Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

PENYAKIT MALARIA

Makalah ini diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah “Biomedik 2”

Di susun oleh:

1. Annisa Nur Safitri ( R.2101010052 )

2. Euis Vike Khodijah ( R.2101010029 )

3. Nury Yulianti Putri ( R.2101010003 )

Dosen Pengampu : Popi Sopiah, M.Biomed

PROGRAM STUDI ILMU KESEHATAN MASYARAKAT

FAKULTAS ILMU KESEHTAN

UNIVERSITAS SEBELAS APRIL


2022

2
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkankehadirat Tuhan Yang Maha Esa.Karena atas limpahan
rahmat dan hidayah-Nya, kami dapat menyelesaikan tugas makalah ini dengan tepat waktu.
Makalah ini disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Biomedik 2. Namun
disamping itu, kami harap penulisan makalah ini dapat menambah wawasan kami selaku penulis
maupun wawasan pembaca mengenai “Penyakit Malaria” karena sebagai mahasiswa kesehatan
kita tau mengenai salah satu penyakit tropis.
Kami mengucapkan terima kasih kepada Ibu Popi Sopiah, M.Biomed Sebagai dosen
pengampu mata kuliah Biomedik 2, juga kepada seluruh pihak yang telah terlibat dalam
penyusunan makalah ini.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna oleh sebab itu, kritik
dan saran yang membangun sangat kami harapkan demi kesempurnaan makalah ini juga menjadi
pembelajaran bagi kami pada tugas yang akan datang.

Sumedang, Maret 2022

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR......................................................................................................... i
DAFTAR ISI....................................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
II.1. Latar Belakang................................................................................................... 1
II.2. Rumusan Masalah ............................................................................................. 2
II.3. Tujuan ............................................................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN
II.1. Penularan Malaria ............................................................................................. 3
II.2. Gejala Klinis Malaria......................................................................................... 3
II.3. Pencegahan Malaria........................................................................................... 4
II.4. Pengobatan Malaria........................................................................................... 5
II.5. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Penyebaran Malaria................................. 6
II.6. Peran Petugas Kesehatan Dalam Pencegahan Malaria...................................... 9
BAB III PENUTUP
III.1 Kesimpulan .......................................................................................................10
III.2 Saran .................................................................................................................10

ii
BAB I
PENDAHULUAN
I.1. Latar Belakang
Malaria adalah salah satu penyakit yang cukup familiar yang dapat menyerang
siapa saja. Malaria termasuk penyakit menular yang sangat meresahkan masyarakat di
dunia. Malaria merupakan penyakit infeksi yang ditularkan melalui gigitan nyamuk
Anopheles betina melalui parasit Plasmodium sp, yang kemudian hidup dan berkembang
biak dalam sel darah merah manusia. Karena penularannya dimediasi oleh nyamuk,
malaria menjadi salah satu penyakit yang harus mendapatkan perhatian khusus.
Indonesia adalah negara dengan iklim tropis dan memiliki angka kejadian malaria
yaitu 7,7 juta kasus. Malaria masih menjadi masalah kesehatan masyarakat karena sering
menimbulkan Kejadian Luar Biasa (KLB), berpengaruh terhadap kualitas hidup dan
ekonomi, dan dapat mengakibatkan kematian
Menurut laporan malaria Dunia terbaru WHO, diperkirakan ada 241 juta kasus
malaria dan 627.000 kematian akibat malaria di seluruh dunia pada tahun 2020. Ini
mewakili sekitar 14 juta lebih banyak kasus pada tahun 2020 dibandingkan dengan 2019,
dan 69.000 lebih banyak kematian. Sekitar dua pertiga dari kematian tambahan ini
(47.000) terkait dengan gangguan dalam penyediaan pencegahan, diagnosis, dan
pengobatan malaria selama pandemi.
Sedangkan di indonesia sendiri, Angka kesakitan malaria yang tercermin
dalam Annual Parasite Incidence (API) di Indonesia sebesar 0,93 per 1.000 penduduk
pada 2019. Angka ini meningkat dari 2018 yang sebesar 0,84 per 1.000 penduduk. Di
Indonesia, angka kesakitan akibat malaria tertinggi ada di Papua. Angkanya bahkan jauh
dibandingkan dengan rata-rata nasional dan provinsi lainnya, yaitu mencapai 64,03 per
1.000 penduduk. Provinsi yang mencatatkan API malaria tertinggi lainnya adalah Papua
Barat (7,38), Nusa Tenggara Timur (2,37), dan Maluku (0,72). Annual Parasite
Incidence (API) per 1.000 penduduk adalah proporsi antara pasien positif malaria
terhadap penduduk berisiko di wilayah tersebut dengan konstanta 1.000.

Menurut data Kementerian Kesehatan (Kemenkes), total kasus malaria di


Indonesia mencapai 94.610 kasus pada 2021. Kasus malaria pada 2021 turun 58,2%
dibandingkan pada tahun sebelumnya mencapai 226.364 kasus. Jika dilihat trennya, sejak
2018 kasus malaria yang terjadi di Indonesia cenderung menurun. Meskipun demikian,
kasus malaria sempat meningkat pada 2019 mencapai 250.628 kasus. Kemudian,
kasusnya menurun pada 2020 dan kembali menurun pada 2021.
Kelompok resiko tinggi yang rawan terinfeksi malaria adalah balita, anak, ibu
hamil dan ibu menyusui. Malaria selain mempengaruhi angka kematian dan kesakitan
balita, anak, wanita hamil dan ibu menyusui juga menurunkan produktifitas penduduk.
Kelompok resiko tinggi yang lain adalah penduduk yang mengunjungi daerah endemik
malaria seperti para pengungsi, transmigrasi dan wisatawan (Harijanto, 2011). Diantara
beberapa fakta lainnya peningkatan kasus malaria disebabkan oleh perubahan

1
lingkungan, mobilitas dan perpindahan penduduk yang tinggi (Purnomo dkk, 2006).
Masih tingginya insidens dan prevalensi malaria di Papua menunjukkan upaya
pemberantasan malaria yang dilakukan belum maksimal (Paskalis, 2012).

Permasalahan malaria masih menjadi salah satu masalah yang serius di indonesia
maupun di dunia. Maka dari itu kita akan membahas lebih dalam mengenai malaria.

I.2. Rumusan Masalah

1. Bagaimana cara penularan malaria?


2. Apa gejala klinis malaria?
3. Bagaimana pencegahan malaria?
4. Bagaimana pengobatan malaria?
5. Apa faktor-faktor yang mempengaruhi penyebaran malaria?
6. Bagaimana peran petugas kesehatan dalam pencegahan malaria?

I.3. Tujuan

I.3.1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui dan memahami mengenai “Penyakit Malaria” yang merupakan


salah satu penyakit tropis

I.3.2 Tujuan Pembahasan

1. Untuk mengetahui Bagaimana cara penularan malaria


2. Untuk mengetahui Seperti apa gejala klinis malaria
3. Untuk mengetahui Bagaimana pencegahan malaria
4. Untuk mengetahui Bagaimana pengobatan malaria
5. Untuk mengetahui Apa faktor-faktor yang mempengaruhi penyebaran malaria
6. Untuk mengetahui Bagaimana peran petugas kesehatan dalam pencegahan malaria

BAB II
PEMBAHASAN
II.1. Penularan Malaria

2
Cara penularan malaria ini sendiri melewati beberapa tahap. Mulai dari nyamuk
yang terinfeksi dan menularkan ke manusia, hingga risiko penularan ke orang lain.
Berikut adalah beberapa tahap penularan malaria yang bisa terjadi pada manusia :
1. Nyamuk yang tidak terinfeksi
bisa berubah menjadi terinfeksi setelah menggigit dan memakan darah manusia yang
sedang menderita penyakit malaria.
2. Nyamuk yang sudah terinfeksi malaria tersebut, bisa menggigit orang lain di kemudian
hari dan menularkan parasit di dalam tubuh orang tersebut.
3. Setelah parasit masuk ke tubuh
secara otomatis parasit akan menyebar di bagian liver atau hati. Pada beberapa jenis
parasit dapat bertahan dan aktif di dalam organ hati selama satu tahun.
4. Saat parasit matang selanjutnya akan meninggalkan organ hati dan mulai menginfeksi
sel darah merah. Tahap ini biasanya terjadi saat seseorang mulai mengalami beberapa
gejala atau ciri-ciri malaria. Penularan tersebut dapat terjadi pada orang-orang berikutnya
yang lebih luas.
Infeksi yang terjadi pada manusia disebabkan oleh gigitan nyamuk Anopheles
betina yang sebelumnya telah mengandung sporozoit, yaitu hasil dari siklus
perkembangan seksual dan menjadi sporogenik berikutnya. Sporogenik akan masuk ke
dalam aliran darah manusia yang dalam waktu yang cepat dapat memasuki sel parenkim
hati. Di sini malaria mengalami siklus pertamanya yaitu fase eksoeritrosit. Setelah
melalui siklus di dalam parenkim hati dan 7 bermultiplikasi menjadi merozoit, maka
merozoit akan meninggalkan sel hati dan menuju aliran darah. Pada saat inilah merozoit
akan menginvasi eritrosit dan memperbanyak diri. Siklus ini disebut siklus eritrosit,
ditandai dengan bertambahnya keturunan dari merozoit yang timbul pada interval 48 jam
(P. vivax, P. ovale, dan P. falciparum) atau setiap 72 jam (P. malariae).

II.2. Gejala Klinis Malaria


Penyakit malaria yang disebabkan oleh Plasmodium sp memiliki gejala utama
yaitu demam. Berat ringannya manifestasi malaria tergantung pada jenis Plasmodium sp
yang menyebabkan infeksi malaria. Gambaran karakteristik malaria adalah demam
periodik, anemia, dan splenomegali.
1. Masa inkubasi
Masa inkubasi pada P. vivax, P. falciparum dan P. ovale biasanya berlangsung
selama 10-15 hari, namun dapat juga berlangsung selama beberapa minggu atau
bulan. Pada P. malariae waktu inkubasi diperkirakan sekitar 28 hari.

2. Keluhan-keluhan prodromal
Keluhan prodromal yang terjadi antara lain lesu, malaise, sakit kepala,
sakit tulang belakang (punggung), nyeri pada tulang atau otot, anoreksia, perut tak

3
enak, diare ringan dan kadang-kadang merasa dingin di punggung.
Keluhankeluhan ini dapat terjadi sebelum adanya demam.
3. Gejala-gejala umum
Gejala klasik malaria biasanya disebut “Trias Malaria” yang terdiri dari
periode dingin, periode panas dan periode berkeringat.
a. Periode dingin
Penderita merasa kedinginan, menggigil dan kering, sering membungkus
diri dengan selimut atau sarung dan saat menggigil seluruh tubuh bergetar
dan gigi-gigi saling terantuk, pucat sampai sianosis. Periode ini
berlangsung sekitar 15 menit sampai 1 jam diikuti suhu yang semakin
meningkat.
b. Periode panas
Suhu dapat mencapai 40oC, muka merah, kulit panas dan kering, nadi
cepat, respirasi meningkat, nyeri kepala, nyeri retro-orbital,
muntahmuntah, dapat terjadi syok. Dapat terjadi kejang pada anak.
Periode ini berlangsung selama 2 jam atau lebih diikuti dengan keadaan
berkeringat.
c. Periode berkeringat
Seluruh tubuh penderita berkeringat sampai basah, temperatur mulai turun,
penderita merasa lelah dan sering tertidur. Jika penderita bangun akan
merasa sehat dan dapat melakukan pekerjaan seperti biasa.
Trias malaria secara keseluruhan dapat berlangsung 6-10 jam, biasa terjadi pada
infeksi P. vivax. Pada P. falciparum menggigil dapat berlangsung berat atau tidak.
Periode berkeringat dapat berlangsung 12 jam pada P. falciparum, 36 jam pada P. vivax
dan P. ovale, dan 60 jam pada P. malariae.

II.3. Pencegahan Malaria


Beberapa hal yang dapat dilakukan untuk mencegah malaria adalah:
1. Menghindari atau mengurangi gigitan nyamuk Anopheles dengan menggunakan
kelambu, menggunakan obat anti nyamuk dan menggunakan kawat nyamuk pada
ventilasi,
2. Membunuh nyamuk dewasa dengan menggunakan insektisida,
3. Membunuh jentik nyamuk baik secara kimiawi (larvasida) maupun biologik (ikan,
tumbuhan, jamur),
4. Mengurangi tempat perindukan,
5. Mengobati penderita malaria,
6. Pemberian pengobatan pencegahan (profilaksis),
7. Vaksinasi (namun ini masih dalam tahap riset)

II.4. Pengobatan Malaria

4
Bagi orang yang tinggal di daerah dengan kasus penyakit malaria yang jarang dan
ingin berkunjung ke daerah endemik penyakit ini, obat pencegah malaria harus diminum
selama 4-8 minggu. Dimulai dari satu minggu sebelum pergi ke tempat berisiko tinggi
malaria, hingga 4 minggu setelah pulang. Obat harus diminum setiap hari pada jam yang
sama, termasuk selama tinggal di daerah endemik.
Berikut ini adalah beberapa jenis obat pencegah malaria dan cara  menggunakannya:

1. Atovaquone/proguanil

Obat ini adalah obat pencegah malaria yang paling baru, dan efektif melawan P.
falciparum. Atovaquone/proguanil tepat digunakan bagi Anda yang akan bepergian
dalam waktu dekat, karena dapat digunakan 1-2 hari sebelum bepergian sampai 7
hari setelah pulang.
Efek samping obat ini adalah nyeri perut, mual, dan muntah, namun jarang
terjadi. Atovaquone/proguanil tidak boleh digunakan oleh wanita hamil, menyusui,
dan penderita gangguan ginjal.

2. Doksisiklin

Obat ini dikenal efektif melawan P. falciparum, dan digunakan mulai 1-2 hari
sebelum bepergian hingga 4 minggu setelah pulang dari daerah endemik malaria.
Efek sampingnya bisa berupa gangguan pencernaan, gatal di kulit, sakit kepala,
mulut kering, dan keputihan pada wanita.
Doksisiklin tidak dianjurkan untuk anak-anak di bawah 8 tahun karena dapat
memengaruhi pertumbuhan tulang dan mengubah warna lapisan gigi. Lama
pemberian obat ini adalah maksimal 6 bulan.
Dosisiklin dapat menimbulkan iritasi pada kerongkongan. Oleh karena itu,
dianjurkan untuk memperbanyak minum air putih saat mengonsumsi obat ini, dan
sebaiknya obat tidak diminum menjelang tidur. Selain itu, dosisiklin juga
menyebabkan kulit lebih sensitif terhadap sinar matahari.

3. Meflokuin

Obat ini dapat digunakan pada ibu hamil di trimester dua dan tiga, serta bayi berusia
di atas 3 bulan. Meflokuin dikonsumsi mulai dari 1 minggu sebelum bepergian
hingga 4 minggu setelah pulang.
Efek samping obat ini adalah halusinasi, insomnia, dan kejang.  Meflokuin tidak
dianjurkan untuk pasien dengan penyakit jantung atau gangguan psikologis, seperti
depresi dan gangguan cemas.

5
4. Klorokuin

Obat ini hanya dikonsumsi seminggu sekali, dan dapat digunakan oleh anak-anak
serta ibu hamil di semua trimester. Klorokuin diminum 1-2 minggu sebelum
bepergian hingga 4 minggu setelah pulang.
Efek samping yang dapat muncul akibat penggunaan obat ini adalah penglihatan
kabur, telinga berdenging, dan penurunan pendengaran. Saat ini, klorokuin jarang
digunakan karena banyak P. falciparum yang sudah kebal terhadap obat ini.

5. Primakuin

Obat ini baik untuk mencegah P. vivax maupun P. falciparum, dan dapat diberikan


pada anak-anak, tapi tidak pada wanita hamil. Primakuin dikonsumsi 1-2 hari
sebelum bepergian hingga 7 hari setelah pulang. Efek samping yang mungkin terjadi
adalah gangguan pencernaan, seperti nyeri perut dan mual muntah. Pada
penderita penyakit defisiensi G6PD, obat ini dapat menyebabkan anemia hemolitik.
Cara mengobati pasien malaria tergantung pada:
a. Jenis (spesies) dari parasit yang menginfeksi,
b. Daerah tempat infeksi dan status resistansi obatnya,
c. Status klinis pasien,
d. Setiap penyakit atau kondisi yang menyertainya.
e. Kehamilan,
f. Alergi obat, atau obat lain yang diambil oleh pasien

II.5. Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Penyebaran Malaria


Terdapat tiga faktor yang mempengaruhi penyebaran penyakit malaria, yaitu host, agent,
dan environment. Ketiga faktor ini saling mendukung dalam penyebaran penyakit
malaria.
1. Host (Pejamu)
Manusia dapat dikatakan pejamu sementara pada penyakit malaria, dimana
pada dasarnya semua orang dapat terkena penyakit malaria. Sebagai pejamu, 10
manusia memiliki beberapa faktor intrinsik yang mempengaruhi kerentanannya
terkena penyakit malaria. Faktor-faktor tersebut antara lain:
a. Usia: secara umum penyakit ini tidak mengenal tingkatan usia, namun
infeksi malaria lebih rentan pada anak-anak.
b. Jenis kelamin: infeksi malaria tidak membedakan jenis kelamin. Namun jika
dilihat dari sistem pertahanan tubuhnya, perempuan memiliki respon imun

6
yang lebih kuat dari pada laki-laki, kecuali pada ibu hamil dapat
meningkatkan resiko pada berat badan lahir rendah, abortus, dan lahir
prematur pada bayi.
c. Ras: beberapa ras tertentu mempunyai kekebalan alamiah terhadap malaria.
d. Riwayat malaria sebelumnya: biasanya pada orang yang sebelumnya telah
terinfeksi malaria akan terbentuk imunitas sehingga lebih tahan terhadap
infeksi malaria.
e. Cara hidup: tidur dengan memakai kelambu merupakan cara hidup yang
mempengaruhi penularan malaria.
f. Sosio-ekonomi: keadaan sosial ekonomi masyarakat yang bertempat tinggal
di daerah endemis malaria erat hubungannya dengan infeksi malaria.
g. Status gizi: masyarakat dengan gizi yang kurang baik yang bertempat
tinggal di daerah endemis lebih rentan terkena malaria.
h. Imunitas: pada masyarakat yang bertempat tinggal di daerah endemis
biasanya mempunyai imunitas alami terhadap penyakit malaria.
Nyamuk pada penyakit malaria merupakan pejamu tetap. Nyamuk Anopheles
betina adalah satu-satunya nyamuk yang dapat menularkan malaria. Nyamuk
Anopheles terutama hidup di daerah tropis dan subtropis. Waktu penggigitan nyamuk
Anopheles yaitu pada waktu senja dan subuh dengan jumlah yang berbeda-beda
tergantung spesiesnya. Menurut kebiasaan makan dan istirahat, nyamuk Anopheles
dapat dikelompokkan menjadi:
a. Endofilik: suka tinggal di dalam rumah/bangunan
b. Eksofilik: suka tinggal di luar rumah
c. Endofagi: menggigit dalam rumah
d. Eksofagi: mengigit di luar rumah
e. Antropofilik: suka menggigit manusia
f. Zoofilik: suka menggigit binatang.
2. Agent
Plasmodium sp. merupakan parasit yang menyebabkan penyakit malaria.
Untuk tetap bertahan hidup, Plasmodium sp. harus berada cukup lama dalam tubuh
manusia untuk dapat menghasilkan gametosit jantan dan betina yang sesuai untuk
penularannya. Setiap parasit mempunyai sifat spesifik yang berbeda-beda yang
mempengaruhi terjadinya manifestasi klinis dan penularannya.
3. Environment
Faktor lingkungan juga berpengaruh pada penyebaran penyakit malaria. Faktor
lingkungan dibagi menjadi 3 bagian yaitu:
a. Lingkungan fisik

7
Letak geografi Indonesia yang membuat negara kita menjadi negara beriklim
tropis yang menguntungkan transmisi malaria. Suhu yang berkisar 20- 30oC
merupakan faktor yang mempengaruhi perkembangan parasit dalam tubuh
nyamuk. Kelembapan yang rendah dapat memperpendek umur nyamuk walaupun
tidak berpengaruh pada parasit. Sebaliknya kelembapan yang lebih tinggi akan
membuat nyamuk semakin aktif dan lebih sering menggigit. Hujan merupakan
faktor yang mempengaruhi perkembangan nyamuk. Besar kecilnya pengaruh
hujan tergantung pada derasnya hujan, jenis nyamuk dan jenis tempat perindukan.
Secara umum ketinggian dapat mempengaruhi transmisi malaria akibat turunnya
suhu rata-rata. Kecepatan dan arah angin dapat mempengaruhi jarak terbang
nyamuk dan jumlah kontak nyamuk dengan manusia. Pengaruh sinar matahari,
arus air, dan kadar garam juga berpengaruh terhadap perkembangan nyamuk
bergantung pada spesiesnya.
b. Lingkungan biologis
Faktor lingkungan biologis ini dapat membantu mempengaruhi penyebaran
malaria. Tumbuhan seperti bakau, lumut, ganggang, dan lainnya dapat 12
mempengaruhi kehidupan larva karena mereka menghalangi sinar matahari atau
juga dapat melindungi larva dari serangan makhluk hidup lainnya. Beberapa jenis
ikan pemakan larva juga akan mempengaruhi populasi dari nyamuk Anopheles.
Adanya ternak di sekitar lingkungan juga dapat mempengaruhi jumlah gigitan
nyamuk pada manusia.
c. Lingkungan sosial budaya
Aspek sosial juga ikut berperan dalam keberhasilan pencegahan malaria karena
hilang timbulnya suatu penyakit dipengaruhi juga oleh aspek sosial budaya yang
ada di masyarakat. Aspek-aspek sosial ini berupa kebiasaan, kepercayaan, nilai
tradisi, sikap, pengetahuan, dan persepsi masyarakat tentang penyakit atau sakit.
Kebiasaan berada di luar rumah sampai larut malam, nyamuk yang bersifat
eksofilik dan eksofagi, akan mempermudah terjadinya kontak dengan nyamuk.
Tingkat kesadaran masyarakat tentang bahaya malaria juga akan mempengaruhi
masyrakat untuk dapat memberantas malaria. Perpindahan penduduk dari tempat
endemis malaria juga dapat menyebabkan meningkatnya angka kejadian malaria.
II.6. Peran Petugas Kesehatan Dalam Pencegahan Malaria
Peran tenaga promosi kesehatan dapat mendukung program pencegahan malaria.
Dari hasil penelitian Engelika Meivana Tulangow, dkk pada tahun 2017 terdapat
hubungan antara peran petugas kesehatan dengan kejadian malaria. Kegiatan promosi
kesehatan dan pemberdayaan masyarakat yang gencar akan mampu meningkatkan
pengetahuan dan peran aktif masyarakat melalui kegiatan pemberantasan vektor yang
bersifat rutin di desa dan kegiatan upaya pembinaan secara berkala terus dilakukan untuk

8
menjaga kelangsungan pemberdayaan masyarakat. Kegiatan yang dapat dilakukan yaitu
penyuluhan kepada masyarakat tentang cara pencegahan penyakit malaria. Semakin baik
peran petugas kesehatan maka akan semakin baik pula upaya pencegahan penyakit
malaria.

BAB III
PENUTUP
III.1 Kesimpulan
Malaria adalah salah satu penyakit yang cukup familiar yang dapat menyerang
siapa saja. Malaria termasuk penyakit menular yang sangat meresahkan masyarakat di
dunia. Malaria merupakan penyakit infeksi yang ditularkan melalui gigitan nyamuk
Anopheles betina melalui parasit Plasmodium sp. Di indonesia sendiri kasus malaria

9
masih tinggi, terutama pada wilayah Papua, NTT, Maluku. Kelompok resiko tinggi yang
rawan terinfeksi malaria adalah balita, anak, ibu hamil dan ibu menyusui.
Cara penularan malaria ini sendiri melewati beberapa tahap. Mulai dari nyamuk
yang terinfeksi dan menularkan ke manusia, hingga risiko penularan ke orang lain. Gejala
klinins malaria seperti demam periodik, anemia, dan splenomegali.
Sebagai tenaga kesehatan, promosi kesehatan sangat diprlukan dalam pencegahan
malaria. Kegiatan yang dapat dilakukan yaitu penyuluhan kepada masyarakat tentang
cara pencegahan penyakit malaria. Semakin baik peran petugas kesehatan maka akan
semakin baik pula upaya pencegahan penyakit malaria.
III.2 Saran
Perlu adanya kesadaran masyarakat akan pentingnya kebersihan lingkungan
dengan menerapkan pola hidup bersih dan sehat yang salah satunya adalah
memperhatikan kondisi rumah dan lingkungan serta tindakan nyata untuk mencegah
terjadinya penyakit malaria dengan memakai obat anti nyamukdan memakai pakaian
berlengan panjang dan celana panjang jika harus keluar pada malam hari.

10

Anda mungkin juga menyukai