“Keperawatan Bencana”
Disusun Oleh :
FAKULTAS KEPERAWATAN
KATA PENGANTAR
Puji Syukur penulis ucapkan kehadirat Allah, SWT yang telah memberikan rahmat dan
hidayahNya hingga penulis dapat menyelesaikan makalah tugas Keperawatan Bencana
Mungkin pada penyusunan makalah ini banyak terdapat kekurangan, baik dalam isi
maupun penulisan, oleh sebab itu kritik dan saran yang sifatnya membangun sangat penulis
harapkan demi kesempurnaan penulisan kedepannya.
Semoga tugas ini dapat bermanfaat.
DAFTAR ISI
1.2.2 Tujuan khusus
a. Penulis dan pembaca dapat mengetahui tentang manajemen
penanggulangan bencana alam gunung Meletus
b. Melatih penulis dalam menggunakan ejaan dan Bahasa Indonesia yang baik
dan benar
c. Menambah kreatifitas penulis dalam menyusun makalah ini .
d. Menambah pengetahuan atau cakrawala bagi penulis dan pembaca
BAB II
TINJAUAN TEORI
2.1 Definisi
2.1.1 Definisi Bencana
Peristiwa yg terjadi secara mendadak/tidak terencana atau secara perlahan tetapi
berlanjut yang menimbulkan dampak terhadap pola kehidupan normal atau kerusakan
ekosistem, sehingga diperlukan tindakan darurat dan luar biasa untuk menolong dan
menyelamatkan korban yaitu manusia dan lingkungannya (KEMENKES RI no :
145/MENKES/SK/I/2007)
2.1.2 Definisi Gunung Meletus
Gunung merupakan bentuk muka bumi yang menonjol dari rupa bumi di sekitar.
Gunung biasanya lebih ting gi dan curam dibandingkan bukit. Gunung dan pegunungan
terbentuk karena pergerakan kerak bumi yang menjulang naik. Jika kedua kerak bumi
menjulang naik, pegunungan dihasilkan, sebaliknya jika salah satu kerak bumi terlipat
bawah kerak yang lain, gunung berapi terbentuk.
Gunung adalah sebuah bentuk tanah yang menonjol di atas wilayah sekitarnya.
Sebuah gunung biasanya lebih tinggi dan curam dari sebuah bukit, tetapi ada kesamaaan,
dan penggunaan sering tergantung dari adat lokal.
Gunung meletus adalah peristiwa alam dimana endapan magma yang berada di
dalam perut bumi didorong keluar oleh gas yang mempunyai tekanan tinggi. Gunung
meletus merupakan gejala alam vulkanik.
Gunung meletus merupakan peristiwa yang terjadi akibat endapan magma di
dalam perut bumi yang didorong keluar oleh gas yang bertekanan tinggi. Magma adalah
cairan pijar yang terdapat di dalam lapisan bumi dengan suhu yang sangat tinggi, yakni
diperkirakan lebih dari 1.000 °C. Cairan magma yang keluar dari dalam bumi
disebut lava. Suhu lava yang dikeluarkan bisa mencapai 700-1.200 °C. Letusan gunung
berapi yang membawa batu dan abu dapat menyembur sampai sejauh radius 18 km atau
lebih, sedangkan lavanya bisa membanjiri sampai sejauh radius 90 km. Tidak
semua gunung berapi sering meletus. Gunung berapi yang sering meletus disebut gunung
berapi aktif.
Gunung meletus adalah gunung yang memuntahkan materi-materi dari dalam
bumi seperti debu, awan panas, asap, kerikil, batu-batuan, lahar panas, lahar dingin,
magma, dan lain sebagainya. Gunung meletus biasanya bisa diprediksi waktunya
sehinggi korban jiwa dan harta benda bisa diminimalisir.
2. Gunung berapi strato, Bentuknya seperti kerucut, terjadi karena letusan dan lelehan
(etusi) secara bergantian. Jenis ini banyak terdapat di Indonesia. Contoh: Gunung
Merapi di Indonesia.
3. Gunung berapi maar : Gunung berapi yang meletus sekali dan segala aktivitas
vulkanisme terhenti,yang tinggal hanya kawahnya saja. Bentuknya seperti danau kecil
(danau kawah). Terjadi karena letusan (eksplosif). Contoh: Gunung Lamongan (Jawa
Timur), Pegunungan Eifel (Perancis), dan dataran tinggi di Perancis Tengah.
Kecelakaan lalu lintas akibat jalan berdebu licin, jatuh karena panik, serta
makanan yang terkontaminasi, dan lain-lain.
Banyak dari penduduk, terutama sekitar Gunung Merapi yang
kehilanganpekerjaan rutin kesehariannya.
Timbulnya penyakit pada korban seperti ISPA
64 desa di Sleman dan puluhan desa di Magelang serta Klaten porak
poranda. Bahkan, desa tersebut dinyatakan tertutup karena berada di zona
yang tidak aman. Sebagian desa sudah tertutup debu vulkanik dengan
ketebalan hingga satu meter.
Hujan debu dari Merapi juga meluas dan membatasi jarak pandang. Lalu
lintas, baik darat maupun udara, mulai terganggu. Bahkan, penerbangan
dari dan ke Yogyakarta ditutup sementara waktu.
Dan terjadi pula kebakaran hutan karena terkena laharnya.
Banyak dalam sektor pertanian terganggu akibat bencana ini yang
menyebabkan pendapatan bisnis para petani menurun drastis.
Di sektor perikanan terjadi kerugian sekitar 1.272 ton.
Di sektor pariwisata, kunjungan wisatawan berkurang sehingga
menyebabkan tingkat hunian hotel yang tadinya 70 persen turun menjadi
30 persen.
Dampak Positive Akibat Gunung Merapi itu, gunung meletus juga menyebabkan
dampak positif. Meskipun untuk letusan Merapi ini dampak tersebut belum terlihat secara
signifikan tapi ada hal yang dapat dijadikan dampak positive dalam bencana ini yaitu :
a) Pengertia
Pada dasarnya kegiatan simulasi adalah kegiatan yang diciptakan seolah sebagai suatu
kegiatan yang nyata dengan maksud untuk menguji sesuatu. Simulasi tanggap bencana
merupakan merupakan alat atau instrumen untuk menguji tingkat pengetahuan, pemahaman,
respon dan tindakan warga ketika akan, saat dan pasca terjadi bencana.
b) Maksud dan Tujuan
Maksud diadakannya kegiatan simulasi ini adalah sebagai berikut:
- Memberikan pengetahuan dan pemahaman mengenai kesiapsiagaan kebencanaan baik di
tingkat masyarakat maupun pemerintahan desa/kelurahan.
- Mendorong peningkatan kapasitas warga dan pemerintah desa/kelurahan dalam
melakukan tindakan antisipatif menghadapi bencana
- Memberikan keterampilan masyarakat dan pemerintahan desa/kelurahan dalam
menghadapi bencana
- Menguji fungsi komponen insfrastruktur lingkungan permukiman yang telah terbangun
melalui Kegiatan PRB-BK
Tujuan
- Masyarakat dan aparat pemerintahan desa/kelurahan mempunyai pengetahuan dan
pemahaman mengenai kesiapsiagaan kebencanaan
- Masyarakat dan pemerintahan desa/kelurahan mempunyai kapasitas yang lebih memadai
dalam menghadapi bencana
- Masyarakat dan pemerintahan desa/kelurahan mempunyai ketrampilan dalam
menghadapi bencana
- Komponen infrastruktur berfungsi sebagai bagian dari upaya pengurangan risiko bencana
c) Sasaran
- Warga desa pada umumnya (dimulai dari tingkat individu dan keluarga)
- Unsur pemerintahan desa (pemerintah desa/kelurahan dan BPD/LKMDesa/Kelurahan)
- Warga dusun, RT/RW
- Kelompok perempuan dan
- Pemangku kepentingan PRB lainnya (Tagana dll)
- BPBD kabupaten/kota
d) Langkah-Langkah Pelaksanaan
Persiapan
Pelaku utama dan penanggungjawab pelaksanaan kegitan persiapan ini adalah Tim Inti
Perencana Partisipatif (TIPP). Dalam melaksanakan kegitaan-kegiatan ini TIPP wajib
bekerjasama dengan BKM dan pemerintahan desa/kelurahan serta BPBD kabupaten/kota
serta pemangku kepentingan PRB lainnya (PMI, Tagana dll). Kegiatan persiapan simulasi
bencana mencakup beberapa kegiatan, yaitu:
Langkah 1
Pemilihan dan Penetapan Lokasi Simulasi
Kegiatan adalah kegiatan pemilihan dan penetapan lokasi pelaksanaan simulasi. Dalam
pemilihan lokasi ini hendaknya memperhatikan beberapa hal, antara lain:
- Titik potensi bencana (sumber bencana)
- Konsentrasi/sebaran tempat tinggal penduduk (hunian)
- Prasarana dan sarana yang ada (khususnya yang terbangun melalui PRB-BK)
- Keluaran Lokasi pelaksanaan simulasi
Langkah 2
Identifikasi dan Pemetaan Prasarana dan Sarana
Merupakan kegiatan pemetaan prasarana dan sarana mitigasi bencana yang telah
terbangun dan/atau yang mempunyai potensi untuk difungsikan sebagaimana prasarana
dan sarana mitigasi bencana.
Keluaran
- Daftar identifikasi prasarana dan sarana yang layak untuk mendukung kegiatan
simulasi
- Peta prasarana dan sarana yang layak mendukung kegiatan simulasi
Langkah 3
Pengumpulan Data Kependudukan dan Pemangku Kepentingan PRB
Data kependudukan yang diperlukan mencakup:
- Data jumlah penduduk (termasuk usia dan kondisi fisik/kejiwaannya) dan sebarannya
- Ragam aktivitas penduduk dan lokasi aktivitasnya
- Data pemangku kepentingan PRB lain (Tagana, BPBD dll)
Keluaran
- Profil penduduk dan pemangku kepentingan PRBbencana beserta aktivitasnya
Langkah 4
Menyusun Clustering Area
Yang dimaksud dengan clustering area adalah pengelompokan prasarana dan sarana
yang ada berdasar kapasitas dan radius pelayanannya dalam memfasilitasi partisipan
simulasi. Dokumen rujukan wajib penyusunan clustering area adalah dokumen
RTPRB.
Keluaran
- Peta clustering area
Langkah 5
Menyusun Skenario Simulasi
Pada dasarnya skenario peristiwa bencana tergantung pula dengan karakter bencana yang
diasumsikan (gempa bumi, gempa bumi dan tsunami, banjir, longsor dan sebagainya).
Skenario simulasi paling tidak mencakup:
- Jenis bencana
- Urutan peristiwa bencana (sebelum, selama dan sesudah peristiwa)
- Respon dan tindakan yang diperlukan sesuai dengan urutan peristiwa bencana
- Partisipan pada setiap urutan peristiwa bencana
Keluaran
- Skenario simulasi bencana dalam bentuk tabel rinci.
- Kesepakatan dan ketetapan skenario simulasi yang tertuang dalam berita acara
Contoh tabel skenario simulasi bencana
PERISTIW
RESPON /
A
NO WAKTU TINDAKA PARTISIPAN CATATAN
(AKTVITA
N
S)
Langkah 6
Menyusun Proposal Teknis Simulasi
Sebelum pelaksanaan kegiatan simulasi bencana ini maka BKM dan/atau UPS atau TIPP
wajib menyusun proposal teknis simulasi. Rencana teknis yang merupakan proposal
teknis yang lengkap dengan skenario peristiwa bencana, penanggungjawab kegiatan serta
anggaran biaya pelaksanaan kegiatan.
Proposal teknis selanjutnya menjadi bagian dari RTPRB yang akan diverifikasi dan
disetujui oleh Korkot/Asisten Korkot.
Keluaran
- Proposal teknis simulasi bencana
Pelaksanaan
Langkah 1
Pembentukan Panitia Pelaksana
Pembentukan Panitia Pelaksana seperti halnya pada pembentukan panitia pelaksanaan/KSM,
yaitu dilaksanakan paling tidak setelah RTPRB tersusun. Dalam pembentukan panitia TIPP
bekerja sama dengan BKM serta wajib melibatkan BPBD kabupaten/kota atau pemangku
kepentingan PRB lainnya.
Susunan pengurus panitia pelaksanaan paling tidak terdiri dari ketua, sekretaris, bendahara,
dan sektor/seksi-seksi sesuai dengan kebutuhan simulasi bencana yang dirancang. Sebaiknya
disiapkan pula tim pemantau yang nantinya bertugas mengamati dan mencatat proses
pelaksanaan simulasi.
Keluaran
- Panitia Pelaksana
Langkah 2
Pelatihan Panitia Pelaksana
Fasilitator bersama TIPP dan BKM wajib melaksanakan pelatihan simulasi bencana bagi
panitia pelaksana.
Keluaran
- Panitia memahami tugas dan wewenangnya
- Panitia mengetahui dan memahami rencana simulasi bencana
- Panitia mempunyai RKTL
Dalam pelatihan panitia pelaksana, TIPP bekerja sama dengan BKM serta wajib melibatkan
BPBD kabupaten/kota atau pemangku kepentingan PRB lainnya
Langkah 3
Sosialisasi Tingkat Desa
Tujuan dari kegiatan sosialisasi tingkat desa ini adalah memberikan pengetahuan dan
pemahaman mengenai rencana dan skenario simulasi bencana di tingkat desa/kelurahan.
Keluaran
- Peserta sosialisasi menyadari dan memahami rencana simulasi bencana
- Peserta sosialisasi menyepakati dan bersedia untuk mendukung dan terlibat dalam
kegiatan simulasi bencana yang dituangkan dalam berita penyepakatan dan kesediaan
Dalam pelaksanaan sosialisasi tingkat desa ini, panitia pelaksana bekerja sama dengan TIPP,
BKM serta wajib melibatkan BPBD kabupaten/kota atau pemangku kepentingan PRB
lainnya. Penanggungjawab dan pelaksana kegiatan pelaksana kegiatan adalah panitia
pelaksana.
Langkah 4
Sosialisasi Tingkat Basis
Tujuan dari kegiatan sosialisasi tingkat basis/dusun ini adalah memberikan pengetahuan dan
pemahaman mengenai rencana dan skenario simulasi bencana di tingkat basis yaitu dusun.
Keluaran
- Peserta sosialisasi menyadari dan memahami rencana simulasi bencana
- Peserta sosialisasi menyepakati dan bersedia untuk mendukung dan terlibat dalam
kegiatan simulasi bencana yang dituangkan dalam berita penyepakatan dan kesediaan
Dalam pelaksanaan sosialisasi tingkat basis/dusun ini, panitia pelaksana bekerja sama dengan
TIPP, BKM serta wajib melibatkan BPBD kabupaten/kota atau pemangku kepentingan PRB
lainnya. Penanggungjawab dan pelaksana kegiatan pelaksana kegiatan adalah panitia
pelaksana.
Langkah 5
Pembekalan dan Technical Meeting
Pembekalan dan technical meeting dilaksanakan di semua tingkat partisipan, baik di tingkat
desa, dusun maupun RT/RW serta keluarga. Dalam pelaksanaan pembekalan ini, panitia
pelaksana bekerja sama dengan TIPP, BKM serta wajib melibatkan BPBD kabupaten/kota
atau pemangku kepentingan PRB lainnya
Keluaran
- Semua partisipan memahami skenario simulasi tanggap bencana
- Semua partisipan memahami peran dan tanggungjawab masing-masing
- Semua partisipan siap melaksanakan simulasi bencana
- Semua perlengkapan dan sarana prasarana pendukung simulasi bencana
Langkah 6
Pelaksanaan Simulasi Bencana
Pada dasarnya pelaksanaan simulasi ini tergantung dari skenario yang telah dibuat. Oleh
karena itu keberhasilan pelaksanaan simulasi ini tergantung pula seberapa cermat dan rinci
skenario yang disusun serta seberapa jauh komitmen partisipan serta pemahaman partisipan
terhadap skenario yang disusun.
Tim pemantau melakukan pengamatan dan pencatatan terkait dengan keseluruhan
pelaksanaan kegiatan simulasi.
Keluaran
- Praktek simulasi bencana
- Catatan proses
Dalam pelaksanaan simulasi ini, panitia pelaksana bekerja sama dengan TIPP, BKM serta
wajib melibatkan BPBD kabupaten/kota atau pemangku kepentingan PRB lainnya.
Penanggungjawab dan pelaksana kegiatan pelaksana kegiatan adalah panitia pelaksana.
Langkah 7
Pelaporan
Setelah kegiatan simulasi bencana maka segera panitia pelaksana menyusun laporan
kegiatan. Laporan kegiatan disampaikan kepada BKM dan TIPP sebagai bahan laporan.
Keluaran
- Laporan pertanggungjawaban kegiatan
Penanggungjawab dan pelaksana kegiatan pelaksana kegiatan adalah panitia pelaksana.
Selanjutnya laporan pertanggungjawaban ini menjadi bagian yang tidak terpisahkan dengan
laporan pertanggungjawaban BKM.
Evaluasi
Kegiatan evaluasi ini dilaksanakan untuk memperoleh informasi sebagai bahan pembelajaran
warga (lesson learned) terkait dengan kesiapsiagaan tetapi juga terkait dengan pelaksanaan
rehabilitasi dan rekonstruksi lingkungan permukiman di masa mendatang. Evaluasi
dilaksanakan dengan cara membandingkan antara rencana yang telah dibuat dengan praktek
yang telah dilakukan.
Dalam pelaksanaan evaluasi ini, panitia pelaksana bekerja sama dengan TIPP, BKM serta
wajib melibatkan BPBD kabupaten/kota atau pemangku kepentingan PRB lainnya.
Adapun langkah-langkah pelaksanaan evaluasi adalah sebagai berikut:
Langkah 1
Persiapan
Kegiatan persiapan ini mencakup pengumpulan dokumen rencana simulasi, khususnya
skenario simulasi bencana dan semua hasil dokumentasi pelaksanaan kegiatan simulasi
termasuk catatan proses pelaksanaan simulasi.
Keluaran
- Dokumen rencana simulasi
- Hasil dokumentasi pelaksanaan kegiatan simulasi
- Catatan proses pelaksanaan simulasi
Langkah 2
Pelaksanaan Evaluasi
Kegiatan evaluasi ini merupakan kegiatan membandingkan antara rencana simulasi,
khususnya skenario simulasi bencana dengan semua hasil dokumentasi pelaksanaan kegiatan
simulasi serta catatan proses pelaksanaan simulasi. Jika dalam pelaksanaan simulasi terdapat
dokumentasi visual berupa rekaman video maka sebaiknya hasil rekaman ini diputar sebagai
bagian dari bahan evaluasi.
Keluaran
- Daftar mengenai ketidaksesuaian antara yang direncanakan dan praktek dan/atau
kekurangan yang muncul
- Daftar mengenai hal-hal yang perlu diperbaiki dan/atau ditingkatkan dalam kegiatan
simulasi
- Daftar kelayakan prasarana dan sarana pendukung praktek simulasi, khususnya yang
telah dibangun melalui Kegiatan PRB-BK
Langkah 3
Penyusunan dan Penyepakatan Rekomendasi
Setelah dilaksanakan evaluasi maka pada saat itu juga disusun rekomendasi-rekomendasi
bagi perbaikan kegiatan simulasi ke depan maupun kemungkinkan-kemungkinan perbaikan
dan/atau peningkatan prasarana dan sarana yang telah dibangun melalui Kegiatan PRB-BK.
Hasil rekomendasi ini hendaknya dituangkan dalam bentuk berita acara yang dilampiri hasil
evaluasi dan disepakati dalam rembug penyepakatan di tingkat desa/kelurahan.
Keluaran
- Berita acara kesepakatan rekomendasi simulasi bencana
Sedangkan penanggungjawab dan pelaksana kegiatan adalah panitia pelaksana.
Contoh Kasus
JENIS PENYEBAB Akibat Skala Praktek Utama SARANA /
BENCANA/ Simulasi PERLENGKAPAN
PENGERTIAN
Gunung Meningkatnya 1. Rusak Dusun / 1. Sebelum 1. Peta jalur
Meletus endapan dan desa / Terjadi Gunung evakuasi
Suatu peristiwa magma pada hancurnya lingkungan Meletus 2. Tas ransel
alam yang perut bumi rumah / permukiman - Kenali status 3. Lampu senter
disebabkan oleh bangunan kawasan gunung berapi dan baterai
meningkatnya 2. Rusak rentan (normal, 4. Makanan
aktivitas dan terhadap waspada, siaga kering/instan
endapan magma hancurnya bencana dan awas). 5. Air minum
di dalam perut prasarana gunung - Perhatikan dan kemasan
bumi lingkungan meletus dengarkan 6. Masker,
permukiman informasi dari kacamata dan
3. Korban sumber-sumber topi
jiwa dan yang terpercaya 7. Kotak P3K
harta mengenai status 8. Radio portable
gunung berapi 9. Nomor-nomor
dan bertindak telepon penting
cepat sesuai 10. Perlengkapan
dengan bayi
himbauan 11. Alat transportasi
- Identifikasi 12. Kantung tidur
kelompok dan selimut
rentan dan 13. Pakaian
tempat terbuka cadangan
terdekat yang 14. Tempat
tinggi/aman pengungsian
- Tentukan tugas lengkap dengan
masing-masing sarana dan
anggota prasarana
keluarga jika 15. Dll
gunung meletus
terjadi
- Kenali/tandai
tempat yang
bisa dijadikan
tempat evakuasi
yang aman
(pekarangan,
lapangan dan
sebagainya)
- Kenali dan
amati tanda-
tanda gunung
meletus
(binatang turun
dari gunung,
hujan abu, awan
panas, semburan
material dll)
- Sepakati sistem
peringatan dini
(bunyi sirine,
bunyi
kentongan,
dengar arahan
petugas,
perhatikan jalur
evakuasi)
- Jauhi daerah
rawan (kaki
gunung, lembah
aliran sungai
dan daerah
aliran lahar)
2. Saat Terjadi
Gunung Meletus
- Jangan panik
- Perhatikan dan
dengarkan
informasi dari
sumber-sumber
yang terpercaya
dan bertindak
cepat sesuai
dengan
himbauan
- Lindungi diri
dari abu dengan
masker standar
dan kacamata
- Tutup sumber
dan tempat
penampungan
air agar tidak
tercemar
- Mengungsi ke
tempat yang
sudah
ditetapkan pihak
yang berwenang
3. Setelah
Terjadi Gunung
Meletus
- Lakukan
pertolongan
pertama untuk
diri sendiri
Bertindak cepat
mengikuti
himbauan
pemangku
kepentingan yang
berwenang
BAB III
PENUTUP
a. Kesimpulan
Indonesia merupakan negara yang jumlah dunung apinya sangat banyak. Tidak
kurang dari 130 gunung api aktif atau 13-17% dari jumlah seluruh gunung api yang ada
di dunia, terdapat di Indonesia.
Peran perawat pada pasca bencana menurut Feri dan Makhfudli (2009) adalah
perawat berkerja sama dengan tenaga kesehatan lain dalam memberikan bantuan
kesehatan kepada korban seperti pemeriksaan fisik, wound care secara menyeluruh dan
merata pada daerah terjadi bencana. Saat terjadi stres psikologis yang terjadi dapat terus
berkembang hingga terjadipost-traumatic stress disorder (PTSD) yang merupakan
sindrom dengan tiga kriteria utama yaitu trauma pasti dapat dikenali, individu mengalami
gejala ulang traumanya melalui flashback, mimpi, ataupun peristiwa-peristiwa yang
memacunya dan individu akan menunjukkan gangguan fisik, perawat dapat berperan
sebagai konseling. Tidak hanya itu perawat bersama masyarakat dan profesi lain yang
terkait bekerja sama dengan unsur lintas sektor menangani masalah kesehatan masyarakat
pasca-gawat darurat serta mempercepat fase pemulihan menuju keadaan sehat dan aman.
b. Saran
Sebaiknya di setiap gunung api yang masih aktif ada pos pengawasan yang
dilengkapi dengan alat-alat pemantauan yang akurat. Informasikan atau komukasikan
segala tanda bahaya yang diperoleh sedini mungkin kepada masyarakat atau melalui
kepala desa masing-masing. Buat sirene tanda bahaya untuk mengingatkan penduduk
untuk segera mengungsi bila keadaaan tambah gawat. Pembuatan sungai yang khusus
untuk aliran lahar dan membuat tanggul yang kokoh untuk melindungi desa dari aliran
lahar.
DAFTAR PUSTAKA
Menjaga Kelestarian Fungsi Gunung Sebagai Menara Air (Water Tower) | Perum Jasa Tirta I
Bencana gunung meletus | Feri dan Makhfudli, jateng : 2009
Caraka Tani – Jurnal Ilmu Ilmu Pertanian Vol. XXIX No. 1 Maret 2014
Posted: Oktober 3, 2013 in Uncategorized Tags: gunung api, pengertian gunung api