Dosen Pembimbing :
Di Susun Oleh :
KELOMPOK 8
Puji Syukur penulis ucapkan kehadirat Allah, SWT yang telah memberikan rahmat dan
hidayahNya hingga penulis dapat menyelesaikan makalah tugas Keperawatan Bencana
Mungkin pada penyusunan makalah ini banyak terdapat kekurangan, baik dalam isi
maupun penulisan, oleh sebab itu kritik dan saran yang sifatnya membangun sangat penulis
harapkan demi kesempurnaan penulisan kedepannya.
Semoga tugas ini dapat bermanfaat.
DAFTAR ISI
2. Gunung berapi strato, Bentuknya seperti kerucut, terjadi karena letusan dan lelehan
(etusi) secara bergantian. Jenis ini banyak terdapat di Indonesia. Contoh: Gunung
Merapi di Indonesia.
3. Gunung berapi maar : Gunung berapi yang meletus sekali dan segala aktivitas
vulkanisme terhenti,yang tinggal hanya kawahnya saja. Bentuknya seperti danau kecil
(danau kawah). Terjadi karena letusan (eksplosif). Contoh: Gunung Lamongan (Jawa
Timur), Pegunungan Eifel (Perancis), dan dataran tinggi di Perancis Tengah.
Menurut aktivitasnya, gunung api dibagi menjadi tiga kelompok:
Gunung aktif, gunung ini masih bekerja, kawahnya selalu mengeluarkan asap,
gempa, dan letusan. Contoh: Gunung Stromboli
Gunung mati. Gunung yang sudah tidak meletus lagi. Contoh: Gunung Patuha dan
Gunung Sumbing
Gunung istirahat. Gunung api yang sewaktu-waktu meletus kemudian istirahat
kembali. Contoh: Gunung Ciremai dan Gunung Kelud.
Kecelakaan lalu lintas akibat jalan berdebu licin, jatuh karena panik, serta
makanan yang terkontaminasi, dan lain-lain.
Banyak dari penduduk, terutama sekitar Gunung Merapi yang
kehilanganpekerjaan rutin kesehariannya.
Timbulnya penyakit pada korban seperti ISPA
64 desa di Sleman dan puluhan desa di Magelang serta Klaten porak
poranda. Bahkan, desa tersebut dinyatakan tertutup karena berada di zona
yang tidak aman. Sebagian desa sudah tertutup debu vulkanik dengan
ketebalan hingga satu meter.
Hujan debu dari Merapi juga meluas dan membatasi jarak pandang. Lalu
lintas, baik darat maupun udara, mulai terganggu. Bahkan, penerbangan
dari dan ke Yogyakarta ditutup sementara waktu.
Dan terjadi pula kebakaran hutan karena terkena laharnya.
Banyak dalam sektor pertanian terganggu akibat bencana ini yang
menyebabkan pendapatan bisnis para petani menurun drastis.
Di sektor perikanan terjadi kerugian sekitar 1.272 ton.
Di sektor pariwisata, kunjungan wisatawan berkurang sehingga
menyebabkan tingkat hunian hotel yang tadinya 70 persen turun menjadi 30
persen.
Sehingga dapat dikatakan Meletusnya Merapi ini mengakibatkan dampak yang
sangat besar bagi Indonesia.
Dampak Positive Akibat Gunung Merapi itu, gunung meletus juga menyebabkan dampak
positif. Meskipun untuk letusan Merapi ini dampak tersebut belum terlihat secara
signifikan tapi ada hal yang dapat dijadikan dampak positive dalam bencana ini yaitu :
Penambang pasir mendapat pekerjaan baru yaitu bekerja untuk mendapat pasir di
pinggiran aliran lahar dingin.
Hasil muntahan vulkanik bagi lahan pertanian dapat menyuburkan tanah, namun
dampak ini hanya dirasakan oleh penduduk sekitar gunung.
Bahan material vulkanik berupa pasir dan batu dapat digunakan
sebagaibahan material yang berfungsi untuk bahan bangunan, dan lain-lain.
2.10 Alur Menejemen Bencana
a) Pengertia
Pada dasarnya kegiatan simulasi adalah kegiatan yang diciptakan seolah sebagai suatu kegiatan
yang nyata dengan maksud untuk menguji sesuatu. Simulasi tanggap bencana merupakan
merupakan alat atau instrumen untuk menguji tingkat pengetahuan, pemahaman, respon dan
tindakan warga ketika akan, saat dan pasca terjadi bencana.
b) Maksud dan Tujuan
Maksud diadakannya kegiatan simulasi ini adalah sebagai berikut:
- Memberikan pengetahuan dan pemahaman mengenai kesiapsiagaan kebencanaan baik di
tingkat masyarakat maupun pemerintahan desa/kelurahan.
- Mendorong peningkatan kapasitas warga dan pemerintah desa/kelurahan dalam melakukan
tindakan antisipatif menghadapi bencana
- Memberikan keterampilan masyarakat dan pemerintahan desa/kelurahan dalam
menghadapi bencana
- Menguji fungsi komponen insfrastruktur lingkungan permukiman yang telah terbangun
melalui Kegiatan PRB-BK
Tujuan
- Masyarakat dan aparat pemerintahan desa/kelurahan mempunyai pengetahuan dan
pemahaman mengenai kesiapsiagaan kebencanaan
- Masyarakat dan pemerintahan desa/kelurahan mempunyai kapasitas yang lebih memadai
dalam menghadapi bencana
- Masyarakat dan pemerintahan desa/kelurahan mempunyai ketrampilan dalam menghadapi
bencana
- Komponen infrastruktur berfungsi sebagai bagian dari upaya pengurangan risiko bencana
c) Sasaran
- Warga desa pada umumnya (dimulai dari tingkat individu dan keluarga)
- Unsur pemerintahan desa (pemerintah desa/kelurahan dan BPD/LKMDesa/Kelurahan)
- Warga dusun, RT/RW
- Kelompok perempuan dan
- Pemangku kepentingan PRB lainnya (Tagana dll)
- BPBD kabupaten/kota
d) Langkah-Langkah Pelaksanaan
Persiapan
Pelaku utama dan penanggungjawab pelaksanaan kegitan persiapan ini adalah Tim Inti
Perencana Partisipatif (TIPP). Dalam melaksanakan kegitaan-kegiatan ini TIPP wajib
bekerjasama dengan BKM dan pemerintahan desa/kelurahan serta BPBD kabupaten/kota
serta pemangku kepentingan PRB lainnya (PMI, Tagana dll). Kegiatan persiapan simulasi
bencana mencakup beberapa kegiatan, yaitu:
Langkah 1
Pemilihan dan Penetapan Lokasi Simulasi
Kegiatan adalah kegiatan pemilihan dan penetapan lokasi pelaksanaan simulasi. Dalam
pemilihan lokasi ini hendaknya memperhatikan beberapa hal, antara lain:
- Titik potensi bencana (sumber bencana)
- Konsentrasi/sebaran tempat tinggal penduduk (hunian)
- Prasarana dan sarana yang ada (khususnya yang terbangun melalui PRB-BK)
- Keluaran Lokasi pelaksanaan simulasi
Langkah 2
Identifikasi dan Pemetaan Prasarana dan Sarana
Merupakan kegiatan pemetaan prasarana dan sarana mitigasi bencana yang telah terbangun
dan/atau yang mempunyai potensi untuk difungsikan sebagaimana prasarana dan sarana
mitigasi bencana.
Keluaran
- Daftar identifikasi prasarana dan sarana yang layak untuk mendukung kegiatan
simulasi
- Peta prasarana dan sarana yang layak mendukung kegiatan simulasi
Langkah 3
Pengumpulan Data Kependudukan dan Pemangku Kepentingan PRB
Data kependudukan yang diperlukan mencakup:
- Data jumlah penduduk (termasuk usia dan kondisi fisik/kejiwaannya) dan sebarannya
- Ragam aktivitas penduduk dan lokasi aktivitasnya
- Data pemangku kepentingan PRB lain (Tagana, BPBD dll)
Keluaran
- Profil penduduk dan pemangku kepentingan PRBbencana beserta aktivitasnya
Langkah 4
Menyusun Clustering Area
Yang dimaksud dengan clustering area adalah pengelompokan prasarana dan sarana yang
ada berdasar kapasitas dan radius pelayanannya dalam memfasilitasi partisipan simulasi.
Dokumen rujukan wajib penyusunan clustering area adalah dokumen RTPRB.
Keluaran
- Peta clustering area
Langkah 5
Menyusun Skenario Simulasi
Pada dasarnya skenario peristiwa bencana tergantung pula dengan karakter bencana yang
diasumsikan (gempa bumi, gempa bumi dan tsunami, banjir, longsor dan sebagainya).
Skenario simulasi paling tidak mencakup:
- Jenis bencana
- Urutan peristiwa bencana (sebelum, selama dan sesudah peristiwa)
- Respon dan tindakan yang diperlukan sesuai dengan urutan peristiwa bencana
- Partisipan pada setiap urutan peristiwa bencana
Keluaran
- Skenario simulasi bencana dalam bentuk tabel rinci.
- Kesepakatan dan ketetapan skenario simulasi yang tertuang dalam berita acara
Langkah 6
Menyusun Proposal Teknis Simulasi
Sebelum pelaksanaan kegiatan simulasi bencana ini maka BKM dan/atau UPS atau TIPP
wajib menyusun proposal teknis simulasi. Rencana teknis yang merupakan proposal teknis
yang lengkap dengan skenario peristiwa bencana, penanggungjawab kegiatan serta
anggaran biaya pelaksanaan kegiatan.
Proposal teknis selanjutnya menjadi bagian dari RTPRB yang akan diverifikasi dan
disetujui oleh Korkot/Asisten Korkot.
Keluaran
- Proposal teknis simulasi bencana
Pelaksanaan
Langkah 1
Pembentukan Panitia Pelaksana
Pembentukan Panitia Pelaksana seperti halnya pada pembentukan panitia pelaksanaan/KSM,
yaitu dilaksanakan paling tidak setelah RTPRB tersusun. Dalam pembentukan panitia TIPP
bekerja sama dengan BKM serta wajib melibatkan BPBD kabupaten/kota atau pemangku
kepentingan PRB lainnya.
Susunan pengurus panitia pelaksanaan paling tidak terdiri dari ketua, sekretaris, bendahara,
dan sektor/seksi-seksi sesuai dengan kebutuhan simulasi bencana yang dirancang. Sebaiknya
disiapkan pula tim pemantau yang nantinya bertugas mengamati dan mencatat proses
pelaksanaan simulasi.
Keluaran
- Panitia Pelaksana
Langkah 2
Pelatihan Panitia Pelaksana
Fasilitator bersama TIPP dan BKM wajib melaksanakan pelatihan simulasi bencana bagi
panitia pelaksana.
Keluaran
- Panitia memahami tugas dan wewenangnya
- Panitia mengetahui dan memahami rencana simulasi bencana
- Panitia mempunyai RKTL
Dalam pelatihan panitia pelaksana, TIPP bekerja sama dengan BKM serta wajib melibatkan
BPBD kabupaten/kota atau pemangku kepentingan PRB lainnya
Langkah 3
Sosialisasi Tingkat Desa
Tujuan dari kegiatan sosialisasi tingkat desa ini adalah memberikan pengetahuan dan
pemahaman mengenai rencana dan skenario simulasi bencana di tingkat desa/kelurahan.
Keluaran
- Peserta sosialisasi menyadari dan memahami rencana simulasi bencana
- Peserta sosialisasi menyepakati dan bersedia untuk mendukung dan terlibat dalam kegiatan
simulasi bencana yang dituangkan dalam berita penyepakatan dan kesediaan
Dalam pelaksanaan sosialisasi tingkat desa ini, panitia pelaksana bekerja sama dengan TIPP,
BKM serta wajib melibatkan BPBD kabupaten/kota atau pemangku kepentingan PRB lainnya.
Penanggungjawab dan pelaksana kegiatan pelaksana kegiatan adalah panitia pelaksana.
Langkah 4
Sosialisasi Tingkat Basis
Tujuan dari kegiatan sosialisasi tingkat basis/dusun ini adalah memberikan pengetahuan dan
pemahaman mengenai rencana dan skenario simulasi bencana di tingkat basis yaitu dusun.
Keluaran
- Peserta sosialisasi menyadari dan memahami rencana simulasi bencana
- Peserta sosialisasi menyepakati dan bersedia untuk mendukung dan terlibat dalam kegiatan
simulasi bencana yang dituangkan dalam berita penyepakatan dan kesediaan
Dalam pelaksanaan sosialisasi tingkat basis/dusun ini, panitia pelaksana bekerja sama dengan
TIPP, BKM serta wajib melibatkan BPBD kabupaten/kota atau pemangku kepentingan PRB
lainnya. Penanggungjawab dan pelaksana kegiatan pelaksana kegiatan adalah panitia
pelaksana.
Langkah 5
Pembekalan dan Technical Meeting
Pembekalan dan technical meeting dilaksanakan di semua tingkat partisipan, baik di tingkat
desa, dusun maupun RT/RW serta keluarga. Dalam pelaksanaan pembekalan ini, panitia
pelaksana bekerja sama dengan TIPP, BKM serta wajib melibatkan BPBD kabupaten/kota atau
pemangku kepentingan PRB lainnya
Keluaran
- Semua partisipan memahami skenario simulasi tanggap bencana
- Semua partisipan memahami peran dan tanggungjawab masing-masing
- Semua partisipan siap melaksanakan simulasi bencana
- Semua perlengkapan dan sarana prasarana pendukung simulasi bencana
Langkah 6
Pelaksanaan Simulasi Bencana
Pada dasarnya pelaksanaan simulasi ini tergantung dari skenario yang telah dibuat. Oleh karena
itu keberhasilan pelaksanaan simulasi ini tergantung pula seberapa cermat dan rinci skenario
yang disusun serta seberapa jauh komitmen partisipan serta pemahaman partisipan terhadap
skenario yang disusun.
Tim pemantau melakukan pengamatan dan pencatatan terkait dengan keseluruhan pelaksanaan
kegiatan simulasi.
Keluaran
- Praktek simulasi bencana
- Catatan proses
Dalam pelaksanaan simulasi ini, panitia pelaksana bekerja sama dengan TIPP, BKM serta
wajib melibatkan BPBD kabupaten/kota atau pemangku kepentingan PRB lainnya.
Penanggungjawab dan pelaksana kegiatan pelaksana kegiatan adalah panitia pelaksana.
Langkah 7
Pelaporan
Setelah kegiatan simulasi bencana maka segera panitia pelaksana menyusun laporan kegiatan.
Laporan kegiatan disampaikan kepada BKM dan TIPP sebagai bahan laporan.
Keluaran
- Laporan pertanggungjawaban kegiatan
Penanggungjawab dan pelaksana kegiatan pelaksana kegiatan adalah panitia pelaksana.
Selanjutnya laporan pertanggungjawaban ini menjadi bagian yang tidak terpisahkan dengan
laporan pertanggungjawaban BKM.
Evaluasi
Kegiatan evaluasi ini dilaksanakan untuk memperoleh informasi sebagai bahan pembelajaran
warga (lesson learned) terkait dengan kesiapsiagaan tetapi juga terkait dengan pelaksanaan
rehabilitasi dan rekonstruksi lingkungan permukiman di masa mendatang. Evaluasi
dilaksanakan dengan cara membandingkan antara rencana yang telah dibuat dengan praktek
yang telah dilakukan.
Dalam pelaksanaan evaluasi ini, panitia pelaksana bekerja sama dengan TIPP, BKM serta
wajib melibatkan BPBD kabupaten/kota atau pemangku kepentingan PRB lainnya.
Adapun langkah-langkah pelaksanaan evaluasi adalah sebagai berikut:
Langkah 1
Persiapan
Kegiatan persiapan ini mencakup pengumpulan dokumen rencana simulasi, khususnya
skenario simulasi bencana dan semua hasil dokumentasi pelaksanaan kegiatan simulasi
termasuk catatan proses pelaksanaan simulasi.
Keluaran
- Dokumen rencana simulasi
- Hasil dokumentasi pelaksanaan kegiatan simulasi
- Catatan proses pelaksanaan simulasi
Langkah 2
Pelaksanaan Evaluasi
Kegiatan evaluasi ini merupakan kegiatan membandingkan antara rencana simulasi, khususnya
skenario simulasi bencana dengan semua hasil dokumentasi pelaksanaan kegiatan simulasi
serta catatan proses pelaksanaan simulasi. Jika dalam pelaksanaan simulasi terdapat
dokumentasi visual berupa rekaman video maka sebaiknya hasil rekaman ini diputar sebagai
bagian dari bahan evaluasi.
Keluaran
- Daftar mengenai ketidaksesuaian antara yang direncanakan dan praktek dan/atau
kekurangan yang muncul
- Daftar mengenai hal-hal yang perlu diperbaiki dan/atau ditingkatkan dalam kegiatan
simulasi
- Daftar kelayakan prasarana dan sarana pendukung praktek simulasi, khususnya yang telah
dibangun melalui Kegiatan PRB-BK
Langkah 3
Penyusunan dan Penyepakatan Rekomendasi
Setelah dilaksanakan evaluasi maka pada saat itu juga disusun rekomendasi-rekomendasi bagi
perbaikan kegiatan simulasi ke depan maupun kemungkinkan-kemungkinan perbaikan
dan/atau peningkatan prasarana dan sarana yang telah dibangun melalui Kegiatan PRB-BK.
Hasil rekomendasi ini hendaknya dituangkan dalam bentuk berita acara yang dilampiri hasil
evaluasi dan disepakati dalam rembug penyepakatan di tingkat desa/kelurahan.
Keluaran
- Berita acara kesepakatan rekomendasi simulasi bencana
Sedangkan penanggungjawab dan pelaksana kegiatan adalah panitia pelaksana.
b. Saran
Sebaiknya di setiap gunung api yang masih aktif ada pos pengawasan yang
dilengkapi dengan alat-alat pemantauan yang akurat. Informasikan atau komukasikan
segala tanda bahaya yang diperoleh sedini mungkin kepada masyarakat atau melalui kepala
desa masing-masing. Buat sirene tanda bahaya untuk mengingatkan penduduk untuk
segera mengungsi bila keadaaan tambah gawat. Pembuatan sungai yang khusus untuk
aliran lahar dan membuat tanggul yang kokoh untuk melindungi desa dari aliran lahar.
DAFTAR PUSTAKA
Menjaga Kelestarian Fungsi Gunung Sebagai Menara Air (Water Tower) | Perum Jasa Tirta I
Bencana gunung meletus | Feri dan Makhfudli, jateng : 2009
Caraka Tani – Jurnal Ilmu Ilmu Pertanian Vol. XXIX No. 1 Maret 2014
Posted: Oktober 3, 2013 in Uncategorized Tags: gunung api, pengertian gunung api
SATUAN ACARA PENYULUHAN
PENGELOLAHAN BENCANA GUNUNG MELETUS
: Audiens
: MC
M. Kriteria evaluasi
1. Evaluasi input
a. Tim penyuluhan kesehatan lengkap dengan jumlah 1 orang, sebagai:
1) Penyuluhan 2) Pembawa acara 3) Fasilitator 4) Observer
b. Tim penyuluh kesehatan menguasai materi penyuluhan dengan konsep yang sama
c. Lingkup / ruang penyuluhan cukup luas untuk peserta penyuluhan, suasana cukup
tenang ventilasi baik dan cukup terang
d. Peralatan
e. Undangan :
Peserta diundang secara tertulis 3 hari sebelum hari penyuluhan dan
diingatkan
kembali secara lisan pada hari penyuluhan
100% peserta yang diundang datang pada acara penyuluhan
2. Evaluasi proses
a. Pembawa acara, fasilitator, observer, penyuluh menjalankan fungsinya sesuai
dengan tugas
b. Penyuluh menjelaskan materi penyuluhan dengan jelas dan dengan suasana yang
rileks
c. 100% peserta mengikuti secara aktif mulai acara penyuluhan dari awal sampai
akhir
d. 80% peserta bertanya tentang materi penyuluhan
3. a. 90% peserta dapat menyebutkan tentang Pengertian gunung meletus
b. 90% peserta dapat menyebutkan tentang penyebab gunung meletus
c. 80% peserta dapat menyebutkan tentang tanda dan gejala gunung meletus
d. 70% peserta dapat memahami penangulangan bencana gunung meletus