Disusun Oleh
Aas Sundari Aam Maesaroh
Beta Budiawan Elisabeth Dyah
Lalah Sadiah Muhamat Agung G
Nikolaus Simon Novia Dina Luis
Nunung Nurhasanah Syntiha Yuliani P
Yesi Fitriani Yulizar Nurlatifah M
A. Latar Belakang
Nyeri merupakan alasan yang paling umum seseorang mencari bantuan
perawatan kesehatan. Nyeri terjadi bersama proses penyakit pemeriksaan
diagnostik dan proses pengobatan. Nyeri sangat mengganggu dan
menyulitkan banyak orang. Nyeri disebabkan oleh rangsangan mekanis,
kimiawi, atau fisis ( kalor, listrik) dan menimbulkan kerusakan pada jaringan.
Perawat tidak bisa melihat dan merasakan nyeri yang dialami oleh klien
karena nyeri bersifat subyektif (antara satu individu dengan individu lainnya
berbeda dalam menyikapi nyeri). Perawat memberi asuhan keperawatan
kepada klien di berbagai situasi dan keadaan, yang memberikan intervensi
untuk meningkatkan kenyamanan. Menurut beberapa teori keperawatan
kenyamanan adalah kebutuhan dasar klien yang merupakan tujuan pemberian
asuhan keperawatan. (Smeltzer, S. C. 2013)
Nyeri dapat diatasi yaitu dengan analgesik, imaginery, TENS
(Transcutaneous Electrical Nerve Stimulation), teknik relaksasi, dan distraksi.
Salah satu metode distraksi adalah pengalihan fokus perhatian atas sesuatu
selain dari nyeri (Judha, Sudarti, & Fauziah, 2012).Tenaga kesehatan bertugas
dan berkewajiban untuk mengidentifikasi nyeri, mengobati sumber terjadinya
nyeri dan mengurangi nyeri. Metode non famakologis bisa dijadikan pilihan
alternatif dalam mengurangi nyeri. Di ruang instalasi gawat darurat, metode
non farmakologis merupakan bagian vital dari perawatan yang diberikan
kepada pasien dan sangat membantu, sebab metode non farmakologi sangat
efektif meminimalisir nyeri pada pasien di instalasi gawat darurat.
Pasien yang merasa bosan, maka tingkat kewaspadaan terhadap nyeri
meningkat sehingga mempersepsikan nyeri lebih akut. Teknik distraksi dapat
mengalihkan tingkat kewaspadaan klien akan nyerinya bahkan meningkatkan
toleransi terhadap persepsi nyeri yang diterima sehingga dapat mengatasi
nyeri selama pelaksanaan prosedur invasif (Muttaqin, 2010).
Salah satu metode distraksi adalah terapi musik.Terapi musik adalah
salah satu bentuk dari rangsangan sensorik yang menimbulkan respon rasa
nyaman yang terkait dengan jenis musik.Beberapa hasil penelitian dan
pengalaman klinis membuktikan bahwa ada dampak positif pada pengguna
terapi musik bahkan pada klien yang sudah resisten terhadap pengobatan
lainnya (American Music Therapy Association, 2010). Musik adalah segala
sesuatu yang memberikan efek menyenangkan, keceriaan, dan mempunyai
irama (ritme) melodi, timbre tertentu untuk membantu tubuh dan pikiran
saling bekerja sama (Fauzi,2006). Dalam dunia medis musik digunakan
sebagai terapi, karena musik dapat meningkatkan,memulihkan dan
memelihara kesehatan fisik, mental emosional, sosial,dan spiritual (E.
Sulistyorini,2014). Musik mampu meringankan penderitaan pasien dari rasa
sakit, karena saraf untuk mendengarkan musik dan saraf perasa sakit itu sama
sehingga pada saat pasien mengalami rasa sakitnya dapat dialihkan dengan
cara mendengarkan musik (Marita, 2014).
Selain itu terapi musik juga merupakan salah satu tindakan ma perawat
dalam manajemn nyeri, berbagai penelitian menunjukan bahwa jenis musik
yang efektif dalam manajamen nyeri adalah musik klasik. Hal ini dikarenakan
musik klasik memiliki tempo yang berkisar antara 60-80 beats per menit
selaras dengan detak jantung manusia (Suherman, 2010). Penelitian
menunjukan bahwa musik klasik bermanfaat untuk membuat seseorang
menjadi rileks, menimbulkan rasa aman dan sejahtera, melepaskan rasa
gembira dan sedih, menurukan tingkat kcemasan pasien pra operasi dan
melepaskan rasa sakit dan mnurunkan tingkat stress. Hal tersebut trjadi karna
adanya penurunan adrnal corticotropin hormon (ACTH) yang merupakan
hormon strss ( Bernatzky et al, 2011).
B. TUJUAN PENULISAN
1. Tujuan Umum
Penuyusunan makalah ini bertujuan untuk mengetahui Pengaruh
Terapi Musik Terhadap Penurunan Intensitas Nyeri di Ruang Instalasi
Gawat Darurat Rumah Sakit Umum Daerah Kota Bandung.
2. Tujuan Khusus
a. Mengukur intensitas nyeri pada pasien nyeri, sebelum dilakukan
intervensi diruangan IGD RSUD Kota Bandung.
b. Mengukur intensitas nyeri pada pasien nyeri, setelah dilakukan
intervensi diruangan IGD RSUD Kota Bandung.
c. Menganalisis pengaruh terapi musik instrumental pada pasien nyeri
kepala diruangan IGD RSUD Kota Bandung
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Therapi Musik
1. Definisi
Terapi musik adalah usaha meningkatkan kualitas fisik dan mental
dengan ransangan suara yang terdiri dari melodi, ritme, harmoni, timbre,
bentuk dan gaya yang diorganisir sedemikian rupa hingga tercipta musik
yang bermanfaat untuk kesehatan fisik dan mental. Musik memiliki
kekuatan untuk mengobati penyakit dan meningkatkan kemampuan
pikiran seseorang. Musik diterapkan menjadi sebuah terapi dan music
dapat meningkatkan, memulihkan, memelihara kesehatan fisik, mental,
emosional, sosial dan spiritual.Hal ini disebabkan musik memiliki
beberapa kelebihan, yaitu karena musik bersifat nyaman, menenangkan,
membuat rileks, berstruktur, dan universal.Terapi musik adalah terapi
yang universal dan bisa diterima oleh semua orang karena kita tidak
membutuhkan kerja otak yang berat untuk menginterpretasi alunan
musik.Terapi musik sangat mudah diterima organ pendengaran kita dan
kemudian melalui saraf pendengaran disalurkan kebagian otak yang
memproses emosi (sistem limbik) (Eka2010).
NewZealand Society for Music Therapy menyatakan bahwa terapi
musik terbukti efektifitasnya untuk diimplementasikan pada bidang
kesehatan, karena musik dapat menurunkan kecemasan,nyeri,stress,dan
menimbulkan mood yang positif (Zealand society for music therapy 2005
dalam Novita 2012). Berdasarkan uraian tersebut dapat disimpulkan
bahwa terapi musik adalah terapi menggunakan media musik dalam
pengobatan yang dapat mempengaruhi aspek seseorang dalam
penyembuhan baik fisik maupun mental dengan musik alunan lembut
yang menenangkan.
2. Jenis TerapiMusik
Jenis terapi musik ada dua yaitu:
a. Aktif-kreatif
b. Terapi musik diterapkan dengan melibatkan klien secara langsung
untuk ikut aktif dalam sebuah sesi terapi melalui cara:
1) Menciptakan lagu (Composing). Cara ini dilakukan dengan
mengajarkan klien diajak untuk menciptakan lagu sederhana
ataupun membuat lirik dan terapis yang akan melengkapi secara
harmoni.
2) Improvisasi. Cara ini merupakan upaya membuat musik secara
spontan dengan menyanyi ataupun bermain musik pada saat itu
juga dan membuat improvisasi dari musik yang diberikan oleh
terapis.
3) Re-Creating Music merupakan cara mengajak klien bernyanyi
ataupun bermain instrumen musik dari lagu-lagu yang sudah
kenal.
c. Pasif-Reseptif
Dalam sesi reseptif, klien akan mendapat terapi dengan
mendengarkan musik. Terapi ini lebih menekankan pada physical,
emotional intellectual, aesthetic of spiritual dari musik itu sendiri
sehingga klien akan merasakan ketenangan atau relaksasi. Musik
yang digunakan dapat bermacam jenis dan style tergantung dengan
kondisi yang dihadapi klien (Natalia 2013).
3. Manfaat Musik
Manfaat terapi musik dibidang kesehatan antara lain:
a. Menurunkan tekanan darah melalui ritmik musik yang stabil
memberikan irama teratur pada sistem jantungmanusia.
b. Menstimulasikan kerja otak, dengan mendengarkan musik dengan
harmony yang baik akan menstimulasikan otak untuk melakukan
proses analisa terhadap lagutersebut.
c. Meningkatkan imunitas tubuh yaitu suasana yang ditimbulkan oleh
musik akan mempengaruhi system kerja hormon manusia dan jika
kita mendengar music baik atau positif maka hormon yang
meningkatkan imunitas tubuh juga akanberproduksi.
d. Memberikan keseimbangan pada detak jantung dan denyut nadi
(Natalia2013).
e. Musik meningkatkankecerdasan
1) Daya ingat. Kegiatan bernyanyi dengan lirik lagu dan
menghafalkan lirik lagu akan melatih dayaingat.
2) Konsentrasi. Pada saat terlibat dalam bermusik misalnya
menyanyi, bermain instrumen akan menyebabkan otak bekerja
secaraterfokus.
3) Emosional. Musik dapat memberikan pengaruh secara
emosional terhadap makhlukhidup.
f. Musik meningkatkan kerja otak, mengaktifkan motorik halus dan
motorik kasar. Musik sebagai kegiatan gerak tubuh (menari,
berolahraga,dll)
g. Mengurangi rasasakit
Musik bekerja pada sistem saraf otonom yaitu bagian sistem
saraf yang bertanggung jawab mengontrol tekanan darah, denyut
jantung dan fungsi otak, yang mengontrol perasaan dan
emosi.Menurut penelitian, kedua system tersebut bereaksi sensitif
terhadap musik.Saat merasa sakit, kita menjadi takut, frustasi dan
marah yang membuat kita menegangkan otot-otot tubuh, hasilnya
rasa sakit menjadi semakin parah.Mendengarkan musik secara
teratur membantu tubuh rileks secara fisik dan mental, sehingga
membantu menyembuhkan dan mencegah rasa sakit. Pada proses
persalinan, terapi musik berfungsi mengatasi kecemasan dan
mengurangi rasa sakit (Marmi 2013).
B. Nyeri
1. Definisi
The international assosiation for the study of pain mendefinikan nyeri
merupakan pengalaman sensoris dan emosional yang tidak
menyenangkan yang disertai oleh kerusakan jaringan secara potensial
dan aktual. Nyeri merupakan suatu kondisi yang lebih dari sekedar
sensasi tunggal yang disebabkan oleh stimulus tertentu Intensitas
bervariasi mulai dari nyeri ringan sampai nyeri berat namun menurun
sejalan dengan proses penyembuhan (Price & Wilson, 2014). Nyeri
bersifat subjektif, tidak ada dua individu yang mengalami nyeri yang
sama dan tidak ada dua kejadian nyeri yang sama menghasilkan respon
atau perasaan yang identik pada individu. Nyeri merupakan sumber
frustasi, baik pasien maupun tenaga kesehatan (Potter & Perry, 2010).
Nyeri merupakan sensasi tidak menyenangkan yang terlokalisasi pada
suatu bagian tubuh (Judha, Sudarti & Fauziahm, 2012)
2. Jenis- jenisnyeri
Nyeri berdasarkan waktu(durasi)
a. Nyeriakut
Nyeri akut yaitu nyeri yang diakibatkan oleh suatu penyakit, radang,
atau injuri.Nyeri jenis ini biasanya bersifat tiba-tiba.Nyeri akut
mengidentifikasi bahwa kerusakan atau cedera sudah terjadi,
sehingga nyeri akut berkurang sejalan dengan terjadinya
penyembuhan.Nyeri akut ini pada umumnya terjadi selama kurang
dari 6 (enam) bulan.
b. Nyerikronik
Nyeri kronik yaitu nyeri yang konstan dan intermiten yang menetap
sepanjang suatu periode waktu.Nyeri ini dapat menjadi lebih berat
jika dipengaruhi oleh lingkungan dan faktor kejiwaan.Nyeri kronis
dapat berlangsung lebih dari 6 (enam) bulan (Judha, Sudarti &
Fauziah2012).
3. Penatalaksanaan nyeri
D. Result
Kelompok kontrol
Kelompok intervensi
Responden pretest Posttes
Tn. A 4 0
Ny. R 4 2
Tn. R 9 3
Tn. C 7 6
Ny. A 5 3
Ny. T 6 2
Mannwhitney
Ranks
3 The Use of Music Penelitian ini akan fokus Metode penelitian: Analisis pertama yang Efektivitas terapi
Therapy in the pada efek terapi musik eksperimen pre-post test dilakukan adalah antara musik terbukti dalam
Emergency Room live, pada orang dewasa, pre-test dan post-test dari temuan signifikan
for Pain and Anxiety dalam keadaan darurat Lokasi: di rumah sakit skor nyeri dalam
Management ruang untuk manajemen regional di Florida Utara partisipan. Uji-t penurunan skor
rasa sakit dan / atau Sampel sebanyak 30. digunakan untuk nyeri. Karena rasa
kecemasan dan untuk Dengan rincian 22 laki- menganalisis data dengan sakit adalah salah
memastika manfaat untuk laki dan 8 perempuan alpha = 0,05 (t = satu gejala utama
ruang gawat darurat 4,67, df = 58, nilai kritis t pasien ketika
= 2.00) mereka tiba di ruang
Hasil menunjukkan gawat darurat,
perbedaan yang pengurangan
signifikan dalam signifikan dalam
pengurangan skor nyeri skor ini
peserta sebelum sesi menunjukkan
terapi musik dan dampak dari sesi
kemudian terapi musik
setelah sesi terapi Terapi musik juga
musik. Nilai rata-rata memiliki efek
pre-test adalah 7,58 dan signifikan pada
rata-rata post-test kenyamanan pasien
skor adalah 6.05 pada
skor 0-10 dengan 0 tidak
ada rasa sakit dan 10
menjadi sangat sakit
C. Discussion
Nyeri adalah pengalaman sensorik dan emosional yang tidak
menyenangkan akibat kerusakan jaringan, baik aktual maupunpotensial atau
yang digambarkan dalam bentuk kerusakan tersebut. Mekanisme timbulnya
nyeri didasari oleh proses multipel yaitu nosisepsi, sensitisasi perifer,
perubahan fenotip, sensitisasi sentral, eksitabilitas ektopik, reorganisasi
struktural, dan penurunan inhibisi. Antara stimulus cedera jaringan dan
pengalaman subjektif nyeri terdapat empat proses tersendiri :tranduksi,
transmisi, modulasi, dan persepsi (Bahrudin, 2017).
Intervensi yang dilakukan adalah dengan memberikan musik
instrumental, hal ini disebabkan karena terapi musik instrumental mempunyai
ciri nada yang lembut. Penanganan nyeri pada pasien di instalasi gawat
darurat merupakan salah satu tindakan utama yang harus segera diberikan
pada pasien. Teknik penanganan nyeri dengan menggunakan nonfarmakologi
yang telah terbukti dapat menurunkan nyeri adalah dengan memberikan terapi
musik. Pemberian terapi musik terbukti dapat menurunkan nyeri yang
dirasakan oleh pasien.
Musik instrumental terbukti mampu mengurangi intensitas nyeri. Musik
membantu pasien untuk dapat meningkatkan kontrol, mampu merangsang/
menstimulasi tubuh untuk mengeluarkan endorphine untuk melawan nyeri
dan musik yang lembut dapat menimbulkan rileksasi.
Endorphine atau neuropeptida endorgenic morphine merupakan zat
nyeri alamiah yang dimiliki oleh setiap orang yang diproduksi dikelenjar
pitutary serta merupakan jenis neuromodulator. Endorphine dianggap dapat
menimbulkan hambatan postsinaptik pada serabut nyeri sehingga
meningkatnya endhorphine dapat mengurangi rasa nyeri yang dirasakan oleh
pasien.
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan bahwa untuk mengurangi
rasa nyeri dengan menggunakan terapi musik, dilakukan dengan eksperimen
kepada 6 orang pasien dengan kelompok kontrol dan 6 orang pasien
kelompok intervensi, hasil penelitian menunjukan Masym 0, 121. Hasil
tersebut menunjukan bahwa terapi musik tidak memilikipengaruh yang
signifikan terhadap upaya mengurangi skala nyeri pada pasien di UGD.
Meskipun dari hasil statistic todak berpengaruh akan tetapi ketika pasien di
wawancara mereka mengaku merasakan kenyamanan saat dilakukan terapi
musik, hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Madel at all
bahwa tidak terdapat pengaruh yang signifikan terhadap skala nyeri pasien
namun hal ini dapat meningkatakan kenyamanan pasien dengan permintaan
yang berkelanjutan terhadap terapi musik. Hal ini juga terjadi kepada
responden Tn. R yang meminta terapi musik untuk tetap dilanjutkan
meskipun waktu dari penelitian sudah habis.
Ada banyak komponen perawatan yang tidak dapat dikontrol oleh
terapis musik ( peneliti)berjalan, ketika bekerja dengan pasien lain. Ini
termasuk jumlah interupsi dari pasien lain atau dari petugas . Meskipun
peneliti terapi musik tidak pernah menghentikan musik, gangguan seperti
perawat memasuki ruangan untuk mengganti cairan, mengamati luka pasien,
atau bahkan memasukkan saja ruang untuk mengantar bahan untuk prosedur
yang mungkin terjadi kemudian, menyebabkan pasien untuk memindahkan
fokus mereka menjauh dari musik dan bahkan ke staf medis.
BAB III
KESIMPULAN
A. Kesimpulan
Nyeri adalah pengalaman sensorik dan emosional yang tidak
menyenangkan akibat kerusakan jaringan, baik aktual maupunpotensial atau
yang digambarkan dalam bentuk kerusakan tersebut. Mekanisme timbulnya
nyeri didasari oleh proses multipel yaitu nosisepsi, sensitisasi perifer,
perubahan fenotip, sensitisasi sentral, eksitabilitas ektopik, reorganisasi
struktural, dan penurunan inhibisi. Antara stimulus cedera jaringan dan
pengalaman subjektif nyeri terdapat empat proses tersendiri :tranduksi,
transmisi, modulasi, dan persepsi (Bahrudin, 2017).
Nyeri merupakan alasan yang paling umum seseorang mencari bantuan
perawatan kesehatan. Nyeri terjadi bersama proses penyakit pemeriksaan
diagnostik dan proses pengobatan. Nyeri sangat mengganggu dan menyulitkan
banyak orang. Nyeri dapat diatasi yaitu dengan analgesik, imaginery, TENS
(Transcutaneous Electrical Nerve Stimulation), teknik relaksasi, dan distraksi.
Salah satu metode distraksi adalah pengalihan fokus perhatian atas sesuatu
selain dari nyeri (Judha, Sudarti, & Fauziah, 2012).
Salah satu metode distraksi adalah dengan terapi musik. Terapi musik
adalah usaha meningkatkan kualitas fisik dan mental dengan ransangan suara
yang terdiri dari melodi, ritme, harmoni, timbre, bentuk dan gaya yang
diorganisir sedemikian rupa hingga tercipta musik yang bermanfaat untuk
kesehatan fisik dan mental.
Efek terapi musik pada nyeri adalah distraksi terhadap pikiran tentang
nyeri, menurunkan kecemasan, menstimulusi ritme nafas lebih teratur,
menurunkan ketegangan tubuh, memberikan gambaran positif pada visual
imageri,relaksasi, dan meningkatkan mood yang positif. Terapi music dapat
mendorong perilaku kesehatan yang positif, mendorong kemajuan pasien
selama masa pengobatan dan pemulihan(Schou 2008 dalam Mahanani 2013).
Musik instrumental terbukti mampu mengurangi intensitas nyeri. Musik
membantu pasien untuk dapat meningkatkan kontrol, mampu merangsang/
menstimulasi tubuh untuk mengeluarkan endorphine untuk melawan nyeri dan
musik yang lembut dapat menimbulkan rileksasi.
Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh kelompok, dengan metode
eksperimen terhadap 6 sample kelompok kontrol dan 6 sample kelompok
intervensi, didapati hasil bahwa responden mengalami perubahan skala nyeri
awal sebelum dilakukan terapi musik sama halnya pada sample kelompok
kontrol yang tidak diberikan terapi music, hal ini tidak menyingkirkan
pengaruh dengan pemberian analgetik terhadap perubahan skala nyeri.
Berdasarkan hasil penelitian maka didapati bahwa terapi musik tidak
berpengaruh secara signifikan terhadap upaya mengurangi skala nyeri pada
pasien, sedangkan telaah jurnal menyebutkan bahwa terapi musik dapat
mempengaruhi secara signifikan terhadap penurunan skala nyeri. Perbedaan
hasil penelitian dan telaah jurnal dapat dimungkinkan terjadi karena kurangnya
sampel penelitian. Ada baiknya pada penelitian selanjutnya jumlah sampel
dapat ditambahkan atau kriteria inklusi diubah pada kelompok intervensi.
Meskipun dari hasil statistik terapi musik tidak berpengaruh secara
signifikan terhadap nyeri akan tetapi ketika pasien diwawancara mereka
mengaku merasakan kenyamanan saat dilakukan terapi musik. Terapi musik
tetap dapat digunakan sebagai salah satu intervensi untuk mengurangi nyeri
atau alternatif intervensi untuk mendampingi pasien saat mendapatkan terapi
analgetik.Terapi musik dapat diberikan diruang Unit Gawat Darurat namun
tetap dengan memperhatikan kebutuhan dasar pasien dan keadaan Unit Gawat
darurat tersebut, agar dapat terlaksana dengan baik serta memberikan hasil
yang optimal terhadap upaya pengurangan nyeri bagi pasien.
DAFTAR PUSTAKA