Anda di halaman 1dari 8

Modul 1

KONSEP BENCANA DAN PENANGGULANGAN BENCANA

SKENARIO 1: AWAS TSUNAMI!

Narendra adalah seorang dokter yang bekerja di salah satu rumah sakit yang mendapat
tugas dari Dinas Kesehatan Kota Lhokseumawe untuk membantu korban gempa dan tsunami di Palu
dan Donggala. Narendra sangat penasaran dengan penyebab bencana gempa dan tsunami tersebut,
yang telah menimbulkan korban jiwa yang begitu banyak. Setelah membaca beberapa artikel,
Narendra dapat mengetahui bahwa gempa dan tsunami yang terjadi di Palu dan Donggala termasuk
dalam klasifikasi bencana alam.

Sejak ditetapkannya status tanggap darurat, seluruh elemen pemerintah seperti BPBD,
BASARNAS, TNI, POLRI dan dinas terkait lainnya beserta seluruh relawan ikut serta dalam proses
tanggap darurat. Narendra bepikir, bagaimana pembagian tugas mereka dalam tanggap darurat? Di
lokasi bencana, Narendra melihat posko-posko sudah dikoordinasikan oleh seorang TNI yang
ditunjuk oleh pemerintah daerah setempat untuk menjadi leader dalam tanggap darurat bencana.
Narendrapun semakin penasaran, apakah fokus penanganan bencana hanya dilakukan saat terjadi
bencana saja? Jika tidak, bagaimana konsep manajemen bencana yang selama ini dijalankan oleh
pemerintah? Apakah pemerintah juga melaksanakan pengkajian risiko bencana serta melakukan
upaya mitigasi bencana? Narendra juga ingin tahu apakah dalam manajemen bencana ada prinsip
serta regulasi khusus mengingat bencana adalah salah satu kejadian yang dapat menimbulkan
banyak korban jiwa.

Bagaimana saudara menjelaskan tentang konsep bencana?

Jump 1

1. Tsunami : Tsunami adalah rangkaian gelombang laut yang mampu menjalar dengan
kecepatan hingga lebih 900 km per jam, terutama diakibatkan oleh gempabumi yang terjadi
di dasar laut.
2. Gempa bumi : Gempabumi adalah berguncangnya bumi yang disebabkan oleh tumbukan
antar lempeng bumi , patahan aktif aktivitas gunungapi atau runtuhan batuan
3. BPBD : Badan Penanggu;angan Bencana Daerah adalah perangkat daerah yang dibentuk
dalam rangka melaksankan tugas dan fungsi untuk melaksankan penanggulangan bencana.
4. Basarnas : Badan Nasional pencarian dan Pertolongan (BASARNAS) adalah lembaga
pemerintah Non kementerian yang bertugas melaksanakan tugas pemerintahan dibidang
pencarian dan pertolongan
5. TNI : Tentara Nasional Indonesia (TNI) adalah menegakkakn kedaulatan negara,
mempertahankan keutuhan wilayah negara kesatuan Indoneisa yang berdasarkan Pancasila
dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia (UUD NRI) Tahun 1945 serta
melindungi segenap bangsa dan seluruh tumpah darah Indonesia dari ancaman dan
gangguan terhadap keutuhan bangsa dan negara.
6. POLRI : Kepolisian Republik Indonesia (POLRI) sebagai organisasi negara yang bertugas
menjamin keamanan dan ketertiban masyarakat semenjak berdiri tahun 1946 telah
mengalami beberapa perubahan struktur
7. Mitigasi : serangkaian upaya untuk mengurangi resiko bencana, baik melalui
pembangunan fisik maupun penyadaran dan peningkatan kemampuan menghadapi
ancaman bencana.
Jump 2 dan 3

1. Mengapa dokter bisa mendapatkan tugas untuk membantu korban bencana alam dan
mengapa dokter harus mengetahui penanggulangan bencana?

Pengetahuan tentang kebencanaan di kalangan medis berangkat dari kesiapsiagaan


dalam menghadapi kegawatdaruratan massal (mass casualty incidence) dan bencana wabah
atau epidemi penyakit menular.  Dokter dididik agar mampu menangani kecelakaan massal
dan pengendalian penyakit.
Setelah tsunami 2004 para pendidik di dunia kedokteran menyadari  bahwa
kemampuan tersebut tidaklah cukup. Perlu memasukkan topik penanggulangan bencana
secara menyeluruh (bukan hanya tahap emergency saja), yaoitu dari pencegahan, mitigasi,
kesiapsiagaan, respon cepat pada emergency hingga rekonstruksi dan rehabilitasi pasca
bencana.  Intinya, dokter harus memahami perannya dalam setiap fase dalam siklus
penanggulangan bencana, sama seperti bagian masyarakat siaga bencana lainnya.  Dengan
kemampuan tersebut diharapkan para dokter akan mampu berkerja sama dengan baik
dengan masyarakat dalam menanggulangi berbagai jenis bencana baik bencana alam
maupun wabah penyakit dan konflik di masyarakat.

2. Bagaimana bisa terbentuknya gempa dan tsunami?


- Tsunami : Tsunami terutama disebabkan oleh gempabumi di dasar laut. Tsunami yang
dipicu akibat tanah longsor di dasar laut, letusan gunungapi dasar laut, atau akibat
jatuhnya meteor jarang terjadi.
Tidak semua gempabumi mengakibatkan terbentuknya tsunami. Syarat terjadinya
tsunami akibat gempabumi adalah:
1. Pusat gempa terjadi di dasar laut
2. Kedalaman pusat gempa kurang dari 60 km
Tsunami akibat letusan gunung api : Tahun 1883, letusan Gunung Krakatau di Indonesia
mengakibatkan Tsunami yang dahsyat. Gelombang setinggi 12 lantai gedung ini, kirakira
40 m, menghancurkan hampir 300 perkampungan dan menewaskan lebih dari 36000
orang.
Tsunami karena tanah longsor : Sekitar 81 juta ton es dan batuan jatuh ke Teluk Lituya di
Alaska tahun 1958. Longsoran ini terjadi karena guncangan gempabumi sebelumnya.
Gelombang tsunami yang terbentuk akibat longsoran ini menjalar cepat sepanjang teluk.
Tinggi gelombangnya mencapai 350-500 m saat melanda lereng-lereng gunung dan
menyapu pepohonan dan semak belukar
- Gempa bumi : Lempeng samudera yang rapat massanya lebih besar ketika
bertumbukkan dengan lempeng benua di zona tumbukan (subduksi) akan menyusup ke
bawah. Gerakan lempeng itu akan mengalami perlambatan akibat gesekan dari selubung
bumi. Perlambatan gerak itu menyebabkan penumpukkan energi di zona subduksi dan
zona patahan. Akibatnya di zona-zona itu terjadi tekanan, tarikan, dan geseran. Pada
saat batas elastisitas lempeng terlampaui, maka terjadilah patahan batuan yang diikuti
oleh lepasnya energi secara tiba-tiba. Proses ini menimbukan getaran partikel ke segala
arah yang disebut gelombang gempabumi
3. Selain tsunami dan gempa apa saja klasifikasi bencana alam?
Bencana yang terjadi secara alamiah karena terjadinya perubahan kondisi alam semesta.

4. Bagaimana cara menyelamatkan diri dan mitigasi dari tsunami dan gempa bumi?
- Tsunami : Sebesar apapun bahaya tsunami, gelombang ini tidak datang setiap saat.
Janganlah ancaman bencana alam ini mengurangi kenyamanan menikmati pantai dan
lautan.

• Jika berada di sekitar pantai, terasa ada guncangan gempabumi, air laut dekat pantai surut
secara tiba-tiba sehingga dasar laut terlihat, segeralah lari menuju ke tempat yang tinggi
(perbukitan atau bangunan tinggi) sambil memberitahukan teman-teman yang lain. • Jika
sedang berada di dalam perahu atau kapal di tengah laut serta mendengar berita dari pantai
telah terjadi tsunami, jangan mendekat ke pantai. Arahkan perahu ke laut.

• Jika gelombang pertama telah datang dan surut kembali, jangan segera turun ke daerah
yang rendah. Biasanya gelombang berikutnya akan menerjang.

• Jika gelombang telah benar-benar mereda, lakukan pertolongan pertama pada korban. Jika
berada di sekitar pantai, terasa ada guncangan gempabumi, air laut dekat pantai surut
secara tiba-tiba sehingga dasar laut terlihat, segeralah lari menuju ke tempat yang tinggi
(perbukitan atau bangunan tinggi) sambil memberitahukan teman-teman yang lain.

• Jika sedang berada di dalam perahu atau kapal di tengah laut serta mendengar berita dari
pantai telah terjadi tsunami, jangan mendekat ke pantai. Arahkan perahu ke laut.

• Jika gelombang pertama telah datang dan surut kembali, jangan segera turun ke daerah
yang rendah. Biasanya gelombang berikutnya akan menerjang.

• Jika gelombang telah benar-benar mereda, lakukan pertolongan pertama pada korban.

- Gempa Bumi :
Membangun bangunan vital/strategis atau bangunan lainnya yang mengundang
konsentrasi banyak manusia di wilayah rawan gempabumi menggunakan konstruksi
yang tahan terhadap gempa.
• Tidak membangun permukiman dan aktifitas penduduk diatas, pada atau dibawah
tebing
• Tidak mendirikan bangunan diatas tanah timbunan yang tidak memenuhi tingkat
kepadatan yang sesuai dengan daya dukung tanah terhadap konstruksi bangunan
diatasnya
• Pemetaan mikrozonasi di wilayah rawan gempa bumi
• Perlu adanya RUTR dan RTRW yang dituangkan dalam peraturan daerah yang
berwawasan dan mempertimbangkan aspek kebencanaan sehingga prinsip bangunan
berkelanjutan dapat tercapai
• Membangun kewaspadaan masyarakat dan pemerintah daerah melalui pelatihan
antisipasi jika sewaktu-waktu terjadi gempa bumi.
• Menyiapkan alur dan tempat evakuasi bencana
• Menyelenggarakan pendidikan dini melalui jalur pendidikan formal dan non-formal
tentang gempa bumi dan bahayanya di wilayah rawan gempa bumi
• Membangun alur dan tempat pengungsian serta bukit-bukit untuk menghindar dari
gelombang tsunami
5. Mengapa seluruh elemen seperti BPBD, BASARNAS< TNI dan POLRI dan relawan ikut serta
dalam proses ranggap darurat tersebut?
- TNI : besarnya kerawanan bencana alam di Indonesia, TNI Angkatan Darat berkewajiban
untuk berperan secara aktif. Upaya penanggulangan berbagai peristiwa bencana alam
tertuang pada UU Nomor 34 Tahun 2004 tentang TNI. Pasal 7 ayat (2) b point 12
mengamanatkan bahwa TNI: “membantu menanggulangi akibat bencana alam,
pengungsian dan pemberian bantuan kemanusiaan”. Pasal tersebut merupakan bagian
dari tugas Operasi Militer Selain Perang (OMSP) TNI.
TNI merupakan instansi yang paling efektif, terorganisasi dan mobile dalam konteks
penanggulangan bencana di wilayah kedaulatan Republik Indonesia. Namun demikian
kemampuan dan kekuatan TNI AD baik dari aspek Sumber Daya Manusia (SDM), Alutsista,
Sarpras maupun peranti lunaknya masih terbatas. Kondisi tersebut, jika dihadapkan pada
luas wilayah, bentuk sumber daya nasional Indonesia belum seluruhnya diberdayakan untuk
menunjang tugas penanggulangan bencana alam. Guna mengatasi berbagai keterbatasan
dan tantangan pelaksanaan tugas penanggulangan bencana di daerah, TNI AD perlu
mewujudkan suatu sinergitas dengan segenap potensi nasional dan sumber daya yang
tersedia. Potensi nasional yang perlu diberdayakan dalam penanggulangan bencana tersebut
meliputi berbagai stakeholder. Instansi yang terlibat BNPB/ BPBD selaku titik utama (focal
point), Basarnas, PMI, Ormas sosial
- POLRI: Terkait dengan manajemen bencana, Kapolri telah menerbitkan Peraturan
Kapolri no. 17 tahun 2009 tentang Manajemen Penanggulangan bencana. Dalam perkap
tersebut, diatur beberapa hal terutama tentang Komando Pengendalian Lapangan (KPL)
yaitu sistem organisasi modular (bongkar pasang) untuk menanggulangi bencana. Sistem
komando ini bersifat terpadu dimana instansi yang terlibat, bekerja sama sebagai satu
tim untuk membuat sasaran dan strategi Bersama. KPL yang dibentuk oleh kepolisian
kemudian menyerahkan tugas dan tanggung jawab kepada KPL yang dibentuk oleh
BNPB/BPBD. Setelah menyerahkan tugas dan tanggung Membangun Kepemimpinan
Kolaboratif Polri dalam Manajemen Bencana 4 | KBP. PURWOKO YUDIANTO PKN I LAN
ANGK. XLIII 2019 jawab kepada BNPB/BNPD, Polri tetap melaksanakan tugas sesuai
dengan kebutuhan di bawah koordinasi KPL yang dibentuk oleh BNPB/BPBD dan
menugaskan perwakilannya dalam struktur organisasi KP

6. Bagaimana pembagian tugas elemen2 tersebut saat proses tanggap darurat?


BNPB bertugas memberikan pedoman dan pengarahan serta menyampaikan informasi yang
berkaitan dengan penanggulangan bencana seperti mitigasi bencana, penanganan keadaan darurat
bencana, rehabilitasi, dan rekonstruksi secara adil dan setara.

BNPB menangani semua bencana seperti gempa bumi, banjir bandang, dan tanah longsor.

Sementara itu, Badan Nasional Pencarian dan Pertolongan (Basarnas) adalah Lembaga Pemerintah
Nonkementerian yang bertugas melakukan pertolongan dan evakuasi saat terjadi bencana.

Basarnas melakukan pencarian korban jika dalam suatu bencana ada korban yang hilang.

Basarnas juga melakukan koordinasi dengan BNPB dalam pelaksanaan operasi pencarian dan
pertolongan korban bencana.(*)

7. Bagaimana fokus dalam penanganan bencana?

8. Bagaimana konsep manajemen bencana yang dilaksanakan oleh pemerintah saat ini?
Manajemen bencana adalah suatu kegiatan yang dilaksanakan terusmenerus oleh seluruh
lapisan masyarakat, pemerintah, dan dunia usaha dengan tujuan untuk meningkatkan
kegiatan dalam segi perencanaan dan mengurangi dampak dari bencana, mengambil
tindakan segera serta melaksanakan pemulihan setelah terjadinya bencana.

Kegiatan yang dilakukan dalam manajemen bencana berfokus pada upaya meningkatkan
inovasi yang dihasilkan dalam penanggulangan bencana dalam rangka meningkatkan
partisipasi masyarakat. Manajemen bencana adalah proses yang berkesinambungan dan
terpadu dimulai dari perencanaa, pengorganisasian, koordinasi dan langkah-langkah yang
perlu dilakukan antara lain:
1) Pencegahan dari bahaya atau ancaman bencana,
2) Mitigasi atau pengurangan risiko bencana terhadap berbagai bencana, keparaham dan
konsekuensinya,
3) Peningkatan kapasitas,
4) Kesiapsiagaan terhadap berbagai macam bencana,
5) Respon cepat terhadap situasi bencan maupun bencana yang mengancam,
6) Menilai keparahan atau besarnya efek yang ditimbulkan akibat bencana,
7) Evakuasi adalah prose penyelamatan dan pemberian bantuan, dan
8) Rehabilitasi dan rekonstruksi
9. Bagaimana pelasanaan pengkajian risiko bencana dan upaya mitigasi bencana yang ada
saat ini?
- Manajemen Risiko Bencana adalah Proses identifikasi ,analisis dan kuantifikasi
kebolehjadian kerugian (probability of losses ) agar kebolehjadian Kerugian (probability
of losses) agar digunakan untuk mengambil tindakan pencegahan atau mitigasi dan
pemulihan.
Jenis-Jenis Bencana di Indonesia Beragam bencana pernah terjadi di Indonesia. Jenis-jenis
bencana di Indonesia dapat disimpulkan secara implisit melalui UU No. 24/2007, yaitu:
a. Bencana alam adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau serangkaian peristiwa
yang disebabkan oleh alam antara lain berupa gempa bumi, tsunami, gunung meletus,
banjir, kekeringan, angin topan, dan tanah longsor.
b. Bencana non-alam adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau rangkaian
peristiwa non-alam yang antara lain berupa kegagalan teknologi, kegagalan modernisasi,
epidemi, dan wabah penyakit.
c. Bencana sosial adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau serangkaian peristiwa
yang diakibatkan oleh manusia yang meliputi konflik sosial antarkelompok atau
antarkomunitas masyarakat, dan teror

- Upaya Mititgasi bencana adalah upaya meminimalkan dampak bencana atau


tindakan-tindakan untuk memperkecil dan mengurangi dampak yang
ditimbulkan dari suatu bencana. tujuan dari mitigasi bencana diatur dalam
Peraturan Pemerintah No.21 tahun 2008 pasal 1 ayat 6
Bagi Indonesia, faktor risiko bencana alam masih ditambah dengan letaknya yang rawan. Nusantara
berada pada pertemuan tiga lempeng tektonik yang terkenal aktif. Untuk itu, langkah-langkah
mitigasi untuk mengurangi risiko (baik korban jiwa, kerugian material maupun psikososial), sudah
sangat mendesak.

Sayangnya, Indonesia belum punya sistem mitigasi bencana yang memadai.

Survei Potensi Desa 2019 yang digelar Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan, dari setiap 15
desa/kelurahan di Indonesia, hanya satu yang memiliki sistem peringatan dini bencana alam.

10. Bagaimana prinsi dan regualasi dalam manajemen bencana?


- Undan-Undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 66, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4723)

Anda mungkin juga menyukai