Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN JIWA DENGAN DIAGNOSA MEDIS ANSIETAS


(KECEMASAN)

Disusun Oleh :
Putri Novitasari
2030091

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN HANG TUAH SURABAYA
TAHUN AJARAN 2020/2021
A. Konsep Ansietas
1.1 Definisi Ansietas
Ansietas ada;ah perasaan was-was, khawatir, takut yang tidak jelas atau tidak
nyaman seakan akan terjadi sesuatu yang mengancam. Ansietas adalah perasaan tidak
nyaman atau khawatie yang samar disertai perasaan takut yang disebabkan oleh antisipasi
terhadap bahaya. Hal ini merupakan isyarat kewaspadaan yang memperingatkan individu
akan adanya bahaya dan memampukan individu untuk bertindak menghadapi ancaman
(NANDA, 2018).

Kecemasan adalah suatu perasaan tidak santai yang samar-samar karena


ketidaknyamanan atau rasa takut yang disertai respon (penyebab tidak spesifik atau tidak
diketahui oleh individu). Perasaan takut dan tidak menentu sebagai sinyal yang
menyadarkan bahwa peringatan tentang bahaya akan datang memperkuat individu
mengambil tindakan menghadapi ancaman (Haines et al et al., 2019). Kejadian dalam
hidup seperti menghadapi tuntutan, persaingan, serta bencana dapat membawa dampak
terhadap kesehatan fisik dan psikologis. Salah satu contoh dampak psikologis adalah
timbulnya kecemasan atau ansietas (AH. Yusuf, 2015:89).

1.2 Rentang Respon Ansietas

Respon Adaptif Respon Maladaptif

Antisipasi Ringan Sedang Berat Panik

1.3 Tingkat Ansietas


Ada 4 tingkat kecemasan, antara lain kecemasan ringan, kecemasan sedang,
kecemasan berat dan panik (Stuart, 2009 dalam (Aisyah, 2017)
1. Kecemasan Ringan
Kecemasan ringan terjadi karena tekanan yang ada pada kehidupan sehari-
hari. Pada tahap ini seorang individu akan memiliki tingkat kewaspadaan yang
meningkat dan lebih peka dalam melihat, mendengar dan merasakan. Pada tahap
ini individu dapat termotivasi dalam belajar dan menghasilkan kreativitas dan
pertumbuhan meningkat.
2. Kecemasan Sedang
Pada tahap ini, individu yang mengalami kecemasan akan fokus pada satu
urusan yang akan dilakukan dengan segera, namun bisa saja individu tersebut
memberi perhatian lebih pada suatu hal yang lain bila memang diinginkan oleh
individu tersebut.
3. Kecemasan Berat
Seseorang dengan kecemasan berat akan fokus hanya pada sumber dari
kecemasan yang dia rasakan. Individu tersebut tidak akan berpikir lagi tentang hal
lain. Semua tindakan pada tahap ini bertujuan untuk mengurangi ansietas.
4. Panik
Panik merupakan keadaan yang menakutkan dan membuat seseorang
menjadi tidak berdaya. Panik melibatkan adanya disorganisasi pada kepribadian
dan dapat mengancamnyawa jika terjadi dalam waktu yang lama. Tanda dan gejala
yang terjadi pada keadaan ini adalah peningkatan aktivitas motorik, menarik diri,
gagal dalam mempersepsikan sesuatu, dan kehilangan akal.
1.3 Etiologi
Tiga Penyebab sumber kecemasan menurut (Ghufron & Risnawita, 2010) yaitu
1. Kekhawatiran (worry)
Kekhawatiran merupakan adanya pikiran negatif mengenai diri sendiri, misalnya
seperti saat individu merasa jika dirinya lebih jelek daripada temannya.
2. Emosionalitas (Emotionality)
Emosionalitas merupakan reaksi diri pada rangsangan saraf otonomi.
Emosionalitas sering ditandai dengan adanya jantung berdebar, keringat dingin
dan tegang.
3. Gangguan dan hambatan dalam menyelesaikan tugas (task gerated interference)
Gangguan dan hambatan menyelesaikan tugas merupakan suatu hal yang dialami
seseorang saat dirinya tertekan karena adanya pemikiran yang rasional terhadap
tugas.
Adapula penyebab lain dari kecemasan antara lain :
1. Perubahan status kesehatan
2. Hospitalisasi
3. Ancaman terhadap kematian
4. Bencana
1.4 Tanda dan Gejala Kecemasan
Ada beberapa tanda dan gejala dari kecemasan menurut Jeffery S. Nevid, dkk
(2005) dalam (Annisa, 2016)

1. Ciri-ciri fisik dari kecemasan, diantaranya: 1) kegelisahan, kegugupan, 2)


tangan atau anggota tubuh yang bergetar atau gemetar, 3) banyak berkeringat,
4) telapak tangan yang berkeringat, 5) pening atau pingsan, 6) sulit berbicara,
7) sulit bernafas, 8) bernafas pendek, 9) jantung yang berdebar keras atau berdetak
kencang, 10) suara yang bergetar, 11) pusing, 12) merasa lemas atau mati rasa, 13)
sulit menelan, 14) tangan yang dingin dan lembab, 15) terdapat gangguan sakit
perut atau mual, 16) panas dingin, 17) sering buang air kecil, 18) wajah
terasa memerah, 19) merasa sensitif atau “mudah marah”
2. Ciri-ciri behavioral dari kecemasan, diantaranya: 1) perilaku menghindar, 2)
perilaku melekat dan dependen, dan 3) perilaku terguncang.
3. Ciri-ciri kognitif dari kecemasan, diantaranya: 1) khawatir tentang sesuatu, 2)
perasaan terganggu akan ketakutan terhadap sesuatu yang terjadi di masa depan, 3)
keyakinan bahwa sesuatu yang mengerikan akan segera terjadi, tanpa ada
penjelasan yang jelas, 4) terpaku pada sensasi ketubuhan, 5) merasa terancam
oleh orang atau peristiwa yang normalnya hanya sedikit atau tidak mendapat
perhatian, 6) ketakutan akan kehilangan kontrol, 7) ketakutan akan
ketidakmampuan untuk mengatasi masalah, 8) berpikir bahwa dunia
mengalami keruntuhan, 9) berpikir bahwa semuanya tidak lagi bisa dikendalikan,
10) berpikir bahwa semuanya terasa sangat membingungkan tanpa bisa diatasi, 11)
khawatir terhadap hal-hal yang sepele, 12) berpikir tentang hal mengganggu
yang sama secara berulang-ulang, 13) pikiran terasa bercampur aduk atau
kebingungan, 14) berpikir akan segera mati, meskipun dokter tidak menemukan
sesuatu yang salah secara medis, 15) khawatir akan ditinggal sendirian, dan 16)
sulit berkonsentrasi atau memfokuskan pikiran.
1.5 Pohon Masalah

Resiko Menciderai Diri Sendiri,


Orang Lain dan Lingkungan

Core Problem
Gangguan Perilaku : Kecemasan

Koping Individu Tidak Efektif

1.6 Faktor yang Mempengaruhi Kecemasan


Blacburn & Davidson (dalam Triantoro Safaria & Nofrans Eka Saputra, 2012: 51)
menjelaskan faktor-faktor yang menimbulakan kecemasan, seperti pengetahuan yang
dimiliki seseorang mengenai situasi yang sedang dirasakannya, apakah situasi tersebut
mengancam atau tidak memberikan ancaman, serta adanya pengetahuan mengenai
kemampuan diri untuk mengendalikan dirinya (seperti keadaan emosi serta fokus
kepermasalahannya). Kemudian Adler dan Rodman (dalam M. Nur Ghufron & Rini
Risnawita, S, 2014: 145-146) menyatakan terdapat dua faktor yang dapat menimbulkan
kecemasan, yaitu.

1. Pengalaman negatif pada masa lalu


Sebab utama dari timbulnya rasa cemas kembali pada masa kanak-kanak,
yaitu timbulnya rasa tidak menyenangkan mengenai peristiwa yang dapat
terulang lagi pada masa mendatang, apabila individu menghadapi situasi yang
sama dan juga menimbulkan ketidaknyamanan, seperti pengalaman pernah
gagal dalam mengikuti tes.
2. Pikiran yang tidak rasional
Pikiran yang tidak rasional terbagi dalam empat bentuk, yaitu.
a. Kegagalan ketastropik, yaitu adanya asumsi dari individu bahwa sesuatu yang
buruk akan terjadi pada dirinya. Individu mengalami kecemasan serta perasaan
ketidakmampuan dan ketidaksanggupan dalam mengatasi permaslaahannya.
b. Kesempurnaan, individu mengharapkan kepada dirinya untuk berperilaku
sempurna dan tidak memiliki cacat. Individu menjadikan ukuran kesempurnaan
sebagai sebuah target dan sumber yang dapat memberikan inspirasi
c. Persetujuan
d. Generalisasi yang tidak tepat, yaitu generalisasi yang berlebihan, ini terjadi
pada orang yang memiliki sedikit pengalaman.
1.6 Penatalaksanaan
Menurut Hawari (2010) penatalaksanaan ansietas pada tahap pencegahaan dan
terapi memerlukan suatu metode pendekatan yang bersifat holistik, yaitu mencangkup
fisik (somatik), psikologik atau psikiatrik, psikososial dan psikoreligius. Selengkpanya
seperti pada uraian berikut :
a. Upaya meningkatkan kekebalan terhadap stress, dengan cara :
1) Makan makan yang bergizi dan seimbang
2) Tidur yang cukup
3) Cukup olahraga
4) Tidak merokok
5) Tidak meminum minuman keras
b. Terapi psikofarmaka
Terapi psikofarmaka merupakan pengobatan untuk cemas dengan memakai obat-
obatan yang berkhasiat memulihkan fungsi gangguan neuro-transmitter (sinyal
penghantar saraf) di susunan saraf pusat otak (limbic system). Terapi psikofarmaka
yang sering dipakai adalah obat anti cemas (anxiolytic), yaitu seperti diazepam,
clobazam, bromazepam, lorazepam, buspirone HCl, meprobamate dan alprazolam.
c. Terapi somatic
Gejala atau keluhan fisik (somatik) sering dijumpai sebagai gejala ikutan atau
akibat dari kecemasan yang bekerpanjangan. Untuk menghilangkan keluhan-keluhan
somatik (fisik) itu dapat diberikan obat-obatan yang ditujukan pada organ tubuh yang
bersangkutan.
d. Psikoterapi Psikoterapi diberikan tergantung dari kebutuhan individu, antara lain :
1) Psikoterapi suportif, untuk memberikan motivasi, semangat dan dorongan agar
pasien yang bersangkutan tidak merasa putus asa dan diberi keyakinan serta
percaya diri.
2) Psikoterapi re-edukatif, memberikan pendidikan ulang dan koreksi bila dinilai
bahwa ketidakmampuan mengatsi kecemasan.
3) Psikoterapi re-konstruktif, untuk dimaksudkan memperbaiki kembali (re-
konstruksi) kepribadian yang telah mengalami goncangan akibat stressor.
4) Psikoterapi kognitif, untuk memulihkan fungsi kognitif pasien, yaitu
kemampuan untuk berpikir secara rasional, konsentrasi dan daya ingat.
e. Terapi psikoreligius
Untuk meningkatkan keimanan seseorang yang erat hubungannya dengan
kekebalan dan daya tahan dalam menghadapi berbagai problem kehidupan yang
merupakan stressor psikososial.
B. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan

1. Pengkajian

a. Pengkajian Keperawatan pada pasien dengan ansietas menurut (Stuart,


2010) yaitu:
Identitas Klien

1) Nama Inisial :Ansietas lebih rentan terjadi pada wanita daripada laki-
laki, karena wanita lebih mudah stress dibanding pria.
2) Umur : Toddler-lansia

3) Pekerjaan : Pekerajaan yang mempunyai tingkat stressor yang besar.

4) Pendidikan : Orang yang mempunyai tingkat pendidikan yang rendah


lebih rentan mengalami ansietas
b. Alasan Masuk

Sesuai keluhan atau diagnosa awal klien ketika pertama kali masuk rumah
sakit..
c. Fisik

Tanda – Tanda Vital:

TD : Meningkat, palpitasi, berdebar-debar bahkan sampai pingsan.

N : Menurun
S : Normal (36˚C - 37,5˚C ), ada juga yang mengalami hipotermi
tergantung respon individu dalam menangania ansietasnya
P : Pernafasan meningkat, nafas pendek, dada sesak, nafas dangkal,
rasa tercekik terengah- engah
1) Ukur : TB dan BB: normal (tergantung pada klien)

2) Keluhan Fisik : peningkatan refleks, terkejut, mata berkedip-kedip,


insomnia, tremor, kaku, gelisah, wajah tegang, kelemahan umum,
gerakan lambat, kaki goyah.
Selain itu juga dapat dikaji tentang repon fisiologis terhadap ansietas
(Stuart, 2010):
B1 : Nafas cepat, sesak nafas, tekanan pada dada, nafas dangkal
pembengkakan pada tenggorokan, terengah-engah.

B2 : Palpitasi, jantung berdebar, tekanan darah meningkat, rasa


ingin pingsan, pingsan, TD ↓, denyut nadi ↓.
B3 : Refleks ↑, reaksi terkejut, mata berkedip-kedip, insomnia,
tremor, rigiditas, gelisah, wajah tegang.
B4 : Tidak dapat menahan kencing, sering berkemih.

B5 : Kehilangan nafsu makan, menolak makan, rasa tidak


nyaman pada abdomen, nyeri abdomen, mual, nyeri ulu
hati.
B6 : Lemah.

d. Psikososial: Konsep diri:


1) Gambaran diri : wajah tegang, mata berkedip-kedip,
tremor, gelisah, keringat berlebihan.
2) Identitas : gangguan ini menyerang wanita daripada pria
serta terjadi pada seseorang yang bekerja dengan sressor
yang berat.
3) Peran : menarik diri dan menghindar dalam keluarga /
kelompok / masyarakat.
4) Ideal diri : berkurangnya toleransi terhadap
stress, dan kecenderungan ke arah lokus eksternal dari
keyakinan kontrol.
5) Harga diri : klien merasa harga dirinya rendah akibat
ketakutan yang tidak rasional terhadap objek, aktivitas
atau kejadian tertentu.
Hubungan Sosial:

1) Orang yang berarti: keluarga

2) Peran serta dalam kegiatan kelompok/masyarakat: kurang


berperan dalam kegiaran kelompok atau masyarakat serta
menarik diri dan menghindar dalam keluarga / kelompok /
masyarakat.
3) Hambatan dalam berhubungan dengan
orang lain: + Spiritual:
1) Nilai dan keyakinan

2) Kegiatan ibadah
e. Masalah Psikososial dan Lingkungan
1) Masalah dengan dukungan kelompok: klien kurang
berperan dalam kegiatan kelompok atau masyarakat serta
menarik diri dan menghindar dalam keluarga/ kelompok/
masyarakat.
2) Masalah berhubungan dengan lingkungan: lingkungan
dengan tingkat stressor yang tinggi akan memicu
timbulnya ansietas.
3) Masalah dengan pendidikan: seseorang yang pernah gagal
dalam menempuh pendidikan, tidak ada biaya untuk
melanjutkan jenjang pendidikan berikutnya.
4) Masalah dengan pekerjaan: mengalami PHK, target kerja
tidak tercapai.
5) Masalah dengan perumahan: pasien kehilangan tempat
tinggalnya karena bencana alam, pengusuran dan
kebakaran.
6) Masalah ekonomi: pasien tidak mempunyai kemampuan
finansial dalam mencukupi kebutuhannya sehari-hari dan
keluarganya.

7) Masalah dengan pelayanan kesehatan: kurang percaya


dengan petugas kesehatan.
f. Pengetahuan Kurang
Pasien kurang mempunyai pengetahuan tentang faktor
presipitasi, koping, obat-obatan, dan masalah lain tentang
ansietas
g. Aspek medik Diagnosa Medik:
1) Adanya perasaan cemas atau khawatir yang tidak realistic
terhadap dua atau lebih hal yang dipersepsi sebagai
ancaman perasaan ini menyebabkan individu tidak mampu
istirahat dengan tenang (inability to relax)
2) Terdapat paling sedikit 6 dari 18 gejala-
gejala berikut: Ketegangan Motorik:
a) Kedutan otot atau rasa gemetar
b) Otot tegang/kaku/pegel linu
c) Tidak bisa diam
d) Mudah menjadi lelah

HiperaktivitaOtonomik:
a) Nafas pendek/ terasa berat
b) Jantung berdebar-debar
c) Telapak tangan basah dingin
d) Mulut kering
e) Kepala pusing/rasa melayang
f) Mual, mencret, perut tidak enak
g) Muka panas/ badan menggigil
h) Buang air kecil lebih sering
i) Sukar menelan/rasa tersumbat
Kewaspadaan berlebihan dan Penangkapan Berkurang
a) Perasaan jadi peka/ mudah ngilu
b) Mudah terkejut/kaget
c) Sulit konsentrasi pikiran
d) Sukar tidur
e) Mudah tersinggung

3) Hendaknya dalam fungsi kehidupan sehari-hari, bermanifestasi


dalam gejala: penurunan kemampuan bekerja, hubungan
social, dan melakukan kegiatan rutin.
2. Masalah Keperawatan

a. Ansietas
b. Harga Diri Rendah
c. Gangguan Citra Tubuh
d. Koping individu infektif
e. Kurangnya pengetahuan

3. Diagnosa Keperawatan

Ansietas
Diagnosa Tujuan Intervensi Rasional
Keperawatan
Ansietas 1. Kognitif,Klien mampu: Tindakan pada klien: Tindakan pada klien:
a. Mengenal
pengertian,
penyebab, tanda 1. Kaji tanda dan gejala ansietas dan 1. Untuk mengetahui perasaan
gejala, akibat, dan kemampuan klien dalam mengurangi yang dirasakan klien, Untuk
proses terjadinya ansietas mengetahui kondisi yang dapat
ansietas 2. Jelaskan proses terjadinya ansietas menimbulkan ansietas,
b. Mengetahui cara 3. Latih cara mengatasi ansietas Mengetahui penyebab ansietas
mengatasi ansietas a. Tarik napas dalam 2. Menentukan mekanisme
2. Psikomotor: klien b. Distraksi: bercakap-cakap hal koping dan tindak lanjut
mampu mengatasi positif keperawatan
ansietas dengan: c. Hipnotis lima jari yang fokus pada 3. Memberikan solusi kepada
a. Melakukan latihan hal positif klien mengatasi ansietas yang
relaksasi tarik 1) Jempol dan telunjuk dialami.
napas dalam disatukan, dan bayangkan 4. Memberikan terapi untuk
b. Melakukan latihan badan sehat mengatasi ansietas yang
distraksi 2) Jempol dan jari tengah dialami.
c. Melakukan latihan disatukan, dan bayangkan
hipnotis lima jari orang yang peduli dan sayang
d. Melakukan pada saudara
kegiatan spiritual 3) Jempol dan jari manis
3. afektif, klien mampu: disatukan, dan bayangkan saat
a. merasakan manfaat saudara mendapat pujian dan
dari latihan yang prestasi
dilakukan 4) Jempol dan kelingking
b. membedakan disatukan, dan bayangkan
perasaan sebelum tempat yang paling saudara
dan sesudah latihan sukai
d. Kegiatan spiritual
4. Bantu klien untuk melakukan
latihan sesuai dengan jadwal
kegiatan

Tindakan pada keluarga: Tindakan pada keluarga:

1. Kaji masalah yang dirasakan 1. Mengetahui masalah yang


keluarga dalam merawat klien yang dirasakan keluarga dalam
mengalami ansietas merawat klien yang mengalami
2. Jelaskan pengertian, penyebab, tanda ansietas
gejala, dan proses terjadinya ansietas 2. Mengenalkan masalah yang
serta mengambil keputusan merawat ada dalam keluarga sehingga
klien mampu mengambil keputusan
3. Latih keluarga cara merawat dan yang sesuai.
membimbing klien mengatasi 3. Memampukan keluarga untuk
ansietas sesuai dengan arahan merawat dan membimbing
keperawatan yang telah diberikan klien mengatasi ansietas sesuai
kepada klien dengan arahan keperawatan
4. Latih keluarga menciptakan suasana yang telah diberikan kepada
keluarga dan lingkungan yang klien
mendukung perawatan ansietas klien 4. Memodifikasi lingkungan yang
5. Diskusikan tanda dan gejala ansietas sesuai untuk klien
yang memerlukan rujukan segera 5. Memanfaatkan fasilitas
dan menganjurkan follow up ke layanan kesehatan
fasilitas pelayanan kesehatan secara
teratur.

4. Rencana Tindakan Keperawatan


5. Implementasi

a. Mengkaji pengertian, penyebab tanda dan gejala ansietas dan kemampuan


klien dalam mengurangi ansietas
b. Menjelaskan proses terjadinya ansietas
c. Melatih cara mengatasi ansietas
1) Tarik napas dalam
2) Distraksi: bercakap-cakap hal positif
d. Menganjurkan klien membuat jadwal teknik relaksasi secara teratur
e. Melatih cara mengatasi ansietas
Hipnotis lima jari yang fokus pada hal positif
1) Jempol dan telunjuk disatukan, dan bayangkan badan sehat.
2) Jempol dan jari tengah disatukan, dan bayangkan orang yang
peduli dan sayang pada saudara.
3) Jempol dan jari manis disatukan, dan bayangkan saat saudara
mendapat pujian dan prestasi
4) Jempol dan kelingking disatukan, dan bayangkan tempat yang
paling saudara sukai
a. Mengajarkan kegiatan spiritual
f. Menganjurkan klien membuat jadwal teknik relaksasi secara teratur.

6. Evaluasi

a. Penurunan tanda dan gejala


b. Peningkatan kemampuan klien mengatasi ansietas
c. Peningkatan kemampuan keluarga dalam merawat klien dengan ansietas

7. Rencana Tindak Lanjut

a. Rujuk klien dan keluarga ke fasilitas praktik mandiri perawat spesialis


keperawatan jiwa
b. Rujuk klien dan keluarga ke case manager di fasilitas pelayanan kesehatan
jiwaa primer di puskesmas, pelayanan kesehatan sekunder dan tersier di
rumah sakit.
c. Rujuk klien dan keluarga ke kelompok pendukung, kader kesehatan jiwa,
kelompok swabantu dan fasilitias rehabilitas psikososial yang tersedia di
masyarakat.
Daftar Pustaka

AH. Yusuf. (2015). Buku Ajar Keperawatan Kesehatan Jiwa. Jakarta Selatan:
Jagakarsa
Aisyah, S. (2017) ‘Pengaruh Senam Tera Terhadap Tingkat Kecemasan pada
Lansia’, Skripsi.
Annisa, D. F. (2016) ‘Konsep Kecemasan ( Anxiety ) pada Lanjut Usia
( Lansia )’, 5(2).
Ghufron & Rini Risnawati. (2014). Teori-Teori Psikologi. Jogjakarta: Ar-Ruzz
Media.
Haines et al, 2019 et al. (2019) ‘laporan pendahuluan dan asuhan keperawatan
jiwa pasien dengan ansietas’, Journal of Chemical Information and
Modeling, 53(9), pp. 1689–1699.

Hawari, Dadang. (2010). Manajemen Stres Cemas dan Depresi. Jakarta : FK


Universitas Indonesia

Nanda Internasional.2018.Diagnosis Keperawatan 2018-2020. EGC :


Jakarta.

Stuart, G. W. 2010. Buku Saku Keperawatan Jiwa . Edisi 5. Jakarta. EGC

Triantoro Safaria & Nofrans Eka Saputra. (2012). Manajemen Emosi:


Sebuah Panduan Cerda Bagaimana Mengelolah Emosi Positif dalam
Hidup Anda. Jakarta: Bumi Aksara

Anda mungkin juga menyukai