Anda di halaman 1dari 12

BENCANA ALAM TSUNAMI

Oleh:
Decequen Putri Setiadi
Kelas

PEMERINTAH PROVINSI
DINAS PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
SMA NEGERI
2018
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Penyayang, kami panjatkan puja dan puji syukur atas ke hadirat-Nya, yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya.
Makalah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan
dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk
itu kami menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah
berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.
Terlepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu
dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar
kami dapat memperbaiki makalah ini.
Akhir kata kami berharap semoga makalah ini dapat memberikan manfaat
maupun inspirasi bagi kami dan pembaca pada umumnya.

Jakarta, 17 Agustus 1945


Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ....................................................................................... i


DAFTAR ISI ...................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ...................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ................................................................................. 1
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Tsunami .............................................................................. 2
B. Karakteristik Tsunami ........................................................................... 2
C. Sejarah Tsunami.................................................................................... 3
D. Jenis-Jenis Tsunami .............................................................................. 4
E. Penyebab Terjadi Tsunami ................................................................... 4
F. Mitigasi Tsunami .................................................................................. 5
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan ........................................................................................... 8
B. Saran ..................................................................................................... 8
DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Tsunami merupakan salah satu bencana alam yang sangat ditakuti di
Indonesia. Pada saat 2004 silam saja, bencana alam ini merenggut ratusan ribu
jiwa warga Aceh. Bahkan, masyarakat sekitar pantai apabila merasakan gempa
yang cukup besar akan melakukan evakuasi diri menuju tempat yang lebih
tinggi karena khawatir akan terjadi bencana tsunami.
Salah satu bencana geologi ini sering terjadi di negara-negara yang
termasuk ke dalam daerah ring of fire. Daerah ring of fire ini sangat rentan
terjadi gempa vulkanik maupun tektonik sehingga sangat berpotensi juga untuk
terjadi tsunami andai kata pusat gempa berada di lautan. Negara-negara yang
rawan terkena bencana ini di antaranya adalah Indonesia, Jepang, Filipina,
Papua Nugini, India, Bangladesh, Maladewa, dan Australia.

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian tsunami?
2. Bagaimana karakteristik tsunami?
3. Bagaimana sejarah tsunami?
4. Apa saja jenis-jenis tsunami?
5. Apa penyebab terjadinya tsunami?
6. Bagaimana mitigasi bencana tsunami?

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Tsunami
Istilah tsunami merupakan adopsi dari bahasa Jepang. Tsunami menurut
Beni (2006), adalah istilah yang berasal dari bahasa Jepang yang sekarang
sudah menjadi istilah yang biasa dipakai di seluruh penjuru dunia.
Tsunami berasal dari kata tsu yang berarti pelabuhan dan nami memiliki
arti ombak. Masyarakat Jepang biasanya setelah terjadi bencana tsunami akan
pergi ke pelabuhan untuk melihat seberapa besar kerusakan yang ditimbulkan,
sehingga dipakailah istilah tsunami (Sutowijoyo 2005).
Tsunami merupakan salah satu bencana alam yang sering terjadi di
Indonesia. Tsunami adalah gelombang besar yang dihasilkan oleh gempa bumi
di dasar samudera, letusan gunung api, atau longsoran masa batuan di sekitar
basin samudera (Djunire 2009).
Simandjuntak (1994) mengartikan tsunami sebagai salah satu kejadian
alam yang dicirikan oleh terjadinya pasang naik yang besar secara mendadak
yang biasanya terjadi sesaat setelah terjadi guncangan gempa bumi tektonik.
Gelombang yang dihasilkan oleh bencana alam ini dapat menghancurkan
daerah pemukiman yang berada di dekat pantai.
Berdasarkan Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi
(PVMBG) (2006), tsunami adalah gelombang laut yang mampu menjalar
dengan kecepatan tinggi hingga lebih dari 900 km/jam, gelombang ini
disebabkan oleh gempa bumi yang terjadi di dasar laut.
Tsunami sendiri sangat berkaitan dengan perubahan bentuk dasar laut
dengan cepat karena adanya faktor-faktor geologi, seperti letusan gunung berapi
ataupun gempa bumi (Sudrajat 1994).

B. Karakteristik Tsunami
Karakteristik umum dari tsunami pada dasarnya berbeda dengan
karakteristik ombak pada biasanya. Ombak merupakan gelombang air yang
dihasilkan dari tiupan angin, sedangkan tsunami merupakan gelombang yang

2
3

dibentuk akibat adanya kegiatan geologi bumi. Tsunami merupakan gelombang


yang dapat mencapai panjang gelombang lebih dari 150 km, serta memiliki
kecepatan gelombang seperti pesawat jet, yaitu sekitar 800 km/jam (King
1972). Menurut PVMBG (2006), kecepatan gelombang tsunami bergantung
pada kedalaman laut.
Tsunami memiliki panjang gelombang antara dua puncaknya lebih dari
100 km di laut lepas dan selisih waktu antara kedua puncak tersebut
diperkirakan antara 10 menit sampai 1 jam. Pada saat mencapai pantai yang
dangkal, teluk, atau muara sungai, gelombang ini kemudian akan menurun
kecepatannya, namun tinggi gelombang akan meningkat sehingga sangat
bersifat merusak benda-benda yang berada di sekitar pantai.
Pada laut dalam, tsunami akan bergerak dengan kecepatan yang sangat
tinggi, yaitu 500 sampai dengan 1000 km/jam. Siklus terjadinya gelombang
kembali berkisar antara hitungan menit sampai satu jam. Saat mendekati pantai
gelombang akan melambat dan ketinggian gelombang akan meninggi.
Tinggi gelombang ini dapat berubah karena adanya konversi energi dari
bentuk energi kinetik menjadi energi potensial. Berkurangnya kecepatan
gelombang yang artinya ada perpindahan energi menjadi energi potensial yang
menyebabkan bertambah tingginya gelombang (Diposaptono dan Budiman
2006).

C. Sejarah Tsunami
Istilah tsunami mulai tersebar luas di belahan dunia setelah terjadinya
gempa besar di Jepang yang menyebabkan tsunami sehingga menewaskan
sekitar 22 000 orang serta merusak pantai timur Honshu sepanjang 280 km.
Kejadian tersebut terjadi pada 15 Juni 1896 (Badan Meteorologi dan Geofisika
2010).
Di Indonesia, tsunami diperkirakan terjadi pertama kali pada tahun 1618
di Nusa Tenggara Barat. Dalam kurun waktu tahun 1600 sampai 2006,
Indonesia telah mengalami 108 kali kejadian tsunami. Sekitar 90% tsunami di
Indonesia disebabkan gempa tektonik, 9% akibat letusan gunung api, dan hanya
1% dipicu oleh tanah longsor.
4

D. Jenis-Jenis Tsunami
Klasifikasi tsunami berdasarkan penyebabnya dapat dibedakan menjadi
tsunami vulkanik dan tsunami tektonik. Jenis tsunami vulkanik adalah jenis
tsunami yang disebabkan gempa yang berasal dari kegiatan vulkanik bumi,
sedangkan tsunami tektonik disebabkan karena adanya gempa yang terjadi
akibat aktivitas tektonik bumi.
Menurut Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 6/PRT/M/2009,
berdasarkan karakteristiknya tsunami dibedakan menjadi tsunami lokal dan
tsunami berjarak.
1. Tsunami lokal
Tsunami lokal berhubungan dengan episentrum gempa di sekitar
pantai sehingga waktu tempuh dari sumber kejadian sampai ke bibir pantai
berkisar antara lima sampai tiga puluh menit. Biasanya dampak dari tsunami
ini cukup besar karena kekuatan dari gelombang masih sangat terasa ketika
sudah mencapai daratan.
2. Tsunami berjarak
Tsunami berjarak adalah jenis tsunami yang paling umum terjadi di
pantai-pantai yang bertemu langsung dengan Samudera Pasifik. Jenis
tsunami ini memiliki sumber penyebab yang jauh dari bibir pantai sehingga
kekuatan gelombang yang dihasilkan tidak sebesar tsunami lokal. Waktu
tempuh pada saat gempa sampai terjadinya tsunami di daratan berkisar
antara 5.5 jam sampai 18 jam.

E. Penyebab Terjadi Tsunami


Tsunami menurut PVBMG (2006), dapat terjadi dari gempa tektonik
maupun vulkanik apabila memenuhi syarat berikut:
1. pusat gempa terjadi di dasar laut;
2. kedalaman pusat gempa kurang dari 60 km;
3. magnitude lebih besar dari 6.0 skala Richter;
4. jenis patahan tergolong sesar naik atau sesar turun.
Sedangkan menurut King (1972) dan Anhert (1996), faktor-faktor yang
dapat menyebabkan tsunami adalah sebagai berikut:
5

1. ada retakan di dasar laut yang disertai dengan suatu gempa bumi; retakan di
sini maksudnya adalah suatu zona planar yang lemah yang melewati daerah
kerak bumi;
2. ada tanah longsor, baik yang terjadi di bawah air atau yang berasal dari atas
lautan yang kemudian menghujam ke dalam air;
3. ada aktivitas gunung berapi yang terletak di dekat pantai atau di bawah air
yang sewaktu-waktu dapat terangkat atau tertekan seperti gerakan yang
terjadi pada retakan;
4. berbeda halnya dengan badan meteorologi dan geofisika (2010), menurut
lembaga ini tsunami akan terjadi jika kekuatan gempa lebih dari 7.0 sr,
lokasi pusat gempa di laut dengan kedalaman kurang dari 70 km, serta
terjadi deformasi vertikal dasar laut;
5. gelombang tsunami paling sering disebabkan oleh gempa tektonik dangkal
di perairan samudera Pasifik.

F. Mitigasi Tsunami
Mitigasi adalah suatu aktivitas untuk mengurangi dampak kerusakan
atau kehilangan nyawa. Aktivitas mitigasi bencana alam diperoleh melalui
berbagai tindakan analisis risiko untuk menghasilkan berbagai informasi
perencanaan mitigasi (FEMA 2008).
Menurut Ihsan (2017), mitigasi bencana adalah istilah yang digunakan
untuk menunjuk pada semua tindakan untuk mengurangi dampak dari suatu
bencana yang dapat dilakukan sebelum suatu bencana terjadi, termasuk
kesiapan dan tindakan-tindakan pengurangan risiko jangka panjang.
Mitigasi bencana tsunami dapat didekati dengan dua pendekatan, yaitu
pendekatan non fisik dan pendekatan fisik.
1. Pendekatan Mitigasi Non Fisik
Mitigasi bencana tsunami dengan pendekatan non fisik biasanya
dilakukan dengan memetakan tingkat kerawanan daerah tertentu terhadap
bencana tsunami selanjutnya diadakan kegiatan sosialisasi kepada
masyarakat terkait dengan berbagai hal yang berkaitan dengan tsunami.
Hal-hal yang disosialisasikan kepada masyarakat biasanya mengenai:
6

a. pengertian tsunami;
b. penyebab terjadinya tsunami;
c. ciri-ciri akan terjadinya tsunami;
d. dampak bencana alam tsunami;
e. cara penyelamatan diri dan evakuasi jika terjadi bencana.
Sosialisasi ini penting agar masyarakat nantinya paham dan
mengerti bagaimana cara mereka untuk menyelamatkan diri, andai kata
terjadi bencana alam ini.
Selain dengan sosialisasi, perlu diadakan juga simulasi aksi bencana
tsunami. Simulasi ini dimaksudkan agar masyarakat tidak panik saat
memperoleh informasi ketika akan terjadi bencana alam tsunami. Dengan
adanya simulasi ini juga, masyarakat akan terbiasa dengan keadaan yang
genting sehingga ketika saat terjadi bencana masyarakat sudah mengerti apa
yang harus mereka lakukan.
2. Pendekatan Mitigasi Fisik
Mitigasi bencana dengan pendekatan fisik dapat dilakukan dengan
upaya struktural, non struktural, maupun gabungan antar keduanya.
Pemilihan upaya mitigasi fisik ini bergantung pada kondisi fisik pantai, tata
ruang, tata guna lahan, serta modal yang tersedia. Mitigasi fisik tsunami
dapat dilakukan dengan beberapa cara, di antaranya adalah (Ihsan 2017):
a. Pendekatan non struktural dengan sabuk hijau (green belt)
Pendekatan non struktural dengan sabuk hijau misalnya
perlindungan daerah pantai dari bencana tsunami dengan menggunakan
vegetasi, seperti cemara laut (Casuarina equisetifolia), bakau, pohon
api-api, nipah, dan vegetasi lainnya yang berhabitat di pantai.
Mitigasi dengan cara ini harus memenuhi persyaratan teknis dari
vegetasi tersebut dalam meredam gelombang. Salah satu parameter
yang paling penting adalah nisbah dari lebar hutan bakau dari pantai
sampai ujung hutan mangrove yang menghadap langsung ke laut (B)
dengan panjang gelombang tsunami (L), atau dapat dirumuskan dengan
B/L. Semakin besar nilai B/L maka semakin efektif metode mitigasi
bencana tsunami dengan sabuk hijau.
7

Hutan mangrove atau hutan bakau juga sangat efektif dalam


meredam gelombang air laut atau ombak. Hutan mangrove ini dapat
mencegah terjadinya abrasi juga.
b. Pendekatan struktural dengan peringatan dini
Salah satu upaya struktural dalam mitigasi bencana ini adalah
pemberitahuan dini terjadinya tsunami. Penyampaian informasi ini
dapat menggunakan sirene, lonceng, bel, dan sebagainya. Pemasangan
alat pendeteksi dini mutlak harus dilakukan pada metode ini. Sistem
peringatan dini menggunakan alat sensor kenaikan tinggi muka air laut,
satelit, dan receiver gelombang yang langsung terhubung dengan alat
pemberi tahu bahaya bencana tsunami.
c. Bangunan sipil penahan tsunami
Bangunan sipil yang dikhususkan untuk menahan bencana
tsunami di Indonesia belum pernah dibangun. Bangunan sipil ini dapat
kita temui di negara Jepang. Meskipun sangat efektif dalam meredam
terjangan gelombang air, bangunan ini dinilai merusak nilai estetik dari
suatu lanskap di pantai.
d. Bangunan sipil untuk evakuasi
Lokasi evakuasi harus mudah dijangkau apabila bencana
tsunami benar-benar terjadi. Lokasi evakuasi dapat berupa lahan yang
memiliki ketinggian tertentu dan bangunan tinggi yang tahan terhadap
gelombang dan getaran gempa. Apabila suatu pemukiman jauh dari
dataran yang memiliki elevasi yang tinggi maka perlu dibuat suatu
bangunan sipil yang dikhususkan untuk evakuasi. Bangunan ini sangat
penting untuk mengurangi jumlah korban akibat dari lambatnya proses
evakuasi ke daerah yang lebih tinggi.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Tsunami adalah perpindahan badan air yang disebabkan oleh perubahan
permukaan laut secara vertikal dengan tiba-tiba. Perubahan permukaan laut
tersebut bisa disebabkan oleh gempa bumi yang berpusat di bawah laut, letusan
gunung berapi bawah laut, longsor bawah laut, atau hantaman meteor di laut.
Gelombang tsunami dapat merambat ke segala arah. Tenaga yang dikandung
dalam gelombang tsunami adalah tetap terhadap fungsi ketinggian dan
kelajuannya.
Dampak negatif yang diakibatkan tsunami adalah merusak apa saja yang
dilaluinya. Bangunan, tumbuh-tumbuhan, dan mengakibatkan korban jiwa
manusia serta menyebabkan genangan, pencemaran air asin lahan pertanian,
tanah, dan air bersih. Bencana alam tsunami bisa menimbulkan korban lebih
banyak dibandingkan gempa, hal ini karena tsunami terjadi setelah adanya
gempa sehingga korban dan kerugian harga benda dapat berlipat ganda.
Berbagai cara yang dapat dilakukan untuk mengurangi jatuhnya korban akibat
bencana tsunami.

B. Saran
Tsunami adalah salah satu bencana alam yang memang menakutkan.
Dampak yang ditimbulkan dari tsunami juga sangat bersifat merusak dan
menghancurkan. Maka dari itu, kita patut lebih mempelajari tentang bencana
alam di sekitar kita. Dengan mempelajari, kita bisa mengetahui bagaimana
tanda-tanda bencana seperti tsunami itu akan terjadi dan akan lebih siap saat
menghadapi terjadinya hal yang tidak di inginkan. Namun kami lebih
menghimbau, agar kita semua lebih mendekatkan diri kepada Tuhan YME.
Karena Dia-lah penguasa seluruh jagat raya ini. Atas kehendak-Nya juga
seluruh bencana di alam semesta ini dapat terjadi, termasuk bencana tsunami.

8
DAFTAR PUSTAKA

Anhert, F. 1996. Introduction to Geomorphology. London: Arnold.

Beni S., Ambarjaya. 2006. Tsunami Sang Gelombang Pembunuh. Jakarta: CV.
Karya Mandiri Pratama.

Diposaptono S., Budiman. 2006. Tsunami. Bogor: Buku Ilmiah Populer.

Diposaptono S., Budiman. 2008. Hidup Akran dengan Gempa dan Tsunami. Bogor:
PT. Sarana Komunika Utama.

Pribadi S, Fachrizal, I Gunawan, I Hermawan, Y Tsuji, SS Han. 2006. Gempa Bumi


dan Tsunami Selatan Jawa Barat 17 Juli 2006. Jakarta: Badan Meteorologi
dan Geofisika.

Yulianto E., F. Kusmayanto, N. Supriyatnam Dirhamsyah. 2008. Selamat dari


Bencana Tsunami, Pembelajaran dari Tsunami Aceh dan Pangandaran.
Jakarta: UNESCO.

Zaitunah A. 2012. Pemodelan Spasial Kerawanan Kerusakan Akibat Tsunami


Pantai Ciamis Jawa Barat. Bogor: Institut Pertanian Bogor.

Anda mungkin juga menyukai