Anda di halaman 1dari 9

LAPORAN PENDAHULUAN

LANSIA DENGAN ASAM URAT


1. Definisi Asam Urat
Asam urat merupakan manifestasi dari metabolisme purin yang terbentuk
seperti kristal - kristal. Asam urat terjadi akibat mengonsumsi zat purin secara
berlebihan. Pada kondisi normal, zat purin tidak berbahaya. Apabila zat
tersebut berlebihan di dalam tubuh,ginjal tidak mampu mengeluarkan zat purin
sehingga mengkristal menjadi asam urat yang menumpuk di persendian.
Akibatnya sendi akan terasa bengkak, meradang, nyeri dan ngilu. Purin berasal
dari makanan merupakan hasil dari pemecahan nukleoprotein makanan yang
dilakukan oleh dinding saluran cerna (Wulandari, 2016).
Asam urat (Gout) merupakan jenis arthritis inflamasi yang disebabkan
adanya pengendapan kristal monosodium urat yang terdapat pada cairan
sinovial dan pada jaringan lainnya yang sering dikaitkan dengan
hiperurisemia. Hiperurisemia terjadi akibat adanya kelebihan produksi asam
urat dalam darah melebihi batas normal, yaitu 6,8 mg/dl. Nilai normal asam
urat untuk wanita berkisar 2,4 – 6,0 mg/dl, sementara untuk pria antara 3,0 –
7,0 mg/dl. Dalam kondisi tidak normal karena faktor gaya hidup yang tidak
sehat, asam urat bisa sangat berbahaya bagi kesehatan dan dapat menyerang
orang dengan usia berapapun, tidak peduli tua atau muda (Wulandari, 2016)
2. Penyebab Asam Urat

Pada dasarnya penyebab asam urat ada dua macam, yang menyebabkan
penyakit asam urat yaitu : (Wulandari, 2016)

1) Penyebab asam urat primer


Penyebab asam urat primer berkaitan dengan metabolisme tubuh,
tetapi belum dapat diketahui dengan pasti. Asam urat primer diduga
disebabkan oleh faktor genetika, ketidakseimbangan hormon sehingga
terjadi gangguan metabolisme termasuk pengeluaran asam urat oleh
ginjal, atau terjadi gangguan dalam ginjal yang menyebabkan semua
proses penyaringan dan pengeluaran zat – zat yang tidak diperlukan tubuh
menjadi bermasalah, sehingga terjadi penumpukan purin yang
menyebabkan terjadinya asam urat.
2) Penyebab asam urat sekunder
Penyebab asam urat sekunder yang paling sering terjadi adalah akibat
mengkonsumsi makanan yang mengandung banyak zat purin, seperti jeroan,
seafood, durian, kacang-kacangan dan lain – lain. Dengan mengkonsumsi
makanan tersebut jumlah purin dalam tubuh meningkat drastis dan tidak lagi
dapat dikeluarkan oleh ginjal.
3. Manifestasi klinis
Terdapat 4 stadium perjalanan klinis gout ( Asam Urat ) yang tidak diobati :
(Nanda, 2015)
1) Stadium pertama adalah hiperurisemia asimtomatik. Pada stadium ini
asam urat serum laki – laki meningkat dan tanpa gejala selain dari
peningkatan asam urat serum.
2) Stadium dua arthritis gout akut terjadi awitan mendadak pembengkakan
dan nyeri yang luar biasa, biasanya nyeri sendi pada ibu jari kaki dan
sendi.
3) Stadium ketiga setelah serangan gout akut adalah tahap interkritis, tidak
terdapat gejala – gejala pada tahap ini, yang dapat berlangsung dari
beberapa bulan sampai tahun. Kebanyakan orang mengalami serangan
gout berulang dalam waktu kurang dari 1 tahun jika tidak diobati.
4) Stadium keempat adalah tahap gout kronik, dengan timbunan asam urat
yang terus meluas selama beberapa tahun jika pengobatan tidak dimulai.
Peradangan kronik akibat kristal – kristal asam urat mengakibatkannyeri,
sakit, dan kaku, juga pembesaran dan penonjolan sendi bengkak.
4. Klasifikasi Gout (Asam Urat)
Klasifikasi gout (asam urat) dibagi 2 yaitu : (Nanda, 2015).
1) Gout primer
Dipengaruhi oleh faktor genetik,terdapat produksi / sekresi asam urat
yang berlebihan dan tidak diketahui penyebabnya.
2) Gout sekunder
a) Pembentukan asam urat yang berlebihan
b) Kelainan mieloproliferatif (polisitemia, leukemia, mieloma retikularis )
c) Sindroma Lech-Nayhan yaitu suatu kelainan akibat defesiensi
hipoxatin guanine fosforibosil tranferase yang terjadi pada pada anak
anak dan pada sebagian orang dewasa.
d) Gangguan penyimpanan glikogen
5. Komplikasi Asam Urat
Komplikasi asam urat yaitu : (Wulandari, 2016)
1) Batu Ginjal
Asam urat yang berlebihan dapat memicu terjadinya batu ginjal, ini
dikarenakan ginjal tidak mampu mengeluarkan asam urat sehingga ginjal
menjadi sakit dan asam urat akan tertimbun dalam ginjal yang akhirnya
menyebabkan batu ginjal.
2) Kegagalan ginjal kronik
Batu asam urat diginjal meningkat menyebabkan tingginya tekanan dibatu
ginjal dan pembuluh – pembuluh darah, sehingga dinding pembuluh darah
semakin tebal dan aliran darah ke ginjal semakin berkurang dan
menyebabkan terjadinya kerusakan ginjal.
6. Penatalaksanaan
Pananganan gout biasanya dibagi menjadi penanganan serangan akut dan
penanganan hiperurisemia pada pasien arthritis kronik. Ada 3 tahapan dalam
terapi penyakit ini : (Nanda, 2015)
1) Terapi Non Farmakologi
Terapi non-farmakologi merupakan strategi esensial dalam
penanganan gout. Intervensi seperti istirahat yang cukup, penggunaan
kompres dingin, modifikasi diet, mengurangi asupin alkohol, dan
menurunkan berat badan pada pasien yang kelebihan berat badan
terbukti efektif.
2) Terapi Farmakologi
Istirahat dan terapi cepat dengan pemberian NSAID, misalnya
200 mg/hari atau dikofenak 150 mg/hari merupakan terapi pertama
dalam menangani serangan akut gout, asalkan tidak ada kontraindikasi
terhadap NSAID. Aspirin harus dihindari karena ekskresi aspirin
berkompetisi dengan asam urat dan dapat memperparah serangan akut
gout. Keputusan memilih NSAID atau kolkisin tergantung pada
keadaan pasien. Kolkisin merupakan obat pilihan jika pasien menderita
penyakit kardiovaskuler termasuk hipertensi, pasien yang mendapat
diuretik untuk gagal jantung dan pasien yang mengalami toksisitas
gastrointestinal, kecenderungan perdarahan atau gangguan funsi ginjal.
Obat yang menurunkan kadar asam urat serum (allopurinol dan obat
urikosurik seperti probenesid dan sulfinpirazon) tidak boleh digunakan
pada serangan akut.
Penggunaan obat untuk serangan akut yaitu : (Nanda,2015)
a) NSAID
NSAID merupakan terapi pertama yang efektif untuk
pasien yang mengalami serangan akut. hal terpenting yang
menentukan keberhasilan terapi bukanlah pada NSAID
yang dipilih melainkan pada seberapa cepat terapi NSAID
mulai diberikan, NSAID herus diberikan dalam dosis
sepenuhnya pada 24 – 48 jam pertama atau sampai rasa
nyeri hilang.
b) Etirocoxib
Etirocoxib merupakan satu – satunya COX-2 inhibitor
yang dilisensikan untuk mengatasi serangan akut gout, obat
ini efektif tapi cukup mahal, dan bermanfaat terutama untuk
pasien yang tidak tahan terhadap efek gastrointestinal
NSAID non-selektif. COX-2 inhibitor mempunyai resiko
efek samping gstrointestinal bagian atas yang lebih rendah
dibanding NSAID non-selektif.
c) Kolkisin

Kolkisin merupakan terapi spesifik dan efektif


untuk serangan gout akut, namun dibandingkan NSAID
kurang populer karena mulai kerjanya (onset) lebih lambat
dan efek samping lebih sering dijumpai.
d) Steroid
Strategi alternatif selain NSAID dan kolkisin adalah
pemberian steroid intra-artikular. Cara ini dapat meredakan
serangan dengan cepat ketika hanya 1 atau 2 sendi yang
terkena, namun harus dipertimbangkan dengan cermat
diferensial diagnosis antara arthritis sepsis dan gout akut
karena pemberian steroid inta-artikular akan memperburuk
infeksi.
Penggunaan obat untuk gout kronik yaitu : (Nanda,2015)
a) Allopurinol
Obat hipourisemik pilihan untuk gout kronik adalah
allopurinol. Selain mengontrol gejala, obat ini juga
melindungi fungsi ginjal. Allopurinol menurunkan produksi
asam urat dengan cara menghambat enzim xantin oksidase.
Dosis pada pasien dengan fungsi ginjal normal dosis awal
allopurinol tidak boleh melebihi 300 mg/ 24 jam. Respon
terhadap allopurinol dapat dilihat sebagai penurunan kadar
asam urat dalam serum pada 2 hari setelah terapi dimulai dan
maksimum setelah 7 – 10 hari. Kadar urat dalam serum harus
dicek setelah 2 – 3 minggu penggunaan allopurinol untuk
meyakinkan turunya kadar asam urat.
b) Obat Urikosurik
Kebanyakan pasien dengan hiperurisemia yang sedikit
mengekskresikan asam urat dapat diterapi dengan obat
urikoserik.urikoserik seperti probenesid (500 mg - 1 g 2
kali/hari) dan sulfinpirazon (100 mg 3-4 kali/hari) merupakan
altrnatif allopurinol, terutama untuk pasien yang tidak tahan
terhadap allopurinol. Urikosurik harus dihindari pada pasien
dengan nefroti urat dan yang memproduksi asam urat
berlebihan. Obat ini tidak efektif pada pasien dengan fungsi
ginjal yang buruk (klirens kreatinin <20-30 ML/menit).
Sekitar 5% pasien yang menggunakan probenesid jangka
lama mengalami mual, nyeri ulu hati, kembung atau
konstipasi.
7. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang asam urat yaitu : (Nanda, 2015)
1) Kadar asam urat serum meningkat
2) Laju sedimentasi eritrosit (LSE) meningkat
3) Kadar asam urat urine dapat normal atau meningkat
4) Analisis cairan sinovial dari sendi terinflamasi atau tofi menunjukkan
kristal urat monosodium yang membuat diagnosis
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
LANSIA DENGAN ASAM URAT
A. PENGKAJIAN
1. Identitas Pasien
Nama, Jenis Kelamin, Umur, Status Perkawinan, Agama, Pendidikan, Pekerjaan,
Alamat,Tanggal Pengkajian dan tanggal masuk Panti Werdha
2. Keluhan Utama
Lansia biasanya mengatakan sering mengalami linu-linu atau kebas-kebas pada
kakinya.
3. Riwayat Kesehatan Sekarang
a. Provocative/palliative Apa penyebabnya : Lansia mengatakan nyeri timbul pada
saat mengkonsumsi makanan seperti kacang-kacangan,makanan laut dan duduk
dengan kaki terlipat terlalu lama. Hal-hal yang memperbaiki keadaan : Lansia
biasanya mengatakan jika nyeri timbul maka pasien meminum obat yang telah
dikasih dari panti werdha
b. Quantity/quality Bagaimana Dirasakan : lansia mengatakan merasa kurang
nyaman ketika lutut dan pergelangan kaki terasa nyeri seperti ditusuk-tusuk.
Bagaiman dilihat : Bagian lutut dan pergelangan kaki tampak sedikit memerah
dan kulit tampak terkelupas.
c. Region Dimana lokasinya : Lansia mengataka nyeri terjadi dibagian lutut dan
pergelangan kaki. Apakah menyebar : Lansia mengatakan nyeri tidak menyebar.
d. Severity Lansia mengatakan nyeri pada bagian lutut dan pergelangan kaki seperti
ditusuk-tusuk dengan skala nyeri 6 diukur dengan menggunakan numerik rating
scale (0-10).
e. Time Lansia mengatakan timbulnya nyeri pada saat mengkonsumsi makanan
seperti kacang-kacangan dan pada saat duduk dengan kaki yang terlipat telalu
lama.
4. Riwayat Kesehatan Keluarga
Lansia mengatakan tidak ada keluarga yang memiliki riwayat asam urat, tekanan
darah tinggi, jantung, asma, kencing manis dll
5. Riwayat kesehatan dahulu
Lansia mengatakan sebelumnya tidak memiliki riwayat asam urat, tekanan darah
tinggi, jantung, asma, kencing manis dll
6. Riwayat Keadaan Psikososial
Persepsi pasien tentang penyakitnya, Konsep Diri (Gambaran diri, ideal diri, peran
diri, identitas diri, keadaan emosi), Hubungan sosial ( Hubungan dengan keluarga,
teman di panti, perawat panti, mahasiswa praktek, dan orang lain).
7. Spiritual (Nilai dan Keyakinan)

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Nyeri akut pada Ny.B berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga mengenal
masalah kesehatan.

Tujuan dan KrIteria Hasil Nyeri:

1.setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan nyeri klien berkurang.


2. skala nyeri berkurang hingga 0-3.
3. wajah tidak tampak meringis.
4. klien tampak rileks, dapat beristirahat, dan beraktivitas sesuai kemampuan.
5. klien menggunakan tindakan mengurangi nyeri dengan non analgesik secara cepat.
6. tanda-tanda vital normal

Rencana Tindakan

1. Lakukan pengkajian tentang nyeri yang meliputi lokasi, karakteristik, intensitas, atau
keparahan nyeri.
2. Ajarkan teknik relaksasi (nafas dalam) untuk menurunkan nyeri.
3. Kaji tanda-tanda vital.
4. Lakukan teknik relaksasi tarik nafas dalam.
5. Berikan posisi yang nyaman.

Rasional

1. Mengetahui drajat/skala nyeri yang sedang pasien


2. Memberikan ketenangan kepada pasien dan mengurangi derajat nyeri.
3. Nyeri yang berkelanjutan akan meningkatkan tanda-tanda vital
4. Mengurangi ketengan pada otot-otot.
5. Merilekskan tubuh dan megurangi nyeri
2. Hambatan mobilitas fisik b/d nyeri karena terjadi peradangan

Tujuan dan Kreteria Hasil Intoleransi Aktivitas :

1.klien dapat beraktivitas secara baik


2. klien melakukan aktivitas sesuai dengan kemampuan
3. kebutuhan sehari-hari terpenuhi.

Rencana Tindakan

1. Lakukan pendekatan pada klien dan keluarga.


2. Lakukan pengkajian tentang kekuatan otot kaki.
3. Lakukan aktivitas sesuai dengan kemampuan pasien

Rasional

1. Hubungan yang baik membuat klien dan keluarga koopratif


2. Untuk mengidentivikasi masalah-masalah klien.
3. Untuk dapat melakukan aktivitas secara baik.
DAFTAR PUSTAKA

Ilmiati, L. (2017). Hubungan Asupan purin, vitamin c dan status gizi dengan kadar asam urat
pada lansia di posyandu lansia panjang yuswo kelurahan Pajang kecamatan Laweyan
kota Surakarta.

Nursilmi. (2013). Hubungan Pola Konsumsi, Status Gizi, dan Aktivitas Fisik dengan Kadar
Asam Urat Lansia wanita Peserta Posbindu Sinarsari. Departemen Gizi Masyarakat.

Kusuma, A. H. (2015). Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis & NANDA, NIC-
NOC. Yogyakarta: Mediaction .

Prayoga, S. A. (2016). Asuhan Keperawatan Keluarga pada klien Asam Urat dengan
Gangguan Rasa Nyaman Nyeri. Jurnal Keperawatan .

Pusriningsih, S. S. (2014). Hubungan Asupan Purin, Vitamin C dan Aktivitas fisik terhadap
Kadar Asam Urat Pada Pemula Remaja Laki - laki.

Sutanto T. (2013). Asam Urat : Deteksi , Pencegahan Pengobatan . Yogyakarta: Buku Pintar.

Wijayanti, I. U. (2017). Hubungan antara pola makan dengan penyakit gout. UAD
Yogyakarta.

Wulandari, d. Y. (2016). Cara JItu Mengatasi Asam Urat. Yogyakarta: ANDI.

Anda mungkin juga menyukai