Oleh :
Agung Laksmana
2030006
1.2 Penyebab
A. Faktor predisposisi
Stres predisposisi adalah semua ketegangan dalam kehidupan yang dapat
menyebabkan timbulnya kecemasan. Ketegangan dalam kehidupan
tersebut dapat berupa:
1) Peristiwa traumatik yang dapat memicu terjadinya kecemasan
berkaitan dengan krisis yang di alami individu baik krisis
perkembangan atau situasional.
2) Konflik emosional yang dialami individu dan tidak terselesaikan
dengan baik.
3) Konsep diri terganggu akan menimbulkan ketidakmampuan individu
berpikir secara realistis sehinga akan menimbulkan kecemasan.
4) Frustasi akan menimbulkan rasa ketidakberdayaan untuk mengambil
keputusan yang berdampak terhadap ego.
5) Gangguan fisik akan menimbulkan kecemasan karena merupakan
ancaman terhadap integritas fisik yang dapat mempengaruhi konsep
diri individu.
6) Pola mekanisme keluarga atau pola keluarga menangani stress akan
mempengaruhi individu dalam berespon terhadap konflik yang
dialami karena pola mekanisme koping individu banyak dipelajari
dalam keluarga.
7) Riwayat gangguan kecemasan dalam keluarga akan mempengaruhi
respons individu dalam berespons terhadap konflik dan mengatasi
kecemasannya (Eko Prabowo, 2014).
B. Faktor prespitasi
Faktor prespitasi adalah semua ketgangan dalam kehidupan yang dapat
mencetuskan timbulnya kecemasan. Stressor prespitasi kecemasan
dikelompokkan menjadi dua bagian, yaitu:
1) Ancaman terhadap integritas kulit ketegangan yang mengancam
integritas fisik yang meliputi:
Sumber internal meliputi kegagalan mekanisme fisisologis sistem
imun, regulasi suhu tubuh, perubahan biologis normal.
Sumber eksternal, meliputi paparan terhadap infeksi virus dan
bakteri, polusi lingkungan, kecelakaan, kekurangan nutrisi, tidak
adekuatnya tempat tinggal.
2) Ancaman terhadap harga diri meliputi sumber internal dan eksternal:
Sumber internal kesulitan dalam berhubungan interpersonal
dirumah, tempat kerja, penyesuaian terhadap peran baru. Berbagai
ancaman terhadap integritas fisik juga dapat mengancam harga diri.
Sumber eksternal orang yang dicinta berperan, perubahan status
pekerjaan tekanan kelompok sosial (Eko Prabowo, 2014).
Menurut (Kholil Lur Rochman, 2010). mengemukakan beberapa penyebab
dari kecemasan yaitu:
a. Rasa cemas yang timbul akibat melihat adanya bahaya yang mengancam
dirinya. Kecemasan ini lebih dekat dengan rasa takut, karena sumbernya
terlihat jelas didalam pikiran.
b. Cemas karena merasa berdosa atau bersalah, karena melakukan hal-hal
yang berlawanan dengan keyakinan atau hati nurani.
c. Kecemasan yang berupa penyakit dan terlihat dalam beberapa bentuk.
Kecemasan ini disebabkan oleh hal yang tidak jelas dan tidak
berhubungan dengan apapun yang terkadang disertai dengan perasaan
takut yang mempengaruhi kesehatan kepribadian penderitanya.
1.8 Penatalaksanaan
Menurut (Hawari, 2008). Penatalaksanaan ansietas pada tahap pencegahan
dan terapi memerlukan suatu metode pendekatan yang bersifat holistik, yaitu
mencakup fisik (somatik), psikologik atau psikiatrik, psikososial dan
psikoreligius. Selengkapnya seperti pada uraian berikut:
a. Upaya meningkatkan kekebalan terhadap stress, dengan cara:
1. Makan makanan yang bergizi dan seimbang
2. Tidur yang cukup
3. Cukup olahraga
4. Tidak merokok
5. Tidak meminum minuman keras
b. Terapi psikofarmaka
Terapi psikofarmaka merupakan pengobatan untuk cemas dengan memakai
obat-obtan yang berkhasiat memulihkan fungsi gangguan neuro-transmitter
(sinyal penghantar saraf). Disusunan saraf pusat otak (limbic system). Terapi
psikofarmaka yang sering di pakai adalah obat anti cemas (anxiolytic), yaitu
seperti: diazepam, klobazam, bromazepam, lorazepam, buspirone HCL,
meprobramate dan alprazolam.
c. Terapi somatic.
Gejala atau keluhan fisik (somatic) sering dijumpai sebagai gejala ikutan
atau akibat dari kecemasan yang berkepanjangan. Untuk menghilangkan keluhan-
keluhan somatic (fisik) itu dapat diberikan obat-obatan yang ditujukan pada organ
pada tubuh yang bersangkutan.
d. Psikoterapi
Psikoterapi diberikan tergantung dari kebutuhan individu, antar lain:
1. Psikoterapi suportif, untuk memberikan motivasi, semangat dan dorongan
agar pasien yang bersangkutan tidak merasa putus asa dan diberikan
keyakinan serta percaya diri.
2. Psikoterapi redukatif, memberikan pendidikan ulang dan koreksi diri bila
diulang bahwa ketidakmampuan mengatasi kecemasan.
3. Psikoterapi rekontruktif, untuk dimaksudkan memperbaiki kembali
(rekontruksi) kepribadian yang telah mengalami goncangan akibat stresor.
4. Psikoterapi kognitif, untuk memulihkan fungsi kognitif pasien, yaitu
kemampuan untuk berfikir secara rasional, konsentrasi dan daya ingat.
5. Psikoterapi psikodinamik, untuk menganalisa dan menguraikan proses
dinamika kejiwaan yang dapat menjelaskan mengapa seseorang tidak
mampu menghadapi stresor psikososial sehingga mengalami kecemasan.
6. Psikoterapi keluarga, untuk memperbaiki hubungan kekeluargaan, agar
faktor keluarga tidak lagi menjadi faktor penyebab dan faktor keluarga
dapat dijadikan sebagai faktor pendukung.
e. Terapi psikoreligius
Untuk meningkatkan keimanan seseorang yang erat hubungannya dengan
kekebalan dan daya tahan dalam menghadapi berbagai problem kehidupan yang
merupakan stresor psikososial.
DO:
1. Pasien terlihat sering melamun dan
murung.
2. Pasien cenderung menyalahkan
orang lain.
B. Diagnosa Keperawatan
Ansietas
D. Tindakan Keperawatan
Kecemasan Menurut (Nurhalimah, 2017).
1) Tindakan keperawatan pada individu yang mengalami kecemasan:
a. Membina hubungan saling percaya..
b. Membantu pasien mengenal kecemasan.
c. Mengajarkan berbagai teknik relaksasi dan distraksi.
Tujuan Tindakan Keperawatan :
a. Pasien dapat mengenal kecemasan
b. Pasien dapat mengatasi kecemasan meialui latihan relaksasi
c. Pasien dapat memperagakan dan menggunakan latihan relaksasi
untuk mengatasi kecemasan.
d. Melibatkan keluarga dalam latihan yang telah disusun.
2) Tindakan keperawatan pada keluarga pasien kecemasan:
a. Mendiskusikan masalah yang dirasakan dalam merawat pasien
b. Menjelaskan pengertian, tanda dan gejala, proses terjadinya
kecemasan dan mengambil keputusan merawat pasien
c. Melatih keluarga cara merawat pasien dengan gangguan kecemasan
d. Membimbing keluarga merawat pasien dengan gangguan
kecemasan
e. Melatih keluarga menciptakan suasana keluarga dan lingkungan
yang mendukung menurunkan rasa kecemasan
f. Mendiskusikan tanda dan gejala kekambuhan yang memerlukan
rujukan segera ke fasilitas pelayanan kesehatan
g. Menganjurkan follow up ke fasilitas pelayanan kesehatan secara
teratur.
Tujuan tindakan keperawatan pada keluarga, mampu:
a. Mengenal masalah pada pasien gangguan “kecemasan”
b. Mengambil keputusan untuk merawat pasien dengan gangguan
“kecemasan”
c. Merawat pasien dengan gangguan “kecemasan”
d. Memodifikasi lingkungan yang mendukung menurunkan gangguan
kecemasan pada pasien
e. Menilai perkembangan perubahan kemampuan pasien
f. Memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan
E. Evaluasi Keperawatan
Keberhasilan tindakan keperawatan dapat dinilai jika individu mampu:
a. Mengenal kecemasan.
b. Mengatasi kecemasan melalui relaksasi : tarik nafas dalam dan
distraksi lima jari.
c. Memperagakan dan menggunakan latihan relaksasi untuk
mengatasi kecemasan.
d. Melibatkan keluarga dalam latihan yang telah disusun
(Nurhalimah, 2017).
F. Pendokumentasian
Dokumentasi asuhan keperawatan dilakukan pada setiap tahap proses
keperawatan yang meliputi dokumentasi pengkajian, diagnosis
keperawatan, perencanaan keperawatan, pelaksanaan atau implementasi
keperawatan, dan evaluasi keperawatan (Nurhalimah, 2017).
STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN (SP)
MASALAH KECEMASAN Pertemuan-1
1. Proses Keperawatan
A. Kondisi Pasien
Pertemuan pertama:
1) Pasien melamun,
2) Pasien sering mondar-mandir,
3) menanyakan hal-hal yang tidak pentig,
4) Pasien merasa curiga
B. Diagnosa Keperawatan
Resiko halusinasi, perilaku kekerasan, mencederai diri, orang lain dan lingkungan
berhubungan dengan ansietas sedang.
C. Tujuan Khusus
TUK 2 : Klien mampu mengenal ansietasnya
TUK 4 : klien dapat menggunakan mekanisne koping yang adaptif
TUK 5 : Klien dapat menggunakan teknik relaksasi
D. Tindakan Keperawatan
1) Pasien dapat membina hubungan saling percaya
Tindakan keperawatan :
a) Sapa pasien dengan nama baik verbal dan non verbal
b) Perkenalkan diri dengan sopan
c) Tanya nama lengkap pasien dan nama panggilan yang disukai
d) Jelaskan tujuan pertemuan
e) Jujur dan menepati janji
f) Tunjukkan sikap empati dan menerima keadaan
g) Berikan perhatian kepada pasien dan perhatikan kebutuhan dasar
2) Pasien dapat menyebutkan minimal satu penyebab ketidakkooperatifan dalam
meminum obat
Tindakan keperawatan :
a) Tanyakan pada pasien tentang
Orang yang tinggal serumah/teman sekamar pasien
Orang terdekat pasien dirumah/diruang perawatan
b) Diskusikan dengan keluarga tentang :
Cara merawat pasien dirumah
Tindakan tindak lanjut dan pengobatan yang teratur
Lingkungan yang tepat untuk pasien
Obat pasien (nama obat, dosis, frekuensi, efek samping,akibat penghentian
obat)
Kondisi pasien yang memerlukan konsultasi segera.
1. Tampak gelisah
2. Tampak tegang
3. Sulit tidur
Gejala dan Tanda Minor Subjektif
1. Mengeluh pusing
2. Anoreksia
3. Palpitasi
4. Merasa tidak berdaya
Objektif
Terapeutik :
1. Ciptakan suasana terapeutik untuk menumbuhkan
kepercayaan.
2. Temani pasien untuk mengurangi kecemasan, jika
memungkinkan.
3. Pahami situasi yang membuat ansietas.
4. Dengarkan dengan penuh perhatian.
5. Gunakan pendekatan yang tenang dan meyakinkan.
6. Tempatkan barang pribadi yang memberikan
kenyamanan.
7. Motivasi mengidentifikasi situasi yang memicu
kecemasan.
8. Diskusikan perencanaan realistis tentang peristiwa
yang akan datang.
Edukasi :
1. Jelaskan prosedur, termasuk sensasi yang mungkin
dialami.
2. Informasikan secara faktual mengenai diagnosis,
pengobatan, dan prognosis.
3. Anjurkan keluarga tetap bersama pasien, jika perlu
4. Anjurkan untuk melakukan kegiatan yang tidak
kompetitif, sesuai kebutuhan.
5. Anjurkan mengungkapkan perasaan dan persepsi
6. Latih kegiatan pengalihan untuk mengurangi
ketegangan.
7. Latih penggunaan mekanisme pertahanan diri yang
tepat
8. Latih teknik relaksasi
Kolaborasi :
1. Kolaborasi pemberian obat anti ansietas, jika perlu.
Definisi Teknik relaksasi dengan pembentukan imajinasi
individu dengan menggunakan semua indera melalui
pemrosesan kognitif untuk mengurangi stress.
Tindakan Observasi :
1. Identifikasi masalah yang dialami
Terapeutik :
1. Buat kontrak dengan pasien
2. Ciptakan ruangan yang tenang dan nyaman
Edukasi :
1. Anjurkan mendengarkan musik yang lembut atau
musik yang disukai
2. Anjurkan berdoa, berzikir, membaca kitab suci,
ibadah sesuai agama yang dianut
3. Anjurkan melakukan teknik menenangkan hingga
perasaan menjadi tenang
Definisi : kondisi emosi dan pengalaman subjektif terhadap objek yang tidak jelas dan spesifik akibat antisipasi bahaya yang
memungkinkan individu melakukan tindakan untuk menghadapi ancaman.
Ekspektasi : Menurun
Kriteria Hasil:
1. Verbalisasi kebingungan
1 2 3 4 5
1 2 3 4 5
3. Perilaku gelisah
1 2 3 4 5
4. Perilaku tegang
1 2 3 4 5
1 Konsentrasi
1 2 3 4 5
2 Pola tidur
1 2 3 4 5
BAB 3
Literature Review / Jurnal
3.1 Literature Review
1. Menurut (Yuniartika, Santi and Azizah S, 2019).
Judul: Pernurunan Kecemasan Pada Pasien Skizofrenia di Rumah Sakit Jiwa
Menggunakan Terapi Musik
Penulis: Wachidah Yuniartika, Catur Novita Santi, Nur Azizah S.
Abstrak: Pada pasien skizofrenia akan mengalami gangguan alam perasaan yang
ditandai ketakutan yang mendalam dan berkelanjutan, sehingga dapat terjadi
gangguan dalam menilai kenyataan, kepribadian penuh, perilaku dapat terganggu
namun masih dalam batas normal, ini menandakan bahwa mereka mengalami
gelaja cemas. Salah satu terapi nonfarmakologi yang efektif adalah
mendengarkan musik. Musik memiliki kekuatan untuk mengobati penyakit dan
meningkatkan kemampuan pikiran seseorang. Tujuan Mengetahui efektifitas
terapi musik pada pasien skizofrenia sebagai alat mengurangi kecemasan Metode
penelitian ini adalah kuantitatif dengan metode quasi experiment dengan
pretestpostest with control group. Penelitian ini dilaksanakan di Rumah sakit jiwa
daerah Surakarta pada bulan Desember 2017. Populasi penelitian pasien
Skizofrenia tanpa komplikasi berjumlah 42 di RSJD Surakarta berjenis kelamin
laki-laki. Cara pengambilan sampel dengan cara purposive sampling, dengan
Kriteria inklusi: Pasien skizofrenia yang mengalami cemas ringan dan sedang,
Umur 20-35 tahun, lama sakit lebih dari 2 tahun. Dengan menggunakan rumus
slovin ditetapkan sampel perlakuan 19 kontrol 19 responden. Instrumen untuk
mengetahui tingkat kecemasan dengan Hamilton Rating Scale For Anxiety
(HARS), Terapi music menggunakan music klasik yang tenang. Hasil penelitian
pada kelompok intervensi kecemasan sebelum intervensi berada dalam kategori
kecemasan ringan dengan nilai rata-rata 18.05, setelah diberikan terapi musik
terdapat penurunan kecemasan dengan nilai rata-rata 10.32 dalam katagori tidak
cemas dengan selisih penurunan 7.73 dan P value 0.001. Sedangkan pada
kelompok kontrol P value 0.162. Kesimpulan, Pemberian terapi musik efektif
menurunkan kecemasan secara bermakna.
2. Menurut (Sari, 2020).
Judul: Analisis Dampak Pandemi Covid- 19 Terhadap Kecemasan Masyarakat :
Literature Review
Penulis: Irda Sari
Abstrak: Tujuan dari penelitian ini adalah menganalisis dampak Covid 19
pandemi kecemasan di masyarakat. Penelitian ini menggunakan studi literature
review metode pengumpulan, identifikasi, evaluasi dampak pandemi Covid-19
tentang kecemasan publik. Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini
adalah data sekunder sumber, dimana datanya diperoleh melalui Pubmed dan
Google ulama digunakan untuk mencari jurnal yang relevan. Jurnal yang
diperoleh dipilih berdasarkan judul yang dibuat oleh penulis. Penulis menemukan
15 jurnal yang telah diringkas menjadi 5 jurnal yang mewakili semua jurnal
dengan pendapat yang sama. Hasil yang diperoleh adalah adanya pengaruh
dominan antara umur, status keluarga, perlindungan diri peralatan dan
pengetahuan tentang kecemasan di masyarakat, kecemasan yang dimilikinya
beberapa jenis, yaitu kecemasan umum, kecemasan gangguan panik, sosial
kecemasan, dan kecemasan obsesif. Selama pandemi Covid-19 itu bisa
menyebabkan Gangguan Kecemasan (Anxiety) pada masyarakat yang sedang
ditandai dengan gangguan tidur yang sangat berisiko untuk dilakukan bunuh diri,
gelisah, sesak napas, otot tegang, panik membeli, dan Risiko kesehatan mental
gangguan obsesif kompulsif (OCD). Karena itu, orang harus memperbaiki
gangguan tidur, cek berdasarkan berita fakta yang valid dan reliabel,
merefleksikan diri, dan memiliki psikososial pengetahuan.
Lampiran Literature Review Jurnal 1
INFO ARTIKEL :
Riwayat Artikel :
Diterima : 11 Desember 2018
Disetujui : 5 Januari 2019
Kata Kunci : Kecemasan, Skizofrenia, Terapi Musik
ABSTRAK
Latar belakang : Pada pasien skizofrenia akan mengalami gangguan alam perasaan yang
ditandai ketakutan yang mendalam dan berkelanjutan, sehingga dapat terjadi gangguan
dalam menilai kenyataan, kepribadian penuh, perilaku dapat terganggu namun masih
dalam batas normal, ini menandakan bahwa mereka mengalami gelaja cemas. Salah satu
terapi nonfarmakologi yang efektif adalah mendengarkan musik. Musik memiliki
kekuatan untuk mengobati penyakit dan meningkatkan kemampuan pikiran seseorang.
Tujuan : Mengetahui efektifitas terapi musik pada pasien skizofrenia sebagai alat
mengurangi kecemasan.
Metode : penelitian ini adalah kuantitatif dengan metode quasi experiment dengan
pretest- postest with control group. Penelitian ini dilaksanakan di Rumah sakit jiwa
daerah Surakarta pada bulan Desember 2017. Populasi penelitian pasien Skizofrenia
tanpa komplikasi berjumlah 42 di RSJD Surakarta berjenis kelamin laki-laki. Cara
pengambilan sampel dengan cara purposive sampling, dengan Kriteria inklusi: Pasien
skizofrenia yang mengalami cemas ringan dan sedang, Umur 20-35 tahun, lama sakit
lebih dari 2 tahun. Dengan menggunakan rumus slovin ditetapkan sampel perlakuan 19
kontrol 19 responden. Instrumen untuk mengetahui tingkat kecemasan dengan Hamilton
Rating Scale For Anxiety (HARS), Terapi music menggunakan music klasik yang tenang.
Hasil : Hasil penelitian pada kelompok intervensi kecemasan sebelum intervensi
berada dalam kategori kecemasan ringan dengan nilai rata-rata 18.05, setelah diberikan
terapi musik terdapat penurunan kecemasan dengan nilai rata-rata 10.32 dalam katagori
tidak cemas dengan selisih penurunan 7.73 dan P value 0.001. Sedangkan pada kelompok
kontrol P value 0.162.
Kesimpulan : Pemberian terapi musik efektif menurunkan kecemasan secara bermakna.
1. PENDAHULUAN
Gangguan jiwa merupakan salah satu penyakit yang mempunyai kecenderungan
untuk menjadi kronis dan sering disertai dengan adanya penurunan fungsi (disability)
dibidang pekerjaan, hubungan sosial dan kemampuan merawat diri sehingga cenderung
menggantungkan sebagai aspek kehidupannya pada lingkungan sekitar (Keliat et,al.,2005).
World Health Organization (WHO) menyebutkan tahun 2013 penderita skizofrenia 7 per
seribu di dunia dari populasi orang dewasa, khususnya pada sekelompok usia 15-35 tahun.
Skizofrenia mempengaruhi 24 juta orang diseluruh dunia.
Pada pasien skizofrenia akan mengalami gangguan alam perasaan yang ditandai
ketakutan yang mendalam dan berkelanjutan, sehingga dapat terjadi gangguan dalam
menilai kenyataan, kepribadian penuh, perilaku dapat terganggu namun masih dalam
batas normal, ini menandakan bahwa mereka mengalami gelaja cemas (Hawari, 2007).
Dapat disebutkan bahwa pasien skizofrenia mengalami kecemasan dimana gejala
kecemasan sendiri baik berat dan sedang merupakan gangguan dari psikiatri. Penyebab
cemas biasanya takut tidak teriama pada lingkungan tetentu, pernah pengalaman
traumatis, seperti trauma perpisahan, kehilangan atau bencana alam, dan adanya frustasi
kegagalan saat memenuhi kebutuhan (Sadock, et.al.2000).
Pasien Skizofrenia yang mengalami kecemasan dapat diatasi dengan terapi
farmakologi dan nonfarmakologi (Keliat, Wiyono, & Susanti, 2011). Terapi
nonfarmakologi lebih aman digunakan karena tidak menimbulkan efek samping seperti
obat- obatan, karena terapi nonfarmakologi menggunakan proses fisiologis (Zikria, 2012).
Salah satu terapi nonfarmakologi yang efektif adalah mendengarkan musik. Musik
memiliki kekuatan untuk mengobati penyakit dan meningkatkan kemampuan pikiran
seseorang. (Aldridge, 2008) Menurut Djohan (2009) terapi music merupakan sebuah
aktivitas terapeutik yang menggunakan music sebagai media untuk memperbaiki,
memelihara, mengembangkan mental, fisik, dan kesehatan emosi. Penelitian yang
dilakukan oleh Ayu, Arief dan Ulfa (2012) dengan judul efektifitas terapi musik terhadap
tingkat depresi pasien isolasi sosial di Rumah Sakit Jiwa Dr. Amino Gondhohutomo
Semarang, didapatkan hasil bahwa terapi musik efektif terhadap penurunan tingkat
depresi pasien isolasi sosial. Hal ini berarti terapi musik dapat membantu meningkatkan
kesehatan mental pada pasien isolasi sosial.
Tujuan dalam penelitian ini untuk mengetahui efektifitas terapi music dalam
menurunkan kecemasan pada pasien skizofrenia, tujuan khusus
2. METODE
Penelitian ini menggunakkan quasi experiment dengan pretestpostest with
control group. Tempat di Rumah sakit Jiwa Surakarta. waktu penelitian dilaksankan
pada tanggal 10 Desember 2017. Populasi penelitian pasien Skizofrenia tanpa
komplikasi berjumlah 42 di RSJD Surakarta berjenis kelamin laki-laki. Cara pengambilan
sampel dengan cara purposive sampling, dengan Kriteria inklusi: Pasien skizofrenia yang
mengalami cemas ringan dan sedang, Umur 20-35 tahun, lama sakit lebih dari 2 tahun.
Kriteria Eksklusi : Pasien kondisi akut pada waktu penelitian, Tidak dalam terapi medis.
Besar sampel dalam penelitian ini ditentukan dengan rumus Slovin, dengan penetapan
jumlah sampel sejumlah 38 orang, sampel dibagi menjadi dua kelompok masing-masing
terdiri 19 orang untuk kelompok perlakuan dan 19 orang untuk kelompok kontrol.
Tahap Pelaksanaan
Dosen bersama dengan mahasiswa tim peneliti melakukan persamaan persepsi
terlebih dahulu. Setelah itu pasien dilakukan Pretest sesuai dengan criteria inklusi, pasien
yang memenuhi criteria dibagi 2 menjadi kelompok perlakuan dan control, pasien yang
tidak memenuhi kriteria diberikan kepada perawat untuk dilakukan terapi bersama
perawat. Kelompok perlakuan sebanyak 19 pasien dibagi menjadi 2 kelompok untuk
dilakukan terapi musik tiap kelompok secara bergantian, cara pelaksanaan terapi musik
pasien diminta tidur rebahan, rileks, tarik nafas dan hembuskan, setelah itu diminta
mendengarkan music klasik, dengan cara music didengarkan syair dibaca dan dihayati.
Setelah itu 2 minggu kemudian pasien dilakukan posttest. Kelompok control setelah
dilakukan post test baru dilakukan tindakan terapi musik,
(N=19) % (N = 19) %
1 Usia
26-30 th 7 36.8 7 36.8
31-35 th 4 21.1 5 26.3
36-40 th 8 42.1 7 36.8
2 Pendidikan
SD 1 5.3 1 5.3
SMP 12 63.2 9 47.4
SMA 6 31.6 9 47.4
Tabel 3 Analisis perubahan Depresi pada penderita Diabetes Mellitus sebelum dan
sesudah diberikan intervensi di Rumah sakit jiwa Surakarta Tahun 2017 (N=36).
4. PENUTUP
4.1. Kesimpulan
a. Pasien Skizofrenia untuk kelompok
Intervensi sebagian besar responden berusia 36-40 tahun (42.1 %), pendidikan SMP
(63,2%), status perkawinan belum menikah (57.9%). Kelompok Kontrol sebagian besar
responden berusia 26-30 th dan 36-40 th (36.8%), pendidikan SMP dan SMA (47.4%),
status perkawinan sudah menikah (57.9%).
b. Kelompok Perlakuan Rata-rata kecemasan menurun dari kondisi cemas ringan menjadi
tidak cemas.
4.2. Saran
Berdasarkan penelitian tersebut diharapkan kepada perawat Rumah sakit melakukan
terapi music sebagai intervensi awal jika ada pasien yang mengalami cemas ringan
DAFTAR PUSTAKA
Lampiran Literature Review Jurnal 2
DAFTAR PUSTAKA
AH. Yusuf (2015) Buku Ajar Keperawatan Kesehatan Jiwa. Jakarta Selatan: Jagakarsa.
Eko Prabowo (2014) Asuhan Keperawatan Jiwa. Jogjakarta: Nuha Medika.
Hawari, D. (2008) Manajemen Stress Cemas dan Depresi. Jakarta: Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia.
Kholil Lur Rochman (2010) Kesehatan Mental. Purwokerto: Fajar Medika.
Kusumawati, F. and Hartono, Y. (2010) Buku Ajar Keperawatan Jiwa. pertama. Jakarta:
Salemba Medika.
NANDA (2015) Diagnosis Keperawatan. 10th edn. Jakarta: PENERBIT BUKU
KEDOKTERAN EGC.
Nurhalimah (2017) Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Masalah Psikososial
Kecemasan, Gangguan Citra Tubuh Dan Kehilangan. Edited by Tjahyanti.
Surabaya: AIPVIKI.
PPNI (2016) Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI). Jakarta: DPP PPNI.
PPNI (2018a) Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI). 1st edn. Jakarta: DPP
PPNI.
PPNI (2018b) Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI). 1st edn. Jakarta: DPP
PPNI.
Sari, I. (2020) ‘Analisis Dampak Pandemi Covid- 19 Terhadap Kecemasan Masyarakat :
Literature Review’, Bina generasi ; jurnal kesehatan, 1(1).
Yuniartika, W., Santi, C. N. and Azizah S, N. (2019) ‘Penurunan Kecemasan pada Pasien
Skizofrenia di Rumah Sakit Jiwa Menggunakan Terapi Musik’, Jurnal Penelitian
dan Pengabdian Kepada Masyarakat UNSIQ, 6(1), pp. 26–30. doi:
10.32699/ppkm.v6i1.496.