DOSEN:
Ns.H.Junaidy S Rustam,MNS
OLEH:
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, taufiq,
dan hidayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini.
Makalah Manajemen Bencana pada Bencana Tsunami ini kami susun untuk memenuhi
tugas kelompok mata kuliah Keperawatan Bencana. Kami menyadari bahwa dalam penyusunan
makalah ini masih banyak kekurangan dan memerlukan banyak perbaikan. Untuk itu kami
mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun untuk penyempurnaan makalah ini.
Kami selaku penyusun berharap semoga makalah ini ada guna dan manfaatnya bagi para
pembaca. Amin.
HALAMAN JUDUL…………………………………………………………..
KATA PENGANTAR…………………………………………………………..
DAFTAR ISI…………………………………………………………………….
BAB I PENDAHULUAN
A. Pengertian Tsunami………………………………………………………
B. Penyebab Terjadinya Tsunami…………………………………………..
C. Historis Tsunami
D. Peran Perawat dalam Manajemen Bencana
BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan………………………………………………………………
B. Saran…………………………………………………………………….
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Bencana tsunami merupakan salah satu jenis bencana yang kerap melanda
Indonesia yang menyebabkan kerusakan yang luas dan jumlah korban yang besar. Dalam
kurun satu decade terakhir, Indonesia telah dilanda beberapa kali bencana tsunami
dengan kerusakan dan jumlah korban yang begitu banyak seperti peristiwa tsunami tahun
2004 di Aceh dan Nias, tsunami di Pangandaran tahun 2006, dan tsunami di Kepulauan
Mentawai di tahun 2010. Mengingat begitu banyak jumlah penduduk, perkotaan, dan
infrastruktur yang berada di kawasan yang rawan terhadap bencana tsunami, maka
penanggulangan bencana tsunami di Indonesia semestinya mendapatkan perhatian yang
memadai. Indonesia terletak pada pertemuan empat lempeng bumi yang aktif, yaitu
lempeng Indo- Australia, Lempeng Eurasia, Lempeng Pasifik, dan Lempeng Filipina.
Lempeng tersebut saling mendorong satu sama lain. Aktifitas lempeng tersebut adalah
penyebab tsunami paling sering di wilayah Indonesia.
Tulisan ini bertujuan menguraikan bencana tsunami Indonesia dari sisi sejarah
dan potensi bencana, serta menguraikan kesiapsiagaan dan mitigasi bencana tsunami
yang telah dan perlu dilaksanakan. Telaah terhadap kajian terdahulu yang bersandarkan
pada penelitian atau investigasi lapangan digunakan untuk menyusun makalah ini. Dua
kali Focus Group Discussion (FGD) dan dua kali workshop telah dilakukan untuk
mendapatkan hasil telaahan yang melibatkan para peneliti tsunami yang berasal dari
Perguruan Tinggi dan Kementerian/Lembaga terkait. Kegiatan ini merupakan bagian dari
proses penyusunan Naskah Akademik Penanggulangan Bencana Tsunami Indonesia yang
dilaksanakan pada tahun 2013.
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Setelah dilakukan seminar diharapkan mahasiswa mampu memahami disaster
management bencana tsunami.
2. Tujuan Khusus
a. Diharapkan mahasiswa memahami definisi tsunami.
b. Diharapkan mahasiswa memahami penyebab tsunami.
c. Diharapkan mahasiswa memahami proses terjadinya tsunami.
d. Diharapkan mahasiswa memahami disaster management pra, intra dan pasca
bencana tsunami.
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Definisi
Bencana adalah suatu peristiwa dimana kondisi normal dari suatu komunitas
mengalami gangguan baik dari faktor alam dan/atau faktor non alam maupun faktor
manusia sehingga mengalami kegawatan yang mengakibatkan terjadinya dampak yang
melebihi kemampuan komunitas untuk melakukan penanganan secara mandiri dengan
efektif baik dari segi fisik, kerugian harta benda dan psikologis (National Academy of
Science, 2007; WHO, 2011).
Tsunami merupakan gelombang air laut besar yang dipicu oleh pusaran air bawah
laut karena pergeseran lempeng, tanah longsor, erupsi gunungapi, dan jatuhnya meteor.
Tsunami dapat bergerak dengan kecepatan sangat tinggi dan dapat mencapai daratan
dengan ketinggian gelombang hingga 30 meter. Tsunami berasal dari bahasa jepang,
yaitu tsu : pelabuhan dan nami : gelombang.
Dampak negatif yang diakibatkan tsunami adalah merusak apa saja yang
dilaluinya. Bangunan, tumbuh-tumbuhan, dan mengakibatkan korban jiwa manusia serta
menyebabkan genangan, pencemaran air asin lahan pertanian, tanah, dan air bersih.
Sejarawan Yunani bernama Thucydides merupakan orang pertama yang
mengaitkan tsunami dengan gempa bawah laut. Namun hingga abad ke-20, pengetahuan
mengenai penyebab tsunami masih sangat minim. Penelitian masih terus dilakukan untuk
memahami penyebab tsunami. Geologi, geografi, dan oseanografi pada masa lalu
menyebut tsunami sebagai “gelombang laut seismik”.
Beberapa kondisi meteorologis, seperti badai tropis, dapat menyebabkan
gelombang badai yang disebut sebagai meteor tsunami yang ketinggiannya beberapa
meter di atas gelombang laut normal. Ketika badai ini mencapai daratan, bentuknya bisa
menyerupai tsunami, meski sebenarnya bukan tsunami. Gelombangnya bisa menggenangi
daratan. Gelombang badai ini pernah menggenangi Burma (Myanmar) pada Mei 2008.
Wilayah di sekeliling Samudra Pasifik memiliki Pacific Tsunami Warning Centre
(PTWC) yang mengeluarkan peringatan jika terdapat ancaman tsunami pada wilayah ini.
Wilayah di sekeliling Samudera Hindia sedang membangun Indian Ocean Tsunami
Warning System (IOTWS) yang akan berpusat di Indonesia. Bukti-bukti historis
menunjukkan bahwa megatsunami mungkin saja terjadi, yang menyebabkan beberapa
pulau dapat tenggelam.
B. Penyebab Tsunami
1. Skema terjadinya tsunami
Tsunami dapat terjadi jika terjadinya gangguan yang menyebabkan perpindahan
sejumlah besar air atau ombak raksasa, letusan gunung api, gempa bumi, longsor
maupun meteor yang jatuh ke bumi. Namun, 90% tsunami adalah akibat gempa bumi
bawah laut. Dalam rekaman sejarah beberapa tsunami diakibatkan oleh gunung
meletus, misalnya ketika meletusnya Gunung Krakatau.
Gerakan vertikal pada kerak bumi, dapat mengakibatkan dasar laut naik atau turun
secara tiba-tiba, yang mengakibatkan gangguan keseimbangan air yang berada di
atasnya. Hal ini mengakibatkan terjadinya aliran energi air laut, yang ketika sampai di
pantai menjadi gelombang besar yang mengakibatkan terjadinya tsunami.
Kecepatan gelombang tsunami tergantung pada kedalaman laut dimana
gelombang terjadi, yang kecepatannya bisa mencapai ratusan kilometer per jam. Bila
tsunami mencapai pantai, kecepatannya akan menjadi kurang lebih 50 km/jam dan
energinya sangat merusak daerah pantai yang dilaluinya. Di tengah laut tinggi
gelombang tsunami hanya beberapa cm hingga beberapa meter, namun saat mencapai
pantai tinggi gelombangnya bisa mencapai puluhan meter karena terjadi penumpukan
masa air. Saat mencapai pantai tsunami akan merayap masuk daratan jauh dari garis
pantai dengan jangkauan mencapai beberapa ratus meter bahkan bisa beberapa
kilometer. Gerakan vertikal ini dapat terjadi pada patahan bumi atau sesar. Gempa
bumi juga banyak terjadi di daerah subduksi, dimana lempeng samudera menelusup
ke bawah lempeng benua.
Tanah longsor yang terjadi di dasar laut serta runtuhan gunung api juga dapat
mengakibatkan gangguan air laut yang dapat menghasilkan tsunami. Gempa yang
menyebabkan gerakan tegak lurus lapisan bumi. Akibatnya, dasar laut naik-turun
secara tiba-tiba sehingga keseimbangan air laut yang berada di atasnya terganggu.
Demikian pula halnya dengan benda kosmis atau meteor yang jatuh dari atas. Jika
ukuran meteor atau longsor ini cukup besar, dapat terjadi megatsunami yang
tingginya mencapai ratusan meter.
2. Penyebab terjadinya tsunami
Ada beberapa penyebab yang mengakibatkan terjadinya tsunami. Faktor penyebab
terjadinya tsunami itu adalah:
a. Gempa bumi yang berpusat dibawah laut, Meskipun demikian tidak semua gempa
bumi dibawah laut berpotensi menimbulkan tsunami. Gempa bumi dibawah laut
yang dapat menyebabkan terjadinya tsunami adalah gempa bumi dengan kriteria
sebagai berikut
otot)
h. Membantu terapi kejiwaan korban khususnya anak-anak, dapat dilakukan dengan
memodifikasi lingkungan misal dengan terapi bermain.
i. Memfasilitasi konseling dan terapi kejiwaan lainnya oleh para psikolog dan psikiater
d) Kemitraan
Menjalin kemitraan dengan pihak-pihak dalam dan luar negeri yang dapat
memberikan bantuan jika terjadi bencana tsunami.
b. Mitigasi
Mitigasi didefinisikan sebagai upaya yang ditujukan untuk mengurangi
dampak dari bencana, Mitigasi adalah serangkaian upaya untuk mengurangi risiko
bencana, baik melalui pembangunan fisik maupun penyadaran dan peningkatan
kemampuan menghadapi ancaman bencana.
Ada empat hal penting dalam mitigasi bencana, yaitu:
1) Tersedia informasi dan peta kawasan rawan bencana untuk tiap jenis
bencana.
2) Sosialisasi untuk meningkatkan pemahaman dan kesadaran masyarakat
dalam
menghadapi bencana, karena bermukim di daerah rawan bencana.
3) Mengetahui apa yang perlu dilakukan dan dihindari, serta mengetahui
cara
penyelamatan diri jika bencana timbul, dan
Oleh kerena itu mitigasi mencakup semua langkah yang diambil untuk
mengurangi skala bencana di masa mendatang, baik efek maupun kondisi rentan
terhadap bahaya itu sendiri. Oleh karena itu kegiatan mitigasi lebih difokuskan
pada bahaya itu sendiri atau unsur-unsur terkena ancaman tersebut. Mitigasi
bencana yang efektif harus memiliki tiga unsur utama, yaitu penilaian bahaya,
peringatan dan persiapan.
1) Penilaian bahaya (hazard assestment); diperlukan untuk
mengidentifikasi populasi dan aset yang terancam, serta tingkat ancaman.
Penilaian ini memerlukan pengetahuan tentang karakteristik sumber
bencana, probabilitas kejadian bencana, serta data kejadian bencana di
masa lalu. Tahapan ini menghasilkan Peta Potensi Bencana yang sangat
penting untuk merancang kedua unsur mitigasi lainnya
2) Peringatan (warning); diperlukan untuk memberi peringatan
kepada masyarakat tentang bencana yang akan mengancam (seperti bahaya
tsunami yang diakibatkan oleh gempa bumi, aliran lahar akibat letusan
gunung berapi, dsb). Sistem peringatan didasarkan pada data bencana yang
terjadi sebagai peringatan dini serta menggunakan berbagai saluran
komunikasi untuk memberikan pesan kepada pihak yang berwenang
maupun masyarakat. Peringatan terhadap bencana yang akan mengancam
harus dapat dilakukan secara cepat, tepat dan dipercaya.
3) Persiapan (preparedness). Kegiatan kategori ini tergantung kepada
unsur mitigasi sebelumnya (penilaian bahaya dan peringatan), yang
membutuhkan pengetahuan tentang daerah yang kemungkinan terkena
bencana dan pengetahuan tentang sistem peringatan untuk mengetahui
kapan harus melakukan evakuasi dan kapan saatnya kembali ketika situasi
telah aman.
c. kesiapsiagaan
kesiapsiagaan yaitu Upaya yang dilakukan untuk mengantisipasi bencana,
melalui pengorganisasian langkah-langkah yang tepat guna dan berdaya guna.
Persiapan adalah salah satu tugas utama dalam disaster managemen, karena
pencegahan dan mitigasi tidak dapat menghilangkan vulnerability maupun bencana
secara tuntas
masyarakat juga perlu membuat rambu-rambu penunjuk arah menuju tempat evakuasi
sementara. Palang Merah Indonesia (PMI) juga bisa menyebarkan peta evakuasi karena
tidak semua bangunan dapat menahan terjangan gelombang tsunami.
2. Impact
a. Triase
Triase dilakukan untuk mengidentifikasi secara cepat korban yang membutuhkan
stabilisasi segera (perawatan di lapangan) dan mengidentifikasi korban yang hanya dapat
diselamatkan dengan pembedahan darurat (life-saving surgery). Dalam aktivitasnya, digunakan
kartu merah, hijau dan hitam sebagai kode identifikasi korban, seperti berikut.
4. Hitam, sebagai penanda korban yang telah meninggal dunia. Triase lapangan
dilakukan pada tiga kondisi:
Tanggap darurat bencana adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan dengan segera
pada saat kejadian bencana, untuk menangani dampak buruk yang ditimbulkan, yang meliputi
kegiatan penyelamatan dan evakuasi korban, harta benda, pemenuhan kebutuhan dasar,
perlindungan, dan lain-lain. Kegiatan yang dilakukan pada tanggap darurat yaitu:
3. Post Impact
Sejak akhir abad kesembilan belas, tim survei pasca tsunami telah mengumpulkan data
ketinggian air (misalnya genangan maksimum, runup, kedalaman aliran) serta jenis data lainnya,
termasuk efek geologis dan sosio-ekonomi. Pusat Informasi Lingkungan Nasional (NCEI)
NOAA dan Layanan Data Dunia (WDS) untuk Geofisika yang terletak di lokasi yang sama
menyediakan manajemen data dan akses ke data tsunami global. Database Tsunami Historis
Global NCEI mencakup informasi tentang lebih dari 2200 sumber tsunami dan lebih dari 26.000
titik runup. Database tsunami telah diadaptasi untuk menangkap kemajuan metode pengumpulan
dan distribusi data survei pasca tsunami. Tim Survei Tsunami Internasional (ITST) pertama,
yang melakukan survei dampak tsunami Nikaragua 02 September 1992, mendorong formalisasi
standar dan pedoman untuk survei pasca-tsunami. Data survei pasca tsunami yang dianalisis
memberikan kontribusi yang signifikan, secara kualitas dan kuantitas, bagi database runup.
Peristiwa 26 Desember 2004 Indonesia dan 11 Maret 2011 Jepang saja menyumbang lebih dari
25% dari total jumlah titik runup dalam database. Lebih lanjut, analisis tersebut menunjukkan
bahwa data survei pasca tsunami menangkap representasi tsunami yang lebih lengkap yang
didokumentasikan, bukan hanya pengukuran runup tertinggi. Kisaran ketinggian run-up survei
pasca tsunami untuk berbagai kejadian, dalam database tsunami NCEI / WDS, menyediakan
kumpulan data tsunami historis yang lebih andal untuk menguji model tsunami. Studi ini juga
memberikan pemahaman kepada pembaca tentang evolusi database tsunami, khususnya
mengenai kebutuhan yang sedang berlangsung untuk beradaptasi dengan kemajuan dan standar
ilmiah yang muncul.
Jika anda di pantai dan merasakan sebuah gempa yang berakhir setelah 20 detik atau lebih
panjang, anda sebaiknya:
PENUTUP
A. Simpulan
Dari uraian makalah di atas dapat disimpulkan beberapa hal sebagai berikut :
1. Tsunami adalah gelombang laut yang disebabkan oleh gempa bumi, tanah longsor
atau letusan gunung berapi yang terjadi di laut.
2. Terjadinya Tsunami diakibatkan oleh adanya gangguan yang menyebabkan
perpindahan sejumlah besar air meluap ke daratan, seperti letusan gunung api,
gempa bumi, longsor maupun meteor yang jatuh ke bumi. Namun, 90% tsunami
adalah akibat gempa bumi bawah laut.
3. Dampak Tsunami sebagian besar mengakibatkan kerusakan parah dan banyak
menelan korban jiwa dan harta benda sehingga perlu adanya upaya untuk
menghadapi tsunami baik dalam keadaan waspada,persiapan,saat terjadi tsunami
dan setelah terjadi tsunami.
B. Saran
Untuk mengantisipasi datangnya tsunami yang sampai saat ini belum bisa
diprediksikan dengan tepat kapan dan dimana akan terjadi maka dapat dilakukan
beberapa langkah sebagai berikut :
1. Selalu waspada dan memantau dengan aktif informasi tentang bahaya tsunami
dari pihak yang berwenang terhadap adanya potensi tsunami terutama penduduk
yang bermukim didekat pantai.
2. Menentukan tempat-tempat berlindung yang tinggi dan aman jika terjadi tsunami.
3. Menyediakan persediaan makanan dan air minum untuk keperluan darurat dan
pengungsian.
4. Menyiapkan tas ransel yang berisi (atau dapat diisi) barang-barang yang sangat
dibutuhkan di tempat pengungsian seperti perlengkapan P3K atau obat-obatan.
DAFTAR PUSTAKA
Efendi, F & Makfudli. (2009). Keperawatan kesehatan komunitas: Teori dan praktik dalam
keperawatan. Jakarta: Salemba Medika.
National Academy of Science. (2007). Successful response starts with a map: improving
geospatial support for disaster management. Washington: NAP.
Syamsidik dkk, 2013. Analisis pendahuluan penanggulangan bencana tsunami Indonesia, net /
wp- content/ uploads/2013/10/12-makalh-naskah-akademi-banjir-bandang-pdf. 29 Oktober
2013. Mataram.
https://www.google.com/url?
sa=t&source=web&rct=j&url=https://www.kemkes.go.id/download.php%3Ffile
%3Ddownload/penanganan
krisis/buku_pedoman_teknis_pkk_ab.pdf&ved=2ahUKEwju5vm7yYPtAhWPV30KHU6ICOUQ
FjAEegQIDBAB&usg=AOvVaw3G_fxzo8xlIc54TXPw7oAH