Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN PENDAHULUAN

FARINGITIS
1. Pengertian
Faringitis adalah infeksi (virus atau bakteri) dan inflamasi pada faring. Faringitis
adalah keadaan inflamasi pada struktur mukosa, submukosa tenggorokan. Jaringan yang
mungkin terlibat antara lain orofaring, nasofaring, hipofaring, tonsil dan adenoid.
Faringitis adalah suatu peradangan pada tenggorokan (faring).Faringitis (dalam
bahasa Latin; pharyngitis), adalah suatu penyakit peradangan yang menyerang tenggorok
atau faring. Kadang juga disebut sebagai radang tenggorokan.
Radang tenggorokan berarti dinding tenggorokan menebal atau bengkak,
berwarna lebih merah, ada bintik-bintik putih dan terasa sakit bila menelan makanan.
2. Etilogi
Beberapa penyebab dari faringitis yaitu:
a. Virus
Virus merupakan etiologi terbanyak dari faringitis. Beberapa jenis virus ini yaitu:

Rhinovirus
Coronavirus
Virus influenza
Virus parainfluenza
Adenovirus
Herpes Simplex Virus tipe 1 dan 2
Coxsackievirus A
Cytomegalovirus
Virus Epstein-Barr
HIV

b. Bakteri
Beberapa jenis bakteri penyebab faringitis yaitu:
Streptoccocus pyogenes, merupakan penyebab terbanyak pada
faringitis akut
Streptokokus grup A, merupakan penyebab terbanyak pada anak usia 5
15 tahun, namun jarang menyebabkan faringitis pada anak usia <3
tahun.
Streptokokus grup C dan G
Neisseria gonorrheae
Corynebacterium diphtheriae
1

Corynebacterium ulcerans
Yersinia enterocolitica
Treponema pallidum
Vincent angina, merupakan mikroorganisme anaerobik dan dapat
menyebabkan komplikasi yang berat, seperti abses retrofaringeal dan
peritonsilar.

3. Patofisiologi
Organisme yang menghasilkan eksudat saja atau perubahan kataral sampai yang
menyebabkan edema dan bahkan ulserasi dapat mengakibatkan faringitis.Pada stadium
awal, terdapat hiperemia, kemudian edema dan sekresi yang meningkat.Eksudat mulamula serosa tapi menjadi menebal atau berbentuk mukus dan kemudian cenderung
menjadi kering dan dapat melekat pada dinding faring.
Dengan hiperemia, pembuluh darah dinding faring menjadi melebar. Bentuk
sumbatan yang berwarna putih, kuning atau abu-abu terdapat dalam folikel atau jaringan
limfoid. Tidak adanya tonsilia, perhatian biasanya difokuskan pada faring dan tampak
bahwa folikel limfoid atau bercak-bercak pada dinding faring posterior atau terletak lebih
ke lateral, menjadi meradang dan membengkak. Tekanan dinding lateral jika tersendiri
disebut faringitis lateral. Hal ini tentu saja mungkin terjadi, bahkan adanya tonsilia,
hanya faring saja yang terkena.

Pathway

4. Klasifikasi
a.
Faringitis akut
Adalah radang tenggorok yang disebabkan oleh virus dan bakteri yaitu
streptokokus grup A dengan tanda dan gejala mukosa dan tonsil yang masih
berwarna merah, malaise, nyeri tenggorok dan kadang disertai demam dan
batuk.Faringitis ini terjadinya masih baru,belum berlangsung lama.
b.

Faringitis kronis
Adalah radang tenggorok yang sudah berlangsung dalam waktu yang lama,
biasanya tidak disertai nyeri menelan, cuma terasa ada sesuatu yang mengganjal di
tenggorok.Faringitis kronis umumnya terjadi pada individu dewasa yang bekerja
atau tinggal dalam lingkungan berdebu,menggunakan suara berlebihan, menderita

c.

batu kronik, dan kebiasan menkonsumsi alcohol dan tembakau


Faringitis Spesifik
1) Faringitis Luetika
a. Stadium Primer
Kelainan pada stadium ini terdapat pada lidah, palatum mole,
tonsil, dan dinding faring posterior.Kelainan ini berbentuk bercak
keputihan di tempat tersebut.
b. Stadium Sekunder
Stadium ini jarang ditemukan.Pada stadium ini terdapat pada
dinding faring yang menjalar ke arah laring.
c. Stadium Tersier

Pada stadium ini terdapat guma.Tonsil dan pallatum merupakan


tempat predileksi untuk tumuhnya guma.Jarang ditemukan guma di
dinding faring posterior.
2) Faringitis Tuberkulosa
Kuman tahan asam dapat menyerang mukosa palatum mole, tonsil,
palatum durum, dasar lidah dan epiglotis. Biasanya infeksi di daerah faring
merupakan proses sekunder dari tuberkulosis paru, kecuali bila terjadi
infeksi kuman tahan asam jenis bovinum, dapat timbul tuberkulosis faring
primer.
Klasifikasi berdasarkan agen penyebab :
Faringitis Virus

Faringitis Bakteri

Biasanya tidak ditemukan nanah di Sering ditemukan nanah di tenggorokan


tenggorokan
Demam, biasanya tinggi.

Demam

Jumlah sel darah putih normal atau agak Jumlah sel darah putih meningkat ringan
meningkat

sampai sedang

Kelenjar getah bening normal atau sedikit Pembengkakan ringan sampai sedang
membesar

pada kelenjar getah bening

Tesapus tenggorokan memberikan hasil Tesapus tenggorokan memberikan hasil


negative
Pada

biakan

positif untuk strep throat


di

tumbuh bakteri

laboratorium

tidak Bakteri

tumbuh

pada

biakan

di

laboratorium

5. Manifestasi klinis
Manifestasi klinis akut:
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.
i.
j.
k.
l.

Nyeri Tenggorokan
Sulit Menelan, serak, batuk
Demam
Mual, malaise
Kelenjar Limfa Leher Membengkak
Tonsil kemerahan
Membran faring tampak merah
Folikel tonsil dan limfoid membengkak dan di selimuti oleh eksudat
Nyeri tekan nodus limfe servikal
Lesu dan lemah, nyeri pada sendi-sendi otot, dan nyeri pada telinga.
Peningkatan jumlah sel darah putih (Leukosit Al)
Nodus limfe servikal membesar dan mengeras
4

m.
n.

Mungkin terdapat demam,malaise dan sakit tenggorokan


Serak,batuk,rhinitis bukan hal yang tidak lazim.

Manifestasi klinis kronis:


a.
b.
c.

Rasa iritasi dan sesak yang konstan pada tenggorokan.


Lendir yang terkumpul dalam tenggorokan dan dikeluarkan dengan batuk.
Kesulitan menelan.

Tanda dan gejala faringitis dibedakan berdasarkan etiologinya, yaitu:


a.

Virus
Jarang ditemukan tanda dan gejala yang spesifik. Faringitis yang
disebabkan oleh virus menyebabkan rhinorrhea, batuk, dan
konjungtivitis.
Gejala lain dari faringitis penyebab virus yaitu demam yang tidak
terlalu tinggi dan sakit kepala ringan.
Pada penyebab rhinovirus atau coronavirus, jarang terjadi demam,
dan tidak terlihat adanya adenopati servikal dan eksudat faring.
Pada penyebab virus influenza, gejala klinis bisa tampak lebih parah
dan biasanya timbul demam, myalgia, sakit kepala, dan batuk.
Pada penyebab adenovirus, terdapat demam faringokonjungtival dan
eksudat faring. Selain itu, terdapat juga konjungtivitis.
Pada penyebab HSV, terdapat inflamasi dan eksudat pada faring, dan
dapat ditemukan vesikel dan ulkus dangkal pada palatum molle.
Pada penyebab coxsackievirus, terdapat vesikel-vesikel kecil pada
palatum molle dan uvula. Vesikel ini mudah ruptur dan membentuk
ulkus dangkal putih.
Pada penyebab CMV, terdapat eksudat faring, demam, kelelahan,
limfadenopati generalisata, dan splenomegali.
Pada penyebab HIV, terdapat demam, myalgia, arthralgia, malaise,
bercak kemerahan makulopapular yang tidak menyebabkan pruritus,
limfadenopati, dan ulkus mukosa tanpa eksudat.

b.

Bakteri
Faringitis dengan penyebab bakteri umumnya menunjukkan tanda dan
gejala berupa lelah, nyeri/pegal tubuh, menggigil, dan demam yang lebih dari
380C.

Faringitis

yang

menunjukkan

adanya

mononukleosis

memiliki

pembesaran nodus limfa di leher dan ketiak, tonsil yang membesar, sakit kepala,
hilangnya nafsu makan, pembesaran limpa, dan inflamasi hati.
5

Pada penyebab streptokokus grup A, C, dan G, terdapat nyeri faringeal,


demam, menggigil, dan nyeri abdomen. Dapat ditemukan hipertrofi tonsil,
membran faring yang hiperemik, eksudat faring, dan adenopati servikal. Batuk
tidak ditemukan karena merupakan tanda dari penyebab virus.
Pada penyebab S. Pyogenes, terdapat demam scarlet yang ditandai
dengan bercak kemerahan dan lidah berwarna stoberi.
Pada penyebab bakteri lainnya, ditemukan adanya eksudat faring dengan
atau tanpa tanda klinis lainnya.

6. Pemeriksaan penunjang
a.
Pemeriksaan Biopsi
Contoh jaringan untuk pemeriksaan dapat diperoleh dari saluran pernapasan
(sekitar faring) dengan menggunakan teknik endoskopi. Jaringan tersebut akan
diperiksa dengan mikroskop untuk mengetahui adanya peradangan akibat bakteri
atau virus.
b.

Pemeriksaan Sputum
Pemeriksaan sputum makroskopik, mikroskopik atau bakteriologik penting dalam
diagnosis etiologi penyakit.Warna bau dan adanya darah merupakan petunjuk yang
berharga.

c.

Pemeriksaan Laboratorium
1) Sel darah putih (SDP)
Peningkatan komponen sel darah putih dapat menunjukkan adanya infeksi atau
inflamasi.
2) Analisa Gas Darah
Untuk menilai fungsi pernapasan secara adekuat, perlu juga mempelajari halhal diluar paru seperti distribusi gas yang diangkut oleh sistem sirkulasi.

7. Penatalaksanaan
1.
Antibiotik golongan penicilin atau sulfanomida
a. Faringitis streptokokus paling baik diobati peroral dengan penisilin (125-250
b.
2.
3.
4.

mg penisilin V tiga kali sehari selama 10 hari)


Bila alergi penisilin dapat diberikan eritromisin (125 mg/6 jam untuk usia 0-2

tahun dan 250 mg/6 jam untuk usia 2-8 tahun) atau klindamisin.
Tirah Baring
Pemberian cairan yang adekuat
Diet ringan
6

5.

Obat kumur hangat.


Berkumur dengan 3 gelas air hangat. Gelas pertama berupa air hangat sehingga
penderita dapat menahan cairan dngan rasa enak. Gelas kedua dan ketiga dapae
diberikan air yang lebihhangat.Anjurkan setiap 2 jam. Obatnya yaitu:
a.

b.

6.

Cairan saline isotonik ( sendok teh garam dalam 8 oncesair hangat).


Bubuk sodium perbonat (1 sendok teh bubuk dalam 8 ounces air hangat).
Hal ini terutama berguna pada infeksi vincent atau penyakit mulut. (1 ounce

= 28 g)
Pendidikan Kesehatan.
a. Instruksikan pasien menghindari kontak dengan orang lain sampai demam
b.

hilang. Hindari penggunaan alkohol, asap rokok, tembakau dan polutan lain.
Anjurkan pasien banyak minum. Berkumur dengan larutan normal salin dan
pelega tenggorokan bila perlu.

8. Komplikasi
1.
Otitis media purulenta bakterialis
Daerah telinga tengah normalnya adalah steril. Bakteri masuk melalui tube
eustacius akibat kontaminasi sekresi dalam nasofaring.
2.

Abses Peritonsiler
Sumber infeksi berasal dari penjalaran faringitis/tonsilitis akut yang mengalami
supurasi, menembus kapsul tonsil.

3.

Glomerulus Akut
Infeksi Streptokokus pada daerah faring masuk ke peredaran darah, masuk ke
ginjal. Proses autoimun kuman streptokokus yang nefritogen dalam tubuh
meimbulkan bahan autoimun yang merusak glomerulus.

4.

Demam Reumatik
Infeksi streptoceal yang awalnya ditandai dengan luka pada tenggorok akan
menyebabkan peradangan dan pembentukan jaringan parut pada katup-katup
jantung, terutama pada katup mitral dan aorta.

5.

Sinusitis
Sinusitis adalah radang sinus yang ada disekitar hidung dapat berupa sinusitis
maksilaris / frontalis. Sinusitis maksilaris disebabkan oleh komplikasi peradangan
jalan napas bagian atas (salah satunya faringitis), dibantu oleh adanya faktor
predisposisi. Penyakit ini dapat disebabkan oleh kuman tunggal dan dapat juga
campuran seperti streptokokus, pneumokokus, hemophilus influenza dan kleb
siella pneumoniae.
7

6.

Meningitis
Infeksi bakteri padadaerah faring yang masuk ke peredaran darah, kemudian masuk
ke meningen dapat menyebabkan meningitis. Akan tetapi komplikasi meningitis
akibat faringitis jarang terjadi.
ASUHAN KEPERAWATAN
PASIEN FARINGITIS

PENGKAJIAN
Data Subyektif
1) Identitas Klien
Nama
No Register
Umur
Jenis kelamin
Suku/ bangsa
Agama
Pendidikan
Pekerjaan
Alamat
Diagnosa Medis
Tanggal MRS
Tanggal Pengkajian

:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:

2) Riwayat Keperawatan
1) Keluhan utama
Nyeri saat menelan pada leher
2) Riwayat keluhan utama
Pasien mengatakan nyeri dan merasa tidak nyaman pada daerah leher.
Pasien mengatakan mual dan muntah.
Pasien mengatakan terasa sakit saat menelan.
3) Riwayat Penyakit Sekarang
Alasan masuk rumah sakit.
4) Riwayat penyakit dahulu
Mengkaji apakah pasien sebelumnya pernah mengalami sakit yang sama atau
yang berhubungan dengan penyakit yang diderita sekarang. Missal pernah
mengalami infeksi pada saluran tenggorokan dan pernah dirawat di rumah sakit.
5) Riwayat penyakit keluarga
Mengakaji apakah di dalam keluarga pasien ada / tidak yang pernah mengalami
penyakit yang sama.
3) Pola fungsi Kesehatan
Pengkajian Pola fungsional Gordon
8

Pengkajian Pola fungsional Gordon


a.

Pola Persepsi-Manajemen Kesehatan


Tanyakan kepada klien bagaimana pandangannya tentang penyakit yang
diderita dan pentingnya kesehatan bagi klien. Kebiasaan makan makanan yang
terpapar virus/kuman, makanan yang mengandung pengawet, dan terpapar

b.

bahan kimia lain


Pola Nutrisi-Metabolik
Biasanya klien akan mengalami penurunan berat badan karena tidak
cukupnya nutrisi karena nyeri saat menelan akibat terjadinya inflamasi pada

c.

faring.
Pola Eliminasi
Sejak masuk rumah sakit, klien melakukan BAB dan BAK masih di WC

d.

tapi dipapah oleh keluarga. Klien mengaku lemah dan pusing.


Pola Aktivitas dan Latihan
Kaji bagaimana klien menjalani aktivitas sehari hari. Dapat mengalami

e.

gangguan bila inflamasi pada faring parah.


Pola istirahat dan tidur
Pasien terganggu istirahat dan tidurnya karena rasa nyeri pada telinga

f.

dan sering berdenging-denging. Pada malam hari klien sering terbangun.


Pola kognitif-persepsi
Kaji tingkat kesadaran klien. Apakah klien mengalami gangguan
pendengaran dan bagaimana klien dalam berkomunikasi. Namun biasanya
klien mengalami gangguan pendengaran jika infeksi menyebar sampai ke
telinga melalui tuba eustachius.

g.

Pola peran dan hubungan


Hubungan klien dengan keluarga dan masyarakat atau interaksi sosial
klien tidak mengalami gangguan. Keluarga bergantian untuk menjaga klien di

h.

rumah sakit.
Pola konsep diri
Pasien mengalami

harga

diri

rendah

karena

penyakit

yang

dideritanya dan dalam hal ini perlunya dukungan dari keluarga terdekat. Klien
i.

j.

mengaku malu dan taku mengalami ketergantungan pada keluarganya.


Pola seksual-reproduksi
Tanya kepada klien tentang hubunagn dengan istri atau suami, status
pernikahan.
Pola koping dan toleransi stress

Penderita mengalami stres dan ketakutan akibat nyeri yang dirasakan. Pola
keyakinan dan kepercayaan
Penderita mengalami gangguan pada saat beribadah, diharapkan
hubungan klien dan sang penciptanya harus lebih dekat dan terjadinya
peningkatan ibadah pada klien.

DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Nyeri berhubungan dengan proses inflamasi pada tenggorokan.
2. Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan dengan sekret yang kental
ditandai dengan kesulitan dalam bernafas.
3. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan kesulitan

menelan.
4. Kurang pengetahuan berhubungan dengan tidak familiar dengan sumber informasi.

INTERVENSI
No

Diagnosa Kep

Nyeri

Tujuan & Kriteria


Hasil
Tujuan :

berhubungan

Setelah diberikan asuhan

dengan proses

keperawatan selama 1 x

inflamasi pada

24 jam diharapkan nyeri

tenggorokan

pasien berkurang
Dengan kriteria hasil:
nyeri pasien
berkurang dari
skala 5 menjadi
3-2
Pasien tidak

Tujuan
1. Kaji ulang
tingkat nyeri
2. Ajarkan
teknik
relaksasi
3. Kaji TTV
4. Kolaborasi
dalam
pemberian
analgetik

Rasional
1. Agar tepat dalam
memilih tindakan
untuk mengatasi nyeri
2. Meningkatkan
relaksasi dan
mengurangi nyeri
3. Untuk mengetahui
keaadaan umum
pasien
4. Untuk mengurangi
nyeri

tampak meringis
TTV normal
10

Nadi:60-100 x
permenit
RR:16-20 x
permenit
TD:100-140/6090 mmHg
Suhu:36,8-37,2oC
2

Bersihan jalan

Tujuan :

napas tidak

Dalam waktu 1x24 jam

kualitas atau

efektif

jalan nafas pasien lancer

kedalaman

berhubungan

dengan kriteria hasil :

dengan dengan
sekret yang
kental ditandai
dengan

Pasien dapat
mengeluarkan
sputum
Pasien

kesulitan

mengatakan

dalam

dapat bernapas

bernafas,

dengan lancar

1. Identifikasi

nafas pasien
2. Anjurkan
untuk minum
air hangat.
3. Ajari pasien
untuk batuk

1. Untuk mengetahui
keadaan napas pasien
2. Untuk mencairkan
sputum agar mudah
dikeluarkan
3. Untuk melegakan
saluran pernapasan
4. Untuk mengencerkan
dahak/secret

efektif
4. Kolaborasi
untuk
pemberian
obat

Ketidakseimba

Tujuan :

ngan nutrisi

Dalam waktu 3x24 jam

makanan

kurang dari

nutrisi pasien terpenuhi

kebutuhan

dengan kriteria hasil :

pasien
2. Anjurkan

tubuh
berhubungan
dengan
kesulitan
menelan

1. Pasien mengatakan
tidak sakit dalam
menelan makanan
2. Pasien makan dengan
lahap
3. Nafsu makan pasien
meningkat
4. Pasien nampak lebih

ekspektoran
1. Kaji intake

Kurang

segar
Tujuan :

pasien untuk
makan
makanan yang
tinggi kalori
dan serat
3. kolaborasi

1. Untuk mengetahui
adanya peningkatan
nafsu makan
2. Untuk memenuhi
kebutuhan nutrisi
pasien
3. Untuk mendapatkan
menu makanan yang
sesuai dengan
kebutuhannya

dengan ahli
gizi
1. Kaji

tingkat 1. Untuk mengetahui


11

pengetahuan

Dalam waktu 1x24 jam

berhubungan

pasien mendapatkan

dengan tidak

pengetahuan tentang

familiar

penyakitnya dengan

dengan sumber

kriteria hasil :

informasi.

1. Pasien dapat
menyebutkan kembali
apa yang dijelaskan

pengetahuan

seberapa tahu pasien

pasien
2. Lakukan

akan penyakitnya
2. Agar pasien percaya

BHSP
3. Berikan

terhadap perawat
3. Untuk menambah

Health

pengetahuan dan

Education
4. Lakukan

informasi tentang

evaluasi

perawat
2. Pasien mengangguk

penyakitnya
4. Untuk mengetahui daya
tangkap pasien setelah
diberikan HE

dan nampak mengerti


3. Pasien mengatakan
mengerti
DAFTAR PUSTAKA

Bulecheck, Gloria M, dkk (Ed). 2013. Nursing Intervention Classification (NIC) 6th Edition.
Missouri: Elsevier.
Brunner dan Suddarth. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Edisi 8 Vol. 1. Jakarta :
EGC.
Carpenito, Lynda Jual. 2011. Buku Saku Diagnosis Keperawatan. Edisi 11. Jakarta: EGC
Doenges, E. Marilynn. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan Edisi 3. Jakarta: EGC
Efiaty Arsyad S,Dr,Sp.THT, 2000, Buku Ajar Ulmu Kesehatan Telinga, Hidung, Tenggorokan
Engel, Joyce. 2008. Pengkajian Pediatrik Edisi 4. Jakarta: EGC
Herdman, T. Heather (Ed). 2012. NANDA International: Nursing Diagnosis 2012-2014.
Oxford: Wiley
Kusuma, Hardhi, dkk. 2013. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis.
Yogyakarta : Media Action Publlishing
Mansjoer, Arif et al. 2000. Kapita Selekta Kedokteran. Edisi 3. Jilid I FKUI : Media
Aescukpius.

12

Moorhead, Sue, dkk (Ed). 2013. Nursing Outcomes Classification (NOC) 5th Edition.
Missouri: Elsevier.
Potter, Patricia A. 1956. Pengkajian Kesehatan. Jakarta : EGC.

13

Anda mungkin juga menyukai