Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

AEDES AEGYPTI

DOSEN PEMBIMBING

BAHARUDDIN SUNU, SKM.,M.Kes

DISUSUN OLEH KELOMPOK 1

- Aji
- Ira Riswana
- A.Indah Salsabilah Alam

POLITEKNIK KESEHATAN MUHAMMADIYAH MAKASSAR


PRODI D3 SANITASI
TAHUN 2019
KATA PENGANTAR

Bismillahi Rahmanirrahim
           
Puji syukur kita panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
melimpahkan Rahmat dan Hidayah-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan Makalah
ini Alhamdulillah tepat pada waktunya berjudul “Aedes Aegypti”
Makalah ini berisikan tentang informasi dasar mengenai nyamuk aedes aegypti
yakni salah satu vektor pembawa penyakit DBD. Saya harap makalah ini dapat
memberikan informasi kepada pembaca.
Saya menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna, oleh karena
itu kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu saya harapkan
demi kesempurnaan makalah ini.
Akhir kata saya sampaikan kepada semua pihak yang telah berperan serta dalam
penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir. Semoga Allah swt. Selalu meridhai
usaha kita.

            
                                                                                   Makassar, 4 Maret 2020

Penyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR........................................................................................i
DAFTAR ISI......................................................................................................ii

BAB I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang...................................................................................1


1.2 Tujuan................................................................................................2

BAB II. DASAR TEORI


2.1. Siklus Hidup Nyamuk Aedes Aegypti..............................................3
2.2. Ciri – Ciri Nyamuk Aedes Aegypti..................................................9
2.3. Pengaruh Nyamuk Aedes Aegypti Terhadap Kesehatan ...............10
2.4. Cara Pengendalian Nyamuk Aedes Aegypti...................................12

BAB III PENUTUP

2.5. Kesimpulan.......................................................................................13
2.6. Saran.................................................................................................13

DAFTAR PUSTAKA........................................................................................14
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Nyamuk Aedes aegypti merupakan salah satu vektor yang membawa penyakit

demam berdarah dengue. Nyamuk ini dapat tumbuh pesat di Indonesia karena Indonesia

termasuk negara tropis yang menjadi tempat subur bagi nyamuk untuk berkembang biak.

Oleh karena itu, Indonesia telah menjadi negara endemis penyakit demam berdarah

dengue sejak tahun 1968 (Anonim, 2014).

Peningkatan perkembangbiakan nyamuk secara tidak langsung disebabkan

oleh curah hujan, dimana air hujan dapat menggenangi wadah/ media yang aman dan

cukup bersih (misalnya cekungan di pagar bambu, pepohonan, kaleng bekas, ban bekas,

atap atau talang rumah) yang dapat menjadi tempat nyamuk bertelur (Anonim, 2010 a).

Dari banyaknya jumlah nyamuk Ae. aegypti yang berkembangbiak, muncullah

cara-cara pengendalian vektor ini, salah satunya dengan mencegah perkembangbiakkan

nyamuk demam berdarah dengue yaitu, dengan pengasapan dengan insektisida.

Pengasapan dilakukan 2 siklus, dimana siklus pertama bertujuan untuk membunuh

nyamuk dewasa dan siklus kedua bertujuan untuk membunuh nyamuk yang masih

berbentuk jentik-jentik pada siklus pertama. Sedangkan untuk pemberantasan sarang

nyamuk (PSN) dapat dilakukan dengan cara “3M-Plus”, dengan “3M” yang dimaksud

yaitu menguras dan menyikat tempat-tempat penampungan air, seperti bak mandi/wc,

drum, dan lain-lain seminggu sekali (M1), menutup rapat-rapat tempat penampungan air,

seperti gentong air/tempayan, dan lain-lain (M2), dan mendaur ulang barang-barang

yang dapat menampung air hujan (M3). Dan “plus” yang dimaksud adalah cara lain

selain “3M”, seperti memelihara ikan pemakan jentik di kolam, memasang kawat kasa,

menggunakan kelambu, menggunakan obat nyamuk, dan lain-lainnya (Anonim, 2010 a).

4
Dari beberapa cara diatas, penggunaan obat nyamuk merupakan salah satu cara yang

banyak diminati masyarakat. Tetapi kebanyakan obat nyamuk yang beredar di

masyarakat menggunakan bahan kimia. Penggunaan bahan kimia dalam jangka waktu

panjang dapat menyebabkan mual dan muntah jika tertelan atau terhirup dalam dosis

yang kecil dan dalam dosis yang lebih tinggi dapat membuat hipertensi, kejang, tremor,

maupun sampai koma (Anonim, 2015b

1.2. Tujuan
1. Untuk mengetahui morfologi nyamuk aedes aegypti

2. Untuk mengetahui ciri-ciri nyamuk aedes aegypti

3. Untuk mengetahui pengaruh nyamuk aedes aegypti terhadap kesehatan

4. Untuk mengetahui cara pengendalian nyamuk aedes aegypti

5
BAB II
DASAR TEORI

2.1 Siklus Hidup Aedes Aegypti

1.      Telur

Telur Aedes aegypti berukuran 0,5 – 0,8 mm, berwarna hitam, bulat panjang

dan berbentuk oval. Di alam bebas, telur nyamuk terdapat pada air dan menempel

pada dinding wadah atau tempat perindukan nyamuk sejauh kurang lebih 2,5 cm.

Setiap kali bertelur nyamuk betina mengeluarkan telur sebanyak 100 butir perhari

apabila berada pada tempat yang kering (tanpa air). Telur nyamuk Ae. aegypti di

alam tidak mudah dilihat/tidak nampak dengan jelas, dikarenakan telur-telur ini

menempel pada dinding bejana. Tetapi akan tampak lebih jelas bila telur

menempel pada "ovitrap" yang terbuat dan kain dan dilihat dibawah sinar yang

terang.

2.      Larva

Nyamuk Aedes aegypti tubuhnya memanjang tanpa kaki dengan bulu- bulu

sederhana yang tersusun bilateral simetris. Jentik ini dalam pertumbuhan dan

6
perkembangannya mengalami empat kali pergantian kulit (tingkatan) yang biasa

disebut instar dan terdiri dari instar I, II, III, IV. Jentik instar I, tubuhnya sangat

kecil, warna transparan, panjang 1 – 2 mm, duri- duri (spinae) pada dada (thorax)

belum begitu jelas, dan corong pernafasan (siphon) belum menghitam. Jentik

instar II bertambah besar, ukuraan 2,5 – 3,9 mm, duri dada belum jelas, dan

corong pernafasan sudah berwarna hitam. Jentik instar IV telah lengkap struktur

anatominya dan jelas tubuh dapat dibagi menjadi bagian kepala (chepal), dada

(thorax),dan perut (abdomen).

Pada bagian kepala terdapat sepasang mata majemuk, sepasang antena tanpa

duri- duri, dan alat- alat mulut tipe pengunyah (chewing). Bagian dada tampak

paling besar dan terdapat bulu- bulu simetris. Perut tersusun atas delapan ruas.

Pada ruas perut kedelapan, ada alat untuk bernafas yang disebut corong. Corong

pernafasan tanpa duri- duri, berwarna hitam dan ada seberkas bulu- bulu (tuft).

Ruas kedelapan juga dilengkapi dengan seberkas bulu- bulu sikat (brush) dibagian

ventral dan gigi- gigi sisir (comb) yang berjumlah 15 – 19 gigi yang tersusun

dalam satu baris.

Gigi- gigi sisir dengan lekukan yang jelas membentuk gerigi. Jentik ini

tubuhnya langsing dan bergerak sangat lincah, bersifat fototaksis negatif, waktu

istirahat membentuk sudut hampir tegak lurus dengan bidang permukaan air.

Larva/jentik nyamuk Ae.aegypti lebih senang hidup pada air jernih seperti air

dalam pot bunga dan bak mandi tetapi tidak begitu senang pada penampung air

seperti bak meteran PAM sekalipun airnya jernih, ternyata pada tempat seperti ini

lebih sering ditemukan larva/jentik dari nyamuk culex. Sepintas bentuk luar jentik

sukar untuk dibedakan dengan jentik-jentik lain yang ditemukan, bagi yang sudah

7
ahli ukuran, warna serta gerakkannya dapat dipakai untuk mengidentifikasi larva

tersebut. Sebab jentik Aedes lebih kecil dan lebih transparan bila dibandingkan

dengan jentik culex.

3.      Pupa

Pupa nyamuk Aedes aegypti bentuk tubuhnya bengkok, dengan bagian kepala

- dada (chepalothorax) lebih besar apabila dibandingkan dengan besar perutnya,

sehingga tampak seperti tanda baca “koma”. Pada bagian punggung (dorsal) dada

terdapat alat bernafas seperti terompet. Pada ruas perut kedelapan terdapat

sepasang alat pengayuh yang berguna untuk berenang. Alat pengayuh tersebut

berjumbai panjang dan bulu di nomor tujuh pada ruas kedelapan tidak bercabang.

Pupa adalah bentuk tidak makan, tampak gerakannya lebih lincah bila

dibandingkan dengan jentik. Waktu istirahat posisi pupa sejajar dengan bidang

permukaaan air.

8
4.      Nyamuk Dewasa

Nyamuk Aedes aegypti tubuhnya tersusun dari tiga bagian yaitu kepala, dada

dan perut. Pada bagian kepala terdapat sepasang mata majemuk dan antena yang

berbulu. Alat mulut nyamuk betina tipe penusuk/pengisap dan termasuk lebih

menyukai manusia (anthropophagus), sedangkan nyamuk jantan bagian mulut

lebih lemah sehingga tidak mampu menembus kulit manusia, karena itu tergolong

lebih menyukai cairan tumbuhan (phytophagus). Nyamuk betina mempunyai

antena tipe pilose.

Dada nyamuk ini tersusun dari tiga ruas porothorax, mesothorax dan

metathorax. Setiap ruas dada terdapat sepasang kaki yang terdiri dari femur

(paha), tibia (betis), dan tarsus (tampak). Pada ruas- ruas kaki terdapat gelang-

gelang putih, tetapi pada bagian tibia kaki belakang tidak ada gelang putih. Pada

bagian dada juga terdapat sepasang sayap tanpa noda- noda hitam. Bagian

punggung (mesontuim) ada gambaran garis- garis putih yang dapat dipakai untuk

membedakan dengan jenis lain. Gambaran punggung nyamuk Aedes aegypti

berupa sepasang garis lengkung putih pada tepinya dan sepasang garis submedian

di tengahnya.

9
Perut terdiri dari 8 ruas dan pada ruas- ruas tersebut terdapat bintik- bintik

putih. Waktu istirahat posisi nyamuk Aedes aegypti ini tubuhnya sejajar dengan

bidang permukaan yang dihinggapinya. Nyamuk Ae. aegypti (dewasa) sangat

berbeda dengan nyamuk jenis lainnya, sebab warna dari nyamuk ini lebih hitam

bila dibandingkan warna nyamuk jenis lain, misalnya culex. Dan bisa diketahui

dengan cepat dari kaki belakangnya. Dimana kaki belakang nyamuk ini jelas

sekali belang hitam putih. Dari pengalaman pengamatan, populasi nyamuk ini

tidak begitu padat, bila dibandingkan dengan nyamuk culex, walaupun di daerah

itu endemis DBD. Sekalipun nyamuk ini tergolong "gesit" tapi sering hinggap

pada umpan manusia.

10
11
2.2 Ciri – Ciri Nyamuk Aedes Aegypti

Ukuran dan warna tubuh nyamuk


Nyamuk Aedes aegypti mudah dikenali melalui warna dan bentuknya. Ciri khas
nyamuk ini adalah ukurannya yang kecil dan memiliki tubuh berwarna hitam
dengan belang putih di sekujur tubuhnya. Nyamuk Aedes aegypti dapat terbang
sejauh 400 meter, sehingga penyebaran virus dengue dapat terjadi hingga jarak
yang jauh dari tempat nyamuk bersarang.

Senang berada di air yang bersih


Nyamuk Aedes aegypti bersarang dan bertelur di genangan air yang jernih. Di
dalam rumah, nyamuk ini banyak ditemukan berkembang biak di tempat
penampungan air, misalnya bak mandi, vas bunga, talang air, atau tempat minum
hewan peliharaan.
Nyamuk ini juga dapat bersembunyi di sudut rumah yang minim cahaya, seperti
kolong tempat tidur atau di balik lemari. Di luar rumah, nyamuk ini bersarang dan
berkembang biak di tangkai atau lubang pohon.

Aktif di pagi dan sore hari


Ciri khas lain dari nyamuk Aedes aegypti adalah waktu gigitannya. Nyamuk ini
aktif mencari mangsa dan mengigit manusa di pagi hari (sekitar 2 jam setelah
matahari terbit) dan sore hari (beberapa jam sebelum matahari terbenam). Kendati
demikian, bukan tidak mungkin nyamuk Aedes aegypti menggigit pada malam
hari.
Gigitan nyamuk Aedes aegypti pun terkadang tidak disadari, sebab nyamuk ini
biasanya menghampiri dari belakang tubuh dan menggigit di bagian siku atau
pergelangan kaki.

12
2.3 Pengaruh Nyamuk Aedes Aegypti Terhadap Kesehatan

Penyakit yang disebarkan oleh nyamuk aedes aegypti

Nyamuk aedes aegypti terkenal sebagai media penyebaran dari virus demam

berdarah. Namun tidak hanya virus demam berdarah, nyamuk aedes aegypti juga

dapat menularkan beragam virus, berikut adalah beberapa penyakit yang dapat

disebarkan oleh nyamuk aedes aegypti:

 Penyakit demam berdarah

Nyamuk aedes aegypti identik sebagai pelaku dari penyakit demam berdarah.

Saat seseorang digigit nyamuk aedes aegypti yang terinfeksi virus demam

berdarah, maka gejala demam berdarah akan muncul dalam 4-7 hari setelahnya..

Virus demam berdarah umumnya menimbulkan gejala berupa ruam, demam

tinggi, serta nyeri persendian dan otot. Namun, gejala lain yang dapat timbul

adalah sakit di belakang mata, membengkaknya kelenjar getah bening, nyeri

tulang, mual, muntah, dan sakit kepala.

Penyakit demam berdarah yang makin parah dapat memicu kerusakan dan

pecahnya pembuluh darah, serta mampu mengancam nyawa. Pada derajat yang

belum berat, penanganan demam berdarah hanya terapi suportif berupa cairan

untuk mempertahankan keseimbangan dalam tubuh serta obat antidemam.Vaksin

demam berdarah sebaga upaya pencegahan sudah ada untuk dewasa dan anak usia

di atas 9 tahun. Tanyakan ke dokter Anda apakah vaksin ini dapat Anda peroleh.

13
 Penyakit chikungunya

Virus chikungunya adalah salah satu penyakit yang ditularkan melalui

nyamuk aedes aegypti. Gejala utama dari penyakit chikungunya adalah nyeri

persendian dan demam.

Namun, terdapat beberapa gejala lainnya, seperti ruam, nyeri otot dan

persendian, serta sakit kepala. Sampai saat ini, belum terdapat vaksin ataupun

pengobatan khusus untuk virus chikungunya.

 Penyakit Zika

Penyakit zika utamanya disebarkan melalui nyamuk aedes aegypti, tetapi

penyakit Zika kemungkinan dapat juga ditularkan melalui hubungan seksual.

Virus Zika tidak menimbulkan infeksi yang membahayakan. Namun, infeksi virus

Zika dapat berakibat fatal bagi wanita yang sedang hamil. Infeksi virus Zika

berisiko menyebabkan kecacatan pada janin, seperti mikrosefalus atau kepala bayi

yang berukuran kecil di bawah normal.

Saat terinfeksi virus Zika melalui gigitan nyamuk aedes aegypti, orang yang

terinfeksi biasanya tidak mengalami gejala apapun. Gejala yang timbul juga tidak

terlalu parah dan dapat hilang sekitar dua sampai tujuh hari.

Gejala yang umumnya dirasakan adalah demam, nyeri persendian dan otot,

ruam, mata merah, gatal-gatal, sakit di belakang mata dan punggung bagian

bawah, serta sakit kepala.

14
2.4 Cara Pengendalian Nyamuk Aedes Aegypti

Cara tepat untuk mencegah perkembangan nyamuk Aedes aegypti adalah dengan


menerapkan 3M, yaitu:

 Menutup rapat tempat penyimpanan air.


 Menguras tempat penampungan air secara rutin, setidaknya seminggu
sekali.
 Mengubur atau mendaur ulang barang bekas yang dapat menyebabkan air
menggenang.

Selain itu, tindakan pencegahan tambahan juga perlu Anda lakukan untuk
mencegah penyebaran virus melalui nyamuk ini, antara lain dengan:

 Memasang kawat antinyamuk di jendela dan pintu rumah.


 Menyebarkan bubuk larvasida di tempat penampungan air.
 Menanam tanaman pengusir nyamuk.
 Menggunakan kelambu saat tidur.
 Memelihara ikan pemakan jentik nyamuk.

Selain melakukan berbagai cara di atas, Anda juga bisa menggunakan losion


antinyamuk atau menggunakan obat nyamuk dalam bentuk semprot, obat nyamuk
bakar, dan elektrik. Namun, penggunaan obat nyamuk harus dilakukan secara
hati-hati jika terdapat bayi, anak-anak, atau penderita asma di dalam rumah.

Cara lain yang dapat dilakukan untuk memberantas nyamuk Aedes aegypti adalah


dengan melakukan fogging atau pengasapan. Namun, biasanya fogging baru akan
dilakukan jika terdapat laporan peningkatan kasus demam berdarah di sekitar
tempat tinggal Anda.

15
BAB III
PENUTUP
2.5 Kesimpulan

Nyamuk Aedes aegypti dianggap sebagai salah satu spesies vektor nyamuk yang

paling penting di dunia karena mempunyai kerentanan yang tinggi terhadap infeksi virus.

Hal tersebut menyebabkan Aedes aegypti dapat menimbulkan penyakit epidemi pada

manusia, termasuk demam berdarah, chikungunya, dan demam kuning. Salah satu

metode pengendalian Aedes aegypti tanpa insektisida yang berhasil menurunkan densitas

vektor dibeberapa negara adalah penggunaan perangkap telur (ovitrap). Pengendalian

vektor nyamuk Ae. Aegypti juga dapat dilakukan dengan menggunakan lingkungan,

biologis, maupun secara kimiawi.

2.6 Saran

Dalam pengendalian vektor nyamuk disarankan agar  masyarakat dapat melaksanakan metode

pengendalian yang secara tepat,yaitu dilakukan pengendalian secara fisik dengan metode PSN

(pemberantasan sarang nyamuk) khususnya 3M ,karena  kegiatan tersebut tergolong kegiatan

murah dan mudah bagi masyarakat.

16
DAFTAR PUSTAKA

Widyastuti, Umi. 2009. “Pengendalian nyamuk Aedes Aegypti menggunakan Mesocydops

Aspericornis melalui Partisipasi Masyarakat.” 109. (2), 563-566.

http://dwiiwinarti.blogspot.com/2016/01/binomik-nyamuk-aedes-aegypty.html

https://www.alodokter.com/mengenali-ciri-ciri-nyamuk-aedes-aegypti-penyebab-dbd

17

Anda mungkin juga menyukai