti dengan mengalihkan perhatian
reposisi dan aktivitas yang klien dari rasa nyeri
menyenangkan seperti d. Meningkatkan control diri atas efek
mendengarkan musik atau samping dengan menurunkan strees
nonton TV dan ansietas
d. Mengajurkan teknik e. Untuk mengetahui efektifitas
penanaganan stress (tehnik penanganan nyeri, tingkat nyeri dan
relaksasi, visualisasi, sampai sejauh mana klien mampu
bimbingan ), gembira dan menahannya serta untuk
berikan sentuhan therapeutic mengetahui kebutuhan klien akan
e. Evaluasi nyeri, berikan obat-obat anti nyeri
pengobatan bila perlu f. Agar terapi yang diberikan tepat
f. Diskusikan penanganan nyeri sasaran
dengan dokter dan juga klien g. Untuk mengatasi yeri
g. Berikan analgetik sesuai
indikasi seperti morfin,
methadone, narkotik dll

27
c. Gangguan nutrisi (kurang dari kebutuhan tubuh)berhubungan dengan hipermetabolik
yang berhubungan dengan kanker, konsekuensi khemoterapi, radiasi, pembedahan
( anoreksia, iritasi lambung, kurangnya rasa recap, nausea)emotional distress, fatigue,
kettidakmampuan mengontrol nyeri ditndai dengan klien mengatakan intake tidak
adekuat, hilangnya rasa recap, kehilangan selera, BB turun sampai 20% atau lebih
dibawah ideal, penurunan massa otot dan lemak subkutan, konstipasi abdominal
cramping.

Tujuan : Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama 1x 24 jam diharapkan


nutrisi terpenuhi atau adekuat
KH :
- Klien menunjukan BB yang stabil, hasil lab normal dan tidak ada tanda
malnutrisi
- Menyatakan pengertiannya terhadap perlunya intake yang adekuat
- Berpartisipasi dalam penatalaksanaan diet yang berhubungan dengan
penyakitnya

INTERVENSI RASIONAL
a. Monitor intake makanan setiap a. Memberikan informasi tentang
hari, apakah klien makan sesuai status gizi klien
dengan kebutuhannya b. Memberikan informasi tentang
b. Timbang dan ukur BB, ukuran penambahan dan penurunan BB
triceps serta amati penurunan BB klien
c. Kaji pucat, penyembuhan luka c. Menunjukan keadaan gizi klien
yang lambat dan pembersaran sangat buruk
kelenjar parotis d. Kalori merupakan sumber energy
d. Anjurkan klien untuk e. Mencegah mual muntah, destensi
mengkonsumsi makanan yang berlebihan, dyspepsia yang
tinggi kalori dengan intake cairan menyebabkan penurunan nafsu
yang adekuat. Anjurkan pula makan serta mengurangi stimulus
untuk makanan kecil untuk klien berbahaya yang dapat
e. Kontrol factor lingkungan seperti meningkatkan ansietas
bau busuk atau bising. Hindarkan f. Agar klien merasa sepeti berada

28
makanan yang terlalu manis, didalam rumah
berlemak dan pedas g. Untuk menimbulkan perasaan
f. Ciptakan suasana makan yang ingin makan/membangkitkan
menyenangkan misalnya makan selera makan
bersama teman atau keluarga h. Agar dapat diatasi secara bersama-
g. Anjurkan relaksasi,visualisasi, sama ( dengan ahli gizi, perawat
latihan moderate sebelum makan dank lien)
h. Anjurkan komunikasi terbuka i. Membantu menghilangkan gejala
tentang problem anoreksia yang penyakit, efek samping dan
dialami klien meningkatkan statusklien
i. Berikan pengobatan sesuai j. Mempermudah Intake makanan
indikasi phenotiazine, dan minuman dengan hasil yang
antidopaminergic, maksimal dan sesuai kebutuhan
corticosteroids, vitamins
khususnya A,D,E dan B6,
anatcida
j. Pasang pipa nasogastrik untuk
memberikan makan secara
enternal ,imbangi dengan infus

d. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan tidak adkuatnya pertahanan tubuh sekunder
dan sistem imun ( efek kemotherapi/radiasi), malnutrisi, prosedur invasive

Tujuan : Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama 3x24 jam diharapkan infeksi
tidak terjadi
KH :
- Klien mampu mengidentifikasi dan berpartisipasi dalam tindakan
pencegahan infeksi
- Tidak menunjukan tanda-tanda infeksi dan penyembuhan luka berlangsung
normal

INTERVENSI RASIONAL
a. Cuci tangan sebelum melakukan a. Mencegah terjadinya infeksi silang

29
tindakan. Pengunjung juga b. Menurunkan/mengurangi adanya
dianjurkan hal yang sama organism hidup
b. Jaga personal hygine klien c. Peningkatan suhu mrupakan tanda
dengan baik terjadi infeksi
c. Monitor temperature d. Mencegah/mengurangi terjadinya
d. Kaji semua sistem untuk melihat resiko infeksi
tanda-tanda infeksi e. Mencegah terjadinya infeksi
e. Hindarkan/batasi prosedur f. Segera dapat diketahui apabila
invasive dan jaga aseptic terjadi infeksi
prosdur g. Adanya indikasi yang jelas
f. Monitor CBC, WBC, granulosit, sehingga antibiotic yang diberikan
platelets dapat mengatasi organism
g. Berikan antibiotic bila penyebab infeksi
diindikasikan

e. Resiko tinggi kerusakan integritas kulit berhubungan dengan efek radiasi dan
kemotherapi, deficit imunologik, penurunan intake nutrisi dan anemia.

Tujuan : Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama 1x 24 jam diharapkan


nutrisi terpenuhi atau adekuat
KH :
- Klien dapat mengidentifikasi intervensi yang berhubungan dengan kondisi
spesifik
- Berpartisipasi dalam pencegahan komplikasi dan percepatan penyembuhan
- Integritas kulit baik

INTERVENSI RASIONAL
a. Kaji integritas kulit untuk a. Memberikan informasi untuk
melihat adanya efek samping perencanaan asuhan dan
therapy kanker, amati mengembangkan identifikasi awal
penyembuhan luka terhadap perubahan integritas kulit
b. Anjurkan klien untuk tidak b. Menghindari perlukaan yang dapat
menggaruk bagian yang gatal menimbulkan infeksi

30
c. Ubah posisi klien secara teratur c. Menghindari penekanan yang terus
d. Berikan advise pada klien menerus pada suatu daerah tertentu
untuk menghindari pemakaian d. Mencegah trauma berlanjut pada
cream kulit, minyak, bedak kulit dan produk yang
tanpa rekomendasi dokter kontraindikatif

BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Kanker payudara adalah keganasan pada sel-sel yang terdapat pada jaringan pada
payudara, berasal dari komponen kelenjarnya (epitel saluran maupun lobulusnya) maupun
komponen selain kelenjar seperti jaringan lemak, pembuluh darah, dan persyarafan jaringan
payudara (Rasjidi, 2010).
Peran perawat memberikan asuhan keperawatan pada klien kanker payudara yaitu
melalui upaya promotif, prepentif, kuratif dan rehabilitas. Upaya promotif meliputi
pemberian pendidikan kesehatan tentang penyakit kanker payudara,upaya preventif yaitu
mencegah infeksi pada luka post op dengan cara perawatan luka dengan teknik aseptik dan
antiseptik, upaya kuratif meliputi pemberian pengobatan dan penganjuran klien untuk
mematuhi terapi, serta upaya rehabilitatif meliputi perawatan luka di rumah dan
menganjurkan untuk meneruskan terapi yang telah diberikan. Peran perawat dalam aspek
psikologis yaitu memberikan informasi dan dukungan positif kepada klien tentang proses
pengobatan yang akan di jalani bahwa itu adalah alternative untuk pengobatan.

3.2 Saran
Kita harus selau waspada dan secara rutin memeriksa payudara agar apabila terdapat
kelainan, bisa langsung diobati sebelum mengalami tahap yang paling tinggi dan sebelum
kanker payudara itu bermetastasis lebih jauh.

31
DAFTAR PUSTAKA

Swan & England. 2013. Keperawatan Medikal Bedah 2. Yogyakarta : Nuha Medika
Brunner & Suddarth. 2002. Keperawatan Medikal Bedah vol 2.  Jakarta : EGC

Marilyan, Doenges E. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan (Pedoman untuk perencanaan


dan  pendokumentasian perawatyan px) Jakarta : EGC

Juall,Lynda,Carpenito Moyet. (2003).Buku Saku Diagnosis Keperawatan edisi


10.Jakarta:EGC

Price Sylvia, A (1994), Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. Jilid 2 . Edisi 4.
Jakarta. EGC

Smeltzer, Suzanne C. and Brenda G. Bare. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah :
Brunner Suddarth, Vol. 2. EGC : Jakarta.

Wiley dan Blacwell. (2009). Nursing Diagnoses: Definition & Classification 2009-2011,


NANDA. Singapura: Markono print Media Pte Ltd

32

Anda mungkin juga menyukai