Anda di halaman 1dari 18

2.

1 Pengkajian

Pengkajian meliputi data dasar dan riwayat kesehatan ibu, antara lain meliputi:

a. Identitas (nama, umur, pekerjaan, agama, dsb.)


b. Berat badan/ tinggi badan
c. Status pernikahan (pernikahan ke berapa)
d. Kunjungan sebelumnya (berapa kali berkunjung, rutin/ tidak, tempat
berkunjung tetap/ pindah, dst.)
e. Riwayat kehamilan dan persalinan (kehamilan ke berapa, abortus, pre
eklampsia, perdarahan)
f. Riwayat imunisasi ibu (MMR,TORCH, TT)
g. Riwayat penyakit sekarang dan terdahulu
h. Riwayat alergi makanan dan obat-obatan
i. Riwayat penyakit dalam keluarga
j. Riwayat psiko sosial

Selain pengkajian data dasar tersebut diatas, dilakukan pula pengkajian terhadap:

a. Aktivitas / istirahat
b. Tekanan darah agak lebih rendah daripada normal (8-12 minggu), kembali
pada tingkat prakehamilan selama setengah kehamilan terakhir
c. Denyut nadi dapat meningkat 10 – 15 dpm
d. Murmur sistolik pendek dapat terjadi sehubungan dengan peningkatan
volume
e. Sinkope
f. Varises
g. Sedikit oedema ekstremitas bawah/ tangan mungkin ada.
h. Integritas ego : Menunjukkan perubahan persepsi diri
i. Eliminasi
1) Perubahan pada konsistensi/ frekwensi defekasi
2) Peningkatan frekwensi perkemihan
3) Urinalisis: peningkatan berat jenis
4) Hemoroid
j. Makanan/ cairan
1) Sedikit mual dan muntah
2) Nyeri ulu hati
3) Penambahan berat badan 11-12 Lb
4) Membran mukosa kering: hipertrofi jaringan gusi, mudah berdarah
5) Hb dan Ht rendah mungkin ditemui (anemia fisiologis)
6) Sedikit edema dependen
7) Sedikit glikosuria mungkin ada
k. Nyeri / ketidaknyamanan
Kram kaki, nyeri tekan dan bengkak pada payudara, nyeri punggung.
Pernafasan
1) Hidung tersumbat, mukosa lebih merah daripada normal
2) Frekwensi pernapasan dapat meningkat relatif terhadap ukuran/
tinggi uterus, pernafasan torakal
l. Keamanan
1) Suhu 98-99,6° F (36,1-37,6° C)
2) Denyut jantung janin (DJJ) terdengar dengan fetoskop
3) Gerakan janin mulai terasa, quickening (sensasi gerakan janin pada
abdomen) diantara 16 dan 20 minggu
m. Seksualitas
1) Penghentian menstruasi
2) Perubahan respon/ aktivitas seksual
3) Leukorea mungkin ada
4) Peningkatan progresif pada ukuran uterus fundus pada umbilikus
(20 – 22 minggu)
5) Perubahan payudara, pembesaran jaringan adiposa, peningkatan
vaskularitas, lunak bila di palpasi, peningkatan diameter dan
pigmentasi jaringan alveolar, hipertrofi tuberkel montgomery,
kemungkinan strie gravidarum, mulai tampak adanya kolostrum
6) Perubahn pigmentasi: kloasma, linea nigra, palmar eritema, spider
nervi
7) Tanda- tanda Goodel, Hegar, Chadwick positif
n. Interaksi social
1) Bingung/ meragukan perubahan peran yang di antisipasi
2) Tahap maturasi/ perkembangan bervariasi dan dapat mundur
dengan stresor kehamilan

Respon anggota keluarga lain dapat bervariasi dari positif dan


mendukung sampai disfungsional

Data Fokus :

1. Riwayat Obstetri:
• Gravida / para (sistem penghitungan 4-5)
• Tipe golongan darah Rh dan ABO
• Pada setiap kehamilan
• Tanggal kehamilan berakhir
• Minggu gestasi
• Tempat beraslin misal rumah sakit (nama), pusat kelahiran anak
(nama), Rumah
• Lama bersalin
• Jenis persalinan(spontan,seksio sesarea, forsep, ekstrasi vakum)
• RhoGAM yang diterima
• Masalah obstetrik, medis dan sosial
− Selama kehamilan (misal, preeklampsia, ISK, kekerasan dalam
rumah tangga)
− Selama persalinan dan melahirkan (missal: malpresentasi,
malposisi, eklampsia, induksi pitosin, stiulasi pitosin, laserasi
pareneal utama, laserasi serviks)
− Selama masa pasca-perdarahan (misal : ISK, perdarahan, infeksi
uterin, kekerasan dalam rumah tangga).

• Berat lahir bayi

• Jenis kelain bayi

•Kelainan kongenital / komplikasi neonates (misal: ikterik, masalah


pernafasan)

• Status bayi saat lahir ( hidup / meninggal)

• Status bayi saat ini (hidup dan dalam keadaan sehat, masalah ,
penyebab kematian )

2. Riwayat Ginekologi

 Infertilitas
 Terpajan dietilstilbestrol (DES)
 Infeksi vagina (misal monilia, vaginosis bakteri)
 Penyakit menular seksual (PMS) misal : klamedia, sivilis, gonorea,
herpes, trikomonas, kondiloma akumita.
 Servisitis kronis
 Endometritis
 Penyakit radang panggul
 Kista (Barthkolin, ovarium)
 Endometriosis
 Mioma
 Ralaksasi pelviks (sistokel,litokil)
 Polip
 Massa pada payudara
 Pap smire yg abnormal
 Biopsi (sevikal, endometrium, payudara)
 Kanker ginekologi
 Pembedahan gikenologi
 Perkosaan

3. Riwayat KB

KB terakhir yang digunakan jika pada kehamilan perlu juga ditanyakan


rencana KB setelah melahirkan.

a. Riwayat Kesehatan Dahulu

 Penyakit waktu kecil dan imunisasi (measles, mumps, chickenpox)


 Tes laboratorium akhir akhir ini terhadap penyakit infeksi (misal :
hepatitis, tb, HIV), tanggal dan hasilnya.
 Penyakit berat misal: pneumonia, hepatitis, demam rematik, difteri
dan polio
 Masuk rumah sakit : tanggal dan penyebab masuk
 Pembedahan : tanggal dan penyebab
 Kecelakaan : fraktur, luka, dan lain lain.
 Transfursi darah : tanggal, penyebab dan reaksi.
 Alergi, misal : makanan,lingkungan,debu, bulu hewan dan asma
 Alergi obat
 Penggunaan alkohol
 Kebiasaan : merokok, alkohol, kafein(kopi, teh, soda, coklat) ;
keselamatan (sabuk pengaman, helm)
 Pola tidur.
 Diet
 Aktivitas
 Resiko dalam pekerjaan : posisi (berdiri, duduk), tarikan (mata,
otot), ventilasi, paparan racun kimiawi
 Resiko dari lingkungan ; udara, air dan lain lain
 Tes skrining genetik, misal sel sabit dan lain lain hasilnya
 Penyakit spesifik : diabetes, jantung, TB, asma, hepatitis / liver,
ISK, tromboplebitis, penyakit endokrin, gastrointestinal, cancer,
hipertensi, aids, penyakit jiwa, epilepsi, anemia.
4. Pemeriksaan Fisik

Pemeriksaan fisik tidak hanya bermanfaat bagi ibu hamil, termasuk janin
yang dikandung. Rangkaian pemeriksaan ini bisa mendeteksi secara dini bila ada
kelainan kehamilan. Sehingga bisa segera diterapkan tindakan penanganan yang
tepat. Tumbuh kembang buah hati juga lebih terpantau dengan baik, sehingga bisa
mencegah bayi lahir mati, berat badan bayi rendah, lahir prematur dan mencegah
bayi mati saat baru lahir. Pemeriksaan sebaiknya dilakukan sedikitnya sekali saat
trimester pertama dan sebulan sekali saat trimester kedua. Sedangkan kalau usia
kehamilan 28 minggu pemeriksaan diterapkan 3 minggu sekali, 32 minggu 2
minggu sekali dan 38 minggu seminggu sekali.

Pemeriksaan fisik pada kehamilan dapat dilakukan dengan beberapa


pemeriksaan. Secara umum meliputi pemeriksaan umum dan pemeriksaan
kebidanan. Pemeriksaan umum meliputi pemeriksaan jantung dan paru-
paru,reflex, serta tanda-tanda vital seperti tekanan darah, denyut nadi, suhu, dan
pernapasan. Pemeriksaan umum pada ibu hamil bertujuan untuk menilai keadaan
umum ibu, status gizi,tingkat kesadaran, serta ada tidaknya kelainan bentuk
badan.pemeriksaan kebidanan dilakukan melalui pemeriksaan pandang (inspeksi),
pemeriksaan raba (palpasi), periksa dengar (auskultasi), periksa ketuk (perkusi).
Pemeriksaan dilakukan dari ujung rambut sampai ke ujung kaki, yang dalam
pelaksanaannya dilakukan secara sistematis atau berurutan (Bobak, 2005).

Pada saat melakukan pemeriksaan daerah dada dan perut, pemeriksaan


inspeksi, palpasi, auskultasi dilakukan secara berurutan dan bersamaan sehingga
tidak adanya kesan membuka tutup baju pasien yang mengakibatkan rasa malu
pasien. Pengkajian fisik harus dilakukan secara komprehensif serta meliputi
riwayat kesehatan. Ada beberapa hal yang perlu dipertimbangkan dalam
melakukan pengkajian fisik, di antaranya sikap petugas kesehatan saat melakukan
pengkajian. Selain harus menjaga kesopanan, petugas harus membina hubungan
yang baik dengan pasien. Sebelum melakukan pemeriksaan, pastikan lingkungan
tempat pemeriksaan senyaman mungkin, termasuk mengatur pencahayaan.

Pemeriksaan fisik pada ibu hamil selain bertujuan untuk mengetahui


kesehatan ibu dan janin saat ini, juga bertujuan untuk mengetahui perubahan yang
terjadi pada pemeriksaan berikutnya. Penentuan apakah sang ibu sedang hamil
atau tidak sangat diperlukan saat ibu pertama kali berkunjung ke petugas
kesehatan. Jika hasil pemeriksaan pada kunjungan pertama sang ibu dinyatakan
hamil, maka langkah selanjutnya perlu ditentukan berapa usia kehamilannya
(Wiknjosastro, 1999). Setiap pemeriksaan kehamilan adalah dengan melihat dan
meraba petugas akan mengetahui apakah ibu sehat, janin tumbuh dengan baik,
tinggi fundus uteri sesuai dengan umur kehamilan atau tidak, serta di mana letak
janin.

a. Inspeksi
Inspeksi.dilakukan untuk menilai keadaan ada tidaknya cloasma
gravidarum pada muka atau wajah, pucat atau tidak pada selaput mata, dan
ada tidaknya edema. Pemeriksaan selanjutnya adalah pemeriksaan pada
leher untuk menilai ada tidaknya pembesaran kelenjar gondok atau
kelenjar limfe. Pemeriksaan dada untuk menilai apakah perut membesar
kedepan atau kesamping, keadaan pusat, pigmentasi linea alba, serta ada
tidaknya striae gravidarum. Pemeriksaan vulva untuk menilai keadan
perineum, ada tidaknya tanda chadwick, dan adanya fluor. Kemudian
pemeriksaan ektremitas untuk menilai ada tidaknya varises.
b. Palpasi
Palpasi dilakukan untuk menentukan besarnya rahim dengan
menentukan usia kehamilan serta menentukan letak anak dalam rahim.
Pemeriksaan secara palpasi dilakukan dengan menggunakan metode
Leopold yakni :
1) Leopold I
Leopold I digunakan untuk menentukan usia kehamilan dan bagian
apa yang ada dalam fundus, dengan cara pemeriksa berdiri sebelah
kanan dan menghadap ke muka ibu, kemudian kaki ibu di bengkokkan
pada lutut dan lipat paha, lengkungkan jari-jari kedua tangan untuk
mengelilingi bagian atas fundus, lalu tentukan apa yang ada dalam
fundus. Bila kepala sifatnya keras, bundar dan melenting. Sedangkan
akan lunak, kurang bundar dan kurang melenting.
2) Leopold II
Leopold II digunakan untuk menentukan letak punggung dan letak
bagian kecil janin. Caranya letak 2 tangan pada sisi uterus, dan
tentukan dimanakah bagian terkecil janin.
3) Leopold III
Leopold III digunakan untuk menentukan bagian yang terdapat di
bagian bawah dan apakah bagian bawah anak sudah atau belum
terpegang oleh pintu atas panggul. Caranya, tekan dengan ibu jari dan
jari tengah pada salah satu tangan secara lembut dan masuk ke dalam
abdomen pasien di atas simpisis pubis. Kemudian peganglah bagian
presentasi bayi, lalu bagian apakah yang menjadi presentasi tersebut.
4) Leopold IV
Leopold IV digunakan untuk menentukan apa yang menjadi bagian
bawah dan seberapa masuknya bagian bawah tersebut ke dalam
rongga panggul. Caranya, letakkan kedua tangan di sisi bawah uterus,
lalu tekan ke dalam dan gerakan jari-jari ke arah rongga panggul,
dimanakah tonjolan sefalik dan apakah bagian presentasi telah masuk.
Pemerisaan ini tidak dilakukan bila kepala masih tinggi. Pemeriksaan
Leopold lengkap dapat dilakukan bila janin cukup besar, kira-kira
bulan 6 ke atas.
c. Auskultasi
Auskultasi, dilalukan umumnya dengan stetoskop monoaural untuk
mendengarkan bunyi jantung anak, bising tali pusat, gerakan anak, bising
rahim, bunyi aorta, serta bising usus. Bunyi jantung anak dapat didengar
pada akhir bulan ke-5, walaupun dengan ultrasonografi dapat diketahui
pada akhir bulan ke-3. Bunyi jantung anak dapat terdengar dikiri dan
kanan di bawh tali pusar bila presentasi kepala. Bila terdengar setinggi tali
pusat, maka presentasi di daerah bokong. Bila terdenga pada pihak
berlawanan dengan bagian kecil, maka anak fleksi dan bila sepihak maka
defleksi.
Dalam keadaan sehat,bunyi jantung antara 120-140 kali permenit.
Bunyi jantung dihitung dengan mendengarkannya selama 1 menit penuh.
Bila kurang dari 120 kali permenit atau lebih dari 140 per menit,
kemungkinan janin dalam keadaan gawat janin. Selain bunyi jantung anak,
dapat didengarkan bising tali pusat seperti meniup. Kemudian bising rahim
seperti bising yang frekuensinya sama seperti denyut nadi ibu, bunyi aorta
frekuensinya sama seperti denyut nadi dan bising usus yang sifatnya tidak
teratur.
3. Pengukuran panggul luar

Persalinan dapat berlangsung dengan baik atau tidak antara lain tergantung
pada luasnya jalan lahir yang terutama ditentukan oleh bentuk dan ukuran-ukuran
panggul. Maka untuk meramalkan apakah persalinan dapat berlangsung normal
atau tidak, pengukuran panggul diperlukan.

Seorang multipara yang sudah beberapa kali melahirkan anak yang a’term
dengan spontan dan mudah, dapat dianggap mempunyai panggul yang cukup luas.
Walaupun begitu jalan lahir seorang multipara yang dulunya tidak menimbulkan
kesukaran kadang-kadang dapat menjadi sempit, misalnya kalau timbul tumor
tulang (exostose, osteoma, osteofibroma dll) dari tulang panggul/ tumor dari
bagian lunak jalan lahir.

Pemeriksaan ini dilakukan ibu pada usia kehamilan 36 minggu. Namun


biasanya dokter juga akan melakukan pemeriksaan panggul jika ada indikasi:

a. Ada dugaan disproporsi atau ketidaksesuaian besar bayi dan ukuran


panggul ibu. Khususnya jika ukuran bayi besar, sedangkan panggul ibu
sempit. Biasanya bayi berbobot 4 kg ke atas sulit dilahirkan secara normal.
Selain kepala tidak bisa memasuki rongga panggul, ukuran bahu bayi yang
juga lebar menghambat bayi turun ke panggul
b. Kelainan panggul, karena trauma kecelakaan yang merusak bentuk
panggul. Kondisi ini boleh jadi kurang ideal bagi ibu untuk melahirkan
secara normal.
c. Ibu memiliki riwayat penyakit perusak panggul, seperti TBC tulang,
rakhitis, atau polio. Bakteri TBC tulang mampu merusak bentuk panggul,
menjadi bengkok ataupun tidak beraturan.
d. Kelainan letak bayi, misalnya posisi wajah bayi yang langsung menghadap
jalan lahir. Posisi yang benar, adalah ubun-ubun bayilah yang menghadap
jalan lahir.

Bentuk-bentuk Panggul Wanita Menurut Caldwell-Moloy ada 4 bentuk :

a. Panggul Gynecoid Bentuk panggul ideal, bulat dan merupakan jenis


panggul tipikal wanita.
b. Panggul Androi Bentuk PAP seperti segitiga, merupakan jenis jenis
panggul tipikal pria
c. Panggul Antropoid Bentuk PAP seperti elips, agak lonjong seperti telur
d. Panggul Platipeloid Bentuk PAP seperti kacang atau ginjal, picak,
menyempit arah muka belakang.

Ukuran-ukuran luar dapat memberi petunjuk pada kita akan kemungkinan


panggul sempit. Ukuran-ukuran luar yang terpenting adalah:

a. Distantia spinarium
Jarak antara spina iliaca anterior superior kiri dan kanan (23-26 cm).
b. Distantia cristarum
Jarak yang terjauh antara crista iliaca kanan dan kiri (26-29 cm).
c. Conjugata externa (baudeloque)
Jarak antara pinggir atas symphysis dan ujung processus spinosus ruas
tulang lumbal ke-V (18-20 cm).
d. Ukuran lingkar panggul
Dari pinggir atas symphysis ke pertengahan antara spina iliaca anterior
superior dan trochanter major sepihak dan kembali melalu tempat-tempat
yang sama di pihak lain. Ukuran-ukuran luar bias ditentukan dengan
jangka panggul kecuali ukuran lingkar panggul yang diambil dengan pita
pengukur (80-95 cm).
4. Menghitung taksiran persalinan
Saat dokter mengatakan seorang ibu positif hamil, saat itu pula anda mulai
menghitung usia kehamilan. Namun seringkali ibu hamil tidak tahu pasti
berapa usia kehamilannya. Hal ini karena terkadang si ibu tidak mengetahui
secara pasti kapan pembuahan terjadi.
Ada beberapa metode yang dapat digunakan untuk menghitung usia
kehamilan. Anda bisa memilih yang paling mudah dan nyaman untuk
dilakukan.
a. Hari pertama haid terakhir (HPHT)
Metode ini membutuhkan pengetahuan Anda tentang siklus
menstruasi. Berdasarkan siklus, dokter bisa memperkirakan usia
kehamilan dan tanggal kelahiran si kecil yang dihitung berdasarkan rumus
Naegele. Cara menghitungnya yaitu tentukan hari pertama menstruasi
terakhir. Angka ini dihitung dari hari pertama menstruasi terakhir (LMP =
Last Menstrual Periode).
1) Jika HPHT Ibu ada pada bulan Januari – Maret
Rumusnya: (Tanggal + 7 hari), (bulan + 9), (tahun + 0). Misal, HPHT
10 Januari 2010, maka perkiraan lahir (10+7), (1+9), (2010 + 0) = 17-
10-2010 atau 17 Oktober 2010
2) Jika HPHT Ibu ada pada bulan April – Desember
Rumusnya: (Tanggal + 7 hari), (bulan – 3),(Tahun + 1). Misal, HPHT
10 Oktober 2010, maka perkiraan lahir (10 + 7), (10 – 3), (2010 + 1) =
17-7-2011 atau 17 Juli 2011.·
Catatan:
a) Rumus ini hanya bisa diterapkan pada wanita yang daur haidnya
teratur, yakni antara 28-30 hari.
b) Perkiraan tanggal persalinan sering meleset antara 7 hari sebelum
atau setelahnya. Hanya sekitar 5% bayi yang akan lahir sesuai
perhitungan ini.
b. Gerakan janin
Perlu untuk diketahui bahwa pada kehamilan pertama gerakan
janin mulai terasa setelah kehamilan memasuki usia 18-20 minggu.
Sedangkan pada kehamilan kedua dan seterusnya, gerakan janin sudah
terasa pada usia kehamilan 16-18 minggu.
c. Tinggi puncak rahim
Biasanya, dokter akan meraba puncak rahim (Fundus uteri) yang
menonjol di dinding perut dan penghitungan dimulai dari tulang kemaluan.
Jika jarak dari tulang kemaluan sampai puncak rahim sekitar 28 cm, ini
berarti usia kehamilan sudah mencapai 28 minggu. Tinggi maksimal
puncak rahim adalah 36 cm, ini menunjukkan usia kehamilan sudah
mencapai 36 minggu. Perlu dietahui, ukuran maksimal adalah 36 cm dan
tidak akan bertambah lagi meskipun usia kehamilan mencapai 40 minggu.
Kalaupun tingginya bertambah, kemungkinan yang akan dialami adalah
janin Anda besar, kembar, atau cairan tubuh Anda berlebih.
d. Menggunakan 2 jari tangan
Pengukuran dengan menggunakan 2 jari tangan ini hanya bisa
dilakukan jika ibu hamil tidak memiliki berat badan yang berlebih.
Caranya; letakkan dua jari Anda diantara tulang kemaluan dan perut. Jika
jarak antara tulang kemaluan dengan puncak rahim masih di bawah pusar,
maka setiap penambahan 2 jari berarti penambahan usia kehamilan
sebanyak 2 minggu.
e. Menggunakan ultrasonografi (USG)
Cara ini paling mudah dan paling sering dilakukan. Tingkat
akurasinya cukup tinggi, yakni sekitar 95%. Dengan USG maka usia
kehamilan dan perkiraan waktu kelahiran dapat dilihat dengan jela pada
layar monitor.

5. Pemeriksaan Laboratorium dan diagnostic

a. JDL: menunjukkan animia, hemoglobinopatis (misal : sel sabit)


b. Golongan darah: ABO dan RH untuk mengidentifikasi resiko terhadap
inkompabilitas
c. Usap vagina/rektal : tes untuk neisseria ghonorrhea, clamydia
d. Tes serologi: menentukan adanya sifilis (RPR: rapid plasma reagen),
penyakit hubungan kelamin lain (PHS) seperti diindikasikan oleh kulit
vagina, lesi, abnormal
e. Skrinning: terhadap HIV, hepatitis, tuberculosis
f. Papaniculou smear: mengidentifikasi neoplasma, herpes simolek tipe 2
g. Urinalisis: Skrin untuk kondisi medis (misal: pemastian kehamilan,
infeksi, diabetes, penyakit ginjal)
h. Positif Tes serum/urin : untuk gonadotropin chorionik manusia (HCG)
i. Sonografi : ada janin setelah gestasi 8 minggu . Skrin glukosa serum/ 1
jam tes glukosa : < 140 mg biasanya dilakukan antara 24 dan 28 minggu
pada trimester II dan III).

2.2 Diagnosa Keperawatan

1. Ansietas berhubungan dengan transmisi dan penularan interpersonal (pada


bayi)
2. Resiko tinggi isolasi sosial berhubungan dengan persepsi tentang tidak
akan diterima dalam kehidupan bermasyarakat
3. Resiko infeksi berhubungan dengan penurunan immune tubuh
4. Keterlambatan tumbuh kembang janin berhubungan dengan penurunan
immune tubuh
5. Kurang volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan aktif (diare)
6. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan dispneu
7. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan mual, muntah
8. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan frekuensi buang air besar
sering (diare)
9. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan kelemahan fisik
10. Cemas berhubungan dengan perubahan status kesehatan
11. Perubahan proses keluarga berhubungan dengan anak yang menderita
penyakit serius
12. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang informasi

2.3 Intervensi

1. Pengertian HIV-AIDS

Human Immunodeficiency Virus (HIV) adalah retrovirus yang menginfeksi


sel-sel dari sistem kekebalan tubuh, menghancurkan atau merusak fungsinya.
Setelah infeksi berlangsung, sistem kekebalan tubuh menjadi lemah, dan pengidap
nya menjadi lebih rentan terhadap infeksi. Tahap lebih lanjut dari infeksi HIV
adalah Acquired Immunodeficiency Syndrome (AIDS) berlangsung dalam waktu
10-15 tahun untuk orang yang terinfeksi HIV menjadi AIDS . HIV-AIDS
merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh infeksi Human
Immunodeficiency Virus yang menyerang system kekebalan tubuh. Infeksi
tersebut menyebabkan penderita mengalami penurunan ketahanan tubuh sehingga
sangat mudah untuk terinfeksi berbagai macam penyakit lainnya.

2. Cara Penularan HIV/AIDS dari Ibu ke Anak

Penularan HIV dari ibu ke anak terjadi karena wanita yang menderita
HIV/AIDS sebagian besar masih berusia subur, sehingga terdapat resiko
penularan infeksi yang terjadi pada saat kehamilan. Selain itu juga karena
terinfeksi dari suami atau pasangan yang sudah terinfeksi HIV/AIDS karena
sering berganti-ganti pasangan dan gaya hidup.

Penularan ini dapat terjadi dalam 3 periode:

− Periode kehamilan
Selama kehamilan, kemungkinan bayi tertular HIV sangat kecil. Hal ini
disebabkan karena terdapatnya plasenta yang tidak dapat ditembus oleh virus
itu sendiri. Oksigen, makanan, antibodi dan obat-obatan memang dapat
menembus plasenta, tetapi tidak oleh HIV. Plasenta justru melindungi janin
dari infeksi HIV.
Perlindungan menjadi tidak efektif apabila ibu:
1. Mengalami infeksi viral, bakterial, dan parasit (terutama malaria) pada
plasenta selama kehamilan.
2. Terinfeksi HIV selama kehamilan, membuat meningkatnya muatan virus
pada saat itu.
3. Mempunyai daya tahan tubuh yang menurun.
4. Malnutrisi selama kehamilansecara tidak langsung berkontribusi untuk
terjadinya penularan dari ibu ke janin.
− Periode persalinan
Pada periode ini, resiko terjadinya penularan HIV lebih besar jika
dibandingkan periode kehamilan. Penularan terjadi melalui transfusi
fetomaternal atau kontak antara kulit, membrane mukosa bayi dengan darah
atau sekresi maternal.
Semakin lama proses persalinan, maka semakin besar pula resiko
penularan. Oleh karena itu, lamanya persalinan dapat dipersingkat dengan
section caesaria. Faktor yang mempengaruhi tingginya risiko penularan dari
ibu ke anak adalah lama nya robek membran.
a) Chorioamnionitis akut (disebabkan tidak diterapinya IMS atau infeksi
lainnya)
b) Teknik invasif saat melahirkan yang meningkatkan kontak bayi dengan
darah ibu misalnya, episiotomi.
c) Anak pertama dalam kelahiran kembar

- Periode Post Partum

Cara penularan yang dimaksud disini yaitu penularan melalui ASI. Ibu
yang menyusui bayi mempunyai resiko menularkan HIV sebesar 10- 15%
dibandingkan ibu yang tidak menyusui bayinya. Risiko penularan melalui ASI
tergantung dari:

1. Pola pemberian ASI, bayi yang mendapatkan ASI secara eksklusif akan
kurang berisiko dibanding dengan yang tidak
2. Patologi payudara: mastitis, robekan puting susu, perdarahan putting susu
dan infeksi payudara lainnya.
3. Lamanya pemberian ASI, makin lama makin besar kemungkinan infeksi.
4. Status gizi ibu yang buruk

3. Faktor resiko

Kelompok orang yang berisiko tinggi terinfeksi Virus HIV sebagai berikut:

1. Janin dengan ibu yang terjangkit HIV


2. Perempuan yang menggunakan obat bius injeksi dan bergantian memakai
alat suntik.
3. Pekerja seks komersial
4. Pasangan yang heteroseks dengan adanya penyakit kelamin

4. Pemeriksaan

a. VCT (Voluntary Counseling Testing)


VCT adalah suatu pembinaan dua arah atau dialog yang berlangsung tak
terputus antara konselor dan kliennya untuk mencegah penularan HIV,
memberikan dukungan moral, informasi, serta dukungan lainnya kepada
ODHA, keluarga, dan lingkungannya. Tujuan VCT :
− Upaya pencegahan HIV/AIDS.
− Upaya untuk mengurangi kegelisahan, meningkatkan
persepsi/pengetahuan mereka tentang faktor-faktor resiko penyebab
seseorang terinfeksi HIV.
− Upaya pengembangan perubahan perilaku, sehingga secara dini
mengarahkan mereka menuju ke program pelayanan dan dukungan
termasuk akses terapi antiretroviral, serta membantu mengurangi
stigma dalam masyarakat.

Pemerikasaan Laboratorium

1. Tes serologis: tes antibodi serum terdiri dari skrining HIV dan ELISA;
2. Tes blot western untuk mendeteksi adanya antibodi terhadap beberapa
protein spesifik HIV.
b. Pemeriksaan histologis, sitologis urin ,darah, feces, cairan spina, luka,
sputum, dan sekresi.
c. Tes neurologis: EEG, MRI, CT Scan otak, EMG.
d. Tes lainnya: sinar X dada menyatakan perkembangan filtrasi interstisial
dari PCV tahap lanjut atau adanya komplikasi lain; tes fungsi pulmonal
untuk deteksi awal pneumonia interstisial; Scan gallium; biopsy;
branskokopi.
e. Tes Antibodi
3. Tes ELISA, untuk menunjukkan bahwa seseorang terinfeksi atau
pernah terinfeksi HIV.
4. Western blot asay/ Indirect Fluorescent Antibody (IFA), untuk
mengenali antibodi HIV dan memastikan seropositifitas
5. Indirect immunoflouresence, sebagai pengganti pemerikasaan western
blot untuk memastikan seropositifitas.
6. Radio immuno precipitation assay, mendeteksi protein pada antibodi.
f. Pendeteksian HIV
Dilakukan dengan pemeriksaan P24 antigen capture assay dengan kadar
yang sangat rendah. Bisa juga dengan pemerikasaan kultur HIV atau
kultur plasma kuantitatif untuk mengevaluasi efek anti virus, dan
pemeriksaan viremia plasma untuk mengukur beban virus (viral burden).

3.4 Penatalaksanaan

a. Pengendalian infeksi oportunistik


Bertujuan menghilangkan, mengendalikan dan pemulihan infeksi
opurtuniti, nosokomial atau sepsis, tindakan ini harus di pertahankan bagi
pasien di lingkungan perawatan yang kritis.
b. Terapi AZT (Azidotimidin), menghambat replikasi antiviral HIV denngan
menghambat enzim pembalik transcriptase.
c. Terapi antiviral baru, (meningkatkan aktivitas system immune dengan
menghambat replikasi virus atau memutuskan rantai reproduksi virus
padan proses nya. Obat-obat ini adalah didanosina, ribavirin,
diedoxycytidine, recombinant CD4 dapat larut).
d. Vaksin dan rekonstruksi virus, vaksin yang digunakan adalah interveron.
e. Menghindari infeksi lain, karena infeksi dapat mengaktifkan sel T dan
mempercepat replikasi HIV.
f. Rehabilitasi
Bertujuan untuk memberi dukungan mantal-psikologis, membantu
mengubah perilaku risiko tinggi menjadi perilaku kurang berisiko atau
tidak berisiko, mengingatkan cara hidup sehat dan mempertahankan
kondisi tubuh sehat.
g. Pendidikan
Untuk menghindari alkohol dan obat terlarang, makan makanan yang
sehat, hindari stres, gizi yang kurang, obatobatan yang mengganggu fungsi
imunne. Edukasi ini juga bertujuan untuk mendidik keluarga pasien
bagaimana menghadapi kenyataan ketika anak mengidap AIDS dan
kemungkinan isolasi dari masyarakat.

Pencegahan

Pencegahan penularan HIV dari ibu ke bayi dapat dicegah melalui tiga
cara, dan bisa dilakukan mulai saat masa kehamilan, saat persalinan, dan setelah
persalinan. Cara tersebut yaitu:

a. Penggunaan Obat Antiretroviral Selama Kehamilan, Saat Persalinan dan


Untuk Bayi yang Baru Dilahirkan.
Pemberian antiretroviral bertujuan agar viral load menjadi lebih rendah
sehingga jumlah virus yang ada dalam darah dan cairan tubuh kurang
efektif untuk menularkan HIV. Resiko penularan akan sangat rendah (1-
2%) apabila terapi ARV ini dipakai. Namun jika ibu tidak memakai ARV
sebelum dia mulai sakit melahirkan, ada dua cara yang dapat mengurangi
separuh penularan ini. AZT dan 3TC dipakai selama waktu persalinan, dan
untuk ibu dan bayi selama satu minggu setelah lahir. Satu tablet nevirapine
pada waktu mulai sakit melahirkan, kemudian satu tablet lagi diberi pada
bayi 2–3 hari setelah lahir. Menggabungkan nevirapine dan AZT selama
persalinan mengurangi penularan menjadi hanya 2 persen. Namun,
resistansi terhadap nevirapine dapat muncul pada hingga 20 persen
perempuan yang memakai satu tablet waktu hamil. Hal ini mengurangi
keberhasilan ART yang dipakai kemudian oleh ibu. Resistansi ini juga
dapat disebarkan pada bayi waktu menyusui. Walaupun begitu, terapi
jangka pendek ini lebih terjangkau di Negara berkembang.
b. Penanganan Obstetrik Selama Persalinan
Persalinan sebaiknya dipilih dengan metode Sectio caesaria karena metode
ini terbukti mengurangi resiko penularan HIV dari ibu ke bayi sampai
80%. Apabila pembedahan ini disertai dengan penggunaan terapi
antiretroviral, maka resiko dapat diturunkan sampai 87%. Walaupun
demikian, pembedahan mempunyai resiko karena kondisi imunitas ibu
yang rendah yang bisa memperlambat penyembuhan luka. Oleh karena itu,
persalinan per vagina atau sectio caesaria harus dipertimbangkan sesuai
kondisi gizi, keuangan, dan faktor lain.
PILIHAN PERSALINAN

Persalinan per Vaginam Persalinan per Abdominal

Syarat: Syarat:
a. Pemberian ARV mulai pada a. Ada indikasi obstetrik; dan
≤14 minggu (ART > 6 bulan); b. VL> 1.000 kopi/ µL atau
atau c. Pemberian ARV dimulai pada
b. VL <1.000 kopi/µL usia kehamilan ≥36 minggu

Sumber: Kementerian Kesehatan RI

c. Penatalaksanaan Selama Menyusui


Pemberian susu formula sebagai pengganti ASI sangat dianjurkan untuk
bayi dengan ibu yang positif HIV. Karena sesuai dengan hasil penelitian,
didapatkan bahwa ± 14 % bayi terinfeksi HIV melalui ASI yang terinfeksi.
d. Kolaborasi Pemberian Obat-Obatan
ALUR PEMBERIAN TERAPI ANTIRETROVIRAL PADA IBU HAMIL

Perempuan
HIV Positif

Tidak Hamil Hamil

<14 Minggu >14 Minggu

Stadium klinis 1 Stadium 2,3,4


Terapi atau jumlah atau jumlah
sesuai CD4>350mmᶟ CD4<350mmᶟ
criteria ART
dewasa

Tunda ART
s.d usia
kehamilan Mulai terapi ARV
14 minggu

Sumber: Kementerian Kesehatan RI

D. EVALUASI

1. Pasien dan keluarga dapat menerima realita tentang kehidupannya


2. Masyarakat dapat menerima keadaan pasien (tidak mendiskriminasi)
3. Pasien menunjukkan tingkah laku/teknik untuk mencegah kerusakan kulit/
meningkatkan kesembuhan.
4. Menunjukkan kemajuan pada luka/penyembuhan lesi.
5. Keluhan hilangnya/ terkontrolnya rasa sakit
6. Menunjukkan posisi /ekspresi wajah rileks
7. Dapat tidur/beristirahat adekuat
8. Menunjukkan nilai laboratorium dalam batas normal
9. Melakukan ANC dengan teratur
10. Mengikuti program pengobatan dengan teratur
11. Merencanakan proses persalinan pada petugas kesehatan
12. Pasien mendapat informasi yang akurat tentang perawatan dan pengobatan
dari petugas kesehatan dan aparat desa setempat
13. Kesimpulan fan Saram
14. Bagi pelayanan keperawatan

Perlu peningkatan penyuluhan kesehatan secara umum khususnya tentang


perawatan kehamilan, persalinan dan bayi kepada masyarakat, dengan melibatkan
peran serta keluarga dan masyarakat setempat.

1. Petugas kesehatan di masyarakat seharusnya memahami latar belakang


budaya masyarakat setempat, kebiasaan dan adat istiadat yang dianut oleh
keluarga dan ibu hamil terkait dengan perawatan kehamilan, persalinan dan
perawatan bayi, sehingga budaya atau kebiasaan yang positif dapat
dioptimalkan dan budaya yang negatif dapat dihindari
2. Pelaksanaan program pemerintah khususnya dalam bidang kesehatan dan
pengambilan keputusan yang berkaitan dengan perilaku masyarakat
seharusnya melibatkan tokoh masyarakat yang akan mempengaruhi
keyakinan seperti tokoh adat, tokoh agama dan aparat desa di tempat yang
bersangkutan.
3. Sebaiknya di semua tempat pelayanan kesehatan masyarakat, baik di
puskesmas maupun di rumah sakit tersedia tempat penyuluhan yang
kondusif dan di desain bernuansa edukatif dengan fasilitas yang mendukung
penyampaian informasi serta memperhatikan karakteristik, kebiasaan dan
tradisi penduduk sekitarnya.
4. Puskesmas sebagai ujung tombak pelayanan kesehatan di masyarakat
seharusnya merangkul dan tetap memanfaatkan Anggota Tim Peduli
Kesehatan Masyarakat yang sudah terbentuk dan melibatkan mereka sebagai
kader kesehatan di wilayah kerja puskesmas Simpanggambir. Kegiatan tim
yang selama ini sudah aktif dilakukan pada masyarakat akan berjalan
dengan baik secara berkesinambungan apabila ada kontrol dari petugas
kesehatan peskesmas dan usaha pengembangan anggota tim dengan
pengkaderan anggota baru pada tokoh masyarakat selanjutnya.
DAFTAR PUSTAKA
Blucheck, Gloria M., Butcher, Howard k., Dochterman, J. McCloskey. 2012.
Nursing Outcomes Clasiffication (NOC). Fifth Edition. Lowa: Mosby
Elsavier.

Blucheck, Gloria M., Butcher, Howard k., Dochterman, J. McCloskey. 2012.


Nursing Intevention Clasiffication (NIC). Fifth Edition. Lowa: Mosby
Elsavier.

Nasution, Siti Saidah. (2018). Asuhan Keperawatan pada Ibu Hamil Resiko
Tinggi: HIV-AIDS dengan Melibatkan Masyarakat. Medan: USU Press.

Departemen Kesehatan RI. (2013). Riset Kesehatan dasar (Riskesdas) 2007:


laporan nasional 2013. Jakarta: Badan penelitian dan pengembangan
kesehatan depkes RI.

Departemen Kesehatan RI.(2012). Profil kesehatan Indonesia 2011. Jakarta :


Depkes RI.

Hinks, A. (2010). When motherhood beckons: an exploration of the transition to


motherhood for HIV positive women.

NANDA International. (2012). Nursing Diagnoses: Definition & Clasiffications


2012-2014. Jakarta: EGC.

Mikkelsen B. (2011). Metode Penelitian Parsipatoris dan Upaya Pemberdayaan.


Jakarta. Yayasan Pustaka Obor Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai