Anda di halaman 1dari 64

7

KARYA ILMIAH AKHIR ASUHAN KEPERAWATAN

MEDIKAL BEDAH PADA PASIEN HIPERTENSI

DENGAN INOVASI PANDUAN DIET DIPUSKESMAS

RAWAT INAP TANJUNG RAJA

TAHUN 2022

Oleh :
MUHAMMAD ARIEF SURYANURI
2021207209108

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PRINGSEWU LAMPUNG


PROGRAM STUDI NERS KONVERSI
2021-2022
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Hipertensi merupakan gangguan kesehatan yang bersifat degeneratif

dengan tingkat kesakitan dan tingkat kematian yang tergolong tinggi,

menjadi salah satu dari faktor risiko utama penyakit tidak menular pada

orang dewasa di Indonesia, selain kebiasaan merokok dan obesitas (Peltzer

& Pengpid, 2018).

Hipertensi ditandai dengan tekanan darah lebih tinggi di atas nilai

normal. Tekanan darah dalam tubuh sendiri dapat digolongkan menjadi

dua, yaitu tekanan darah sistolik (tekanan darah paling tinggi saat otot

jantung berkontraksi) dan tekanan darah diastolik (tekanan darah paling

rendah saat otot jantung relaksasi). Tekanan darah tergolong tinggi jika

nilai tekanan sistoliknya ≥140mmHg dan tekanan diastolik ≥ 90 mmHg

pada pemeriksaan yang dilakukan berulang dan tekanan sistolik dijadikan

penentu diagnosis hipertensi (Soenarta et al., 2015)(Nandhini, 2014).

Hipertensi memberikan beban lebih berat pada jantung menyebabkan

penyakit jantung hipertensif, penyakit jantung koroner, stroke, aneurisme

arteri, penyakit arteri perifer yang dapat menyebabkan penyakit ginjal

kronis (Nandhini, 2014).

Diet DASH (Dietary Approaches to Stop Hypertension) merupakan


diet yang menekankan pada peningkatan konsumsi buah-buahan, sayuran

dan konsumsi olahan/produk susu rendah lemak dengan asupan lemak

jenuh, total lemak, dan kolesterol yang lebih rendah. Diet DASH juga

menekankan pentingnya konsumsi biji- bijian utuh, ikan, unggas, dan

kacang-kacangan, serta konsumsi bahan pangan berupa daging merah,

makanan manis (mengandung gula sederhana), dan minuman mengandung

gula dengan jumlah yang dikurangi (Sacks et al., 2001). Penelitian yang

dilakukan Sacks et al. (Sacks et al., 2001) menunjukkan bahwa intervensi

diet DASH menunjukkan penurunan asupan garam dalam periode 4 minggu

yang juga menurunkan tekanan darah pada dewasa pre-hipertensi dan

hipertensi.

Penerapan diet DASH pada pasien hipertensi menarik dan penting

untuk dibahas karena bertujuan memperbaiki kondisi hipertensi yang

merupakan faktor risiko penyakit tidak menular (PTM) yang paling

signifikan. Pembahasan mengenai penerapan diet DASH berdasarkan

konseling dan edukasi di Indonesia penting dibahas untuk memahami

beberapa faktor yang berkaitan dengan efektivitas penerapan diet ini

terhadap perbaikan kondisi pasien hipertensi. Tujuan dari penulisan artikel

ini adalah mengetahui efektivitas penerapan diet DASH pada kondisi

hipertensi dan faktor-faktor yang berkaitan dengan kepatuhan diet DASH.

Menurut World Health Organization (WHO) tahun 2012 Hipertensi

memberikan kontribusi untuk hampir 9,4 juta kematian akibat penyakit


kardiovaskuler setiap tahun. Hal ini juga meningkatkan risiko penyakit

jantung koroner sebesar 12% dan meningkatkan risiko stroke sebesar 24%

(WHO, 2012). Data Global Status Report on Noncommunicable Diseases

2012 dari WHO, menyebutkan 40% negara ekonomi berkembang memiliki

penderita hipertensi, sedangkan negara maju hanya 35%. Kawasan Asia

Tenggara, terdapat 36% orang dewasa yang menderita hipertensi dan telah

membunuh 1,5 juta orang setiap tahunnya. Jumlah penderita hipertensi

akan terus meningkat tajam, diprediksikan pada tahun 2025 sekitar 29%

atau sekitar 1,6 miliar orang dewasa di seluruh dunia menderita hipertensi

(Depkes RI 2012:1).

Data Dapertemen Kesehatan Indonesia pada tahun 2018

menunjukkan prevalensi hipertensi di Indonesia mencapai 31,7% dari

populasi yang sudah mulai diderita pada usia 18 tahun ke atas. Sekitar 60%

penderita hipertensi berakhir pada stroke dan penyakit ini hampir diderita

sekitar 25% penduduk dunia dewasa. Sisanya mengakibatkan penyakit

jantung, gagal ginjal, dan kebutaan (Rikesdas, 2018).

Tabel 1
Daftar Penyakit Terbanyak di Puskesmas Rawat Inap Tanjung Raja
Lampung Utara Tahun 2022

No Nama Penyakit jumlah Presentase


1 2 3 4

1 DHF 468 29,5 %

2 CHF 242 15%

3 Fibris 203 13%

4 Gastroentestinal 125 7,9%

5 CRF 115 7,3 %

6 Hipertensi 115 7,3 %

7 Anemia 101 6%

8 Diabetes Militus 94 2,6%

9 Gastritis 42 2,6%

10 Tuberkulosis Paru ( TB Paru) 32 2%

Jumlah 1537 100 %

Sumber : registrasi bulanan di Puskesmas Rawat Inap Tanjung Raja tahun


2022

Berdasarkan data-data dan masalah-masalah diatas penulis tertarik

membuat Karya Ilmiah Akhir Asuhan Keperawatan Medikal Bedah Pada

pasien Hipertensi dengan inovasi Panduan Diet di Puskesmas Rawat Inap

Tanjung Raja Tahun 2022.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang Hipertensi merupakan gangguan

kesehatan yang bersifat degeneratif dengan tingkat kesakitan dan tingkat

kematian yang tergolong tinggi, menjadi salah satu dari faktor risiko utama
penyakit tidak menular pada orang dewasa di Indonesia, selain kebiasaan

merokok dan obesitas, intervensi diet DASH menunjukkan penurunan

asupan garam dalam periode 4 minggu yang juga menurunkan tekanan darah

pada dewasa pre-hipertensi dan hipertensi. Penulis tertarik membuat Karya

Ilmiah Akhir Asuhan Keperawatan Medikal Bedah Pada pasien Hipertensi

dengan inovasi Panduan Diet di Puskesmas Rawat Inap Tanjung Raja Tahun

2022.

C. Tujuan

1. Tujuan umum

Untuk mengetahui gambaran umum tentang Karya Ilmiah Akhir Asuhan

Keperawatan Medikal Bedah Pada pasien Hipertensi dengan inovasi

Panduan Diet di Puskesmas Rawat Inap Tanjung Raja Tahun 2022.

2. Tujuan khusus

a. Mengetahui analisis data pengkajian pelaksanaan Karya Ilmiah Akhir

Asuhan Keperawatan Medikal Bedah Pada pasien Hipertensi dengan

inovasi Panduan Diet di Puskesmas Rawat Inap Tanjung Raja Tahun

2022.

b. Mengetahui analisis diagnosa keperawatan pelaksanaan Karya Ilmiah

Akhir Asuhan Keperawatan Medikal Bedah Pada pasien Hipertensi

dengan inovasi Panduan Diet di Puskesmas Rawat Inap Tanjung

Raja Tahun 2022.


c. Mengetahui analisis intervensi keperawatan pelaksanaan Karya

Ilmiah Akhir Asuhan Keperawatan Medikal Bedah Pada pasien

Hipertensi dengan inovasi Panduan Diet di Puskesmas Rawat Inap

Tanjung Raja Tahun 2022.

d. Mengetahui analisis implementasi keperawatan pelaksanaan Karya

Ilmiah Akhir Asuhan Keperawatan Medikal Bedah Pada pasien

Hipertensi dengan inovasi Panduan Diet di Puskesmas Rawat Inap

Tanjung Raja Tahun 2022.

e. Mengetahui analisis inovasi produk pelaksanaan Karya Ilmiah Akhir

Asuhan Keperawatan Medikal Bedah Pada pasien Hipertensi dengan

inovasi Panduan Diet di Puskesmas Rawat Inap Tanjung Raja Tahun

2022.

D. Manfaat

1. Teoritis

Dapat menjadi bahan referensi dan bahan kepustakaan khususnya bagi

mahasiswa tentang penatalaksanaan keperawatan medikal bedah pada

pasien hipertensi dengan inovasi panduan diet.

2. Praktis

a. Bagi Institusi

Dapat menjadi masukan dalam memberikan informasi

penatalaksanaan keperawatan medikal bedah pada pasien hipertensi

dengan inovasi panduan diet.


b. Hasil penelitian dapat dijadikan acuan atau cara pencegahan

hipertensi dengan inovasi panduan diet.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Penyakit

1. Definisi Hipertensi

Hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah suatu peningkatan

abnormal tekanan darah dalam pembuluh darah arteri secara terus-

menerus lebih dari suatu periode. Hal ini terjadi bila arteriole-

arteriole konstriksi. Kontriksi arteriole membuat darah sulit

mengalir dan meningkatkan tekanan melawan dinding arteri (Udjianti

WJ, 2011).
Hipertensi merupakan keadaan ketika tekanan darah sistolik

lebih dari 120 mmHg dan tekanan diastolik lebih dari 80 mmHg.

Hipertensi sering menyebabkan perubahan pada pembuluh darah yang

dapat mengakibatkan semakin tingginya tekanan darah (Muttaqin A,

2009).

Hipertensi adalah peningkatan tekanan darah sistolik dan diastolik

dengan konsisten di atas 140/90 mmHg. Diagnosis hipertensi tidak

berdasarkan pada peningkatan tekanan darah yang hanya sekali.

Tekanan darah harus diukur dalam posisi duduk dan berbaring

(Baradero M, dkk, 2008).

Menurut Iin Inaya (2007) dalam Amin Hardhi (2013) gastritis

adalah suatu perdangan mukosa lambung yang bersifat akut, dengan

kerusakan erosive karena permukaan hanya pada bagian mukosa.

Dari beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa

hipertensi adalah peningkatan tekanan darah dalam pembuluh darah

arteri secara terus menerus lebih dari satu periode. Hal ini

terjadi bila arteriole-arteriole konstriksi. Kontriksi arteriole

membuat darah sulit mengalir dan meningkatkan tekanan melawan

dinding arteri. Peningkatan tekanan darah sistolik ≥140 mmHg dan

diastolik ≥90 mmHg.

2. Etiologi

Berdasarkan faktor predisposisi menurut Price (200%) sebagaimana yang


dikemukan oleh Erdiono (2012 : 3) adalah sebagai berikut :

a. Usia

Semakin tua seseorang pengaturan metabolisme zat kapur

(kalsium) terganggu, endapan kalsium di dinding pembuluh darah

menyebabkan peyempitan pembuluh darah, akibatnya aliran darah

menjadi terganggu, hal ini dapat memacu terjadinya peningkatan

tekanan darah.

b. Stress dan mental

Salah satu tugas saraf simpati adalah merangsang pengeluran

hormon adrenalin. Hormon ini dapat menyebabkan jantung berdenyut

lebih cepat dan menyebabkan penyempitan kapiler darah tepi. Hal ini

berakibat terjadi peningakatan tekanan darah.

c. Obesitas

Orang yang memiliki berat badan diatas 30% berat badan idela

(BBI) memiliki kenungkinan lebih besar menderita tekann darah

tinggi.

d. Merokok

Tar dalam kandungan rokok merupakan bahan yang dapat

meningkatkan kekentalan darah, sehingga memaksa jantung untuk

memompa darah lebih kuat lagi. Nikotin dapat memacu pengeluaran

zat catechalamine tubuh seperti hormone adrenalin. Hormon adrenalin

memacu kerja jantung untuk berdetak 10-20 kali per menit dan

meningkatkan tekanan darah 10 sampai 20 skala. Hal ini berakibat


volume darah meningkat dan menjadi lebih cepat lelah.

e. Terlalu banyak minum alkohol

Alkohol dapat merusak fungsi saraf pusat maupun tepi, Apabila

saraf simpatis terganggu, maka pengaturan tekanan darah akan

mengalami gangguan pula, pada seseorang yang sering minum alkohol

dengan kadar tinggi tekanan darah meningkat tinggi.

f. Kelainan pada ginjal

Ginjal yang mengalami penurunan fungsi dalam menyaring darah,

menyebabkan sisa metabolism yang seharusnya dibuang ikut beredar

kembali ke bagian tubuh yang lain. Akibatnya volume darah total

meningkat.

g. Lain-lain

Hipertensi disebabkan juga karena kebiasan minum kafein (dalam

kopi) menggunakan kontrasepsi oral (Pil. KB) menjalankan pola

hidup pasif (kurang gerak). Tekanan darah dapat meningkat jika

seseorang minum kopi, Kafein dalam kopi memacu kerja jantung

dalam memompa darah. Peningkatan tekanan dari jantung ini juga

diteruskan pada arteri, sehingga tekanan darah meningkat.

Berdasarkan penyebabnya hipertensi dibagi menjadi 2 golongan, yaitu:

a. Hipertensi Esensial atau hipertensi primer yang tidak diketahui


penyebabnya, disebut juga hipertensi idiopatik. Terdapat sekitar

95% kasus. Banyak faktor yang mempengaruhinya seperti genetik,

lingkungan, hiperaktifitas. Meskipun hipertensi primer belum

diketahui dengan pasti penyebabnya, data penelitian telah

menemukan beberapa faktor yang sering menyebabkan terjadinya

hipertensi, faktor tersebut yaitu:

1) Faktor keturunan

2) Ciri Perorangan

3) Kebiasaan hidup (Kowalski, Robert, 2010)

b. Hipertensi sekunder atau renal yaitu hipertensi yang

disebabkan oleh penyakit lain. Merupakan 10% dari seluruh

kasus hipertensi adalah hipertensi sekunder, faktor pencetus

munculnya hipertensi sekunder antara lain ; penggunaan

kontrasepsi oral, neurogenik (tumor otak, ensefalitis, gangguan

psikiatris), kehamilan, peningkatan tekanan intravaskuler, luka

bakar dan stress. (Udjianti, Wajan, 2011).

3. Patofisiologi

Mekanisme yang mengontrol konstriksi dan relaksasi pembuluh

darah terletak dipusat vasomotor, pada medulla dari otak. Dari pusat

vasomotor ini bermula jaras saraf simpatis, yang berlanjut ke bawah ke

korda spinalis dan keluar dari kolumna medulla spinalis ganglia

simpatis di toraks dan abdomen. Rangsangan pusat vasomotor


dihantarkan dalam bentuk impuls yang bergerak ke bawah melalui

sistem saraf simpatis ke ganglia simpatis. Pada titik ini, neuron

preganglion melepaskan asetilkolin, yang akan merangsang serabut

saraf pasca ganglion ke pembuluh darah, dimana dengan dilepaskannya

norepeneprin mengakibatkan konstriksi pembuluh darah. Berbagai

faktor seperti kecemasan dan ketakutan dapat mempengaruhi respon

pembuluh darah terhadap vasokonstriksi. Pada saat bersamaan dimana

sistem saraf simpatis merangsang pembuluh darah sebagai respon

rangsang emosi, kelenjar adrenal juga terangsang, mengakibatkan

tambahan aktivitas vasokontriksi. Vasokontriksi yang mengakibatkan

penurunan aliran ke ginjal, menyebabkan pelepasan renin, yang

merangsang pembentukan angiotensin I yang kemudian diubah

menjadi angiotensin II. Suatu vasokonstriktor yang dapat merangsang

sekresi aldosteron oleh korteks adrenal. Hormon yang menyebabkan

retensi natrium yang menyebabkan peningkatan intravaskuler. Semua

faktor yang cenderung mencetuskan keadaan hipertensi.

Tekanan darah arteri merupakan produk total resistensi perifer dan

curah jantung. Curah jantung meningkat karena keadaan yang

meningkatkan frekuensi jantung, volume sekuncup atau

keduanya. Resistensi perifer meningkat karena faktor-faktor yang

meningkatkan viskositas darah atau yang menurunkan ukuran lumen

pembuluh darah, khususnya pembuluh darah arteriol. Beberapa


teori membantu menjelaskan terjadinya hipertensi. Teori- teori

tersebut meliputi :

a. Perubahan pada bantalan pembuluh darah arteriolar

yang menyebabkan peningkatan resistensi perifer.

b. Peningkatan tonus pada sistem saraf simpatik yang abnormal

dan berasal dari dalam pusat system vasomotor, peningkatan tonus

ini menyebabkan peningkatan resistensi vaskuler perifer.

c. Penambahan volume darah yang terjadi karena disfungsi renal

atau hormonal.

d. Peningkatan penebalan dinding arteriol akibat faktor genetik

yang menyebabkan peningkatan resistensi vaskuler perifer.

e. Pelepasan renin yang abnormal sehingga terbentuk angiotensin II

yang menimbulkan konstriksi arteriol dan meningkatkan volume

darah.

4. Manifestasi Klinis (Tanda dan Gejala)

Secara umum tanda dan gelala hipertensi yaitu sakit kepala,

epitaksis, rasa berat di tengkuk, mata berkunang-kunang, mual, muntah,

kelemahan/letih, sesak nafas, kenaikan tekanan darah dari normal,

penurunan kekuatan genggaman tangan, andangan mata kabur/tidak

jela (Aziza, Lucky, 2007)


Secara khusus tanda dan gejala pada pasien yang menderita

hipertensi yaitu umumnya tidak dirasakan oleh seseorang, seringkali

pasien menganggap bila tidak ada keluhan, berarti TD tidak tinggi. Hal

tersebut harus diwaspadai karena gejala hipertensi mulai dari tanpa

keluhan/gejala sama sekali baik yang dirasakan oleh pasien maupun

yang tampak oleh orang lain (dokter) sampai gejala yang demikian

berat. Misalnya tekanan darah sangat tinggi (ekstrimnya, tekanan

darah dapat mencapai 240/130 mmHg tetapi tanpa keluhan).

Sebaliknya ada individu yang tekanan darah sistoliknya baru

mencapai 140 mmHg atau diastoliknya mencapai 90 mmHg sudah

merasakan keluhan misalnya pusing/berputar/melayang dan

sebagainya yang mengganggu aktivitas pasien sehari-hari. Jadi

perlu ditekankan pada pasien dan masyarakat bahwa hipertensi jangan

dilihat dan dirasakan dari gejalanya, tetapi lakukan pemeriksaan

tekanan darah secara berkala walaupun belum pernah mengalami

tekanan darah tinggi.

5. Klasifikasi

Kriteria klasifikasi hipertensi yang baru saat ini tidak lagi

menggunakan istilah hipertensi ringan, sedang, dan berat (WHO

tahun 1991-1999), karena baik hipertensi ringan, sedang, dan berat

memiliki risiko yang sama besarnya untuk terjadi komplikasi. Sekali

lagi ditekankan pada pasien, keluarga pasien maupun dokternya untuk

tidak menganggap ringan tekanan darah yang tidak terlalu tinggi.


Lebih awal Joint National Committee on Prevention, Detection,

Evaluation, and Treatment on High Blood Pressure 6 (JNC 6)

membagi kriteria hipertensi berdasarkan tiga derajat, tetapi

dengan banyaknya komplikasi yang timbul, batasan kriteria tersebut

dipersempit (Aziza L, 2007).

Tabel 2
Klasifikasi Hipertensi

Kategori TD (mmHg)
Optimal < 120/80

Normal 120-129/80-84

Borderline 130-139/85-89

Hipertensi ≥ 140/90

Stadium 1 140-159/90-99

Stadium 2 160-179/100-109

Stadium 3 ≥ 180/110

Sumber : Aziza L, 2007

6. Komplikasi

Komplikasi hipertensi diantaranya adalah hypertension heart

disease (HHD), CVD, gagal ginjal, CHF, retinopati hipertensi

(gangguan pembuluh darah mata, dapat menyebabkan kebutaan),

kerusakan organ akan terjadi setelah 10-15 tahun.

a. Stroke
Peningkatan tekanan darah 200/100 mmHg meningkatkan

risiko CVD sebanya dua kali. CVD yang dimaksud adalah penyakit

jantung iskemi dan stroke. Angka kematian akibat stroke parallel

dengan prevalensi hipertensi. Diantara individu usia pertengahan,

nilai TD diastolik 5 mmHg lebih rendah, menurunkan risiko

stroke sebanyak 35-40%.

b. Penyakit Jantung Koroner dan Gagal Jantung

Keterlibatan jantung pada hipertensi bermanifestasi sebagai

LVH, aritmia, penyakit jantung iskemi. Tahanan arteriolar koroner

yang meningkat akibat hipertensi dapat menurunkan aliran darah

ke otot jantung yang hipertrofi, mengakibatkan terjadinya

angina. Hipertensi diikuti dengan penurunan suplai oksigen dan

faktor risiko lain mempercepat proses aterogenesis sehingga

semakin mengurangi oksigen yang sampai ke otot jantung. Pasien

yang dengan riwayat hipertensi memiliki risiko 6 kali

mengalami gagal jantung dibandingkan tanpa riwayat hipertensi.

c. Penyakit Ginjal

Penurunan aliran darah ke ginjal karena hipertensi dapat

menyebabkan hiperfiltrasi yang nantinya akan berkembang

menjadi glomerulosklerosis dan selanjutnya gangguan fungsi

ginjal. Setiap penurunan 5 mmHg tekanan darah diastolik


menurunkan risiko penyakit ginjal stadium akhir minimal 4 kali

(Aziza L, 2007).

B. Konsep Dasar Keperawatan

1. Definisi

Proses keperawatan adalah suatu pendekatan sistematis untuk

mengenal masalah-masalah pasien dan mencarikan alternative

pemecahahan masalah dalam memenuhi kebutuhan-kebutuhan pasien

yang terdiri dari pengkajian, penegakan diagnosa keperawatan, rencana

keperawatan, implementasi keperawatan dan evaluasi.

2. Langkah – Langkah Proses Keperawatan

Proses keperawatan adalah suatu pendekatan sistematis untuk

mengenal masalah-masalah pasien dan mencarikan alternative

pemecahahan masalah dalam memenuhi kebutuhan-kebutuhan pasien

yang terdiri dari pengkajian, penegakan diagnosa keperawatan, rencana

keperawatan, implementasi keperawatan dan evaluasi.

3. Langkah – Langkah Proses Keperawatan

a. Pengkajian

Pengkajian adalah tahap awal dan dasar dalam proses

keperawatan, Pengkajaian merupakan tahap paling menentukan bagi

tahap berikutnya. Kemampuan mengidentifikasi masalah


keperawatan yang terjadi pada tahap ini akan menentukan diagnisa

keperawatan (Rohmah & Walid, 2012).

Teknik pengumpulan data meliputi ananesis, observasi,

pemeriksaan ( inspeksi, palpasi, perkusi dan uskultasi).

1) Aktivitas istirahat

Gejala yang muncul yaitu kelelahan, letih, nafas pendek, gaya

hidup monoton ditandai dengan frekuensi jantung meningkat,

perubahan irama jantung, takipnea.

2) Sirkulasi

Gejala riwayat hipertensi aterosklerosis, penyakit jantung

koroner atau katup dan penyakit serebrovaskuler, episode

palpitasi, ditandai dengan kenaikan tekanan darah, hipotensi

postrural, nadi berdenyut jelas dari karotis jugularis, radialis.

3) Integritas ego

Gelaja yang muncul yaitu ansietas, faktor-faktor stress

dengan tanda letupan suasana hati, gelisah penyempitan perhatian,

tangisan yang meledak, otot muka tegang (khususnya sekitar

mata) gerakkan fisik cepat, pernafasan menghela, peningakatn

pola bicara.

4) Eliminasi
Gejala : riwayat perawatan di rumah sakit sebelumnya karena

perdarahan gastrointestinal atau masalah yang berhubungan

dengan gastrointestinal.

5) Makanan dan cairan

Makanan yang disukai dapat mencakup makanan tinggi

garam, tinggi lemak, tinggi kelosterol, maul, muntah, perubahan

berat badan (meningkat atau menurun, riwayat pemakaian

diuretik dengan berat badan normal atau obitias, adanya edema

glikosuria.

6) Neurosensori

Keluhan pening stau pusing, berdenyut sakit kepala suboksipital

(terjadi saat bangun dan menghilang secara spontan setelah

beberapa jam) episode kebas dan kelemahan pada satu sisi tubuh,

gangguan penglihatan.

7) Nyeri/kenyamanan

Gejala yang muncul angina (penyakit arteri koroner atau

keterlibatan jantung), nyeri hilang timbul, sakit kepala dan nyeri

abdomen.

8) Keamanan
Adanya gangguan koordinasi atau sara berjalan, kekuatan

otot dapat dikur menggunakan skala Menurut M. James (2007)

daram Arief Mutaqin (2010:316) dengan keterangan 0: Paralisis

tota; atau tidak ditemukan adanya kontraksi pada otot, 1 :

konraksi otot yang terjadi berupa perubhan dari tonus otot, 2 :

terdapat pergerakkan persendian namun tidak dapat melawan

gaya gravitasi bumi, 3 : otot dapat melawan pengaruh gaya

gravitasi tetapi tidak kuat terhadap tahanan, 4: otot dapat menahan

tahanan yang ringan, 5 : kekuatan otot normal.

9) Penyululuhan dan pebelajaran

Faktor resiko keluarga : hipertensi, penyakit jantung, diabetes

militus (DM), ginjal.

b. Diagnosa Keperawatan dan Prioritas

Berdasarkan analisa data yang penulis peroleh, maka prioritas

masalah yang dapat ditegakkan ;

1) Gangguan rasa nyaman (nyeri) berhubungan dengan

peningkatan  tekanan darah

2) Gangguan istirahat tidur berhubungan dengan efek hospitalisasi

3) Gangguan pola aktivitas berhubungan dengan kelemahan fisik


c. Intervensi

Tabel 3

Rencana Keperawatan

No Tujuan Intervensi
1 2 3
1 Setelah dilakukan tindakan manajemen nyeri
keperawatan diharapkan nyeri a. Lakukan pengkajian nyeri secara
menurun dengan kriteria hasil : komfrehsnif meliputi lokasi,
a. Mengenali kapan nyeri karakteristik, durasi, frekunsi,
terjadi kualitas dan instensitas.
b. Menggambarkan faktor b. Identifkasi bersama klien faktor-
penyabab faktor yang dapat menurunkan atay
c. Menggunakan teknik memperberat nyeri.
pengurangan (nyeri), tanpa c. Kurangi faktor-faktor yang dapat
Analgesik meningkatkan nyeri

d. Ajarkan tehnik nonfarmakologi


(seperti tehnik relaksasi dan
kompres hangat daerahyang terasa
sakit)
e. Berikan therapy kolaborasi untuk
mengatasi peningkatan tekanan
darah
pemberian analgesik
a. Tentukan lokasi nyeri, kualitas dan
keparahan sebelum pengobatan
b. Beri obat dengan prinsip 6 benar
c. Cek riwayat alergi obat
d. Evaluasi ke efektipan obat
analgesik
e. Dokumentasikan respon terhadap
analgesik dan adanya efek samping
1 2 3
2 Setelah dilakukan tindakan Manajemen tidur
keperawatan diharapkan a. Jelaskan Penting tidur yang adekuat
gangguan pola tidur menurun b. Fasilitasi untuk mempertahankan
dengan kriteria hasil : aktivitas sebelum tidur (membaca)
a. Jumlah jam Tidur Dalam c. Ciptakan lingkungan yang nyaman
Batas Normal 6-8 Jam d. Diskusikan dengan keluarga dan
sehari pasien tenang teknik tidur pasien
b. Pola tidur, kalitas tidur e. Intruksikan untuk memonitor tidur
dalambats normal pasien
c. Perasaan Seger setelah
bangun tidur atau isirahat
d. Msmpu mengidentifikasi
hal-hal yang meingkatkan
tidur
3 Daya tahan Manajemen energy
Kriteria hasil : a. Anjurkan pasien mengungkapkan
a. Melakukan aktivitas rutin perasaan secara verbal mengenai
b. Aktivitas fisik keterbatsan yang dialami.
c. Tenaga yang terkuras b. Monitor lokasi dan sumber
d. Kelelahan ketidaknyaman yang dialami
pasien selama aktivitas
Toleran terhadap aktivitas c. Kurangi ketidaknyaman fisik yang
Kreteria hasil dialami klien
a. Kecepatan Berjalan d. Bantu pasien dalam beraktivitas
b. Jarak Berjalan sehari-hari yang teratur sesuai
c. Kemudahan dalam kebutuhan (ambulasi, berpindah
melakukan aktivitas bergerak dan perawatan diri)
hidup harian atau active e. Batasi stimulasi lingkungan
of daily living (ADL) (Misalnya cahaya atau kebisingan)
untuk memfasilitasi relaksasi
f. Evalusia secara bertahap kenakan
level aktivitas pasien

1 2 3
Terapi Aktivitas
a. Bantu pasien untuk fokus pada
kekuatan dibandingkan dengan
kelemahannya
b. Bantu klien dan keluarga untuk
mengidentifikasi kelemahan dalam
aktivitas tertentu.
c. Bantu pasien untuk
mengidentifikasi aktivitas yang
diinginkan
d. Bantu klien untuk memotivasi diri
dan penguatan
e. Bantu aktivitas fisik secara teratur
(misalnya ambulasi,
transfer/berpindah, kebersihan diri)
sesuai kebutuahnnya.

d. Implementasi

Implementasi merupakan tahap melaksanakan berbagai strategi

keperawatan (recana keperawatan yang telah disusun. Pada tahap ini perawat

harus mengetahui berbagai hal diantaranya : bahaya fisik, dan perlindungan

kepada pasien, teknik komunikasi kemampuan dalam prosedur tindakan,

pemahaman tentang hak-hak pasien, tingkat perkembangan pasien, dalam

tahap ini ada dua tindakan yaitu tindakan mandiri dan tindakan kolaborasi

(Aziz Alimul, 2009 : 111)

1) Gangguan rasa nyaman (nyeri akut) berhubungan dengan

peningkatan  tekanan darah

Manajemen nyeri

a) Melakukan pengkajian nyeri secara komfrehesif meliputi lokasi,

karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas dan instensitas.

b) Mengidentifkasi bersama klien faktor-faktor yang dapat menurunkan

atau memperberat nyeri.


c) Mengurangi faktor-faktor yang dapat meningkatkan nyeri

d) Mengajarkan tehnik nonfarmakologi (seperti tehnik relaksasi dan

kompres hangat daerah yang terasa sakit)

e) Memberikan therapy kolaborasi untuk mengatasi peningkatan tekanan

darah

Pemberian analgesik

a) Menentukan lokasi nyeri, kualitas dan keparahan sebelum pengobatan

b) Memberikan obat dengan prinsip 6 benar

c) Mengecek riwayat alergi obat

d) Mengevaluasi keefektipan obat analgesik

e) Mendokumentasikan respon terhadap analgesik dan adanya efek

samping

2) Gangguan pola istirahat tidur berhubungan dengan efek hospitalisasi

manajemen tidur

a) Menjelaskan penting tidur yang adekuat

b) Memfasilitasi untuk mempertahankan aktivitas sebelum tidur

(membaca).

c) Menciptakan lingkungan yang nyaman.

d) Mendiskusikan dengan keluarga dan pasien tenang teknik tidur pasien.

e) Menginstruksikan untuk memonitor tidur pasien.

3) Gangguan pola aktivitas berhubungan dengan kelemahan fisik

Manajemen energy
a) Menganjurkan pasien mengungkapkan perasaan secara verbal

mengenai keterbatasan yang dialami.


b) Memonitor lokasi dan sumber ketidaknyaman yang dialami pasien

selama aktivitas

c) Mengurangi ketidaknyaman fisik yang dialami klien

d) Membantu pasien dalam beraktivitas sehari-hari yang teratur sesuai

kebutuhan (ambulasi,berpindah bergerak dan perawatan diri)

e) Membatasi stimulasi lingkungan (misalnya cahaya atau kebisingan)

untuk memfasilitasi relaksasi.

f) Mengevaluasi secara bertahap kenakan level aktivitas pasien.

Terapi aktivitas

a. Membantu pasien untuk fokus pada kekuatan dibandingkan dengan

kelemahannya.

b. Membantu klien dan keluarga untuk mengidentifikasi kelemahan

dalam aktivitas tertentu.

c. Membantu pasien untuk mengidentifikasi aktivitas yang diinginkan.

d. Membantu klien untuk memotivasi diri dan penguatan

e. Membantu aktivitas fisik secara teratur) misalnya ambulasi,

transfer/berpindah, kebersihan diri) sesuai kebutuahnnya.

e. Evaluasi

Evaluasi merupakan tahap menilai sejauh mana tujuan keperawatan

tercapai. Pada tahap ini oerawat harus memiliki pengetahuan dan kemampuan

terhadap intervensi keperawatan, kemampuan menggambarkan kesimpulan

tentang tujuan yang dicapai serta kemampuan menghubungkan tindakan

keperawatan pada kreteria hasil (Aziz Alimul, 2009 : 112)


C. Tinjauan teori lain

1. Menurut penelitian Sarlina Palimbong, dkk yang berjudul “ Keefektifan

Diet Rendah Garam pada Makanan Baisa dan Lunak Terhadap Lama

Kesembuhan Pasien Hipertensi “Tujuan penelitian ini yaitu ingin

mengetahui keefektifan makanan dengan diet rendah garam I dalam

bentuk makanan biasa dan makanan lunak pada penyakit hipertensi

terhadap lama kesembuhan pasien hipertensi. Penelitian ini

merupakan penelitian kuantitatif, menggunakan jenis penelitian

komparasi atau perbandingan. Teknik pengumpulan data sekunder

berupa data rekam medik di setiap bangsal rumah sakit. Data rekam

medik yang digunakan adalah hasil tekanan darah pasien selama 3

hari. Hasil penelitian didapati perbandingan antara tekanan darah

awal dengan tekanan darah akhir pasien diet biasa menunjukan

signifikansi 0,000 dengan nilai p value <0,05, dan hasil perbandingan

tekanan darah awal- tekanan darah akhir pasien diet lunak

menunjukkan signifikansi 0,000. Kesimpula dari penelitian ini ialah

diet rendah garam I pada makanan dengan diet biasa dan diet lunak

dapat menurunkan tekanan darah.

2. Menurut penelitian Riana Pangestu Utami yang berjudul “ Efektivitas Diet

DASH ( Dietary Approaches to Stop Hypertension ) Penulisan artikel ini

didasarkan pada kajian pustaka (literature review) yang menggunakan

metode naratif dalam mengkaji dan menganalisis hasil-hasil penelitian


terdahulu terkait penerapan atau intervensi diet DASH terhadap

penurunan tekanan darah. Literatur atau referensi yang digunakan berasal

dari jurnal nasional yang diperoleh dari Google Cendekia.

Penerapan diet DASH pada subjek yang patuh menyebabkan penurunan

tekanan sistolik dan diastolik masing-masing 6.74 dan 3.54 mmHg.

Subjek yang patuh terhadap diet DASH, penurunan tekanan darahnya

lebih baik. Kombinasi diet DASH dengan asupan natrium yang lebih

rendah serta penurunan berat badan dapat menunjukkan efek yang

bermakna pada penurunan tekanan darah. Penurunan tekanan darah juga

dikaitkan dengan kebiasaan merokok karena rokok mengandung nikotin,

tar, dan karbon monoksida yang sangat berbahaya dan memiliki efek

merusak sel endotel pembuluh darah yang berakibat pada hipertensi

(Al-Safi, 2005). Kepatuhan pasien hipertensi untuk mengurangi atau

menghentikan kebiasaan merokok pada penelitian di Bogor Utara

dipengaruhi oleh faktor pengetahuan subjek tentang bahaya merokok.

Pola makan dalam diet DASH merupakan pola makan yang sehat dan

seimbang karena mengandung zat gizi makro dan mikro yang lengkap.

Pembatasan konsumsi lemak jenuh dan lemak trans pada diet ini juga

berkorelasi positif terhadap penurunan berat badan pada subjek obesitas

yang mengalami hipertensi. Selain itu, penerapan diet DASH juga

memberikan pengaruh positif terhadap lingkar pinggang, jumlah lemak

tubuh, kadar glukosa, dan hormone leptin (Kucharska et al., 2018).

Aplikasi diet DASH pada pasien hipertensi dapat membantu menurunkan


tekanan darah sistolik dan diastolik, yang harus didukung dengan

peningkatan pengetahuan dan perubahan sikap dari responden agar diet

ini dapat diterapkan secara konsisten dan memberikan manfaat positif

bagi penderita hipertensi. Peningkatan pengetahuan dilakukan melalui

edukasi maupun konseling yang sebaiknya disertai rekomendasi

peningkatan aktivitas fisik agar membantu menurunkan persentase

lemak darah yang juga berpengaruh

terhadap kondisi hipertensi..

Berdasarkan kajian pustaka pada beberapa literatur, diet DASH yang

diterapkan pada pasien hipertensi terbukti efektif membantu menurunkan

tekanan darah sistolik maupun diastolik. Diet DASH yang memberikan

rekomendasi peningkatan konsumsi buah dan sayur, susu dan olahan susu

rendah lemak, serta pembatasan asupan lemak jenuh dan kolesterol dapat

memperbaiki kondisi hipertensi juga memperbaiki pola makan seperti

peningkatan konsumsi buah dan sayur. Kepatuhan diet untuk menurunkan

tekanan darah dipengaruhi oleh pengetahuan terkait manfaat diet DASH,

sehingga edukasi dan konseling terkait manfaat diet DASH harus terus

disampaikan agar kepatuhan dan aplikasi diet ini semakin meningkat

untuk menurunkan kejadian hipertensi yang merupakan salah satu faktor

risiko penyakit degeneratif.

3. Menurut penelitian Yureya Nita, dkk yang berjudul “ Hubungan


Dukungan Keluarga Dengan Kepatuhan Diet Pasien Hipertensi di

Puskesmas Payung Sekaki Pekanbaru Tahun 2017 “penelitian ini

bertujuan untuk mengetahui adakah hubungan antara dukungan keluarga

dengan kepatuhan diet pasien hipertensi di Puskesmas Payung Sekaki

Pekanbaru. Metode : Metode penelitian ini adalah jenis kuantitatif

dengan pendekatan studi kolerasi. Populasinya yaitu seluruh pasien

hipertensi yang berkunjung di puskesmas payung sekaki Pekanbaru

sebanyak 102 orang dengan jumlah sampel dari sebanyak 81 orang.

Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah accydental

sampling.

Hipertensi dapat diatasi dengan beberapa cara, salah satunya diet. Diet adalah

salah satu cara untuk mengatasi hipertensi tanpa efek samping yang serius,

karena metode pengendaliannya yang alami (Utami, 2009). Hanya saja

banyak orang yang menganggap diet hipertensi sebagai sesuatu yang

merepotkan dan tidak menyenangkan.Banyak makanan kesukaan bisa masuk

daftar makanan yang harus dihindari, misalnya garam penyedap, popcron

asin, keju, dan keripik kentang (Utami, 2009).

Kepatuhan adalah sejauh mana perilaku pasien sesuai dengan ketentuan yang

diberikan oleh profesional kesehatan. Menurut Purwanto (2007) ada beberapa

variabel yang mempengaruhi tingkat kepatuhan seseorang yaitu demografi,

pengetahuan, program terapeutik, psikososial serta termasuk dukungan

keluarga.

Dukungan keluarga merupakan dukungan yang diberikan keluarga kepada


pasien hipertensi, dimana dukungan ini sangat dibutuhkan pasien selama

mengalami sakit sehingga pasien merasa diperhatikan dan dihargai.

Dukungan yang diberikan keluarga berupa dukungan emosional, dukungan

penghargaan, dukungan informasional, dan dukungan instrumental

(Friedman, 2010).

Menurut asumsi peneliti, teori-teori di atas sangat sesuai dengan kenyataan

yang ditemukan di Puskesmas Payung Sekaki Pekanbaru, bahwa dukungan

keluarga sangat erat kaitannya dengan kepatuhan pasien dalam menjalankan

dietnya. Hal itu disebabkan karena keluarga mempunyai hubungan yang

sangat erat dengan kehidupan tiap anggotanya, keluarga merupakan tempat

berbagi segala permasalahan dan juga tempat belajar memperbaiki keadaan

termasuk untuk merawat anggotanya yang sedang sakit agar cepat sembuh.

Oleh karena itu diharapkan kesadaran bagi keluarga agar memberikan

dukungan penuh terhadap anggota keluarga yang menderita hipertensi agar

dapat menjalankan diet dengan patuh.


BAB III

TINJAUAN KASUS

A. Pengkajian
1. Data Pasien :
Tanggal Pengkajian : 20 April 2022
Nama Inisial Klien : Tn. E
Umur                     : 60 thn
Alamat : Desa Tanjung Raja
Jenis Kelamin : Laki-Laki
Status Perkawinan : -                     
Agama                   : Islam                                    
Pendidikan               : SMP
Pekerjaan               : Petani

2. Riwayat Kesehatan Sekarang

Klien datang ke Puskesmas Rawat Inap Tanjung Raja dengan keluhan

kepala pusing, nyeri pada ulu hati, leher dan tengkuk terasa tegang, klien

mengatakan sulit beraktivitas.

3. Keluhan Utama Saat Pengkajian

Klien mengatakan kapala pusing, nyeri pada tungkai, sakit kepala

disertai leher terasa tegang dan kaku.

4. Pengkajian Keperawatan

a. Keadaan Umum (TTV)

Kondisi : lemah

Kesadaran : composmentis

TD : 180/110 mmHg

Nadi : 80 x / menit

R : 20x / menit

S : 370C

BB : 56 Kg

TB : 160 cm

2) Respirasi

Suara nafas normal tidak terdengar adanya suara nafas tambahan

seperti wheezing atau ronchi, klien tidak terlihat menggunakan otot nafas

bantuan
3) Sirkulasi

Klien tidak mengalami takikardi tak ada perdarahan dan tidak terlihat

distensi vena jugularis

4) Nutrisi dan Cairan

Sesudah masuk Puskesmas pola makan 3 x 1 hari. Porsi yang

disajikan habis 1/3 dari porsi, klien dilarang makan makanan yang banyak

mengandung minyak dan lemak.

5) Eliminasi

BAB : Sesudah masuk Puskesmas BAB 1 x 1 hari dengan

konsistensi lembek

BAK :  Sesudah masuk Puskesmas BAK 4-5 x sehari

6) Pola Aktivitas dan istirahat

Klien terlihat kurang istirahat karena adanya hospitalisasi suasana

diPuskesmas tidak terlaksana optimal karena bedrest, klien terlihat pucat,

mata cekung, tidur malam + 2 jam  klien susah tidur siang, klien

mengatakan kedua kakinya susah digerakkan, aktivitas klien dibantu oleh

keluarga dan perawat.

7) Neurosensoris

Klien mengeluh kadang sakit kepala tidak pernah terjadi cedera

medulla spinalis.

8) Nyeri dan kenyamanan


Klien mengeluh ada rasa tidak nyaman, mengeluh nyeri kadang

muncul.

9) Psikologis

Klien terlihat tegang menyikapi keadaan dan proses penyakitnya.

10) Kebersihan diri

Tidak mampu mandi/mengenakan pakaian/makan/ke toilet/berhias

secara mandiri, aktivitas sebagian di bantu oleh keluarga.

11) Keamanan dan Proteksi

Klien membutuhkan bantuan perawat atau keluarga untuk perawatan

dirinya.

12) Pola Istirahat

Sebelum masuk Puskesmas tidur malam + 8 jam dan tidur siang + 1-2

jam,

Sesudah masuk Puskesmas tidur malam hanya + 2 jam pada siang hari

klien tidak bisa tidur karena suasana yang tidak tenang, kurang nyaman,

sehingga klien tampak kusam dan pucat.

13) Personal Hygine

Sebelum masuk Puskesmas klien  mandi 3 x sehari, cuci rambut 2 hari

sekali kulit kepala bersih, sikat gigi 2 x sehari.

14) Therapy

Jenis Obat Keterangan


a. Infus RL : 20 tetes/menit (memenuhi kebutuhan

cairan tubuh yang dipelukan klien).

b. Furosemide 1 amp/12 jam (memaksimal kerja ginjal


:
dalam membuang sisa metabolisme

sehingga meringakan kerja ginjal dan

menekan tingginya angka Hipertensi).

2 x 10 mg (membantu menurunkan
c. Amlodipine 
: tekanan darah klien)

d. Dulcolax syrup : 3 x 1 Sendok Teh (melancarkan BAB) B

e. Cotrimoxazole 3 x 480 mg (antibiotik)

f. B.Laxadine
: 3x1 Tab (pencahar)

g. Ludios : 2x1 Tab

h. Sohobion
: 2x 500 mg (multivitamin)

15) Pemeriksaan Laboratorium

Parameter Result Unit Ref Range

White Blood Count (WBC) 7,77X10,3/µL 4,00-10,00


5,01X10,6/ µL

Red Blood Count (RBC) 12,3 g/dL 4,00-5,50

Hemoglobin (HB) 99X10,3 UL 12,0-16,0

Platelet (PTL) 150- 450

B. Analisa Data :

Data Etiologi Masalah

1 2 3

DS : Peningkatan Gangguan rasa


tekanan darah nyaman (nyeri akut)
a. Klien mengatakan kepala
pusing, dan  leher terasa
tegang.
b. Nyeri kadang muncul
DO :

a. Klien tampak meringis


kesakitan, kondisi badan
lemah.
b. TTV :
TD    : 180/110 mmHg

Pols  :  80 x/menit

RR    : 20 x/menit

Temp : 370C

1 2 3

DS :   Efek Gangguan istirahat


hospitalisasi tidur
a. Klien mengatakan susah
tidur
DO :

a. Klien tampak pucat, mata


cekung, tidur malam + 2
jam  klien susah tidur siang
Data subyektif (DS) : Difisit Kurang terpaparnya
a. Keluarga klien mengatakan pengetahuan informasi.
klien tidak minum obat tentang penyakit
/ diet makanan
b. Klien mengatakan cemas
penderita
kalau penyakitnya tidak Hipertensi
sembuh dan menjadi lebih
parah.
c. Keluarga sering
menanyakan perkembangan
kondisi Tn. E kepada
dokter dan perawat.
Data obyektif (DO) :
b. Klien tampak bingungs
B.    Diagnosa Keperawatan

1. Gangguan rasa nyaman nyeri akut berhubungan dengan

peningkatan  tekanan darah  ditandai dengan klien tampak meringis

kesakitan.

2. Gangguan istirahat tidur berhubungan dengan efek hospitalisasi ditandai

dengan klien tampak pucat, mata cekung, tidur malam + 2 jam,

klien  susah tidur siang

3. Defisit pengetahuan tentang penyakit diabetes mellitus berhubungan

dengan kurang terpapar imformasi.


30
36

D. Rencana Keperawatan

Nama Klien : Tn. E

Diagnosa Medis : Hipertensi

No Diagnosa Tujuan Intervensi

1 2 3 4

1 Gangguan rasa nyaman nyeri Setelah dilakukan tindakan keperawtan Manajemen nyeri
akut berhubungan dengan diharapkan nyeri menurun dengan
a. Lakukan pengkajian nyeri secara komfrehensif
peningkatan  tekanan kriteria hasil :
meliputi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi,
darah  ditandai dengan 
a. Mengenali kapan nyeri terjadi kualitas dan instensitas.
DS : b. Menggambarkan faktor penybab b.Identifkasi bersama klien faktor-faktor yang dapat
c. Menggunakan teknik pengurangan menurunkan atau memperberat nyeri.
Klien mengatakan kepala
(nyeri), tanpa analgesik c. Kurangi faktor-faktor yang dapat meningkatkan
pusing, dan  leher terasa
nyeri
tegang.
37

1 2 3 4

DO : e. Ajarkan tehnik nonfarmakologi (seperti tehnik


relaksasi dan kompres hangat daerahyang terasa
c. Klien tampak meringis
sakit)
kesakitan, kondisi badan
f. Berikan therapy kolaborasi untuk mengatasi
lemah.
peningkatan tekanan darah
d. TTD :
TD    : 180/110 mmHg

Pols  :  95 x/menit

RR    : 25 x/menit

Temp : 350C

1 2 3 4

2 Gangguan pola istirahat tidur Setelah dilakukan tindakan keperawatan Manajemen tidur
berhubungan dengan efek diharapkan gangguan pola tidur a. Jelaskan Penting tidur yang adekuat
b. Fasilitasi untuk mempertahankan aktivitas sebelum
38

hospitalisasi ditandai menurun dengan kriteria hasil : tidur (membaca)


c. Ciptakan lingkungan yang nyaman
DS :   a. Jumlah Kam Tidur Dalam Batas
d. Diskusikan dengan keluarga dan klien tenang teknik
Normal 6-8 Jam sehari
Klien mengatakan susah tidur tidur klien
b. Pola tidur, kalitas tidur dalambats
e. Intruksikan untuk memonitor tidur klien
DO : normal
c. Perasaan nyaman setelah bangun
Klien tampak pucat, mata
tidur atau isirahat
cekung, tidur malam + 2
d. Mampu mengidentifikasi hal-hal
jam  klien susah tidur siang
yang meingkatkan tidur
1 2 3 4

3 Data subyektif (DS) : Setelah dilakukan asuhan keperawatan s 1. Kaji pengetahuan klien mengenai diet yang
a. Keluarga klien mengatakan diharapkan pengetahuan klien tentang disarankan
klien tidak minum obat Hipertensi bisa bertambah dengan 2. Kaji pola makanan klien sebelum dan saat ini,
b. Klien mengatakan cemas kriteria hasil : termasuk makanan kesukaan.
kalau penyakitnya tidak - Pengetahuan meningkat 3. Ajarkan klien membuat panduan diet
sembuh dan menjadi lebih 4. Libatkan keluarga dalam melakukan tindakan
parah. 5. Bantu klien untuk mengidentifikasi aktivitas yang
39

c. Keluarga sering diinginkan


menanyakan perkembangan
kondisi Tn. E kepada
dokter dan perawat.
Data obyektif (DO) :
a. Klien tampak bingung

E. Pelaksanan dan Evaluasi

Hari Pertama
No IMPLEMENTASI EVALUASI
40

1 2 3

1 Pukul 08.30 WIB Pukul 10.30 WIB

Manajemen Nyeri S :  

a. Melakukan pengkajian nyeri secara komfrehsnif meliputi - mengatakan sakit kepala seperti diikat, terkadang tengkuk
lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas dan terasa berat seperti tertimpa benda berat, klien terkadang
instensitas. tampak memejamkan mata,
b. Mengidentifkasi bersama klien faktor-faktor yang dapat - Klien mengatakan nyeri timbul saat mencoba bangun dengan
menurunkan atay memperberat nyeri. cepat dan berkurang saat berbaring
c. Mengurangi faktor-faktor yang dapat meningkatkan nyeri - Klien mengatakan sulit beristirahat jika nyeri datang
d. Mengajarkan tehnik nonfarmakologi (seperti tehnik O:
relaksasi dan kompres hangat daera hyang terasa sakit)
- TD :180/100 mmHg
g. Memberikan therapy Kolabirasi untuk mengatasi
- Klien terlihat meringis menahan Sakit
peningkatan Tekanan darah
- Klien mulai melakukan tehnik relaksasi nafas dalam yang
Amlodipine 1 X 10 Mg, Furosemde 1x 1 Ampul
diajarkan
A : 
41

Pemberian Analgesik Masalah belum teratasi

a. Menetukan lokasi nyeri, kualitas dan keparahan sebelum P :  


pengobatan
Lanjutkan implementasi
b. Mengecek riwayat alergi obat
c. Mengevalusivaluasi ke efektipan obat analgesic a. Manajemen Nyeri
d. Mendokumentasikan respon terhadap analgesic dan adanya b. Pemberian analgetik
efek samping
e. Memberikan obat dengan prinsip 6 benar
- Ketorolac 2 X 30 Mg ( IV)
1 2 3

2 Pukul 11.30 WIB Pukul 13.30 WIB

Manajemen Tidur S:

a. Menjelaskan Penting tidur yang adekuat - Klien mengatakan sudah bisa tidur siang tapi sebentar
b. Memfasilitasi untuk mempertahankan aktivitas sebelum - Klien mengatakan jika malam tidak berisik lien bisa tidur
tidur (membaca) O:
42

c. Menciptakan lingkungan yang nyaman - Klien Terlihat lemas


d. Mendiskusikan dengan keluarga dan klien tenang teknik - Pandangan mata Sayu
tidur klien A:
e. Mengintuksikan untuk memonitor tidur klien pada keluarga
Masalah sebagian teratasi

P:

Lanjutkan implementasi

- Manajemen Tidur
- Manajemen Energy

1 2 3

3 Pukul 08.30 WIB Pukul : 14.00 wib


S:
a. Kaji pengetahuan klien mengenai diet yang disarankan a. Keluarga klien mengatakan klien tidak minum obat
Kaji pola makanan klien sebelum dan saat ini, termasuk b. Klien mengatakan cemas kalau penyakitnya tidak sembuh
43

makanan kesukaan. dan menjadi lebih parah.


b. Ajarkan klien membuat panduan diet c. Keluarga sering menanyakan perkembangan kondisi Tn. E
c. Libatkan keluarga dalam melakukan tindakan kepada dokter dan perawat.
d. Bantu klien untuk mengidentifikasi aktivitas yang O:
diinginkan a. Klien tampak mengerti
A :  

Masalah teratasi sebagian

P :

Lanjutkan implementasi

Hari Kedua

No IMPLEMENTASI EVALUASI

1 2 3

1 Pukul 08.30 WIB Pukul 10.30 WIB


44

Manajemen Nyeri

a. Melakukan pengkajian nyeri secara komfrehsnif meliputi S :  


lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas dan
- Klien mengatakan Pusing Mulai Berkurang
instensitas.
- Klien mengatakan nyeri timbul saat mencoba bangun dengan
b. Mengidentifkasi bersama klien faktor-faktor yang dapat
cepat dan berkurang saat berbaring
menurunkan atay memperberat nyeri.
- Klien mengatakan sulit beristirahat jika nyeri datang
c. Mengurangi faktor-faktor yang dapat meningkatkan nyeri
O:
d. Mengajarkan tehnik nonfarmakologi (seperti
menginstruksikan kembali pada klien untuk melakukan - TD :180/100 mmHg
tehnik relaksasi saat terasa nyeri) - Klien melakukan tehnik relaksasi nafas dalam yang diajarkan

1 2 3

e. Memberikan therapy Kolabirasi untuk mengatasi A : 


peningkatan Tekanan darah
Masalah teratasi sebagaian
Amlodipine 1 X 10 Mg, Furosemde 1x 1 Ampul
45

P :  

Pemberian Analgesik Lanjutkan implementasi

a. Menetukan lokasi nyeri, kualitas dan keparahan sebelum - Manajemen Nyeri


pengobatan - Pemberian analgetik
b. Mengecek riwayat alergi obat
c. Mengevalusivaluasi ke efektipan obat analgesic
d. Mendokumentasikan respon terhadap analgesic dan
adanya efek samping
e. Memberikan obat dengan prinsip 6 benar
- Ketorolac 2 X 30 Mg ( IV)

1 3 4

2 Pukul 11.30 WIB Pukul 13.30 WIB


46

Manajemen Tidur

a. Menjelaskan penting tidur yang adekuat S:


b. Memfasilitasi untuk mempertahankan aktivitas sebelum
- Klien mengatakan sudah bisa tidur siang tapi sebentar
tidur (membaca)
- Klien mengatakan jika malam tidak berisik bisa tidur
c. Menciptakan lingkungan yang nyaman
O:
d. Mendiskusikan dengan keluarga dan klien tenang teknik
tidur klien - Klien terlihat masih sedikit lemas
e. Mengintruksikan untuk memonitor tidur klien pada A:
keluarga
Masalah teratasi sebagian

P:

Lanjutkan implementasi

- Manajemen tidur
- Manajemen energy
47

1 2 3

Pukul 08.30 WIB Pukul : 14.00 wib


S:
a. Kaji pengetahuan klien mengenai diet yang disarankan d. Keluarga klien mengatakan klien tidak minum obat
Kaji pola makanan klien sebelum dan saat ini, termasuk e. Klien mengatakan cemas kalau penyakitnya tidak sembuh
makanan kesukaan. dan menjadi lebih parah.
e. Ajarkan klien membuat panduan diet f. Keluarga sering menanyakan perkembangan kondisi Tn. E
f. Libatkan keluarga dalam melakukan tindakan kepada dokter dan perawat.
g. Bantu klien untuk mengidentifikasi aktivitas yang diinginkan O:
b. Klien tampak mengerti
A :  

Masalah teratasi sebagian

P :
48

Lanjutkan implementasi

Hari Ketiga

No IMPLEMENTASI EVALUASI

1 2 3

1 Pukul 08.30 WIB Pukul 10.30 WIB


49

Manajemen nyeri S :  

a. Melakukan pengkajian nyeri secara komfrehensif meliputi - Klien mengatakan sudah tidak pusing
lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas dan - Klien mengatakan sudah dapat beristirahat
instensitas. O:
b. Mengidentifkasi bersama klien faktor-faktor yang dapat
- TD :140/90 mmHg
menurunkan atay memperberat nyeri.
- Klien melakukan tehnik relaksasi nafas dalam yang diajarkan
c. Mengurangi faktor-faktor yang dapat meningkatkan nyeri
A : 
d. Mengajarkan tehnik nonfarmakologi (seperti
menginstruksikan kembali pada klien untuk melakukan Masalah teratasi
tehnik relaksasi saat terasa nyeri)
P :  

Intervensi dihentikan

1 2 3

e. Memberikan therapy kolabirasi untuk mengatasi


peningkatan tekanan darah
50

Amlodipine 1 X 10 Mg, furosemde 1x 1 ampul

Pemberian Analgesik

a. Menetukan lokasi nyeri, kualitas dan keparahan sebelum


pengobatan
b. Mengecek riwayat alergi obat
c. Mengevalusivaluasi ke efektipan obat analgesic
d. Mendokumentasikan respon terhadap analgesic dan adanya
efek samping
e. Memberikan obat dengan prinsip 6 benar
- Ketorolac 2 X 30 Mg ( IV)

1 3 4
51

2 Pukul 11.30 WIB Pukul 13.30 WIB

Manajemen tidur wib


S:
a. Menjelaskan Penting tidur yang adekuat
b. Memfasilitasi untuk mempertahankan aktivitas sebelum - Klien mengatakan sudah bisa tidur siang tapi sebentar
tidur (membaca) - Klien mengatakan jika malam tidak berisik bisa tidur
c. Menciptakan lingkungan yang nyaman O:
d. Mendiskusikan dengan keluarga dan klien tenang teknik
- Klien terlihat segar
tidur klien
A:
e. Mengintruksikan untuk memonitor tidur klien pada
keluarga Masalah teratasi

P:

- Intervensi dihentikan
52

1 2 3

3 Pukul 08.30 WIB Pukul : 14.00 wib


S:
a. Kaji pengetahuan klien mengenai diet yang disarankan g. Keluarga klien mengatakan klien tidak minum obat
Kaji pola makanan klien sebelum dan saat ini, termasuk h. Klien mengatakan cemas kalau penyakitnya tidak sembuh
makanan kesukaan. dan menjadi lebih parah.
b. Ajarkan klien membuat panduan diet i. Keluarga tidak menanyakan perkembangan kondisi Tn. E
c. Libatkan keluarga dalam melakukan tindakan kepada dokter dan perawat.
d. Bantu klien untuk mrngidentifikasi aktivitas yang O:
diinginkan c. Klien tampak mengerti
A :  
53

Masalah teratasi

P :

Hentikan implementasi
54

BAB IV

PEMBAHASAN

A. Gambaran Lokasi Penelitian

Penelitian dilakukan penulis diwilayah kerja Puskesmas Rawat Inap

Tanjung Raja Kabupaten Lampung Utara. Proses penelitian dimulai sejak tanggal

20 April 2022 sampai dengan 22 April 2022.

B. Analisis Asuhan Keperawatan

1. Analisis data pengkajian

Pengkajian dari tanggal 20 April 2022 sampai dengan 22 April 2022

diperoleh data-data sebagai berikut :

Data subjektif :

Klien mengatakan kepala pusing dan leher terasa tegang, klien mengatakan

sulit tidur, klien mengatakan cemas takut penyakitnya tidak bisa sembuh.

Data objektif :

Klien tampak meringis kesakitan kondisi badan lemah, klien tampak pucat

mata klien cekung, tidur malam ± 2jam, klien susah tidur siang, klien tampak

bingung.
55

2. Analisis diagnosa keperawatan

Dari hasil pengkajian didapatkan data subjektif dan data objektif yang dapat

membantu penulis dalam menegakkan diagnosa keperawatan. Diagnosa

keperawatan yang pertama yaitu gangguan rasa nyaman nyeri akut

berhubungan dengan peningkatan tekanan darah, diagnosa keperawatan yang

kedua yaitu gangguan istirahat tidur berhubungan dengan efek hospitalisasi

dan diagnosa keperawatan yang ketiga adalah defisit pengetahuan

berhubungan dengan kurang terpapar informasi.

3. Analisis intervensi keperawatan

Intervensi yang dilakukan pada ketiga diagnosa keperawatan sesuai dengan

Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SDKI). Pada diagnosa bersihan

jalan napas intervensinya yaitu manajemen nyeri, manajemen tidur dan

edukasi kesehatan.

4. Analisis implementasi dan evaluasi

Implementasi keperawatan dilakukan sesuai dengan intervensi keperawatan

yang dibuat oleh penulis. Evaluasi yang diperoleh pada diagnosa bersihan

jalan nafas yang dilaukan mulai tanggal 20-22 April 2022 didapatkan data

evaluasi dihari ketiga klien mengatakan sudah tidak pusing, klien mengatakan

bisa tidur siang dan malam bisa tidur jika tidak berisik, klien mengatakan

sudah tidak cemas lagi.


56

5. Analisis inovasi produk

Menurut penelitian Yureya Nita, dkk yang berjudul “ Hubungan Dukungan

Keluarga Dengan Kepatuhan Diet Pasien Hipertensi di Puskesmas Payung

Sekaki Pekanbaru Tahun 2017” Salah satu masalah kesehatan yang sangat

serius saat ini adalah hipertensi yang disebut sebagai the silent killer.

Peningkatan tekanan darah yang berlangsung dalam jangka waktu lama

(persisten) dapat menimbulkan kerusakan pada ginjal (gagal ginjal), jantung

(penyakit jantung koroner), dan otak (menyebabkan stroke) bila tidak

dideteksi secara dini dan mendapat pengobatan yang memadai, maka akan

menyebabkan kematian. Kepatuhan menjalankan diet merupakan salah satu

cara untuk menurunkan hipertensi sehingga dapat mengatasi dan mencegah

hipertensi dan komplikasinya.

Dalam asuhan keperawatan ini penulis mendapatkan hasil evaluasi pada

diagnosa keperawatan defisit pengetahuan berhubungan dengan kurang

terpapar informasi setelah klien diberikan intervensi edukasi kesehatan

berupa penkes tentang Penyakit Hipertensi dan pemberian inovasi buku

panduan diet pada penderita Hipertensi, klien mengatakan sudah tidak cemas

lagi akan penyakit yang dideritanya. Dan dengan diberikan buku panduan

diet Hipertensi diharapkan klien mengkonsumsi makanan sesuai dengan

aturan yang ada dibuku panduan diet.


57

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN

Kesimpulan sesuai hasil pembahasan yang penulis dapatkan yaitu setelah

klien diberikan intervensi edukasi kesehatan berupa penkes tentang Penyakit

Hipertensi dan pemberian inovasi buku panduan diet pada penderita Hipertensi,

klien mengatakan sudah tidak cemas lagi akan penyakit yang dideritanya. Dan

dengan diberikan buku panduan diet Hipertensi diharapkan klien mengkonsumsi

makanan sesuai dengan aturan yang ada dibuku panduan diet.

B. SARAN

1. Profesi keperawatan

Melakukan intervensi sebagai upaya pelaksanaan peran perawat guna

meningkatkan kualitas asuhan keperawatan sehingga dapat memaksimalkan

penanganan pertama pada pasien dengan permasalahan pada penyakit

Hipertensi.

2. Institusi pendidikan

Mengembangkan program belajar mengajar dan menambah referensi

perpustakaan serta menjadi dasar untuk penelitian keperawatan lebih lanjut dan

menyediakan bahan bacaan bagi mahasiswa keperawatan guna menambah

pengetahuan.
58

Anda mungkin juga menyukai