KEPERAWATAN JIWA
OLEH: KELOMPOK 2
IRDA
RINI RATNASARI
RISAL BILORO
Bandung
2018
1
KATA PENGANTAR
Dalam kesempatan ini, kami juga ingin mengucapkan terima kasih dengan
hati yang tulus kepada seluruh pihak yang telah membantu dalam penyelesaian
makalah ini semoga tuhan senantisa membalas dengan kebaikan yang berlipat
ganda.
Bandung,
Oktober 2018
2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR……………………………………………………………...i
DAFTAR ISI.………………………………………………………………...........ii
BAB 1 PENDAHULUAN………………………………………………………....1
A. Latar belakang…………………………………………………………………..1
B. Rumusan masalah………………………………………………………………2
A. Kesimpulan……………………………………………………………………20
B. saran…………………………………………………………………………...23
DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………….25
3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Setelah tahun 2000, dunia khususnya bangsa Indonesia memasuki era
globalisasi, pada tahun 2003 era dimulainya pasar bebas ASEAN dimana banyak
tenaga professional keluar dan masuk ke dalam negeri. Pada masa itu mulai
terjadi suatu masa transisi/pergeseran pola kehidupan masyarakat dimana pola
kehidupan masyarakat tradisional berubah menjadi masyarakat yang maju.
Keadaan itu menyebabkan berbagai macam dampak pada aspek kehidupan
masyarakat khususnya aspek kesehatan baik yang berupa masalah urbanisaasi,
pencemaran, kecelakaan, banyak tindakan kekerasan, kenakalan remaja,
penyalahgunaan NAPZA, tauran, penggangguran, tindak penyaluran agresifitas
atau anarkis, putus sekolah, PHK, disamping meningkatnya angka kejadian
penyakit klasik yang berhubungan dengan infeksi, kurang gizi, dan kurangnya
pemukiman sehat bagi penduduk. Pergeseran pola nilai dalam keluarga dan
umur harapan hidup yang meningkat juga menimbulkan masalah kesehatan yang
berkaitan dengan kelompok lanjut usia serta penyakit degeneratif. Dengan
banyaknya masalah-masalah yang ada dalam keperawatan jiwa yang kini kita
hadapi, maka kita perlu mengkaji ulang faktor yang mempengaruhi masalah-
masalah keperawatan jiwa
Telah terbukti bahwa upaya pencegahan jauh lebih baik daripada upaya
pengobatan. Untuk itu masyarakat luas perlu diberikan informasi tentang
kesehatan jiwa beserta permasalahan, pencegahan dan penanganannya. Upaya
pelayanan kesehatan jiwa terhadap masyarakat pada saat ini tidak mungkin
dilaksanakan oleh petugas kesehatan saja, tetapi perlu peran serta seluruh
masyarakat dan keluarga klien untuk memfasilitasi peran aktif dari kader
kesehatan dalam upaya kesehatan jiwa.
4
B. Rumusan masalah
Adapun rumusan masalah dalam penyusunan makalah ini adalah sebagai
berikut:
5
BAB II
PEMBAHASAN
Di Indonesia banyak gangguan jiwa terjadi mulai pada usia 19 tahun dan
kita jarang sekali melihat fenomena masalah sebelum anak lahir. Perkembangan
terkini menyimpulkan bahwa berbicara masalah kesehatan jiwa harus dimulai
dari masa konsepsi atau bahkan harus dimulai dari masa pranikah. Banyak
penelitian yang menunjukkan adanya keterkaitan masa dalam kandungan dengan
kesehatan fisik dan mental seseorang di masa yang akan datang. Penelitian-
penelitian berikut membuktikan bahwa kesehatan mental seseorang dimulai
pada masa konsepsi. Diantara hasil penelitian:
a) Marc Lehrer (300 bayi yg diteliti): stimulasi dini ( berupa suara, musik,
getaran, sentuhan ) setelah dewasa memiliki perkembangan fisik, mental dan
emosional yg lebih baik.
b) Mednick : ada hubungan skizofrenia dengan infeksi virus dalam kandungan.
Mednick membuktikan bahwa mereka yang pada saat epidemi sedang berada
pada trimester dua dalam kandungan mempunyai resiko yang lebih tinggi
untuk menderita skizofrenia di kemudian hari. Penemuan penting ini
menunjukkan bahwa lingkungan luar yang terjadi pada waktu yang tertentu
dalam kandungan dapat meningkatkan risiko menderita skizofrenia. Mednick
menghidupkan kembali teori perkembangan neurokognitif, yang
menyebutkan bahwa pada penderita skizofrenia terjadi kelainan
6
perkembangan neurokognitif sejak dalam kandungan. Beberapa kelainan
neurokognitif seperti berkurangnya kemampuan dalam mempertahankan
perhatian, membedakan suara rangsang yang berurutan, working memory,
dan fungsi-fungsi eksekusi sering dijumpai pada penderita skizofrenia.
Dipercaya kelainan neurokognitif di atas didapat sejak dalam kandungan dan
dalam kehidupan selanjutnya diperberat oleh lingkungan, misalnya, tekanan
berat dalam kehidupan, infeksi otak, trauma otak, atau terpengaruh zat-zat
yang mempengaruhi fungsi otak seperti narkoba. Kelainan neurokognitif
yang telah berkembang ini menjadi dasar dari gejala-gejala skizofrenia seperti
halusinasi, kekacauan proses pikir, waham/delusi, perilaku yang aneh dan
gangguan emosi.
7
trauma fisik dan nonfisik. Trauma nonfisik bisa berbentuk musibah,
kehilangan orang tua, atau masalah keluarga.
Tipe gangguan jiwa yang lebih berat, disebut gangguan psikotik. Klien
yang menunjukkan gejala perilaku yang abnormal secara kasat mata. Inilah
orang yang kerap mengoceh tidak karuan, dan melakukan hal-hal yang bisa
membahayakan dirinya dan orang lain, seperti mengamuk.
8
kejiwaan. Penyebabnya, karena salah dalam pola pengasuhan (pattern of
parenting) hubungan yang patologis di antara anggota keluarga disebabkan
frustasi, konflik, dan tekanan krisis. Ketiga, gangguan sosial atau lingkungan.
Penyebabnya dapat berupa stressor psikososial (perkawinan, problem
orangtua, hubungan antarpersonal dalam pekerjaan atau sekolah, di
lingkungan hidup, dalam masalah keuangan, hukum, perkembangan diri,
faktor keluarga, penyakit fisik, dan lain-lain).
9
orientasi upaya kesehatan jiwa lebih pada pencegahan (preventif) dan
promotif. Penangan kesehatan jiwa bergeser dari hospital base menjad I
community base.
Empat Ciri Pembentuk Struktur Masyarakat Yang Sehat :
6. Kecenderungan Penyakit
10
menyebabkan gangguan jiwa seolah-olah bukan masalah. Dengan adanya
indikator baru, yaitu DALY (Disabilitty Adjusted Life Year) diketahuilah
bahwa gangguan jiwa merupakan masalah kesehatan utama secara
internasional. Perubahan sosial ekonomi yang amat cepat dan situasi sosial
politik yang tidak menentu menyebabkan semakin tigginya angka
pengangguran, kemiskinan, dan kejahatan, situasi ini dapat meningkatkan
angka kejadian krisis dan gangguan jiwa dalam kehidupan manusia (Antai
Otong, 1994).
11
mereka menjadi manusia yang invalid dalam kondisi kejiwaan dengan
akibat dan resultante akhir penderita ini akan menjadi tidak produktif.
12
1) Psikotik gelandangan (seseorang yang berkeliaran di tempat umum
dan diperkirakan menderita gangguan jiwa psikotik dan dianggap
mengganggu ketertiban/keamanan lingkungan).
2) Pemasungan penderita gangguan jiwa
3) Masalah anak jalanan
4) Masalah anak remaja (tawuran, kenakalan)
5) Penyalaggunaan Narkotik dan psikotropik
6) Masalah seksual (penyimpangan seksual, pelecehan seksual dll)
7) Tindak kekerasan sosial (kemiskinan, penelantaran tdk diberi
nafkah, korban kekerasan pd anak, dll)
8) Stress pasca trauma (ansietas, gangguan emosional, berulang kali
merasakan kembali suatu pengalaman traumatik, bencana alam,
ledakan, kekerasan, penyerangan/ penganiayaan fisik/ seksual,
termasuk pemerkosaan, terorisme, dll)
9) Migrasi ( masalah psikis/ kejiwaan akibat perubahan sosial, spt
cemas, depresi, stress pasca trauma, dll)
10) Masalah usia lanjut yang terisolasi (penelataran, penyalahgunaan
fisik, gangguan psikologis, gangguan penyesuaian diri terhadap
perubahan, perubahan minat, gangguan tidur, kecemasan, depresi,
gangguan pada daya ingat, dll).
11) Masalah kesehatan tenaga kerja di tempat kerja (penurunan
produktivitas, stress di tempat kerja, dll)
13
dari angka tersebut, tetapi cepat tertolong. Kini yang mengkhawatirkan
trend bunuh diri mulai tampak meningkat terjadi pada anak-anak dan
remaja. Di Benua Asia, Jepang dan Korea termasuk Negara yang sering
diberitakan bahwa warganya melakukan bunuh diri. Di Jepang, harakiri
(menikam atau merobek perut sendiri) sering dilakukan bawahan untuk
melindungi nama baik atasannya. Sebagai contoh, sekretaris pribadi mantan
Perdana Menteri Takeshita melakukan bunuh diri, ketika skandal suap
perusahaan Recruits Cosmos terbongkar pada tahun 1984 atau yang paling
terkenal kasus bunuh dirinya sopir pribadi mantan Perdana menteri Tanaka,
ketika skandal suap Lockheed terbongkar. Sang sopir menusuk perutnya,
demi menjaga kehormatan pimpinannya. Data dari Badan Kesehatan Dunia
(WHO) pada tahun 2003 mengungkapkan bahwa satu juta orang bunuh diri
dalam setiap tahunnya atau terjadi dalam seiap 40 detiknya. Bunuh diri juga
termasuk satu dari tiga penyebab utama kematian pada usia 15-34 tahun,
selain faktor kecelakaan. Metode yg paling disukai = menggunakan pistol,
menggantung diri dan minum racun. Keberhasilan BD pada pria lebih
banyak 3 x dr wanita. Bunuh diri : suatu tindakan mencabut nyawa sendiri
dengan sengaja (jalan pntas yang dikutuk Tuhan). Latar belakangnya
beragam : asmara, pekerjaan, cek-cok rmh tangga, ekonomi, perasaan malu
dan terlilit utang.
14
globalisasi tersebut terdapat gerakan yang sangat besar yang disebut dengan
istilah “Gerakan Kafirisasi“. Bila beberapa dekade yang lalu kita mengenal
istilah zionisme, maka dengan ini sejalan dengan globalisasi kita
berhadapan dengan dengan ideologi kafirisasi yang disebut dengan
Neozionisme, sebuah ideologi yang ingin menciptakan tatanan dunia global
yang sekuler dan terlepas sama sekali dari ajaran agama yang mereka
anggap sebagai kepalsuan, racun, dan dogmatis fundamentalis.
15
presentasi orientasi keperawatan jiwa kami berusaha memaparkan suatu
topic dengan tema Asuhan Keperawatan pada Pengguna NAPZA.
Dengan banyaknya kasus bunuh diri dan depresi pd anak, maka pola
asuh keluarga kembali menjadi sorotan Pola asuh yang baik adalah pola
asuh dimana orang tua menerapkan kehangatan yang tinggi disertai dengan
kontrol yang tinggi. Kehangatan adalah Bagaimana orang tua menjadi
teman curhat, teman bermain, teman yang menyenangkan bagi anak
terutama saat rekreasi, belajar dan berkomunikasi. Berbagai upaya agar anak
dekat dan berani bicara pada ortunya saat punya masalah. Ortu menjadi
teman dalam ekspresi feeling anak sehingga anak menjadi sehat jiwanya.
Kontrol yg tinggi ad. Bagaimana anak dilatih mandiri dan mengenal disiplin
di rumahnya. Kemandirian mjd hal yg sangat penting dalam kesehatan jiwa,
karena akan memiliki self confidence yang cukup. Orang tua juga melatih
anak bertanggung jawab mengerjakan tugas2 di rumah spt. Mencuci,
menyiram bunga dll. Tipe Pola Asuh:
16
biaya sekolah yang mahal, biaya pengobatan tak terjangkau dan
penggusuran yang kerap terjadi.
17
1. Pengalaman dan pendidikan perawat, peran dan fungsi perawat serta
hubungan perawat dengan profesi lain di komunitas.
2. Reformasi dalam yankes menuntut perawat meredefinisi perannya.
3. Intervensi keperawatan yang menekankan pada aspek pencegahan dan
promosi kesehatan, sudah saatnya mengembangkan community based
car. Pengembangan pendidikan keperawatan sangat penting, terutama
keperawatan mental psikiatri baik dlm jumlah maupun kualitas.
18
materialistis dan sekuler. Nilai agama dan tradisional diera modern menjadi
serba boleh dan seterusnya.Perubahan yang dirasakan dapat mempengaruhi
tidak hanya fisik tapi juga mental, seperti yang menjadi standar WHO (1984
) yang dikatakan sehat tidak hanya fisik tetapi juga mental,social dan spiritual.
Standar sehat yang disampaikan oleh WHO tersebut dapat menjadi peluang
besar bagi perawat untuk berbuat banyak, karena mempunyai kesempatan
kontak dengan klien selama 24dimensi spiritual, konsep dalam memberikan
asuhan keperawatan spiritual dan proses keperawatan dimensi spiritual.
Spritual menurut New Webster’s Dictionary (1981, hal. 1467 ) : spirit
berasal dari bahasa latin yaitu spirare. Spirare berarti hembus atau nafas.
Spirit ini merupakan bagian yang sangat prinsip dalam hidup manusia. Dia
berada dalam jasmani manusia, sebagai jiwa, dan terpisah dari tubuh saat
manusia meniggal. Hal tersebut sesuai dengan pengertian spirit dalam kamus
bahasa Indonesia ( Dep Dik Bud 1990 ) yang berarti jiwa, sukma atau roh
sedangkan spiritual berartikejiwaan, rohani, mental atau moral.
Merujuk dari pentingnya pengetahuan dan agama tersebut untuk jiwa
yang sehat banyak penelitian dilakukan di antaranya sebuah penelitian yang
mengatakan kelompok yang tidak terganggu jiwanya adalah yang mempunyai
agama yang bagus dan sebaliknya. Karl Jung telah menyimpulkan dari
analisanya bahwa mereka yang menderita penyakit mental mengalami suatu
kekosongan rohani. Terapinya terletak pada siraman keimanan yang kuat.
Namun demikian upaya untuk mewujudkan perawat yang professional di
Indonesia masih belum menggembirakan, banyak factor yang dapat
menyebabkan masih rendahnya peran perawat professional, diantaranya:
19
rendah dalam dunia kesehatan akan berdampak negatif terhadap mutu
pelayanan kesehatan bagi tercapainya tujuan kesehatan “ sehat untuk
semua pada tahun 2010.
Tidak Punya Biaya Menyekolahkan Anak, Ibu Rumah Tangga Bunuh Diri
Bekasi, Kompas - Suwarni (34), ibu rumah tangga yang tengah hamil
empat bulan, menenggak racun cair serangga yang menewaskannya di kamar
mandi rumah kontrakannya di Kampung Pinggir Rawa RT 03 RW 03, Bekasi
Jaya, Bekasi Timur, Senin (2/8) malam.
Ibu dua anak ini ditemukan dalam keadaan tewas oleh suaminya,
Supriyono (36), dan warga yang mendobrak pintu kamar mandi yang terkunci
dari dalam. Suwarni sudah tak bernyawa tatkala ditemukan.
Pada kasus diatas, klien yang bunuh diri tersebut, penyebabnya adalah
karena gangguan sosial atau lingkungan yang berupa stressor psikososial yaitu
masalah keuangan. Gangguan jiwa saat ini tidak hanya mengenai orang-orang
yang merupakan kalangan kelas bawah, tapi sekarang gangguan jiwa dapat
menyerang baik itu orang kalangan bawah, menengah maupun kelas atas. Jika
seseorang tidak dapat beradaptasi dengan baik dalam lingkungan dan tidak
20
dapat berusaha menghadapi masalah-masalah dalam hidupnya maka seseorang
akan cenderung untuk mengalami gangguan jiwa.
Dari berbagai penyebab itulah maka satu demi satu akan muncul tindakan-
tindakan yang dapat dikatakan sebagai suatu penyelewengan atau
pengingkaran diri akan kondisi atau kenyataan yang ada. Pasien cenderung
tidak mampu menerima kondisi yang ada sehingga muncul suatu keinginan
untuk melakukan hal-hal yang tidak bertanggung jawab tersebut. Dan dalam
kasus ini pun cenderung akhir dari segala pengingkaran diri pasien adalah
dengan melakukan bunuh diri.
Bunuh diri merupakan salah satu tindakan yang menjadi trend issue dalam
keperawatan jiwa. Tanpa dibatasi umur, status ekonomi, tingkat pendidikan
bahkan beban kerja yang dipikul bunuh diri menjadi suatu alternatif terakhir
dalam menyelesaikan masalah yang dianggap berat untuk dihadapi. Pola pikir
inilah yang seharusnya menjadi pusat garapan perawat-perawat jiwa untuk
meluruskan kembali persepsi yang berkembang di masyarakat mengenai
tindakan bunuh diri. Hal ini berguna untuk rehabilitasi pasien yang pernah
mencoba untuk melakukan tindakan tersebut dan juga untuk pencegahan
terjadinya tindakan ini yang semakin marak. Segala tindakan pencegahan dan
rehabilitasi ini tentu akan terlaksana dengan dukungan dari segala pihak baik
pemerintah maupun bidang kesehatan lainnya.
21
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari kasus diatas dapat disimpulkan bahwa masalah ekonomi
merupakan salah satu masalah yang paling sering menyebabkan gangguan
jiwa di Indonesia. Himpitan ekonomi yang semakin besar dikarenakan
penghasilan yang tidak dapat memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari dapat
menjadi salah satu pencetus untuk seseorang bunuh diri. Saat ini masalah
ganguan jiwa semakin meningkat. Beban hidup yang semakin berat,
diperkirakan menjadi salah satu penyebab bertambahnya klien gangguan
jiwa. Terutama karena meningkatnya harga-harga semua bahan pokok, BBM
dan adanya era globalisasi.
Pada kasus diatas, klien yang bunuh diri tersebut, penyebabnya adalah
karena gangguan sosial atau lingkungan yang berupa stressor psikososial
yaitu masalah keuangan. Gangguan jiwa saat ini tidak hanya mengenai orang-
orang yang merupakan kalangan kelas bawah, tapi sekarang gangguan jiwa
dapat menyerang baik itu orang kalangan bawah, menengah maupun kelas
atas. Jika seseorang tidak dapat beradaptasi dengan baik dalam lingkungan
dan tidak dapat berusaha menghadapi masalah-masalah dalam hidupnya
maka seseorang cenderung untuk mengalami gangguan jiwa.
Dari berbagai penyebab itulah maka satu demi satu muncul tindakan-
tindakan yang dapat dikatakan sebagai suatu penyelewengan atau
pengingkaran diri akan kondisi atau kenyataan yang ada. Pasien cenderung
tidak mampu menerima kondisi yang ada sehingga muncul suatu keinginan
untuk melakukan hal-hal yang tidak bertanggung jawab tersebut. Dan dalam
kasus ini pun cenderung akhir dari segala pengingkaran diri pasien adalah
dengan melakukan bunuh diri. Bunuh diri merupakan salah satu tindakan
yang menjadi trend issue dalam keperawatan jiwa. Tanpa dibatasi umur,
status ekonomi, tingkat pendidikan bahkan beban kerja yang dipikul bunuh
22
diri menjadi suatu alternatif terakhir dalam menyelesaikan masalah yang
dianggap berat untuk dihadapi. Pola pikir inilah yang seharusnya menjadi
pusat garapan perawat-perawat jiwa untuk meluruskan kembali persepsi yang
berkembang di masyarakat mengenai tindakan bunuh diri. Hal ini berguna
untuk rehabilitasi pasien yang pernah mencoba untuk melakukan tindakan
tersebut dan juga untuk pencegahan terjadinya tindakan ini yang semakin
marak. Segala tindakan pencegahan dan rehabilitasi ini tentu akan terlaksana
dengan dukungan dari segala pihak baik pemerintah maupun bidang
kesehatan lainnya.
B. Saran
Seluruh perawat agar meningkatkan pemahamannya terhadap berbagai
trend dan isu keperawatan jiwa di Indonesia sehingga dapat dikembeangkan
dalam tatanan layanan keperawatan.
23
DAFTAR PUSTAKA
Suyanto, Bagong. Hariadi, Sri Sanituti., & Adi Nugroho. (2000). Tindak Kekerasan
Terhadap Anak. Masalah dan Upaya Pemantauannya. Surabaya: Luthfansah
Mediatama.
Usman Rianse, Abdi. (2008). Metodologi Penelitian Sosial Dan Ekonomi: Teori
Dan Aplikasi. Bandung: Alfabeta.
Keliat, Budi Anna Dll. (1998). Proses Keperawatan Jiwa. Jakarta: EGC
Schultz Dan Videback. (1998). Manual Psychiatric Nursing Care Plan. 5th Edition.
Philadelphia: Lippincott Raven Publisher
Stuart Dan Sundeen. (1995). Buu Saku Keperawatan Jiwa. Edisi 3. Jakarta: EGC
24