1 Pengkajian
Pengkajian meliputi data dasar dan riwayat kesehatan ibu, antara lain meliputi:
Selain pengkajian data dasar tersebut diatas, dilakukan pula pengkajian terhadap:
a. Aktivitas / istirahat
b. Tekanan darah agak lebih rendah daripada normal (8-12 minggu), kembali
pada tingkat prakehamilan selama setengah kehamilan terakhir
c. Denyut nadi dapat meningkat 10 – 15 dpm
d. Murmur sistolik pendek dapat terjadi sehubungan dengan peningkatan
volume
e. Sinkope
f. Varises
g. Sedikit oedema ekstremitas bawah/ tangan mungkin ada.
h. Integritas ego : Menunjukkan perubahan persepsi diri
i. Eliminasi
1) Perubahan pada konsistensi/ frekwensi defekasi
2) Peningkatan frekwensi perkemihan
3) Urinalisis: peningkatan berat jenis
4) Hemoroid
j. Makanan/ cairan
1) Sedikit mual dan muntah
2) Nyeri ulu hati
3) Penambahan berat badan 11-12 Lb
4) Membran mukosa kering: hipertrofi jaringan gusi, mudah berdarah
5) Hb dan Ht rendah mungkin ditemui (anemia fisiologis)
6) Sedikit edema dependen
7) Sedikit glikosuria mungkin ada
k. Nyeri / ketidaknyamanan
Kram kaki, nyeri tekan dan bengkak pada payudara, nyeri punggung.
Pernafasan
1) Hidung tersumbat, mukosa lebih merah daripada normal
2) Frekwensi pernapasan dapat meningkat relatif terhadap ukuran/
tinggi uterus, pernafasan torakal
l. Keamanan
1) Suhu 98-99,6° F (36,1-37,6° C)
2) Denyut jantung janin (DJJ) terdengar dengan fetoskop
3) Gerakan janin mulai terasa, quickening (sensasi gerakan janin pada
abdomen) diantara 16 dan 20 minggu
m. Seksualitas
1) Penghentian menstruasi
2) Perubahan respon/ aktivitas seksual
3) Leukorea mungkin ada
4) Peningkatan progresif pada ukuran uterus fundus pada umbilikus
(20 – 22 minggu)
5) Perubahan payudara, pembesaran jaringan adiposa, peningkatan
vaskularitas, lunak bila di palpasi, peningkatan diameter dan
pigmentasi jaringan alveolar, hipertrofi tuberkel montgomery,
kemungkinan strie gravidarum, mulai tampak adanya kolostrum
6) Perubahn pigmentasi: kloasma, linea nigra, palmar eritema, spider
nervi
7) Tanda- tanda Goodel, Hegar, Chadwick positif
n. Interaksi social
1) Bingung/ meragukan perubahan peran yang di antisipasi
2) Tahap maturasi/ perkembangan bervariasi dan dapat mundur
dengan stresor kehamilan
Data Fokus :
1. Riwayat Obstetri:
• Gravida / para (sistem penghitungan 4-5)
• Tipe golongan darah Rh dan ABO
• Pada setiap kehamilan
• Tanggal kehamilan berakhir
• Minggu gestasi
• Tempat beraslin misal rumah sakit (nama), pusat kelahiran anak
(nama), Rumah
• Lama bersalin
• Jenis persalinan(spontan,seksio sesarea, forsep, ekstrasi vakum)
• RhoGAM yang diterima
• Masalah obstetrik, medis dan sosial
− Selama kehamilan (misal, preeklampsia, ISK, kekerasan dalam
rumah tangga)
− Selama persalinan dan melahirkan (missal: malpresentasi,
malposisi, eklampsia, induksi pitosin, stiulasi pitosin, laserasi
pareneal utama, laserasi serviks)
− Selama masa pasca-perdarahan (misal : ISK, perdarahan, infeksi
uterin, kekerasan dalam rumah tangga).
• Status bayi saat ini (hidup dan dalam keadaan sehat, masalah ,
penyebab kematian )
2. Riwayat Ginekologi
Infertilitas
Terpajan dietilstilbestrol (DES)
Infeksi vagina (misal monilia, vaginosis bakteri)
Penyakit menular seksual (PMS) misal : klamedia, sivilis, gonorea,
herpes, trikomonas, kondiloma akumita.
Servisitis kronis
Endometritis
Penyakit radang panggul
Kista (Barthkolin, ovarium)
Endometriosis
Mioma
Ralaksasi pelviks (sistokel,litokil)
Polip
Massa pada payudara
Pap smire yg abnormal
Biopsi (sevikal, endometrium, payudara)
Kanker ginekologi
Pembedahan gikenologi
Perkosaan
3. Riwayat KB
Pemeriksaan fisik tidak hanya bermanfaat bagi ibu hamil, termasuk janin
yang dikandung. Rangkaian pemeriksaan ini bisa mendeteksi secara dini bila ada
kelainan kehamilan. Sehingga bisa segera diterapkan tindakan penanganan yang
tepat. Tumbuh kembang buah hati juga lebih terpantau dengan baik, sehingga bisa
mencegah bayi lahir mati, berat badan bayi rendah, lahir prematur dan mencegah
bayi mati saat baru lahir. Pemeriksaan sebaiknya dilakukan sedikitnya sekali saat
trimester pertama dan sebulan sekali saat trimester kedua. Sedangkan kalau usia
kehamilan 28 minggu pemeriksaan diterapkan 3 minggu sekali, 32 minggu 2
minggu sekali dan 38 minggu seminggu sekali.
a. Inspeksi
Inspeksi.dilakukan untuk menilai keadaan ada tidaknya cloasma
gravidarum pada muka atau wajah, pucat atau tidak pada selaput mata, dan
ada tidaknya edema. Pemeriksaan selanjutnya adalah pemeriksaan pada
leher untuk menilai ada tidaknya pembesaran kelenjar gondok atau
kelenjar limfe. Pemeriksaan dada untuk menilai apakah perut membesar
kedepan atau kesamping, keadaan pusat, pigmentasi linea alba, serta ada
tidaknya striae gravidarum. Pemeriksaan vulva untuk menilai keadan
perineum, ada tidaknya tanda chadwick, dan adanya fluor. Kemudian
pemeriksaan ektremitas untuk menilai ada tidaknya varises.
b. Palpasi
Palpasi dilakukan untuk menentukan besarnya rahim dengan
menentukan usia kehamilan serta menentukan letak anak dalam rahim.
Pemeriksaan secara palpasi dilakukan dengan menggunakan metode
Leopold yakni :
1) Leopold I
Leopold I digunakan untuk menentukan usia kehamilan dan bagian
apa yang ada dalam fundus, dengan cara pemeriksa berdiri sebelah
kanan dan menghadap ke muka ibu, kemudian kaki ibu di bengkokkan
pada lutut dan lipat paha, lengkungkan jari-jari kedua tangan untuk
mengelilingi bagian atas fundus, lalu tentukan apa yang ada dalam
fundus. Bila kepala sifatnya keras, bundar dan melenting. Sedangkan
akan lunak, kurang bundar dan kurang melenting.
2) Leopold II
Leopold II digunakan untuk menentukan letak punggung dan letak
bagian kecil janin. Caranya letak 2 tangan pada sisi uterus, dan
tentukan dimanakah bagian terkecil janin.
3) Leopold III
Leopold III digunakan untuk menentukan bagian yang terdapat di
bagian bawah dan apakah bagian bawah anak sudah atau belum
terpegang oleh pintu atas panggul. Caranya, tekan dengan ibu jari dan
jari tengah pada salah satu tangan secara lembut dan masuk ke dalam
abdomen pasien di atas simpisis pubis. Kemudian peganglah bagian
presentasi bayi, lalu bagian apakah yang menjadi presentasi tersebut.
4) Leopold IV
Leopold IV digunakan untuk menentukan apa yang menjadi bagian
bawah dan seberapa masuknya bagian bawah tersebut ke dalam
rongga panggul. Caranya, letakkan kedua tangan di sisi bawah uterus,
lalu tekan ke dalam dan gerakan jari-jari ke arah rongga panggul,
dimanakah tonjolan sefalik dan apakah bagian presentasi telah masuk.
Pemerisaan ini tidak dilakukan bila kepala masih tinggi. Pemeriksaan
Leopold lengkap dapat dilakukan bila janin cukup besar, kira-kira
bulan 6 ke atas.
c. Auskultasi
Auskultasi, dilalukan umumnya dengan stetoskop monoaural untuk
mendengarkan bunyi jantung anak, bising tali pusat, gerakan anak, bising
rahim, bunyi aorta, serta bising usus. Bunyi jantung anak dapat didengar
pada akhir bulan ke-5, walaupun dengan ultrasonografi dapat diketahui
pada akhir bulan ke-3. Bunyi jantung anak dapat terdengar dikiri dan
kanan di bawh tali pusar bila presentasi kepala. Bila terdengar setinggi tali
pusat, maka presentasi di daerah bokong. Bila terdenga pada pihak
berlawanan dengan bagian kecil, maka anak fleksi dan bila sepihak maka
defleksi.
Dalam keadaan sehat,bunyi jantung antara 120-140 kali permenit.
Bunyi jantung dihitung dengan mendengarkannya selama 1 menit penuh.
Bila kurang dari 120 kali permenit atau lebih dari 140 per menit,
kemungkinan janin dalam keadaan gawat janin. Selain bunyi jantung anak,
dapat didengarkan bising tali pusat seperti meniup. Kemudian bising rahim
seperti bising yang frekuensinya sama seperti denyut nadi ibu, bunyi aorta
frekuensinya sama seperti denyut nadi dan bising usus yang sifatnya tidak
teratur.
3. Pengukuran panggul luar
Persalinan dapat berlangsung dengan baik atau tidak antara lain tergantung
pada luasnya jalan lahir yang terutama ditentukan oleh bentuk dan ukuran-ukuran
panggul. Maka untuk meramalkan apakah persalinan dapat berlangsung normal
atau tidak, pengukuran panggul diperlukan.
Seorang multipara yang sudah beberapa kali melahirkan anak yang a’term
dengan spontan dan mudah, dapat dianggap mempunyai panggul yang cukup luas.
Walaupun begitu jalan lahir seorang multipara yang dulunya tidak menimbulkan
kesukaran kadang-kadang dapat menjadi sempit, misalnya kalau timbul tumor
tulang (exostose, osteoma, osteofibroma dll) dari tulang panggul/ tumor dari
bagian lunak jalan lahir.
a. Distantia spinarium
Jarak antara spina iliaca anterior superior kiri dan kanan (23-26 cm).
b. Distantia cristarum
Jarak yang terjauh antara crista iliaca kanan dan kiri (26-29 cm).
c. Conjugata externa (baudeloque)
Jarak antara pinggir atas symphysis dan ujung processus spinosus ruas
tulang lumbal ke-V (18-20 cm).
d. Ukuran lingkar panggul
Dari pinggir atas symphysis ke pertengahan antara spina iliaca anterior
superior dan trochanter major sepihak dan kembali melalu tempat-tempat
yang sama di pihak lain. Ukuran-ukuran luar bias ditentukan dengan
jangka panggul kecuali ukuran lingkar panggul yang diambil dengan pita
pengukur (80-95 cm).
4. Menghitung taksiran persalinan
Saat dokter mengatakan seorang ibu positif hamil, saat itu pula anda mulai
menghitung usia kehamilan. Namun seringkali ibu hamil tidak tahu pasti
berapa usia kehamilannya. Hal ini karena terkadang si ibu tidak mengetahui
secara pasti kapan pembuahan terjadi.
Ada beberapa metode yang dapat digunakan untuk menghitung usia
kehamilan. Anda bisa memilih yang paling mudah dan nyaman untuk
dilakukan.
a. Hari pertama haid terakhir (HPHT)
Metode ini membutuhkan pengetahuan Anda tentang siklus
menstruasi. Berdasarkan siklus, dokter bisa memperkirakan usia
kehamilan dan tanggal kelahiran si kecil yang dihitung berdasarkan rumus
Naegele. Cara menghitungnya yaitu tentukan hari pertama menstruasi
terakhir. Angka ini dihitung dari hari pertama menstruasi terakhir (LMP =
Last Menstrual Periode).
1) Jika HPHT Ibu ada pada bulan Januari – Maret
Rumusnya: (Tanggal + 7 hari), (bulan + 9), (tahun + 0). Misal, HPHT
10 Januari 2010, maka perkiraan lahir (10+7), (1+9), (2010 + 0) = 17-
10-2010 atau 17 Oktober 2010
2) Jika HPHT Ibu ada pada bulan April – Desember
Rumusnya: (Tanggal + 7 hari), (bulan – 3),(Tahun + 1). Misal, HPHT
10 Oktober 2010, maka perkiraan lahir (10 + 7), (10 – 3), (2010 + 1) =
17-7-2011 atau 17 Juli 2011.·
Catatan:
a) Rumus ini hanya bisa diterapkan pada wanita yang daur haidnya
teratur, yakni antara 28-30 hari.
b) Perkiraan tanggal persalinan sering meleset antara 7 hari sebelum
atau setelahnya. Hanya sekitar 5% bayi yang akan lahir sesuai
perhitungan ini.
b. Gerakan janin
Perlu untuk diketahui bahwa pada kehamilan pertama gerakan
janin mulai terasa setelah kehamilan memasuki usia 18-20 minggu.
Sedangkan pada kehamilan kedua dan seterusnya, gerakan janin sudah
terasa pada usia kehamilan 16-18 minggu.
c. Tinggi puncak rahim
Biasanya, dokter akan meraba puncak rahim (Fundus uteri) yang
menonjol di dinding perut dan penghitungan dimulai dari tulang kemaluan.
Jika jarak dari tulang kemaluan sampai puncak rahim sekitar 28 cm, ini
berarti usia kehamilan sudah mencapai 28 minggu. Tinggi maksimal
puncak rahim adalah 36 cm, ini menunjukkan usia kehamilan sudah
mencapai 36 minggu. Perlu dietahui, ukuran maksimal adalah 36 cm dan
tidak akan bertambah lagi meskipun usia kehamilan mencapai 40 minggu.
Kalaupun tingginya bertambah, kemungkinan yang akan dialami adalah
janin Anda besar, kembar, atau cairan tubuh Anda berlebih.
d. Menggunakan 2 jari tangan
Pengukuran dengan menggunakan 2 jari tangan ini hanya bisa
dilakukan jika ibu hamil tidak memiliki berat badan yang berlebih.
Caranya; letakkan dua jari Anda diantara tulang kemaluan dan perut. Jika
jarak antara tulang kemaluan dengan puncak rahim masih di bawah pusar,
maka setiap penambahan 2 jari berarti penambahan usia kehamilan
sebanyak 2 minggu.
e. Menggunakan ultrasonografi (USG)
Cara ini paling mudah dan paling sering dilakukan. Tingkat
akurasinya cukup tinggi, yakni sekitar 95%. Dengan USG maka usia
kehamilan dan perkiraan waktu kelahiran dapat dilihat dengan jela pada
layar monitor.
2.3 Intervensi
1. Pengertian HIV-AIDS
Penularan HIV dari ibu ke anak terjadi karena wanita yang menderita
HIV/AIDS sebagian besar masih berusia subur, sehingga terdapat resiko
penularan infeksi yang terjadi pada saat kehamilan. Selain itu juga karena
terinfeksi dari suami atau pasangan yang sudah terinfeksi HIV/AIDS karena
sering berganti-ganti pasangan dan gaya hidup.
− Periode kehamilan
Selama kehamilan, kemungkinan bayi tertular HIV sangat kecil. Hal ini
disebabkan karena terdapatnya plasenta yang tidak dapat ditembus oleh virus
itu sendiri. Oksigen, makanan, antibodi dan obat-obatan memang dapat
menembus plasenta, tetapi tidak oleh HIV. Plasenta justru melindungi janin
dari infeksi HIV.
Perlindungan menjadi tidak efektif apabila ibu:
1. Mengalami infeksi viral, bakterial, dan parasit (terutama malaria) pada
plasenta selama kehamilan.
2. Terinfeksi HIV selama kehamilan, membuat meningkatnya muatan virus
pada saat itu.
3. Mempunyai daya tahan tubuh yang menurun.
4. Malnutrisi selama kehamilansecara tidak langsung berkontribusi untuk
terjadinya penularan dari ibu ke janin.
− Periode persalinan
Pada periode ini, resiko terjadinya penularan HIV lebih besar jika
dibandingkan periode kehamilan. Penularan terjadi melalui transfusi
fetomaternal atau kontak antara kulit, membrane mukosa bayi dengan darah
atau sekresi maternal.
Semakin lama proses persalinan, maka semakin besar pula resiko
penularan. Oleh karena itu, lamanya persalinan dapat dipersingkat dengan
section caesaria. Faktor yang mempengaruhi tingginya risiko penularan dari
ibu ke anak adalah lama nya robek membran.
a) Chorioamnionitis akut (disebabkan tidak diterapinya IMS atau infeksi
lainnya)
b) Teknik invasif saat melahirkan yang meningkatkan kontak bayi dengan
darah ibu misalnya, episiotomi.
c) Anak pertama dalam kelahiran kembar
Cara penularan yang dimaksud disini yaitu penularan melalui ASI. Ibu
yang menyusui bayi mempunyai resiko menularkan HIV sebesar 10- 15%
dibandingkan ibu yang tidak menyusui bayinya. Risiko penularan melalui ASI
tergantung dari:
1. Pola pemberian ASI, bayi yang mendapatkan ASI secara eksklusif akan
kurang berisiko dibanding dengan yang tidak
2. Patologi payudara: mastitis, robekan puting susu, perdarahan putting susu
dan infeksi payudara lainnya.
3. Lamanya pemberian ASI, makin lama makin besar kemungkinan infeksi.
4. Status gizi ibu yang buruk
3. Faktor resiko
Kelompok orang yang berisiko tinggi terinfeksi Virus HIV sebagai berikut:
4. Pemeriksaan
Pemerikasaan Laboratorium
1. Tes serologis: tes antibodi serum terdiri dari skrining HIV dan ELISA;
2. Tes blot western untuk mendeteksi adanya antibodi terhadap beberapa
protein spesifik HIV.
b. Pemeriksaan histologis, sitologis urin ,darah, feces, cairan spina, luka,
sputum, dan sekresi.
c. Tes neurologis: EEG, MRI, CT Scan otak, EMG.
d. Tes lainnya: sinar X dada menyatakan perkembangan filtrasi interstisial
dari PCV tahap lanjut atau adanya komplikasi lain; tes fungsi pulmonal
untuk deteksi awal pneumonia interstisial; Scan gallium; biopsy;
branskokopi.
e. Tes Antibodi
3. Tes ELISA, untuk menunjukkan bahwa seseorang terinfeksi atau
pernah terinfeksi HIV.
4. Western blot asay/ Indirect Fluorescent Antibody (IFA), untuk
mengenali antibodi HIV dan memastikan seropositifitas
5. Indirect immunoflouresence, sebagai pengganti pemerikasaan western
blot untuk memastikan seropositifitas.
6. Radio immuno precipitation assay, mendeteksi protein pada antibodi.
f. Pendeteksian HIV
Dilakukan dengan pemeriksaan P24 antigen capture assay dengan kadar
yang sangat rendah. Bisa juga dengan pemerikasaan kultur HIV atau
kultur plasma kuantitatif untuk mengevaluasi efek anti virus, dan
pemeriksaan viremia plasma untuk mengukur beban virus (viral burden).
3.4 Penatalaksanaan
Pencegahan
Pencegahan penularan HIV dari ibu ke bayi dapat dicegah melalui tiga
cara, dan bisa dilakukan mulai saat masa kehamilan, saat persalinan, dan setelah
persalinan. Cara tersebut yaitu:
Syarat: Syarat:
a. Pemberian ARV mulai pada a. Ada indikasi obstetrik; dan
≤14 minggu (ART > 6 bulan); b. VL> 1.000 kopi/ µL atau
atau c. Pemberian ARV dimulai pada
b. VL <1.000 kopi/µL usia kehamilan ≥36 minggu
Perempuan
HIV Positif
Tunda ART
s.d usia
kehamilan Mulai terapi ARV
14 minggu
D. EVALUASI
Nasution, Siti Saidah. (2018). Asuhan Keperawatan pada Ibu Hamil Resiko
Tinggi: HIV-AIDS dengan Melibatkan Masyarakat. Medan: USU Press.