Anda di halaman 1dari 24

TREND CURRENT ISSUE DAN KECENDERUNGAN DALAM

KEPERAWATAN JIWA

Di Susun Untuk Memenuhi Tugas Kelompok Mata Kuliah Keperawatan Jiwa

OLEH: KELOMPOK 2

IRDA

MENTARI YUYUN PUSPITASARI

RINI RATNASARI

RISAL BILORO

Program Ekstensi Prodi Keperawatan

STIKES Dharma Husada

Bandung

2018

1
KATA PENGANTAR

Pertama-tama marilah kita panjatkan puji syukur kehadirat Tuhan Yang


Maha Esa yang mana atas karunia dan hidayah-Nya sehingga kami dapat
menyelesaikan tugas makalah ini.

Dalam kesempatan ini, kami juga ingin mengucapkan terima kasih dengan
hati yang tulus kepada seluruh pihak yang telah membantu dalam penyelesaian
makalah ini semoga tuhan senantisa membalas dengan kebaikan yang berlipat
ganda.

Penulis menyadari bahwa penyusunan makalah ini masih jauh dari


sempurna, oleh karena itu kami mengharapkan kritik dan saran yang bersifat
membangun dari semua pihak guna perbaiki dan kelengkapan penyusunan makalah
ini. Harapan kami semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Bandung,

Oktober 2018

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR……………………………………………………………...i

DAFTAR ISI.………………………………………………………………...........ii

BAB 1 PENDAHULUAN………………………………………………………....1

A. Latar belakang…………………………………………………………………..1

B. Rumusan masalah………………………………………………………………2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA…………………………………………………..3

A. Trend current issue dan kecenderungan dalam keperawatan jiwa………………3

B. Trend dalam pelayanan keperawatan mental pisikiatri………………………...14

C. Tend pelayanan keperawatan mental pisikiatri di era Globalisasi……………..15

D. Issue Seputar Yankep Mental Pisikiatri……………………………………….16

E. Trend atau Isu Dimensi Spritual Keperawatan jiwa……………………………16

BAB III PENUTUP………………...........……………………………………….20

A. Kesimpulan……………………………………………………………………20

B. saran…………………………………………………………………………...23

DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………….25

3
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Setelah tahun 2000, dunia khususnya bangsa Indonesia memasuki era
globalisasi, pada tahun 2003 era dimulainya pasar bebas ASEAN dimana banyak
tenaga professional keluar dan masuk ke dalam negeri. Pada masa itu mulai
terjadi suatu masa transisi/pergeseran pola kehidupan masyarakat dimana pola
kehidupan masyarakat tradisional berubah menjadi masyarakat yang maju.
Keadaan itu menyebabkan berbagai macam dampak pada aspek kehidupan
masyarakat khususnya aspek kesehatan baik yang berupa masalah urbanisaasi,
pencemaran, kecelakaan, banyak tindakan kekerasan, kenakalan remaja,
penyalahgunaan NAPZA, tauran, penggangguran, tindak penyaluran agresifitas
atau anarkis, putus sekolah, PHK, disamping meningkatnya angka kejadian
penyakit klasik yang berhubungan dengan infeksi, kurang gizi, dan kurangnya
pemukiman sehat bagi penduduk. Pergeseran pola nilai dalam keluarga dan
umur harapan hidup yang meningkat juga menimbulkan masalah kesehatan yang
berkaitan dengan kelompok lanjut usia serta penyakit degeneratif. Dengan
banyaknya masalah-masalah yang ada dalam keperawatan jiwa yang kini kita
hadapi, maka kita perlu mengkaji ulang faktor yang mempengaruhi masalah-
masalah keperawatan jiwa
Telah terbukti bahwa upaya pencegahan jauh lebih baik daripada upaya
pengobatan. Untuk itu masyarakat luas perlu diberikan informasi tentang
kesehatan jiwa beserta permasalahan, pencegahan dan penanganannya. Upaya
pelayanan kesehatan jiwa terhadap masyarakat pada saat ini tidak mungkin
dilaksanakan oleh petugas kesehatan saja, tetapi perlu peran serta seluruh
masyarakat dan keluarga klien untuk memfasilitasi peran aktif dari kader
kesehatan dalam upaya kesehatan jiwa.

4
B. Rumusan masalah
Adapun rumusan masalah dalam penyusunan makalah ini adalah sebagai
berikut:

1. Apa yang dimaksud kesehatan jiwa dimulai masa konsepsi?


2. Bagaimana cara meningkatkan masalah kesehatan jiwa ?
3. Apa saja faktor penyebab kecenderungan gangguan jiwa ?
4. Apa yang menjadi kecenderungan situasi di era globalisasi yang
mempengaruhi kesehatan jiwa ?
5. Bagaimana perubahan orientasi sehat dalam keperawatan jiwa?
6. Apa saja penyakit yang cenderung dalam keperawatan jiwa ?
7. Bagaimana peningkatan Post Traumatic Syndrome Disorder?
8. Bagiamana peningkatnya dalam masalah psikososial?
9. Seperti apa trend bunuh diri pada anak dan remaja?
10. Apa saja masalah dalam NAFZA dan HIV-AIDS ?
11. Bagaimana pattern of parenting dalam keperawata jiwa?
12. Apa saja hal-hal yang mempengaruhi kesehatan jiwa?
13. Bagaimana profesi keperawatan mental psikiatri di Indonesia
menghadapinya?

5
BAB II

PEMBAHASAN

A. Trend current issue dan kecenderungan dalam keperawatan jiwa


Trend atau current issue dalam keperawatan jiwa adalah masalah-
masalah yang sedang hangat dibicarakan dan dianggap penting. Masalah-
masalah tersebut dapat dianggap ancaman atau tantangan yang akan berdampak
besar pada keperawatan jiwa baik dalam tatanan regional maupun global.

1. Kesehatan jiwa dimulai masa konsepsi

Di Indonesia banyak gangguan jiwa terjadi mulai pada usia 19 tahun dan
kita jarang sekali melihat fenomena masalah sebelum anak lahir. Perkembangan
terkini menyimpulkan bahwa berbicara masalah kesehatan jiwa harus dimulai
dari masa konsepsi atau bahkan harus dimulai dari masa pranikah. Banyak
penelitian yang menunjukkan adanya keterkaitan masa dalam kandungan dengan
kesehatan fisik dan mental seseorang di masa yang akan datang. Penelitian-
penelitian berikut membuktikan bahwa kesehatan mental seseorang dimulai
pada masa konsepsi. Diantara hasil penelitian:

a) Marc Lehrer (300 bayi yg diteliti): stimulasi dini ( berupa suara, musik,
getaran, sentuhan ) setelah dewasa memiliki perkembangan fisik, mental dan
emosional yg lebih baik.
b) Mednick : ada hubungan skizofrenia dengan infeksi virus dalam kandungan.
Mednick membuktikan bahwa mereka yang pada saat epidemi sedang berada
pada trimester dua dalam kandungan mempunyai resiko yang lebih tinggi
untuk menderita skizofrenia di kemudian hari. Penemuan penting ini
menunjukkan bahwa lingkungan luar yang terjadi pada waktu yang tertentu
dalam kandungan dapat meningkatkan risiko menderita skizofrenia. Mednick
menghidupkan kembali teori perkembangan neurokognitif, yang
menyebutkan bahwa pada penderita skizofrenia terjadi kelainan

6
perkembangan neurokognitif sejak dalam kandungan. Beberapa kelainan
neurokognitif seperti berkurangnya kemampuan dalam mempertahankan
perhatian, membedakan suara rangsang yang berurutan, working memory,
dan fungsi-fungsi eksekusi sering dijumpai pada penderita skizofrenia.
Dipercaya kelainan neurokognitif di atas didapat sejak dalam kandungan dan
dalam kehidupan selanjutnya diperberat oleh lingkungan, misalnya, tekanan
berat dalam kehidupan, infeksi otak, trauma otak, atau terpengaruh zat-zat
yang mempengaruhi fungsi otak seperti narkoba. Kelainan neurokognitif
yang telah berkembang ini menjadi dasar dari gejala-gejala skizofrenia seperti
halusinasi, kekacauan proses pikir, waham/delusi, perilaku yang aneh dan
gangguan emosi.

2. Trend Peningkatan Masalah Kesehatan Jiwa


Masalah kesehatan jiwa akan meningkat di era globalisasi, sudah terbukti
dua tahun terakhir, hal ini dikarenakan beban hidup yang semakin berat. Klien
gangguan jiwa tidak lagi didominasi kalangan bawah tetapi kalangan
mahasiswa, PNS, pegawai swasta, kalangan pejabat dan masyarakat lapisan
menengah ke atas juga tersentuh gangguan psikotik dan depresif. Penyebab
dikalangan menengah ke atas sebagian besar akibat tidak mampu mengelola
stress dan ada juga akibat post power syndrome atau mutasi jabatan. Kasus-
kasus gangguan kejiwaan yang ditangani oleh para psikiater dan dokter di
RSJ menunjukkan bahwa penyakit jiwa tidak mengenal baik strata sosial
maupun usia. Ada orang kaya yang mengalami tekanan hebat, setelah
kehilangan semua harta bendanya akibat kebakaran. Selain itu kasus neurosis
pada anak dan remaja, juga menunjukkan kecenderungan meningkat.
Neurosis adalah bentuk gangguan kejiwaan yang mengakibatkan
penderitanya mengalami stress, kecemasan yang berlebihan, gangguan tidur,
dan keluhan penyakit fisik yang tidak jelas penyebabnya. Neurosis
menyebabkan merosotnya kinerja individu. Mereka yang sebelumnya rajin
bekerja, rajin belajar menjadi lesu, dan sifatnya menjadi emosional. Melihat
kecenderungan penyakit jiwa pada anak dan remaja kebanyakan adalah kasus

7
trauma fisik dan nonfisik. Trauma nonfisik bisa berbentuk musibah,
kehilangan orang tua, atau masalah keluarga.

Tipe gangguan jiwa yang lebih berat, disebut gangguan psikotik. Klien
yang menunjukkan gejala perilaku yang abnormal secara kasat mata. Inilah
orang yang kerap mengoceh tidak karuan, dan melakukan hal-hal yang bisa
membahayakan dirinya dan orang lain, seperti mengamuk.

3. Kecenderungan Faktor Penyebab Gangguan Jiwa

Terjadinya perang, konflik, lilitan krisis ekonomi berkepanjangan


merupakan salah satu pemicu yang memunculkan stress, depresi, dan
berbagai gangguan kesehatan jiwa pada manusia. Menurut data World Health
Organization (WHO), masalah gangguan kesehatan jiwa di seluruh dunia
memang sudah menjadi masalah yang sangat serius. WHO (2001) menyataan,
paling tidak ada satu dari empat orang di dunia mengalami masalah mental.
WHO memperkirakan ada sekitar 450 juta orang di dunia yang mengalami
gangguan kesehatan jiwa.

Bukti lainnya, berdasarkan data statistik, angka penderita gangguan


kesehatan jiwa memang mengkhawatirkan. Secara global, dari sekitar 450
juta orang yang mengalami gangguan mental, sekitar satu juta orang
diantaranya meninggal karena bunuh diri setiap tahunnya. Angka ini lumayan
kecil jika dibandingkan dengan upaya bunuh diri dari para penderita kejiwaan
yang mencapai 20 juta jiwa setiap tahunnya.

Adanya gangguan kesehatan jiwa ini sebenarnya disebabkan banyak hal.


Namun, menurut Aris Sudiyanto, (Guru Besar Ilmu Kedokteran Jiwa
(psikiatri) Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret (UNS) Solo, ada
tiga golongan penyebab gangguan jiwa ini. Pertama, gangguan fisik, biologis
atau organic. Penyebabnya antara lain berasal dari faktor keturunan, kelainan
pada otak, penyakit infeksi (tifus, hepatitis, malaria dan lain-lain), kecanduan
obat dan alkohol dan lain-lain. Kedua, gangguan mental, emosional atau

8
kejiwaan. Penyebabnya, karena salah dalam pola pengasuhan (pattern of
parenting) hubungan yang patologis di antara anggota keluarga disebabkan
frustasi, konflik, dan tekanan krisis. Ketiga, gangguan sosial atau lingkungan.
Penyebabnya dapat berupa stressor psikososial (perkawinan, problem
orangtua, hubungan antarpersonal dalam pekerjaan atau sekolah, di
lingkungan hidup, dalam masalah keuangan, hukum, perkembangan diri,
faktor keluarga, penyakit fisik, dan lain-lain).

4. Kecenderungan Situasi di Era Globalisasi

Perkembangan IPTEK yg begitu cepat dan perdagangan bebas sebagai


ciri globalisasi, akan berdampak pada semua faktor termasuk kesehatan.
Perawat dituntut mampu m’berikan askep yg profesional dan dapat
mempertanggung jawabkan secara ilmiah. Perawat dituntut senantiasa
mengembangkan ilmu dan teknologi di bidang keperawatan khususnya
keperawatan jiwa. Perawat jiwa dalam era global harus membekali diri dgn
bahasa internasional, kemampuan komunikasi dan pemanfaatan teknologi
komunikasi, skill yang tinggi dan jiwa entrepreneurship.

5. Perubahan Orientasi Sehat

Pengaruh globalisasi terhadap perkembangan yankes termasuk


keperawatan adalah tersedianya alternatif pelayanan dan persaingan
penyelenggaraan pelayanan. (persaingan kualitas). Tenaga kesehatan
(perawat “jiwa”) harus mempunyai standar global dalam memberikan
pelayanan kesehatan, jika tdk ingin ketinggalan. Fenomena masalah
kesehatan jiwa, indicator kesehatan jiwa di masa mendatang bukan lagi
masalah klinis seperti prevalensi gangguan jiwa, melainkan berorientasi pada
konteks kehidupan sosial. Fokus kesehatan jiwa bukan hanya menangani
orang sakit, melainkan pada peningkatan kualitas hidup. Jadi konsep
kesehatan jiwa buka lagi sehat atau sakit, tetapi kondisi optimal yang ideal
dalam perilaku dan kemampuan fungsi social Paradigma sehat Depkes, lebih
menekankan upaya proaktif untuk pencegahan daripada menunggu di RS,

9
orientasi upaya kesehatan jiwa lebih pada pencegahan (preventif) dan
promotif. Penangan kesehatan jiwa bergeser dari hospital base menjad I
community base.
Empat Ciri Pembentuk Struktur Masyarakat Yang Sehat :

a) Suatu masyarakat yang di dalamnya tak ada seorang manusia pun yg


diperalat oleh orang lain. Oleh karena itu seharusnya tidak ada yang
diperalat/ memperalat diri sendiri, diman manusia itu mjd pusat dari
semua aktivitas ekonomi maupun politik diturunkan pada tujuan
perkembangan diri manusia.
b) Mendorong aktivitas produktif setiap warganya dalam pekerjaannya,
merangsang perkembangan akal budi dan lebih jauh lagi, mampu
membuat manusia untuk mengungkapkan kebutuhan batinnya berupa
seni dan perilaku normatif kolektif.
c) Masyarakat terhindar dari sifat2 rakus, eksploitatif, pemilikan
berlebihan, narsisme, tidak mendapatkan kesempatan meraup
keuntungan material tanpa batas.
d) Kondisi masyarakat yang memungkinkan orang bertindak dalam
dimensi2 yang dapat dipimpin dan diobservasi. Partisipasi aktif dan
bertanggung jawab dalam kehidupan masyarakat. Untuk mewujudkan
struktur masyarakat sehat, kuncinya : Setiap org harus meningkatkan
kualitas hidup yang dpt menjamin terciptanya kondisi sehat yang
sesungguhnya. Mandiri dan tidak bergantung pada orang lain merupakan
orientasi paradigma kesehatan jiwa.

6. Kecenderungan Penyakit

Masalah kesehatan jiwa akan menjadi “The global burdan of


disease“(Michard & Chaterina, 1999). Hal ini akan menjadi tantangan bagi
”Public Health Policy” yang secara tradisional memberi perhatian yang
lebih pada penyakit infeksi. Standar pengukuran untuk kebutuhan kesehatan
global secara tradisional adalah angka kematian akibat penyakit. Ini telah

10
menyebabkan gangguan jiwa seolah-olah bukan masalah. Dengan adanya
indikator baru, yaitu DALY (Disabilitty Adjusted Life Year) diketahuilah
bahwa gangguan jiwa merupakan masalah kesehatan utama secara
internasional. Perubahan sosial ekonomi yang amat cepat dan situasi sosial
politik yang tidak menentu menyebabkan semakin tigginya angka
pengangguran, kemiskinan, dan kejahatan, situasi ini dapat meningkatkan
angka kejadian krisis dan gangguan jiwa dalam kehidupan manusia (Antai
Otong, 1994).

Untuk menjawab tantangan ini diperlukan tenaga-tenaga- kesehatan


seperti psikiater, psilolog, social Worker, dan perawat psikiatri yang
memadai baik dari segi kuantitas. Saat terjadinya tsunami di Aceh, banyak
orang yang terpapar dengan kejadian Traumatis, yang mengalami,
menyaksikan kejadian-kejadian yang berupa ancaman kematian atau
kematian yang sebenarnya dan mereka yang cedera serta yang dalam
ancaman terhadap integritas fisik diri sendiri atau orang lain. Respons yang
terjadi berupa rasa takut yang kuat serta tidak berdaya, sedangkan bagi anak-
anak apa yang menghadapinya akan dieksperikan dengan perilaku yang
kacau.

Trauma itu merupakan sesuatu yang katastropik, yaitu trauma diluar


rentang. Pengalaman trauma yang umum dialami manusia dalam kejadian
sehari-hari. Pengalaman katastropik dalam berbagai bentuk, baik
peperangan (memang sedang terjadi), pemerkosaan (banyak dialami
sebagian wanita di Aceh), maupun bencana alam, (gempa dan bencana
tsunami), sungguh mengerikan. Ini akan membuat mereka dalam keadaan
stress berkepanjangan dan berusaha untuk tidak mengalami stress yang
sedemikian. Dalam kriteria klinik seperti yang disusun dalam Diagnostic
and Statical Manual Of Mental Disorder lll dan Lv serta Pedoman
Pengggolongan dan Diagnosis gangguan jiwa lll di Indonesia menyatakan,
gejala yang ditemukan pada mereka itu menggambarkan suatu yang stress
yang terjadi berbulan-bulan, bahkan bertahun-tahun. Dengan demikian

11
mereka menjadi manusia yang invalid dalam kondisi kejiwaan dengan
akibat dan resultante akhir penderita ini akan menjadi tidak produktif.

7. Meningkatknya Post Traumatic Syndrome Disorder

Trauma yang katastropik, yaitu trauma di luar rentang pengalaman


trauma yang umum di alami manusia dlm kejadian sehari-hari.
Mengakibatkan keadaan stress berkepanjangan dan berusaha untuk tidak
mengalami stress yang demikian. Mereka menjdi manusia yang invalid dlam
kondisi kejiwaan dengan akibat akhir menjadi tidak produktif. Trauma bukan
semata2 gejala kejiwaan yang bersifat individual, trauma muncul sebagai
akibat saling keterkaitan antara ingatan sosial dan ingatan pribadi tentang
peristiwa yang mengguncang eksistensi kejiwaan.

8. Meningkatnya Masalah psikososial

Lingkup kesehatan jiwa sangat luas dan kompleks, juga saling


berhubungan dengan segala aspek kehidupan manusia. Mengacu pd UU No.
23 1992 tentang Kesehatan Dan Ilmu Psikiatri, masalah kesehatan jiwa secara
garis besar digolongkan menjadi :

a) Masalah perkembangan manusia yg harmonis dan peningkatan kualitas


hidup, yaitu masalah kejiwaan yang berkaitan dengan makna dan nilai-
nilai kehidupan manusia. Misalnya:
1) Masalah kesehatan jiwa yang berkaitan dengan lifecycle kehidupan
manusia, mulai dari persiapan pranikah, anak dalam kandungan,
balita, anak, remaja, dewasa, usia lanjut.
2) Dampak dari menderita penyakit menahun yang menimbulkan
disabilitas.
3) Pemukiman yang sehat.
4) Pemindahan tempat tinggal.
b) Masalah psikososial yaitu masalah psikis atau kejiwaan yang timbul
akibat terjadinya perubahan sosial, meliputi :

12
1) Psikotik gelandangan (seseorang yang berkeliaran di tempat umum
dan diperkirakan menderita gangguan jiwa psikotik dan dianggap
mengganggu ketertiban/keamanan lingkungan).
2) Pemasungan penderita gangguan jiwa
3) Masalah anak jalanan
4) Masalah anak remaja (tawuran, kenakalan)
5) Penyalaggunaan Narkotik dan psikotropik
6) Masalah seksual (penyimpangan seksual, pelecehan seksual dll)
7) Tindak kekerasan sosial (kemiskinan, penelantaran tdk diberi
nafkah, korban kekerasan pd anak, dll)
8) Stress pasca trauma (ansietas, gangguan emosional, berulang kali
merasakan kembali suatu pengalaman traumatik, bencana alam,
ledakan, kekerasan, penyerangan/ penganiayaan fisik/ seksual,
termasuk pemerkosaan, terorisme, dll)
9) Migrasi ( masalah psikis/ kejiwaan akibat perubahan sosial, spt
cemas, depresi, stress pasca trauma, dll)
10) Masalah usia lanjut yang terisolasi (penelataran, penyalahgunaan
fisik, gangguan psikologis, gangguan penyesuaian diri terhadap
perubahan, perubahan minat, gangguan tidur, kecemasan, depresi,
gangguan pada daya ingat, dll).
11) Masalah kesehatan tenaga kerja di tempat kerja (penurunan
produktivitas, stress di tempat kerja, dll)

9. Trend Bunuh Diri pada Anak dan Remaja

Bunuh diri merupakan masalah psikologis dunia yang sangat


mengancam, angka kejadian terus meningkat dan sangat mengancam Sejak
tahun 1958, dari 100.000 penduduk Jepang 25 orang diantaranya meninggal
akibat bunuh diri. Sedangkan untuk negara Austria, Denmark, dan Inggris,
rata-rata 25 orang. Urutan pertama diduduki Jerman dengan angka 37 orang
per 100.000 penduduk. Di Amerika tiap 24 menit seorang meninggal akibat
bunuh diri. Jumlah usaha bunuh diri yang sebenarnya 10 kali lebih besar

13
dari angka tersebut, tetapi cepat tertolong. Kini yang mengkhawatirkan
trend bunuh diri mulai tampak meningkat terjadi pada anak-anak dan
remaja. Di Benua Asia, Jepang dan Korea termasuk Negara yang sering
diberitakan bahwa warganya melakukan bunuh diri. Di Jepang, harakiri
(menikam atau merobek perut sendiri) sering dilakukan bawahan untuk
melindungi nama baik atasannya. Sebagai contoh, sekretaris pribadi mantan
Perdana Menteri Takeshita melakukan bunuh diri, ketika skandal suap
perusahaan Recruits Cosmos terbongkar pada tahun 1984 atau yang paling
terkenal kasus bunuh dirinya sopir pribadi mantan Perdana menteri Tanaka,
ketika skandal suap Lockheed terbongkar. Sang sopir menusuk perutnya,
demi menjaga kehormatan pimpinannya. Data dari Badan Kesehatan Dunia
(WHO) pada tahun 2003 mengungkapkan bahwa satu juta orang bunuh diri
dalam setiap tahunnya atau terjadi dalam seiap 40 detiknya. Bunuh diri juga
termasuk satu dari tiga penyebab utama kematian pada usia 15-34 tahun,
selain faktor kecelakaan. Metode yg paling disukai = menggunakan pistol,
menggantung diri dan minum racun. Keberhasilan BD pada pria lebih
banyak 3 x dr wanita. Bunuh diri : suatu tindakan mencabut nyawa sendiri
dengan sengaja (jalan pntas yang dikutuk Tuhan). Latar belakangnya
beragam : asmara, pekerjaan, cek-cok rmh tangga, ekonomi, perasaan malu
dan terlilit utang.

10. Masalah Napza dan HIV/ AIDS

Gangguan penggunaan zat adiktif ini sangat berkaitan dan merupakan


dampak dari pembangunan serta teknologi dari suatu negara yang semakin
maju. Hal terpenting yang mendukung merebaknya NAPZA di negara kita
adalah perangkat hukum yang lemah bahkan terkadang oknum aparat
hukum seringkali menjadi backing, ditambah dengan keragu-raguan
penentuan hukuman bagi pengedar dan pemakai, sehingga dampaknya
SDM Indonesia kalah dengan Malaysia yang lebih bertindak tegas terhadap
pengedar dan pemakai NAPZA. Kondisi ini akan semakin menigkat untuk
masa yang akan datang khususnya dalam era globalisasi. Dalam era

14
globalisasi tersebut terdapat gerakan yang sangat besar yang disebut dengan
istilah “Gerakan Kafirisasi“. Bila beberapa dekade yang lalu kita mengenal
istilah zionisme, maka dengan ini sejalan dengan globalisasi kita
berhadapan dengan dengan ideologi kafirisasi yang disebut dengan
Neozionisme, sebuah ideologi yang ingin menciptakan tatanan dunia global
yang sekuler dan terlepas sama sekali dari ajaran agama yang mereka
anggap sebagai kepalsuan, racun, dan dogmatis fundamentalis.

Gerakan konspirasi mereka telah membuat carut marut dan


tercabiknya wajah kaum beragama, utamanya umat muslim, mereka
menuduh umat islam sebagai fundamentalis, ekstrimis, dan tiran. Bahkan
Hungtington (Misionaris Yahudi) pernah mengatakan : “Musuh Barat
terbesar setelah Rusia hancur adalah Islam“. Salah satu program mereka
adalah menghancurkan Islam melalui penghancuran generasi mudanya
dengan cara menebarkan narkotik dan zat adiktif lainnya (NAPZA).

Sekarang para imperalis dan konspirasi Yahudi telah memanfaatkan


energi yang tersimpan dalam generasi negeri ini (1,3 juta orang pemuda)
yang berusia 15-25 tahun melalui NAPZA (Narkotik dan Zat Adikif
lainnya) dan telah membunuh 30 orang perbulannya. Masalah lainnya
muncul seiring dengan merebaknya pemakaian NAPZA. Menjelang tahun
2008 pertumbuhan HIV AIDS di dunia dapat mencapai 4 orang permenit.
Ini merupakan ancaman hilangnya kehidupan dan runtuhnya peradaban.

Kita semua, khususnya tim kesehatan harus merasa terpanggil


menyelamatkan generasi penerus bangsa dari cangkraman NAPZA
(Narkotika, Alkohol, psikotropika, dan Zat Adiktif lainnya). Perawat
merupakan komponen terbesar dari seluruh tim kesehatan, maka upaya-
upaya pengcegahan dan penatalaksanaan keperawatan menjadi hal yang
sangat penting karena perawat senantiasa berada di sisi klien dalam rentang
waktu yang lama di banding tim kesehatan lainnya. Melalui forum

15
presentasi orientasi keperawatan jiwa kami berusaha memaparkan suatu
topic dengan tema Asuhan Keperawatan pada Pengguna NAPZA.

11. Paterrn of Parenting dalam Kep. Jiwa

Dengan banyaknya kasus bunuh diri dan depresi pd anak, maka pola
asuh keluarga kembali menjadi sorotan Pola asuh yang baik adalah pola
asuh dimana orang tua menerapkan kehangatan yang tinggi disertai dengan
kontrol yang tinggi. Kehangatan adalah Bagaimana orang tua menjadi
teman curhat, teman bermain, teman yang menyenangkan bagi anak
terutama saat rekreasi, belajar dan berkomunikasi. Berbagai upaya agar anak
dekat dan berani bicara pada ortunya saat punya masalah. Ortu menjadi
teman dalam ekspresi feeling anak sehingga anak menjadi sehat jiwanya.
Kontrol yg tinggi ad. Bagaimana anak dilatih mandiri dan mengenal disiplin
di rumahnya. Kemandirian mjd hal yg sangat penting dalam kesehatan jiwa,
karena akan memiliki self confidence yang cukup. Orang tua juga melatih
anak bertanggung jawab mengerjakan tugas2 di rumah spt. Mencuci,
menyiram bunga dll. Tipe Pola Asuh:

a) Autoratif = kontrol tinggi & kehangatan tinggi


b) Otoriter = kontrol tinggi, kehangatan rendah
c) Permisif = kontrol rendah, kehangatan tinggi
d) Neglected = kontrol rendah, kehangatan Rendah

12. Masalah Ekonomi dan Kemiskinan

Pengangguran telah menybabkan rakyat Indonesia semakin terpuruk.


Daya beli lemah, pendidikan rendah, lingkungan buruk, kurang gizi, mudah
teragitasi, kekebalan menurun dan infrastruktur yg masih rendah
menyebabkan banyak rakyat mengalami gangguan jiwa. Masalah ekonomi
paling dominan menjadi pencetus gangguan jiwa di Indonesia. Hal ini bisa
dibuktikan bahwa saat terjadi kenaikan BBM selalu dsertai dengan
peningkatan dua kali lipat angka gangguan jiwa. Hal ini diperparah dengan

16
biaya sekolah yang mahal, biaya pengobatan tak terjangkau dan
penggusuran yang kerap terjadi.

B. Trend dalam pelayanan keperawatan mental psikiatri

1. Sehubungan dengan trend masalah kesehatan utama dan pelayanan


kesehatan jiwa secara global, maka fokus pelayanan keperawatan jiwa
sudah saatnya berbasis pada komunitas (community based care) yang
memberi penekanan pada preventif dan promotif.
2. Sehubungan dengan peningkatan ilmu pengetahuan dan teknologi yang
sangat cepat, perlu peningkatan dalam bidang ilmu pengetahuan dengan
cara mengembangkan institusi pendidikan yang telah ada dan mengadakan
program spesialisasi keperawatan jiwa.
3. Dalam rangka menjaga mutu pelayanan yang diberikan dan untuk
melindungi konsumen, sudah saatnya ada “licence” bagi perawat yang
bekerja di pelayanan.
4. Sehubungan dengan adanya perbedaan latar belakang budaya kita dengan
narasumber, yang dalam hal ini kita masih mengacu pada Negara-negara
Barat terutama Amerika, maka perlu untuk menyaring konsep-konsep
keperawatan mental psikiatri yang didapatkan dari luar.

C. Trend Pelayanan Keperawatan Mental Psikiatri di Era Globalisasi

Sejalan dengan program deinstitusionalisasi yg didukung ditemukannya


obat psikotropika yg terbukti dapat mengontrol perilaku klien gangguan jiwa,
peran perawat tidak terbatas di RS, tetapi dituntut lebih sensitif thd lingkungan
sosialnya, serta berfokus pada pelayanan preventif dan prmotif. Perubahan
hospital based care mjd community based care = trend yg signifikan dlm
pengobatan gangguan jiwa. Perawat mental psikiatri hrs m’integrasikan diri
dlm community mental health, dgn 3 kunci utama:

17
1. Pengalaman dan pendidikan perawat, peran dan fungsi perawat serta
hubungan perawat dengan profesi lain di komunitas.
2. Reformasi dalam yankes menuntut perawat meredefinisi perannya.
3. Intervensi keperawatan yang menekankan pada aspek pencegahan dan
promosi kesehatan, sudah saatnya mengembangkan community based
car. Pengembangan pendidikan keperawatan sangat penting, terutama
keperawatan mental psikiatri baik dlm jumlah maupun kualitas.

D. Issue Seputar Yankep Mental Psikiatri

 Pelayanan kep. Mental Psikiatri, kurang dapat dipertanggung jawabkan


karena masih kurangnya hasil2 riset keperawatan Jiwa Klinik.
 Perawat Psikiatri, kurang siap menghadapi pasar bebas karena pendidikan
yg rendah dan belum adanya licence untuk praktek yang diakui secara
internasional.
 Pembedaan peran perawat jiwa berdasarkan pendidikan dan pengalaman
sering kali tdk jelas “Position description.” job responsibility dan sistem
reward di dlm pelayanan.
 Menjadi perawat psikiatri bukanlah pilihan bagi peserta didik (mahasiswa
keperawatan).

E. Trend atau Isu Dimensi Spritual Keperawatan Jiwa


Kecepatan informasi dan mobilitas manusia di era modernisasi saat ini
begitu tinggi sehingga terjadi hubungan social dan budaya. Hubungan social
antar manusia dirasakan menurun akhir – akhir ini, bahkan kadang- kadang
hanya sebatas imitasi saja. Padahal bangsa Indonesia yang mempunyai /
menjunjung tinggi adat ketimuran sangat memperhatikan hubungan social ini.
Dengan demikian kita patut waspada dari kehilangan identitas diri tersebut.
Perubahan yang terjadi tadi dapat membuat rasa bingung karena muncul rasa
tidak pasti antara moral, norma, nilai – nilai dan etika bahkan juga hokum.
Menurut Dadang Hawari (1996) hal – hal tersebut dapat menyebabkan
perubahan psikososial, antara lain : pola hidup social religious menjadi

18
materialistis dan sekuler. Nilai agama dan tradisional diera modern menjadi
serba boleh dan seterusnya.Perubahan yang dirasakan dapat mempengaruhi
tidak hanya fisik tapi juga mental, seperti yang menjadi standar WHO (1984
) yang dikatakan sehat tidak hanya fisik tetapi juga mental,social dan spiritual.
Standar sehat yang disampaikan oleh WHO tersebut dapat menjadi peluang
besar bagi perawat untuk berbuat banyak, karena mempunyai kesempatan
kontak dengan klien selama 24dimensi spiritual, konsep dalam memberikan
asuhan keperawatan spiritual dan proses keperawatan dimensi spiritual.
Spritual menurut New Webster’s Dictionary (1981, hal. 1467 ) : spirit
berasal dari bahasa latin yaitu spirare. Spirare berarti hembus atau nafas.
Spirit ini merupakan bagian yang sangat prinsip dalam hidup manusia. Dia
berada dalam jasmani manusia, sebagai jiwa, dan terpisah dari tubuh saat
manusia meniggal. Hal tersebut sesuai dengan pengertian spirit dalam kamus
bahasa Indonesia ( Dep Dik Bud 1990 ) yang berarti jiwa, sukma atau roh
sedangkan spiritual berartikejiwaan, rohani, mental atau moral.
Merujuk dari pentingnya pengetahuan dan agama tersebut untuk jiwa
yang sehat banyak penelitian dilakukan di antaranya sebuah penelitian yang
mengatakan kelompok yang tidak terganggu jiwanya adalah yang mempunyai
agama yang bagus dan sebaliknya. Karl Jung telah menyimpulkan dari
analisanya bahwa mereka yang menderita penyakit mental mengalami suatu
kekosongan rohani. Terapinya terletak pada siraman keimanan yang kuat.
Namun demikian upaya untuk mewujudkan perawat yang professional di
Indonesia masih belum menggembirakan, banyak factor yang dapat
menyebabkan masih rendahnya peran perawat professional, diantaranya:

1. Keterlambatan pengakuan body of knowledge profesi keperawatan.


Tahun 1985 pendidikan S1 keperawatan pertama kali dibuka di UI,
sedangkan di negara barat pada tahun 1869.
2. Keterlambatan pengembangan pendidikan perawat professional.
3. Keterlambatan system pelayanan keperawatan, (standar, bentuk praktik
keperawatan, lisensi ) Menyadari peran profesi keperawatan yang masih

19
rendah dalam dunia kesehatan akan berdampak negatif terhadap mutu
pelayanan kesehatan bagi tercapainya tujuan kesehatan “ sehat untuk
semua pada tahun 2010.

Contoh kasus Current Issues

Tidak Punya Biaya Menyekolahkan Anak, Ibu Rumah Tangga Bunuh Diri

Bekasi, Kompas - Suwarni (34), ibu rumah tangga yang tengah hamil
empat bulan, menenggak racun cair serangga yang menewaskannya di kamar
mandi rumah kontrakannya di Kampung Pinggir Rawa RT 03 RW 03, Bekasi
Jaya, Bekasi Timur, Senin (2/8) malam.

Ibu dua anak ini ditemukan dalam keadaan tewas oleh suaminya,
Supriyono (36), dan warga yang mendobrak pintu kamar mandi yang terkunci
dari dalam. Suwarni sudah tak bernyawa tatkala ditemukan.

Dari kasus diatas dapat disimpulkan bahwa masalah ekonomi merupakan


salah satu masalah yang paling sering menyebabkan gangguan jiwa di
Indonesia. Himpitan ekonomi yang semakin besar dikarenakan penghasilan
yang tidak dapat memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari dapat menjadi salah
satu pencetus untuk seseorang bunuh diri. Saat ini masalah ganguan jiwa
semakin meningkat. Beban hidup yang semakin berat, diperkirakan menjadi
salah satu penyebab bertambahnya klien gangguan jiwa. Terutama karena
meningkatnya harga-harga semua bahan pokok, BBM dan adanya era
globalisasi.

Pada kasus diatas, klien yang bunuh diri tersebut, penyebabnya adalah
karena gangguan sosial atau lingkungan yang berupa stressor psikososial yaitu
masalah keuangan. Gangguan jiwa saat ini tidak hanya mengenai orang-orang
yang merupakan kalangan kelas bawah, tapi sekarang gangguan jiwa dapat
menyerang baik itu orang kalangan bawah, menengah maupun kelas atas. Jika
seseorang tidak dapat beradaptasi dengan baik dalam lingkungan dan tidak

20
dapat berusaha menghadapi masalah-masalah dalam hidupnya maka seseorang
akan cenderung untuk mengalami gangguan jiwa.

Dari berbagai penyebab itulah maka satu demi satu akan muncul tindakan-
tindakan yang dapat dikatakan sebagai suatu penyelewengan atau
pengingkaran diri akan kondisi atau kenyataan yang ada. Pasien cenderung
tidak mampu menerima kondisi yang ada sehingga muncul suatu keinginan
untuk melakukan hal-hal yang tidak bertanggung jawab tersebut. Dan dalam
kasus ini pun cenderung akhir dari segala pengingkaran diri pasien adalah
dengan melakukan bunuh diri.

Bunuh diri merupakan salah satu tindakan yang menjadi trend issue dalam
keperawatan jiwa. Tanpa dibatasi umur, status ekonomi, tingkat pendidikan
bahkan beban kerja yang dipikul bunuh diri menjadi suatu alternatif terakhir
dalam menyelesaikan masalah yang dianggap berat untuk dihadapi. Pola pikir
inilah yang seharusnya menjadi pusat garapan perawat-perawat jiwa untuk
meluruskan kembali persepsi yang berkembang di masyarakat mengenai
tindakan bunuh diri. Hal ini berguna untuk rehabilitasi pasien yang pernah
mencoba untuk melakukan tindakan tersebut dan juga untuk pencegahan
terjadinya tindakan ini yang semakin marak. Segala tindakan pencegahan dan
rehabilitasi ini tentu akan terlaksana dengan dukungan dari segala pihak baik
pemerintah maupun bidang kesehatan lainnya.

21
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Dari kasus diatas dapat disimpulkan bahwa masalah ekonomi
merupakan salah satu masalah yang paling sering menyebabkan gangguan
jiwa di Indonesia. Himpitan ekonomi yang semakin besar dikarenakan
penghasilan yang tidak dapat memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari dapat
menjadi salah satu pencetus untuk seseorang bunuh diri. Saat ini masalah
ganguan jiwa semakin meningkat. Beban hidup yang semakin berat,
diperkirakan menjadi salah satu penyebab bertambahnya klien gangguan
jiwa. Terutama karena meningkatnya harga-harga semua bahan pokok, BBM
dan adanya era globalisasi.
Pada kasus diatas, klien yang bunuh diri tersebut, penyebabnya adalah
karena gangguan sosial atau lingkungan yang berupa stressor psikososial
yaitu masalah keuangan. Gangguan jiwa saat ini tidak hanya mengenai orang-
orang yang merupakan kalangan kelas bawah, tapi sekarang gangguan jiwa
dapat menyerang baik itu orang kalangan bawah, menengah maupun kelas
atas. Jika seseorang tidak dapat beradaptasi dengan baik dalam lingkungan
dan tidak dapat berusaha menghadapi masalah-masalah dalam hidupnya
maka seseorang cenderung untuk mengalami gangguan jiwa.
Dari berbagai penyebab itulah maka satu demi satu muncul tindakan-
tindakan yang dapat dikatakan sebagai suatu penyelewengan atau
pengingkaran diri akan kondisi atau kenyataan yang ada. Pasien cenderung
tidak mampu menerima kondisi yang ada sehingga muncul suatu keinginan
untuk melakukan hal-hal yang tidak bertanggung jawab tersebut. Dan dalam
kasus ini pun cenderung akhir dari segala pengingkaran diri pasien adalah
dengan melakukan bunuh diri. Bunuh diri merupakan salah satu tindakan
yang menjadi trend issue dalam keperawatan jiwa. Tanpa dibatasi umur,
status ekonomi, tingkat pendidikan bahkan beban kerja yang dipikul bunuh

22
diri menjadi suatu alternatif terakhir dalam menyelesaikan masalah yang
dianggap berat untuk dihadapi. Pola pikir inilah yang seharusnya menjadi
pusat garapan perawat-perawat jiwa untuk meluruskan kembali persepsi yang
berkembang di masyarakat mengenai tindakan bunuh diri. Hal ini berguna
untuk rehabilitasi pasien yang pernah mencoba untuk melakukan tindakan
tersebut dan juga untuk pencegahan terjadinya tindakan ini yang semakin
marak. Segala tindakan pencegahan dan rehabilitasi ini tentu akan terlaksana
dengan dukungan dari segala pihak baik pemerintah maupun bidang
kesehatan lainnya.
B. Saran
Seluruh perawat agar meningkatkan pemahamannya terhadap berbagai
trend dan isu keperawatan jiwa di Indonesia sehingga dapat dikembeangkan
dalam tatanan layanan keperawatan.

23
DAFTAR PUSTAKA

Suyanto, Bagong. Hariadi, Sri Sanituti., & Adi Nugroho. (2000). Tindak Kekerasan
Terhadap Anak. Masalah dan Upaya Pemantauannya. Surabaya: Luthfansah
Mediatama.

Usman Rianse, Abdi. (2008). Metodologi Penelitian Sosial Dan Ekonomi: Teori
Dan Aplikasi. Bandung: Alfabeta.

Videbeck, S. L. (2008). Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Jakarta: EGC

Keliat, Budi Anna Dll. (1998). Proses Keperawatan Jiwa. Jakarta: EGC

Schultz Dan Videback. (1998). Manual Psychiatric Nursing Care Plan. 5th Edition.
Philadelphia: Lippincott Raven Publisher

Stuart Dan Sundeen. (1995). Buu Saku Keperawatan Jiwa. Edisi 3. Jakarta: EGC

24

Anda mungkin juga menyukai