Anda di halaman 1dari 5

Tsunami berasal dari bahasa jepang yaitu Tsu = pelabuhan dan Nami = Gelombang.

Jadi Tsunami berarti pasang laut besar dipelabuhan. Dalam imu kebumian terminology ini dikenal dan baku secara umum. Secara singkat Tsunami dapat dideskripsikan sebagai gelombang laut dengan periode panjang yang ditimbulkan oleh oleh suatu gangguan impulsive yang terjadi pada medium laut, seperti gempa bumi, erupsi vulkanik atau longsoran. Gangguan impulsive tsunami biasanya berasal dari tiga sumber utama, yaitu : 1. Gempa didasar laut, 2. Letusan Gunung api didasar laut, dan 3. Longsoran yang terjadi didasar laut. Gelombang tsunami yang ditimbulkan oleh gaya impulsive bersifat transien yaitu gelombangnya bersifat sesar. Gelombang semacam ini berbeda dengan gelombang laut lainnya yang bersifat kontinyu, seperti gelmbang laut yang ditimbulkan oleh gaya tarik benda angkasa. Periode tsunami ini berkisar antara 10-60 menit. Gelombang tsunami mempunyai panjang gelombang yang besar sampai mencapai 100 km. Kecepatan rambat gelombang tsunami di laut dalam mencapai 500-1000 km/jam. Kecepatan penjalaran tsunami ini sangat tergantung dari kedalaman laut dan penjalarannya dapat berlangsung mencapai ribuan kilometer. Apabila tsunami mencapai pantai, kecepatannya dapat mencapai 50 km/jam dan energinya sangat merusak daerah pantai yang dilaluinya. Kalau ditengah laut tingi gelombang tsunami paling besar sekitar 5 meter, maka pada saat mencapai pantai tinggi gelombang dapat mencapai puluhan meter. 1. IDENTIIKASI DAERAH RAWAN TSUNAMI 1. Analisis Bahaya Tsunami Analisa bahaya tsunami ditujukan untuk mengidentifikasi daerah yang akan terkena bahaya tsunami. Daerah bahaya tsunami tersebut dapat diidentifikasi dengan 2 (dua) metode : 1. Mensimulasikan hubungan antara pembangkit tsunami (gempa bumi, letusan gunung api, longsoran dasar laut) dengan tinggi gelombang tsunami. Dari hasil simulasi tinggi gelombang tsunami tersebut kemudian disimulasikan lebih lanjut dengan kondisi tata guna, topografi, morfologi dasar laut serta bentuk dan struktur geologi lahan pesisir. 2. Memetakan hubungan antara aktivitas gempa bumi, letusan gunung api, longsoran dasar laut dengan terjadinya elombang tsunami berdasarkan sejarah terjadinya tsunami. Dari hasil analisa tersebut kemudian diidentifikasi dan dipetakan lokasi yang terkena dampak gelombang tsunami. 1. Analisis Tingkat Kerentanan terhadap Tsunami. Analisa kerentanan ditujukan untuk mengidentifikasi dampak terjadinya tsunami yang berupa jumlah korban jiwa dan kerugian ekonomi, baik dalam jangka pendek yang berupa hancurnya pemukiman infrastruktur, sarana dan prasarana serta bangunan lainnya, maupun jangka panjang yang berupa terganggunya roda perekonomian akibat trauma maupun kerusakan sumberdaya alam lainnya. Analisa kerentanan tersebut didasarkan beberapa aspek, antara lain tingkat kepadatan pemukiman di daerah rawan tsunami, tingkat ketergantungan perekonomian masyarakat pada sector kelautan, keterbatasan akses transportasi untuk evakuasi maupun penyelamatan serta keterbatasan akses komunikasi.

1. Analisis Tingkat Ketahanan Terhadap Tsunami Analisa tingkat ketahanan ditujukan untuk mengidentifikasi kemampuan pemerintah serta masyarakat pada umumnya untuk merespn terjadinya bencana tsunami sehingga mampu mengurangi dampaknya. Analisis tingkat ketahanan tersebut dapat diidentifikasi dari 3 (tiga) aspek, yaitu : 1. Jumlah tenaga kesehatan terhadap jumlah penduduk 2. Kemampuan mobilias masyarakat dalam evakuasi dan penyelamatan, dan 3. Ketersedian peralatan yang dapat dipergunakan untuk evakuasi. 1. MITIGASI BENCANA TSUNAMI 1. Upaya Mitigasi Bencana Tsunami Struktural Upaya structural dalam menangani masalah bencana tsunami adalah upaya teknis yang bertujuan untuk meredam/mengurangi energy gelombang tsunami yang menjalar ke kawasan pantai. Berdasarkan pemahaman atas mekanisme terjadinya tsunami, karateristik gelombang tsunami, inventarisasi dan identifikasi kerusakan struktur bangunan, maka upaya structural tersebut dapat dibedakan menjadi 2(dua) kelompok, yaitu : 1. Alami, seperti penanaman hutan mangrove/ green belt, disepanjang kawasan pantai dan perlindungan terumbu karang. 2. Buatan, 3. Pembangunan breakwater, seawall, pemecah gelombang sejajar pantai untuk menahan tsunami, 4. Memperkuat desain bangunan serta infrastruktur lainnya dengan kaidah teknik bangunan tahan bencana tsunami dan tata ruang akrab bencana, dengan mengembangkan beberapa insentif anatara lain Retrofitting dan Relokasi. 1. Upaya Mitigasi Bencana Tsunami Non Struktural Upaya Non structural merupakan upaya non teknis yang menyangkut penyesuaian dan pengaturan tentang kegiatan manusia agar sejalan dan sesuai dengan upaya mitigasi structural maupun upaya lainnya. Upaya non structural tersebut meliputi antara lain : 1. Kebijakan tentang tata guna lahan/ tata ruang/ zonasi kawasan pantai yang aman bencana, 2. Kebijakan tentang standarisasi bangunan (pemukiman maupun bangunan lainnya) serta infrastruktur sarana dan prasarana, 3. Mikrozonasi daerah rawan bencana dalam skala local, 4. Pembuatan peta potensi bencana tsunami, peta tingkat kerentanan dan peta tingkat ketahanan, sehingga dapat didesain komplek pemukiman akrab bencana yang memperhaikan berbagai aspek, 5. Kebijakan tentang eksplorasi dan kegiatan perekonomian masyarakat kawasan pantai, 6. Pelatihan dan simulasi mitigasi bencana tsunami, 7. Penyuluhan dan sosialisasi upaya mitigasi bencana tsunami dan,

8. Pengembangan system peringatan dini adanya bahaya tsunami. Ancaman tsunami dapat dikelompokan menjadi 2 bagian yaitu ancaman tsunami jarak dekat (local) dan ancaman tsunami jarak jauh. Kejadian tsunami di Indonesia pada umumnya adalah tsunami local yang terjadi sekitar 10-20 ment setelah terjadinya gempa bumi dirasakan oleh masyarakat setempat. Sedangkan tsunami jarak jauh terjadi 1-8 jam setelah gempa dan masyarakat setempat tidak merasakan gempa buminya. Sumber : Buku Pedoman Mitigasi Bencana Alam di Wilayah Pesisir dan Pulau2 Kecil, Tahun 2009. Direktorak Pesisir dan Lautan, Ditjen KP3K Kementrian Kelautan dan Perikanan.

MULTI PASTE - Istilah Tsunami berasal dari bahasa Jepang, orang Inggris menyebutnyaseismic sea waves. Tsunami sering disalah artikan dan disamakan dengan peristiwa "gelombang pasang". Istilah Tsunami sendiri mengacu pada gelombang air yang tinggi yang disebabkan oleh perpindahan air di lautan atau danau dalam volume yang sangat besar. Tsunami di sisi lain, dapat disebabkan oleh adanya peristiwa alam yang berbeda, seperti : Pergerakan lempeng tektonik di dasar laut yang menimbulkan gempa bumi, Longsor bawah laut dalam skala besar, Letusan gunung berapi bawah laut, atau dampak dari meteor besar yang jatuh di laut, namun sebagian besar tsunami adalah hasil dari gempa bumi tektonik.

Setelah gempa bumi dan tsunami yang melanda Jepang, menunjukkan bahwa masyarakat modern pun, rentan terhadap bencana yang datang dari kekuatan alam. Tsunami telah terjadi berkali-kali sepanjang sejarah, namun karena data historis sedikit, para ilmuwan sedikit sulit untuk menyusun peringkat berdasarkan besar kerusakan dan jumlah korban jiwa yang ditimbulkan. Berikut ini 10 bencana tsunami terburuk sepanjang masa versi www.australiangeographic.com.au, diurut berdasarkan besar kerusakan dan korban jiwa yang ditimbulkan: 1. Sumatra, Indonesia - 26 Desember 2004 Gempa berkekuatan 9,1 skala richter di lepas pantai Sumatera diperkirakan terjadi pada kedalaman 30 km. Zona patahan di dasar laut yang menyebabkan tsunami itu kira-kira sepanjang 1.300 km, tinggi gelombang tsunami mencapai 50 m, menenggelamkan wilayah daratan hingga mencapai 5 km dari garis pantai, hingga ke pedalaman dekat Meulaboh, Sumatera. Tsunami ini juga yang paling banyak dicatat, dengan hampir seribu gabungan titik pengamatan dan saksi mata dari seluruh dunia melaporkan adanya kenaikan tinggi gelombang, termasuk tempat-tempat di AS, Inggris, dan Antartika. Kerugian materil yang ditimbulkan diperkirakan mencapai 10 milyar dollar dan sekitar 230.000 orang dilaporkan tewas. 2. Pantai Pasifik Utara, Jepang - 11 Maret 2011 Sebuah tsunami yang kuat dengan kecepatan gelombang mencapai 800 km per jam serta tinggi gelombang mencapai 10 m menyapu pantai timur Jepang, menewaskan lebih dari 18.000 orang. Tsunami diawali oleh gempa berkekuatan 9,0 skala richter pada kedalaman 24 km. Sekitar 452.000 orang dipindahkan ke tempat pengungsian karena rumah mereka hancur berantakan. Getaran hebat akibat gempa mengakibatkan keadaan darurat nuklir, di mana pembangkit tenaga nuklir

Fukushima Daiichi mulai bocor dan mengeluarkan uap radioaktif. Bank Dunia memperkirakan, bahwa Jepang butuh hingga lima tahun untuk merecovery kerusakan yang ditimbulkan serta dibutuhkan finansial sebesar 235 milyar dolar. 3. Lisbon, Portugal - 1 November 1755 Sebuah gempa berkekuatan 8,5 skala richter menyebabkan tiga rangkaian gelombang besar yang memporak porandakan berbagai kota di sepanjang pantai barat Portugal dan Spanyol selatan, tinggi gelombang di beberapa tempat mencapai 30 m. Tempat-tempat jauh yang terkena gelombang tsunami seperti Carlisle Bay, Barbados, di mana tinggi gelombang dilaporkan naik hingga 1,5 m. Gempa bumi dan tsunami ini menewaskan 60.000 orang di Portugal, Maroko dan Spanyol. 4. Krakatau, Indonesia - 27 Agustus 1883 Peristiwa tsunami ini terkait dengan ledakan gunung berapi Krakatau. Gelombang setinggi 37 m yang diakibatkan oleh dahsyatnya letusan gunung Krakatau menghancurkan kota Anyer dan Merak. Laut dilaporkan surut dari pantai di Bombay, India dan dilaporkan telah menewaskan satu orang di Sri Lanka. Peristiwa ini secara total telah menewaskan sekitar 40.000 orang, namun sebanyak 2.000 kematian terkait secara langsung dengan letusan gunung berapi, selebihnya adalah akibat dari tsunami yang ditimbulkan. 5. Enshunada Sea, Jepang - 20 September 1498 Gempa bumi, diperkirakan setidaknya berkekuatan 8,3 skala richter, telah menyebabkan gelombang tsunami di sepanjang pantai Kii, Mikawa, Surugu, Izu dan Sagami. Gelombang yang cukup kuat telah menyatukan Danau Hamana, yang sebelumnya terpisahkan dari laut. Dilaporan ribuan rumah hanyut tersapu banjir di seluruh wilayah yang terkena dampak tsunami, dengan total 31.000 orang tewas. 6. Nankaido, Jepang - 28 Oktober 1707 Sebuah gempa berkekuatan 8,4 skala richter telah menyebabkan gelombang laut setinggi 25 m yang menyapu pantai Pasifik Kyushyu, Shikoku, dan Honshin. Pantai Osaka juga mengalami kerusakan. Sebanyak hampir 30.000 bangunan rusak di daerah yang terkena dampak dan sekitar 30.000 orang tewas. Dilaporkan bahwa sekitar selusin gelombang besar bersusulan menenggelamkan daratan mencapai beberapa kilometer dari garis pantai sampai ke pedalaman di wilayah Kochi. 7. Sanriku, Jepang - 15 Juni 1896 Tsunami ini terjadi setelah gempa berkekuatan 7,6 skala richter, diperkirakan terjadi di lepas pantai Sanriku, Jepang. Tsunami yang terjadi di Shirahama dilaporkan telah mencapai ketinggian 38,2 m, menyebabkan kerusakan lebih dari 11.000 bangunan rumah dan menewaskan sekitar 22.000 orang. Dilaporkan juga bahwa tsunami ini, telah memukul pantai timur China, menewaskan sekitar 4.000 orang dan telah menyebabkan kerusakan parah pada lahan pertanian. 8. Chile utara - 13 Agustus 1868 Peristiwa tsunami ini disebabkan oleh rangkaian dua gempa bumi yang signifikan, diperkirakan

berkekuatan 8,5 skala richter, di lepas pantai Arica, Peru (sekarang Chile). Gelombang tsunami mempengaruhi seluruh Rim Pacific, dengan gelombang dilaporkan mencapai tinggi 21 m, yang berlangsung antara dua sampai tiga hari. Tsunami Arica dilaporkan, sampai pula ke pantai Sydney, Australia. Sebanyak 25.000 orang tewas dalam peristiwa ini dengan kerugian materil diperkirakan mencapai 300 juta dollar, kerusakan yang disebabkan oleh tsunami dan gempa bumi disepanjang pantai Peru-Chile. 9. Kepulauan Ryuku, Jepang - 24 April 1771 Sebuah gempa berkekuatan 7,4 skala richter diyakini telah menyebabkan tsunami yang merusak sejumlah besar pulau-pulau di wilayah ini, namun kerusakan paling serius terdapat di daerah Ishigaki dan Miyako Islands. Dilaporkan bahwa gelombang yang melanda Pulau Ishigaki mencapai ketinggian 85,4 m, tetapi informasi ini masih diperdebatkan karena pengukuran hanya didasarkan atas dampak kerusakan yang ditimbulkan, data resmi dari pemeritah Jepang, menyebutkan bahwa diperkirakan tinggi gelombang sekitar 11 sampai 15 m. Tsunami telah menghancurkan total 3.137 bangunan rumah dan menewaskan hampir 12.000 orang. 10. Ise Bay, Jepang - 18 Januari 1586 Gempa bumi yang menyebabkan tsunami Ise Bay diperkirakan berkekuatan 8.2 skala richter. Tinggi gelombang mencapai 6 m, menyebabkan kerusakan pada sejumlah kota. Kota Nagahama mengalami peristiwa kebakaran yang hebat setelah gempa pertama terjadi dan menghancurkan setengah dari area perkotaan. Dilaporkan pula bahwa Danau Biwa telah meluap dan menggenangi daerah perkotaan. Tsunami Ise Bay menyebabkan lebih dari 8.000 kematian dan kerusakan dalam jumlah yang besar. Alhamdulillah. Semoga informasi ini bisa bermanfaat bagi Saya dan Anda Sumber :

http://news.nationalgeographic.com/ http://www.australiangeographic.com.au/ http://academic.evergreen.edu/

Anda mungkin juga menyukai