Anda di halaman 1dari 14

EFEKTIFITAS KOMPRES METRONIDAZOLE DENGAN

KOMPRES POVIDON IODINE PADA PENYEMBUHAN LUKA


DIABETES MELLITUS TIPE II PADA PASIEN YANG
DIRAWAT DI RUMAH SAKIT UMUM
DAERAH SUKOHARJO
Yanuar Isna Hamil*, Dhani Setya A, S.Kep.,Ns.**, Dr. Farida Nugrahani, M.Pd..***

INTISARI

Latar Belakang: Hasil survey pendahuluan terhadap 10 penderita DM yang dirawat di


RSUD Kabupaten Sukoharjo bahwa 60% mengalami luka yang cukup parah karena tidak
mematuhi diet yang dianjurkan dan perawatan lukanya menggunakan betradine dan
metronidazole, dan sisanya sebanyak 40% sudah mematuhi diet yang dianjurkan bagi
penderita DM. Di samping itu, ada beberapa pasien yang sudah berobat tapi masih
memiliki kadar gula tinggi, hal ini disebabkan karena pasca perawatan di rumah sakit
tidak secara disiplin melakukan perawatan dengan kompres baik menggunakan betadine,
NaCl maupun metronidazole dan kurang melakukan diet yang benar. Karena pembersihan
luka merupakan aspek yang paling mendasar dalam manajemen perawatan luka.
Tujuan : Mengetahui efektifitas penyembuhan luka Diabetes Mellitus tipe II antara kompres
Metronidazole dengan kompres Povidon Iodine pada pasien yang dirawat di RSUD
Kabupaten Sukoharjo.
Metode: Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif analitik dengan
pendekatan
observasional. Populasi dalam penelitian ini adalah semua pasien yang mendapat
tindakan perawatan dengan luka DM tipe II yang menjalani perawatan di RSUD Sukoharjo
berjumlah 509 pasien, dan diambil sampel sebanyak 86 pasien dengan teknik insidental
sampling. Teknik analisis data yang digunakan dengan uji t-test.
Hasil : (1) Proses penyembuhan luka DM Tipe II yang dirawat dengan kompres
Metronidazole yang berada dalam keadaan luka mengering mempunyai rata-rata 63%,
aproksimasi jaringan baik (65%), tidak terjadi warna kemerahan pada luka (67%), tidak terjadi
adanya aksudat (74%), tidak adanya peningkatan suhu (76%), dan tidak terjadi
peningkatan leukosit (74%); (2) Proses penyembuhan luka dengan Povidon Iodine yang
berada dalam keadaan luka mengering (55%), aproksimasi jaringan baik (56%), tidak
terjadi warna kemerahan (56%), tidak terjadi aksudat (72%), tidak terjadi adanya
peningkatan suhu (68%), dan tidak terjadi peningkatan leukosit (62%); (3) Ada perbedaan
yang signifikan perawatan luka dengan menggunakan kompres Metronidazole atau dengan
menggunakan kompres Povidon Iodine terhadap proses penyembuhan luka Diabetes
Mellitus Tipe II operasi di RSUD Kabupaten Sukoharjo (t = 5,416 ; p = 0,000).
Simpulan: Ada perbedaan yang signifikan perawatan luka dengan menggunakan kompres
Metronidazole atau dengan menggunakan kompres Povidon Iodine terhadap proses
penyembuhan luka DM II, dan penyembuhan luka diabetes mellitus tipe II yang
menggunakan kompres metronidazole lebih efektif dibandingkan dengan kompres
menggunakan povidon iodine.

Kata Kunci : Metronidazole, Povidon iodine, Penyembuhan luka.

* Mahasiswa Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas Sahid Surakarta.


**
Dosen Program Studi Ilmu keperawatan Universitas Sahid Surakarta
***
Dosen Program Studi Ilmu keperawatan Universitas Sahid Surakarta.

Jurnal Ilmu Keperawatan Indonesia Vol. 7, No. 2, Juli 2014 21


PENDAHULUAN tercatat pada tahun 1990 mencapai
A. Latar Belakang angka 80 juta, dan secara
Keberhasilan pembangunan diikuti mencengangkan melompat ke angka
pula oleh pergeseran pola penyakit 110,4 juta pada empat tahun kemudian,
yang ada di masyarakat. Pola penyakit dan menjelang tahun 2010 angka ini
yang semula didominasi penyakit- diperkirakan menggelembung hingga
penyakit menular dan infeksi mulai 239,3 juta, dan diduga bakal terus
digeser oleh penyakit-penyakit melambung hingga menyentuh angka 300
degeneratif, dan hal ini dikenal juta pada tahun 2025 (Arisman, 2011).
dengan transisi epidemiologi. Indonesia menurut WHO
Kecenderungan meningkatnya prevalensi memprediksi kenaikan jumlah pasien
penyakit tidak menular salah satunya dari 8,4 juta pada tahun 2000 menjadi
adalah Diabetes Mellitus (Depkes, sekitar 21,3 juta pada tahun 2030.
2008). Berdasarkan penelitian epidemiologis
Menurut American Diabetes didapatkan prevalensi Diabetes Mellitus
Association (ADA, 2007) Diabetes di Indonesia sebesar 1,5-2,3% pada
Mellitus merupakan suatu kelompok penduduk yang usia lebih 15 tahun,
penyakit metabolik dengan karakteristik bahkan di daerah urban prevalensi
hiperglikemia yang terjadi kelainan Diabetes Mellitus sebesar 14,7% dan
sekresi insulin, kerja atau kedua-duanya. daerah rural sebesar 7,2%. Prevalensi
Berbagai penelitian epidemiologis di tersebut meningkat 2-3 kali dibandingkan
Indonesia diperoleh prevalensi diabetes dengan negara maju, sehingga Diabetes
sebesar 1,5% - 2,3% pada penduduk usia Mellitus merupakan masalah kesehatan
lebih dari 15 tahun. Angka tersebut masyarakat yang serius (Darmono,
cenderung meningkat terus seiring 2007).
dengan tingkat pertumbuhan ekonomi dan Penderita Diabetus Mellitus
jumlah penduduk (Suwarto, dkk, 2011). dibandingkan dengan penderita non
Jumlah penderita Diabetes Mellitus Diabetes mellitus mempunyai
di dunia dari tahun ke tahun mengalami kecenderungan 2x lebih mudah
peningkatan, survei yang dilakukan oleh mengalami trombosis serebral, 25x terjadi
organisasi kesehatan dunia (WHO), buta, 2x terjadi penyakit jantung
jumlah penderita Diabetes Mellitus yang koroner, 17x terjadi gagal ginjal kronis,

22 Jurnal Ilmu Keperawatan Indonesia Vol. 7, No. 2, Juli 2014


dan 50x menderita ulkus diabetika. 14 hari, sedangkan pada tahun 2012
Komplikasi menahun diabetes jumlah penderita meningkat menjadi
mellitus di Indonesia terdiri atas 609 penderita, dengan rata-rata satu
neuropati 60%, penyakit jantung bulanya 56 orang.
koroner 20,5%, ulkus diabetika 15%, Survey pendahuluan yang
retinopati 10%, dan nefropati 7,1% dilakukan pada bulan Juni 2012
(Sustrani, dkk, 2006). terhadap 10 penderita Diabetes Mellitus
Data dari Dinkes Jateng (DM) yang dirawat di Rumah Sakit
menunjukkan bahwa dari tahun 2008- Daerah Kabupaten Sukoharjo diketahui
2010, DM tipe II menempati urutan bahwa 60% (6 pasien) mengalami luka
kedua dari lima belas besar Penyakit yang cukup parah karena tidak
Tidak Menular di Jawa Tengah. Pada mematuhi diet yang dianjurkan dan
tahun 2008 jumlah penderita sebanyak perawatan lukanya menggunakan
249.181, pada tahun 2009 sebanyak betradine dan metronidazole, dan
200.295 penderita, dan pada tahun sisanya sebanyak 40% sudah
2010 sebanyak 245.907 penderita. mematuhi diet yang dianjurkan bagi
Kota Semarang menempati urutan penderita Diabetes Mellitus. Di samping
pertama penderita DM tipe II dengan itu pengalaman di lapangan, ada
36.353 penderita (Profil Dinkes Jateng, beberapa pasien yang sudah berobat
2011). tapi masih memiliki kadar gula tinggi,
Data Dinas Kesehatan Kota hal ini disebabkan karena pasca
Sukoharjo prevalensi penderita Diabetes perawatan di rumah sakit tidak secara
Mellitus Tipe II pada tahun 2007 disiplin melakukan perawatan dengan
sebanyak 1.183 per 100.000 penduduk luka kronis yang sangat berbau pada
dan meningkat pada tahun 2008 pasien kanker payudara. Atas dasar
prevalensinya menjadi 2.008 per 100.000 pertimbangan diatas penelitian ini akan
penduduk. Sub bagian catatan medik meneliti efek penggunaan metronidazole
RSUD Kabupaten Sukoharjo mencatat dan betadine dalam perawatan luka
jumlah penderita Diabetes Mellitus pasien deabetes mellitus yang dirawat di
yang dirawat inap meningkat sebesar Rumah Sakit Umum Daerah Sukoharjo.
105% selama 5 tahun terakhir sampai Berdasarkan latar belakang di
tahun 2011 dengan hari rawat rata-rata 9 atas maka dalam penelitian ini

Jurnal Ilmu Keperawatan Indonesia Vol. 7, No. 2, Juli 2014 23


akan diteliti tentang: Efektifitas pada pasien dengan kompres
Kompres Metroni-dazole dengan povidon iodine di Rumah Sakit
Kompres Povidon Iodine pada Umum Daerah Sukoharjo.
Penyembuhan Luka Diabetes Mellitus c. Menganalisis perbedaan
Tipe II pada pasien yang Dirawat di efektivitas penyembuhan luka
Rumah Sakit Umum Daerah Sukoharjo. Diabetes Mellitus Tipe II pada
pasien yang dirawat dengan
B. Perumusan Masalah kompres metronidazole dan
Manakah yang paling efektif pada povidon iodine di Rumah
penyembuhan luka deabetes mellitus tipe Sakit Umum Daerah Sukoharjo.
II antara kompres metronidazole
dengan kompres povidon iodine pada METODE PENELITIAN
pasien yang dirawat di Rumah Sakit A. Jenis dan Rancangan Penelitian
Umum Daerah Sukoharjo? Jenis penelitian ini adalah
penelitian deskriptif korelasional
C. Tujuan Penelitian dengan rancangan cross sectional.
1. Tujuan umum
Mengetahui efektifitas penyembuhan B. Populasi dan Sampel
luka Diabetes Mellitus tipe II Populasi dalam penelitian semua
antara kompres Metronidazole pasien yang mendapat tindakan
dengan kompres Povidon Iodine perawatan dengan luka diabetes mellitus
pada pasien yang dirawat di tipe II yang menjalani perawatan di
Rumah Sakit Umum Daerah Rumah Sakit Umum Daerah Sukoharjo
Sukoharjo. menurut data tahun 2012 rata-rata
2. Tujuan Khusus berjumlah 509 pasien, diambil sampel
a. Mendeskripsikan penyembuhan sebanyak 86 responden dengan teknik
luka deabetes mellitus tipe II purposive ramdom sampling.
pada pasien dengan kompres
metronidazole di Rumah Sakit C. Instrumen Penelitian
Umum Daerah Sukoharjo. Dalam memperoleh data yang
b. Mendeskripsikan penyembuhan diperlukan, peneliti menggunakan
luka diabetes mellitus tipe II instrumen penelitian berupa lembar

24 Jurnal Ilmu Keperawatan Indonesia Vol. 7, No. 2, Juli 2014


observasi (terlampir). Dalam lembar ini t-test) dan jika data tidak normal
dicatat hasil pengamatan proses maka menggunakan Mean Whitney
penyembuhan luka diabetes mellitus (tidak berpasangan).
pada hari ke 4 sampai dengan hari
ke 6 setelah dilakukan perlakuan HASIL DAN PEMBAHASAN
perawatan luka dengan kompres Berdasarkan hasil analisis dan
metronidazole dan Povidon Iodine. temuan yang telah dikemukakan di
muka, maka dapat dikemu- kakan hasil
D. Teknik Analisis Data penelitian dan pembahasan sebagai
1. Analisa univariat digunakan berikut :
untuk menggambarkan data 1. Penyembuhan luka operasi
karakteristik demografi, proses dengan perawatan luka Diabetes
penyembuhan luka diabetes mellitus Mellitus Tipe II dengan
yang dirawat dengan menggunakan menggunakan kompres
kompres metronidazole dan nilai Metronidazole
penyembuhan luka yang dirawat Menurut Smeltzer dan Bare
dengan menggunakan kompres (2002), diantara penyembuhan luka
betadine. pada fase fibroblastik atau jaringan
2. Analisis Bivariat ditandai dengan terbentuknya
Analisis bivariat digunakan dengan kolagen, terbentuk jaringan granulasi
tujuan untuk menggambarkan dan kekuatan tegangan luka
perbedaan pengaruh antar variabel meningkat, dimana memerlukan
sehingga tergambar perbedaan waktu 5 20 hari. Setelah dilakukan
perawatan luka dengan menggunakan pengamatan pada hari ke 6 diketahui
kompres metronidazole atau dengan gambaran proses penyembuhan luka
menggunakan kompres povidone yang dirawat dengan menggunakan
iodine terhadap proses penyembuhan kompres Metronidazole di RSUD
luka DM pada pasien. Uji ini Kabupaten Sukoharjo yang berada
menggunakan uji parametrik yaitu dalam keadaan luka mengering
uji perbedaan dua rata-rata jika data mempunyai rata-rata 0,63 (63,0%),
berdistribusi normal maka aproksimasi jaringan baik sudah
menggunakan uji t test (Independent berada dalam kondisi 0,65 (65,0%),

Jurnal Ilmu Keperawatan Indonesia Vol. 7, No. 2, Juli 2014 25


keadaan tidak terjadi warna baik, tidak terjadi adanya aksudat,
kemerahan pada luka rata-rata 0,67 dan tidak terjadi adanya peningkatan
(67,0%), yang berada dalam leukosit.
kondisi tidak terjadi adanya aksudat Peristiwa di atas menurut
rata-rata 0,74 (74,0%), proses Morison (2004) merupakan proses
pemyembuhan dimana tidak terjadi fisiologis penyembuhan luka pada
adanya peningkatan suhu rata-rata durasi fase 1-6 yaitu pada fase
0,76 (76,0%), dan proses destruktif, dimana terjadi
penyembuhan dimana tidak terjadi pembersihan jaringan yang mati dan
adanya peningkatan leukosit rata- yang mengalami devitalisasi oleh
rata 0,74 (74,0%). Angka tersebut leukosit polimorvonuklear dan
merupakan data yang diperoleh makrofag. Dilihat dari rata-rata
dengan mengabaikan berbagai hal nilai tertinggi yang dicapai untuk
yang mungkin menjadi perancu proses penyembuhan pada perawatan
seperti faktor usia, status penyakit luka Diabetes Mellitus Tipe II
saat ini, oksigenasi, dan psikososial dengan menggunakan kompres
yang merugikan. Metronidazole yaitu sebesar 0,76
Berdasarkan penemuan (76%) dan nilai terendah rata-rata
tersebut diketahui bahwa dalam kondisi 0,63 (63,0%) dimana
kebanyakan responden pada proses ditandai dengan luka sudah mulai
penyembuhan dapat ditandai mengering, tidak terjadi adanya
dengan luka mengering, tidak terjadi peningkatan suhu, dan tidak terjadi
adanya peningkatan suhu, dan tidak adanya peningkatan leukosit.
terjadi adanya peningkatan leukosit Metronidazole Merupakan
yang berada dalam kondisi larutan isotonis aman untuk tubuh,
sembuh pada penyembuhan luka tidak iritan, melindungi granulasi
dengan Metronidazole yang berada jaringan dari kondisi kering, menjaga
dalam kondisi dari 63,0% sampai kelembaban sekitar luka dan
76,0%. Penemuan tersebut diketahui membantu luka menjalani proses
bahwa kebanyakan responden pada penyembuhan serta mudah didapat
proses penyembuhan dapat ditandai dan harga relatif lebih murah.
dengan aproksimasi jaringan Menurut Gitarja dan Hardian

26 Jurnal Ilmu Keperawatan Indonesia Vol. 7, No. 2, Juli 2014


(2004) cairan normal salin 500 mg, dua kali sehari selama 7
(Metronidazole) atau air yang hari. Sedangkan untuk diare akibat
steril sangat direkomendasikan amoeba, metronidazol diberikan
sebagai cairan pembersihan pada sebanyak 750 mg, 2-3 kali sehari
semua jenis luka. selama 5-10 hari.
Metronidazol tersedia dalam
bentuk tablet, kapsul, dan botol 2. Penyembuhan luka operasi yang
infusan. Metronidazol tablet tersedia dilakukan perawatan luka
dalam ukuran 250 mg dan 500 mg. Diabetes Mellitus Tipe II dengan
Untuk kapsul, metronidazol menggunakan Povidon Iodine
tersedia dalam ukuran 375 mg. Menurut Lilley dan Aucker
Sedangkan dalam kemasan botol (1999), Betadhine atau povidon
infusan, metronidazol tersedia iodine secara aktif melawan spora
dalam ukuran 500 mg/100ml. tergantung konsentrasi dan waktu
Metronidazol dapat ditemukan pelaksanaan. Setelah dilakukan
sebagai obat paten maupun generik. pengamatan diketahui gambaran
Dosis metronidazol sebagai proses penyembuhan luka yang
terapi infeksi anaerob (misal pada dirawat dengan menggunakan
luka diabetes atau infeksi orga Povidon Iodine di RSUD Kabupaten
dalam tubuh) ialah 7,5 mg/kg berat Sukoharjo yang berada dalam
badan sebanyak 3-4 kali sehari keadaan luka mengering
selama 7-10 hari. Secara praktis, mempunyai rata-rata 0,55 (55,0%),
metronidazol biasa diresepkan aproksimasi jaringan baik sudah
berupa tablet 500mg, diminum tiga berada dalam kondisi 0,56 (56,0%),
kali sehari selama 7 hari. Pada pasien keadaan tidak terjadi warna
yang dirawat di rumah sakit, kemerahan pada luka rata- rata 0,56
metronidazol diberikan lewat (56,0%), yang berada dalam kondisi
infusan dengan dosis 15 mg/kg tidak terjadi adanya aksudat rata-rata
berat badan. Dosis maksimal ialah 0,72 (72,0%), proses pemyembuhan
4 gram per hari. Untuk infeksi dimana tidak terjadi adanya
kelamin dan diare akibat peningkatan suhu rata-rata 0,68
trichomonas, metronidazol diberikan (68,0%), dan proses pemyembuhan

Jurnal Ilmu Keperawatan Indonesia Vol. 7, No. 2, Juli 2014 27


dimana tidak terjadi adanya ditutup dengan balutan oklusif
peningkatan leukosit rata- rata 0,62 kulit dapat ternoda dan
(62,0%). Berdasarkan penemuan menyebabkan iritasi dan nyeri pada
tersebut diketahui bahwa sisi luka.
kebanyakan responden pada proses Larutan ini akan melepaskan
penyembuhan dapat ditandai dengan iodium anorganik bila kontak
luka mengering, tidak terjadi adanya dengan kulit atau selaput lendir
peningkatan suhu, dan tidak terjadi sehingga cocok untuk luka kotor dan
adanya peningkatan leukosit yang terinfeksi bakteri gram positif dan
berada dalam kondisi sembuh negatif, spora, jamur dan protozoa.
pada penyembuhan luka pada Bahan ini agak iritan dan alergen
pasien Diabetes Mellitus Tipe II di serta meninggalkan residu (Ismail,
RSUD Kabupaten Sukoharjo dengan 2013).
kompres Povidon Iodine yang Studi menunjukkan bahwa
berada dalam kondisi dari 55,0% antiseptik seperti povodine iodine
sampai 72,0%. Angka tersebut toxic terhadap sel (Morison, 2004).
merupakan data yang diperoleh Iodine dengan konsentrasi lebih dari
dengan mengabaikan berbagai hal 3% dapat memberi rasa panas pada
yang mungkin menjadi perancu kulit. Rasa terbakar akan nampak
seperti faktor usia, status penyakit dengan iodine ketika daerah yang
saat ini, oksigenasi, dan psikososial dirawat ditutup dengan balutan
yang merugikan. oklusif kulit dapat ternoda dan
Menurut Morizon (2004), menyebabkan iritasi dan nyeri pada
Povidon Iodine merupakan bahan sisi luka.
yang agak iritan dan alergen serta
meninggalkan residu. Oleh karena 3. Perbedaan Pengaruh penyembuhan
itu dalam penggunaannya povodine luka operasi antara yang
iodine harus dengan konsentrasi lebih dilakukan perawatan luka DM
dari 3% dapat memberi rasa panas Tipe II dengan menggunakan
pada kulit. Rasa terbakar akan kompres Metronidazole dan
nampak dengan povodine iodine kompres Povidon Iodine
ketika daerah yang dirawat

28 Jurnal Ilmu Keperawatan Indonesia Vol. 7, No. 2, Juli 2014


Berdasarkan analisis uji Metronidazole lebih besar atau lebih
Independent t tes pada tiap cepat sembuhnya dibandingkan
perlakuan proses penyembuhan kesembuhan perawatan pasien
(dilihat dari luka mengering, Diabetes Mellitus Tipe II yang
aproksimasi jaringan baik, tidak dirawat dengan menggunakan
terjadi warna kemerahan pada luka, kompres Povidon Iodine.
tidak terjadi adanya eksudat, tidak Berdasarkan hasil penelitian ini
terjadi adanya peningkatan suhu, dan menunjukkan bahwa proses
tidak terjadi adanya peningkatan percepatan kesembuhan pasien yang
leukosit) yang perawatannya dirawat dengan menggunakan
menggunakan Metronidazole dan kompres Metronidazole lebih besar
Povidon Iodine menunjukkan adanya atau lebih cepat sembuhnya
perbedaan yang signifikan perawatan dibandingkan kesembuhan perawatan
luka dengan menggunakan kompres pasien Diabetes Mellitus Tipe II
Metronidazole atau dengan yang dirawat dengan menggunakan
menggunakan kompres Povidon kompres Povidon Iodine. Hal ini
Iodine terhadap proses penyembuhan karena metronidazole merupakan
luka Diabetes Mellitus Tipe II di larutan yang fisiologis dengan tubuh
RSUD Kabupaten Sukoharjo (thit = sehingga tidak menimbulkan iritasi
5,416; = 0,000). dan mendukung pertumbuhan
Di samping itu, dilihat dari granulasi, di samping itu
rata-rata proses penyembuhan luka metronidazole merupakan antiseptik
Diabetes Mellitus Tipe II di RSUD sehingga dapat membunuh bakteri
Kabupaten Sukoharjo pada perawatan yang mungkin akan terdapat pada
luka dengan menggunakan kompres luka, sehingga dalam penggunaannya
Metronidazole sebesar 14,50 dan biasanya pada luka yang basah
perawatan dengan menggunakan (Anonim, 2008). Sedangkan
kompres Povidon Iodine mempunyai povodine iodine mempunyai sifat
rata-rata sebesar 10,12. Hal ini antiseptik (membunuh kuman) baik
berarti bahwa proses percepatan bakteri gram positif maupun negatif,
kesembuhan pasien yang dirawat akan tetapi iodin bersifat iritatif dan
dengan menggunakan kompres

Jurnal Ilmu Keperawatan Indonesia Vol. 7, No. 2, Juli 2014 29


lebih toksik bila masuk ke pembuluh penyembuhan luka bersih, artinya
darah. bahwa ada perbedaan yang signifikan
Hasil penelitian ini didukung perawatan luka dengan menggunakan
oleh penelitian yang dilakukan Metronidazole atau dengan
oleh Sumaryono, (2003) yang menggunakan Povidon Iodin 0,1%
berjudul: Daya Guna Irigasi larutan terhadap kecepatan penyembuhan
Povidin Iodine 0,001% dibandingkan luka bersih di Rumah Sakit Islam
larutan NaCl 0,8% pada debridemen Surakarta.
fraktur terbuka. Hasil penelitiannya Menurut Perdanakusuma
menyebutkan bahwa meskipun luka (2007), dalam proses penyembuhan
dibersihakn dengan Betadin memiliki luka Diabetes Mellitus Tipe II, peran
hasil yang sama dengan luka yang perawat untuk merawat luka tersebut
dibersihkan dengan Metronidazole, sangat penting agar membuat kondisi
namun Metronidazole memiliki luka menjadi optimal serta
tingkat efektifitas yang lebih tinggi mengawali proses penyembuhan
dalam manajemen luka Diabetes luka berlangsung dengan baik.
Mellitus Tipe II mayor. Tujuan dari perawatan ini salah
Di samping itu, penelitian ini satunya adalah untuk mencegah
juga didukung oleh penelitian yang infeksi, mempertahankan integritas
dilakukan oleh Nur Ikhsanudin kulit, hemostatis luka, mencegah
(2003), yang meneliti tentang : cidera jaringan yang lebih lanjut,
Beda Pengaruh antara Sodium meningkatkan penyembuhan luka,
Clorida 0,9% dan Provodine Iodine mendpatkan kembali fungsi normal
10% terhadap Kecepatan dan memperoleh rasa nyaman.
Penyembuhan Luka Bersih di Penanganan luka yang umum
Rumah Sakit Islam Surakarta. Jenis dilakukan saat ini masih banyak
penelitian dengan kuantitatif dengan yang menganut cara tradisional,
alat analisis dengan uji t-test, dan dimana perawatan dilakukan
hasil penelitiannya menyimpulkan menggunakan antiseptik, antibiotik
bahwa ada pengaruh antara sodium serta ditutup dengan balutan
clorida 0,9% dan providine sederhana.
iodine 10% terhadap kecepatan

30 Jurnal Ilmu Keperawatan Indonesia Vol. 7, No. 2, Juli 2014


Untuk mencegah infeksi, mempunyai rata-rata 0,63 (63%),
pembersihan luka dapat ditingkatkan aproksimasi jaringan baik sudah
dan diperhatikan terutama berada dalam kondisi 0,65 (65%),
penggunaan cairan. Menurut keadaan tidak terjadi warna
Sudiarto, dkk (2005), bila kemerahan pada luka rata-rata
pembersihan luka yang dilaksanakan 0,67 (67%), yang berada dalam
hanya berdasarkan rutinitas atau kondisi tidak terjadi adanya aksudat
kurang memperhatikan efektifitas rata-rata 0,74 (74%), proses
cairan yang digunakan, misalnya pemyembuhan dimana tidak terjadi
betadin akan mendukung terjadinya adanya peningkatan suhu rata-rata
infeksi. Adapun tujuan dari 0,76 (76%), dan proses
pembersihan luka menurut pemyembuhan dimana tidak terjadi
Morison (2004) adalah untuk adanya peningkatan leukosit rata-
mengeluarkan debris organik rata 0,74 (74%).
maupun anorganik sebelum 2. Gambaran proses penyembuhan
menggunakan balutan untuk luka pasien yang dirawat dengan
mempertahankan lingkungan yang menggunakan Povidon Iodine di
optimal pada tempat luka untuk RSUD Kabupaten Sukoharjo yang
proses penyembuhan. berada dalam keadaan luka
mengering mempunyai rata- rata
PENUTUP 0,55 (55%), aproksimasi jaringan
A. Simpulan baik sudah berada dalam kondisi
Berdasarkan hasil penelitian dan 0,56 (56%), keadaan tidak terjadi
pembahasan yang telah di warna kemerahan pada luka rata-
kemukakan di muka, maka dapat rata 0,56 (56%), yang berada dalam
disimpulkan bahwa : kondisi tidak terjadi adanya
1. Gambaran proses penyembuhan aksudat rata-rata 0,72 (72%),
luka Diabetes Mellitus Tipe II yang proses pemyembuhan dimana tidak
dirawat dengan menggunakan terjadi adanya peningkatan suhu
kompres Metronidazole di RSUD rata-rata 0,68 (68%), dan proses
Kabupaten Sukoharjo yang berada pemyembuhan dimana tidak terjadi
dalam keadaan luka mengering

Jurnal Ilmu Keperawatan Indonesia Vol. 7, No. 2, Juli 2014 31


adanya peningkatan leukosit untuk mau dan mampu mematuhi
rata-rata 0,62 (62%). petunjuk dan saran perawat dalam
3. Ada perbedaan yang signifikan proses penyembuhan luka Diabetes
perawatan luka dengan menggu- Mellitus Tipe II.
nakan kompres Metronidazole atau 3. Bagi profesi keperawatan. Untuk
dengan menggunakan kompres mengurangi terjadinya infeksi pada
Povidon Iodine terhadap proses perawatan luka Diabetes Mellitus
penyembuhan luka Diabetes Tipe II diharapkan mempertimbang-
Mellitus Tipe II operasi di RSUD kan penggunaan bahan khususnya
Kabupaten Sukoharjo (t = 5,416 ; cairan antiseptik yang diberikan
p = 0,001), dan dilihat dari pada pasien dalam melakukan
efektifitas diketahui bahwa asuhan keperawatan.
penyembuhan luka diabetes mellitus 4. Bagi Institusi pendidikan. Diharap-
tipe II yang menggunakan kompres kan mampu menambah khasanah
metronidazole lebih efektif pengetahuan, khususnya untuk
dibandingkan dengan kompres mengetahui ada tidaknya perbedaan
menggunakan povidon iodine. perawatan luka Diabetes Mellitus
Tipe II dengan menggunakan cairan
B. Saran antiseptik khususnya Metronidazole
1. Bagi Rumah Sakit. Diharapkan dapat dan Povidon Iodine.
menetapkan standarisasi terhadap 5. Bagi peneliti berikutnya.
pencegahan infeksi sebagai indikator Diharapkan untuk meneliti dan
kecepatan dan kesembuhan luka dan mengembangkan beberapa faktor
memperhatikan efektifitas penggu- yang dapat mempengaruhi proses
naan bahan yang digunakan untuk penyembuhan luka pasca bedah
merawat luka Diabetes Mellitus selain penggunaan cairan
Tipe II, yaitu dengan memilih cairan Metronidazole dan Povidon Iodine,
antiseptik yang saat ini paling efektif misalnya faktor ekstrinsik (Kejadian
misalnya dengan Metronidazole. saat pre operasi, kejadian saat intra
operasi, dan kejadian Diabetes

2. Bagi pasien. Diharapkan meningkat- Mellitus Tipe II), dan menggunakan

kan pengetahuan dan kesadaran rancangan penelitian yang lain,

32 Jurnal Ilmu Keperawatan Indonesia Vol. 7, No. 2, Juli 2014


misalnya dengan rancangan Dinkes Jateng. 2011. Profil Dinkes
Crossectional maupun One group Jateng tahun 2010. Semarang:
pre and post test design. Dinkes Jateng.

Drakbar. 2008. Perawatan Luka. dari


DAFTAR PUSTAKA
http://drakbar.wordpress.com/20
Aribowo. 2011. Infeksi Luka Operasi 13/01/31/ rawat luka, Diakses
(Surgical Site Infection). SMF 15 Januari 2013.
Bedah RSUP Dr. Sarjito
Gitarja S., W. 2004. Konsep Baru
Yogyakarta.
Tentang Manajemen Perawatan
Arisman. 2011. Buku Ajar Ilmu Gizi. Luka Akut dan Luka Kronik.
Obesitas, Diabetes Mellitus, & Diselenggarakan pada tanggal
Dislipidemia. Jakarta: Penerbit 6-10 September 2004 di RS
Buku Kedokteran EGC. Kanker Dharmais Jakarta.

Barr J. E. 2003. Wound, Ostomy, And Ikhsanudin, Nur. 2003. Beda Pengaruh
Continence Nursing Secrets. antara Sodium Clorida 0,9%
Philadelphia : Hanley & Belfus, dan Provodine Iodine 10%
Inc. terhadap Kecepatan Penyembu-
han Luka Bersih di Rumah
Darmono, 2007. Pengobatan Insulin
Sakit Islam Surakarta. Skripsi
Glargine (Long-Acting Insulin
(tidak dipubliaksikan).
Analouge) Pada Penderita
Surakarta: USS.
Diabetes Melitus, dalam
Simposium Insulin Sahabat Morison, J.,M. 2004. Manajemen
Diabetisi Dalam Rangka Luka. Jakarta : ECG.
Memperingati Hari Diabetes
Nur, Luthfiah, Aini. 2003. Pengaruh
Nasional IV (12 Juli 2007).
Perawatan Luka Bersih dengan
Depkes, RI. 2008. Pedoman Pengendalian Menggunakan Sodium Klorida
Diabetes Mellitus dan Penyakit 0,9% dengan Cairan Antiseptik
Metabolik. Jakarta: Direktorat terhadap Percepatan Penyem-
Pengendalian Penyakit Tidak buhan Luka pada Klien Pasca
Menular, Depkes, RI. Secsio Caesare di Rumah Sakit

Jurnal Ilmu Keperawatan Indonesia Vol. 7, No. 2, Juli 2014 33


Islam Surakarta. Skripsi Pearson Education, Inc.Upper
(tidak dipublikasikan). Saddle River.
Surakarta: USS.
Sugondo. 2004. Diabetes Melitus,
Perdanakusuma. 2007. Course Book. One Penatalaksanaan Terpadu, Balai
Day Interactive Course. Penerbitan FKUI, Jakarta.
Evidence-Based Wound Care
Smeltzer,S,C., Bare, B,G. 2002.
Management From Evidence To
Brunner & Suddarths Textbook
Therapy. Jurnal Ilmu Bedah
Of Medical-Surgical. (Kepera-
Indonesia.Yogyakarta : IKABI.
watan Medikal Bedah Brunner
Potter, P,A., & Perry, A,G. 2006. dan Suddarth). Alih Bahasa :
Fundamentals Of Nursing : Monica Ester, Jakarta : EGC.
Concepts, Process, And
Sumaryono. 2003. Daya Guna Irigasi
Practice. (Buku Ajar
Larutan Povidin Iodine 0,001%
Fundamental Keperawatan
Dibandingkan Larutan NaCl
Konsep, Proses, dan Praktik).
0,8% pada Debridemen Fraktur
Alih Bahasa : Monica Ester,
terbuka di Rumah Sakit Kasih
Jakarta : EGC.
Ibu Surakarta. Skripsi (tidak
Satyaputra D., W.& Untoro H. 2008. dipublikasikan). Surakarta:USS.
Surveilans Infeksi Nosokomial
Suwarto, Mangonprasodjo. 2001. Hidup
Luka Operasi di Bagian Bedah
Sehat & Normal Dengan
dan di Bagian Kebidanan/
Diabetes, hinkfresh, Yogyakarta
Penyakit Kandungan RSU
Bekasi. dari Http://www.kalbe.
* Yanuar Isna Halim,
co.id/files/09SurveilansInfeksi0
Mahasiswa Program Studi
83.pdf. Diakses 23 Juni 2013. Keperawatan USAHID.
** Dr. Farida Nugrahani, M.Pd.
Smith,F., S., Duell, J.,D. & Martin, Dosen Program Studi Keperawatan
USAHID.
C., B. 2004. Clinical Nursing *** dhani Setya A, S.Kep.,Ns.,
Skills : Basic to Advanced Dosen Program Studi Keperawatan
USAHID.
Skills. New Jersey, 07458:

34 Jurnal Ilmu Keperawatan Indonesia Vol. 7, No. 2, Juli 2014

Anda mungkin juga menyukai