Anda di halaman 1dari 30

Pengertian Tsunami

Tsunami

Tsunami adalah gelombang air yang sangat besar yang dibangkitkan oleh macam-macam
gangguan di dasar samudra. Gangguan ini dapat berupa gempa bumi, pergeseran lempeng,
atau gunung meletus. Tsunami tidak kelihatan saat masih berada jauh di tengah lautan, namun
begitu mencapai wilayah dangkal, gelombangnya yang bergerak cepat ini akan semakin
membesar.
Tsunami juga sering disangka sebagai gelombang air pasang. Ini karena saat mencapai
daratan, gelombang ini memang lebih menyerupai air pasang yang tinggi daripada
menyerupai ombak biasa yang mencapai pantai secara alami oleh tiupan angin. Namun
sebenarnya gelombang tsunami sama sekali tidak berkaitan dengan peristiwa pasang surut air
laut. Karena itu untuk menghindari pemahaman yang salah, para ahli oseanografi sering
menggunakan istilah gelombang laut seismik (seismic sea wave) untuk menyebut tsunami,
yang secara ilmiah lebih akurat.
Sebab-sebab terjadinya gelombang tsunami
Tsunami dapat dipicu oleh bermacam-macam gangguan (disturbance) berskala besar
terhadap air laut, misalnya gempa bumi, pergeseran lempeng, meletusnya gunung berapi di
bawah laut, atau tumbukan benda langit. Tsunami dapat terjadi apabila dasar laut bergerak
secara tiba-tiba dan mengalami perpindahan vertikal.
Langkah yang harus dilakukan Sinoman Sadar Bencana ini antara lain :
1. Petakan daerah rawan genangan tertinggi tsunami, jalur evakuasi, dan tempat
penampungan sementara yang cukup aman.
2. Berkoordinasi dengan Badan Meterologi dan Geofisika (BMG), kepolisian,
pemerintah daerah, dan rumah sakit. Jika data dari BMG mengenai peringatan dini
bencana tak bisa diharapkan kecepatannya, komunitas ini harus menghimpun gejalagejala alam yang tidak biasa terjadi.
3. Melakukan pertemuan rutin untuk menambah pengetahuan mengenai gempa dan
tsunami. Jika perlu, mendatangkan ahli.
4. Melakukan latihan secara reguler, baik terjadwal maupun tidak terjadwal.
5. Buat deadline waktu respon evakuasi untuk diterapkan saat latihan agar dalam
bencana sesungguhnya telah terbiasa merespon secara cepat.
6. Buat kode tertentu yang dikenali masyarakat sekitar untuk menandakan evakuasi.
Semisal di Pulau Simeuleu yang paling dekat dengan episentrum gempa Aceh,
memiliki istilah Semong yang diteriakkan berulang kali untuk menunjukkan adanya
tsunami. Dengan kode ini, otomatis harus dilakukan evakuasi secepatnya ke tempat
yang lebih tinggi.Menyebarkan gambar peta evakuasi di pelosok daerah tempat
anggota komunitas tinggal.

7. Menyebarkan gambar peta evakuasi di pelosok daerah tempat anggota komunitas


tinggal.
Sedangkan langkah yang harus dilakukan tiap individu adalah :
1. Siapkan satu tas darurat yang sudah diisi keperluan-keperluan mengungsi untuk 3
hari. Di dalamnya termasuk, pakaian, makanan, surat-surat berharga, dan minuman
secukupnya. Jangan membawa tas terlalu berat karena akan mengurangi kelincahan
mobilitas.
2. Selalu merespon tiap latihan dengan serius sama seperti saat terjadinya bencana.
3. Selalu peka dengan fenomena alam yang tidak biasa.
Untuk membaca tanda-tanda alam sebelum terjadinya tsunami, Amien Widodo memberikan
sejumlah petunjuk berdasarkan pengalaman tsunami-tsunami sebelumnya.
1. Terdengar suara gemuruh yang terjadi akibat pergeseran lapisan tanah. Suara ini bisa
didengar dalam radius ratusan kilometer seperti yang terjadi saat gempa dan tsunami
di Pangandaran lalu.
2. Jika pusat gempa berada di bawah permukaan laut dikedalaman dangkal dan kekuatan
lebih dari 6 skala richter, perlu diwaspadai adanya tsunami.
3. Jangka waktu sapuan gelombang tsunami di pesisir bisa dihitung berdasarkan jarak
episentrumnya dengan pesisir.
4. Garis pantai dengan cepat surut karena gaya yang ditimbulkan pergeseran lapisan
tanah. Surutnya garis pantai ini bisa jadi cukup jauh.
5. Karena surutnya garis pantai, tercium bau-bau yang khas seperti bau amis dan kadang
bau belerang.
6. Untuk wilayah yang memiliki jaringan pipa bawah tanah, terjadi kerusakan jaringanjaringan pipa akibat gerakan permukaan tanah.
7. Dalam sejumlah kasus, perilaku binatang juga bisa dijadikan peringatan dini
terjadinya tsunami. Sesaat sebelum tsunami di Aceh, ribuan burung panik dan
menjauhi pantai, sedangkan gajah-gajah di Thailand gelisah dan juga menjauhi pantai.

Apa

Itu

Tsunami?

Kata Tsunami sendiri berasal dari bahasa Jepang yang berarti Ombak Besar (Tsu :
pelabuhan dan Nami : gelombang). Adapan definisi yang disepakati banyak orang adalah
tsunami merupakan bencana alam yang disebabkan oleh naiknya gelombang laut ke daratan
dengan kecepatan yang tinggi akibat adanya gempa yang berpusat di bawah lautan. Gempa
tersebut bisa saja diakibatkan oleh tanah yang longsor, lempeng yang bergeser, gunung berapi
yang mengalami erupsi serta meteor yang jatuh di lautan. Tsunami ini biasanya terjadi apabila
besarnya gempa melebihi 7 skala richter. Tsunami ini cukup berbahaya, utamanya bagi
mereka yang bermukim di sekitaran pantai. Dengan kekuatan besar, ia akan menyapu apa saja
yang
dilewatinya.
Proses

Terjadinya

Tsunami

Jika berbicara mengenai proses terjadinya tsunami, maka kita tentu harus memulai dari
penyebabnya, yakni gempa di wilayah lautan. Tsunami selalu diawali suatu pergerakan
dahsyat yang lazim kita sebut gempa. Meski diketahui bahwa gempa ini ada beragam jenis,
namun 90% tsunami disebabkan oleh pergerakan lempeng di dalam perut bumi yang letaknya
kebetulan ada di dalam wilayah lautan. Akan tetapi perlu juga disebutkan, sejarah pernah
merekam tsunami yang dahsyat akibat meletusnya Gunung Krakatau.
Gempa yang terjadi di dalam perut bumi akan mengakibatkan munculnya tekanan ke arah
vertical sehingga dasar lautan akan naik dan turun dalam rentang waktu yang singkat. Hal ini
kemudian akan memicu ketidakseimbangan pada air lautan yang kemudian terdorong
menjadi
gelombang
besar
yang
bergerak
mencapai
wilayah
daratan.
Dengan tenaga yang besar yang ada pada gelombang air tersebut, wajar saja jika bangunan di
daratan bisa tersapu dengan mudahnya. Gelombang tsunami ini merambat dengan kecepatan
yang tak terbayangkan. Ia bisa mencapai 500 sampai 1000 kilometer per jam di lautan. Dan
saat mencapai bibir pantai, kecepatannya berkurang menjadi 50 sampai 30 kilometer per jam.
Meski berkurang pesat, namun kecepatan tersebut sudah bisa menyebabkan kerusakan yang
parah
bagi
manusia.
Jika kita mencermati proses terjadinya tsunami, tentu kita paham bahwa tak ada campur
tangan manusia di dalamnya. Dengan demikian, kita tak memiliki kendali untuk mencegah
penyebab tersebut. Namun, dengan persiapan dan kewaspadaan yang maksimal, kita bisa
meminimalisir dampak bencana tsunami ini sendiri. Contoh yang baik sudah diperlihatkan
Jepang. Meski rawan tsunami, namun kesadaran rakyatnya mampu menekan jumlah korban
akibat bencana tersebut.
Dampak Buruk Bagi Ekosistem
Seperti kita ketahui, gelombang tsunami yang naik ke daratan akan menyapu
apa saja yang ia lalui. Besarnya tekanan yang ia bawa mampu menekan,
menerjang dan merusak berbagai ekosistem di daratan. Dampak yang
ditinggalkan kurang lebih sama seperti bencana alam lainnya. Kehidupan yang
dinamis dalam suatu ekologi akan terputus mata rantainya sebab manusia,
tumbuhan dan hewan yang tersapu gelombang tersebut akan terganggu
kehidupannya bahkan tak sedikit yang kehilangan nyawa. Rusaknya berbagai
mata rantai ekosistem ini tentu akan berpengaruh banyak pada kehidupan
manusia dari berbagai aspek, baik itu ekonomi, sosial maupun budaya.

Dampak Buruk Bagi Kehidupan Sosial Masyarakat


Pasca tsunami, sendi-sendi ekonomi masyarakat akan lumpuh. Aktifitas jual dan
beli masyarakat menjadi lemah. Dampak tsunami dalam lingkup ekonomi ini
cukup sulit dipulihkan meskipun bangunan fisik sebagai infrastruktur kegiatan
masyarakat sudah pulih.
Hal lain yang dirusak bencana tsunami adalah kehidupan sosial masyarakat. Tak
bisa dipungkiri, banyak yang kehilangan keluarganya pada bencana tersebut.
Anak-anak kehilangan orang tua demikian sebaliknya. Hal ini tentu akan
menciptakan dinamika sosial dimana kehidupan sosial masyarakat akan
terganggu. Sekalipun kehidupan sosial ini pulih setelah beberapa waktu, namun
trauma yang dirasakan masyarakat setempat tentu akan sukar hilang.
Kehidupan sosial yang chaos tersebut kemudian berimbas pada wilayah lain
seperti kehidupan berbudaya, pendidikan dan lain-lain. Pasca tsunami, kegiatan
pendidikan juga seni akan terganggu sebab sarana fisik rusak. Hal ini menjadi
pekerjaan rumah tersendiri bagi Negara untuk memulihkan sendi-sendi
kehidupan masyarakat yang terkena tsunami. Hal ini tak mudah, membutuhkan
energi, waktu dan biaya yang tak sedikit.
Oleh karena penyebab bencana tsunami murni alam, maka langkah pencegahan
yang bisa dilakukan hanyalah dengan mempersiapkan masyarakat agar lebih
waspada dan siaga. Untuk mendukung program ini, pemerintah menggerakkan
semua pemangku kebijakan di segala sektor. Indonesia jauh tertinggal dari
Jepang dalam menghadapi tsunami. Sehingga dampak tsunami di Indonesia
jauh lebih dramatis. Namun hal tersebut disebabkan beberapa faktor salah
satunya adalah perbedaan kondisi perekonomian kedua Negara. Meski demikian,
Indonesia tetap harus berguru pada Jepang, negeri yang dilanda gempa
sepanjang tahun ini memang mampu menangani bencana dengan langkah yang
lebih taktis.

Dampak positif dari bencana tsunami


1.Bencana alam merenggut banyak korban,sehingga lapangan pekerjaan menjadi terbuka luas
bagi yang masih hidup,,
2. Menjalin kerjasama dan bahu membahu untuk menolong korban bencana,menimbulkan
efek kesadaran bahwa manusia itu saling membutuhkan satu sama lain..anggap aja ini
kegunaany scara psikologis ya..
3. Kita bisa mengetahui sampai dimanakah kekuatan konstruksi bangunan kita serta
kelemahannya..dan kita dapat melakukan inovasi baru untuk penangkalan apabila bencana
tersebut datang kembali tetapi dgn konstruksi yg lbh baik..
Dampak negatif dari bencana tsunami
1. Banyak tenaga kerja ahli yang menjadi korban sehingga sulit untuk mencari lagi tenaga
ahli yang sesuai dalam bidang pekerjaanya
2. Pemerintah akan kewalahan dalam pelaksaan pembangunan pasca bencana karna faktor
dana yang besar..
3. Menambah tingkat kemiskinan apabila ada masyarakat korban bencana yang kehilanngan
harta bendannya

4. Wilayah Rentan Tsunami

Bencana tsunami terjadi di wilayah pesisir atau dekat pantai. Dampak dari tsunami
sangat besar terasa pada wilayah yang ketinggiannya kurang dari 25 m dpl (di atas

permukaan laut) dan jangkauan luas sekitar 1,8 km dari jarak pantai terdekat.
Untuk mengurangi dampak tsunami, dapat di lakukan persiapan berikut:
Hindari tempat tinggal atau tinggal di daerah sekitar 100 meter daritepi pantai,
Menanam tanaman yang mampu menahan gelombang seperti palem, waru, camplung,
beringin atau jenis lainya, serta
Ikuti tata guna lahan yang telah ditetapkan pemerintah setempat.
Indonesia merupakan negara yang rawan terhadap tsunami, terutama kepulauan yang
berhadapan langsung dengan pertemuan lempeng, antara lain Barat Sumatera, Selatan Jawa,
Nusa Tenggara, Utara Papua, Sulawesi dan Maluku, serta Timur Kalimantan.
Gelombang tsunami yang menyebabkan korban jiwa paling banyak di laporkan saat
terjadi peristiwa letusan gunung berapi Krakatau pada 1883. Saat itu diperkirakan 36 ribu
jiwa meninggal akibat letusan gunung yang mengakibatkan ombak setinggi bangunan 12
tingkat. Ombak akibat letusan gunung yang terletak di Selat Sunda itu mencapai sekitar 120
kilometer dari pusat letusan.

5. Penanggulangan Akibat Bencana Alam Tsunami


Saat terjadinya tsunami tidak bisa diramalkan dengan tepat. Akan tetapi kita bisa
menerima peringatan akan terjadinya tsunami sehingga masih ada waktu untuk
menyelamatkan diri.
Kejadian tsunami pada umumnya di Indonesia didahului dengan gempa bumi besar dan
surut nya air laut. Terdapat selang waktu antara waktu terjadinya gempa bumi sebagai sumber
tsunami dan waktu tiba tsunami di pantai, mengingat kecepatan gelombang gempa jauh lebih
besar dibandingkan kecepatan tsunami. Metode pendugaan secara cepat dan akurat
memerlukan teknologi tinggi. Di Indonesia pada umumnya, tsunami terjadi dalam waktu
kurang dari 40 menit setelah terjadinya gempa bumi besardi bawah laut.
Lalu apa yang harus dilakukan saat gempa bumi terjadi dengan skala yang besar sebagai
awal terjadinya tsunami? Berikut ini adalah tindakan yang harus kita lakukan.
a.

Pada saat gempa bumi terjadi lindungilah diri dan keluarga terlebih dahulu.
Begitu gempa bumi berhenti, segera kumpulkan keluarga kalian dan mengungsi ke tempat

b.
c.

yang aman, karena tsunami bisa terjadi dalam sekejap waktu.


Mengungsilah ke tempat yang lebih tinggi dan jauh dari pantai.
Hindari berada di bawah gedung, jembatan atau kabel listrik tegangan tinggi, karena
kemungkinan bangunan itu akan runtuh setelah gempa.
Tindakan yang harus kalian lakukan saat tsunami terjadi adalah sebagai berikut:

a.

Jika sedang berada di dalam perahu atau kapal di tengah laut serta mendengar berita dari
pantai telah terjadi tsunami, jangan mendekat ke pantai. Arahkan perahu ke laut. Jika
gelombang pertama telah datang dan surut kembali, jangan segera turun ke daerah yang
rendah. Biasanya gelombang berikutnya akan menerjang. Jika gelombang telah benar-benar

b.

mereda, lakukan pertolongan pertama pada korban.


Jika kalian sedang berada di pinggir laut atau dekat sungai, segera berlari sekuat-kuatnya

c.
d.

ketempat yang lebih tinggi. Jika memungkinkan, berlarilah menuju bukit yang terdekat.
Jika situasi memungkinkan, pergilah ke tempat evakuasi yang sudah ditentukan.
Jika situasi tidak memungkinkan untukmelakukan tindakan no. 2, carilah bangunan
bertingkat yang bertulang baja (ferroconcrete building), gunakan tangga darurat untuk sampai

e.

ke lantai yang paling atas (sedikitnya sampai ke lantai 3).


Jika situasi memungkinkan, pakai jaket hujan dan pastikan tangan kalian tidak membawa

f.
g.

apa-apa.
Saat mendengar peringatan, segera sampaikan pada semua orang.
Segera lakukan pengungsian, karena tsunami bisa terjadi dengan cepat hingga waktu untuk

h.
i.
j.
k.

mengungsi sangat terbatas.


Ikuti petunjuk dari pemerintah (Satlak PB-P) atau organisasi yang berwenang.
Mengungsilah ke daerah yang lebih tinggi dan sejauh mungkin dari pantai.
Ikuti perkembangan terjadinya bencana melalui media atau sumber yang bisa dipercaya.
Apabila kemungkinan terjadinya bencana tsunami bisa diperkirakan sebelumnya, masyarakat
pasti akan diberi peringatan.
Berikut ini adalah strategi mitigasi dan upaya pengurangan bencana alam tsunami yang

a.
b.

mulai disosialisasikan oleh pemerintah.


Peningkatan kewaspadaan dan kesiapsiagaan terhadap bahaya tsunami.
Pendidikan kepada masyarakat terutama yang tinggal di daerah pantai, tentang bahaya

c.
d.
e.

tsunami.
Pembangunan Tsunami Early Warning System (Sistem Peringatan Dini Tsunami).
Pembangunan tembok pertahan tsunami pada garis pantai yang beresiko.
Penanaman mangrove serta tanaman lainnya sepanjang garis pantai untuk meredam gaya air

f.

tsunami.
Pembangunan tempat-tempat evakuasi yang aman di sekitar daerah pemukiman yang cukup

g.

tinggi dan mudah dilalui untuk menghindari ketinggian tsunami.


Peningkatan pengetahuan masyarakat lokal khususnya yang tinggal di pinggir pantai tentang

h.
i.
j.
k.
l.

pengenalan tanda-tanda tsunami, cara-cara penyelamatan diri terhadap bahaya tsunami.


Pembangunan rumah yang tahan terhadap bahaya tsunami.
Mengenali karakteristik dan tanda-tanda bahaya tsunami.
Memahami cara penyelamatan jika terlihat tanda-tanda akan terjadi tsunami.
Meningkatkan kewaspadaan dan kesiapsiagaan dalam menghadapi tsunami.
Melaporkan secepatnya jika mengetahui tanda-tanda akan terjadinya tsunami kepada petugas

yang berwenang: Kepala Desa, Polisi, Stasiun Radio, SATLAK PB maupun institusi terkait.
m. Melengkapi diri dengan alat komunikasi.

BAB I PENDAHULUAN
1.1

Latar Belakang

Tsunami (bahasa Jepang: ; tsu = pelabuhan, nami = gelombang, secara harafiah berarti
"ombak besar di pelabuhan") adalah perpindahan badan air yang disebabkan oleh perubahan
permukaan laut secara vertikal dengan tiba-tiba. Perubahan permukaan laut tersebut bisa
disebabkan oleh gempa bumi yang berpusat di bawah laut, letusan gunung berapi bawah laut,
longsor bawah laut, atau atau hantaman meteor di laut. Gelombang tsunami dapat merambat
ke segala arah. Tenaga yang dikandung dalam gelombang tsunami adalah tetap terhadap
fungsi ketinggian dan kelajuannya. Di laut dalam, gelombang tsunami dapat merambat
dengan kecepatan 500-1000 km per jam. Setara dengan kecepatan pesawat terbang.
Ketinggian gelombang di laut dalam hanya sekitar 1 meter. Dengan demikian, laju
gelombang tidak terasa oleh kapal yang sedang berada di tengah laut. Ketika mendekati
pantai, kecepatan gelombang tsunami menurun hingga sekitar 30 km per jam, namun
ketinggiannya sudah meningkat hingga mencapai puluhan meter. Hantaman gelombang
Tsunami bisa masuk hingga puluhan kilometer dari bibir pantai. Kerusakan dan korban jiwa
yang terjadi karena Tsunami bisa diakibatkan karena hantaman air maupun material yang
terbawa oleh aliran gelombang tsunami.
Dampak negatif yang diakibatkan tsunami adalah merusak apa saja yang dilaluinya.
Bangunan, tumbuh-tumbuhan, dan mengakibatkan korban jiwa manusia serta menyebabkan
genangan, pencemaran air asin lahan pertanian, tanah, dan air bersih.
Sejarawan Yunani bernama Thucydides merupakan orang pertama yang mengaitkan
tsunami dengan gempa bawah lain. Namun hingga abad ke-20, pengetahuan mengenai
penyebab tsunami masih sangat minim. Penelitian masih terus dilakukan untuk memahami
penyebab tsunami.
Teks-teks geologi, geografi, dan oseanografi di masa lalu menyebut tsunami sebagai
"gelombang laut seismik".
1.2

Rumusan Masalah

a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.

Apa yang di maksud dengan tsunami?


Apa penyebab dari bencana tsunami?
Gejala apa saja yang muncul sebelum tsunami terjadi?
Bagaimana poses terjadinya tsunami?
Apa akibat dari bencana tsunami?
Bagaimana upaya untuk pencegahan serta penanggulangan tsunami?
Dimana saja kawasan yang pernah terjadi bencana tsunami?

Bab II Pembahasan
2.1

Pengertian Tsunami
Tsunami adalah rangkaian gelombang laut yang mampu menjalar dengan kecepatan hingga
lebih 900 km per jam, terutama diakibatkan oleh gempa bumi yang terjadi di dasar laut.
Kecepatan gelombang tsunami bergantung pada kedalaman laut. Di laut dengan
kedalaman7000 m misalnya, kecepatannya bisa mencapai 942,9 km/jam. Kecepatan ini
hampir sama dengan kecepatan pesawat jet. Namun demikian tinggi gelombangnya di
tengah laut tidak lebihdari 60 cm. Akibatnya kapal-kapal yang sedang berlayar diatasnya
jarang merasakan adanya tsunami. Berbeda dengan gelombang laut biasa, tsunami
memiliki panjang gelombang antara dua puncaknya lebih dari 100 km di laut lepas dan
selisih waktu antara puncak-puncak gelombangnya berkisar antara 10 menit hingga 1 jam.
Saat mencapai pantai yang dangkal, teluk,atau muara sungai gelombang ini menurun
kecepatannya, namun tinggi gelombangnya meningkat puluhan meter dan bersifat merusak.

2.2

Penyebab tsunami
Tsunami tidak akan terjadi jika tidak ada faktor pemicu. Faktor penyebab terjadinya tsunami
ini adalah:

2.2.1

Gempa bumi yang berpusat di bawah laut


Meskipun demikian, tidak semua gempa bumi dibawah laut berpotensi menimbulkan
tsunami. Gempa bumi dasar laut dapat menjadi pernyebab terjadinya tsunami adalah
gempa bumi dengan kriteria sebagai berikut:

Gempa bumi yang terjadi di dasar laut.


Pusat gempa kurang dari 30 km dari permukaan laut.
Magnitudo gempa lebih besar dari 6,0 SR.
Jenis pensesaran gempa tergolong sesar vertikal (sesar naik atau turun).
Tsunami yang ditimbulkan oleh gempabumi biasanya menimbulkan gelombang yang cukup
besar, tergantung dari kekuatan gempanya dan besarnya area patahan yang terjadi.
Tsunami dapat dihasilkan oleh gangguan apapun yang dengan cepat memindahkan suatu
massa air yang sangat besar, seperti suatu gempabumi, letusan vulkanik, batu
bintang/meteor atau tanah longsor. Bagaimanapun juga, penyebab yang paling umum
terjadi adalah dari gempabumi di bawah permukaan laut. Gempabumi kecil bisa saja
menciptakan tsunami akibat dari adanya longsor di bawah permukaan laut/lantai samudera
yang mampu untuk membangkitkan tsunami. Tsunami dapat terbentuk manakala lantai
samudera berubah bentuk secara vertikal dan memindahkan air yang berada di atasnya.
Dengan adanya pergerakan secara vertical dari kulit bumi, kejadian ini biasa terjadi di
daerah pertemuan lempeng yang disebut subduksi. Gempa bumi di daerah subduksi ini
biasanya sangat efektif untuk menghasilkan gelombang tsunami dimana lempeng
samudera slip di bawah lempeng kontinen, proses ini disebut juga dengan subduksi.

2.2.2

Letusan Gunung Berapi

Letusan gunung berapi dapat menyebabkan terjadinya gempa vulkanik (gempa akibat
letusan gunung berapi). Tsunami besar yang terjadi padatahun 1883 adalah akibat
meletusnya Gunung Krakatau yang berada di Selat Sunda. Meletusnya Gunung Tambora di
Nusa Tenggara Barat padatanggal 10-11 April 1815 juga memicu terjadinya tsunami yang
melanda Jawa Timur dan Maluku. Indonesia sebagai negara kepulauan yang beradadi
wilayah ring of fire (sabuk berapi) dunia tentu harus mewaspadai ancaman ini.
2.2.3

Longsor bawah laut.


Longsor bawah laut ini terjadi akibat adanya tabrakan antara lempeng samudera dan
lempeng benua. Proses ini mengakibatkan terjadinya palung laut dan pegunungan. Tsunami
karena longsoran bawah laut ini dikenal dengan nama tsunamic submarine landslide.

2.2.4

Hantaman Meteor di Laut


Jatuhnya meteor berukuran besar di laut juga merupakan penyebab terjadinya tsunami.

2.3

2.4

Gejala Tsunami
Diawali dengan gempa bumi.
Air laut tiba-tiba surut
Bau garam menyengat
Langit tampak berwarna hitam
Terjadi ledakan yang dahsyat
Sistem Peringatan DIni
Banyak kota-kota di sekitar Pasifik, terutama di Jepang dan juga Hawaii,
mempunyai sistem peringatan tsunami dan prosedur evakuasi untuk menangani kejadian
tsunami. Bencana tsunami dapat diprediksi oleh berbagai institusi seismologi di berbagai
penjuru dunia dan proses terjadinya tsunami dapat dimonitor melalui perangkat yang ada di
dasar atu permukaan laut yang terknoneksi dengansatelit.
Perekam tekanan di dasar laut bersama-sama dengan perangkat yang
mengapung di laut buoy, dapat digunakan untuk mendeteksi gelombang yang tidak dapat
dilihat oleh pengamat manusia pada laut dalam. Sistem sederhana yang pertama kali
digunakan untuk memberikan peringatan awal akan terjadinya tsunami pernah dicoba di
Hawai pada tahun 1920-an. Kemudian, sistem yang lebih canggih dikembangkan lagi
setelah terjadinya tsunami besar pada tanggal 1 April 1946 dan 23 Mei 1960. Amerika
serikat membuat Pasific Tsunami Warning Center pada tahun 1949, dan
menghubungkannya ke jaringan data dan peringatan internasional pada tahun 1965.
Salah satu sistem untuk menyediakan peringatan dini tsunami, CREST Project,
dipasang di pantai Barat Amerika Serikat, Alaska, dan Hawai oleh USGS, NOAA, dan Pacific
Northwest Seismograph Network, serta oleh tiga jaringan seismik universitas.
Hingga kini, ilmu tentang tsunami sudah cukup berkembang, meskipun proses
terjadinya masih banyak yang belum diketahui dengan pasti. Episenter dari sebuah gempa
bawah laut dan kemungkinan kejadian tsunami dapat cepat dihitung. Pemodelan tsunami
yang baik telah berhasil memperkirakan seberapa besar tinggi gelombang tsunami di
daerah sumber, kecepatan penjalarannya dan waktu sampai di pantai, berapa ketinggian
tsunami di pantai dan seberapa jauh rendaman yang mungkin terjadi di daratan. Walaupun
begitu, karena faktor alamiah, seperti kompleksitas topografi dan batimetri sekitar pantai dan

adanya corak ragam tutupan lahan (baik tumbuhan, bangunan, dll), perkiraan waktu
kedatangan tsunami, ketinggian dan jarak rendaman tsunami masih belum bisa dimodelkan
secara akurat.
Sistem peringatan dini di indonesia
Pemerintah Indonesia, dengan bantuan negara-negara donor, telah
mengembangkan Sistem Peringatan Dini Tsunami Indonesia (Indonesian Tsunami Early
Warning System - InaTEWS). Sistem ini berpusat pada Badan Meteorologi, Klimatologi, dan
Geofisika (BMKG) di Jakarta. Sistem ini memungkinkan BMKG mengirimkan peringatan
tsunami jika terjadi gempa yang berpotensi mengakibatkan tsunami. Sistem yang ada
sekarang ini sedang disempurnakan. Kedepannya, sistem ini akan dapat mengeluarkan 3
tingkat peringatan, sesuai dengan hasil perhitungan Sistem Pendukung Pengambilan
Keputusan (Decision Support System - DSS).
Pengembangan Sistem Peringatan Dini Tsunami ini melibatkan banyak pihak,
baik instansi pemerintah pusat, pemerintah daerah, lembaga internasional, lembaga nonpemerintah. Koordinator dari pihak Indonesia adalah Kementrian Negara Riset dan
Teknologi(RISTEK). Sedangkan instansi yang ditunjuk dan bertanggung jawab untuk
mengeluarkan INFO GEMPA dan PERINGATAN TSUNAMI adalah BMKG (Badan
Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika). Sistem ini didesain untuk dapat mengeluarkan
peringatan tsunami dalam waktu paling lama 5 menit setelah gempa terjadi.
Sistem Peringatan Dini memiliki 4 komponen:
1.
Pengetahuan mengenai Bahaya dan Resiko,
2.
Peramalan,
3.
Peringatan, dan Reaksi.Observasi (Monitoring gempa dan permukaan laut),
4.
Integrasi dan Diseminasi Informasi, Kesiapsiagaan.

Cara Kerja
Sebuah Sistem Peringatan Dini Tsunami adalah merupakan rangkaian sistem
kerja yang rumit dan melibatkan banyak pihak secara internasional, regional, nasional,
daerah dan bermuara di Masyarakat.
Apabila terjadi suatu Gempa, maka kejadian tersebut dicatat oleh alat
Seismograf (pencatat gempa). Informasi gempa (kekuatan, lokasi, waktu kejadian)
dikirimkan melalui satelit ke BMKG Jakarta. Selanjutnya BMG akan mengeluarkan INFO
GEMPA yang disampaikan melalui peralatan teknis secara simultan. Data gempa
dimasukkan dalam DSS untuk memperhitungkan apakah gempa tersebut berpotensi
menimbulkan tsunami. Perhitungan dilakukan berdasarkan jutaan skenario modelling yang
sudah dibuat terlebih dahulu. Kemudian, BMKG dapat mengeluarkan INFO PERINGATAN
TSUNAMI. Data gempa ini juga akan diintegrasikan dengan data dari peralatan sistem
peringatan dini lainnya (GPS, BUOY, OBU, Tide Gauge) untuk memberikan konfirmasi
apakah gelombang tsunami benar-benar sudah terbentuk. Informasi ini juga diteruskan oleh
BMKG. BMKG menyampaikan info peringatan tsunami melalui beberapa institusi perantara,
yang meliputi (Pemerintah Daerah dan Media). Institusi perantara inilah yang meneruskan
informasi peringatan kepada masyarakat. BMKG juga menyampaikan info peringatan
melalui SMS ke pengguna ponsel yang sudah terdaftar dalam database BMKG. Cara
penyampaian Info Gempa tersebut untuk saat ini adalah melalui SMS, Facsimile, Telepon,
Email, RANET (Radio Internet), FM RDS (Radio yang mempunyai fasilitas RDS/Radio Data
System) dan melalui Website BMG (www.bmg.go.id).
Pengalaman serta banyak kejadian dilapangan membuktikan bahwa meskipun
banyak peralatan canggih yang digunakan, tetapi alat yang paling efektif hingga saat ini
untuk Sistem Peringatan Dini Tsunami adalah RADIO. Oleh sebab itu, kepada masyarakat
yang tinggal didaerah rawan Tsunami diminta untuk selalu siaga mempersiapkan RADIO FM
untuk mendengarkan berita peringatan dini Tsunami. Alat lainnya yang juga dikenal ampuh
adalah Radio Komunikasi Antar Penduduk. Organisasi yang mengurusnya adalah RAPI
(Radio Antar Penduduk Indonesia). Mengapa Radio ? jawabannya sederhana, karena ketika
gempa seringkali mati lampu tidak ada listrik. Radio dapat beroperasi dengan baterai. Selain
itu karena ukurannya kecil, dapat dibawa-bawa (mobile). Radius komunikasinyapun relatif
cukup memadai.
2.5

Rambatan Tsunami
Kecepatan rambat gelombang tsunami berbeda-beda, tergantung pada kedalaman laut. Di
laut dalam, kecepatan rambat tsunami mencapai 500 1000km per jam atau setara dengan
kecepatan pesawat terbang namun ketinggiangelombangnya hanya sekitar 1 meter.Ketika
gelombang tsunami ini sudah mendekati pantai, kecepatan rambatnya hanya sekitar 30 km
per jam, namun ketinggian gelombangnya bisa mencapai puluhan meter. Ini sebabnya
banyak orang yang sedang berlayar di laut dalam tak menyadari adanya tsunami.
kehancuran mengerikan yang disebabkan oleh tsunami.

2.6

Karakteristik Tsunami

a.

Kecepatan Tsunami
Secara empiris, kecepatan tsunami tergantung pada kedalaman laut dan percepatan
gravitasi di tempat tersebut. Untuk di laut dalam, kecepatan tsunami bisa setara dengan
kecepatan pesawat jet, yaitu sekitar 800 km/jam. Semakin dangkal lautnya, kecepatan
tsunami semakin berkurang, yaitu berkisar antara 2 5 km/jam.

b.

Ketinggian Tsunami
Ketinggian gelombang Tsunami berbanding terbalik dengan kecepatanya. Artinya, jika
kecapatan tsunami besar, tetapi ketinggian gelombang tsunami hanya beberapa puluh
centimeter saja. Sebaliknya untuk di daerah pantai, kecepatan tsunaminya kecil, sedangkan
ketinggian gelombangnya cukup tinggi, bisa mencapai puluhan meter.
Ketinggian tsunami di pantai dipengaruhi oleh beberapa faktor, salah satunya adalah
bentuk pantainya. Ada 2 (dua) bentuk pantai yaitu :

1.

Pantainya terjal
Bentuk pantai seperti ini mengakibatkan bagian utama dari energi tsunami dipantulkan oleh
slope (pembatas). Sehingga pemantulannya secara utuh mengikuti periode tsunami, tanpa
pecah. Tinggi gelombang yang gelombang yang dihasilkan antara 1 2 meter.

2.

Pantainya Landai
Bentuk pantai ini mengakibtkan energi tsunami akan dinaikkan oleh pantai, disini berlaku
prinsip dasar energi, yakni energi selalu konstan. Sehingga jika kecepatannya berkurang
maka amplitudonya besar, panjang gelombangnya berkurang dan mengakibatkan
pecahnya gelombang. Hal inilah yang mengakibatkan tinggi gelombang tsunami bisa
mencapai puluhan meter.

2.7

Skema Terjadinya Tsunami


Tsunami dapat terjadi jika terjadi gangguan yang menyebabkan perpindahan sejumlah besar
air, seperti letusan gunung api, gempa bumi, longsor maupun meteor yang jatuh ke bumi.
Namun, 90% tsunami adalah akibat gempa bumi bawah laut. Dalam rekaman sejarah
beberapa tsunami diakibatkan oleh gunung meletus, misalnya ketika meletusnya Gunung
Krakatau.
Gerakan vertikal pada kerak bumi, dapat mengakibatkan dasar laut naik atau turun secara
tiba-tiba, yang mengakibatkan gangguan keseimbangan air yang berada di atasnya. Hal ini
mengakibatkan terjadinya aliran energi air laut, yang ketika sampai di pantai menjadi
gelombang besar yang mengakibatkan terjadinya tsunami.
Kecepatan gelombang tsunami tergantung pada kedalaman laut di mana gelombang terjadi,
dimana kecepatannya bisa mencapai ratusan kilometer per jam. Bila tsunami mencapai
pantai, kecepatannya akan menjadi kurang lebih 50 km/jam dan energinya sangat merusak
daerah pantai yang dilaluinya. Di tengah laut tinggi gelombang tsunami hanya beberapa cm
hingga beberapa meter, namun saat mencapai pantai tinggi gelombangnya bisa mencapai
puluhan meter karena terjadi penumpukan masa air. Saat mencapai pantai tsunami akan
merayap masuk daratan jauh dari garis pantai dengan jangkauan mencapai beberapa ratus
meter bahkan bisa beberapa kilometer.

Gerakan vertikal ini dapat terjadi pada patahan bumi atau sesar. Gempa bumi juga banyak
terjadi di daerah subduksi, dimana lempeng samudera menelusup ke bawah lempeng
benua.
Tanah longsor yang terjadi di dasar laut serta runtuhan gunung api juga dapat
mengakibatkan gangguan air laut yang dapat menghasilkan tsunami. Gempa yang
menyebabkan gerakan tegak lurus lapisan bumi. Akibatnya, dasar laut naik-turun secara
tiba-tiba sehingga keseimbangan air laut yang berada di atasnya terganggu. Demikian pula
halnya dengan benda kosmis atau meteor yang jatuh dari atas. Jika ukuran meteor atau
longsor ini cukup besar, dapat terjadi megatsunami yang tingginya mencapai ratusan meter.
2.8

1.
2.

3.

1.

2.
3.
4.

Dampak Tsunami
Dampak Positif dari bencana tsunami
:
Bencana alam merenggut banyak korban, sehingga lapangan pekerjaan menjadi terbuka
luas bagi yang masih hidup
Kegunaan secara Psikologis: Menjalin kerjasama dan bahu- membahu untuk menolong
korban bencana, menimbulkan efek kesadaran bahwa manusia itu saling membutuhkan
satu sama lain.
Kita bisa mengetahui samapai dimanakah konstruksi bangunan kita serta kelemahannya,
dan kita dapat melakukan inovasi baru untuk penangkalan apabila bencana tersebut datang
kembali tetapi dengan konstruksi yang lebih baik.
Dampak Negatif dari bencana tsunami
Merusak apa saja yang dilaluinya. bangunan, tumbuh-tumbuhan dan dan mengakibatkan
korban jiwa manusia, serta menyebabkan genangan, pencemaran air asin lahan pertanian,
tanah, dan air bersih.
Banyak tenaga kerja ahli yang menjadi korban, sehingga sulit mencari lagi tenaga ahli yang
sesuai dalam bidang pekerjaannya.
Pemerintah akan kewalahan dalam pelaksanaan pembangunan pasca bencana, karena
faktor dana yang besar.
menambah tingkat kemiskinan apabila ada masyarakat korban bencana yang kehilangan
harta benda.

2.9

Mitigasi Tsunami
Mitigasi meliputi segala tindakan yang mencegah bahaya, mengurangi kemungkinan
terjadinya bahaya, dan mengurangi daya rusak suatu bahaya yang tidak dapat dihindarkan.
Mitigasi adalah dasar managemen situasi darurat. Mitigasi dapat didefinisikan sebagai aksi
yang mengurangi atau menghilangkan resiko jangka panjang bahaya bencana alam dan
akibatnya terhadap manusia dan harta-benda (FEMA, 2000). Mitigasi adalah usaha yang
dilakukan oleh segala pihak terkait pada tingkat negara, masyarakat dan individu.
Untuk mitigasi bahaya tsunami atau untuk bencana alam lainnya, sangat diperlukan
ketepatan dalam menilai kondisi alam yang terancam, merancang dan menerapkan teknik
peringatan bahaya, dan mempersiapkan daerah yang terancam untuk mengurangi dampak
negatif dari bahaya tersebut. Ketiga langkah penting tersebut: 1) penilaian bahaya (hazard
assessment), 2) peringatan (warning), dan 3) persiapan (preparedness) adalah unsur utama
model mitigasi. Unsur kunci lainnya yang tidak terlibat langsung dalam mitigasi tetapi sangat
mendukung adalah penelitian yang terkait (tsunami-related research).

2.9.1

Penilaian Bahaya (Hazard Assessment)

Unsur pertama untuk mitigasi yang efektif adalah penilaian bahaya. Untuk setiap komunitas
pesisir, penilaian bahaya tsunami diperlukan untuk mengidentifikasi populasi dan aset yang
terancam, dan tingkat ancaman (level of risk). Penilaian ini membutuhkan pengetahuan
tentang karakteristik sumber tsunami, probabilitas kejadian, karakteristik tsunami dan
karakteristik morfologi dasar laut dan garis pantai. Untuk beberapa komunitas, data dari
tsunami yang pernah terjadi dapat membantu kuantifikasi faktor-faktor tersebut. Untuk
komunitas yang tidak atau hanya sedikit memiliki data dari masa lalu, model numerik
tsunami dapat memberikan perkiraan. Tahapan ini umumnya menghasilkan peta potensi
bahaya tsunami, yang sangat penting untuk memotivasi dan merancang kedua unsur
mitigasi lainnya, peringatan dan persiapan.
1.

Data rekaman tsunami (Historical tsunami data)


Rekaman data umumnya tersedia dalam banyak bentuk dan di banyak tempat. Format
yang ada mencakup publikasi dan katalog manuskrip, laporan penyelidikan lapangan,
pengalaman pribadi, berita koran, rekaman film dan video. Salah satu instansi riset
penyimpan data terbesar adalah International Tsunami Information Center di Honolulu,
Hawaii.

2. Data paleotsunami
Penelitian paleotsunami juga dapat dilakukan pada endapan tsunami di daerah pesisir dan
bukti-bukti lainnya yang terkait dengan pergeseran sesar penyebab gempabumi
tsunamigenik.
3. Penyelidikan pasca tsunami
Survey penyelidikian pasca tsunami dilakukan mengikuti suatu peristiwa tsunami yang baru
terjadi untuk mengukur batas inundasi dan merekam keterangan saksi mata mengenai
jumlah gelombang, waktu kedatangan gelombang, dan gelombang mana yang terbesar.

4. Pemodelan numerik
Seringkali karena rekaman data minimal, satu-satunya jalan untuk menentukan daerah
potensi bahaya adalah menggunakan pemodelan numerik. Model dapat dimulai dari
skenario terburuk. Informasi ini kemudian menjadi dasar pembuatan peta evakuasi tsunami
dan prosedurnya.
2.9.2

Peringatan (warning)
Unsur kunci kedua untuk mitigasi tsunami yang efektif adalah suatu sistem peringatan untuk
memberi peringatan kepada komunitas pesisir tentang bahaya tsunami yang tengah
mengancam. Sistem peringatan didasarkan kepada data gempabumi sebagai peringatan
dini, dan data perubahan muka airlaut untuk konfirmasi dan pengawasan tsunami. Sistem
peringatan juga mengandalkan berbagai saluran komunikasi untuk menerima data seismik
dan perubahan muka airlaut, dan untuk memberikan pesan kepada pihak yang berwenang.
Pusat peringatan (warning center) haruslah: 1) cepat memberikan peringatan secepat
mungkin setelah pembentukan tsunami potensial terjadi, 2) tepat menyampaikan pesan
tentang tsunami yang berbahaya seraya mengurangi peringatan yang keliru, dan 3)
dipercaya bahwa sistem bekerja terus-menerus, dan pesan mereka disampaikan dan
diterima secara langsung dan mudah dipahami oleh pihak-pihak yang berkepentingan.
1. Data
Sistem peringatan membutuhkan data seismik dan muka airlaut setiap saat secara cepat
(real atau near-real time). Sistem ini juga membutuhkan rekaman data gempabumi dan
tsunami yang pernah terjadi. Kedua jenis data tersebut dipergunakan untuk dapat secara
cepat mendeteksi dan melokalisasi gempabumi tsunamigenik potensial, untuk
mengkonfirmasi apakah tsunami telah terbentuk, dan untuk memperkirakan dampak
potensial terhadap daerah pesisir yang menjadi tanggungjawabnya.

1.1 Data seismic


Sinyal seismik getaran dari gempabumi yang bergerak secara cepat melalui kulit bumi
dipergunakan oleh pusat peringatan untuk mendeteksi terjadinya gempabumi, dan
kemudian untuk menentukan lokasi dan skalanya. Berdasarkan informasi tersebut, statistik
likelihood tsunami yang terbentuk dapat diperkirakan secara cepat, dan peringatan dini atau
informasi yang sesuai dapat dikeluarkan.
Seismometer standard periode pendek (0.5-2 sec/cycle) dan periode panjang (18-22
sec/cycle) menghasilkan data untuk menentukan lokasi dan skala gempabumi. Seismometer
skala luas broadband seismometers (0.01-100 sec/cycle) dapat pula dipergunakan untuk
kedua tujuan diatas dan juga untuk penghitungan momen seismik yang sangat berguna
untuk menyempurnakan analisis data yang dilakukan.
1.2 Data muka air laut
Pengukur variasi muka laut (water-level gauges) adalah instrumen yang sangat penting
dalam sistem peringatan tsunami. Mereka dipergunakan untuk konfirmasi secara cepat
tentang kehadiran atau tidaknya suatu tsunami mengikuti peristiwa gempabumi, untuk
mengamati perkembangan tsunami, untuk membantu estimasi tingkat bahaya, dan
menyediakan alasan untuk memutuskan bahaya telah berlalu. Gauges kadangkala
merupakan satu-satunya cara untuk mendeteksi tsunami ketika data seismik tidak
mendukung, atau bila tsunami bukan disebabkan oleh gempabumi.

Untuk bisa memberikan peringatan secara efektif, gauges perlu diletakkan di dekat sumber
tsunami sehingga konfirmasi secara cepat diperoleh, apakah tsunami telah terbentuk atau
tidak, dan perkiraan awal mengenai ukuran tsunami. Mereka harus pula diletakkan diantara
sumber dan daerah pesisir yang terancam untuk memonitor perkembangannya dan
membantu memprediksi dampaknya. Untuk tsunami lokal, gauges dibutuhkan di sepanjang
garis pantai untuk memperoleh konfirmasi tercepat dan untuk evaluasi.
1.3 Data rekaman tsunami dan gempa bumi
Pusat peringatan membutuhkan akses cepat kepada data rekaman tsunami dan
gempabumi untuk membantu memperkirakan apakah suatu gempabumi dari suatu lokasi
dapat menyebabkan tsunami, dan apakah tsunami tersebut berbahaya bagi daerah
tanggung jawab mereka. Sebagai contoh, adalah sangat berguna untuk mengetahui bila
zona subduksi pada suatu daerah pernah mengalami gempabumi berskala 8 tetapi tidak
pernah menghasilkan tsunami. Juga sangat berguna untuk mengetahui karakteristik
rekaman data muka airlaut untuk tsunami yang berbahaya dan yang tidak berbahaya pada
suatu daerah.

1.4 Data model numeric


Dewasa ini, pusat peringatan mulai mempergunakan data dari model numerik untuk
memberikan panduan dalam prediksi tingkat bahaya tsunami berdasarkan parameter
gempabumi dan data muka airlaut tertentu.
1.5 Data lainnya
Jenis data lainnya yang diperlukan oleh pusat peringatan adalah seperti data letusan
gunungapi atau tanah longsor yang terjadi di dekat tubuh airlaut.
2.

Komunikasi
Sistem peringatan tsunami membutuhkan komunikasi yang unik dan ekstensif. Data seismik
dan perubahan muka airlaut harus dikirim dari lokasi secara cepat dan dapat dipercaya oleh
penerima.

2.1 Akses data real time


Data seismik dan perubahan muka airlaut supaya berguna haruslah dapat diterima secara
cepat real atau very near real time. Banyak teknik komunikasi yang bisa dipergunakan,
seperti radio VHF, gelombang mikro, transmisi satelit.
2.2 Penyebaran pesan
Penyampaian pesan kepada para pengguna juga sama pentingnya sebagaimana
mendapatkan data secara real time. Penyampaian pesan dapat secara cepat dilakukan
melalui Global Telecommunications System (GTS) atau Aeronautical Fixed
Telecommunications Network (AFTN). Pesan dapat pula disampaikan secara konvensional
melalui e-mail, telpon atau fax.
2.9.3

Persiapan
Kegiatan kategori ini tergantung pada penilaian bahaya dan peringatan. Persiapan yang
layak terhadap peringatan bahaya tsunami membutuhkan pengetahuan tentang daerah

yang kemungkina terkena bahaya (peta inundasi tsunami) dan pengetahuan tentang sistem
peringatan untuk mengetahui kapan harus mengevakuasi dan kapan saatnya kembali ketika
situasi telah aman. Tanpa kedua pengetahuan akan muncul kemungkinan kegagalan
mitigasi bahaya tsunami. Tingkat kepedulian publik dan pemahamannya terhadap tsunami
juga sangat penting. Jenis persiapan lainnya adalah perencanaan tata ruang yang
menempatkan lokasi fasilitas vital masyarakat seperti sekolah, kantor polisi dan pemadam
kebakaran, rumah sakit berada diluar zona bahaya. Usaha-usaha keteknikan untuk
membangun struktur yang tahan terhadap tsunami, melindungi bangunan yang telah ada
dan menciptakan breakwater penghalang tsunami juga termasuk bagian dari persiapan.
1. Evakuasi
Rencana evakuasi dan prosedurnya umumnya dikembangkan untuk tingkat lokal, karena
rencana ini membutuhkan pengetahuan detil tentang populasi dan fasilitas yang terancam
bahaya, dan potensi lokal yang dapat diterapkan untuk mengatasi masalah. Tsunami lokal
hampir tidak menyediakan waktu yang cukup untuk peringatan formal dan disertai
gempabumi, sementara tsunami distan mungkin memberi waktu beberapa jam untuk
persiapan sebelum gelombang yang pertama tiba. Sehingga persiapan evakuasi dan
prosedurnya harus disiapkan untuk kedua skenario tersebut.
1.1 Evakuasi untuk tsunami local
Ketika tsunami lokal terjadi, satu-satunya tanda yang ada mungkin hanyalah goncangan
gempabumi, atau suatu kondisi yang tidak biasa pada tubuh airlaut. Masyarakat harus
mampu mengenali tanda-tanda bahaya tersebut, kemudian pindah segera dan secepatnya
kearah darat atau ke arah dataran tinggi karena gelombang tsunami dapat menghantam
dalam hitungan menit. Para pengungsi juga menghadapi bahaya yang disebabkan oleh
gempabumi seperti tanah longsor, runtuhnya bangunan dan jembatan yang mungkin
menghambat usaha mereka dalam menyelamatkan diri. Untuk itu diperlukan sekali
kepedulian publik dan pendidikan tentang tsunami dan kemungkinan bahaya yang
mengikuti. Hal ini juga membutuhkan perencanaan resmi tentang zona bahaya dan rute
evakuasi yang aman. Kunci utama untuk memotivasi pendidikan publik adalah pemahaman
tentang bahaya tsunami dan dimana kemungkinan banjir tsunami tersebut terjadi.
1.2 Evakuasi untuk tsunami distan
Pada kasus tsunami distan, pihak yang berwenang masih memiliki waktu yang cukup untuk
mengorganisir evakuasi. Mengikuti peringatan dari pusat peringatan bahwa tsunami telah
terbentuk dan waktu kedatangan gelombang pertama telah diketahui, pihak yang
berwenang membuat keputusan tentang apakah evakusi diperlukan. Keputusan ini
didasarkan kepada data rekaman atau model tentang ancaman dari sumber tsunami dan
panduan lebih lanjut dari pusat peringatan tentang pergerakan tsunami. Masyarakat
diinformasikan tentang bahaya yang mengancam, dan diinstruksikan tentang bagaimana,
kemana, dan kapan harus mengungsi. Badan-badan pelayanan masyarakat seperti polisi,
pemadam kebakaran dan tentara, difungsikan untuk membantu kelancaran pengungsian.
Zona evakuasi dan rute pengungsian harus ditentukan secara aman, masyarakat harus
cukup diberi pengarahan tentang bahaya tsunami dan prosedur evakuasi, sehingga mereka
tidak tetap berada di tempat tinggal ketika tsunami datang atau telah kembali ketika
ancaman masih belum berakhir. Evakuasi yang tidak perlu harus dikurangi untuk menjaga
kepercayaan publik terhadap sistem.
2. Pendidikan

Mitigasi tsunami harus mengandung rencana untuk meningkatkan pemahaman dan


pengetahuan oleh masyarakat luas, pemerintah lokal, dan para pembuat kebijakan tentang
sifat-sifat tsunami, kerusakan dan bahaya yang disebabkan dan langkah-langkah yang
diperlukan untuk mengurangi bahaya.
2.1 Pendidikan publik
Pendidikan publik yang dilaksanakan akan efektif bila ikut memperhitungkan bahasa dan
budaya lokal, ada-istiadat, praktek keagamaan, hubungan masyarakat dengan kekuasaan,
dan pengalaman tsunami masa lalu.

2.2 Pendidikan untuk para operator sistem peringatan, manager bencana alam, dan
pembuat kebijakan.
Operator sistem peringatan, manager bencana alam, dan pembuat kebijakan harus
memenuhi suatu tingkat pendidikan dan pemahaman terhadap bahaya tsunami. Sebab
tsunami, baik lokal maupun distan, jarang terjadi pada suatu daerah tertentu, sehingga
orang-orang kunci tersebut tidak memiliki pengalaman probadi terhadap fenomena yang
menjadi dasar keputusan menyangkut persiapan atau tindakan yang harus dilakukan ketika
bahaya tersebut menimpa.
3. Tata guna lahan
Sebagai konsekuensi pertumbuhan penduduk global, daerah pesisir yang rawan tsunami
berkembang dengan cepat. Karena tidak mungkin untuk menghentikan pembangunan,
sebaiknya dilakukan pencegahan pembangunan fasilitas umum pada zona rawan bencana
tsunami, seperti sekolah, polisi, pemadam kebakaran dan rumah sakit yang memiliki arti
penting bagi populasi ketika bahaya sewaktu-waktu terjadi. Sebagai tambahan, hotel dan
penginapan juga perlu ditempatkan pada lokasi yang sesuai dengan prosedur evakuasi
untuk memberikan keamanan kepada para tamunya.
4.

2.9.4

Keteknikan
Keteknikan dapat membantu mitigasi tsunami. Bangunan dapat diperkuat sehingga tahan
terhadap tekanan gelombang dan arus yang kuat. Fondasi struktur dapat dikonstruksikan
menahan erosi dan penggerusan oleh arus. Lantai dasar suatu bangunan dapat dibuat
terbuka sehingga mampu membiarkan airlaut melintas, hal ini menolong mengurangi sifat
penggerusan arus pada fondasi. Bagian penting dari suatu bangunan seperti generator
cadangan, motor elevator dapat ditempatkan pada lantai yang tidak terkena banjir. Bendabenda berat berbahaya seperti tanki yang dapat hanyut terbawa banjir sebaiknya
ditanamkan ke tanah. Sistem transportasi dikonstruksikan atau dimodifikasi sehingga
mampu memfasilitasi evakuasi massal secara cepat keluar dari daerah bahaya. Beberapa
struktur penahan gelombang laut seperti seawall, sea dikes, breakwaters, river gates, juga
mampu menahan atau mengurangi tekanan tsunami.
Penelitian
Meskipun tidak terkait langsung dengan aktivitas mitigasi, penelitian yang terkait dengan
tsunami sangatlah penting untuk meningkatkan kualitas mitigasi. Riset yang menyelidiki
bukti-bukti paleotsunami, mengembangkan database, kuantifikasi dampak bahaya tsunami,
atau pemodelan numerik dapat meningkatkan tingkat akurasi penilaian bahaya. Penelitian
juga mampu meningkatkan cara pendidikan publik sehingga tingkat kepedulian masyarakat
akan bahya tsunami meningkat. Penelitian juga memberikan panduan perencanaan tata
ruang dalam zona inundasi potensial.

2.10 Menghadapi Tsunami


2.10.1

Mengetahui pusat informasi bencana, seperti Posko Bencana, Palang Merah Indonesia,
Tim SAR. Kenali areal rumah, sekolah, tempat kerja, atau tempat lain yang beresiko.
Mengetahui wilayah dataran tinggi dan dataran rendah yang beresiko terkena Tsunami.
Jika melakukan perjalanan ke wilayah rawan Tsunami, kenali hotel, motel, dan carilah pusat
pengungsian. Adalah penting mengetahui rute jalan keluar yang ditunjuk setelah peringatan
dikeluarkan.
Siapkan kotak Persediaan Pengungsian dalam suatu tempat yang mudah dibawa (ransel
punggung), di dekat pintu.
Siapkan peersediaan makanan dan air minum untuk pengungsian.
Siapkan selalu peralatan P3K lengkap.
Membawa barang secukupnya saja untuk keperluan pengungsian.
Segera mengungsi setelah ada pemberitahuan dari pihak yang berwenang atas
penyebaran informasi tentang tsunami.
Jika hanya ada sedikit waktu sebelum datang tsunami,segera mencari pintu dan mencari
jalan keluar dari rumah atau gedung dengan segera.
Carilah tempat yang tinggi dan aman dari gelombang tsunami,atau mengikuti rute dan
tempat yang suah ditetapkan oleh pihak yang berwenang.
Utamakan keselamatan terlebih dahulu, jika terjadi kerusakan pada tempat Anda
berada,bila ingin menyelamatkan harta benda carilah yang mudah dan ringan dibawa.
Pastikan tidak ada anggota keluarga yang tertinggal pada saat pergi ke tempat evakuasi.
Jika bisa ajaklah tetangga dekat Anda untuk pergi bersama-sama.
Jika tsunami terjadi pada saat Anda sedang menyetir kendaraan, cepat keluar dan cari
tempat yang tinggi dan aman.
Setelah Terjadi Tsunami, Periksa kesediaan makanan. Makanan apapun yang terkena air
mungkin sudah tercemar dan harus dibuang.
Memberikan bantuan kepada korban luka-luka. Berikan bantuan P3K dan panggil bantuan.
Jangan pindahkan orang yang terluka, kecuali yang luka serius.
Segera membangun tenda pengungsian apabila keadaan untuk kembali ke rumah tidak
memungkinkan.
Pastikan keadaan sudah aman dan tidak terjadi tsunami susulan sebelum kembali ke
rumah.Bila keadaan rumah tidak memungkinkan untuk ditempati carilah tempat tinggal yang
bisa ditempati atau kembali ke tempat pengungsian.

2.10.2

Persiapan Menghadapi Tsunami

Cara penanggulangan Tsunami

Adapun cara yang dilakukan untuk penanggulangan bencana tsunami adalah :


Melaksanakan evakuasi secara intensif.
Melaksanakan pengelolaan pengungsi.
Melakukan terus pencarian orang hilang, dan pengumpulan jenazah.
Membuka dan hidupkan jalur logistik dan lakukan resuplay serta pendistribusian
logistik yang diperlukan.
Membuka dan memulihkan jaringan komunikasi antar daerah atau kota.
Melakukan pembersihan kota yang hancur dan penuh puing dan lumpur.
Menggunakan dana pemerintah untuk penanggulangan bencana dan gunakan pula dengan
tepat sumbangan dana baik dari dalam maupun luar negeri.
Menyambut dengan baik dan libatkan unsur civil society.

2.10.3

Upaya Penyelamatan diri saat terjadi Tsunami

Sebesar apapun bahaya tsunami, gelombang ini tidak datang setiap saat. Janganlah
ancaman bencana alam ini mengurangi kenyamanan menikmati pantai dan lautan.
Jika berada di sekitar pantai, terasa ada guncangan gempabumi, air laut dekat pantaisurut
secara tiba-tiba sehingga dasar laut terlihat, segeralah lari menuju ke tempat yangtinggi
(perbukitan atau bangunan tinggi) sambil memberitahukan teman-teman yang lain.
Jika sedang berada di dalam perahu atau kapal di tengah laut serta mendengar berita
daripantai telah terjadi tsunami, jangan mendekat ke pantai. Arahkan perahu ke laut.
Jika gelombang pertama telah datang dan surut kembali, jangan segera turun ke
daerahyang rendah. Biasanya gelombang berikutnya akan menerjang.
Jika gelombang telah benar-benar mereda, lakukan pertolongan pertama pada korban. Jika
berada di sekitar pantai, terasa ada guncangan gempabumi, air laut dekat pantaisurut
secara tiba-tiba sehingga dasar laut terlihat, segeralah lari menuju ke tempat yangtinggi
(perbukitan atau bangunan tinggi) sambil memberitahukan teman-teman yang lain.
Jika sedang berada di dalam perahu atau kapal di tengah laut serta mendengar berita
daripantai telah terjadi tsunami, jangan mendekat ke pantai. Arahkan perahu ke laut.
Jika gelombang pertama telah datang dan surut kembali, jangan segera turun ke
daerahyang rendah. Biasanya gelombang berikutnya akan menerjang.
Jika gelombang telah benar-benar mereda, lakukan pertolongan pertama pada korban.

2.11 Data Historis Tsunami

1 November 1755, setelah gempa bumi kolosal menghancurkan Lisbon, Portugal dan
pegunungan di Eropa, orang menyelamatkan diri dengan menggunakan perahu. Namun
Tsunami akhirnya menyusul. Peristiwa mengerikan secara bersamaan tersebut membunuh
lebih dari 60 ribu orang.
27 Agustus 1883, letusan gunung Krakatau memicu terjadinya tsunami yang
menenggelamkan 36 ribu orang Indonesia yang berada di pulau Jawa bagian barat dan
utara Sumatera. Kekuatan gelombang mendorong 600 ton blok terumbu karang menuju tepi
pantai bersama dengan arus tsunami yang besar.
15 Juni 1896, gelombang setinggi 30 meter, disebabkan oleh gempa bumi menyapu
pantai timur Jepang. Sebanyak 27 ribu orang menjadi korban.
1 April 1946, tsunami April Fool, dipicu sebuah gempa yang terjadi di Alaska, membunuh
159 orang, dan kebanyakan berada di kepulauan Hawaii.
9 Juli 1958, diingat sebagai tsunami terbesar yang pernah dicatat oleh masa modern,
Gempa di Teluk Lituya Alaska disebabkan oleh tanah longsor yang awalnya dipicu oleh
gempa bumi berskala 8,3 skala richter. Gelombang sangat tinggi, tetapi karena wilayah
tersebut relatif terisolasi dan kondisi geologinya unik maka tsunami tidak menyebabkan
banyak kerusakan. Tapi hanya menenggelamkan satu perahu dan membunuh dua orang
22 Mei 1960, salah satu gempa besar yang tercatat manusia terjadi di Chile sebesar 8,6
skala richter, menciptakan tsunami yang menerjang pantai Chile dalam waktu kurang dari 15
menit. Gelombang setinggi 25 meter membunuh 1500 orang di Chile dan Hawaii,menjadi
tsunami yang cukup besar.
27 Maret 1964, dikenal sebagai gempa bumi Good Friday Alaska, dengan kekuatan
sekitar 8,4 skala richter menggulung dengan kecepatan 400 mil per jam tsunami di Valdez
Inlet dengan ketinggian 6,7 meter, membunuh lebih dari 120 orang.Sepuluh orang yang
menjadi korban di kota Crescent, di utara California, yang sempat menyaksikan gelombang
setinggi 6,3 meter
23 Agustus 1976, sebuah tsunami di barat daya Filipina membunuh 8 ribu korban jiwa
akibat gempa bumi yang terjadi 30 menit setelah adanya gempa.
17 Juli 1998, sebuah gempa berkekuatan 7,1 skala richter menyebabkan tsunami di
Papua Nugini yang membunuh 2200 orang dengan sangat cepat.
26 Desember 2004, gempa kolosal dengan kekuatan 9,1 dan 9,3 skala richter setinggi 3,5
meter mengguncang Indonesia dan membunuh 230 ribu jiwa, sebagian besar karena
tsunami. Gempa tersebut dinamakan sebagai gempa Sumatera-Andaman dan tsunami yang
terjadi kemudian dikenal sebagai tsunami lautan Hindia. Gelombang yang terjadi menimpa
banyak belahan dunia lain, sejauh hingga Nova Scotia dan Peru.
2006 17 Juli, Gempa yang menyebabkan tsunami terjadi di selatan
pulau Jawa, Indonesia, dan setinggi maksimum ditemukan 21 meter di Pulau
Nusakambangan. Memakan korban jiwa lebih dari 500 orang. Dan berasal dari selatan
kota Ciamis
2007 12 September, Bengkulu, Memakan korban jiwa 3 orang. Ketinggian tsunami 3-4
m.
2010 27 Februari, Santiago, Chili,yang memakan korban jiwa yang tidak sedikit.
11 maret 2011, Gempa bumi berkekuatan 8,9 skala Richter pada kedalaman 24,4
kilometer di sebelah pantai timur Honshu, Jepang, pada 11 Maret 2011 pukul 12.46 WIB
atau 14.46 waktu setempat, tercatat sebagai gempa bumi terbesar ketujuh di dunia.

Bab III Penutup


3. 1 Kesimpulan
Dari uraian makalah di atas dapat disimpulkan beberapa hal sebagai berikut :
Tsunami adalah gelombang laut yang disebabkan oleh gempa bumi, tanah longsor, meteor
atau letusan gunung berapi yang terjadi di laut.
Terjadinya Tsunami diakibatkan oleh adanya gangguan yang menyebabkan perpindahan
sejumlah besar air meluap ke daratan, seperti letusan gunung api, gempa bumi, longsor
maupun meteor yang jatuh ke bumi. Namun, 90% tsunami adalah akibat gempa bumi
bawah laut.
Dampak Tsunami sebagian besar mengakibatkan kerusakan parah dan banyak menelan
korban jiwa dan harta benda sehingga perlu adanya upaya untuk menghadapi tsunami baik
dalam keadaan waspada,persiapan,saat terjadi tsunami dan setelah terjadi tsunami.
Ada pula berbagai macam cara untuk menanggulangi bencana tsunami.
3. 2 Saran
Untuk mengantisipasi datangnya tsunami yang sampai saat ini belum bisa diprediksikan
dengan tepat kapan dan dimana akan terjadi maka dapat dilakukan beberapa langkah
sebagai berikut :
Selalu waspada dan memantau dengan aktif informasi tentang bahaya tsunami dari pihak
yang berwenang terhadap adanya potensi tsunami terutama penduduk yang bermukim
didekat pantai.Menentukan tempat-tempat berlindung yang tinggi dan aman jika terjadi
tsunami. Menyediakan persediaan makanan dan air minum untuk keperluan darurat dan
pengungsian. Menyiapkan tas ransel yang berisi (atau dapat diisi) barang-barang yang
sangat dibutuhkan di tempat pengungsian seperti perlengkapan P3K atau obat-obatan.
3. 3 Penutup
Demikianlah makalah ini kami buat dengan yang sebenar-benarnya. Ucapan terima kasih
tertuju kepada Tuhan Yang Maha Esa, yang telah memberikan kemudahan kepada kami
sehingga terlaksananya pembuatan makalah dan presentasi ini. Serta kepada teman-teman
yang ikut membantu dalam pembuatan makalah ini.
Kami selaku anggota kelompok memohon maaf sebesar-besarnya apabila terdapat
kessalahan serta kekurangan dalam makalah ini. Selain untuk memenuhi tugas Pendidikan
Lingkungan Hidup, Semoga makalah ini dapat menjadi acuan, pertimbangan, serta motivasi
dan koreksi bagi kegiatan selanjutnya.
Cibinong, 21 Mei 2013
Anggota Kelompok

Daftar Pustaka

http://psb-psma.org/
Diakses pada tanggal 11 januari 2013
http://ariatmancool.blogspot.com/2010/11/makalah-tentang-tsunami.html
http://cahyocenok.blogspot.com/2012/11/makalah-tentang-tsunami.html
http://alhiedjamal.wordpress.com/2012/11/05/makalah-tsunami/
http://makalahtsunami.blogspot.com/
http://id.wikipedia.org/wiki/Tsunami/
Diakses pada tanggal 2 februari 2013
http://ismorosiyadi.blogspot.com/2011/11/artikel-tsunami.html/
http://forum.upi.edu/v3/index.php?topic=13675.0/
http://www.anneahira.com/proses-tsunami.htm/
http://harytami3.wordpress.com/2009/03/05/tsunami-penyebab-dan-akibatnya/
http://www.anneahira.com/penyebab-terjadinya-tsunami.htm
http://dwiwidiyastoto.blogspot.com/2010/03/penyebab-dan-cara-penanggulangan.html
http://community.um.ac.id/showthread.php?53079-Mekanisme-Tsunami
http://gugling.com/kenali-ciri-ciri-tsunami.html/
Diakses pada tanggal 17 maret 2013
http://www.pu.go.id/publik/ind/produk/info_peta/rwnbanjir/bencana2006/00gemp
atsunami15562006.htm
Diakses pada tanggal 18 Maret 2013
http://putunaghbali.blogspot.com/2012/04/dampak-positif-dan-dampak-negatif-dari.html?
m=1
Diakses pada tanggal 15 Mei 2013

1. Historis Tsunami

1 November 1755, setelah gempa bumi kolosal menghancurkan Lisbon,


Portugal dan pegunungan di Eropa, orang menyelamatkan diri dengan
menggunakan perahu. Namun Tsunami akhirnya menyusul. Peristiwa
mengerikan secara bersamaan tersebut membunuh lebih dari 60 ribu
orang.

27 Agustus 1883, letusan gunung Krakatau memicu terjadinya tsunami


yang menenggelamkan 36 ribu orang Indonesia yang berada di pulau Jawa
bagian barat dan utara Sumatera. Kekuatan gelombang mendorong 600
ton blok terumbu karang menuju tepi pantai bersama dengan arus
tsunami yang besar.

15 Juni 1896, gelombang setinggi 30 meter, disebabkan oleh gempa bumi


menyapu pantai timur Jepang. Sebanyak 27 ribu orang menjadi korban.

1 April 1946, tsunami April Fool, dipicu sebuah gempa yang terjadi di
Alaska, membunuh 159 orang, dan kebanyakan berada di kepulauan
Hawaii.

9 Juli 1958, diingat sebagai tsunami terbesar yang pernah dicatat oleh
masa modern, Gempa di Teluk Lituya Alaska disebabkan oleh tanah
longsor yang awalnya dipicu oleh gempa bumi berskala 8,3 skala richter.
Gelombang sangat tinggi, tetapi karena wilayah tersebut relatif terisolasi
dan kondisi geologinya unik maka tsunami tidak menyebabkan banyak
kerusakan. Tapi hanya menenggelamkan satu perahu dan membunuh dua
orang

22 Mei 1960, salah satu gempa besar yang tercatat manusia terjadi di
Chile sebesar 8,6 skala richter, menciptakan tsunami yang menerjang
pantai Chile dalam waktu kurang dari 15 menit. Gelombang setinggi 25
meter membunuh 1500 orang di Chile dan Hawaii,menjadi tsunami yang
cukup besar.

27 Maret 1964, dikenal sebagai gempa bumi Good Friday Alaska, dengan
kekuatan sekitar 8,4 skala richter menggulung dengan kecepatan 400 mil
per jam tsunami di Valdez Inlet dengan ketinggian 6,7 meter, membunuh
lebih dari 120 orang.Sepuluh orang yang menjadi korban di kota Crescent,
di utara California, yang sempat menyaksikan gelombang setinggi 6,3
meter

23 Agustus 1976, sebuah tsunami di barat daya Filipina membunuh 8 ribu


korban jiwa akibat gempa bumi yang terjadi 30 menit setelah adanya
gempa.

17 Juli 1998, sebuah gempa berkekuatan 7,1 skala richter menyebabkan


tsunami di Papua Nugini yang membunuh 2200 orang dengan sangat
cepat.

26 Desember 2004, gempa kolosal dengan kekuatan 9,1 dan 9,3 skala
richter setinggi 3,5 meter mengguncang Indonesia dan membunuh 230
ribu jiwa, sebagian besar karena tsunami. Gempa tersebut dinamakan
sebagai gempa Sumatera-Andaman dan tsunami yang terjadi kemudian
dikenal sebagai tsunami lautan Hindia. Gelombang yang terjadi menimpa
banyak belahan dunia lain, sejauh hingga Nova Scotia dan Peru.

2006 17 Juli, Gempa yang menyebabkan tsunami terjadi di selatan pulau


Jawa, Indonesia, dan setinggi maksimum ditemukan 21 meter di Pulau
Nusakambangan. Memakan korban jiwa lebih dari 500 orang. Dan berasal
dari selatan kota Ciamis

2007 12 September, Bengkulu, Memakan korban jiwa 3 orang.


Ketinggian tsunami 3-4 m.

2010 27 Februari, Santiago, Chili,yang memakan korban jiwa yang tidak


sedikit.

2010 26 Oktober, Kepulauan Mentawai, Indonesia,yang meluluhlantahkan sebagian besar kepulauan Mentawai dan memakan banyak
korban jiwa.

Tabel Kejadian Tsunami Yang Signifikan di Indonesia


No.

Tahun

Tempat

Magnituda

Korban

1.

1883

G.Krakatau

36.000

2.

1833

Sumbar, Bengkulu, Lampung

8,8

Tak tercatat

3.

1938

Kep. Kai Banda

8,5

Tak tercatat

4.

1967

Tinambung

58

5.

1968

Tambu, Sulteng

200

6.

1977

Sumbawa

6,1

161

7.

1992

Flores

6,8

2.080

8.

1994

Banyuwangi

7,2

377

9.

1996

Toli toli

10.

1996

Biak

8,2

166

11.

2000

Banggai

7,3

50

12.

2004

Nanggroe Aceh Darussalam

250.000

BAB III
PENUTUP

1. A.

Simpulan

Dari uraian makalah di atas dapat disimpulkan beberapa hal sebagai berikut :
1. Tsunami adalah gelombang laut yang disebabkan oleh gempa bumi ,
tanah longsor atau letusan gunung berapi yang terjadi di laut.
2. Terjadinya Tsunami diakibatkan oleh adanya gangguan yang menyebabkan
perpindahan sejumlah besar air meluap ke daratan, seperti letusan
gunung api, gempa bumi, longsor maupun meteor yang jatuh ke bumi.
Namun, 90% tsunami adalah akibat gempa bumi bawah laut.
3. Dampak Tsunami sebagian besar mengakibatkan kerusakan parah dan
banyak menelan korban jiwa dan harta benda sehingga perlu adanya
upaya untuk menghadapi tsunami baik dalam keadaan
waspada,persiapan,saat terjadi tsunami dan setelah terjadi tsunami.
1. B.

Saran

Untuk mengantisipasi datangnya tsunami yang sampai saat ini belum bisa diprediksikan
dengan tepat kapan dan dimana akan terjadi maka dapat dilakukan beberapa langkah sebagai
berikut :
1. Selalu waspada dan memantau dengan aktif informasi tentang bahaya
tsunami dari pihak yang berwenang terhadap adanya potensi tsunami
terutama penduduk yang bermukim didekat pantai.
2. Menentukan tempat-tempat berlindung yang tinggi dan aman jika terjadi
tsunami.
3. Menyediakan persediaan makanan dan air minum untuk keperluan darurat
dan pengungsian.
4. Menyiapkan tas ransel yang berisi (atau dapat diisi) barang-barang yang
sangat dibutuhkan di tempat pengungsian seperti perlengkapan P3K atau
obat-obatan..

DAFTAR PUSTAKA

http://www.bmg.go.id/mekanisme_tsunami. Diakses 5 Desember 2010

http://www.etipsbali.wordpress.com/persiapan_menghadapi_tsunami.
Diakses
5 Desember 2010

http://www.sayakasihtahu.com/peristiwa_tsunami. Diakses 5 Desember

http://www.wikipedia.com/tsunami. Diakses 5 Desember 2010 2010

Anda mungkin juga menyukai