Anda di halaman 1dari 17

ASKEP PENATALAKSANAAN PASIEN DENGAN ARV, TERMASUK

PERAN PERAWAT DALAM MENINGKATAN ADHERENCE

A. Askep Penatalaksaan Pasien Dengan Arv

HIV menyebabkan terjadinya penurunan kekebalan tubuh sehingga pasien


rentan terhadap serangan infeksi oportunistik. Antiretroviral (ARV) bisa diberikan
pada pasien untuk menghentikana aktivitas virus, memulihkan sitem imun dan
mengurangi terjadinya infeksi oportunistik, memperbaiki kualitas hidup, dan
menurunkan kecacatan. ARV tidak menyembuhkan pasien HIV, namun bisa
memperbaiki kualitas hidup dan memperpanjang usia harapan hidup penderita
HIV/AIDS. Obat ARV terdiri atas golongan seperti nukleoside reverse
transcripetase inhibitor, non-nucleotide reverse transciptase inhibitor dan protease.

1. Tujuan pemberian ARV


ARV diberikan pada pasien HIV/AIDS dengan tujuan untuk :
a. Menghentikan replikasi HIV.
b. Memulihkan sistem imun dan mengurangi terjadi infeksi oportunistik.
c. Memperbaiki kualitas hidup.
d. Menurunkan morbiditas dan mortalitas karena infeksi HIV.
2. Jenis obat-obatan ARV
Obat ARV terdiri atas beberapa golongan antara lain nucleoside reverse
transcriptase inhibitor, non- nucleoside reverse transcriptase inhibitor, protease
inhibitor dan fussion inhibitor.
a. Nucleoside reverse transcriptase inhibitor (NRTI)
Obat ini dikenal sebagai analog nukleosida yang menghambat proses
perubahan RNA virus menjadi DNA (proses ini dikenal oleh virus HIV
agar bisa bereplikasi. Contoh dari obat ARV yang termasuk dalam
golongan ini terdapat pada tabel di bawah ini.
Nama Generik Nama Dagang Nama Lain
Zidovudine Retrovir AZT,ZCV
Didanosine Videx ddi

1
Zalzitabine Hivid ddC,
dideokxycytidine
Stavudine Zerit d4t
Lamivudine Epivir 3TC
Zidovudine/lamivudine Combivir Kombinasi AZT dan
3TC
Abacavir Ziagen ABC
Zidovu dine/lamivudine/abacavir Trizivir Kombinasi AZT, 3TC
dan abacavir
tenofavir viread Bis-poc PMPA

b. Nucleotide reverse transcriptase inhibitor (NtRTI), yang termasuk golongan


ini adalah tenofovir (TDF).
c. non- nucleoside reverse transcriptase inhibitor (NNRTI). Golongan ini juga
bekerja dengan menghambat proses perubahan RNA menajdi DNA dengan
cara mengikat reverse transcriptase sehingga tidak berfungsi.
d. Protease inhibitor (PI, menghalangi kerja enzim protesa yang berfungsi
memotong DNA yang dibentuk oleh virus dengan ukuran yang benar untuk
memproduksi virus baru, contoh obat golongan ini adalah indinavir (APV),
dan nelvinavir (NFV), squinavir (SQV), ritonavir (RTV), amprenavir
(APV) dan loponavir/ritonavir (LPV/r).
e. Fusion inhibitor. Yang termasuk golongan ini adalah enfuvirtide (T-20).

3. Efek samping ARV


Pasien yang sedang mendapatkan HAART umumnya menderita efek samping.
Sebagai akibatnya, pengobatan infeksi HIV dan risiko toksisitas yang
kompleks antara menyeimbangkan keuntungan supresi HIV dan risiko
toksisitas obat. Sekitar 25% penderita tidak meminum dosis yang dianjurkan
karena takut akan efek samping yang ditimbulkan oleh ARV (Arminio
Monforte, Chesney, Eron, 2000, dan Ammassari, 2001 dalam kapser et al,
2006). Obat-obat ARV mempunyai efek samping tertentu seperti

2
4. ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN ARV
a. Pengkajian
1) Identitas Pasien
Meliputi nama lengkap, umur, jenis kelamin, agama, suku/bangsa,
alamat, no regestrasi dan diagnosa medis.
2) Status Kesehatan
a) Alasan MRS
b) Keluhan Utama :
Pasien mengeluhkan badan terasa lemas, sakit kepala, susah tidur,
diare dll.
c) Riwayat Kesehatan Sekarang
d) Riwayat Kesehatan Dahulu
e) Riwayat Penyakit Keluarga
3) Pemeriksaan fisik
a) Inspeksi
b) Palpasi
c) Perkusi
d) Aukultasi

3
4) Aktivitas / istirahat
Mengatakan susah tidur (pola tidur terganggu).
5) Gejala: Mudah lelah, berkurangnya toleransi terhadap aktivitas biasanya,
progresi kelelahan / malaise, Perubahan pola tidur
6) Psikososial
Takut menghadapi kematian karena penyakitnya.

b. Diagnosa dan Intervensi Keperawatan


Berikut adalah diagnosa keperawatan yang didapatkan berdasarkan
efek samping dari pemberian ARV sebagai berikut :
1) Kekurangan volume cairan b.d kehilangan cairan aktif (diare)
Diagnosa Tujuan dan Kriteria Intervensi
Keperawatan Hasil
Kekurangan volume  Keseimbangan  Pantau warna, jumlah
cairan elektrolit dan asam dan frekuensi
Definisi : Kekurangan basa; keseimbangan kehilangan cairan
jumlah cairan yang elektrolit dan non  Observasi khususnya
ada di dalam tubuh elektrolit dalam terhadap kehilangan
kompartemen cairan yang tinggi
Batasan Karakteristik : intrasel dan ekstrasel elektrolit
Subjektif: Haus tubuh  Pantau perdarahan
 Hidrasi;  Identifikasi factor
Objektif keadekuatan cairan pengaruh terhadap
 Perubahan status yang adekuat dalam bertambah buruknya
mental kompartemen dehidrasi
 Penurunan turgor intrasel dan ekstrasel  Kaji adanya vertigo
kulit dan lidah tubuh atau hipotensi
 Penurunan haluaran  Status nutrisi: asupan postural
urin makanan dan cairan;  Kaji orientasi
 Penurunan jumlah makanan dan terhadap orang,
pengisian vena cairan yang masuk tempat dan waktu
 Kulit dan kedalam tubuh  Pantau status hidrasi

4
membrane mukosa selama periode 24  Timbang berat badan
kering jam setiap hari dan pantau
 Kematokrit kecenderungannya
meningkat  Pertaruhkan
 Suhu tubuh keakuratan catatan
meningkat asupan dan haluaran
 Peningkatan
frekuensi nadi,
penurunan TD,
penurunan volume
dan tekanan nadi
 Konsentrasi urin
meningkat
 Penurunan berat
badan yang tiba-
tiba
 Kelemahan

2) Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d mual


muntah
Diagnosa Tujuan dan Kriteria Intervensi
Keperawatan Hasil
Ketidakseimbangan  Selera makan;  Tentukan motivasi
nutrisi kurang dari keinginan untuk pasien untuk
kebutuhan tubuh makan ketika dalam mengubah kebiasaan
keadaan sakit atau makan
Batasan karakteristik : sedang menjalani  Pantau nilai
 Berat badan kurang pengubatan laboratotium,
dari 20% atau lebih  Perawatan diri: khususnya transferin,
dibawah berat badan makan; kemampuan albumin, dan
ideal untuk tinggi untuk elektrolit

5
badan dan rangka mempersiapkan dan  Manajemen nutrisi:
tubuh mengingesti  Ketahui makanan
 Kehilangan berat makanan dan cairan kesukaan pasien
baan dengan asupan secara mandiri  Tentukan kemampuan
makanan yang dengan atau tanpa pasien untuk
adekuat alat bantu memenuhi kebutuhan
 Melaporkan  Berat badan: masa nutrisi
kurangnya makanan tubuh; tingkat  Pantau kandungan
 Diare atau steatore kesesuaian berat nutrisi dan kalori pada
badan, otot, dan catatan asupan
lemak dengan  Timbang pasien pada
tinggi badan, interval yang tepat
rangka tubuh, jenis
kelamin dan usia.

3) Gangguan pola tidur berhubungan dengan efek samping obat


Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Intervensi
Kriteria Hasil
Gangguan pola tidur NOC NIC
Definisi : Gangguan  Anxiety Sleep Enhancement
kualitas dan kuantitas reduction  Determinasi efek-efek
waktu tidur akibat faktor  Comfort level medikasi terhadap pola
eksternal  Pain level tidur

 Rest : Extent and  Jelaskan pentingnya


Batasan Karakteristik : Pattern tidur yang adekuat
 Perubahan pola tidur  Sleep : Extent an  Fasilitas untuk
normal Pattern mempertahankan
 Penurunan Kriteria Hasil : aktivitas sebelum tidur
kemampuan  Jumlah jam tidur (membaca)
berfungsi dalam batas  Ciptakan lingkungan
 Ketidakpuasan tidur normal 6-8 yang nyaman

6
 Menyatakan sering jam/hari  Kolaborasikan
terjaga  Pola tidur, pemberian obat tidur
 Meyatakan tidak kualitas dalam  Diskusikan dengan
mengalami kesulitan batas normal pasien dan keluarga
tidur  Perasaan segar tentang teknik tidur
 Menyatakan tidak sesudah tidur pasien
merasa cukup atau istirahat  Instruksikan untuk
istirahat  Mampu memonitor tidur pasien
Faktor Yang mengidentifikasi  Monitor waktu makan
Berhubungan : kan hal-hal yang dan minum dengan
 Kelembaban meningkatkan waktu tidur
lingkungan sekitar tidur  Monitor/catat
 Suhu lingkungan kebutuhan tidur pasien
sekitar setiap hari dan jam
 Tanggung jawab
memberi asuhan
 Perubahan pejanan
terhadap cahaya
gelap
 Gangguan(mis.,untuk
tujuan terapeutik,
pemantauan,
pemeriksaan
laboratorium)
 Kurang kontrol tidur
 Kurang privasi,
Pencahayaan

7
4) Ansietas berhubungan dengan ancaman kematian
Diagnosa Tujuan dan Kriteria Intervensi
Keperawatan Hasil
Ansietas  Klien mampu  Gunakan pendekatan
berhubungan dengan mengindentifikasi yang menenangkan.
ancaman kematian dan  Beritahu pada pasien
mengungkapkan segala sesuatu yang
gejala cemas membuat pasien
 Menunjukkan cemas
teknik untuk  Jelaskan prosedur
mengontrol cemas kegiatan semua
 TTV dalm batas  Bantu pasien untuk
normal mengenal situasi yang
 Postur tubuh, menimbulkan cemas.
mimik dan tingkat  Ajarkan nafas dalam
aktivitas pada pasien untuk
menunjukkan mengurangi cemas
cemas berkurang. dan membuat lebih
relaksasi

B. Peran Perawat Dalam Meningkatkan Adherence


Peran perawat merupakan tingkah laku yang diharapkan oleh orang lain
terhadap seseorang sesuai dengan kedudukan dalam system, dimana dapat
dipengaruhi oleh keadaan sosial baik dari profesi perawatn maupun dari luar
profesi keperawatan yang bersifat konstan.
Adherence atau patuh adalah kepatuhan pasien sebagai sejauh mana perilaku
pasien sesuai dengan ketentuan yang diberikan oleh profesional kesehatan (Niven,
N, 2002). Kepatuhan atau adherence pada terapi adalah sesuatu keadaan dimana
pasien mematuhi pengobatannya atas dasar kesadaran sendiri, bukan hanya
karena mematuhi perintah dokter. Hal ini penting karena diharapkan akan lebih
meningkatkan tingkat kepatuhan minum obat. Adherence atau kepatuhan harus

8
selalu dipantau dan dievaluasi secara teratur pada setiap kunjungan. Kegagalan
terapi ARV sering diakibatkan oleh ketidak-patuhan pasien mengkonsumsi ARV.
Untuk mencapai supresi virologis yang baik diperlukan tingkat kepatuhan
terapi ARV yang sangat tinggi. Penelitian menunjukkan bahwa untuk mencapai
tingkat supresi virus yang optimal, setidaknya 95% dari semua dosis tidak boleh
terlupakan. Resiko kegagalan terapi timbul jika pasien sering lupa minum obat.
Kerjasama yang baik antara tenaga kesehatan dengan pasien serta komunikasi dan
suasana pengobatan yang konstruktif akan membantu pasien untuk patuh minum
obat.
Kepatuhan adalah istilah yang digunakan utnuk menggambarkan perilaku
pasien dalam minum obat secara benar tentang dosis, frekuensi dan waktunya.
Supaya patuh, pasien dilibatkan dalam memutuskan apakah minum obat atau
tidak. Kepatuhan ini amat penting dalam penatalaksaan ART, karena:
a. Bila obat tidak mencapai konsentrasi optimal dalam darah maka akan
memungkinkan berkembangnya resistensi.
b. Minum dosis obat tepat waktu dan meminumnya secara benar.
c. Derajat kepatuhan sangat berkolerasi dengan keberhasilan dalam
mempertahankan supresi virus.

Terdapat kolerasi positif antara kepatuhan dengan keberhasilan, dan


HAART sangat efektif bila diminum sesuai aturan. Hal ini berkaitan dengan.

a. Resistensi obat. Semua obat antiretroviral diberikan dalam bentuk


kombinasi, di samping meningkatkan efektivitas juga penting dalam
mencegah resistensi. Kepatuhan terhadap aturan pemakaian obat juga
sangat membantu mencegah terjadinya resitensi. Virus yang resisten
terhadap obat akan berkembang cepat dan berakibat bertambah buruknya
perjalanan penyakit.
b. Menekan virus secara terus menerus. Obat-obatan ARV harus diminum
seumur hidup secara teratur, berkelanjutan, dan tepat waktu. Cara terbaik
untuk menekan virus secara terus menerus adalah dengan meminum obat
secara tepat waktu dan mengikuti petunjuk minum obat dengan benar serta
di anjurkan untuk mengkonsumsi makanan yang bergizi.

9
c. Kiat penting untuk mengingat minum obat.
1) Minumlah obat pada waktu yang sama setiap hari.
2) Harus selalu tersedia obat di mana pun biasanya penderita berada,
misalnya dikantor, di rumah, dan lain-lain.
3) Bawa obat kemanapun pergi.
4) Gunakan alarm untuk mengingatkan waktu minum obat.

1. Faktor-faktor yang mempengaruhi atau faktor prediksi


kepatuhan:
Fasilitas layanan kesehatan. Sistem layanan yang berbelit,
sistem pembiayaan kesehatan yang mahal, tidak jelas dan birokratik
adalah penghambat yang berperan sangat signifikan terhadap
kepatuhan, karena hal tersebut menyebabkan pasien tidak dapat
mengakses layanan kesehatan dengan mudah. Termasuk
diantaranya ruangan yang nyaman, jaminan kerahasiaan dan
penjadwalan yang baik, petugas yang ramah dan membantu pasien.
a. Karakteristik Pasien. Meliputi faktor sosiodemografi (umur, jenis
kelamin, ras / etnis, penghasilan, pendidikan, buta/melek huruf,
asuransi kesehatan, dan asal kelompok dalam masyarakat misal waria
atau pekerja seks komersial) dan faktor psikososial (kesehatan jiwa,
penggunaan napza, lingkungan dan dukungan sosial, pengetahuan dan
perilaku terhadap HIV danterapinya).
b. Paduan terapi ARV. Meliputi jenis obat yang digunakan dalam
paduan, bentuk paduan (FDC atau bukan FDC), jumlah pil yang harus
diminum, kompleksnya paduan (frekuensi minum dan pengaruh
dengan makanan), karakteristik obat dan efek samping dan mudah
tidaknya akses untuk mendapatkanARV.
c. Karakteristik penyakit penyerta. Meliputi stadium klinis dan lamanya
sejak terdiagnosis HIV, jenis infeksi oportunistik penyerta, dan gejala
yang berhubungan dengan HIV. Adanya infeksi oportunistik atau
penyakit lain menyebabkan penambahan jumlah obat yang harus
diminum.
d. Hubungan pasien-tenaga kesehatan. Karakteristik hubungan pasien-

10
tenaga kesehatan yang dapat mempengaruhi kepatuhan meliputi:
kepuasan dan kepercayaan pasien terhadap tenaga kesehatan dan staf
klinik, pandangan pasien terhadap kompetensi tenaga kesehatan,
komunikasi yang melibatkan pasien dalam proses penentuan
keputusan, nada afeksi dari hubungan tersebut (hangat, terbuka,
kooperatif, dll) dan kesesuaian kemampuan dan kapasitas tempat
layanan dengan kebutuhanpasien
Sebelum memulai terapi, pasien harus memahami program
terapi ARV beserta konsekuensinya. Proses pemberian informasi,
konseling dan dukungan kepatuhan harus dilakukan oleh petugas
(konselor dan/atau pendukung sebaya/ODHA). Tiga langkah yang
harus dilakukan untuk meningkatkan kepatuhan antaralain:
Langkah 1: Memberikan informasi
Klien diberi informasi dasar tentang pengobatan ARV, rencana
terapi, kemungkinan timbulnya efek samping dan konsekuensi
ketidakpatuhan. Perlu diberikan informasi yang mengutamakan aspek
positif dari pengobatan sehingga dapat membangkitkan komitmen
kepatuhan berobat

Langkah 2: Konseling perorangan


Petugas kesehatan perlu membantu klien untuk mengeksplorasi
kesiapan pengobatannya.Sebagian klien sudah jenuh dengan beban
keluarga atau rumah tangga, pekerjaan dan tidak dapat
menjaminkepatuhan berobat.
Sebagian klien tidak siap untuk membuka status nya kepada
orang lain. Hal ini sering mengganggu kepatuhan minum ARV,
sehinggasering menjadi hambatan dalam menjaga kepatuhan.Ketidak
siapan pasien bukan merupakan dasar untuk tidak memberikan ARV,
untuk itu klien perlu didukung agar mampu menghadapi kenyataan dan
menentukan siapa yang perlu mengetahui statusnya.
Langkah 3: Mencari penyelesaian masalah praktis dan membuat
rencana terapi.

11
Setelah memahami keadaan dan masalah klien, perlu dilanjutkan
dengan diskusi untuk mencari penyelesaian masalah tersebut secara
bersama dan membuat perencanaan praktis. Hal-hal praktis yang perlu
didiskusikan antara lain:
1) Di mana obat ARV akandisimpan?
2) Pada jam berapa akandiminum?
3) Siapa yang akan mengingatkan setiap hari untuk minumobat?
4) Apa yang akan diperbuat bila terjadi penyimpangan kebiasaan
sehari-hari?
Harus direncanakan mekanisme untuk mengingatkan klien
berkunjung dan mengambil obat secara teratur sesuai dengan kondisi
pasien.
Perlu dibangun hubungan yang saling percaya antara klien dan
petugas kesehatan. Perjanjian berkala dan kunjungan ulang menjadi
kunci kesinambungan perawatan dan pengobatan pasien. Sikap petugas
yang mendukung dan peduli, tidak mengadili dan menyalahkan pasien,
akan mendorong klien untuk bersikap jujur tentang kepatuhan makan
obatnya.
2. Kesiapan Pasien Sebelum Memulai Terapi ARV
Menelaah kesiapan pasien untuk terapi ARV. Mempersiapan pasien
untuk memulai terapi ARV dapat dilakukan dengan cara:
a. Mengutamakan manfaat minum obat daripada membuat pasien
takut minum obat dengan semua kemunginan efek samping dan
kegagalan pengobatan.
b. Membantu pasien agar mampu memenuhi janji berkunjung keklinik
c. Mampu minum obat profilaksis IO secara teratur dan tidakterlewatkan
d. Mampu menyelesaikan terapi TB dengansempurna.
e. Mengingatkan pasien bahwa terapi harus dijalani seumurhidupnya.
f. Jelaskan bahwa waktu makan obat adalah sangat penting, yaitu
kalau dikatakan dua kali sehari berarti harus ditelan setiap 12jam.
g. Membantu pasien mengenai cara minum obat dengan menyesuaikan
kondisi pasien baik kultur, ekonomi, kebiasaan hidup (contohnya

12
jika perlu disertai dengan banyak minum wajib menanyakan sumber
air, dll).
h. Membantu pasien mengerti efek samping dari setiap obat tanpa
membuat pasien takut terhadap pasien, ingatkan bahwa semua
obatmempunyai efek samping untuk menetralkan ketakutan terhadap
ARV.
i. Tekankan bahwa meskipun sudah menjalani terapi ARV harus tetap
menggunakan kondom ketika melakukan aktifitas seksual atau
menggunakan alat suntik steril bagi parapenasun.
k. Sampaikan bahwa obat tradisional (herbal) dapat berinteraksi dengan
obat ARV yang diminumnya. Pasien perlu diingatkan untuk
komunikasi dengan dokter untuk diskusi dengan dokter tentang obat-
obat yang boleh terus dikonsumsi dantidak.
l. Menanyakan cara yang terbaik untuk menghubungi pasien agar dapat
memenuhi janji/jadwalberkunjung.
m. Membantu pasien dalam menemukan solusi penyebab ketidak
patuhan tanpa menyalahkan pasien atau memarahi pasien jika lupa
minumobat.
n. Mengevaluasi sistem internal rumah sakit dan etika petugas dan
aspek lain diluar pasien sebagai bagian dari prosedur tetap untuk
evaluasi ketidak patuhanpasien.
3. Unsur Konseling untuk Kepatuhan Berobat
a. Membina hubungan saling percaya denganpasien
b. Memberikan informasi yang benar dan mengutamakan manfaat
postif dariARV
c. Mendorong keterlibatan kelompok dukungan sebaya dan membantu
menemukan seseorang sebagai pendukungberobat
d. Mengembangkan rencana terapi secara individual yang sesuai
dengan gaya hidup sehari-hari pasien dan temukan cara yang dapat
digunakan sebagai pengingat minumobat
e. Paduan obat ARV harus disederhanakan untuk mengurangi jumlah
pil yang harus diminum dan frekuensinya (dosis sekali sehari atau

13
dua kali sehari), dan meminimalkan efek sampingobat.
f. Penyelesaian masalah kepatuhan yang tidak optimum adalah
tergantung dari faktorpenyebabnya.
Kepatuhan dapat dinilai dari laporan pasien sendiri, dengan
menghitung sisa obat yang ada dan laporan dari keluarga atau
pendamping yang membantu pengobatan. Konseling kepatuhan
dilakukan pada setiap kunjungan dan dilakukan secara terus menerus
dan berulang kali dan perlu dilakukan tanpa membuat pasien merasa
bosan.
4. Monitoring
Selain adanya kesadaran pasien untuk mematuhi peraturan ART,
doperlukan juga adanya monitoring yang dilakukan oleh pihak yang
berwenag (perawat, konselor dan dokter) atau pihak yang berhubungan
dnegan ODHA lainnya. Upaya monitoring terdiri atas :
a. Monitoring berkala. Monitoring ini terbagi menjadi tiga jenis yaitu :
1) Monitoring kepatuhan (adherence) yang harus didiskusikan pada
setiap kunjungan.
2) Monitoring efek samping ART, yang terdiri atas pertanyaan
langsung, pemeriksaan klinis dan tes laboratorium.
3) Monitoring keberhasilan ART. Monitoring ini berupa indikastor
klinis, misalnya berat badan yang meningkat, jumlah CD4 dan
viral load.
b. Monitoring klinis. Monitoring klinis dilakukan agar didapatkan
riwayat penyakit yang jelas dan dilakukan pemeriksaan klinis yang
teratur. Berikut ini adalah kegiatan yang dilakukan setiap kali
dilakukannya pemeriksaan klinis.
1) Follow up pertama setelah satu atau dua minggu. Lebih awal jika
terjadi efek samping.
2) Kunjungan bulanan sesudahnya, atau lebih bila doperlukan.
3) Tiap kunjungan tanyakan tentang gejal, kepatuhan, maslah yang
berhubungan dnegan HIV dan non HIV, dan kualitas hidup.
4) Pemeriksaan, berat badan, dan suhu.

14
c. Pemeriksaan laboratorium dasar
1) Hitung darah dan hitung jenis (Hb, leukosit, dan TLC-total
limfosit count tiap 3 bulan dan pada awlah pemakaian ARV).
2) SGOT dan SGPT.
3) Hitung CD4, dilakukan pada awal terapi dan tiap 6 bulan.
d. Monitoring efektivitas
ARV dinilai efektif bila :
1) Menurunnya/menghilangnya gejala.
2) Meningkatkan berat badan.
3) Menurunnya lesi kaposi.
4) Meningkatkan TLC.
5) Meningkatnya hitungan CD4.
6) Supresi VL yang bertahan lama.

15
PENUTUP

A. Kesimpulan

Antiretroviral (ARV) adalah obat yangdiberikan untuk pasien HIV/AIDS


dengan tujuan menghentikana aktivitas virus, memulihkan sitem imun dan
mengurangi terjadinya infeksi oportunistik, memperbaiki kualitas hidup, dan
menurunkan kecacatan. ARV tidak menyembuhkan pasien HIV, namun bisa
memperbaiki kualitas hidup dan memperpanjang usia harapan hidup penderita
HIV/AIDS. Peran perawat dalam menigkatkan kepatuhan minum obat pasien
sangat penting yaitu dengan cara memberikan informasi seputar pengobatan
ARV, konseling perorangan untuk mengeksplorasi kesiapan pengobatan pasien
dan membuat rencana terapi pasien.

B. Saran

Perawat dalam melakukan asuhan keperawatan dan tindakan keperawatan


kepada pasien dengan HIV harus berhati-hati dan sesuai dengan SOP agar
keamanan pasien dan keamanan perawat terjaga. Selain masalah fisiologis pada
pasien, perawat juga harus mampu melakukan asuhan keperawatan terhadap
masalah psikologis dan social dari pasien. Oleh sebab itu, perlu di bangun
hubungan saling percaya antara klien dan petugas kesehatan. Kunjungan ulang
menjadi kunci kesinambungan perawatan dan pengobatan pasien.

16
DAFTAR PUSTAKA

Arif Mansjoer. (2000). Kapita Selekta Kedokteran. Media Aesculapiuus.


DEPKES RI (2011). Pedoman nasional Tatalaksana klinis infeksi HIV dan teravi
antirotroviral. Kemetrian kesehatan republik indonesia.
DEPKES RI. 2003. Pedoman nasional perawatan, dukungan, dan pengobatan
bagi ODHA. Buku pedoman untuk petugas kesehatan dan petugas
lainnya. Jakarta: Direktorat Jendral Pemberantasan Penyakit Menular dan
Penyehatan lingkungan Depkes RI.
IMAI. 2003. Perawatan kronis HIV dan pengobatan ARV. Surabaya; Integrated
Management of Adolescent and Adult ilness, WHO, Unair, RsU Dr.
Soetomo Surabaya.
Nurarif, Kusuma. 2013. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa
Medis dan NANDA. Media Action Publishing: Yogyakarta
Nursalam, dkk. 2008. Asuhan keperawatan Pada Pasien Terinfeksi
HIV/AIDSJakarta : Salemba Medika
Stewart G. 1997, Managing HIV. Sydney: MJA Published.
Nurarif, Kusuma. 2013. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa
Medis dan NANDA. Media Action Publishing: Yogyakarta

17

Anda mungkin juga menyukai