KELAS A11-A
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadapan Ida Sang Hyang Widh Wasa
Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat Beliaulah penulis bisa membuat dan
menyelesaikan makalah ini yang berjudul “Kegawatan yang Muncul Pada
Perawatan Palliatif”.
Besar harapan penulis agar karya tulis ini dapat bermanfaat untuk
meningkatkan penguasaan kompetensi mahasiswa sesuai dengan standar
kompetensi yang diharapkan. Kritik dan saran dari pembaca sangat penulis
harapkan sebagai upaya penyempurnaan makalah ini dimasa mendatang dan
diakhir kata penulis ucapkan terimakasih.
Penulis
i
DAFTAR ISI
JUDUL
BAB I PENDAHULUAN
BAB II PEMBAHASAN
DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………..25
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1
(2007), Penyakit Paru Obstruksi Kronik menempati urutan ke-4, naik dari
peringkat ke-6 pada 5 tahun sebelumnya dalam daftar penyakit penyebab
kematian, dan diperkirakan pada tahun 2020 PPOK akan menempati urutan
ke-3.
Indonesia diperkirakan terdapat 4,8 juta penderita PPOK dengan
prevalensi 5,6 persen dan ada kecenderungan terjadi peningkatan jumlah kasus
PPOK yang mencapai 100 persen dibandingkan 5 tahun lalu ( Yunus, 2005).
Hal itu disebabkan oleh beberapa faktor antara lain peningkatan usia harapan
hidup orang Indonesia, dan prevalensi merokok yang makin tinggi di kalangan
penduduk, terutama kalangan muda, disamping semakin majunya teknologi
kedokteran, tersedianya dokter ahli dan semakin lengkapnya sarana pelayanan
kesehatan. Salah satu faktor risiko PPOK adalah paparan debu atau polusi
udara terutama di kota besar, lokasi industri dan di pertambangan (PDPI,
2003). Dan salah satu jenis industri yang berisiko terhadap PPOK tersebut
adalah industry tobong genteng, tobong gamping, tambang batu kapur dan
sejenisnya.
1.3 Tujuan
2
1.5 Metode Penulisan
Dalam penyusunan makalah ini, metode yang penulis gunakan yaitu tinjauan
pustaka dan media internet. Penulis mencari sumber dari berbagai media
tersebut sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini.
3
BAB II
PEMBAHASAN
4
Efek samping berupa infeksi dapat terjadi di sekitar luka bekas operasi
atau bahkan di bagian lain dari tubuh pasien. Sebenarnya para dokter
bedah dan tim medis telah mempersiapkan pasien agar selalu terhindar
dari kemungkinan terkena infeksi. Beberapa tanda awal adanya infeksi
antara lain berupa pembengkakan, warna kemerahan, rasa sakit yang
bertambah intensitasnya, dan kadang-kadang keluarnya cairan dari luka
bekas operasi. Tim medis akan memberikan antibiotik jika pasien
mengalami infeksi setelah prosedur pembedahan.
4) Pembengkakan pada Lokasi Sekitar Pembedahan
Ketika prosedur pembedahan selesai dilakukan, bagian sekitar tubuh
yang mengalami pembedahan tentu mengalami luka sayat. Di sekitar
luka ini akan terjadi pembengkakan. Pembengkakan terjadi karena
respon sel-sel darah putih (leukosit) yang mengeluarkan substansi-
substansi tertentu dan terakumulasi pada daerah sekitar luka untuk
menyerang substansi-substansi asing. Ini adalah proses normal yang
dilakukan oleh tubuh. Bersama proses penyembuhan, maka
pembengkakan bagian sekitar luka operasi juga akan sembuh.
B. Chemotherapy
Kemoterapi atau biasa disebut kemo dikenal sebagai pengobatan
untuk membunuh sel kanker. Kemoterapi memiliki peranan penting dalam
melawan sel kanker. Kemoterapi merupakan salah satu jenis pengobatan
yang digunakan untuk menghancurkan sel kanker yang berbahaya bagi
tubuh. Cara kerjanya adalah dengan menghentikan atau menghambat
5
pertumbuhan sel kanker yang berkembang dan membelah diri dengan
cepat. Tergantung kepada jenis kanker dan sudah sampai di stadium berapa.
Adapun manfaat dari kemoterapi yaitu :
- Meringankan gejala
- Kemoterapi dapat memperkecil tumor yang mengakibatkan rasa sakit
- Mengendalikan
Kemoterapi dapat mencegah penyebaran, memperlambat pertumbuhan,
sekaligus menghancurkan sel kanker yang berkembang ke bagian tubuh
yang lain.
- Menyembuhkan
Kemoterapi dapat menghancurkan semua sel kanker hingga sempurna
dan ini mencegah kekambuhan atau berkembangnya kanker di dalam
tubuh kembali.
Hanya saja, kemoterapi juga dapat memengaruhi sel sehat yang secara
normal membelah diri dengan cepat, misalnya sel pada kulit, usus, serta
rambut. Kerusakan pada sel sehat itu yang dapat mengakibatkan efek
samping. Efek samping kemoterapi muncul karena obat-obatan tersebut
tidak memiliki kemampuan membedakan sel kanker yang berkembang
pesat secara abnormal dengan sel sehat yang secara normal juga memiliki
perkembangan pesat. Misalnya sel darah, sel kulit, serta sel-sel yang ada di
dalam perut akan mengalami efek negatif akibat kemoterapi. Efek samping
yang bisa terjadi akibat kemoterapi yaitu:
- Rambut rontok
- Nyeri
- Kehilangan nafsu makan
- Mual dan muntah
- Sesak napas dan kelainan detak jantung akibat anemia.Kulit kering dan
terasa perih
- Pendarahan seperti mudah memar, gusi berdarah, dan mimisan
- Sering terkena infeksi
- Sulit tidur
- Gangguan psikologis seperti depresi, stres, dan cemas
- Gairah seksual menurun dan gangguan kesuburan (infertiltas)
- Rasa lelah dan lemah sepanjang hari
- Konstipasi atau diare
- Sariawan
6
berbahaya bagi kesehatan. Meski pada beberapa kasus, efek samping
kemoterapi bisa lebih serius dibandingkan yang lain.
C. Radiotherapy
Radioterapi atau terapi radiasi adalah prosedur medis yang digunakan
untuk menangani penyakit kanker. Prosedur ini dilakukan dengan Sinar-X
yang kuat untuk membunuh sekaligus menghentikan perkembangbiakan
dan penyebaran sel-sel kanker yang bersarang didalam tubuh. Selain
dengan pemaparan sinar-X, radioterapi juga bisa dilakukan dalam bentuk
implan, obat suntik atau oral. Untuk meningkatkan efektivitas pengobtan
kanker, radioterapi sering digunakan bersamaan dengan metode lain
misalnya metode kemoterapi atau operasi pengangkatan tumor. Radioterapi
diterapkan dengan sangat hati-hati dan penuh perhitungan untuk
meminimalisir efek samping pada pasien.
7
- Diare, gejala ini biasanya muncul beberapa hari setelah radioterapi
dilakukan
- Limfedema, kondisi ini menyebabkan pembengkakan dikaki dan tangan
- Mudah lelah, teritama setelah melakukan aktivitas sehari-hari
- Kulit memerah, gatal
- Kerontokan rambut
- Muncul luka dimulut yang menyebabkan nafsu makan menurun dan
juga berat badan menurun
- Gangguan psikologis, misalnya depresi, frustasi, stres
- Gangguan seksual, terutama jika kanker terjadi diperut dan didaerah
panggul
- Gangguan sendi dan otot berupa munculnya rasa nyeri dan
pembengkakan
D. Immunetherapy
Imunoterapi merupakan terapi untuk menaikkan kekebalan tubuh
terhadap kanker. Pada penderita kanker, kekebalan alamiahnya tertekan
sehingga pada saat kanker itu manifestasi klnik, kekebalan tubuh untuk
membunuh sel-sel kanker telah dilampaui. Imunoterapi bentuk perawatan
kanker yang memanfaatkan sistem kekebalan tubuh (imun) manusia untuk
melawan kanker. Hal ini bisa dilakukan dengan dua cara. Yang pertama
adalah merangsang sistem kekebalan Anda sendiri untuk menghentikan
pertumbuhan dan perkembang biakan sel kanker dalam tubuh. Cara kedua
yaitu memberikan zat khusus buatan manusia yang memiliki fungsi dan
sifat seperti imun, misalnya protein imun.
Imunoterapi untuk kanker juga bisa menimbulkan efek samping bagi
pasien. Biasanya efek samping yang paling terasa adalah rasa sakit, gatal
atau pembengkakan pada bagian tubuh yang disuntik dengan imun. Selain
itu, efek samping yang juga mungkin muncul yaitu:
- Demam
- Mual dan muntah
- Sakit kepala
8
- Nyeri sendi dan otot
- Gejala seperti mau sakit flu
- Sulit bernafas
- Tekanan darah tinggi atau rendah
E. Hormonetherapy
Salah satu pengobatan kanker payudara yaitu terapi hormon. Terapi
yang memengaruhi kinerja sistem endokrin ini, digunakan terutama untuk
menghambat pertumbuhan sel kanker dipengaruhi kadar hormon. Selain
radioterapi dan kemoterapi, pengobatan kanker payudara juga dapat
dilakukan melalui terapi hormon. Pengobatan ini dilakukan dengan
mengatur produksi hormon estrogen dan progesteron, sehingga risiko
kanker payudara dapat dikendalikan.
F. Radioisotoptherapy
9
Terapi radioisotop, yaitu terapi radiasi yang dilakukan dengan
memasukkan cairan radioaktif ke dalam tubuh, baik dengan cara ditelan
maupun disuntikkan ke dalam pembuluh darah. Terapi radioisotop sering
digunakan pada pasien penderita kanker tiroid dan kanker prostat.
Pengobatan jenis ini mengharuskan pasien untuk tinggal lebih lama di
rumah sakit.
10
n) Karbon (C-14)
Mencari ketidaknormalan yang berhubungan dengan diabetes dan
anemia
o) Kromium (Cr-51)
Keperluan scanning limpa
p) Ti-201
Mendeteksi kerusakan jantung, digunakan bersama dengan Tc-99
q) Galium (Ga-67)
Keperluan scanning getah bening
2) Bidang pertanian
a) Radiasi gamma
Dapat digunakan untuk memperoleh bibit unggul
b) Fosfor (P-32)
Dibidang pertanian dapat digunakan untuk memperkirakan jumlah
pupuk yang diperlukan tanaman
3) Bidang industri
a) Radioisotop industri
Untuk mendeteksi kebocoran pipa yang ditanam didalam tanah atau
dalam beton. Mengatur ketebalan besi baja, kertas, dan plastik dan
untuk menentukan sumber minyak bumi
b) Radioisotop silikon
Perunut radioisotop pada proses pengerukan lumpur pelabuhan atau
terowongan
4) Bidang hidrologi
a) Natrium (Na-24)
Mendeteksi kebocoran saluarn air bawah tanah dan menyelidiki
kecepatan aliran sungai
5) Bidang sains (kimia)
a) Iodin-131 (I-131)
Untuk mempelajari kesetimbangan dinamis
b) Oksigen-18 (O-18)
Untuk mempelajari reaksi esterifikasi
c) Karbon-14 (Ca-14)
Untuk mempelajari mekanisme reaksi fotosintesis
d) Isotop O-18
Dapat digunakan sebagai atom tracer/perunut asal mula molekul air
yang terbentuk
6) Bidang geologi (pengukuran usia bahan organik)
a) Karbon (C-14)
Mengukur umur fosil hewan, tumbuhan dan manusia (dengan
pengukuran pancaran siar beta)
b) Uranium (U-238)
Menaksir umur batuan
11
Akan sangat berbahaya jika tubuh manusia terkena paparan radiasi nuklir.
Efek mengerikan dari nuklir diantaranya yaitu :
1) Efek paparan radioaktif akan membuat rambut menghilang dengan
cepat bila terkena radiasi di 200 Rems atau lebih. Rems adalah
merupakan satuan dari kekuatan radioaktif
2) Sel-sel otak akan rusak secara langsung bila terkena radiasi berkekuatan
5000 Rems atau lebih. Seperti juga halnya jantung, radiasi membunuh
sel-sel saraf dan pembuluh darah dan dapat menyebabkan kejang dan
kematian mendadak
3) Dalam beberapa jumlah tertentu, yodium radioaktif dapat
menghancurkan sebagian atau seluruh bagian teroid
4) Ketika seseorang terkena radiasi sekitar 100 Rems, jumlah limfosit
darah akan mulai berkurang, sehingga korban lebih rentan terhadap
infeksi. Gejala awal itu mirip seperti penyakit flu. Menurut dari data
saat terjadi ledakan Nagasaki dan Hiroshima, menunjukan gejala yang
dapat bertahan selama sepuluh tahun dan mungkin memiliki risiko
jangka panjang seperti leukimia dan limfoma
5) Jika seseorang terkena dampak radiasi berkekuatan 1000 sampai 5000
Rems akan mengakibatkan kerusakan langsung pada pembuluh darah
dan dapat menyebabkan gagal jantung dan kematian mendadak
6) Radiasi dengan kekuatan 200 Rems maka akan menyebabkan
kerusakan pada lapisan saluran usus dan dapat menyebabkan mual,
muntah dan diare berdarah
7) Radiasi akan merusak saluran reproduksi cukup dengan kekuatan di
bawah 200 Rems. Dalam beberapa jangka waktu panjang, korban
radiasi nuklir akan mengalami kemandulan.
12
2.2 Manajemen Penyakit COPD (Chronic Obstructive Pulmonary Disease)
dalam Palliative Care
A. Pengertian
Penyakit paru obstruktif kronis (PPOK) adalah sebuah peradangan
kronis pada paru-paru yang menyebabkan terjadinya obstruksi aliran udara
pada jalan nafas. Dua kondisi yang paling menjadi gejala utama PPOK
adalah bronkitis kronik dan emfisema. Pada bronkitis kronik, terjadi
peradangan pada bronkus (saluran yang membawa udara menuju dan
keluar dari alveoli). Sedangkan pada emfisema, peradangan dan kerusakan
terjadi pada kantung udara di paru-paru (alveoli) yang merupakan sebuah
kantong tempat pertukaran oksigen dan karbon dioksida.
B. Gejala
Gejala PPOK muncul ketika paru-paru sudah mengalami kerusakan
yang signifikan dan kinerjanya akan memburuk seiring berjalannya waktu,
terutama jika pengidap tetap merokok. Pada bronkitis kronik, gejala utama
yang dialami pengidap adalah batuk produktif yang terjadi minimal 3 bulan
dalam 2 tahun. Gejala lain pada PPOK yaitu:
- Sesak nafas, terutama saat melakukan aktifitas fisik
- Mengi
- Produksi dahak yang banyak
- Batuk kronik yang produktif
- Seringnya terpapar infeksi saluran nafas
- Mudah lelah
- Sianosis pada kuku maupun bibir
- Penurunan berat badan
- Bengkak pada pergelangan kaki, kaki atau betis
13
PPOK berkembang perlahan selama bertahun-tahun, sehingga
kebanyakan orang telah berusia 40 tahun ketika gejala mulai muncul
- Genetika
Kelainan genetik memang jarang terjadi, tetapi berdasarkan penelitian,
dikatakan bahwa defisiensi alpha-1-antitrypsin merupakan penyebab
dari beberapa kasus PPOK. Faktor genetik lainnya dipercaya membuat
beberapa perokok lebih rentan terhadap penyakit ini
D. Penanganan
Penanganan PPOK adalah dengan menghentikan paparan rokok,
penggunaan obat-obatan, terapi paru-paru dengan terapi oksigen, dan
pembedahan. Obat-obatan yang dapat digunakan, diantaranya:
- Bronkodilator
- Steroid inhalasi
- Kombinasi bronkodilator-steroid inhalasi
- Steroid oral
- Teofilin
- Antibiotik
E. Pencegahan
Pencegahan utama dan yang terbaik untuk menghindari PPOK adalah
dengan menghindari paparan rokok, baik secara aktif maupun pasif. Oleh
sebab itu, bagi orang yang tidak merokok disarankan untuk tidak mencoba
rokok dan sebisa mungkin menghindari asapnya. Sedangkan bagi perokok,
cara terbaik adalah berhenti merokok dan juga menghindari paparan
asapnya. Bagi para pekerja yang bekerja di lingkungan yang penuh dengan
bahan kimia yang dapat membuat paru-paru menjadi iritasi, disarankan
untuk menggunakan alat pelindung seperti masker.
F. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan dari COPD/PPOK yaitu:
1) Edukasi
Pada palliatif care edukasi baik diberikan pada penderita sendiri
maupun bagi keluarganya dimana dapat disampaikan di poliklinik,
ruang rawat, bahkan di unit gawat darurat ataupun di ICU dan di rumah.
Secara intensif edukasi diberikan di klinik rehabilitasi atau klinik
konseling, karena memerlukan waktu yang khusus dan memerlukan alat
peraga. Edukasi yang tepat diharapkan dapat mengurangi kecemasan
pasien PPOK, memberikan semangat hidup walaupun dengan
keterbatasan aktiviti. Penyesuaian aktiviti dan pola hidup merupakan
salah satu cara untuk meningkatkan kualiti hidup pasien PPOK. Bahan
14
dan cara pemberian edukasi harus disesuaikan dengan derajat berat
penyakit, tingkat pendidikan, lingkungan sosial, kultural dan kondisi
ekonomi penderita. Secara umum bahan edukasi yang harus diberikan
yaitu:
a) Pengetahuan dasar tentang PPOK
b) Obat - obatan, manfaat dan efek sampingnya
c) Cara pencegahan perburukan penyakit
d) Menghindari pencetus (berhenti merokok)
e) Penyesuaian aktiviti
2) Terapi oksigen
Pada PPOK terjadi hipoksemia progresif dan berkepanjangan
yang menyebabkan kerusakan sel dan jaringan. Pemberian terapi
oksigen merupakan hal yang sangat penting untuk mempertahankan
oksigenasi seluler dan mencegah kerusakan sel baik di otot maupun
organ - organ lainnya. Terapi oksigen dapat dilaksanakan di rumah
maupun di rumah sakit. Terapi oksigen di rumah diberikan kepada
penderita PPOK stabil derajat berat dengan gagal napas kronik.
Sedangkan di rumah sakit oksigen diberikan pada PPOK eksaserbasi
akut di unit gawat daruraat, ruang rawat ataupun ICU. Selain itu adapun
manfaat terapi oksigen yaitu:
a) Mengurangi sesak
b) Memperbaiki aktiviti
c) Mengurangi hipertensi pulmonal
d) Mengurangi vasokonstriksi
e) Mengurangi hematokrit
f) Memperbaiki fungsi neuropsikiatri
g) Meningkatkan kualiti hidup
3) Nutrisi
Malnutrisi sering terjadi pada PPOK, kemungkinan karena
bertambahnya kebutuhan energi akibat kerja muskulus respirasi yang
meningkat karena hipoksemia kronik dan hiperkapni menyebabkan
terjadi hipermetabolisme. Kondisi malnutrisi akan menambah mortaliti
PPOK karena berkolerasi dengan derajat penurunan fungsi paru dan
perubahan analisis gas darah. Mengatasi malnutrisi dengan pemberian
makanan yang agresis tidak akan mengatasi masalah, karena gangguan
ventilasi pada PPOK tidak dapat mengeluarkan CO2 yang terjadi akibat
metabolisme karbohidrat. Diperlukan keseimbangan antara kalori yang
15
masuk denagn kalori yang dibutuhkan, bila perlu nutrisi dapat diberikan
secara terus menerus (nocturnal feedings)dengan pipa nasogaster.
4) Rehabilitasi
Tujuan program rehabilitasi untuk meningkatkan toleransi latihan
dan memperbaiki kualiti hidup penderita PPOK. Program dilaksanakan
di dalam maupun diluar rumah sakit oleh suatu tim multidisiplin yang
terdiri dari dokter, ahli gizi, respiratori terapis dan psikolog. Program
rehabilitiasi terdiri dari 3 komponen yaitu : latihan fisis, psikososial dan
latihan pernapasan.
c) Hiperkalsemia
Sebagai akibat metabolik dari keganasan yang tidak terkontrol, dapat
terjadi secara mendadak dan memburuk dengan sangat cepat.
Manajemen :
16
- Pemantauan balans cairan dan status kardiopulmoner untuk mencegah
kelebihan cairan dan gagal jantung. Terapi furosemid dan hidrasi
dengan cairan saline dapat menurunkan hiperkalsemia.
e) Hiperurisemia
Kelainan akibat pengobatan leukimia, gangguan mieloproliferatif, limfoma
atau mieloma.
- Diagnosis : uremia, hematuri, dan rasa nyeri menandaka adanya batu
ginjal
- Gejala : Asam urat > 10 : oliguri atau anuri dengan atau tanpa adanya
kristal asam urat, kadar nitrogen dan kreatinin serum meningkat
Manajemen :
- Hidrasi dan alkalinisasi
- Hemodialisa jika diperlukan
f) Hiponatremia
Disebabkan oleh seleksi atopik atau tidak normal dari hormon antidiuretik
(ADH).
- Diagnosis : Anoreksia, mual, muntah dan rasa lemah. Na < 130 mEq/L
atau kurang, kadar < 115 mEq/L bianya sudah disertai dengan
gangguan kesadaran atau kejang
Manajemen :
- Batasi intake cairan 500 m/hri
- Terapi radiasi dan pemberian kortikosteroid dapat mengurangi
sindroma berat hormon diuretik karena metastase ke otak
g) Hipoglikemia
Hipoglikemia merupakan efek langsung dari penyakit keganasan dan tidak
jarang dilaporkan.Hipoglikema yang diakibatkan oleh tumor biasanya
dicetuskan oleh puasa atau olahraga, dimana hipoglikemi berkepanjangan
dapat menyebabkan kerusakan otak secara permanen.
17
h) Ansites
Biasanya disebabkan oleh karsinoma peritoneal yang seringkali menyertai
kanker ovarium, payudara, dan gastrointestinal.
Manajemen :
- Mengatasi tumor primernya
- Paresentesis, dapat memberikan keringanan simptomatik yang
dramatik, tetapi pengumpulan kembali cairan asites juga akan sangat
cepat. Paresentesis yang berulang akan menyebabkan kehilangan
protein yang sangat mengganggu dan disetai oleh angka kompliasi yang
tinggi
i) Efusi Pleura
Efusi pleura merupakan proses eksudatif yang biasanya dihubungkan
dengan adanya implantasi sel kanker pada pleura viseral atau parietal.
Diagnosis :
- Gejala-gejala sesak nafas, batuk kering, dan rasa tidak enak di dada
merupakan gejala awal. Pada perkusi akan didapatkan suara redup
- Torakosintesis diperlukan untuk mengkonfirmasi adanya keganasan dan
cairan efusi dalam jumlah cukup untuk pemeriksaan sitologi dan
kimiawi
Manajemen :
- Torakosintesis : memberikan keringanan pada penderita, torakosintesis
berulang tidak dianjurkan karena resiko terjadi infeksi, kehilangan
protein dan komplikasi lainnya
18
- Gejala peningkatan TIK : sakit kepala, muntah, pandangan mata kabur,
diplopia, kelambanan pada fungsi mental, dan berkurangnya kecepatan.
Sakit kepala yang hebat terjadi pada pagi hari diikuti dengan batuk dan
muntah
- Tanda-tanda naiknya tekanan pada otak termasuk papiledema dan
rigiditas leher
- Diagnosis MRI atau CT pada otak perlu dilakukan
Manajemen :
- Terapi kortikosteroid : mengurangi edema peritumor
- Pada herniasi yag cepat berkembang akan memerlukan intubasi dan
mekanisme hiperventilasi untuk meningkatkan tekanan CO2 pada arteri
paru
- Terapi radiasi : pada penderita dengan metastasis otak
19
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Pembedahan atau operasi merupakan tindakan invasif dengan membuka
bagian tubuh untuk perbaikan. Efek samping dari operasi yaitu rasa sakit,
pendarahan, infeksi, dan pembengkakan pada lokasi sekitar pembedahan.
Tindakan pembedahan/operasi dilakukan dengan berbagai indikasi
diantaranya yaitu diagnostik, kuratif, reparatif, rekontruksif, palliatif.
Manajemen Penyakit COPD (Chronic Obstructive Pulmonary Disease)
dalam Palliative Care dimana PPOK adalah sebuah peradangan kronis pada
paru-paru yang menyebabkan terjadinya obstruksi aliran udara pada jalan
nafas. Gejala PPOK muncul ketika paru-paru sudah mengalami kerusakan
yang signifikan dan kinerjanya akan memburuk seiring berjalannya waktu,
terutama jika pengidap tetap merokok. Penyebab dan faktor risiko utama
dari PPOK adalah paparan rokok dalam jangka panjang, baik secara aktif
maupun pasif. Ada beberapa penatalaksanaan yang dapat dilakukan pada
penyakit COPD/PPOK adalah edukasi, terapi oksigen, nutrisi, rehabilitasi.
Manajemen dan tanda tanda kegawatan palliatif care salah satunya yaitu
efusi perikardial dan temponade jantung, dimana terjadi pengumpulan
cairan dan infiltrasi sel-sel ganas metastatik ke jaringan perikardium.
Gejala yang dialami antara lain sesak nafas, ortopnea, nyeri dada dan
perubahan status kejiwaan. Hasil dari pemeriksaan fisik : takikardi,
takipnea, hipotensi, pulsus paradoksus, suara jantung yang menghilang dan
gesekan perikardial, serta hasil foto thoraks seperti pembesaran kontur
jantung, disertai efusi pleura. Manajemennya yaitu penatalaksanaan
definitif melakukan operasi.
3.2 Saran
Setelah membaca makalah ini, diharapkan ada kritik dan saran yang dapat
membangun sehingga kami dapat menyempurnakan makalah kami.
20
DAFTAR PUSTAKA
21