Tsunami
Tsunami adalah gelombang air yang sangat besar yang dibangkitkan oleh macam-macam
gangguan di dasar samudra. Gangguan ini dapat berupa gempa bumi, pergeseran lempeng,
atau gunung meletus. Tsunami tidak kelihatan saat masih berada jauh di tengah lautan, namun
begitu mencapai wilayah dangkal, gelombangnya yang bergerak cepat ini akan semakin
membesar.
Tsunami juga sering disangka sebagai gelombang air pasang. Ini karena saat mencapai
daratan, gelombang ini memang lebih menyerupai air pasang yang tinggi daripada
menyerupai ombak biasa yang mencapai pantai secara alami oleh tiupan angin. Namun
sebenarnya gelombang tsunami sama sekali tidak berkaitan dengan peristiwa pasang surut air
laut. Karena itu untuk menghindari pemahaman yang salah, para ahli oseanografi sering
menggunakan istilah gelombang laut seismik (seismic sea wave) untuk menyebut tsunami,
yang secara ilmiah lebih akurat.
Sebab-sebab terjadinya gelombang tsunami
Tsunami dapat dipicu oleh bermacam-macam gangguan (disturbance) berskala besar
terhadap air laut, misalnya gempa bumi, pergeseran lempeng, meletusnya gunung berapi di
bawah laut, atau tumbukan benda langit. Tsunami dapat terjadi apabila dasar laut bergerak
secara tiba-tiba dan mengalami perpindahan vertikal.
Langkah yang harus dilakukan Sinoman Sadar Bencana ini antara lain :
1. Petakan daerah rawan genangan tertinggi tsunami, jalur evakuasi, dan tempat
penampungan sementara yang cukup aman.
2. Berkoordinasi dengan Badan Meterologi dan Geofisika (BMG), kepolisian,
pemerintah daerah, dan rumah sakit. Jika data dari BMG mengenai peringatan dini
bencana tak bisa diharapkan kecepatannya, komunitas ini harus menghimpun gejalagejala alam yang tidak biasa terjadi.
3. Melakukan pertemuan rutin untuk menambah pengetahuan mengenai gempa dan
tsunami. Jika perlu, mendatangkan ahli.
4. Melakukan latihan secara reguler, baik terjadwal maupun tidak terjadwal.
5. Buat deadline waktu respon evakuasi untuk diterapkan saat latihan agar dalam
bencana sesungguhnya telah terbiasa merespon secara cepat.
6. Buat kode tertentu yang dikenali masyarakat sekitar untuk menandakan evakuasi.
Semisal di Pulau Simeuleu yang paling dekat dengan episentrum gempa Aceh,
memiliki istilah Semong yang diteriakkan berulang kali untuk menunjukkan adanya
tsunami. Dengan kode ini, otomatis harus dilakukan evakuasi secepatnya ke tempat
yang lebih tinggi.Menyebarkan gambar peta evakuasi di pelosok daerah tempat
anggota komunitas tinggal.
Apa
Itu
Tsunami?
Kata Tsunami sendiri berasal dari bahasa Jepang yang berarti Ombak Besar (Tsu :
pelabuhan dan Nami : gelombang). Adapan definisi yang disepakati banyak orang adalah
tsunami merupakan bencana alam yang disebabkan oleh naiknya gelombang laut ke daratan
dengan kecepatan yang tinggi akibat adanya gempa yang berpusat di bawah lautan. Gempa
tersebut bisa saja diakibatkan oleh tanah yang longsor, lempeng yang bergeser, gunung berapi
yang mengalami erupsi serta meteor yang jatuh di lautan. Tsunami ini biasanya terjadi apabila
besarnya gempa melebihi 7 skala richter. Tsunami ini cukup berbahaya, utamanya bagi
mereka yang bermukim di sekitaran pantai. Dengan kekuatan besar, ia akan menyapu apa saja
yang
dilewatinya.
Proses
Terjadinya
Tsunami
Jika berbicara mengenai proses terjadinya tsunami, maka kita tentu harus memulai dari
penyebabnya, yakni gempa di wilayah lautan. Tsunami selalu diawali suatu pergerakan
dahsyat yang lazim kita sebut gempa. Meski diketahui bahwa gempa ini ada beragam jenis,
namun 90% tsunami disebabkan oleh pergerakan lempeng di dalam perut bumi yang letaknya
kebetulan ada di dalam wilayah lautan. Akan tetapi perlu juga disebutkan, sejarah pernah
merekam tsunami yang dahsyat akibat meletusnya Gunung Krakatau.
Gempa yang terjadi di dalam perut bumi akan mengakibatkan munculnya tekanan ke arah
vertical sehingga dasar lautan akan naik dan turun dalam rentang waktu yang singkat. Hal ini
kemudian akan memicu ketidakseimbangan pada air lautan yang kemudian terdorong
menjadi
gelombang
besar
yang
bergerak
mencapai
wilayah
daratan.
Dengan tenaga yang besar yang ada pada gelombang air tersebut, wajar saja jika bangunan di
daratan bisa tersapu dengan mudahnya. Gelombang tsunami ini merambat dengan kecepatan
yang tak terbayangkan. Ia bisa mencapai 500 sampai 1000 kilometer per jam di lautan. Dan
saat mencapai bibir pantai, kecepatannya berkurang menjadi 50 sampai 30 kilometer per jam.
Meski berkurang pesat, namun kecepatan tersebut sudah bisa menyebabkan kerusakan yang
parah
bagi
manusia.
Jika kita mencermati proses terjadinya tsunami, tentu kita paham bahwa tak ada campur
tangan manusia di dalamnya. Dengan demikian, kita tak memiliki kendali untuk mencegah
penyebab tersebut. Namun, dengan persiapan dan kewaspadaan yang maksimal, kita bisa
meminimalisir dampak bencana tsunami ini sendiri. Contoh yang baik sudah diperlihatkan
Jepang. Meski rawan tsunami, namun kesadaran rakyatnya mampu menekan jumlah korban
akibat bencana tersebut.
Dampak Buruk Bagi Ekosistem
Seperti kita ketahui, gelombang tsunami yang naik ke daratan akan menyapu
apa saja yang ia lalui. Besarnya tekanan yang ia bawa mampu menekan,
menerjang dan merusak berbagai ekosistem di daratan. Dampak yang
ditinggalkan kurang lebih sama seperti bencana alam lainnya. Kehidupan yang
dinamis dalam suatu ekologi akan terputus mata rantainya sebab manusia,
tumbuhan dan hewan yang tersapu gelombang tersebut akan terganggu
kehidupannya bahkan tak sedikit yang kehilangan nyawa. Rusaknya berbagai
mata rantai ekosistem ini tentu akan berpengaruh banyak pada kehidupan
manusia dari berbagai aspek, baik itu ekonomi, sosial maupun budaya.
Bencana tsunami terjadi di wilayah pesisir atau dekat pantai. Dampak dari tsunami
sangat besar terasa pada wilayah yang ketinggiannya kurang dari 25 m dpl (di atas
permukaan laut) dan jangkauan luas sekitar 1,8 km dari jarak pantai terdekat.
Untuk mengurangi dampak tsunami, dapat di lakukan persiapan berikut:
Hindari tempat tinggal atau tinggal di daerah sekitar 100 meter daritepi pantai,
Menanam tanaman yang mampu menahan gelombang seperti palem, waru, camplung,
beringin atau jenis lainya, serta
Ikuti tata guna lahan yang telah ditetapkan pemerintah setempat.
Indonesia merupakan negara yang rawan terhadap tsunami, terutama kepulauan yang
berhadapan langsung dengan pertemuan lempeng, antara lain Barat Sumatera, Selatan Jawa,
Nusa Tenggara, Utara Papua, Sulawesi dan Maluku, serta Timur Kalimantan.
Gelombang tsunami yang menyebabkan korban jiwa paling banyak di laporkan saat
terjadi peristiwa letusan gunung berapi Krakatau pada 1883. Saat itu diperkirakan 36 ribu
jiwa meninggal akibat letusan gunung yang mengakibatkan ombak setinggi bangunan 12
tingkat. Ombak akibat letusan gunung yang terletak di Selat Sunda itu mencapai sekitar 120
kilometer dari pusat letusan.
Pada saat gempa bumi terjadi lindungilah diri dan keluarga terlebih dahulu.
Begitu gempa bumi berhenti, segera kumpulkan keluarga kalian dan mengungsi ke tempat
b.
c.
a.
Jika sedang berada di dalam perahu atau kapal di tengah laut serta mendengar berita dari
pantai telah terjadi tsunami, jangan mendekat ke pantai. Arahkan perahu ke laut. Jika
gelombang pertama telah datang dan surut kembali, jangan segera turun ke daerah yang
rendah. Biasanya gelombang berikutnya akan menerjang. Jika gelombang telah benar-benar
b.
c.
d.
ketempat yang lebih tinggi. Jika memungkinkan, berlarilah menuju bukit yang terdekat.
Jika situasi memungkinkan, pergilah ke tempat evakuasi yang sudah ditentukan.
Jika situasi tidak memungkinkan untukmelakukan tindakan no. 2, carilah bangunan
bertingkat yang bertulang baja (ferroconcrete building), gunakan tangga darurat untuk sampai
e.
f.
g.
apa-apa.
Saat mendengar peringatan, segera sampaikan pada semua orang.
Segera lakukan pengungsian, karena tsunami bisa terjadi dengan cepat hingga waktu untuk
h.
i.
j.
k.
a.
b.
c.
d.
e.
tsunami.
Pembangunan Tsunami Early Warning System (Sistem Peringatan Dini Tsunami).
Pembangunan tembok pertahan tsunami pada garis pantai yang beresiko.
Penanaman mangrove serta tanaman lainnya sepanjang garis pantai untuk meredam gaya air
f.
tsunami.
Pembangunan tempat-tempat evakuasi yang aman di sekitar daerah pemukiman yang cukup
g.
h.
i.
j.
k.
l.
yang berwenang: Kepala Desa, Polisi, Stasiun Radio, SATLAK PB maupun institusi terkait.
m. Melengkapi diri dengan alat komunikasi.
BAB I PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Tsunami (bahasa Jepang: ; tsu = pelabuhan, nami = gelombang, secara harafiah berarti
"ombak besar di pelabuhan") adalah perpindahan badan air yang disebabkan oleh perubahan
permukaan laut secara vertikal dengan tiba-tiba. Perubahan permukaan laut tersebut bisa
disebabkan oleh gempa bumi yang berpusat di bawah laut, letusan gunung berapi bawah laut,
longsor bawah laut, atau atau hantaman meteor di laut. Gelombang tsunami dapat merambat
ke segala arah. Tenaga yang dikandung dalam gelombang tsunami adalah tetap terhadap
fungsi ketinggian dan kelajuannya. Di laut dalam, gelombang tsunami dapat merambat
dengan kecepatan 500-1000 km per jam. Setara dengan kecepatan pesawat terbang.
Ketinggian gelombang di laut dalam hanya sekitar 1 meter. Dengan demikian, laju
gelombang tidak terasa oleh kapal yang sedang berada di tengah laut. Ketika mendekati
pantai, kecepatan gelombang tsunami menurun hingga sekitar 30 km per jam, namun
ketinggiannya sudah meningkat hingga mencapai puluhan meter. Hantaman gelombang
Tsunami bisa masuk hingga puluhan kilometer dari bibir pantai. Kerusakan dan korban jiwa
yang terjadi karena Tsunami bisa diakibatkan karena hantaman air maupun material yang
terbawa oleh aliran gelombang tsunami.
Dampak negatif yang diakibatkan tsunami adalah merusak apa saja yang dilaluinya.
Bangunan, tumbuh-tumbuhan, dan mengakibatkan korban jiwa manusia serta menyebabkan
genangan, pencemaran air asin lahan pertanian, tanah, dan air bersih.
Sejarawan Yunani bernama Thucydides merupakan orang pertama yang mengaitkan
tsunami dengan gempa bawah lain. Namun hingga abad ke-20, pengetahuan mengenai
penyebab tsunami masih sangat minim. Penelitian masih terus dilakukan untuk memahami
penyebab tsunami.
Teks-teks geologi, geografi, dan oseanografi di masa lalu menyebut tsunami sebagai
"gelombang laut seismik".
1.2
Rumusan Masalah
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
Bab II Pembahasan
2.1
Pengertian Tsunami
Tsunami adalah rangkaian gelombang laut yang mampu menjalar dengan kecepatan hingga
lebih 900 km per jam, terutama diakibatkan oleh gempa bumi yang terjadi di dasar laut.
Kecepatan gelombang tsunami bergantung pada kedalaman laut. Di laut dengan
kedalaman7000 m misalnya, kecepatannya bisa mencapai 942,9 km/jam. Kecepatan ini
hampir sama dengan kecepatan pesawat jet. Namun demikian tinggi gelombangnya di
tengah laut tidak lebihdari 60 cm. Akibatnya kapal-kapal yang sedang berlayar diatasnya
jarang merasakan adanya tsunami. Berbeda dengan gelombang laut biasa, tsunami
memiliki panjang gelombang antara dua puncaknya lebih dari 100 km di laut lepas dan
selisih waktu antara puncak-puncak gelombangnya berkisar antara 10 menit hingga 1 jam.
Saat mencapai pantai yang dangkal, teluk,atau muara sungai gelombang ini menurun
kecepatannya, namun tinggi gelombangnya meningkat puluhan meter dan bersifat merusak.
2.2
Penyebab tsunami
Tsunami tidak akan terjadi jika tidak ada faktor pemicu. Faktor penyebab terjadinya tsunami
ini adalah:
2.2.1
2.2.2
Letusan gunung berapi dapat menyebabkan terjadinya gempa vulkanik (gempa akibat
letusan gunung berapi). Tsunami besar yang terjadi padatahun 1883 adalah akibat
meletusnya Gunung Krakatau yang berada di Selat Sunda. Meletusnya Gunung Tambora di
Nusa Tenggara Barat padatanggal 10-11 April 1815 juga memicu terjadinya tsunami yang
melanda Jawa Timur dan Maluku. Indonesia sebagai negara kepulauan yang beradadi
wilayah ring of fire (sabuk berapi) dunia tentu harus mewaspadai ancaman ini.
2.2.3
2.2.4
2.3
2.4
Gejala Tsunami
Diawali dengan gempa bumi.
Air laut tiba-tiba surut
Bau garam menyengat
Langit tampak berwarna hitam
Terjadi ledakan yang dahsyat
Sistem Peringatan DIni
Banyak kota-kota di sekitar Pasifik, terutama di Jepang dan juga Hawaii,
mempunyai sistem peringatan tsunami dan prosedur evakuasi untuk menangani kejadian
tsunami. Bencana tsunami dapat diprediksi oleh berbagai institusi seismologi di berbagai
penjuru dunia dan proses terjadinya tsunami dapat dimonitor melalui perangkat yang ada di
dasar atu permukaan laut yang terknoneksi dengansatelit.
Perekam tekanan di dasar laut bersama-sama dengan perangkat yang
mengapung di laut buoy, dapat digunakan untuk mendeteksi gelombang yang tidak dapat
dilihat oleh pengamat manusia pada laut dalam. Sistem sederhana yang pertama kali
digunakan untuk memberikan peringatan awal akan terjadinya tsunami pernah dicoba di
Hawai pada tahun 1920-an. Kemudian, sistem yang lebih canggih dikembangkan lagi
setelah terjadinya tsunami besar pada tanggal 1 April 1946 dan 23 Mei 1960. Amerika
serikat membuat Pasific Tsunami Warning Center pada tahun 1949, dan
menghubungkannya ke jaringan data dan peringatan internasional pada tahun 1965.
Salah satu sistem untuk menyediakan peringatan dini tsunami, CREST Project,
dipasang di pantai Barat Amerika Serikat, Alaska, dan Hawai oleh USGS, NOAA, dan Pacific
Northwest Seismograph Network, serta oleh tiga jaringan seismik universitas.
Hingga kini, ilmu tentang tsunami sudah cukup berkembang, meskipun proses
terjadinya masih banyak yang belum diketahui dengan pasti. Episenter dari sebuah gempa
bawah laut dan kemungkinan kejadian tsunami dapat cepat dihitung. Pemodelan tsunami
yang baik telah berhasil memperkirakan seberapa besar tinggi gelombang tsunami di
daerah sumber, kecepatan penjalarannya dan waktu sampai di pantai, berapa ketinggian
tsunami di pantai dan seberapa jauh rendaman yang mungkin terjadi di daratan. Walaupun
begitu, karena faktor alamiah, seperti kompleksitas topografi dan batimetri sekitar pantai dan
adanya corak ragam tutupan lahan (baik tumbuhan, bangunan, dll), perkiraan waktu
kedatangan tsunami, ketinggian dan jarak rendaman tsunami masih belum bisa dimodelkan
secara akurat.
Sistem peringatan dini di indonesia
Pemerintah Indonesia, dengan bantuan negara-negara donor, telah
mengembangkan Sistem Peringatan Dini Tsunami Indonesia (Indonesian Tsunami Early
Warning System - InaTEWS). Sistem ini berpusat pada Badan Meteorologi, Klimatologi, dan
Geofisika (BMKG) di Jakarta. Sistem ini memungkinkan BMKG mengirimkan peringatan
tsunami jika terjadi gempa yang berpotensi mengakibatkan tsunami. Sistem yang ada
sekarang ini sedang disempurnakan. Kedepannya, sistem ini akan dapat mengeluarkan 3
tingkat peringatan, sesuai dengan hasil perhitungan Sistem Pendukung Pengambilan
Keputusan (Decision Support System - DSS).
Pengembangan Sistem Peringatan Dini Tsunami ini melibatkan banyak pihak,
baik instansi pemerintah pusat, pemerintah daerah, lembaga internasional, lembaga nonpemerintah. Koordinator dari pihak Indonesia adalah Kementrian Negara Riset dan
Teknologi(RISTEK). Sedangkan instansi yang ditunjuk dan bertanggung jawab untuk
mengeluarkan INFO GEMPA dan PERINGATAN TSUNAMI adalah BMKG (Badan
Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika). Sistem ini didesain untuk dapat mengeluarkan
peringatan tsunami dalam waktu paling lama 5 menit setelah gempa terjadi.
Sistem Peringatan Dini memiliki 4 komponen:
1.
Pengetahuan mengenai Bahaya dan Resiko,
2.
Peramalan,
3.
Peringatan, dan Reaksi.Observasi (Monitoring gempa dan permukaan laut),
4.
Integrasi dan Diseminasi Informasi, Kesiapsiagaan.
Cara Kerja
Sebuah Sistem Peringatan Dini Tsunami adalah merupakan rangkaian sistem
kerja yang rumit dan melibatkan banyak pihak secara internasional, regional, nasional,
daerah dan bermuara di Masyarakat.
Apabila terjadi suatu Gempa, maka kejadian tersebut dicatat oleh alat
Seismograf (pencatat gempa). Informasi gempa (kekuatan, lokasi, waktu kejadian)
dikirimkan melalui satelit ke BMKG Jakarta. Selanjutnya BMG akan mengeluarkan INFO
GEMPA yang disampaikan melalui peralatan teknis secara simultan. Data gempa
dimasukkan dalam DSS untuk memperhitungkan apakah gempa tersebut berpotensi
menimbulkan tsunami. Perhitungan dilakukan berdasarkan jutaan skenario modelling yang
sudah dibuat terlebih dahulu. Kemudian, BMKG dapat mengeluarkan INFO PERINGATAN
TSUNAMI. Data gempa ini juga akan diintegrasikan dengan data dari peralatan sistem
peringatan dini lainnya (GPS, BUOY, OBU, Tide Gauge) untuk memberikan konfirmasi
apakah gelombang tsunami benar-benar sudah terbentuk. Informasi ini juga diteruskan oleh
BMKG. BMKG menyampaikan info peringatan tsunami melalui beberapa institusi perantara,
yang meliputi (Pemerintah Daerah dan Media). Institusi perantara inilah yang meneruskan
informasi peringatan kepada masyarakat. BMKG juga menyampaikan info peringatan
melalui SMS ke pengguna ponsel yang sudah terdaftar dalam database BMKG. Cara
penyampaian Info Gempa tersebut untuk saat ini adalah melalui SMS, Facsimile, Telepon,
Email, RANET (Radio Internet), FM RDS (Radio yang mempunyai fasilitas RDS/Radio Data
System) dan melalui Website BMG (www.bmg.go.id).
Pengalaman serta banyak kejadian dilapangan membuktikan bahwa meskipun
banyak peralatan canggih yang digunakan, tetapi alat yang paling efektif hingga saat ini
untuk Sistem Peringatan Dini Tsunami adalah RADIO. Oleh sebab itu, kepada masyarakat
yang tinggal didaerah rawan Tsunami diminta untuk selalu siaga mempersiapkan RADIO FM
untuk mendengarkan berita peringatan dini Tsunami. Alat lainnya yang juga dikenal ampuh
adalah Radio Komunikasi Antar Penduduk. Organisasi yang mengurusnya adalah RAPI
(Radio Antar Penduduk Indonesia). Mengapa Radio ? jawabannya sederhana, karena ketika
gempa seringkali mati lampu tidak ada listrik. Radio dapat beroperasi dengan baterai. Selain
itu karena ukurannya kecil, dapat dibawa-bawa (mobile). Radius komunikasinyapun relatif
cukup memadai.
2.5
Rambatan Tsunami
Kecepatan rambat gelombang tsunami berbeda-beda, tergantung pada kedalaman laut. Di
laut dalam, kecepatan rambat tsunami mencapai 500 1000km per jam atau setara dengan
kecepatan pesawat terbang namun ketinggiangelombangnya hanya sekitar 1 meter.Ketika
gelombang tsunami ini sudah mendekati pantai, kecepatan rambatnya hanya sekitar 30 km
per jam, namun ketinggian gelombangnya bisa mencapai puluhan meter. Ini sebabnya
banyak orang yang sedang berlayar di laut dalam tak menyadari adanya tsunami.
kehancuran mengerikan yang disebabkan oleh tsunami.
2.6
Karakteristik Tsunami
a.
Kecepatan Tsunami
Secara empiris, kecepatan tsunami tergantung pada kedalaman laut dan percepatan
gravitasi di tempat tersebut. Untuk di laut dalam, kecepatan tsunami bisa setara dengan
kecepatan pesawat jet, yaitu sekitar 800 km/jam. Semakin dangkal lautnya, kecepatan
tsunami semakin berkurang, yaitu berkisar antara 2 5 km/jam.
b.
Ketinggian Tsunami
Ketinggian gelombang Tsunami berbanding terbalik dengan kecepatanya. Artinya, jika
kecapatan tsunami besar, tetapi ketinggian gelombang tsunami hanya beberapa puluh
centimeter saja. Sebaliknya untuk di daerah pantai, kecepatan tsunaminya kecil, sedangkan
ketinggian gelombangnya cukup tinggi, bisa mencapai puluhan meter.
Ketinggian tsunami di pantai dipengaruhi oleh beberapa faktor, salah satunya adalah
bentuk pantainya. Ada 2 (dua) bentuk pantai yaitu :
1.
Pantainya terjal
Bentuk pantai seperti ini mengakibatkan bagian utama dari energi tsunami dipantulkan oleh
slope (pembatas). Sehingga pemantulannya secara utuh mengikuti periode tsunami, tanpa
pecah. Tinggi gelombang yang gelombang yang dihasilkan antara 1 2 meter.
2.
Pantainya Landai
Bentuk pantai ini mengakibtkan energi tsunami akan dinaikkan oleh pantai, disini berlaku
prinsip dasar energi, yakni energi selalu konstan. Sehingga jika kecepatannya berkurang
maka amplitudonya besar, panjang gelombangnya berkurang dan mengakibatkan
pecahnya gelombang. Hal inilah yang mengakibatkan tinggi gelombang tsunami bisa
mencapai puluhan meter.
2.7
Gerakan vertikal ini dapat terjadi pada patahan bumi atau sesar. Gempa bumi juga banyak
terjadi di daerah subduksi, dimana lempeng samudera menelusup ke bawah lempeng
benua.
Tanah longsor yang terjadi di dasar laut serta runtuhan gunung api juga dapat
mengakibatkan gangguan air laut yang dapat menghasilkan tsunami. Gempa yang
menyebabkan gerakan tegak lurus lapisan bumi. Akibatnya, dasar laut naik-turun secara
tiba-tiba sehingga keseimbangan air laut yang berada di atasnya terganggu. Demikian pula
halnya dengan benda kosmis atau meteor yang jatuh dari atas. Jika ukuran meteor atau
longsor ini cukup besar, dapat terjadi megatsunami yang tingginya mencapai ratusan meter.
2.8
1.
2.
3.
1.
2.
3.
4.
Dampak Tsunami
Dampak Positif dari bencana tsunami
:
Bencana alam merenggut banyak korban, sehingga lapangan pekerjaan menjadi terbuka
luas bagi yang masih hidup
Kegunaan secara Psikologis: Menjalin kerjasama dan bahu- membahu untuk menolong
korban bencana, menimbulkan efek kesadaran bahwa manusia itu saling membutuhkan
satu sama lain.
Kita bisa mengetahui samapai dimanakah konstruksi bangunan kita serta kelemahannya,
dan kita dapat melakukan inovasi baru untuk penangkalan apabila bencana tersebut datang
kembali tetapi dengan konstruksi yang lebih baik.
Dampak Negatif dari bencana tsunami
Merusak apa saja yang dilaluinya. bangunan, tumbuh-tumbuhan dan dan mengakibatkan
korban jiwa manusia, serta menyebabkan genangan, pencemaran air asin lahan pertanian,
tanah, dan air bersih.
Banyak tenaga kerja ahli yang menjadi korban, sehingga sulit mencari lagi tenaga ahli yang
sesuai dalam bidang pekerjaannya.
Pemerintah akan kewalahan dalam pelaksanaan pembangunan pasca bencana, karena
faktor dana yang besar.
menambah tingkat kemiskinan apabila ada masyarakat korban bencana yang kehilangan
harta benda.
2.9
Mitigasi Tsunami
Mitigasi meliputi segala tindakan yang mencegah bahaya, mengurangi kemungkinan
terjadinya bahaya, dan mengurangi daya rusak suatu bahaya yang tidak dapat dihindarkan.
Mitigasi adalah dasar managemen situasi darurat. Mitigasi dapat didefinisikan sebagai aksi
yang mengurangi atau menghilangkan resiko jangka panjang bahaya bencana alam dan
akibatnya terhadap manusia dan harta-benda (FEMA, 2000). Mitigasi adalah usaha yang
dilakukan oleh segala pihak terkait pada tingkat negara, masyarakat dan individu.
Untuk mitigasi bahaya tsunami atau untuk bencana alam lainnya, sangat diperlukan
ketepatan dalam menilai kondisi alam yang terancam, merancang dan menerapkan teknik
peringatan bahaya, dan mempersiapkan daerah yang terancam untuk mengurangi dampak
negatif dari bahaya tersebut. Ketiga langkah penting tersebut: 1) penilaian bahaya (hazard
assessment), 2) peringatan (warning), dan 3) persiapan (preparedness) adalah unsur utama
model mitigasi. Unsur kunci lainnya yang tidak terlibat langsung dalam mitigasi tetapi sangat
mendukung adalah penelitian yang terkait (tsunami-related research).
2.9.1
Unsur pertama untuk mitigasi yang efektif adalah penilaian bahaya. Untuk setiap komunitas
pesisir, penilaian bahaya tsunami diperlukan untuk mengidentifikasi populasi dan aset yang
terancam, dan tingkat ancaman (level of risk). Penilaian ini membutuhkan pengetahuan
tentang karakteristik sumber tsunami, probabilitas kejadian, karakteristik tsunami dan
karakteristik morfologi dasar laut dan garis pantai. Untuk beberapa komunitas, data dari
tsunami yang pernah terjadi dapat membantu kuantifikasi faktor-faktor tersebut. Untuk
komunitas yang tidak atau hanya sedikit memiliki data dari masa lalu, model numerik
tsunami dapat memberikan perkiraan. Tahapan ini umumnya menghasilkan peta potensi
bahaya tsunami, yang sangat penting untuk memotivasi dan merancang kedua unsur
mitigasi lainnya, peringatan dan persiapan.
1.
2. Data paleotsunami
Penelitian paleotsunami juga dapat dilakukan pada endapan tsunami di daerah pesisir dan
bukti-bukti lainnya yang terkait dengan pergeseran sesar penyebab gempabumi
tsunamigenik.
3. Penyelidikan pasca tsunami
Survey penyelidikian pasca tsunami dilakukan mengikuti suatu peristiwa tsunami yang baru
terjadi untuk mengukur batas inundasi dan merekam keterangan saksi mata mengenai
jumlah gelombang, waktu kedatangan gelombang, dan gelombang mana yang terbesar.
4. Pemodelan numerik
Seringkali karena rekaman data minimal, satu-satunya jalan untuk menentukan daerah
potensi bahaya adalah menggunakan pemodelan numerik. Model dapat dimulai dari
skenario terburuk. Informasi ini kemudian menjadi dasar pembuatan peta evakuasi tsunami
dan prosedurnya.
2.9.2
Peringatan (warning)
Unsur kunci kedua untuk mitigasi tsunami yang efektif adalah suatu sistem peringatan untuk
memberi peringatan kepada komunitas pesisir tentang bahaya tsunami yang tengah
mengancam. Sistem peringatan didasarkan kepada data gempabumi sebagai peringatan
dini, dan data perubahan muka airlaut untuk konfirmasi dan pengawasan tsunami. Sistem
peringatan juga mengandalkan berbagai saluran komunikasi untuk menerima data seismik
dan perubahan muka airlaut, dan untuk memberikan pesan kepada pihak yang berwenang.
Pusat peringatan (warning center) haruslah: 1) cepat memberikan peringatan secepat
mungkin setelah pembentukan tsunami potensial terjadi, 2) tepat menyampaikan pesan
tentang tsunami yang berbahaya seraya mengurangi peringatan yang keliru, dan 3)
dipercaya bahwa sistem bekerja terus-menerus, dan pesan mereka disampaikan dan
diterima secara langsung dan mudah dipahami oleh pihak-pihak yang berkepentingan.
1. Data
Sistem peringatan membutuhkan data seismik dan muka airlaut setiap saat secara cepat
(real atau near-real time). Sistem ini juga membutuhkan rekaman data gempabumi dan
tsunami yang pernah terjadi. Kedua jenis data tersebut dipergunakan untuk dapat secara
cepat mendeteksi dan melokalisasi gempabumi tsunamigenik potensial, untuk
mengkonfirmasi apakah tsunami telah terbentuk, dan untuk memperkirakan dampak
potensial terhadap daerah pesisir yang menjadi tanggungjawabnya.
Untuk bisa memberikan peringatan secara efektif, gauges perlu diletakkan di dekat sumber
tsunami sehingga konfirmasi secara cepat diperoleh, apakah tsunami telah terbentuk atau
tidak, dan perkiraan awal mengenai ukuran tsunami. Mereka harus pula diletakkan diantara
sumber dan daerah pesisir yang terancam untuk memonitor perkembangannya dan
membantu memprediksi dampaknya. Untuk tsunami lokal, gauges dibutuhkan di sepanjang
garis pantai untuk memperoleh konfirmasi tercepat dan untuk evaluasi.
1.3 Data rekaman tsunami dan gempa bumi
Pusat peringatan membutuhkan akses cepat kepada data rekaman tsunami dan
gempabumi untuk membantu memperkirakan apakah suatu gempabumi dari suatu lokasi
dapat menyebabkan tsunami, dan apakah tsunami tersebut berbahaya bagi daerah
tanggung jawab mereka. Sebagai contoh, adalah sangat berguna untuk mengetahui bila
zona subduksi pada suatu daerah pernah mengalami gempabumi berskala 8 tetapi tidak
pernah menghasilkan tsunami. Juga sangat berguna untuk mengetahui karakteristik
rekaman data muka airlaut untuk tsunami yang berbahaya dan yang tidak berbahaya pada
suatu daerah.
Komunikasi
Sistem peringatan tsunami membutuhkan komunikasi yang unik dan ekstensif. Data seismik
dan perubahan muka airlaut harus dikirim dari lokasi secara cepat dan dapat dipercaya oleh
penerima.
Persiapan
Kegiatan kategori ini tergantung pada penilaian bahaya dan peringatan. Persiapan yang
layak terhadap peringatan bahaya tsunami membutuhkan pengetahuan tentang daerah
yang kemungkina terkena bahaya (peta inundasi tsunami) dan pengetahuan tentang sistem
peringatan untuk mengetahui kapan harus mengevakuasi dan kapan saatnya kembali ketika
situasi telah aman. Tanpa kedua pengetahuan akan muncul kemungkinan kegagalan
mitigasi bahaya tsunami. Tingkat kepedulian publik dan pemahamannya terhadap tsunami
juga sangat penting. Jenis persiapan lainnya adalah perencanaan tata ruang yang
menempatkan lokasi fasilitas vital masyarakat seperti sekolah, kantor polisi dan pemadam
kebakaran, rumah sakit berada diluar zona bahaya. Usaha-usaha keteknikan untuk
membangun struktur yang tahan terhadap tsunami, melindungi bangunan yang telah ada
dan menciptakan breakwater penghalang tsunami juga termasuk bagian dari persiapan.
1. Evakuasi
Rencana evakuasi dan prosedurnya umumnya dikembangkan untuk tingkat lokal, karena
rencana ini membutuhkan pengetahuan detil tentang populasi dan fasilitas yang terancam
bahaya, dan potensi lokal yang dapat diterapkan untuk mengatasi masalah. Tsunami lokal
hampir tidak menyediakan waktu yang cukup untuk peringatan formal dan disertai
gempabumi, sementara tsunami distan mungkin memberi waktu beberapa jam untuk
persiapan sebelum gelombang yang pertama tiba. Sehingga persiapan evakuasi dan
prosedurnya harus disiapkan untuk kedua skenario tersebut.
1.1 Evakuasi untuk tsunami local
Ketika tsunami lokal terjadi, satu-satunya tanda yang ada mungkin hanyalah goncangan
gempabumi, atau suatu kondisi yang tidak biasa pada tubuh airlaut. Masyarakat harus
mampu mengenali tanda-tanda bahaya tersebut, kemudian pindah segera dan secepatnya
kearah darat atau ke arah dataran tinggi karena gelombang tsunami dapat menghantam
dalam hitungan menit. Para pengungsi juga menghadapi bahaya yang disebabkan oleh
gempabumi seperti tanah longsor, runtuhnya bangunan dan jembatan yang mungkin
menghambat usaha mereka dalam menyelamatkan diri. Untuk itu diperlukan sekali
kepedulian publik dan pendidikan tentang tsunami dan kemungkinan bahaya yang
mengikuti. Hal ini juga membutuhkan perencanaan resmi tentang zona bahaya dan rute
evakuasi yang aman. Kunci utama untuk memotivasi pendidikan publik adalah pemahaman
tentang bahaya tsunami dan dimana kemungkinan banjir tsunami tersebut terjadi.
1.2 Evakuasi untuk tsunami distan
Pada kasus tsunami distan, pihak yang berwenang masih memiliki waktu yang cukup untuk
mengorganisir evakuasi. Mengikuti peringatan dari pusat peringatan bahwa tsunami telah
terbentuk dan waktu kedatangan gelombang pertama telah diketahui, pihak yang
berwenang membuat keputusan tentang apakah evakusi diperlukan. Keputusan ini
didasarkan kepada data rekaman atau model tentang ancaman dari sumber tsunami dan
panduan lebih lanjut dari pusat peringatan tentang pergerakan tsunami. Masyarakat
diinformasikan tentang bahaya yang mengancam, dan diinstruksikan tentang bagaimana,
kemana, dan kapan harus mengungsi. Badan-badan pelayanan masyarakat seperti polisi,
pemadam kebakaran dan tentara, difungsikan untuk membantu kelancaran pengungsian.
Zona evakuasi dan rute pengungsian harus ditentukan secara aman, masyarakat harus
cukup diberi pengarahan tentang bahaya tsunami dan prosedur evakuasi, sehingga mereka
tidak tetap berada di tempat tinggal ketika tsunami datang atau telah kembali ketika
ancaman masih belum berakhir. Evakuasi yang tidak perlu harus dikurangi untuk menjaga
kepercayaan publik terhadap sistem.
2. Pendidikan
2.2 Pendidikan untuk para operator sistem peringatan, manager bencana alam, dan
pembuat kebijakan.
Operator sistem peringatan, manager bencana alam, dan pembuat kebijakan harus
memenuhi suatu tingkat pendidikan dan pemahaman terhadap bahaya tsunami. Sebab
tsunami, baik lokal maupun distan, jarang terjadi pada suatu daerah tertentu, sehingga
orang-orang kunci tersebut tidak memiliki pengalaman probadi terhadap fenomena yang
menjadi dasar keputusan menyangkut persiapan atau tindakan yang harus dilakukan ketika
bahaya tersebut menimpa.
3. Tata guna lahan
Sebagai konsekuensi pertumbuhan penduduk global, daerah pesisir yang rawan tsunami
berkembang dengan cepat. Karena tidak mungkin untuk menghentikan pembangunan,
sebaiknya dilakukan pencegahan pembangunan fasilitas umum pada zona rawan bencana
tsunami, seperti sekolah, polisi, pemadam kebakaran dan rumah sakit yang memiliki arti
penting bagi populasi ketika bahaya sewaktu-waktu terjadi. Sebagai tambahan, hotel dan
penginapan juga perlu ditempatkan pada lokasi yang sesuai dengan prosedur evakuasi
untuk memberikan keamanan kepada para tamunya.
4.
2.9.4
Keteknikan
Keteknikan dapat membantu mitigasi tsunami. Bangunan dapat diperkuat sehingga tahan
terhadap tekanan gelombang dan arus yang kuat. Fondasi struktur dapat dikonstruksikan
menahan erosi dan penggerusan oleh arus. Lantai dasar suatu bangunan dapat dibuat
terbuka sehingga mampu membiarkan airlaut melintas, hal ini menolong mengurangi sifat
penggerusan arus pada fondasi. Bagian penting dari suatu bangunan seperti generator
cadangan, motor elevator dapat ditempatkan pada lantai yang tidak terkena banjir. Bendabenda berat berbahaya seperti tanki yang dapat hanyut terbawa banjir sebaiknya
ditanamkan ke tanah. Sistem transportasi dikonstruksikan atau dimodifikasi sehingga
mampu memfasilitasi evakuasi massal secara cepat keluar dari daerah bahaya. Beberapa
struktur penahan gelombang laut seperti seawall, sea dikes, breakwaters, river gates, juga
mampu menahan atau mengurangi tekanan tsunami.
Penelitian
Meskipun tidak terkait langsung dengan aktivitas mitigasi, penelitian yang terkait dengan
tsunami sangatlah penting untuk meningkatkan kualitas mitigasi. Riset yang menyelidiki
bukti-bukti paleotsunami, mengembangkan database, kuantifikasi dampak bahaya tsunami,
atau pemodelan numerik dapat meningkatkan tingkat akurasi penilaian bahaya. Penelitian
juga mampu meningkatkan cara pendidikan publik sehingga tingkat kepedulian masyarakat
akan bahya tsunami meningkat. Penelitian juga memberikan panduan perencanaan tata
ruang dalam zona inundasi potensial.
Mengetahui pusat informasi bencana, seperti Posko Bencana, Palang Merah Indonesia,
Tim SAR. Kenali areal rumah, sekolah, tempat kerja, atau tempat lain yang beresiko.
Mengetahui wilayah dataran tinggi dan dataran rendah yang beresiko terkena Tsunami.
Jika melakukan perjalanan ke wilayah rawan Tsunami, kenali hotel, motel, dan carilah pusat
pengungsian. Adalah penting mengetahui rute jalan keluar yang ditunjuk setelah peringatan
dikeluarkan.
Siapkan kotak Persediaan Pengungsian dalam suatu tempat yang mudah dibawa (ransel
punggung), di dekat pintu.
Siapkan peersediaan makanan dan air minum untuk pengungsian.
Siapkan selalu peralatan P3K lengkap.
Membawa barang secukupnya saja untuk keperluan pengungsian.
Segera mengungsi setelah ada pemberitahuan dari pihak yang berwenang atas
penyebaran informasi tentang tsunami.
Jika hanya ada sedikit waktu sebelum datang tsunami,segera mencari pintu dan mencari
jalan keluar dari rumah atau gedung dengan segera.
Carilah tempat yang tinggi dan aman dari gelombang tsunami,atau mengikuti rute dan
tempat yang suah ditetapkan oleh pihak yang berwenang.
Utamakan keselamatan terlebih dahulu, jika terjadi kerusakan pada tempat Anda
berada,bila ingin menyelamatkan harta benda carilah yang mudah dan ringan dibawa.
Pastikan tidak ada anggota keluarga yang tertinggal pada saat pergi ke tempat evakuasi.
Jika bisa ajaklah tetangga dekat Anda untuk pergi bersama-sama.
Jika tsunami terjadi pada saat Anda sedang menyetir kendaraan, cepat keluar dan cari
tempat yang tinggi dan aman.
Setelah Terjadi Tsunami, Periksa kesediaan makanan. Makanan apapun yang terkena air
mungkin sudah tercemar dan harus dibuang.
Memberikan bantuan kepada korban luka-luka. Berikan bantuan P3K dan panggil bantuan.
Jangan pindahkan orang yang terluka, kecuali yang luka serius.
Segera membangun tenda pengungsian apabila keadaan untuk kembali ke rumah tidak
memungkinkan.
Pastikan keadaan sudah aman dan tidak terjadi tsunami susulan sebelum kembali ke
rumah.Bila keadaan rumah tidak memungkinkan untuk ditempati carilah tempat tinggal yang
bisa ditempati atau kembali ke tempat pengungsian.
2.10.2
2.10.3
Sebesar apapun bahaya tsunami, gelombang ini tidak datang setiap saat. Janganlah
ancaman bencana alam ini mengurangi kenyamanan menikmati pantai dan lautan.
Jika berada di sekitar pantai, terasa ada guncangan gempabumi, air laut dekat pantaisurut
secara tiba-tiba sehingga dasar laut terlihat, segeralah lari menuju ke tempat yangtinggi
(perbukitan atau bangunan tinggi) sambil memberitahukan teman-teman yang lain.
Jika sedang berada di dalam perahu atau kapal di tengah laut serta mendengar berita
daripantai telah terjadi tsunami, jangan mendekat ke pantai. Arahkan perahu ke laut.
Jika gelombang pertama telah datang dan surut kembali, jangan segera turun ke
daerahyang rendah. Biasanya gelombang berikutnya akan menerjang.
Jika gelombang telah benar-benar mereda, lakukan pertolongan pertama pada korban. Jika
berada di sekitar pantai, terasa ada guncangan gempabumi, air laut dekat pantaisurut
secara tiba-tiba sehingga dasar laut terlihat, segeralah lari menuju ke tempat yangtinggi
(perbukitan atau bangunan tinggi) sambil memberitahukan teman-teman yang lain.
Jika sedang berada di dalam perahu atau kapal di tengah laut serta mendengar berita
daripantai telah terjadi tsunami, jangan mendekat ke pantai. Arahkan perahu ke laut.
Jika gelombang pertama telah datang dan surut kembali, jangan segera turun ke
daerahyang rendah. Biasanya gelombang berikutnya akan menerjang.
Jika gelombang telah benar-benar mereda, lakukan pertolongan pertama pada korban.
1 November 1755, setelah gempa bumi kolosal menghancurkan Lisbon, Portugal dan
pegunungan di Eropa, orang menyelamatkan diri dengan menggunakan perahu. Namun
Tsunami akhirnya menyusul. Peristiwa mengerikan secara bersamaan tersebut membunuh
lebih dari 60 ribu orang.
27 Agustus 1883, letusan gunung Krakatau memicu terjadinya tsunami yang
menenggelamkan 36 ribu orang Indonesia yang berada di pulau Jawa bagian barat dan
utara Sumatera. Kekuatan gelombang mendorong 600 ton blok terumbu karang menuju tepi
pantai bersama dengan arus tsunami yang besar.
15 Juni 1896, gelombang setinggi 30 meter, disebabkan oleh gempa bumi menyapu
pantai timur Jepang. Sebanyak 27 ribu orang menjadi korban.
1 April 1946, tsunami April Fool, dipicu sebuah gempa yang terjadi di Alaska, membunuh
159 orang, dan kebanyakan berada di kepulauan Hawaii.
9 Juli 1958, diingat sebagai tsunami terbesar yang pernah dicatat oleh masa modern,
Gempa di Teluk Lituya Alaska disebabkan oleh tanah longsor yang awalnya dipicu oleh
gempa bumi berskala 8,3 skala richter. Gelombang sangat tinggi, tetapi karena wilayah
tersebut relatif terisolasi dan kondisi geologinya unik maka tsunami tidak menyebabkan
banyak kerusakan. Tapi hanya menenggelamkan satu perahu dan membunuh dua orang
22 Mei 1960, salah satu gempa besar yang tercatat manusia terjadi di Chile sebesar 8,6
skala richter, menciptakan tsunami yang menerjang pantai Chile dalam waktu kurang dari 15
menit. Gelombang setinggi 25 meter membunuh 1500 orang di Chile dan Hawaii,menjadi
tsunami yang cukup besar.
27 Maret 1964, dikenal sebagai gempa bumi Good Friday Alaska, dengan kekuatan
sekitar 8,4 skala richter menggulung dengan kecepatan 400 mil per jam tsunami di Valdez
Inlet dengan ketinggian 6,7 meter, membunuh lebih dari 120 orang.Sepuluh orang yang
menjadi korban di kota Crescent, di utara California, yang sempat menyaksikan gelombang
setinggi 6,3 meter
23 Agustus 1976, sebuah tsunami di barat daya Filipina membunuh 8 ribu korban jiwa
akibat gempa bumi yang terjadi 30 menit setelah adanya gempa.
17 Juli 1998, sebuah gempa berkekuatan 7,1 skala richter menyebabkan tsunami di
Papua Nugini yang membunuh 2200 orang dengan sangat cepat.
26 Desember 2004, gempa kolosal dengan kekuatan 9,1 dan 9,3 skala richter setinggi 3,5
meter mengguncang Indonesia dan membunuh 230 ribu jiwa, sebagian besar karena
tsunami. Gempa tersebut dinamakan sebagai gempa Sumatera-Andaman dan tsunami yang
terjadi kemudian dikenal sebagai tsunami lautan Hindia. Gelombang yang terjadi menimpa
banyak belahan dunia lain, sejauh hingga Nova Scotia dan Peru.
2006 17 Juli, Gempa yang menyebabkan tsunami terjadi di selatan
pulau Jawa, Indonesia, dan setinggi maksimum ditemukan 21 meter di Pulau
Nusakambangan. Memakan korban jiwa lebih dari 500 orang. Dan berasal dari selatan
kota Ciamis
2007 12 September, Bengkulu, Memakan korban jiwa 3 orang. Ketinggian tsunami 3-4
m.
2010 27 Februari, Santiago, Chili,yang memakan korban jiwa yang tidak sedikit.
11 maret 2011, Gempa bumi berkekuatan 8,9 skala Richter pada kedalaman 24,4
kilometer di sebelah pantai timur Honshu, Jepang, pada 11 Maret 2011 pukul 12.46 WIB
atau 14.46 waktu setempat, tercatat sebagai gempa bumi terbesar ketujuh di dunia.
Daftar Pustaka
http://psb-psma.org/
Diakses pada tanggal 11 januari 2013
http://ariatmancool.blogspot.com/2010/11/makalah-tentang-tsunami.html
http://cahyocenok.blogspot.com/2012/11/makalah-tentang-tsunami.html
http://alhiedjamal.wordpress.com/2012/11/05/makalah-tsunami/
http://makalahtsunami.blogspot.com/
http://id.wikipedia.org/wiki/Tsunami/
Diakses pada tanggal 2 februari 2013
http://ismorosiyadi.blogspot.com/2011/11/artikel-tsunami.html/
http://forum.upi.edu/v3/index.php?topic=13675.0/
http://www.anneahira.com/proses-tsunami.htm/
http://harytami3.wordpress.com/2009/03/05/tsunami-penyebab-dan-akibatnya/
http://www.anneahira.com/penyebab-terjadinya-tsunami.htm
http://dwiwidiyastoto.blogspot.com/2010/03/penyebab-dan-cara-penanggulangan.html
http://community.um.ac.id/showthread.php?53079-Mekanisme-Tsunami
http://gugling.com/kenali-ciri-ciri-tsunami.html/
Diakses pada tanggal 17 maret 2013
http://www.pu.go.id/publik/ind/produk/info_peta/rwnbanjir/bencana2006/00gemp
atsunami15562006.htm
Diakses pada tanggal 18 Maret 2013
http://putunaghbali.blogspot.com/2012/04/dampak-positif-dan-dampak-negatif-dari.html?
m=1
Diakses pada tanggal 15 Mei 2013
1. Historis Tsunami
1 April 1946, tsunami April Fool, dipicu sebuah gempa yang terjadi di
Alaska, membunuh 159 orang, dan kebanyakan berada di kepulauan
Hawaii.
9 Juli 1958, diingat sebagai tsunami terbesar yang pernah dicatat oleh
masa modern, Gempa di Teluk Lituya Alaska disebabkan oleh tanah
longsor yang awalnya dipicu oleh gempa bumi berskala 8,3 skala richter.
Gelombang sangat tinggi, tetapi karena wilayah tersebut relatif terisolasi
dan kondisi geologinya unik maka tsunami tidak menyebabkan banyak
kerusakan. Tapi hanya menenggelamkan satu perahu dan membunuh dua
orang
22 Mei 1960, salah satu gempa besar yang tercatat manusia terjadi di
Chile sebesar 8,6 skala richter, menciptakan tsunami yang menerjang
pantai Chile dalam waktu kurang dari 15 menit. Gelombang setinggi 25
meter membunuh 1500 orang di Chile dan Hawaii,menjadi tsunami yang
cukup besar.
27 Maret 1964, dikenal sebagai gempa bumi Good Friday Alaska, dengan
kekuatan sekitar 8,4 skala richter menggulung dengan kecepatan 400 mil
per jam tsunami di Valdez Inlet dengan ketinggian 6,7 meter, membunuh
lebih dari 120 orang.Sepuluh orang yang menjadi korban di kota Crescent,
di utara California, yang sempat menyaksikan gelombang setinggi 6,3
meter
26 Desember 2004, gempa kolosal dengan kekuatan 9,1 dan 9,3 skala
richter setinggi 3,5 meter mengguncang Indonesia dan membunuh 230
ribu jiwa, sebagian besar karena tsunami. Gempa tersebut dinamakan
sebagai gempa Sumatera-Andaman dan tsunami yang terjadi kemudian
dikenal sebagai tsunami lautan Hindia. Gelombang yang terjadi menimpa
banyak belahan dunia lain, sejauh hingga Nova Scotia dan Peru.
2010 26 Oktober, Kepulauan Mentawai, Indonesia,yang meluluhlantahkan sebagian besar kepulauan Mentawai dan memakan banyak
korban jiwa.
Tahun
Tempat
Magnituda
Korban
1.
1883
G.Krakatau
36.000
2.
1833
8,8
Tak tercatat
3.
1938
8,5
Tak tercatat
4.
1967
Tinambung
58
5.
1968
Tambu, Sulteng
200
6.
1977
Sumbawa
6,1
161
7.
1992
Flores
6,8
2.080
8.
1994
Banyuwangi
7,2
377
9.
1996
Toli toli
10.
1996
Biak
8,2
166
11.
2000
Banggai
7,3
50
12.
2004
250.000
BAB III
PENUTUP
1. A.
Simpulan
Dari uraian makalah di atas dapat disimpulkan beberapa hal sebagai berikut :
1. Tsunami adalah gelombang laut yang disebabkan oleh gempa bumi ,
tanah longsor atau letusan gunung berapi yang terjadi di laut.
2. Terjadinya Tsunami diakibatkan oleh adanya gangguan yang menyebabkan
perpindahan sejumlah besar air meluap ke daratan, seperti letusan
gunung api, gempa bumi, longsor maupun meteor yang jatuh ke bumi.
Namun, 90% tsunami adalah akibat gempa bumi bawah laut.
3. Dampak Tsunami sebagian besar mengakibatkan kerusakan parah dan
banyak menelan korban jiwa dan harta benda sehingga perlu adanya
upaya untuk menghadapi tsunami baik dalam keadaan
waspada,persiapan,saat terjadi tsunami dan setelah terjadi tsunami.
1. B.
Saran
Untuk mengantisipasi datangnya tsunami yang sampai saat ini belum bisa diprediksikan
dengan tepat kapan dan dimana akan terjadi maka dapat dilakukan beberapa langkah sebagai
berikut :
1. Selalu waspada dan memantau dengan aktif informasi tentang bahaya
tsunami dari pihak yang berwenang terhadap adanya potensi tsunami
terutama penduduk yang bermukim didekat pantai.
2. Menentukan tempat-tempat berlindung yang tinggi dan aman jika terjadi
tsunami.
3. Menyediakan persediaan makanan dan air minum untuk keperluan darurat
dan pengungsian.
4. Menyiapkan tas ransel yang berisi (atau dapat diisi) barang-barang yang
sangat dibutuhkan di tempat pengungsian seperti perlengkapan P3K atau
obat-obatan..
DAFTAR PUSTAKA
http://www.etipsbali.wordpress.com/persiapan_menghadapi_tsunami.
Diakses
5 Desember 2010