Anda di halaman 1dari 41

KESIAPSIAGAAN KELOMPOK TOKOH MASYARAKAT DALAM

MENGAHADAPI BENCANA ALAM KHUSUSNYA BENCANA GEMPA


BUMI DI RW 05 KELURAHAN SINDANGSARI KECEMATAN
LEMBURSITU KOTA SUKABUMI

LAPORAN INDIVIDU

Diajukan untuk memenuhi mata kuliah Keperawatan Bencana


Pada Program Profesi Ners Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Sukabumi

Disusun oleh :
Adella Yanuar Melania
C1AC21003

Departemen Keilmuan Manajemen Bencana Studi Profesi


Ners

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN SUKABUMI


KOTA SUKABUMI
2021
KATA PENGANTAR

‫الرحيم الرحمن هللا بسم‬


Alhamdulillah, penulis panjatkan syukur kehadirat Illahi Rabbi atas berkat

rahmat dan Karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan laporan individual dengan

judul “Kesiapsiagaan Kelompok Lansia Dalam Mengahadapi Bencana Alam

Khususnya Bencana Gempa Bumi Di Rt 02 Rw 05 Kelurahan Sindangsari

Kecematan Lembursitu Kota Sukabumi”.

Laporan individual ini disusun unuk memenuhi salah satu syarat

menyelesaikan tugas mata kuliah manajemen bencana pada Program Studi Ners

Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Sukabumi. Dalam penyusunan laporan individual

ini penulis banyak mengalami kesulitan dan hambatan. Namun, berkat dukungan

dari berbagai pihak akhirnya skripsi ini dapat terselesaikan. Oleh sebab itu kiranya

patut untuk disampaikan ucapan terimakasih yang sedalam-dalamnya kepada :

1. H. Iwan Permana, S.KM., S.Kep., M.Kep selaku Ketua Sekolah Tinggi Ilmu

2. Rosliana Dewi, SKp., M.H.Kes., M.Kep selaku ketua Prodi Ners Sekolah

Tinggi Ilmu Kesehatan Sukabumi.

3. Adi Waluya, S.Kep,.Ners.,M.Kep selaku koordinator mata ajar manajemen

bencana sekaligus Pembimbing yang selalu menyediakan waktu, pikiran,

arahan masukan serta semangat yang berharga bagi penulis

4. selaku Ketua RW 05 Kelurahan Sindangsari Kecamatan Lembur Situ Kota

Sukabumi yang telah bekerjasama dalam pembuatan laporan individual ini.

5. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebut satu persatu yang telah membantu

dalam penyelesaian penulisan laporan individual ini.


Dengan penuh kesadaran penulis menyadari bahwa dalam pembuatan

tugas laporan individual ini masih banyak kekurangan dan sangat jauh dari

kesempurnaan. Oleh karena itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang

bersifat membangun dari pembaca untuk perbaikan dimasa mendatang.

Akhir kata penulis mengharapkan agar laporan individual case ini dapat

memenuhi syarat yang diberikan oleh Prodi Ners STIKes Sukabumi dan dapat

bermanfaat untuk semua pihak khususnya bagi penulis dan untuk semua orang

pada umumnya.

Sukabumi, September 2021

Penulis
DAFTAR ISI

LEMBAR JUDUL
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Indonesia merupakan salah satu negara yang rentan mengalami bencana.

Merujuk pada Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007, definisi Bencana

adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan mengganggu

kehidupan dan penghidupan masyarakat yang disebabkan, baik oleh faktor

alam dan atau faktor non alam maupun faktor manusia sehingga

mengakibatkan timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan lingkungan,

kerugian harta benda, dan dampak psikologis.

Bencana dapat muncul secara tiba-tiba tanpa bisa di prediksi kapan akan

terjadinya, hal ini dapat dikarenakan oleh faktor alam, lingkungan, dan

manusia. Bencana alam adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau

serangkaian peristiwa yang disebabkan oleh alam antara lain berupa gempa

bumi, tsunami, gunung meletus, banjir, kekeringan, angin topan, dan tanah

longsor ( UU No. 24 Tahun 2007).

Bencana alam yang disebabkan perilaku buruk manusia terhadap alam

adalah bencana gempa bumi (seisme). Gempa bumi merupakan suatu

peristiwa yang sangat sering terjadi dimuka bumi ini. Salah satunya di

Indonesia. Indonesia adalah salah satu negara yang memiliki tingkat rawan

bencana alam yang sangat tinggi. Indonesia sendiri memiliki titik-titik gempa

yang tersebar diseluruh wilayah di Indonesia.


Bencana alam gempa bumi ini biasanya terjadi tiba-tiba dan sulit

diprediksi atau diramalkan sebelumnya. Tiba-tiba bumi bergetar dengan skala

ringan sampai skala besar. Gempa bumi terjadi karena lempengan dan

patahan bumi biasanya mengalami pergeseran (gempa tektonik) atau

disebabkan adanya letusan atau tenaga dari dalam bumi (magma) yang

menggetarkan permukaan bumi (gempa vulkanik).

Masyarakat merupakan komunitas yang tinggal di suatu wilayah

tertentu. Ketika terjadi bencana di suatu wilayah, tentu masyarakatlah yang

pertama merasakan langsung dampaknya. Populasi di wilayah RW 05

Kelurahan Sindangsari Kecamatan Lembursitu Kota Sukabumi terdiri dari 3

wilayah RT, Jumlah Kepala Keluarga di wilayah RW 05 adalah 309 KK

dengan jumlah warga sebanyak 1014 jiwa dan dengan jumlah tokoh

masyarakat 7 jiwa dengan rata- rata usia 35 - 60 tahun. Dan termasuk

daerah yang bisa dikatakan rawan bencana.

Tokoh Masyarakat mempunyai peran sangat besar dalam upaya

meningkatkan kemampuan masyarakat menolong dirinya sendiri dan orang

lain untuk mencapai derajat kesehatan yang optimal. Tokoh Masyarakat

harus dilatih untuk mengantisipasi diri dari bencana gempa bumi dengan

cara pelatihan dan simulasi ketika bencana gempa bumi terjadi. Peran tokoh

masyarakat tersebut, akan membantu dalam evakuasi bencana gempa bumi.

Berdasarkan hasil wawancara kepada salah satu Tokoh Masyarakat

mengatakan selama periode tahun 2021 bulan maret pernah terjadi bencana

gempa bumi pangandaran namun tidak mengakibatkan adanya korban di


wilayah RW 05. Dan menurutnya masyarakat di RW 05 belum pernah ada

pelatihan kepada warga tentang penanggulangan bencana atau teknik

menyelamatkan diri saat terjadinya bencana gempa bumi.

Berdasarkan pemaparan diatas, penulis tertarik untuk melakukan

pembinaan pada kelompok tokoh masyarakat yang menjadi penolong korban

ketika terjadi bencana gempa bumi yang berada di RW 01 Gang Limus

Kelurahan Kebonjati Kecamatan Cikole Kota Sukabumi.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang, maka rumusan masalah dalam pembuatan

Laporan Tugas Individu Manajemen Bencana adalah “Bagaimana

kesiapsiagaan dan mitigasi bencana alam gempa bumi khusunya kelompok

lanjut usia?”

C. Tujuan

1. Tujuan Umum

Menerapkan proses tahap Disaster Plan keperawatan bencana pada

kelompok rentan yaitu lanjut usia di Rt 3 Rw 5 Kelurahan Sindangsari

Kecamatan Lembursitu Kota Sukabumi.

2. Tujuan Khusus

a. Kelompok lansia mampu mengetahui cara evakuasi bencana gempa

bumi

b. Kelompok lansia mampu untuk mengantisipasi terjadinya gempa

bumi dan pertolongan pertama pada korban gempa bumi.


c. Mengetahui apa saja yang harus dilakukan kelompok lansia bila

terjadi bencana gempa dan pertolongan pertama pada korban bencana

gempa.
BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Konsep Dasar Gempa Bumi


1. Pengertian Gempa Bumi
Gempabumi (earthquake) adalah peristiwa bergetar atau
bergoncangnya bumi karena pergerakan/pergeseran lapisan batuan pada
kulit bumi secara tiba-tiba akibat pergerakan lempeng-lempeng tektonik.
Gempabumi yang disebabkan oleh aktivitas pergerakan lempeng tektonik
disebut gempabumi tektonik. Namun selain itu, gempabumi bisa saja
terjadi akibat aktifitas gunung berapi yang disebut sebagai gempabumi
vulkanik [ CITATION Sun12 \l 1033 ].
Pergerakan tiba-tiba dari lapisan batuan di dalam bumi
menghasilkan energi yang dipancarkan ke segala arah berupa gelombang
gempabumi atau gelombang seismik. Ketika gelombang ini mencapai
permukaan bumi, getarannya dapat merusak segala sesuatu dipermukaan
bumi seperti bangunan dan infrastruktur lainnya sehingga dapat
menimbulkan korban jiwa dan harta benda.
Gempa bumi adalah gejala alamiah yang berupa goncangan atau
getaran tanah yang ditimbulkan oleh adanya sumber-sumber getaran
tanah akibat terjadinya patahan atau sesar akibat aktivitas tektonik
(BNPB, 2012 dalam Nurchayat, 2014).
Berdasarkan beberapa pengertian tersebut, maka dapat disimpulkan
bahwa gempa bumi adalah suatu fenomena atau kejadian alam yang
menimbulkan getaran pada lempeng atau permukaan bumi yang
ditimbulkan oleh adanya sumber-sumber getaran tanah akibat terjadinya
patahan atau sesar akibat aktivitas tektonik.

2. Penyebab Gempa Bumi


Berdasarkan atas penyebabnya gempabumi dapat dikelompokkan
menjadi beberapa macam diantaranya: tektonik, vulkanik, runtuhan,
jatuhan meteor, dan gempabumi buatan manusia. Penjelasan
selengkapnya sebagai berikut [ CITATION Sun12 \l 1033 ] :
a. Gempabumi tektonik
Gempabumi tektonik adalah gempabumi yang disebabkan oleh
pelepasan energi elastis yang tersimpan dalam lempeng tektonik.
Karena adanya dinamika yang terjadi pada lapisan mantel bumi,
lempeng tektonik bumi kita ini terus menerima energi dari lapisan
tersebut. Lempeng tektonik adalah batuan yang bersifat elastis,
sehingga energi yang diterima dari lapisan mantel tersimpan dalam
bentuk energi elastis. Bila energi yang diterima sudah melebihi batas
elastisitas lempeng tektonik, maka energi akan terlepas dalam bentuk
deformasi plastis dan gelombang elastis.
Daerah yang melepaskan energi elastis umumnya daerah yang
lemah sehingga di daerah tersebut akan mengalami deformasi plastis,
sedangkan daerah yang jauh dari sumber tersebut akan mengalami
deformasi elastis dalam bentuk gelombang seismik. Dengan adanya
deformasi plastis di sekitar sumber gempabumi, fenomena yang dapat
diamati dalam jangka waktu panjang adalah terjadi pergerakan dari
lempeng tektonik dengan jenis pergerakan antara lain: penunjaman
antara lempeng samudra dan lempeng benua, tumbukan antara kedua
lempeng benua, dan pergerakan lempeng samudera yang saling
menjauh, serta pergerakan lempeng yang saling bergeser. Dikarenakan
tepian lempeng yang tidak rata maka jika bergesekan maka, timbullah
friksi. Friksi inilah yang kemudian melepaskan energi goncangan
gempabumi
b. Gempabumi Vulkanik
Gempabumi vulkanik adalah gempabumi yang disebabkan oleh
kegiatan gunung api. Magma yang berada pada kantong di bawah
gunung tersebut mendapat tekanan dan melepaskan energinya secara
tiba‐tiba sehingga menimbulkan getaran tanah. Selain itu, pelepasan
energi stress tersebut juga menyebabkan gerakan magma secara
perlahan.
Aktivitas gempabumi tektonik dapat memicu aktivitas
gempabumi vulkanik. Naiknya magma ke permukaan dapat dipicu
oleh pergeseran lempeng tektonik pada sesar bumi. Biasanya ini
terjadi pada batas lempeng tektonik yang bersifat konvergen (saling
mendesak). Hanya saja pada gempabumi vulkanik, efek goncangan
lebih ditimbulkan karena desakan magma, sedangkan pada
gempabumi tektonik efek goncangan langsung ditimbulkan oleh
benturan kedua lempeng tektonik. Bila lempeng tektonik yang terlibat
adalah lempeng benua dengan lempeng samudera, maka akan terjadi
deformasi di dasar laut yang kemudian menimbulkan tsunami karena
batas lempengnya umumnya berada di dasar laut.
c. Gempa bumi Runtuhan
Gempa bumi runtuhan adalah gempabumi lokal yang terjadi
apabila suatu gua di daerah batuan karst atau lokasi pertambangan
runtuh.
d. Gempabumi Jatuhan Meteor
Sedangkan gempabumi jatuhan meteor akibat kejatuhan
meteorit atau benda langit ke permukaan bumi. Hal ini pernah terjadi
di kawasan Arizona, Amerika hingga meninggalkan bekas berupa
lekukan tanah yang cukup lebar seperti membentuk sebuah kawah
e. Gempabumi karena Aktivitas Manusia
Gempabumi yang disebabkan oleh aktivitas dari manusia, yakni
seperti peledakan dinamit, nuklir, ledakan bom, atau palu yang
dipukulkan ke permukaan bumi.

3. Klasifikasi Gempa Bumi

Gempa diklasifikasikan ke dalam enam macam. Yaitu menurut


penyebabnya, intensitasnya, hiposentrumnya, bentuk episentralnya, letak
episentrumnya dan jarak episentrumnya. (Bambang Nianto Mulyo dan
Purwadi Suhandini dalam Ayub, 2020).
a. Menurut penyebabnya gempa dibedakan menjadi:
1) Gempa vulkanik, yaitu gempa yang terjadi karena erupsi gunung
api
2) Gempa tektonik, yaitu gempa yang terjadi karena pergeseran
lapisan batuan (dislokasi) yang meliputi wilayah yang luas
3) Gempa runtuhan (terban), yaitu gempa yang terjadi karena
runtuhnya, batuan mengisi ruang yang kosong di dalam litosfer.
b. Menurut intensitasnya gempa dibedakan menjadi:
1) Gempa makroseisme, yaitu gempa yang intensitasnya besar
2) Gempa mikroseisme, yaitu gempa yang intensitasnya kecil.
3) Menurut hiposentrumnya gempa dibedakan menjadi:
a) Gempa dalam, yaitu 300 km - 700 km
b) Gempa pertengahan, yaitu 100 km – 300 km
c) Gempa dangkal, gempa yaitu < 100 km.
c. Menurut bentuk episentralnya gempa dibedakan menjadi:
1) Gempa sentral jika episentrumnya berbentuk titik seperti gempa
gunung api dan gempa runtuhan
2) Gempa linier jika episentrumnya berbentuk garis, seperti gempa
dislokasi atau gempa tektonik karena patahan.
d. Menurut letak episentrumnya gempa dibedakan menjadi:
1) Gempa laut, jika episentrumnya terletak di dasar laut
2) Gempa darat, jika episentrumnya terletak di daratan.
e. Menurut jarak episentrumnya gempa dibedakan menjadi:
1) Gempa setempat, < 10.000 km
2) Gempa jauh, 10.000 km
3) Gempa sangat jauh, > 10.000 km.

4. Tanda – Tanda Akan Terjadi Gempa Bumi


Gempa memang sulit diprediksi, hingga saat ini belum ada alat
yang dapat memberikan informasi secara akurat mengenai kapan dan
dimana gempa selanjutnya akan terjadi. Berikut adalah beberapa ciri atau
tanda-tanda sebelum gempa terjadi:
a. Awan Tegak di Langit
Awan ini dapat juga berbentuk seperti tornado, seperti pohon atau
seperti batang. Awan berbentuk aneh ini bisa terjadi karena adanya
gelombang elektromagnetis berkekuatan hebat dari dasar bumi hingga
mampu menarik (menghisap) daya listrik di awan. Oleh karena itu
bentuknya seperti tersedot ke bawah.
b. Kinerja Medan Magnet Menjadi Berantakan
Gempa yang terjadi di dasar bumi akan menimbulkan
gelombang elektromagnetis. Jika gelombang ini sangat besar, maka
akan sampai ke permukaan bumi. Sehingga pada saat gempa bumi
besar berlangsung gelombang elektromagnetis tersebut akan
mempengaruhi kinerja alat-alat medan magnet. Contohnya televisi dan
mesin fax, jika terdapat gelombang elektromagnetis yang besar
televisi akan runyam, dan hasil print dari mesin fax akan berantakan.
Ini pun bisa mempengaruhi lampu-lampu. Jika aliran listrik
dipadamkan lampu-lampu akan tetap menyala. Hal tersebut
menandakan adanya gelombang elektromagnetis yang besar di dalam
rumah.
c. Perilaku Hewan yang Aneh
Hewan memiliki insting yang tajam. Hewan dapat merasakan
gelombang elektromagnetik yang timbul. Oleh karena itu amatilah
perilaku mereka. Jika mereka menghilang atau gelisah dan bertingkah
laku aneh, sudah dapat di pastikan bahwa memang ada sesuatu yang
dirasakan hewan tersebut.
Jika ketiga ciri-ciri diatas mulai tampak maka resiko untuk
terjadi gempa berkekuatan besar sangatlah tinggi (Hartuti dalam
Rahiem, 2020).
5. Parameter Dasar Gempa Bumi

Beberapa parameter dasar gempa bumi yang perlu kita ketahui, yaitu:
a. Hypocenter, yaitu tempat terjadinya gempa atau pergeseran tanah di
dalam bumi
b. Epicenter, yaitu titik yang diproyeksikan tepat berada di atas
hypocenter pada permukaan bumi.
c. Bedrock, yaitu tanah keras tempat mulai bekerjanya gaya gempa.
d. Ground acceleration, yaitu percepatan pada permukaan bumi akibat
gempa bumi.
e. Amplification factor, yaitu faktor pembesaran percepatan gempa
yang terjadi pada permukaan tanah akibat jenis tanah tertentu.
f. Skala gempa, yaitu suatu ukuran kekuatan gempa yang dapat diukur
dengan secara kuantitatif dan kualitatif. Pengukuran kekuatan gempa
secara kuantitatif dilakukan pengukuran dengan skala Richter yang
umumnya dikenal sebagai pengukuran magnitudo gempa bumi.
Magnitudo gempa bumi adalah ukuran mutlak yang dikeluarkan oleh
pusat gempa. Pendapat ini pertama kali dikemukakan oleh Richter
dengan besar antara 0 sampai 9. Selama ini gempa terbesar tercatat
sebesar 8,9 skala Richter terjadi di Columbia tahun 1906.
Pengukuran kekuatan gempa secara kualitatif yaitu dengan melihat
besarnya kerusakan yang diakibatkan oleh gempa. Kerusakan
tersebut dapat dikatakan sebagai intensitas gempa bumi.

6. Kedalaman Dan Kekuatan Gempa Bumi


Fowler (1990) mengklasifikasikan gempabumi berdasarkan
kedalaman fokus (hypocentre) sebagai berikut: gempabumi dangkal
(shallow) kurang dari 70 km, gempabumi menengah (intermediate)
kurang dari 300 km, dan gempabumi dalam (deep) lebih dari 300 km atau
450 km.
Gempabumi dangkal menimbulkan efek goncangan dan
kehancuran yang lebih dahsyat dibanding gempabumi dalam. Ini karena
sumber gempabumi lebih dekat ke permukaan bumi sehingga energi
gelombangnya lebih besar. Karena pelemahan energi gelombang akibat
perbedaan jarak sumber ke permukaan relatif kecil. Berdasarkan
kekuatannya atau magnitudo (M) berskala Richter (SR) dapat dibedakan
atas :
a. Gempabumi sangat besar M > 8 SR
b. Gempabumi besar M 7 ‐ 8 SR
c. Gempabumi merusak M 5 ‐ 6 SR
d. Gempabumi sedang M 4 ‐ 5 SR.
e. Gempabumi kecil M 3 ‐ 4 SR
f. Gempabumi mikro M 1 ‐ 3 SR
g. Gempabumi ultra mikro M < 1 SR

7. Dampak Gempa

Gempa bumi adalah tipe bencana alam yang sering membahayakan


jiwa dan raga manusia. Selain itu harta benda juga tidak luput dari
bencana ini. Dampak gempa yang berbahaya ini dapat di kelompokan
menjadi dua jenis, yaitu dampak primer dan sekunder.
a. Dampak Primer
Dampak primer yaitu dampak yang di akibatkan oleh getaran
gempa itu sendiri. Jika getaran gempa cukup besar saat sampai ke
permukaan bumi maka dapat merusak bangunan dan infrastruktur
lainnya seperti jalan, rel kereta api, bendungan, dan lain-lain.
Banyaknya bangunan yang rusak ini juga akan menimbulkan korban
jiwa dan kerugian harta benda.
b. Dampak sekunder
Dampak sekunder yaitu dampak lain yang dipacu adanya
gempa, misalnya tsunami, tanah longsor, tanah yang menjadi cairan
kental (liquefaction), kebakaran, penyakit yang menyebar dan
sebagainya. Dampak sekunder ini sangat bervariasi dan biasanya
secara berturut-turut terjadi setelah gempa. Contoh dampak
sekunder, tsunami yang pernah terjadi di Aceh, gempa Padang yang
menyebabkan tanah di sekitar desa Pariaman menjadi longsor,
kebakaran setelah gempa di Managua Nicaragua dan di Padang
Sumatra Barat karena adanya hubungan arus pendek listrik (Badan
Nasional Penanggulangan Bencana, 2012).

8. Penanganan Bencana Gempa Bumi


Penanganan bencana terhadap gempabumi adalah sebagai berikut
[ CITATION BNP09 \l 1033 ]:
a. Tindakan Pra Bencana
1) Membangun negara dan kota yang aman dari benca gempabumi
Menjaga ketahanan bangunan dan infrastruktur dari
bangunan arsitekturil, struktur sipil, fasilitas komunikasi, fasilitas
bantuan, dan fasilitas yang berkaitan dengan bencana, sangatlah
penting dalam upaya membangun negara dan kota yang tahan
menghadapi gempa bumi. Metode rancangan yang tahan gempa
bumi dapat berbeda-beda tipe struktural dan tujuan
penggunaannya; namun hal-hal dasar dapat disimpulkan sebagai
berikut :
a) Rancangan standar untuk bangunan dan fasilitas tahan gempa
ditentukan untuk bisa mengatasi 2 tingkatan gempa yaitu:
getaran gempa bumi berukuran biasa yang dapat terjadi satu
atau dua kali selama masa berdirinya bangunan & fasilitas
tersebut; dan getaran gempa bumi berukuran luar biasa,
disebabkan oleh gempa bumi dangkal dan gempa bumi yang
berkaitan dengan subduksi yang kemungkinan terjadinya
kecil, namun ukurannya jauh lebih besar. Rancangan standar
ini terutama bertujuan untuk mengamankan bangunan dan
fasilitas dari disfungsi yang diakibatkan oleh gempa bumi
berukuran biasa, serta untuk mengamankan korban jiwa
akibat ambruknya bangunan dan fasilitas jika terjadi gempa
bumi berukuran lebih besar.
b) Bangunan dan fasilitas yang vital untuk kelangsungan
operasional selama periode pasca bencana, yaitu yang dapat
menghalangi kegiatan tanggap darurat apabila tidak
berfungsi, yang dapat membawa dampak besar terhadap
kegiatan perekonomian daerah maupun nasional, dan
bangunan yang diharapkan dapat melindungi nyawa selama
masa tanggap darurat, harus diprioritaskan serta dirancang
dengan standar yang lebih tinggi agar dampak yang
ditimbulkan oleh gempa bumi menjadi minimal.
Untuk membangun negara yang aman, pemerintah pusat akan
bertanggung jawab penuh dalam melindungi negeri ini, nyawa
warganya, dan asset, dari gempa bumi dalam rangka membangun
rencana menyeluruh sebagai rancangan dasar bagi Indonesia.
Upaya yang bisa dilakukan diantaranya :
a) Meningkatkan sistem transportasi utama dan fungsi
komunikasi
b) Meningkatkan kapasitas penanggulangan bencana di ibu kota
negara
c) Membangun negeri yang aman dari gempa bumi
Sedangkan untuk membangun kota yang aman, adapun upaya
yang dapat dilakukan adalah sebagai berikut :
a) Membangun struktur perkotaan yang aman dari gempa bumi
b) Meningkatkan keamanan struktur bangunan
c) Menjaga fungsi vital dan fasilitas lainnya
d) Tindakan pada lereng curam dan bencana pelulukan
(liquefaction)
e) Menjaga keamanan fasilitas yang mengelola bahan berbahaya
f) Mempersiapkan sistem tanggap daurat untuk keadaan
bencana
2) Menyiapkan tanggap darurat serta rehabilitasi/rekontruksi yang
cepat dan lancar
a) Mengumpulkan informasi dan korespondensi
 Mengembangkan sistem untuk mengumpulkan
informasi dna korespondensi
 Analisa dan pengaturan informasi
 Mengamankan alat-alat komunikasi
b) Menetapkan sistem tanggap darurat
 Menetapkan sistem tanggap darurat bagi Pejabat
 Menjalin koordinasi di antara lembaga yang berkaitan
dengan penanggulangan bencana
 Membangun koordinasi antara Provinsi,
Kabupaten/Kota, dan Militer
 Mengamankan dan memperkuat fungsi penanggulangan
bencana pusat
c) Kegiatan penyelamatan/bantuan pertama, perawatan medis,
dan pemadam kebakaran
 Penyelamatan dan bantuan pertama
 Perawatan medis
 Pemadam kebakaran
d) Transportasi darurat
e) Kegiatan evakuasi dan akomodasi
 Memandu evakuasi
 Lokasi evakuasi
 Tempat tinggal dan perlindungan sementara
f) Pengadaan Makanan, Air dan Kebutuhan Harian
g) Kegiatan pemulihan sementara pada bangunan dan fasilitas
h) Kegiatan menyampaikan informasi kepada korban bencana
i) Kegiatan pencegahan bencana sekunder
j) Kegiatan penerimaan bantuan dari luar negeri
k) Pelaksanaan latihan darurat penanggulangan bencana oleh
organisasi yang berkaitan dengan bencana
 Pelaksanaan latihan darurat penanggulangan bencana di
tingkat nasional dan daerah
 Pelaksanaan latihan darurat praktis dan evakuasi pasca
bencana
l) Persiapan rehabilitasi dan rekonstruksi setelah bencana
 Mengembangkan basis data untuk rekontruksi dan
rehabilitasi
 Penelitian atas tindakan rekontruksi
 Mengembangkan sistem asuransi untuk gempabumi
3) Mendukung partisipasi warga dalam kegiatan
pencegahan/persiapan menghadapi bencana
a) Mendukung tindakan pencegahan bencana
b) Menyebarkan pengetahuan dan pelatihan bencana
c) Memperbanyak sarana partisipasi warga dalam kegiatan
pencegahan bencana
4) Mendukung penelitian dan observasi atas bencana gempabumi
dan penanganannya setelah bencana terjadi
b. Tindakan Tanggap Darurat
1) Mengamankan sistem pengumpulan dan penyebaran informasi
dan komunikasi
a) Penyebaran informasi mengenai gempabumi dan kerusakan
yang ditimbulkan
b) Kegiatan pengumpulan informasi tingkat kerusakan secara
cepat
c) Mengumpulkan/menyebarkan informasi kerusakan awal saat
gempabumi
d) Mengumpulkan/menyampaikan informasi berkaitan dengan
kerusakan secara umum
e) Bertukar informasi mengenai kegiatan tanggap darurat
2) Mengamankan sistem operasi tanggap darurat
3) Penyelamatan/bantuan pertama, perawatan medis, dan kegiatan
pemadaman kebakaran
4) Mengamankan jaringan dan fungsi trasfortasi dalam keadaan
darurat
5) Kegiataan pengadaan mekanan, air dan kebutuhan harian
6) Kegiatan menjaga sanitasi, kesehatan, pencegahan wabah, dan
pengurusan jenazah
7) Kegiatan pengendalian keamaan dan stabilitas harga barang
8) Kegiatan pemulihan sementara bangunan dan fasilitas lainnya
9) Kegiatan menyampaikan informasi kepada korban bencana
10) Kegiatan pencegahan bencana susulan
11) Menerima bantuan dari para relawan dan bantuan dari dalam/luar
negeri
c. Tindakan Pasca Bencana
1) Penetapan persyaratan rehabilitasi dan rekontruksi
2) Prosedur rehabilitas
3) Prosedur rekontruksi
4) Pemulihan kehidupan korban bencana
5) Membantu rekontruksi usaha kecil menengah serta pemulihan
ekonomi

B. Konsep Dasar Tokoh Masyarakat


1. Pengertian Tokoh Masyarakat
Menurut UU Nomor 8 Tahun 1987 pasal 1 ayat 6 Tentang Protokol
bahwa tokoh masyarakat adalah seseorang yang karena kedudukan
sosialnya menerima kehormatan dari masyarakat dan/atau Pemerintah.
Menurut UU Nomor 2 Tahun 2002 pasal 39 ayat 2 Tentang Kepolisian
Negara Republik Indonesia) bahwa bahwa tokoh masyarakat ialah
pimpinan informal masyarakat yang telah terbukti menaruh perhatian
terhadap kepolisian.
Sedangkan menurut BKKBN (2008), Tokoh Masyarakat adalah
seseorang yang berpengaruh dan ditokohkan oleh lingkungannya.
Penokohan tersebut karena pengaruh posisi, kedudukan, kemampuan,
dan kepiawaiannya serta Segala tindakan dan ucapannya akan diikuti
oleh masyarakat sekitarnya.
2. Ciri- Ciri Tokoh Masayarakat
Menurut Abdillah Hanafi dalam Koentjaraningrat (2008:113) tokoh
masyarakat memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
a. Memiliki hubungan sosial lebih luas daripada para pengikutnya.
b. Memiliki keahlian atau pengetahuan tertentu melebihi orang
kebanyakan, terutama pengikutnya.
c. Tidak menyimpan pengetahuan dan keahliannya itu untuk dirinya
sendiri, melainkan berusaha untuk menyebarkan kepada orang lain.
3. Kategori Tokoh Masyarakat
a. Tokoh Masyarakat Formal
Tokoh Masyarakat Formal adalah seseorang yang ditokohkan
karena kedudukannya atau jabatannya di lembaga pemerintah
seperti:
1) Camat
2) Kepala Desa/ Lurah
3) Ketua RT/RW dan lain sebagainya
b. Tokoh Masyarakat Informal
Seseorang yang ditokohkan oleh masyarakat di lingkungannya
akibat dari pengaruh, posisi, dan kemampuannya yang diakui oleh
masyarakat di lingkungannya, yaitu:
1) Tokoh agama
2) Tokoh adat
3) Tokoh perempuan
4) Tokoh pemuda, dan lain-lain.
4. Siapa dan Penyebab seseorang sebagai tokoh masyarakat
Pertama, kiprahnya di masyarakat sehingga yang bersangkutan
ditokohkan oleh masyarakat yang berada dilingkungannya. Dengan
ketokohannya itu, maka masyarakat memilihnya untuk menduduki
posisi-posisi penting di masyarakat mulai dari ketua RT, ketua RW,
ketua organisasi kepemudaan, ketua masjid, pemimpin organisasi
kemasyarakatan yang berakar di masyarakat seperti NU,
Muhammadiyah, Persis dan lain-lain, termasuk tokoh agama, tokoh adat,
tokoh organisasi kedaerahan, tokoh lingkungan, tokoh dari suatu
kawasan, tokoh keturunan darah biru, tokoh pekerja, tokoh pergerakan
dan lain-lain. Dengan ketokohannya, ada yang mencalonkan diri dan
dicalonkan oleh partai politik untuk menjadi calon anggota parlemen di
semua tingkatan.
Kedua, memiliki kedudukan formal di pemerintahan seperti
Lurah/Wakil Lurah, Camat/Wakil Camat, Walikota/Wakil Walikota,
Gubernur/Wakil Gubernur dan lain-lain. Karena memiliki kedudukan,
maka sering blusukan dan bersama masyarakat yang dipimpinnya.
Ketokohannya menyebabkan dihormati, dipanuti, diikuti, diteladani oleh
masyarakat. Pemimpin formal semacam ini, pada suatu waktu bisa
disebut tokoh masyarakat, apakah masih memiliki jabatan/kedudukan
atau sudah pensiun/tidak lagi memiliki kedudukan formal.
Ketiga, mempunyai ilmu yang tinggi dalam bidang tertentu atau
dalam berbagai bidang sehingga masyarakat dan pemimpin
pemerintahan dari tingkatan paling bawah – sampai ke atas selalu
meminta pandangan dan nasihat kepadanya. Karena kepakarannya, maka
yang bersangkutan diberi kedudukan dan penghormatan yang tinggi,
kemudian disebut tokoh masyarakat.
Keempat, usahawan/pengusaha yang rendah hati, suka berzakat,
berinfak dan bersedekah, peduli kepada masyarakat, serta suka
bersilaturrahim, pada umumnya masyarakat menyebut yang
bersangkutan sebagai tokoh masyarakat.
BAB III

HASIL PEMBINAAN WILAYAH

A. Pengkajian

Wilayah RW 05 Kelurahan Sindangsari Kecamatan Lembursitu Kota

Sukabumi terdiri dari 3 wilayah Rukun Tetangga (RT), adapun batasan

wilayah RW 05 Kelurahan Sindangsari adalah sebagai berikut:

Sebelah Utara : Kelurahan Cikondang Kecamatan Citamiang


Sebelah Selatan : Kelurahan Cipanengah dan Kelurahan Cikundul
Kecamatan Lembursitu
Sebelah Barat : Kelurahan Sudajayahilir Kecamatan Baros
Sebelah Timur : Kelurahan Dayeuhluhur kecamatan warudoyong

Jumlah kepala keluarga di wilayah RW 05 adalah 330 KK, dengan jumlah

jiwa 1014.

Gambar 3.1 Peta Wilayah RW 05 Kelurahan Sindangsari


Kecamatan Lembursitu Kota Sukabumi

Gambar 3.2 Peta Potensi Bencana Gempa Bumi Wilayah RW 05 Kelurahan


Sindangsari Kecamatan Lembursitu Kota Sukabumi
1. Aspek Geologi RW 5 Kelurahan Sindangsari

Aspek geologi ini mencakup kondisi iklim dan cuaca yang terjadi

di wilayah Sukabumi. Di wilayah Sukabumi, termasuk di RW 05

Kelurahan Sindangsari memasuki musim hujan. Cuaca setiap harinya tidak

dapat diperkirakan dengan ditambah angin kencang dan hujan yang sangat

deras. Berdasarkan data yang diperoleh dari Website BMKG, wilayah

Sukabumi pada bulan Desember 2020 rata-rata suhu tertinggi adalah

mencapai sebesar 28o C dan rata-rata suhu terendahnya adalah sebesar 19 o

C, dengan rata-rata suhu 23,1 o C

2. Aspek Demografi RW 05 Kelurahan Sindangsari

Di Wilayah RW 05 Kelurahan Sindangsari Kecamatan Lembursitu Kota

Sukabumi sebagian besar merupakan area pemukiman padat penduduk dan

sebagian besar masyararakatnya berprofesi sebagai pedagang/wiraswasta.

Tabel 3.1 Distribusi Frekuensi Umur Penduduk RW 05 Kelurahan


Sindangsari
No Usia Kelompok Jumlah Persentase (%)
1 Bayi dan Balita 100 9,83
2 Anak 80 7,9
3 Remaja 172 17,0
4 Dewasa 451 44,47
5 Lansia 211 20,80
Jumlah 1014 100
Berdasarkan tabel 3.1 terlihat bahwa jumlah penduduk yang ada di

wilayah RW 05 Kelurahan Sindangsari sebanyak 1,014 orang, dengan

distribusi terbanyak ada pada kelompok umur dewasa yaitu 44,47% atau

sebanyak 451 orang, sedangkan yang paling sedikit adalah kelompok umur

anak yaitu 7,9% atau sebanyak 80 orang. Mayoritas penduduk RW 05

beraga islam.

3. Aspek Ekonomi RW 05 Kelurahan Sindangdari

Berdasarkan hasil wawancara kepada ketua RW 05 sebesar 60%

KK yang berada di RW 05 sebagian besar keluarga memiliki pendapatan 2

juta perbulannya.

4. Hasil Binaan Wilayah dan Pembahasannya

a. Hasil observasi dan wawancara dengan ketua RW dan salah satu Kader

ditemukan satu masalah resiko bencana di RW 05 Kelurahan

Sindangsari Kecamatan Lembursitu Kota Sukabumi saat ini yang harus

segera ditindaklanjuti dan dicarikan solusi yaitu bencana gempa bumi.

PENGKAJIAN SECARA WAWANCARA DAN OBSERVASI

Berdasarkan hasil pengkajian yang dilakukan kepada tokoh masyarakat

melalui wawancara dan observasi didapatkan data sebagai berikut :

1. Selama gempa sedang terjadi


a. Ketika gempa sedang berlangsung, adakah tempat berlindung

bagi warga?

Hasil wawancara yang dilakukan kepada warga di RW 05 teridiri

dari ketua RW dan ketua RT semuanya mengatakan bahwa

mengetahui cara menyelematkan diri jika terjadi gempa yaitu yang

akan dilakukan adalah seperti lari menyelamatkan diri dan barang-

barang berharga, tapi tidak mengetahui harus berlari kemana dan tidak

mengetahui tempat berlindung kemana.

Gambar 3.3 Lokasi Yang Bisa Menjadi Titik Kumpul Bencana


Gempa Bumi Wilayah RW 05 Kelurahan Sindangsari Kecamatan
Lembursitu Kota Sukabumi

Hasil observasi terdapat suatu ruang terbuka yang cukup aman

untuk dijadikan lokasi titik poin, bila terjadinya gempa.

b. Bagaimana cara menyakinkan diri bahwa setiap warga

dipastikan tidak berebut keluar rumah selama gempa terjadi ?

Hasil wawancara yang dilakukan kepada warga di RW 05 teridiri

dari ketua RW dan ketua RT semuanya mengatakan bahwa panik saat

gempa terjadi dan bingung untuk melarikan diri ke arah mana, dan

jika kelua rumah pun saat terjadi gempa jalan dekat dengan rumahnya

merupakan jalan gang kecil.


Gambar 3.4 dan Gambar 3.5 Lokasi Gang Sempit di Wilayah
RW 05 Kelurahan Sindangsari Kecamatan Lembursitu Kota
Sukabumi
2. Setelah gempa berhenti

a. Bagaimana informasi adanya bencana diteruskan dalam

lingkungan internal dan eksternal ?

Informasi bencana akan disampaikan melalui ke Rtan dan ke Rwan

melalui via WA atau telepon dan akan langsung di tindak lanjuti oleh

pihak kelurahan dan pihak kecamatan Lembursitu, pelaporan meliputi

korban jiwa, korban luka, kerusakan yang terjadi secara material dan

non material.

b. Apa yang menjadi prioritas ?

Hal yang menjadi prioritas pada kebencanaan di RW 05 kelurahan

Sindangsari adalah fokus pada kelompok tokoh masyarakat untuk

mengetahui cara-cara penyelamatan diri bagi dirinya sendiri.

c. Bagaimana kebijakan/prosedur terhadap keamanan orang,

properti atau lingkungan ?


Hasil observasi mengenai keamanan properti dan lingkungan

belum adanya kebijakan yang terarah sampai ke arah lingkungan,

ketua RW menyebutkan bahwa keamanan properti dan lingkungan

merupakan tanggung jawab individu, namun adanya biaya suadaya

masyarakat terhadap properti yang dikiranya parah, serta hasil

observasi dan wawancara terdapat rumah semi permanen di RT 01

dengan jumlah 03 rumah, RT 02 dengan jumlah 2 rumah, dan RT 03

dengan jumlah 5 rumah. Untuk keamanan peorangan dulu sekitar

tahun 2020 ada penyuluhan tentang bencana yang diikuti oleh

beberapa unsur Tokoh masyarakat, karang taruna RT dan RW karena

kegiatan tersebut ada dikeadaan pandemik sehingga hanya beberapa

unsur yang dilibatkan.

d. Bagaimana cara proses pengecekan ada tidaknya korban cedera ?

apakah petugas yang diberikan tanggung jawab itu ?

Hasil wawancara yang dilakukan kepada warga di RW 05

mengatakan bahwa tidak mengetahui cara pengecekkan korban cedera

hanya tau jika mersakan nyeri ada yang bermasalah, dan untuk

jawaban pak ketua RW beliau mengatakan tahu cara penganganan

bencana karena pernah ikut pelatihan serta sudah adanya organisasi

siaga bencana namun untuk keberfungsian atau keaktipan masih

kurang.

e. Kemana tujuan evakuasi yang memiliki area terbuka segera

setelah guncangan berhenti ?


Gambar 3.8 Lokasi Yang Bisa Menjadi Tujuan Evakuasi Bencana
Gempa Bumi Wilayah RW 05 Kelurahan Sindangsari Kecamatan
Lembursitu Kota Sukabumi

Hasil observasi bahwa terdapat lapangan terbuka untuk tujuan

evakuasi sesusah guncangan terjadi

f. Bagaimana cara mengevakuasiwarga? Jalur yang digunakan ?

Belum adanya jalur evakuasi yang jelas bagi titik kumpul, namun

jika sesudah gempa warga menuju area terbuka yaitu lapang dan jalan

di RW 05 yang terletak di RT 01 Kelurahan Sindangsari.

g. Bagaimana cara me-report untuk mengetahui apakah warga

telah berada di tempat yang aman ?

Toma, Karang taruna beserta Perangkat Kelurahan menjelaskan

bahwa setelah bencana terjadi tokoh masyarakat akan segera

berkeliling untuk mengetahui adanya warga yang mendapat musibah

atau tidaknya.

3. Pembagian peran dan fungsi dari pegawai

a. Adakah pembagian tugas yang jelas diantara pegawai jika

bencana gempa terjadi ?

Di RW 05 siaga aktif yang sudah terbentuk dan sudah ada siaga

bencana di ke RWan namun hannya stuktural untuk keberfungsian itu

jarang.
b. Bagaimana kemampuan unit kajian dalam memberikan

pertolongan pertama bagi korban cedera akibat gempa ? Siapa

yang diberi tugas memberikan bantuan bagi korban cedera ?

sudahkah mendapat pelatihan pertolongan pertama ?

Hanya mengandalkan seikhlasnya dalam memberikan pertolongan

pertama pada korban cedera, dan membantu seadanya dan

semampunya warga saat ada yang terkena cedera, serta untuk

pelatihan pertolongan pertama dari kelurahan sudah pernah ada

namun yang dilibatkan hanya unsur terpenting dimasyarakat.

4. Gladi penanganan bencana

a. Kapan gladi terakhir dilakukan ?

Dulu saat tahun 2020 adanya gladi tentang cara penyelamatan diri

saat gempa terjadi yang khusus orang dewasa.

b. Apakah sudah diagendakan proses gladi rutin ?

Belum ada

c. Bagaimana penjadwalan kegiatan gladi secara tahunan ?

Tidak ada

5. Program Recoveri Pasca bencana


a. Bagaimana proses mitigasi dan pemulihan akibat bencana akan

dilakukan sebagai upaya pencegahan kerugian selanjutnya,

termasuk pemulihan trauma psikologis bagi korban

Proses Migasi

Hasil wawancara yang dilakukan kepada tokoh masyarakat di RW

05, ketua RW 05 mengatakan bahwa di RW 05 belum terdapat sistem

peringatan dini untuk pemberitahuan akan adanya bencana yang

terjadi. Walaupun sudah ada pos ronda di masing-masing RT namun

tidak adanya speaker, sirine, ataupun pentungan. Berikut ini adalah

gambaran pos ronda yang ada di RW 05 :

Gambar 3.9 Pos Ronda RW 05 RT 01

Pencegahan dalam bentuk lainnya pun seperti rumah tahan gempa,

jalur evakuasi yang jelas, serta titik point yang jelas belum ada di RW

05 Kelurahan Sindangsari Kecamatan Lembursitu Kota Sukabumi ini.

Pemulihan
Hasil wawancara yang dilakukan ketua RW mengatakan belum ada

dana khusus yang dikumpulkan oleh warga yang akan digunakan

apabila terdapat bencana, serta apabila terjadi bencana gempa bumi,

korban akan dirujuk ke Puskesmas dan Rumah Sakit. Sedangkan 3

orang lansia tidak mengetahui kemana korban akan dirujuk. Dan

ketika tindakan yang akan dilakukan setelah bencana gempa bumi

terjadi adalah membenahi semua kerusakan yang terjadi dan waspada

ditakutkan terjadi gempa bumi susulan

Analisis hasil kajian Situasi

Hasil kajian situasi di dapatkan bahwa belum adanya upaya mitigasi, jalur

evakuasi yang memungkinkan. RW siaga sudah terbentuk namun tidak

adanya kelompok masyarakat siaga bencana. Untuk ke arah keselamatan

penanganan gempa sangat jauh dengan keadaan di masyarakat, terutama

agregat tokoh masyarakat masih ada yang belum memahami cara

penyelamatan diri yang benar.

Hasil kajian menunjukkan bahwa akan adanya masalah medis yang akan

terjadi jika gempa terjadi yaitu seperti fraktur, pendarahan dan lainnya.

Namu, pihak Ke RWan mengaku tidak mengetahui cara-cara yang akan

dilakukan untuk masalah medis yang di hadapi. Kebutuhan bantuan dalam

penangan bencana masih menggunakan dana pribadi.

B. Analisa Data
Berdasarkan hasil wawancara dan observasi pada masyakat, didapatkan

hasil analisa data yang dapat dilihat pada tabel 3.2 berikut :

Tabel 3.2 Analisa Data

No Data Kesimpulan
1 DS : Kurangnya kesiapsiagaan
a. Ketua RW mengatakan bahwa masyarakat terhadap bencana
jarang terjadi gempa gempa bumi pada tahap non
b. Ketua RW mengatakan pernah disaster
dilakukan penyuluhan
mengenai gempa bumi dan
kesiapsiagaan mengahadapi
gempa bumi di Kelurahan
Sindangsari pada tahun 2021.
c. Ketua RW mengatakan belum
pernah ada pelatihan tentang
penanggulangan bencana atau
teknik menyelamatkan diri saat
terjadinya bencana gempa
bumi.
d. Ketua RW mengatakan belum
adanya alat evakuasi
kesiapsiagaan bencana
e. Ketua RW 05 Sudah terbentuk
RW Siaga Bencana namun
tidak aktif hanya ada
strukturalnya saja.
f. Sebagian besar warga yang
tidak mengetahui rumah yang
tahan gempa.
g. Ketua RW mengatakan belum
terdapat titik untuk berkumpul
dan jalur evakuasi apabila
terjadi bencana. Dan ketua RW
05 mengatakan bahwa titik
berkumpul warga adalah
Lapang dan Jalan.
h. Tidak ada titik berkumpul dan
jalur evakusi yang jelas
Wilayah RW 05 merupakan
wilayah padat penduduk dengan
akses jalan gang kecil
DO :
a. Banyaknya rumah yang
beresiko rubuh saat terjadi
gempa bumi.
b. Jalur evakuasi belum jelas
c. Titik kumpul yang tidak jelas
d. Tidak adanya RW siaga
bencana
2 DS : Tidak adanya sistem peringatan
a. Hasil wawancara yang dini atau early warning system.
dilakukan kepada warga di RW
05, didapatkan warga
mengatakan bahwa di RW 05
belum terdapat sistem
peringatan dini untuk
pemberitahuan akan adanya
bencana yang terjadi.
DO :
a. Tidak adanya sistem peringatan
dini yang dapat dibunyikan
ketika terjadinya bencana

3. DS: Belum adanya bantuan khusus


a. Hasil wawancara yang untuk pemulihan pada korban
dilakukan ke ketua RW bencana gempa bumi
mengatakan belum ada dana
khusus yang dikumpulkan oleh
warga yang akan digunakan
apabila terdapat bencana.
b. Hasil wawancara yang
dilakukan kepada ketua RW 05,
mengatakan apabila terjadi
bencana gempa bumi, korban
akan dirujuk ke Puskesmas dan
Rumah Sakit. Sedangkan 3
orang lansia tidak mengetahui
kemana korban akan dirujuk.

C. Solusi
Beberapa solusi untuk permasalah tersebut yaitu :

1. Pelatihan Pemantapan Langkah-Langkah Penyelamatan Diri dari

Bencana Gempabumi Pada kelompok tokoh masyarakat

2. Memberikan Penyuluhan melalui animasi tentang bencana gempa

bumi

3. tanggap bencana, solusi penanggulangan krisis


Tabel 3.3 Planning Of Action

NO Masalah Tujuan Strategi Rencana Kegiatan Kriteria Hasil Waktu Tempat PJ


1 Ketidakmamp Masyarakat 1. Penyuluhan 1. Berikan penyuluhan 1. Masyarakat RW 05 Adella
uan RW 05 dan dan demonstrasi mampu Yanuar
masyarakat mampu demonstrasi teknik penyelamatan diri Melania
RW 05 menyelama dan teknik penyelamatan diri sendiri termasuk
menyelamatk tkan penyelamatan pada warga, kelompok tokoh
an dirinya dirinya diri termasuk kelompok: masyarakat
selama  Tokoh memahami tentang:
selama
bencana Masyarakat  Bencana gempa
bencana
dengan bumi meliputi
dengan benar. benar pengertian,
penyebab, dan
dampak dari
gempa bumi
kepada
masyarakat RW
05
 Pertolongan
pertama pada
korban bencana
gempa bumi
kepada
kelompok
penolong
 Teknik
menyelamatkan
diri saat
terjadinya
bencana gempa
bumi
2. Menentukan 2. Lakukan survei 2. Adanya kesepakatan
titik berkumpul lapangan untuk untuk penentuan
dan pemberian pembuatan jalur jalur evakuasi dan
label jalur evakuasi dan titik warga mengetahui
evakuasi berkumpul yang dimana tempat titik
strategis dan aman berkumpul
serta lakukan
pembuatan label
tanda jalur evakuasi
dan titik berkumpul

Anda mungkin juga menyukai