Anda di halaman 1dari 24

MAKALAH KEPERAWATAN PALIATIF

Kegawatan yang Muncul Pada Perawatan Palliatif

OLEH : KELOMPOK III

KELAS A11-A

Kadek Diah Sudarmi Dewi Wulandari 17.321.2674

Komang Wisnu Budikesuma 17.321.2677

Luh Putu Nia Budi Martsiani 17.321.2680

Luh Putu Sukmayanti 17.321.2681

Ni Made Septyari 17.321.2696

Ni Nengah Ayu Sudiantari 17.321.2697

Ni Wayan Novi Uliandari 17.321.2704

Tjok Istri Nita Dewi 17.321.2710

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN WIRA MEDIKA BALI

TAHUN AJARAN 2019


KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadapan Ida Sang Hyang Widh Wasa
Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat Beliaulah penulis bisa membuat dan
menyelesaikan makalah ini yang berjudul “Kegawatan yang Muncul Pada
Perawatan Palliatif”.

Besar harapan penulis agar karya tulis ini dapat bermanfaat untuk
meningkatkan penguasaan kompetensi mahasiswa sesuai dengan standar
kompetensi yang diharapkan. Kritik dan saran dari pembaca sangat penulis
harapkan sebagai upaya penyempurnaan makalah ini dimasa mendatang dan
diakhir kata penulis ucapkan terimakasih.

Denpasar, 13 April 2019

Penulis

i
DAFTAR ISI

JUDUL

KATA PENGANTAR ………………………………………………………… i

DAFTAR ISI …………………………………………………………………... ii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang ……………………………………………………………... 1


1.2 Rumusan Masalah ………………………………………………………….. 2
1.3 Tujuan ……………………………………………………………………… 2
1.4 Manfaat …………………………………………………………………….. 3
1.5 Metode Penulisan …………………………………………………………....3

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Manfaat, Efek Samping serta Indikasi dari Operasi, Chemotherapy,


Radiotherapy, Immunetherapy, Hormonetherapy, Radioisotopetherapy.........4

2.2 Manajemen Penyakit COPD (Chronic Obstructive Pulmonary Disease) dalam


Palliative Care ......................................................................................…….15

2.3 Manajemen dan Tanda Tanda Kegawatan Palliatif …...…....................…....18

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan …………………………………………………………………24

3.2 Saran ………………………………………………………………………..24

DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………..25

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Perawatan paliatif adalah pendekatan yang bertujuan untuk meningkatkan
kualitas hidup pasien (dewasa dan anak-anak) dan keluarga dalam menghadapi
penyakit yang mengancam jiwa, dengan cara meringankan penderita dari rasa
sakit melalui identifikasi dini, pengkajian yang sempurna, dan
penatalaksanaan nyeri serta masalah lainnya baik fisik, psikologis, social atau
spiritual (World Health Organization (WHO), 2016). The Asia Pacific Chronic
Obstructive Pulmonary Disease Roundtable Group memperkirakan jumlah
penderita Penyakit Paru Obstruksi Kronik sedang hingga berat di negara-
negara Asia Pasifik mencapai 56,6 juta penderita dengan prevalensi 6,3%,
sementara di Indonesia berkisar 4,8 juta dengan prevalensi 5,6% (Kemenkes,
2011).
Menurut Kemenkes (2007) yang merupakan penyakit terminal adalah
penyakit kanker, penyakit degeneratif, penyakit paru obstruktif kronis,
cystic fibrosis, stroke, parkinson, gagal jantung, penyakit genetika dan
penyakit infeksi seperti HIV/AIDS. Setiap tahunnya dilaporkan adanya
peningkatan mengenai penyakit tersebut yang diderita oleh usia dewasa dan
anak-anak. Menurut World Health Organization (WHO, 2007) bahwa
penyakit yang membutuhkan perawatan paliatif melalui studi Delphi pada
orang dewasa adalah Alzheimer, demensia, kanker, penyakit kardiovaskular,
sirosis hati, penyakit paru obstruktif kronik, diabetes, HIV/AIDS, gagal
ginjal, multiple sclerosis, penyakit parkinson, rheumatoid arthritisdan
tuberkulosis (TB) yang resisten terhadap obat. Dimana salah satunya yaitu
Penyakit Paru Obstruksi Kronik (Chronic Obstructive Pulmonary Disease)
merupakan salah satu masalah besar di bidang kesehatan dengan prevalensi 4-
6% pada penduduk dewasa di Eropa dengan prevalensi didominasi jenis
kelamin laki-laki dan meningkat seiring dengan bertambahnya usia. Penyakit
Paru Obstruksi Kronik adalah penyebab utama kematian bagi individu berusia
diatas 65 tahun dan merupakan penyebab kematian ke empat penduduk di
Amerika Utara (Hackett, 2010). Menurut Widjaya (2006) dalam Suradi

1
(2007), Penyakit Paru Obstruksi Kronik menempati urutan ke-4, naik dari
peringkat ke-6 pada 5 tahun sebelumnya dalam daftar penyakit penyebab
kematian, dan diperkirakan pada tahun 2020 PPOK akan menempati urutan
ke-3.
Indonesia diperkirakan terdapat 4,8 juta penderita PPOK dengan
prevalensi 5,6 persen dan ada kecenderungan terjadi peningkatan jumlah kasus
PPOK yang mencapai 100 persen dibandingkan 5 tahun lalu ( Yunus, 2005).
Hal itu disebabkan oleh beberapa faktor antara lain peningkatan usia harapan
hidup orang Indonesia, dan prevalensi merokok yang makin tinggi di kalangan
penduduk, terutama kalangan muda, disamping semakin majunya teknologi
kedokteran, tersedianya dokter ahli dan semakin lengkapnya sarana pelayanan
kesehatan. Salah satu faktor risiko PPOK adalah paparan debu atau polusi
udara terutama di kota besar, lokasi industri dan di pertambangan (PDPI,
2003). Dan salah satu jenis industri yang berisiko terhadap PPOK tersebut
adalah industry tobong genteng, tobong gamping, tambang batu kapur dan
sejenisnya.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apakah manfaat, efek samping serta indikasi dari operasi, chemotherapy,
radiotherapy, immune therapy, hormone therapy, dan radioisotope therapy?
2. Bagaimanakah manajemen penyakit COPD (Chronic Obstructive
Pulmonary Disease) dalam Palliative Care?
3. Bagaimanakah manajemen dan tanda tanda kegawatan palliative care?

1.3 Tujuan

1. Untuk mengetahui manfaat, efek samping serta indikasi dari operasi,


chemotherapy, radiotherapy, immune therapy, hormone therapy, dan
radioisotope therapy.

2. Untuk mengetahui manajemen penyakit COPD (Chronic Obstructive


Pulmonary Disease) dalam Palliative Care.
3. Untuk mengetahui manajemen dan tanda tanda kegawatan palliative care.
1.4 Manfaat
Manfaat penulisan yang penulis dapatkan dalam pembuatan makalah ini yaitu
sebagai tenaga kesehatan khususnya perawat wajib mengetahui dan mampu
memahami kegawatan yang muncul pada perawatan palliatif.

2
1.5 Metode Penulisan
Dalam penyusunan makalah ini, metode yang penulis gunakan yaitu tinjauan
pustaka dan media internet. Penulis mencari sumber dari berbagai media
tersebut sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini.

3
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Manfaat, Efek Samping serta Indikasi dari Operasi, Chemotherapy,


Radiotherapy, Immunetherapy, Hormonetherapy, Radioisotoptherapy
A. Operasi
Pembedahan atau operasi merupakan tindakan invasif dengan
membuka bagian tubuh untuk perbaikan. Pada umumnya dilakukan dengan
membuat sayatan, pada bagian tubuh yang akan ditangani, lalu dilakukan
tindakan perbaikan dan diakhiri dengan penutupan dan penjahitan luka.
(Sjamsuhidajat dan Wim De Jong, 2010).

Efek samping dari operasi yaitu:


1) Rasa Sakit
Rasa sakit adalah hal yang umum ketika seseorang diberikan prosedur
pembedahan, ini berlaku pada semua jenis operasi. Intensitas rasa sakit
bergantung pada banyak faktor termasuk lokasi pada organ tubuh mana
yang dibedah, seberapa besar luka sayatan pembedahan, seberapa
banyak jaringan yang diangkat, dan apakah pasien juga telah
mengalami rasa sakit sebelum diberikan pembedahan. Rasa sakit akan
berangsung menghilang bersamaan dengan pemulihan kondisi tubuh
setelah operasi. Untuk membantu mengurangi rasa sakit pasca operasi,
dokter tentu juga akan memberikan obat-obatan tertentu.
2) Pendarahan
Pendarahan atau kehilangan darah sebenarnya tidak terlalu berakibat
pada fungsi tubuh penderita, kecuali jika prosedur operasi
mengakibatkan banyaknya kehilangan darah pada tubuh pasien. Untuk
mengatasi ini maka tim medis tentu telah menyediakan transfusi darah
sesuai yang dibutuhkan oleh penderita kanker yang menjalani operasi.
Kadang-kadang pendarahan juga bisa terjadi pasca operasi, ketika ini
terjadi maka luka harus segera dibersihkan dan sebaiknya dilakukan
evaluasi oleh tim medis.
3) Infeksi

4
Efek samping berupa infeksi dapat terjadi di sekitar luka bekas operasi
atau bahkan di bagian lain dari tubuh pasien. Sebenarnya para dokter
bedah dan tim medis telah mempersiapkan pasien agar selalu terhindar
dari kemungkinan terkena infeksi. Beberapa tanda awal adanya infeksi
antara lain berupa pembengkakan, warna kemerahan, rasa sakit yang
bertambah intensitasnya, dan kadang-kadang keluarnya cairan dari luka
bekas operasi. Tim medis akan memberikan antibiotik jika pasien
mengalami infeksi setelah prosedur pembedahan.
4) Pembengkakan pada Lokasi Sekitar Pembedahan
Ketika prosedur pembedahan selesai dilakukan, bagian sekitar tubuh
yang mengalami pembedahan tentu mengalami luka sayat. Di sekitar
luka ini akan terjadi pembengkakan. Pembengkakan terjadi karena
respon sel-sel darah putih (leukosit) yang mengeluarkan substansi-
substansi tertentu dan terakumulasi pada daerah sekitar luka untuk
menyerang substansi-substansi asing. Ini adalah proses normal yang
dilakukan oleh tubuh. Bersama proses penyembuhan, maka
pembengkakan bagian sekitar luka operasi juga akan sembuh.

Tindakan pembedahan/operasi dilakukan dengan berbagai indikasi


diantaranya yaitu:
1) Diagnostik : Biopsi atau laparotomy eksploitasi
2) Kuratif : Eksisi tumor atau pengangkatan apendiks yang
mengalami inflamasi
3) Reparatif : Memperbaiki luka multiple
4) Rekontruksif : Mammaoplasty, atau bedah platik
5) Palliatif : Seperti menghilangkan nyeri atau memperbaiki
masalah. Contohnya, pemasangan selang gastrotomi yang dipasang
untuk mengkomponsasi terhadap ketidakmampuan menelan makanan.

B. Chemotherapy
Kemoterapi atau biasa disebut kemo dikenal sebagai pengobatan
untuk membunuh sel kanker. Kemoterapi memiliki peranan penting dalam
melawan sel kanker. Kemoterapi merupakan salah satu jenis pengobatan
yang digunakan untuk menghancurkan sel kanker yang berbahaya bagi
tubuh. Cara kerjanya adalah dengan menghentikan atau menghambat

5
pertumbuhan sel kanker yang berkembang dan membelah diri dengan
cepat. Tergantung kepada jenis kanker dan sudah sampai di stadium berapa.
Adapun manfaat dari kemoterapi yaitu :
- Meringankan gejala
- Kemoterapi dapat memperkecil tumor yang mengakibatkan rasa sakit
- Mengendalikan
Kemoterapi dapat mencegah penyebaran, memperlambat pertumbuhan,
sekaligus menghancurkan sel kanker yang berkembang ke bagian tubuh
yang lain.
- Menyembuhkan
Kemoterapi dapat menghancurkan semua sel kanker hingga sempurna
dan ini mencegah kekambuhan atau berkembangnya kanker di dalam
tubuh kembali.

Hanya saja, kemoterapi juga dapat memengaruhi sel sehat yang secara
normal membelah diri dengan cepat, misalnya sel pada kulit, usus, serta
rambut. Kerusakan pada sel sehat itu yang dapat mengakibatkan efek
samping. Efek samping kemoterapi muncul karena obat-obatan tersebut
tidak memiliki kemampuan membedakan sel kanker yang berkembang
pesat secara abnormal dengan sel sehat yang secara normal juga memiliki
perkembangan pesat. Misalnya sel darah, sel kulit, serta sel-sel yang ada di
dalam perut akan mengalami efek negatif akibat kemoterapi. Efek samping
yang bisa terjadi akibat kemoterapi yaitu:
- Rambut rontok
- Nyeri
- Kehilangan nafsu makan
- Mual dan muntah
- Sesak napas dan kelainan detak jantung akibat anemia.Kulit kering dan
terasa perih
- Pendarahan seperti mudah memar, gusi berdarah, dan mimisan
- Sering terkena infeksi
- Sulit tidur
- Gangguan psikologis seperti depresi, stres, dan cemas
- Gairah seksual menurun dan gangguan kesuburan (infertiltas)
- Rasa lelah dan lemah sepanjang hari
- Konstipasi atau diare
- Sariawan

Efek samping kemoterapi tersebut akan segera hilang setelah pengobatan


selesai. Selain itu, efek kemoterapi tidak akan menimbulkan akibat yang

6
berbahaya bagi kesehatan. Meski pada beberapa kasus, efek samping
kemoterapi bisa lebih serius dibandingkan yang lain.

Indikasi dari kemoterapi yaitu:


Pelaksanaan kemoterapi menjadi metode pengobatan utama kanker yang
dianjurkan oleh dokter karena bertujuan untuk:
- Menghambat penyebaran kanker
- Menyembuhkan kanker secara keseluruhan. Kemoterapi ini juga
digunakan pasca prosedur operasi guna membunuh sel kanker yang
masih tersisa dalam tubuh
- Meningkatkan keberhasilan metode pengobatan lain, praoperasi atau
kemoterapi yang dikombinasikan dengan radioterapi
- Meringankan gejala yang diderita

C. Radiotherapy
Radioterapi atau terapi radiasi adalah prosedur medis yang digunakan
untuk menangani penyakit kanker. Prosedur ini dilakukan dengan Sinar-X
yang kuat untuk membunuh sekaligus menghentikan perkembangbiakan
dan penyebaran sel-sel kanker yang bersarang didalam tubuh. Selain
dengan pemaparan sinar-X, radioterapi juga bisa dilakukan dalam bentuk
implan, obat suntik atau oral. Untuk meningkatkan efektivitas pengobtan
kanker, radioterapi sering digunakan bersamaan dengan metode lain
misalnya metode kemoterapi atau operasi pengangkatan tumor. Radioterapi
diterapkan dengan sangat hati-hati dan penuh perhitungan untuk
meminimalisir efek samping pada pasien.

Manfaat dari radioterapi yaitu:


- Sebagai satu-satunya jenis pengobatan untuk kanker
- Kombinasi dengan jenis pengobatan lain seperti kemoterapi untuk
menghancurkan sel kanker
- Menghentikan pertumbuhan sel kanker yang masih ada setelah operasi
(terapi adjuvant)
- Memperkecil ukuran kanker sebelum operasi (terapi neoadjuvant)
- Pada kanker stadium lanjut, guna meringankan gejala yang disebabkan
oleh kanker

Radioterapi juga menimbulkan efek samping, efek samping yang mungkin


ditimbulkan oleh radioterapi yaitu:

7
- Diare, gejala ini biasanya muncul beberapa hari setelah radioterapi
dilakukan
- Limfedema, kondisi ini menyebabkan pembengkakan dikaki dan tangan
- Mudah lelah, teritama setelah melakukan aktivitas sehari-hari
- Kulit memerah, gatal
- Kerontokan rambut
- Muncul luka dimulut yang menyebabkan nafsu makan menurun dan
juga berat badan menurun
- Gangguan psikologis, misalnya depresi, frustasi, stres
- Gangguan seksual, terutama jika kanker terjadi diperut dan didaerah
panggul
- Gangguan sendi dan otot berupa munculnya rasa nyeri dan
pembengkakan

Indikasi pada radioterapi yaitu:


- Menjadi prosedur tunggal untuk mengobati penyakit kanker
- Mengobati kanker yang dikombinasikan dengan pengobatan lainnya
- Mengurangi atau memperkecil ukuran tumor sebelum dilakukan operasi
- Meringankan gejala-gejala pada kondisi kanker stadium lanjut
- Membunuh dan memberikan sel-sel kanker agar tidak kembali setelah
operasi

D. Immunetherapy
Imunoterapi merupakan terapi untuk menaikkan kekebalan tubuh
terhadap kanker. Pada penderita kanker, kekebalan alamiahnya tertekan
sehingga pada saat kanker itu manifestasi klnik, kekebalan tubuh untuk
membunuh sel-sel kanker telah dilampaui. Imunoterapi bentuk perawatan
kanker yang memanfaatkan sistem kekebalan tubuh (imun) manusia untuk
melawan kanker. Hal ini bisa dilakukan dengan dua cara. Yang pertama
adalah merangsang sistem kekebalan Anda sendiri untuk menghentikan
pertumbuhan dan perkembang biakan sel kanker dalam tubuh. Cara kedua
yaitu memberikan zat khusus buatan manusia yang memiliki fungsi dan
sifat seperti imun, misalnya protein imun.
Imunoterapi untuk kanker juga bisa menimbulkan efek samping bagi
pasien. Biasanya efek samping yang paling terasa adalah rasa sakit, gatal
atau pembengkakan pada bagian tubuh yang disuntik dengan imun. Selain
itu, efek samping yang juga mungkin muncul yaitu:
- Demam
- Mual dan muntah
- Sakit kepala

8
- Nyeri sendi dan otot
- Gejala seperti mau sakit flu
- Sulit bernafas
- Tekanan darah tinggi atau rendah

Indikasi yang pasti pemberian immunoterapi untuk kanker belum


jelas, namun umumnya imunoterapi diberikan sebagai terapi tambahan
untuk menaikkan daya tahan tubuh, mendorong maturasi atau diferensiasi
sel, menghambat pertumbuhan sel kanker. Imunoterapi pada kanker
diperlukan karena sistem imun tubuh yang kurang merespon terhadap
antigen kanker. Terapi kanker secara konvensional, dengan operasi, radiasi
dan obat anti kanker mempunyai efek samping yaitu immunosupresif atau
menurunkan kekebalan tubuh. Ini dapat menimbulkan sisa-sisa sel kanker
yang masih ada dan yang tidak mati dapat tumbuh lagi dengan cepat.
Karena itu imunoterapi yang menaikkan kekebalan tubuh dapat membantu
mengatasi masalah ini.

E. Hormonetherapy
Salah satu pengobatan kanker payudara yaitu terapi hormon. Terapi
yang memengaruhi kinerja sistem endokrin ini, digunakan terutama untuk
menghambat pertumbuhan sel kanker dipengaruhi kadar hormon. Selain
radioterapi dan kemoterapi, pengobatan kanker payudara juga dapat
dilakukan melalui terapi hormon. Pengobatan ini dilakukan dengan
mengatur produksi hormon estrogen dan progesteron, sehingga risiko
kanker payudara dapat dikendalikan.

Secara umum, manfaat terapi hormon untuk kanker payudara adalah:


- Menghambat pertumbuhan sel kanker
- Mengurangi risiko penyebaran sel kanker ke jaringan lain
- Mengurangi ukuran tumor di payudara sebelum operasi

Terapi hormon juga dapat menimbulkan efek samping yaitu:


- Keputihan
- Iritasi vagina
- Wajah terasa panas
- Mual
- Kelelahan
- Nyeri otot dan sendi

F. Radioisotoptherapy

9
Terapi radioisotop, yaitu terapi radiasi yang dilakukan dengan
memasukkan cairan radioaktif ke dalam tubuh, baik dengan cara ditelan
maupun disuntikkan ke dalam pembuluh darah. Terapi radioisotop sering
digunakan pada pasien penderita kanker tiroid dan kanker prostat.
Pengobatan jenis ini mengharuskan pasien untuk tinggal lebih lama di
rumah sakit.

Manfaat radioisotop dalam berbagai bidang kehidupan sehari-hari baik


sebagai perunut maupun sebagai sumber radiasi yaitu:
1) Bidang kedokteran/kesehatan
a) Teknetum-99 (Tc-99)
Untuk keperluan scanning tulang dan paru-paru, scanning
kerusakan jantung
b) Iodin-131 (I-131)
Untuk mendeteksi kerusakan pada kelenjar gondok, hati dan untuk
mendeteksi tumor otak
c) Iodin-123 (I-123)
Memancarkan sinar gamma yang digunakan untuk mendeteksi
penyakit otak
d) Natrium-24 (Na-24)
Untuk mendeteksi penyempitan pembuluh darah/trombosis,
dibidang kesehatan juga digunakan untuk mendeteksi gangguan
peredaran darah
e) Xenon-133 (Xe-133)
Untuk mendeteksi penyakit paru-paru
f) Phospor-32 (P-32)
Untuk mendeteksi penyakit mata, tumor dan hati
g) Sr-85
Untuk mendeteksi penyakit pada tulang
h) Selenium (Se-75)
Untuk mendeteksi (scanning) penyakt pankreas
i) Kobalt-60 (Co-60)
Sumber radiasi gamma untuk terapi tumor dan kanker
j) Skandium-137 (Cs-137)
Radiasinya digunakan untuk sterilisasi alat-alat medis
k) Ferum-59 (Fe-59)
Digunakan untuk mempelajari dan mengukur laju pembentukan sel
darah merah dalam tubuh
l) Radium-60
Dapat mematikan sel kanker
m) Radiasi gamma
Digunakan untuk sterilisasi alat-alat kedokteran

10
n) Karbon (C-14)
Mencari ketidaknormalan yang berhubungan dengan diabetes dan
anemia
o) Kromium (Cr-51)
Keperluan scanning limpa
p) Ti-201
Mendeteksi kerusakan jantung, digunakan bersama dengan Tc-99
q) Galium (Ga-67)
Keperluan scanning getah bening
2) Bidang pertanian
a) Radiasi gamma
Dapat digunakan untuk memperoleh bibit unggul
b) Fosfor (P-32)
Dibidang pertanian dapat digunakan untuk memperkirakan jumlah
pupuk yang diperlukan tanaman
3) Bidang industri
a) Radioisotop industri
Untuk mendeteksi kebocoran pipa yang ditanam didalam tanah atau
dalam beton. Mengatur ketebalan besi baja, kertas, dan plastik dan
untuk menentukan sumber minyak bumi
b) Radioisotop silikon
Perunut radioisotop pada proses pengerukan lumpur pelabuhan atau
terowongan
4) Bidang hidrologi
a) Natrium (Na-24)
Mendeteksi kebocoran saluarn air bawah tanah dan menyelidiki
kecepatan aliran sungai
5) Bidang sains (kimia)
a) Iodin-131 (I-131)
Untuk mempelajari kesetimbangan dinamis
b) Oksigen-18 (O-18)
Untuk mempelajari reaksi esterifikasi
c) Karbon-14 (Ca-14)
Untuk mempelajari mekanisme reaksi fotosintesis
d) Isotop O-18
Dapat digunakan sebagai atom tracer/perunut asal mula molekul air
yang terbentuk
6) Bidang geologi (pengukuran usia bahan organik)
a) Karbon (C-14)
Mengukur umur fosil hewan, tumbuhan dan manusia (dengan
pengukuran pancaran siar beta)
b) Uranium (U-238)
Menaksir umur batuan

11
Akan sangat berbahaya jika tubuh manusia terkena paparan radiasi nuklir.
Efek mengerikan dari nuklir diantaranya yaitu :
1) Efek paparan radioaktif akan membuat rambut menghilang dengan
cepat bila terkena radiasi di 200 Rems atau lebih. Rems adalah
merupakan satuan dari kekuatan radioaktif
2) Sel-sel otak akan rusak secara langsung bila terkena radiasi berkekuatan
5000 Rems atau lebih. Seperti juga halnya jantung, radiasi membunuh
sel-sel saraf dan pembuluh darah dan dapat menyebabkan kejang dan
kematian mendadak
3) Dalam beberapa jumlah tertentu, yodium radioaktif dapat
menghancurkan sebagian atau seluruh bagian teroid
4) Ketika seseorang terkena radiasi sekitar 100 Rems, jumlah limfosit
darah akan mulai berkurang, sehingga korban lebih rentan terhadap
infeksi. Gejala awal itu mirip seperti penyakit flu. Menurut dari data
saat terjadi ledakan Nagasaki dan Hiroshima, menunjukan gejala yang
dapat bertahan selama sepuluh tahun dan mungkin memiliki risiko
jangka panjang seperti leukimia dan limfoma
5) Jika seseorang terkena dampak radiasi berkekuatan 1000 sampai 5000
Rems akan mengakibatkan kerusakan langsung pada pembuluh darah
dan dapat menyebabkan gagal jantung dan kematian mendadak
6) Radiasi dengan kekuatan 200 Rems maka akan menyebabkan
kerusakan pada lapisan saluran usus dan dapat menyebabkan mual,
muntah dan diare berdarah
7) Radiasi akan merusak saluran reproduksi cukup dengan kekuatan di
bawah 200 Rems. Dalam beberapa jangka waktu panjang, korban
radiasi nuklir akan mengalami kemandulan.

Radiasi yang dipancarkan oleh sinar radioaktif dapat merusak sel,


menyebabkan kelainan pada sel, dan bahkan mematikan sel mahluk hidup
Beberapa efek negatif radiasi unsur radioaktif terhadap manusia yaitu:
1) Radiasi unsur radioaktif dapat merusak jaringan sel
2) Radiasi unsur radioaktif dapat menurunkan kekebalan tubuh terhadap
penyakit
3) Radiasi unsur radioaktif dapat menyebabkan kerusakan kulit dan sistem
saraf

12
2.2 Manajemen Penyakit COPD (Chronic Obstructive Pulmonary Disease)
dalam Palliative Care
A. Pengertian
Penyakit paru obstruktif kronis (PPOK) adalah sebuah peradangan
kronis pada paru-paru yang menyebabkan terjadinya obstruksi aliran udara
pada jalan nafas. Dua kondisi yang paling menjadi gejala utama PPOK
adalah bronkitis kronik dan emfisema. Pada bronkitis kronik, terjadi
peradangan pada bronkus (saluran yang membawa udara menuju dan
keluar dari alveoli). Sedangkan pada emfisema, peradangan dan kerusakan
terjadi pada kantung udara di paru-paru (alveoli) yang merupakan sebuah
kantong tempat pertukaran oksigen dan karbon dioksida.
B. Gejala
Gejala PPOK muncul ketika paru-paru sudah mengalami kerusakan
yang signifikan dan kinerjanya akan memburuk seiring berjalannya waktu,
terutama jika pengidap tetap merokok. Pada bronkitis kronik, gejala utama
yang dialami pengidap adalah batuk produktif yang terjadi minimal 3 bulan
dalam 2 tahun. Gejala lain pada PPOK yaitu:
- Sesak nafas, terutama saat melakukan aktifitas fisik
- Mengi
- Produksi dahak yang banyak
- Batuk kronik yang produktif
- Seringnya terpapar infeksi saluran nafas
- Mudah lelah
- Sianosis pada kuku maupun bibir
- Penurunan berat badan
- Bengkak pada pergelangan kaki, kaki atau betis

C. Penyebab dan faktor Risiko


Penyebab dan faktor risiko utama dari PPOK adalah paparan rokok dalam
jangka panjang, baik secara aktif maupun pasif. Selain paparan rokok,
faktor risiko PPOK yang lain, antara lain:
- Paparan debu dan bahan kimia akibat pekerjaan
Paparan jangka panjang terhadap asap kimia, uap, dan debu di tempat
kerja dapat mengiritasi dan menyebabkan peradangan pada paru-paru
- Paparan asap dari bahan bakar
Di negara berkembang, orang yang terpapar asap dari pembakaran
bahan bakar untuk memasak dan pemanasan di rumah berventilasi
buruk memiliki risiko lebih tinggi mengidap PPOK
- Usia

13
PPOK berkembang perlahan selama bertahun-tahun, sehingga
kebanyakan orang telah berusia 40 tahun ketika gejala mulai muncul
- Genetika
Kelainan genetik memang jarang terjadi, tetapi berdasarkan penelitian,
dikatakan bahwa defisiensi alpha-1-antitrypsin merupakan penyebab
dari beberapa kasus PPOK. Faktor genetik lainnya dipercaya membuat
beberapa perokok lebih rentan terhadap penyakit ini
D. Penanganan
Penanganan PPOK adalah dengan menghentikan paparan rokok,
penggunaan obat-obatan, terapi paru-paru dengan terapi oksigen, dan
pembedahan. Obat-obatan yang dapat digunakan, diantaranya:
- Bronkodilator
- Steroid inhalasi
- Kombinasi bronkodilator-steroid inhalasi
- Steroid oral
- Teofilin
- Antibiotik
E. Pencegahan
Pencegahan utama dan yang terbaik untuk menghindari PPOK adalah
dengan menghindari paparan rokok, baik secara aktif maupun pasif. Oleh
sebab itu, bagi orang yang tidak merokok disarankan untuk tidak mencoba
rokok dan sebisa mungkin menghindari asapnya. Sedangkan bagi perokok,
cara terbaik adalah berhenti merokok dan juga menghindari paparan
asapnya. Bagi para pekerja yang bekerja di lingkungan yang penuh dengan
bahan kimia yang dapat membuat paru-paru menjadi iritasi, disarankan
untuk menggunakan alat pelindung seperti masker.
F. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan dari COPD/PPOK yaitu:
1) Edukasi
Pada palliatif care edukasi baik diberikan pada penderita sendiri
maupun bagi keluarganya dimana dapat disampaikan di poliklinik,
ruang rawat, bahkan di unit gawat darurat ataupun di ICU dan di rumah.
Secara intensif edukasi diberikan di klinik rehabilitasi atau klinik
konseling, karena memerlukan waktu yang khusus dan memerlukan alat
peraga. Edukasi yang tepat diharapkan dapat mengurangi kecemasan
pasien PPOK, memberikan semangat hidup walaupun dengan
keterbatasan aktiviti. Penyesuaian aktiviti dan pola hidup merupakan
salah satu cara untuk meningkatkan kualiti hidup pasien PPOK. Bahan

14
dan cara pemberian edukasi harus disesuaikan dengan derajat berat
penyakit, tingkat pendidikan, lingkungan sosial, kultural dan kondisi
ekonomi penderita. Secara umum bahan edukasi yang harus diberikan
yaitu:
a) Pengetahuan dasar tentang PPOK
b) Obat - obatan, manfaat dan efek sampingnya
c) Cara pencegahan perburukan penyakit
d) Menghindari pencetus (berhenti merokok)
e) Penyesuaian aktiviti
2) Terapi oksigen
Pada PPOK terjadi hipoksemia progresif dan berkepanjangan
yang menyebabkan kerusakan sel dan jaringan. Pemberian terapi
oksigen merupakan hal yang sangat penting untuk mempertahankan
oksigenasi seluler dan mencegah kerusakan sel baik di otot maupun
organ - organ lainnya. Terapi oksigen dapat dilaksanakan di rumah
maupun di rumah sakit. Terapi oksigen di rumah diberikan kepada
penderita PPOK stabil derajat berat dengan gagal napas kronik.
Sedangkan di rumah sakit oksigen diberikan pada PPOK eksaserbasi
akut di unit gawat daruraat, ruang rawat ataupun ICU. Selain itu adapun
manfaat terapi oksigen yaitu:
a) Mengurangi sesak
b) Memperbaiki aktiviti
c) Mengurangi hipertensi pulmonal
d) Mengurangi vasokonstriksi
e) Mengurangi hematokrit
f) Memperbaiki fungsi neuropsikiatri
g) Meningkatkan kualiti hidup
3) Nutrisi
Malnutrisi sering terjadi pada PPOK, kemungkinan karena
bertambahnya kebutuhan energi akibat kerja muskulus respirasi yang
meningkat karena hipoksemia kronik dan hiperkapni menyebabkan
terjadi hipermetabolisme. Kondisi malnutrisi akan menambah mortaliti
PPOK karena berkolerasi dengan derajat penurunan fungsi paru dan
perubahan analisis gas darah. Mengatasi malnutrisi dengan pemberian
makanan yang agresis tidak akan mengatasi masalah, karena gangguan
ventilasi pada PPOK tidak dapat mengeluarkan CO2 yang terjadi akibat
metabolisme karbohidrat. Diperlukan keseimbangan antara kalori yang

15
masuk denagn kalori yang dibutuhkan, bila perlu nutrisi dapat diberikan
secara terus menerus (nocturnal feedings)dengan pipa nasogaster.
4) Rehabilitasi
Tujuan program rehabilitasi untuk meningkatkan toleransi latihan
dan memperbaiki kualiti hidup penderita PPOK. Program dilaksanakan
di dalam maupun diluar rumah sakit oleh suatu tim multidisiplin yang
terdiri dari dokter, ahli gizi, respiratori terapis dan psikolog. Program
rehabilitiasi terdiri dari 3 komponen yaitu : latihan fisis, psikososial dan
latihan pernapasan.

2.3 Manajemen dan Tanda Tanda Kegawatan Palliatif Care


Manajemen dan tanda tanda kegawatan palliatif care yaitu:
a) Efusi Perikardial Dan Temponade Jantung
Terjadi pengumpulan cairan dan infiltrasi sel-sel ganas metastatik ke
jaringan perikardium.
- Gejala : sesak nafas, ortopnea, nyeri dada dan perubahan status
kejiwaan
- Pemeriksaan fisik : takikardi, takipnea, hipotensi, pulsus paradoksus,
suara jantung yang menghilang dan gesekan perikardial
- Foto thoraks : pembesaran kontur jantung, disertai efusi pleura
Manajemen :
- Perikardiosentesis : meringankan temponade
- Penatalaksanaan definitif : operasi
- Pada kondisi hemodinamik yang stabil : kemoterapi dan radioterapi
pada jenis kanker yang responsif

b) Sindroma vena kava superior


Biasanya disebabkan oleh kanker paru terutama small cell lung carsinoma
(SLCC). Berat ringannya ditentukan oleh besarnya obstruksi vena kava dan
keberhasilan sistem kolateral vena kompensatorik yang terjadi.
- Gejala :suara serak, sesak nafas, disfagia atau sakit punggung
- Thoraks :adanya masa trakeal atau di mediastinum
- Pemeriksaan biopsi : untuk histopatologi
Manajemen :
- Radioterapi

c) Hiperkalsemia
Sebagai akibat metabolik dari keganasan yang tidak terkontrol, dapat
terjadi secara mendadak dan memburuk dengan sangat cepat.
Manajemen :

16
- Pemantauan balans cairan dan status kardiopulmoner untuk mencegah
kelebihan cairan dan gagal jantung. Terapi furosemid dan hidrasi
dengan cairan saline dapat menurunkan hiperkalsemia.

d) Sindroma lisis tumor


Sekelompok gangguan metabolik yang dapat menjadi penyulit pada
pengobatan kanker. Lisis tumor yang terjadi akan melepaskan dalam
jumlah besar beberapa bahan-bahan tertentu seperti asam urat, fosfat dan
kalium kedalam sirkulasi.
Manajemen :
- Hidrasi intra vena
- Bila kadar > 7 mg/dl : alkalinisasi dengan Na bicarbonat

e) Hiperurisemia
Kelainan akibat pengobatan leukimia, gangguan mieloproliferatif, limfoma
atau mieloma.
- Diagnosis : uremia, hematuri, dan rasa nyeri menandaka adanya batu
ginjal
- Gejala : Asam urat > 10 : oliguri atau anuri dengan atau tanpa adanya
kristal asam urat, kadar nitrogen dan kreatinin serum meningkat
Manajemen :
- Hidrasi dan alkalinisasi
- Hemodialisa jika diperlukan

f) Hiponatremia
Disebabkan oleh seleksi atopik atau tidak normal dari hormon antidiuretik
(ADH).
- Diagnosis : Anoreksia, mual, muntah dan rasa lemah. Na < 130 mEq/L
atau kurang, kadar < 115 mEq/L bianya sudah disertai dengan
gangguan kesadaran atau kejang
Manajemen :
- Batasi intake cairan 500 m/hri
- Terapi radiasi dan pemberian kortikosteroid dapat mengurangi
sindroma berat hormon diuretik karena metastase ke otak

g) Hipoglikemia
Hipoglikemia merupakan efek langsung dari penyakit keganasan dan tidak
jarang dilaporkan.Hipoglikema yang diakibatkan oleh tumor biasanya
dicetuskan oleh puasa atau olahraga, dimana hipoglikemi berkepanjangan
dapat menyebabkan kerusakan otak secara permanen.

17
h) Ansites
Biasanya disebabkan oleh karsinoma peritoneal yang seringkali menyertai
kanker ovarium, payudara, dan gastrointestinal.
Manajemen :
- Mengatasi tumor primernya
- Paresentesis, dapat memberikan keringanan simptomatik yang
dramatik, tetapi pengumpulan kembali cairan asites juga akan sangat
cepat. Paresentesis yang berulang akan menyebabkan kehilangan
protein yang sangat mengganggu dan disetai oleh angka kompliasi yang
tinggi

i) Efusi Pleura
Efusi pleura merupakan proses eksudatif yang biasanya dihubungkan
dengan adanya implantasi sel kanker pada pleura viseral atau parietal.
Diagnosis :
- Gejala-gejala sesak nafas, batuk kering, dan rasa tidak enak di dada
merupakan gejala awal. Pada perkusi akan didapatkan suara redup
- Torakosintesis diperlukan untuk mengkonfirmasi adanya keganasan dan
cairan efusi dalam jumlah cukup untuk pemeriksaan sitologi dan
kimiawi
Manajemen :
- Torakosintesis : memberikan keringanan pada penderita, torakosintesis
berulang tidak dianjurkan karena resiko terjadi infeksi, kehilangan
protein dan komplikasi lainnya

j) Obstruksi Jalan nafas


Dapat disebabkan oleh tumor yang berkembang dari tempat-tempat laring
hingga karina.
Diagnosis :
- Pemeriksaan fisik : riwayat gangguan pernafasan yang berat
- Pada radiografi thoraks : ditemukan massa mediastinum atas massa
melebar dan deviasi atau kompresi dari kolom trakea
Manajemen :
- Terapi oksigen
- Kortikosteroid : mengurangi edema jalan nafas

k) Peningkatan tekanan intrakranial


Peningkatan tekanan intrakranial merupakan komplikasi metastasis dari
tumor pada sistem saraf utama. Penyebabnya adalah tumor-tumor yang
berlokasi di parenkim otak.
Diagnosis :

18
- Gejala peningkatan TIK : sakit kepala, muntah, pandangan mata kabur,
diplopia, kelambanan pada fungsi mental, dan berkurangnya kecepatan.
Sakit kepala yang hebat terjadi pada pagi hari diikuti dengan batuk dan
muntah
- Tanda-tanda naiknya tekanan pada otak termasuk papiledema dan
rigiditas leher
- Diagnosis MRI atau CT pada otak perlu dilakukan
Manajemen :
- Terapi kortikosteroid : mengurangi edema peritumor
- Pada herniasi yag cepat berkembang akan memerlukan intubasi dan
mekanisme hiperventilasi untuk meningkatkan tekanan CO2 pada arteri
paru
- Terapi radiasi : pada penderita dengan metastasis otak

l) Kompresi pada simpul saraf


Disebabkan oleh tumor yang menimbulkan kerusakan yang berat, termasuk
paraplegi, inkontinensia dan kuadriplegi.
Diagnosis :
- Mengalami sakit pada bagian punggung atau kepala yang bersifat
sentral
- Pemeriksaan MRI : deteksi dan lokalisasi kompresi tulang belakang
Manajemen :
- Terapi kortikosteroid : mengurangi edema
- Terapi radiasi digunakan pada penderita tumor yang sensitif terhadap
radiasi

19
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Pembedahan atau operasi merupakan tindakan invasif dengan membuka
bagian tubuh untuk perbaikan. Efek samping dari operasi yaitu rasa sakit,
pendarahan, infeksi, dan pembengkakan pada lokasi sekitar pembedahan.
Tindakan pembedahan/operasi dilakukan dengan berbagai indikasi
diantaranya yaitu diagnostik, kuratif, reparatif, rekontruksif, palliatif.
Manajemen Penyakit COPD (Chronic Obstructive Pulmonary Disease)
dalam Palliative Care dimana PPOK adalah sebuah peradangan kronis pada
paru-paru yang menyebabkan terjadinya obstruksi aliran udara pada jalan
nafas. Gejala PPOK muncul ketika paru-paru sudah mengalami kerusakan
yang signifikan dan kinerjanya akan memburuk seiring berjalannya waktu,
terutama jika pengidap tetap merokok. Penyebab dan faktor risiko utama
dari PPOK adalah paparan rokok dalam jangka panjang, baik secara aktif
maupun pasif. Ada beberapa penatalaksanaan yang dapat dilakukan pada
penyakit COPD/PPOK adalah edukasi, terapi oksigen, nutrisi, rehabilitasi.
Manajemen dan tanda tanda kegawatan palliatif care salah satunya yaitu
efusi perikardial dan temponade jantung, dimana terjadi pengumpulan
cairan dan infiltrasi sel-sel ganas metastatik ke jaringan perikardium.
Gejala yang dialami antara lain sesak nafas, ortopnea, nyeri dada dan
perubahan status kejiwaan. Hasil dari pemeriksaan fisik : takikardi,
takipnea, hipotensi, pulsus paradoksus, suara jantung yang menghilang dan
gesekan perikardial, serta hasil foto thoraks seperti pembesaran kontur
jantung, disertai efusi pleura. Manajemennya yaitu penatalaksanaan
definitif melakukan operasi.

3.2 Saran
Setelah membaca makalah ini, diharapkan ada kritik dan saran yang dapat
membangun sehingga kami dapat menyempurnakan makalah kami.

20
DAFTAR PUSTAKA

Adrian Kevin. 2019. Terapi Hormon untuk Pengobatan Kanker Payudara.


Tersedia pada: https://www.alodokter.com/terapi-hormon-untuk-
pengobatan-kanker-payudara. Diakses pada Sabtu, 13 April 2019

Hartanto Budi. 2017. Perawatan Paliatif. Tersedia pada:


http://docplayer.info/47053736-Bab-i-pendahuluan-a-latar-belakang-
masalah-perawatan-paliatif-adalah-pendekatan-yang-meningkatkan-
kualitas-hidup-pasie.html. Diakses pada: Sabtu, 13 April 2019

Perhimpunan Dokter Paru Indonesia. 2013. Penyakit Paru Obstruktif Kronik


(PPOK). Tersedia pada : https://www.klikpdpi.com/konsensus/konsensus-
ppok/ppok.pdf . Diakses pada Minggu, 14 April 2019.

Wirawan Putu. Radioisotop. Tersedia pada :


https://www.academia.edu/31417556/RADIOISOTOP . Diakses pada
Minggu, 14 April 2019.

21

Anda mungkin juga menyukai