Anda di halaman 1dari 47

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN JIWA PSIKOSOSIAL “KECEMASAN”

Oleh :
Agung Laksmana
2030006

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN HANG TUAH SURABAYA
TAHUN AJARAN 2020
LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN JIWA
PADA PASIEN PSIKOSOSIAL “KECEMASAN”
BAB 1
Konsep Dasar Diagnosis Risiko
1.1 Definisi
Cemas (ansietas) adalah sebuah emosi dan penglaman subjektif dri
seseorang. Pengertian lain cemas adalah suatu keadaan yang membuat seseorang
tidak nyaman dan terbagi dalam beberapa tingkatan. Jadi, cemas berkaitan dengan
perasaan tidak pasti dan tidak berdaya (Kusumawati and Hartono, 2010).
Kecemasan adalah kondisi emosi dan pengalaman subyektif individu
terhadap objek yang tidak jelas dan spesifik akibat antisipasi bahaya yang
memungkinkan individu melakukan tindakan untuk menghadapi ancaman (PPNI,
2016).
Kejadian dalam hidup seperti menghadapi tuntutan, persaingan, serta
bencana dapat membawa dampak terhadap kesehatan fisik dan psikologis. Salah
satu contoh dampak psikologis adalah timbulnya kecemasan atau ansietas (AH.
Yusuf, 2015).

1.2 Penyebab
A. Faktor predisposisi
Stres predisposisi adalah semua ketegangan dalam kehidupan yang dapat
menyebabkan timbulnya kecemasan. Ketegangan dalam kehidupan
tersebut dapat berupa:
1) Peristiwa traumatik yang dapat memicu terjadinya kecemasan
berkaitan dengan krisis yang di alami individu baik krisis
perkembangan atau situasional.
2) Konflik emosional yang dialami individu dan tidak terselesaikan
dengan baik.
3) Konsep diri terganggu akan menimbulkan ketidakmampuan individu
berpikir secara realistis sehinga akan menimbulkan kecemasan.
4) Frustasi akan menimbulkan rasa ketidakberdayaan untuk mengambil
keputusan yang berdampak terhadap ego.
5) Gangguan fisik akan menimbulkan kecemasan karena merupakan
ancaman terhadap integritas fisik yang dapat mempengaruhi konsep
diri individu.
6) Pola mekanisme keluarga atau pola keluarga menangani stress akan
mempengaruhi individu dalam berespon terhadap konflik yang
dialami karena pola mekanisme koping individu banyak dipelajari
dalam keluarga.
7) Riwayat gangguan kecemasan dalam keluarga akan mempengaruhi
respons individu dalam berespons terhadap konflik dan mengatasi
kecemasannya (Eko Prabowo, 2014).
B. Faktor prespitasi
Faktor prespitasi adalah semua ketgangan dalam kehidupan yang dapat
mencetuskan timbulnya kecemasan. Stressor prespitasi kecemasan
dikelompokkan menjadi dua bagian, yaitu:
1) Ancaman terhadap integritas kulit ketegangan yang mengancam
integritas fisik yang meliputi:
 Sumber internal meliputi kegagalan mekanisme fisisologis sistem
imun, regulasi suhu tubuh, perubahan biologis normal.
 Sumber eksternal, meliputi paparan terhadap infeksi virus dan
bakteri, polusi lingkungan, kecelakaan, kekurangan nutrisi, tidak
adekuatnya tempat tinggal.
2) Ancaman terhadap harga diri meliputi sumber internal dan eksternal:
 Sumber internal kesulitan dalam berhubungan interpersonal
dirumah, tempat kerja, penyesuaian terhadap peran baru. Berbagai
ancaman terhadap integritas fisik juga dapat mengancam harga diri.
 Sumber eksternal orang yang dicinta berperan, perubahan status
pekerjaan tekanan kelompok sosial (Eko Prabowo, 2014).
Menurut (Kholil Lur Rochman, 2010). mengemukakan beberapa penyebab
dari kecemasan yaitu:
a. Rasa cemas yang timbul akibat melihat adanya bahaya yang mengancam
dirinya. Kecemasan ini lebih dekat dengan rasa takut, karena sumbernya
terlihat jelas didalam pikiran.
b. Cemas karena merasa berdosa atau bersalah, karena melakukan hal-hal
yang berlawanan dengan keyakinan atau hati nurani.
c. Kecemasan yang berupa penyakit dan terlihat dalam beberapa bentuk.
Kecemasan ini disebabkan oleh hal yang tidak jelas dan tidak
berhubungan dengan apapun yang terkadang disertai dengan perasaan
takut yang mempengaruhi kesehatan kepribadian penderitanya.

1.3 Jenis Kecemasan


Jenis kecemasan terdapat 4 macam menurut (Eko Prabowo, 2014) yaitu :
1. Kecemasan Ringan
Kecemasan ringan adalah perasaan bahwa ada sesuatu yang berbeda dan
membutuhkan perhatian khusus. Stimulasi sensori meningkat dan
membantu individu memfokuskan perhatian untuk belajar,
menyelesaikan masalah, berpikir, bertindak, merasakan, dan melindungi
diri sediri.
2. Kecemasan Sedang
Kecemasan sedang merupakan perasaan yang mengganggu bahwa
sesuatu yang benar-benar berbeda; individu menjadi gugup atau gelisah.
3. Kecemasan Berat
Kecemasan berat yakni ada sesuatu yang berbeda dan ada ancaman,
memperlihatkan respon takut dan distress.
4. Panik
Individu kehilangan kendali dan detail perhatian hilang, karena
kehilangan kontrol, maka tidak mampu melakukan apapun meskipun
dengan perintah.

1.4 Tanda dan Gejala


Tanda dan gejala kecemasan yang di tunjukkan atau di temukan oleh
seseorang bervariasi tergantung dari beratnya atau tingkatan yang dirasakan oleh
individu tersebut (Eko Prabowo, 2014).
Keluhan yang sering dikemukakan oleh seseorang saat mengalami
kecemasan secara umum antara lain adalah sebagai berikut:
a. Cemas, kawatir, firasat buruk, takut akan pikirannya sendiri, mudah
tersinggung,
b. Merasa tegang, tidak tenang, gelisah, mudah terkejut.
c. Takut sendiriaan, takut pada keramaian, dan banyak orang.
d. Gangguan pola tidur, mimpi-mimpi yang menegangkan.
e. Gangguan kosentrasi daya ingat.
f. Gejala somatik rasa sakit pada otot dan tulang, berdebar-debar, sesak
nafas, gangguan pencernaan, sakit kepala, gangguan perkemihan, tangan
terasa dingin dan lembab, dan lain sebagainya (Eko Prabowo, 2014).

1.5 Rentang Respon


Rentang respon individu terhadap cemas berflutuasi antara respon adaptif
dan maladaptif. Rentang respon yang paling adaptif adalah antisispasi dimana
individu siap siaga untuk beradaptasi dengan cemas yang mungkin muncul.
Sedangkan rentang yang paling maladaptif adalah panik dimana individu sudah
tidak mampu lagi berespon terhadap cemas yang dihadapi sehingga mengalami
gangguan fisik, perilaku maupun kognitif (AH. Yusuf, 2015).

Respon Adaptif Respon Maladaptif


Antisipasi Ringan Sedang Berat Panik

1.6 Sumber Koping


Dalam menghadapi kecemasan, individu akan memanfaatkan dan
menggunakan berbagai sumber koping di lingkungan (Nurhalimah, 2017).

1.7 Mekanisme Koping


Tingkat ansietas sedang dan berat menimbulkan dua jenis mekanisme
koping yaitu sebagai berikut:
1. Reaksi yang berorientasi pada tugas yaitu upaya yang disadari dan
berorientasi pada tindakan untuk memenuhi secara realistik tuntutan situasi
stres, misalnya perilaku menyerang untuk mengubah atau mengatasi
hambatan pemenuhan kebutuhan. Menarik diri untuk memindahkan dari
sumber stres. Kompromi untuk mengganti tujuan atau mengorbankan
kebutuhan personal.
2. Mekanisme pertahanan ego membantu mengatasi ansietas ringan dan
sedang, tetapi berlangsung tidak sadar, melibatkan penipuan diri, distorsi,
dan bersifat meladaptif (AH. Yusuf, 2015).

1.8 Penatalaksanaan
Menurut (Hawari, 2008). Penatalaksanaan ansietas pada tahap pencegahan
dan terapi memerlukan suatu metode pendekatan yang bersifat holistik, yaitu
mencakup fisik (somatik), psikologik atau psikiatrik, psikososial dan
psikoreligius. Selengkapnya seperti pada uraian berikut:
a. Upaya meningkatkan kekebalan terhadap stress, dengan cara:
1. Makan makanan yang bergizi dan seimbang
2. Tidur yang cukup
3. Cukup olahraga
4. Tidak merokok
5. Tidak meminum minuman keras
b. Terapi psikofarmaka
Terapi psikofarmaka merupakan pengobatan untuk cemas dengan memakai
obat-obtan yang berkhasiat memulihkan fungsi gangguan neuro-transmitter
(sinyal penghantar saraf). Disusunan saraf pusat otak (limbic system). Terapi
psikofarmaka yang sering di pakai adalah obat anti cemas (anxiolytic), yaitu
seperti: diazepam, klobazam, bromazepam, lorazepam, buspirone HCL,
meprobramate dan alprazolam.
c. Terapi somatic.
Gejala atau keluhan fisik (somatic) sering dijumpai sebagai gejala ikutan
atau akibat dari kecemasan yang berkepanjangan. Untuk menghilangkan keluhan-
keluhan somatic (fisik) itu dapat diberikan obat-obatan yang ditujukan pada organ
pada tubuh yang bersangkutan.

d. Psikoterapi
Psikoterapi diberikan tergantung dari kebutuhan individu, antar lain:
1. Psikoterapi suportif, untuk memberikan motivasi, semangat dan dorongan
agar pasien yang bersangkutan tidak merasa putus asa dan diberikan
keyakinan serta percaya diri.
2. Psikoterapi redukatif, memberikan pendidikan ulang dan koreksi diri bila
diulang bahwa ketidakmampuan mengatasi kecemasan.
3. Psikoterapi rekontruktif, untuk dimaksudkan memperbaiki kembali
(rekontruksi) kepribadian yang telah mengalami goncangan akibat stresor.
4. Psikoterapi kognitif, untuk memulihkan fungsi kognitif pasien, yaitu
kemampuan untuk berfikir secara rasional, konsentrasi dan daya ingat.
5. Psikoterapi psikodinamik, untuk menganalisa dan menguraikan proses
dinamika kejiwaan yang dapat menjelaskan mengapa seseorang tidak
mampu menghadapi stresor psikososial sehingga mengalami kecemasan.
6. Psikoterapi keluarga, untuk memperbaiki hubungan kekeluargaan, agar
faktor keluarga tidak lagi menjadi faktor penyebab dan faktor keluarga
dapat dijadikan sebagai faktor pendukung.
e. Terapi psikoreligius
Untuk meningkatkan keimanan seseorang yang erat hubungannya dengan
kekebalan dan daya tahan dalam menghadapi berbagai problem kehidupan yang
merupakan stresor psikososial.

1.9 Faktor yang Mempengaruhi Kecemasan


Faktor-faktor yang mempengaruhi kecemasan banyak sekali, diantaranya
adalah:
a. Paparan zat yang membahayakan individu atau racun dan toksin
b. Konflik yang tidak disadari tentang tujuan hidup,
c. Hambatan dalam hubungan dengan kekeluargaan/keturunan,
d. Adanya kebutuhan yang tidak terpenuhi,
e. Gangguan dalam hubungan interpersonal,
f. Krisis situasional atau maturasi seperti tugas perkembangan yang tidak
terselesaikan dengan baik dan tuntas,
g. Ancaman terhadap kematian, baik karena penyakit maupun karena situasi
yang mencekam seperti perang, terisolasi, dan Iain-lain,
h. Selain itu dapat juga disebabkan karena adanya ancaman terhadap konsep
diri, stress, penyalahgunaan zat,
i. Perubahan dalam status peran, misalkan sesorang istri menjadi singleparent
danperubahan status kesehatan.
j. Pola interaksi juga berpengaruh dalam timbulkan kecemasan
k. Adanya perubahan fungsi peran, perubahan lingkungan dan perubahan
status ekonomi (NANDA, 2015).

1.10 Pohon Masalah


BAB 2
Konsep Asuhan Keperawatan
2.1 Asuhan Keperawatan Kecemasan
2.1.1 Pendekatan SP (SPTK)
A. Masalah Keperawatan :
1. Ansietas/Kecemasan
2. Harga diri rendah
3. Koping individu inefektif
4. Kurangnya pengetahuan
Masalah Keperawatan Data yang Perlu Dikaji
Ansietas DS:
1. Pasien menganggap dirinya mudah
gelisah dan tidak berdaya.
2. Pasien mengatakan takut dan
cemas.
3. Pasien mengatakan susah tidur.

DO:
1. Pasien terlihat sering melamun dan
murung.
2. Pasien cenderung menyalahkan
orang lain.

B. Diagnosa Keperawatan
Ansietas

C. Rencana Asuhan Keperawatan


Tujuan Intervensi
Tujuan umum : cemas 1) Jadilah pendengar yang hangat dan
berkurang atau hilang responsi
Tujuan khusus : TUK 1 2) Beri waktu yang cukup pada pasien
Pasien dapat menjalin hubungan untuk berespon
saling percaya. 3) Beri dukungan pada pasien untuk
berekspresikan perasaanya
4) Identifikasi pola perilaku pasien atau
pendekatan yang dapat menimbulkan
perasaan negatif
5) Bersama pasien mengenali perilaku
dan respon sehingga cepat belajar dan
berkembang.

TUK 2 1) Bantu pasien untuk mengidentifikasi


Pasien dapat mengenali dan menguraikan perasaanya
ansietasnya 2) Hubungkan perilaku dan perasaanya
3) Validasi kesimpulan dan asumsi
terhadap pasien
4) Gunakan pertanyaan terbuka untuk
mengalihkan dari topik yang
mengancam ke hal yang berkaitan
dengan konflik
5) Gunakan konsultasi untuk membantu
pasien mengungkapkan perasaanya.

TUK 3 1) Bantu pasien menjelaskan situasi dan


Pasien dapat memperluas interaksi yang dapat segera
kesadaranya terhadap menimbulkan ansietas
perkembangan ansietas 2) Bersama pasien meninjau kembali
penilaian pasien terhadap stressor
yang dirasakan mengancam dan
menimbulkan konflik
3) Kaitkan pengalaman yang baru terjadi
dengan pengalaman masa lalu yang
relevan
TUK 4 1) Gali cara pasien mengurangi ansietas
Pasien dapat menggunakan dimasa lalu
mekanisme koping yang adaptif 2) Tunjukan akibat maladaptif dan
destruktif dari respon koping yang
digunakan
3) Dorong pasien untuk menggunakan
respon koping adaptif yang
dimilikinya
4) Bantu pasien untuk menyusun
kembali tujuan hidup, memodifikasi
tujuan, menggunakan sumber dan
menggunakan ansietas sedang
5) Latih pasien dengan menggunakan
ansietas sedang
6) Beri aktifitas fisik untuk menyalurkan
energinya
7) Libatkan pihak yang berkepentingan
sebagai sumber dan dukungan sosial
dalam membantu pasien
menggunakan koping adaptif yang
baru.
TUK 5 1) Ajarkan pasien teknik relaksasi untuk
Pasien dapat menggunakan meningkatkan kontrol dan rasa
tekhnik relaksasi percaya diri
2) Dorong pasien untuk menggunakan
relaksasi dalam menurunkan tingkat
ansietas (Eko Prabowo, 2014).

D. Tindakan Keperawatan
Kecemasan Menurut (Nurhalimah, 2017).
1) Tindakan keperawatan pada individu yang mengalami kecemasan:
a. Membina hubungan saling percaya..
b. Membantu pasien mengenal kecemasan.
c. Mengajarkan berbagai teknik relaksasi dan distraksi.
Tujuan Tindakan Keperawatan :
a. Pasien dapat mengenal kecemasan
b. Pasien dapat mengatasi kecemasan meialui latihan relaksasi
c. Pasien dapat memperagakan dan menggunakan latihan relaksasi
untuk mengatasi kecemasan.
d. Melibatkan keluarga dalam latihan yang telah disusun.
2) Tindakan keperawatan pada keluarga pasien kecemasan:
a. Mendiskusikan masalah yang dirasakan dalam merawat pasien
b. Menjelaskan pengertian, tanda dan gejala, proses terjadinya
kecemasan dan mengambil keputusan merawat pasien
c. Melatih keluarga cara merawat pasien dengan gangguan kecemasan
d. Membimbing keluarga merawat pasien dengan gangguan
kecemasan
e. Melatih keluarga menciptakan suasana keluarga dan lingkungan
yang mendukung menurunkan rasa kecemasan
f. Mendiskusikan tanda dan gejala kekambuhan yang memerlukan
rujukan segera ke fasilitas pelayanan kesehatan
g. Menganjurkan follow up ke fasilitas pelayanan kesehatan secara
teratur.
Tujuan tindakan keperawatan pada keluarga, mampu:
a. Mengenal masalah pada pasien gangguan “kecemasan”
b. Mengambil keputusan untuk merawat pasien dengan gangguan
“kecemasan”
c. Merawat pasien dengan gangguan “kecemasan”
d. Memodifikasi lingkungan yang mendukung menurunkan gangguan
kecemasan pada pasien
e. Menilai perkembangan perubahan kemampuan pasien
f. Memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan
E. Evaluasi Keperawatan
Keberhasilan tindakan keperawatan dapat dinilai jika individu mampu:
a. Mengenal kecemasan.
b. Mengatasi kecemasan melalui relaksasi : tarik nafas dalam dan
distraksi lima jari.
c. Memperagakan dan menggunakan latihan relaksasi untuk
mengatasi kecemasan.
d. Melibatkan keluarga dalam latihan yang telah disusun
(Nurhalimah, 2017).

F. Pendokumentasian
Dokumentasi asuhan keperawatan dilakukan pada setiap tahap proses
keperawatan yang meliputi dokumentasi pengkajian, diagnosis
keperawatan, perencanaan keperawatan, pelaksanaan atau implementasi
keperawatan, dan evaluasi keperawatan (Nurhalimah, 2017).
STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN (SP)
MASALAH KECEMASAN Pertemuan-1
1. Proses Keperawatan
A. Kondisi Pasien
Pertemuan pertama:
1) Pasien melamun,
2) Pasien sering mondar-mandir,
3) menanyakan hal-hal yang tidak pentig,
4) Pasien merasa curiga
B. Diagnosa Keperawatan
Resiko halusinasi, perilaku kekerasan, mencederai diri, orang lain dan lingkungan
berhubungan dengan ansietas sedang.
C. Tujuan Khusus
TUK 2 : Klien mampu mengenal ansietasnya
TUK 4 : klien dapat menggunakan mekanisne koping yang adaptif
TUK 5 : Klien dapat menggunakan teknik relaksasi
D. Tindakan Keperawatan
1) Pasien dapat membina hubungan saling percaya
Tindakan keperawatan :
a) Sapa pasien dengan nama baik verbal dan non verbal
b) Perkenalkan diri dengan sopan
c) Tanya nama lengkap pasien dan nama panggilan yang disukai
d) Jelaskan tujuan pertemuan
e) Jujur dan menepati janji
f) Tunjukkan sikap empati dan menerima keadaan
g) Berikan perhatian kepada pasien dan perhatikan kebutuhan dasar
2) Pasien dapat menyebutkan minimal satu penyebab ketidakkooperatifan dalam
meminum obat
Tindakan keperawatan :
a) Tanyakan pada pasien tentang
 Orang yang tinggal serumah/teman sekamar pasien
 Orang terdekat pasien dirumah/diruang perawatan
b) Diskusikan dengan keluarga tentang :
 Cara merawat pasien dirumah
 Tindakan tindak lanjut dan pengobatan yang teratur
 Lingkungan yang tepat untuk pasien
 Obat pasien (nama obat, dosis, frekuensi, efek samping,akibat penghentian
obat)
 Kondisi pasien yang memerlukan konsultasi segera.

2. Strategi Komunikasi Pelaksaanaan Tindakan Keperawatan


A. Orientasi
1. Salam Terapiutik
“Hallo,pak. Perkenalkan saya perawat A, saya perawat yang dinas pada pagi ini
mulai pukul 07.00-14.00. Ini dengan bapak siapa? Lebih senang dipanggil siapa
pak?”
2. Evaluasi
“Apa yang bapak rasakan saait ini? “
“Bagaimana keadaan bapak saat ini?”
3. Kontrak
a) Topik : Membahas tentang perihal yang membuat klien cemas
b) Tempat : Ruang tengah di depan televisi
c) Waktu : pukul 09.00-09.20 (20 menit)
B. Kerja
“Bapak mengatakan kalau merasa khawatir dengan penyakit bapak, sudah
beberapa hari mengalami gelisah, dan sulit tidur. Coba bapak ceritakan lebih
lanjut tentang perasaan bapak, kenapa bapak meraskan hal tersebut, apa yang
bapak pikirkan? Oh, jadi bapak takut kalau penyakit bapak tak kunjung sembuh?
Bagaimana kalau kita coba megatasi kecemasan bapak dengan relaksasi dengan
cara tarik napas dalam. Ini merupakan salah satu cara untuk mengurangi
kecemasan yang bapak rasakan.” “Bagaimana kalau kita latihan sekarang. Saya
akan lakukan, dan bapak memperhatikan saya, lalu mengkuti yang sudah saya
ajarkan. Kita mulai ya pak? Pertama-tama bapak tarik napas dalam perlahan-
lahan, setelah itu tahan napas. Dalam hitungan ketiga setelah itu baoak hempaskan
udara melalui mulut dengan meniup udara secara perlahan-lahan. Sekarang coba
bapak praktikan.”
C. Terminasi
a) Evaluasi Subyektif
“Nah, sekarang bagaimana perasaan bapak? Apakah perasaan cemasnya sudah
berkurang pak? Apakah sudah merasa lebih baik sekarang?”
b) Evaluasi Objektif
“Sekarang coba bapak lakukan lagi tahapan-tahapan melakukan relakasasi yang
seperti saya contohkan tadi ya?”
c) Kontrak
“Baiklah. Bagaimana kalau kita lanjutkan percakapan kita besok pagi lagi pukul 9
pagi seperti saat ini di serambi depan?
d) Rencana Tindakan Lanjutan
“Selanjutnya bapak harus mengingat-ingat apa yang sudah saya ajarkan ya?”

STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN (SP)


Pertemuan ke 2
1. Proses Keperawatan
A. Kondisi Pasien
1) Pasien melamun,
2) Pasien sering mondar-mandir,
3) menanyakan hal-hal yang tidak pentig,
4) Pasien merasa curiga
B. Diagnosa Keperawatan
Resiko halusinasi, perilaku kekerasan, mencederai diri, orang lain dan lingkungan
berhubungan dengan ansietas sedang.
C. Tujuan Khusus
TUK 2 : Klien mampu mengenal ansietasnya
TUK 4 : klien dapat menggunakan mekanisne koping yang adaptif
TUK 5 : Klien dapat menggunakan teknik relaksasi
D. Tindakan Keperawatan
1) Pasien dapat membina hubungan saling percaya
Tindakan keperawatan :
a) Sapa pasien dengan nama baik verbal dan non verbal
b) Perkenalkan diri dengan sopan
c) Tanya nama lengkap pasien dan nama panggilan yang disukai
d) Jelaskan tujuan pertemuan
e) Jujur dan menepati janji
f) Tunjukkan sikap empati dan menerima keadaan
g) Berikan perhatian kepada pasien dan perhatikan kebutuhan dasar
2) Pasien dapat menyebutkan minimal satu penyebab ketidakkooperatifan dalam
meminum obat
Tindakan keperawatan :
a) Tanyakan pada pasien tentang
 Orang yang tinggal serumah/teman sekamar pasien
 Orang terdekat pasien dirumah/diruang perawatan
b) Diskusikan dengan keluarga tentang :
 Cara merawat pasien dirumah
 Tindakan tindak lanjut dan pengobatan yang teratur
 Lingkungan yang tepat untuk pasien
 Obat pasien (nama obat, dosis, frekuensi, efek samping, akibat penghentian
obat)
 Kondisi pasien yang memerlukan konsultasi segera.

2. Strategi Komunikasi Pelaksaanaan Tindakan Keperawatan


A. Orientasi
1. Salam Terapiutik
“Hallo,pak. Perkenalkan saya perawat A, saya perawat yang dinas pada pagi ini
mulai pukul 07.00-14.00. Ini dengan bapak siapa? Lebih senang dipanggil siapa
pak?”
2. Evaluasi
“Apa yang bapak rasakan saait ini? “
“Bagaimana keadaan bapak saat ini?”
3. Kontrak
a) Topik : Membahas tentang perihal yang membuat klien cemas
b) Tempat : Di Serambi Depan
c) Waktu : pukul 09.00-09.20 (20 menit)
B. Kerja
“Bapak kemarin mengatakan kalau merasa khawatir dengan penyakit bapak,
sudah beberapa hari mengalami gelisah dan sulit tidur. Apkah bapak masih
merasa gelisah saat ini? Baiklah kalau bapak masih merasa gelisah. Kemarin kita
sudah mempelajari teknik napas dalam, apakah bapak sudah melakukanya lagi?
Kalau begitu kali ini kita akan mempelajari teknik relaksasi otot. Ikuti instruksi
saya ya pak.
1) Kepalkan dengan kencang sesaat telapak tangan anda seolah-olah hendak
meninju untuk mengencangkan otot bisep dan lengan bawah, dan rileks.
2) Kerutkan semua otot-otot diwajah anda, mulai dari dahi, mata, hidung,mulut,
sampai leher dan bahu sekitar 4 hitungan dan rasakan ketegangan itu lalu tarik
nafas panjang dan perlahan-lahan hepaskan nafas anda dan sambil kedurkan
mulai dari dahi, mata, hidung, mulut. Leher, hidung.
3) Luruskan kaki anda lalu tegangkan rasakan tegang mulai dari jari kaki, lutut,
betis, paha, pantat, rasakan ketegangan beberapa saat, lalu kembali tarik napas
dalam sambil menghempaskan nafas secara perlahan.
C. Terminasi
1) Evaluasi Subyektif
“Nah, sekarang bagaimana perasaan bapak? Apakah perasaan cemasnya sudah
berkurang pak? Apakah sudah merasa lebih baik sekarang?”
2) Evaluasi Objektif
“Sekarang coba bapak lakukan lagi tahapan-tahapan melakukan relakasasi
yang seperti saya contohkan tadi ya?”
3) Kontrak
“Baiklah. Bagaimana kalau kita lanjutkan percakapan kita besok pagi lagi
pukul 9 pagi seperti saat ini di ruang dwpan televisi?
4) Rencana Tindak Lanjut
Anjurkan klien untuk mengidentifikasi dan menguraikan perasaannya.
STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN (SP)
Pertemuan ke 3
1. Proses Keperawatan
A. Kondisi Pasien
1) Pasien melamun,
2) Pasien sering mondar-mandir,
3) menanyakan hal-hal yang tidak pentig,
4) Pasien merasa curiga
B. Diagnosa Keperawatan
Resiko halusinasi, perilaku kekerasan, mencederai diri, orang lain dan lingkungan
berhubungan dengan ansietas sedang.
C. Tujuan Khusus
TUK 2 : Klien mampu mengenal ansietasnya
TUK 4 : klien dapat menggunakan mekanisne koping yang adaptif
TUK 5 : Klien dapat menggunakan teknik relaksasi
D. Tindakan Keperawatan
1) Pasien dapat membina hubungan saling percaya
Tindakan keperawatan :
a) Sapa pasien dengan nama baik verbal dan non verbal
b) Perkenalkan diri dengan sopan
c) Tanya nama lengkap pasien dan nama panggilan yang disukai
d) Jelaskan tujuan pertemuan
e) Jujur dan menepati janji
f) Tunjukkan sikap empati dan menerima keadaan
g) Berikan perhatian kepada pasien dan perhatikan kebutuhan dasar
2) Pasien dapat menyebutkan minimal satu penyebab ketidakkooperatifan dalam
meminum obat
Tindakan keperawatan :
a) Tanyakan pada pasien tentang
 Orang yang tinggal serumah/teman sekamar pasien
 Orang terdekat pasien dirumah/diruang perawatan
b) Diskusikan dengan keluarga tentang :
 Cara merawat pasien dirumah
 Tindakan tindak lanjut dan pengobatan yang teratur
 Lingkungan yang tepat untuk pasien
 Obat pasien (nama obat, dosis, frekuensi, efek samping, akibat
 penghentian obat)
 Kondisi pasien yang memerlukan konsultasi segera.

2. Strategi Komunikasi Pelaksaanaan Tindakan Keperawatan


A. Orientasi
1. Salam Terapiutik
“Hallo,pak. Perkenalkan saya perawat A, saya perawat yang dinas pada pagi ini
mulai pukul 07.00-14.00. Ini dengan bapak siapa? Lebih senang dipanggil siapa
pak?”
2. Evaluasi
“Apa yang bapak rasakan saait ini? “
“Bagaimana keadaan bapak saat ini?”
3. Kontrak
a. Topik : Membahas tentang perihal yang membuat klien cemas
b. Tempat : Di Ruang di depan televisi
c. Waktu : pukul 09.00-09.20 (20 menit)
B. Kerja
“Bapak kemarin mengatakan kalau merasa khawatir dengan penyakit bapak,
sudah beberapa hari mengalami gelisah, dan sulit tidur. Apakah bapak masih
merasa gelisah hari ini? Baiklah kalau masih merasa gelisah. Kemarin kita sudah
mempelajari teknik napas dalam dan relaksasi otot, apakah bapak sudah
melakukanya lagi? Kali ini kita akan memelajari teknik hipnotis 5 jari. Pejamkan
mata bapak, tarik napas lalu buang perlahan . lakukan selama 3 kali. Tautkan ibu
jari bapak kepada jari tulunjuk, bayangkan ketika tubuh bapak begitu sehat.
Tautkan ibu jari bapak pada jari tengah, bayangkan ketika bapak mendapatkan
hadiah atau barang yang anda sukai. Tautkan ibu jari pada kepada jari manis,
bayangkan ketika bapak berada ditempat yang paling nyaman, tempat yang sangat
bahagia. Tautkan ibu jari bapak kepada jari kelingking, bayangkanketika bapak
mendapatkansuatu penghargaan. Tarik napas, buang perlahan, lakukan selama 3
kali lalu buka mata kembali.”
C. Terminasi
1) Evaluasi Subyektif
“Nah, sekarang bagaimana perasaan bapak? Apakah perasaan cemasnya sudah
berkurang pak? Apakah sudah merasa lebih baik sekarang?”
2) Evaluasi Objektif
“Sekarang coba bapak lakukan lagi tahapan-tahapan melakukan relakasasi yang
seperti saya contohkan tadi ya?”
3) Kontrak
“Baiklah. Bagaimana kalau kita lanjutkan percakapan kita besok pagi lagi pukul 9
pagi seperti saat ini di ruang dwpan televisi?
4) Rencana Tindak Lanjut
Anjurkan klien untuk mengidentifikasi dan menguraikan perasaannya

2.1.2 Pendekatan 3S (SDKI, SIKI, SLKI)


A. Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia (PPNI, 2016)

Sub Kategori Psikologis Integritras Ego


No. Diagnosa 0080
Definisi Kondisi emosi dan pengalaman
subyektif individu terhadap objek yang
tidak jelas dan spesifik akibat antisipasi
bahaya yang memungkinkan individu
melakukan tindakan untuk menghadapi
ancaman.
Penyebab - Krisis Situasional
- Kebutuhan tidak terpenuhi
- Krisis maturasional
- Ancaman terhadap konsep diri
- Ancaman terhadap kematian
- Kekhawatiran mengalami
kegagalan
- Disfungsi sistem keluarga
- Hubungan orang tua anaktidak
memuaskan
- Faktor keturunan (tempramen
mudah terigitasi sejak lahir)
- Penyalahgunaan zat
- Terpapar bahaya lingkungan
(mis: toksin, polutan dll)
- Kurang terpapar informasi
Gejala Dan Tanda Mayor Subjektif
1. Merasa bingung
2. Merasa khawatir dengan akibat
dari kondisi yang dihadapi
3. Sulit berkonsentrasi
Objektif

1. Tampak gelisah
2. Tampak tegang
3. Sulit tidur
Gejala dan Tanda Minor Subjektif
1. Mengeluh pusing
2. Anoreksia
3. Palpitasi
4. Merasa tidak berdaya
Objektif

1. Frekuensi nafas meningkat


2. Frekuensi nadi meningkat
3. Tekanan darah meningkat
4. Diaforesis
5. Tremor
6. Muka tampak pucat
7. Suara bergetar
8. Kontak mata buruk
9. Sering berkemih
10. Berorientasi pada masa lalu
Kondisi Klinis Terkait 1. Penyakit kronis progresif (mis:
penyakit kanker, penyakit
autoimun).
2. Penyakit akut
3. Hospitalisasi
4. Rencana operasi
5. Kondisi penyakit belum jelas
6. Penyakit neurologis
7. Tahap tumbuh kembang

B. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (PPNI, 2018a).


Reduksi Ansietas (I.09314 Halaman 387)
Teknik Menenangkan/Relaksasi (I.08248 Halaman 414)

Definisi Meminimalkan kondisi individu dan pengalaman


subyektif terhadap objek yang tidak jelas dan spesifik
akibat antisipasi bahaya yang memungkinkan individu
melakukan tindakan untuk menghadapi ancaman.
Tindakan Observasi :
1. Identifikasi saat tingkat ansietas berubah
2. Identifikasi kemampuan mengambil keputusan
3. Monitor tanda-tanda ansietas

Terapeutik :
1. Ciptakan suasana terapeutik untuk menumbuhkan
kepercayaan.
2. Temani pasien untuk mengurangi kecemasan, jika
memungkinkan.
3. Pahami situasi yang membuat ansietas.
4. Dengarkan dengan penuh perhatian.
5. Gunakan pendekatan yang tenang dan meyakinkan.
6. Tempatkan barang pribadi yang memberikan
kenyamanan.
7. Motivasi mengidentifikasi situasi yang memicu
kecemasan.
8. Diskusikan perencanaan realistis tentang peristiwa
yang akan datang.

Edukasi :
1. Jelaskan prosedur, termasuk sensasi yang mungkin
dialami.
2. Informasikan secara faktual mengenai diagnosis,
pengobatan, dan prognosis.
3. Anjurkan keluarga tetap bersama pasien, jika perlu
4. Anjurkan untuk melakukan kegiatan yang tidak
kompetitif, sesuai kebutuhan.
5. Anjurkan mengungkapkan perasaan dan persepsi
6. Latih kegiatan pengalihan untuk mengurangi
ketegangan.
7. Latih penggunaan mekanisme pertahanan diri yang
tepat
8. Latih teknik relaksasi

Kolaborasi :
1. Kolaborasi pemberian obat anti ansietas, jika perlu.
Definisi Teknik relaksasi dengan pembentukan imajinasi
individu dengan menggunakan semua indera melalui
pemrosesan kognitif untuk mengurangi stress.
Tindakan Observasi :
1. Identifikasi masalah yang dialami

Terapeutik :
1. Buat kontrak dengan pasien
2. Ciptakan ruangan yang tenang dan nyaman

Edukasi :
1. Anjurkan mendengarkan musik yang lembut atau
musik yang disukai
2. Anjurkan berdoa, berzikir, membaca kitab suci,
ibadah sesuai agama yang dianut
3. Anjurkan melakukan teknik menenangkan hingga
perasaan menjadi tenang

C. Standar Luaran Keperawatan Indonesia (PPNI, 2018).


Ansietas Halaman 154
Luaran Utama Tingkat ansietas

Luaran Tambahan -Dukungan Sosial


-Harga diri
-Kesadaran Diri
-Kontrol diri
-Proses informasi
-Status kognitif
-Tingkat agitasi
-Tingkat pengetahuan
Tingkat Ansietas L.09093 Halaman 132

Definisi : kondisi emosi dan pengalaman subjektif terhadap objek yang tidak jelas dan spesifik akibat antisipasi bahaya yang
memungkinkan individu melakukan tindakan untuk menghadapi ancaman.

Ekspektasi : Menurun

Kriteria Hasil:

Meningkat Cukup Meningkat Sedang Cukup Menurun Menurun

1. Verbalisasi kebingungan

1 2 3 4 5

2. Verbalisasi khawatir akibat kondisi yang dihadapi

1 2 3 4 5

3. Perilaku gelisah

1 2 3 4 5

4. Perilaku tegang

1 2 3 4 5

Memburuk Cukup Memburuk Sedang Cukup Membaik Membaik

1 Konsentrasi

  1 2 3 4 5
2 Pola tidur

  1 2 3 4 5
BAB 3
Literature Review / Jurnal
3.1 Literature Review
1. Menurut (Yuniartika, Santi and Azizah S, 2019).
Judul: Pernurunan Kecemasan Pada Pasien Skizofrenia di Rumah Sakit Jiwa
Menggunakan Terapi Musik
Penulis: Wachidah Yuniartika, Catur Novita Santi, Nur Azizah S.
Abstrak: Pada pasien skizofrenia akan mengalami gangguan alam perasaan yang
ditandai ketakutan yang mendalam dan berkelanjutan, sehingga dapat terjadi
gangguan dalam menilai kenyataan, kepribadian penuh, perilaku dapat terganggu
namun masih dalam batas normal, ini menandakan bahwa mereka mengalami
gelaja cemas. Salah satu terapi nonfarmakologi yang efektif adalah
mendengarkan musik. Musik memiliki kekuatan untuk mengobati penyakit dan
meningkatkan kemampuan pikiran seseorang. Tujuan Mengetahui efektifitas
terapi musik pada pasien skizofrenia sebagai alat mengurangi kecemasan Metode
penelitian ini adalah kuantitatif dengan metode quasi experiment dengan
pretestpostest with control group. Penelitian ini dilaksanakan di Rumah sakit jiwa
daerah Surakarta pada bulan Desember 2017. Populasi penelitian pasien
Skizofrenia tanpa komplikasi berjumlah 42 di RSJD Surakarta berjenis kelamin
laki-laki. Cara pengambilan sampel dengan cara purposive sampling, dengan
Kriteria inklusi: Pasien skizofrenia yang mengalami cemas ringan dan sedang,
Umur 20-35 tahun, lama sakit lebih dari 2 tahun. Dengan menggunakan rumus
slovin ditetapkan sampel perlakuan 19 kontrol 19 responden. Instrumen untuk
mengetahui tingkat kecemasan dengan Hamilton Rating Scale For Anxiety
(HARS), Terapi music menggunakan music klasik yang tenang. Hasil penelitian
pada kelompok intervensi kecemasan sebelum intervensi berada dalam kategori
kecemasan ringan dengan nilai rata-rata 18.05, setelah diberikan terapi musik
terdapat penurunan kecemasan dengan nilai rata-rata 10.32 dalam katagori tidak
cemas dengan selisih penurunan 7.73 dan P value 0.001. Sedangkan pada
kelompok kontrol P value 0.162. Kesimpulan, Pemberian terapi musik efektif
menurunkan kecemasan secara bermakna.
2. Menurut (Sari, 2020).
Judul: Analisis Dampak Pandemi Covid- 19 Terhadap Kecemasan Masyarakat :
Literature Review
Penulis: Irda Sari
Abstrak: Tujuan dari penelitian ini adalah menganalisis dampak Covid 19
pandemi kecemasan di masyarakat. Penelitian ini menggunakan studi literature
review metode pengumpulan, identifikasi, evaluasi dampak pandemi Covid-19
tentang kecemasan publik. Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini
adalah data sekunder sumber, dimana datanya diperoleh melalui Pubmed dan
Google ulama digunakan untuk mencari jurnal yang relevan. Jurnal yang
diperoleh dipilih berdasarkan judul yang dibuat oleh penulis. Penulis menemukan
15 jurnal yang telah diringkas menjadi 5 jurnal yang mewakili semua jurnal
dengan pendapat yang sama. Hasil yang diperoleh adalah adanya pengaruh
dominan antara umur, status keluarga, perlindungan diri peralatan dan
pengetahuan tentang kecemasan di masyarakat, kecemasan yang dimilikinya
beberapa jenis, yaitu kecemasan umum, kecemasan gangguan panik, sosial
kecemasan, dan kecemasan obsesif. Selama pandemi Covid-19 itu bisa
menyebabkan Gangguan Kecemasan (Anxiety) pada masyarakat yang sedang
ditandai dengan gangguan tidur yang sangat berisiko untuk dilakukan bunuh diri,
gelisah, sesak napas, otot tegang, panik membeli, dan Risiko kesehatan mental
gangguan obsesif kompulsif (OCD). Karena itu, orang harus memperbaiki
gangguan tidur, cek berdasarkan berita fakta yang valid dan reliabel,
merefleksikan diri, dan memiliki psikososial pengetahuan.
Lampiran Literature Review Jurnal 1

PERNURUNAN KECEMASAN PADA PASIEN SKIZOFRENIA DI


RUMAH SAKIT JIWA MENGGUNAKAN TERAPI MUSIK

Wachidah Yuniartika, Catur Novita Santi, Nur Azizah S.


Departemen Keperawatan Jiwa dan Komunitas, Program Studi Keperawatan, Fakultas Ilmu
Kesehatan, Universitas muhammadiyah Surakarta Indonesia. Mahasiswa Program studi
keperawatan, Fakultas Ilmu Kesehatan, Universitas Muhammadiyah Surakarta Indonesia
E-mail: wachidah.yuniartika@ums.ac.id

INFO ARTIKEL :
Riwayat Artikel :
Diterima : 11 Desember 2018
Disetujui : 5 Januari 2019
Kata Kunci : Kecemasan, Skizofrenia, Terapi Musik

ABSTRAK
Latar belakang : Pada pasien skizofrenia akan mengalami gangguan alam perasaan yang
ditandai ketakutan yang mendalam dan berkelanjutan, sehingga dapat terjadi gangguan
dalam menilai kenyataan, kepribadian penuh, perilaku dapat terganggu namun masih
dalam batas normal, ini menandakan bahwa mereka mengalami gelaja cemas. Salah satu
terapi nonfarmakologi yang efektif adalah mendengarkan musik. Musik memiliki
kekuatan untuk mengobati penyakit dan meningkatkan kemampuan pikiran seseorang.
Tujuan : Mengetahui efektifitas terapi musik pada pasien skizofrenia sebagai alat
mengurangi kecemasan.
Metode : penelitian ini adalah kuantitatif dengan metode quasi experiment dengan
pretest- postest with control group. Penelitian ini dilaksanakan di Rumah sakit jiwa
daerah Surakarta pada bulan Desember 2017. Populasi penelitian pasien Skizofrenia
tanpa komplikasi berjumlah 42 di RSJD Surakarta berjenis kelamin laki-laki. Cara
pengambilan sampel dengan cara purposive sampling, dengan Kriteria inklusi: Pasien
skizofrenia yang mengalami cemas ringan dan sedang, Umur 20-35 tahun, lama sakit
lebih dari 2 tahun. Dengan menggunakan rumus slovin ditetapkan sampel perlakuan 19
kontrol 19 responden. Instrumen untuk mengetahui tingkat kecemasan dengan Hamilton
Rating Scale For Anxiety (HARS), Terapi music menggunakan music klasik yang tenang.
Hasil : Hasil penelitian pada kelompok intervensi kecemasan sebelum intervensi
berada dalam kategori kecemasan ringan dengan nilai rata-rata 18.05, setelah diberikan
terapi musik terdapat penurunan kecemasan dengan nilai rata-rata 10.32 dalam katagori
tidak cemas dengan selisih penurunan 7.73 dan P value 0.001. Sedangkan pada kelompok
kontrol P value 0.162.
Kesimpulan : Pemberian terapi musik efektif menurunkan kecemasan secara bermakna.

1. PENDAHULUAN
Gangguan jiwa merupakan salah satu penyakit yang mempunyai kecenderungan
untuk menjadi kronis dan sering disertai dengan adanya penurunan fungsi (disability)
dibidang pekerjaan, hubungan sosial dan kemampuan merawat diri sehingga cenderung
menggantungkan sebagai aspek kehidupannya pada lingkungan sekitar (Keliat et,al.,2005).
World Health Organization (WHO) menyebutkan tahun 2013 penderita skizofrenia 7 per
seribu di dunia dari populasi orang dewasa, khususnya pada sekelompok usia 15-35 tahun.
Skizofrenia mempengaruhi 24 juta orang diseluruh dunia.
Pada pasien skizofrenia akan mengalami gangguan alam perasaan yang ditandai
ketakutan yang mendalam dan berkelanjutan, sehingga dapat terjadi gangguan dalam
menilai kenyataan, kepribadian penuh, perilaku dapat terganggu namun masih dalam
batas normal, ini menandakan bahwa mereka mengalami gelaja cemas (Hawari, 2007).
Dapat disebutkan bahwa pasien skizofrenia mengalami kecemasan dimana gejala
kecemasan sendiri baik berat dan sedang merupakan gangguan dari psikiatri. Penyebab
cemas biasanya takut tidak teriama pada lingkungan tetentu, pernah pengalaman
traumatis, seperti trauma perpisahan, kehilangan atau bencana alam, dan adanya frustasi
kegagalan saat memenuhi kebutuhan (Sadock, et.al.2000).
Pasien Skizofrenia yang mengalami kecemasan dapat diatasi dengan terapi
farmakologi dan nonfarmakologi (Keliat, Wiyono, & Susanti, 2011). Terapi
nonfarmakologi lebih aman digunakan karena tidak menimbulkan efek samping seperti
obat- obatan, karena terapi nonfarmakologi menggunakan proses fisiologis (Zikria, 2012).
Salah satu terapi nonfarmakologi yang efektif adalah mendengarkan musik. Musik
memiliki kekuatan untuk mengobati penyakit dan meningkatkan kemampuan pikiran
seseorang. (Aldridge, 2008) Menurut Djohan (2009) terapi music merupakan sebuah
aktivitas terapeutik yang menggunakan music sebagai media untuk memperbaiki,
memelihara, mengembangkan mental, fisik, dan kesehatan emosi. Penelitian yang
dilakukan oleh Ayu, Arief dan Ulfa (2012) dengan judul efektifitas terapi musik terhadap
tingkat depresi pasien isolasi sosial di Rumah Sakit Jiwa Dr. Amino Gondhohutomo
Semarang, didapatkan hasil bahwa terapi musik efektif terhadap penurunan tingkat
depresi pasien isolasi sosial. Hal ini berarti terapi musik dapat membantu meningkatkan
kesehatan mental pada pasien isolasi sosial.
Tujuan dalam penelitian ini untuk mengetahui efektifitas terapi music dalam
menurunkan kecemasan pada pasien skizofrenia, tujuan khusus

2. METODE
Penelitian ini menggunakkan quasi experiment dengan pretestpostest with
control group. Tempat di Rumah sakit Jiwa Surakarta. waktu penelitian dilaksankan
pada tanggal 10 Desember 2017. Populasi penelitian pasien Skizofrenia tanpa
komplikasi berjumlah 42 di RSJD Surakarta berjenis kelamin laki-laki. Cara pengambilan
sampel dengan cara purposive sampling, dengan Kriteria inklusi: Pasien skizofrenia yang
mengalami cemas ringan dan sedang, Umur 20-35 tahun, lama sakit lebih dari 2 tahun.
Kriteria Eksklusi : Pasien kondisi akut pada waktu penelitian, Tidak dalam terapi medis.
Besar sampel dalam penelitian ini ditentukan dengan rumus Slovin, dengan penetapan
jumlah sampel sejumlah 38 orang, sampel dibagi menjadi dua kelompok masing-masing
terdiri 19 orang untuk kelompok perlakuan dan 19 orang untuk kelompok kontrol.
Tahap Pelaksanaan
Dosen bersama dengan mahasiswa tim peneliti melakukan persamaan persepsi
terlebih dahulu. Setelah itu pasien dilakukan Pretest sesuai dengan criteria inklusi, pasien
yang memenuhi criteria dibagi 2 menjadi kelompok perlakuan dan control, pasien yang
tidak memenuhi kriteria diberikan kepada perawat untuk dilakukan terapi bersama
perawat. Kelompok perlakuan sebanyak 19 pasien dibagi menjadi 2 kelompok untuk
dilakukan terapi musik tiap kelompok secara bergantian, cara pelaksanaan terapi musik
pasien diminta tidur rebahan, rileks, tarik nafas dan hembuskan, setelah itu diminta
mendengarkan music klasik, dengan cara music didengarkan syair dibaca dan dihayati.
Setelah itu 2 minggu kemudian pasien dilakukan posttest. Kelompok control setelah
dilakukan post test baru dilakukan tindakan terapi musik,

3. HASIL DAN PEMBAHASAN


Penelitian ini dilakukan bertujuan untuk mengetahui efektifitas terapi musik sebagai alat
mengurangi kecemasan pada pasien skizofrenia di Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta.
1. Karakteristik Responden
Tabel 1 Distribusi responden berdasarkan usia, pendidikan, dan status perkawinan di
Rumah Sakit Jiwa Daerah surakarta Tahun 2017 (n=36)
No Karakteristik Kelompok Intervensi Kontrol

(N=19) % (N = 19) %

1 Usia
26-30 th 7 36.8 7 36.8
31-35 th 4 21.1 5 26.3
36-40 th 8 42.1 7 36.8

2 Pendidikan
SD 1 5.3 1 5.3
SMP 12 63.2 9 47.4
SMA 6 31.6 9 47.4

3 Status 8 41.2 11 57.9


perkawinan
Menikah 19 57.9 8 42.1

Berdasarkan tabel 1 menunjukkan bahwa pasien Skizofrenia untuk kelompok Intervensi


sebagian besar responden berusia 36-40 tahun (42.1 %), pendidikan SMP (63,2%),
status perkawinan belum menikah (57.9%). Kelompok Kontrol sebagian besar responden
berusia 26-30 th dan 36-40 th (36.8%), pendidikan SMP dan SMA (47.4%), status
perkawinan sudah menikah (57.9%).
2. Kondisi Kecemasan sebelum dilakukan intervensi
Tabel 2 analisis kondisi kecemasan Pasien Skizofrenia Sebelum dilakukan Intervensi di
Rumah sakit jiwa surakarta Tahun 2017 ( N =36)
Kelompok N Mean SD SE P Value

Intervensi 19 18.05 3.787 0.869 0.424


Kontrol 19 18.53 4.718 1.082
Total 36 18.29 4.252 0.975

Tabel 2 menjelaskan bahwa rata-rata kecemasan pada kedua kelompok pasien


Skizofrenia sebelum mendapatkan terapi sebesar 18.29 masuk dalam tingkat cemas
ringan. Maka dapat disimpulkan bahwa kedua kelompok pasien Skizofrenia mengalami
semas ringan sebelum mendapatkan terapi. Pada alpha 0,05 kecemasan pasien
Skizofrenia antara kelompok yang mendapatkan terapi musik dan kontrol setara atau
memiliki varian yang sama (P Value > 0,05).
3. Perubahan Kecemasan sebelum dan sesudah mendapatkan terapi Musik

Tabel 3 Analisis perubahan Depresi pada penderita Diabetes Mellitus sebelum dan
sesudah diberikan intervensi di Rumah sakit jiwa Surakarta Tahun 2017 (N=36).

Berdasarkan tabel 3 terlihat bahwa pasien Skizofrenia yang mengalami kecemasan


mendapatkan terapi music, kecemasan menurun secara bermakna (p value < 0,05) dari
rata-rata skor 18.05 ke skor 10.32 dengan selisih rata- rata 7.73 yaitu dari kondisi
cemas ringan menjadi tidak cemas, sedangkan pada kelompok kontrol kecemasan tidak
ada perubahan ( P Value > 0,05) meskipun nilai rata-rata dari skor 18.53 ke skor 16.16
tetapi nilai P value mencapai 0,162 masih dalam kondisi cemas ringan.
Pembahasan
Pengaruh Terapi Musik terhadap Tingkat Kecemasan
Hasil penelitian menunjukan sebelum diberi perlakuan pada kelompok control dan
intervensi mengalami cemas ringan sebelum mendapatkan terapi dengan P value 0,424 >
0,05, artinya setara atau memiliki varian yang sama.
Setelah dilakukan intervensi didapatkan hasil bahwa pasien Skizofrenia yang
mengalami kecemasan mendapatkan terapi music, dari rata-rata skor 18.05 ke skor 10.32
dengan selisih rata-rata 7.73 yaitu dari kondisi cemas ringan menjadi tidak cemas, Hal
ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan Rosiana, dkk (2017) dalam jurnalnya yang
berjudul Efektivitas terapi musik mozart terhadap penurunan skor Halusinasi
Pendengaran pada Pasien Skizofrenia. Kesimpulan dari penelitian ini yaitu hasil statistik
menunjukkan terdapat perbedaan yang bermakna antara skor halusinasi setelah diberikan
terapi musik klasik Mozart berarti terapi musik klasik Mozart efektif terhadap penurunan
skor halusinasi. Prabowo (2014) bahwa penatalaksanaan pasien dengan skizofrenia dapat
dilakukan dengan 2 cara yaitu terapi farmakologi dan terapi non farmakologi. Salah satu
dari terapi non farmakologi yang efektif yaitu terapi musik klasik Mozart.
Hasil dari analisa data didapatkan hasil bahwa kecemasan pada kelompok
perlakuan menurun secara bermakna dengan P value 0.001 (< 0.05), dibandingkan dengan
kelompok control yang tidak ada penurunan dengan P value 0.162 (> 0.05). Pada
dasarnya, musik dapat bersifat preventif dalam usaha penyembuhan terhadap penderita
yang mengalami sosial emosional maupun mental intelegensy (Suryana, 2012).
Selain itu terapi musik juga merupakan suatu proses yang menggabungkan antara
aspek penyembuhan dengan kondisi dan situasi, fisik/tubuh, emosi, mental, spiritual,
kognitif dan kebutuhan sosial seseorang. Musik juga dapat meningkatkan imunitas tubuh,
suasana yang ditimbulkan oleh musik akan mempengaruhi sistem kerja hormon manusia.
Jika kita mendengar musik yang baik/positif maka hormon yang meningkatkan imunitas
tubuh juga akan berproduksi. Salah satu manfaat musik sebagai terapi adalah self-mastery
yaitu kemampuan untuk mengendalikan diri. (Natalina, 2013), sejalan dengan penelitian
Purnama & Rahmanisa (2016) bahwa terdapat pengaruh musik klasik dalam mengurangi
tingkat kekambuhan penderita skizofrenia di rumah.
Menurut penelitian Gold mengenai efektifitas terapi musik sebagai terapi
tambahan pada pasien skizofrenia. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terapi musik
yang diberikan sebagai terapi tambahan pada perawatan standar dapat membantu
meningkatkan kondisi mental pasien skizofrenia.(Gold, 2005) Penelitian lain juga telah
dilakukan oleh Ulrich,dkk (2007) yaitu menggunakan terapi musik untuk kelompok
pasien skizofrenia, didapatkan hasil bahwa terapi musik dapat mengurangi gejala negatif
dan meningkatkan kontak interpersonal serta meningkatkan kemampuan pasien untuk
beradaptasi dengan lingkungan sosial di masyarakat.

4. PENUTUP
4.1. Kesimpulan
a. Pasien Skizofrenia untuk kelompok
Intervensi sebagian besar responden berusia 36-40 tahun (42.1 %), pendidikan SMP
(63,2%), status perkawinan belum menikah (57.9%). Kelompok Kontrol sebagian besar
responden berusia 26-30 th dan 36-40 th (36.8%), pendidikan SMP dan SMA (47.4%),
status perkawinan sudah menikah (57.9%).
b. Kelompok Perlakuan Rata-rata kecemasan menurun dari kondisi cemas ringan menjadi
tidak cemas.

4.2. Saran
Berdasarkan penelitian tersebut diharapkan kepada perawat Rumah sakit melakukan
terapi music sebagai intervensi awal jika ada pasien yang mengalami cemas ringan
DAFTAR PUSTAKA
Lampiran Literature Review Jurnal 2
DAFTAR PUSTAKA

AH. Yusuf (2015) Buku Ajar Keperawatan Kesehatan Jiwa. Jakarta Selatan: Jagakarsa.
Eko Prabowo (2014) Asuhan Keperawatan Jiwa. Jogjakarta: Nuha Medika.
Hawari, D. (2008) Manajemen Stress Cemas dan Depresi. Jakarta: Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia.
Kholil Lur Rochman (2010) Kesehatan Mental. Purwokerto: Fajar Medika.
Kusumawati, F. and Hartono, Y. (2010) Buku Ajar Keperawatan Jiwa. pertama. Jakarta:
Salemba Medika.
NANDA (2015) Diagnosis Keperawatan. 10th edn. Jakarta: PENERBIT BUKU
KEDOKTERAN EGC.
Nurhalimah (2017) Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Masalah Psikososial
Kecemasan, Gangguan Citra Tubuh Dan Kehilangan. Edited by Tjahyanti.
Surabaya: AIPVIKI.
PPNI (2016) Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI). Jakarta: DPP PPNI.
PPNI (2018a) Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI). 1st edn. Jakarta: DPP
PPNI.
PPNI (2018b) Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI). 1st edn. Jakarta: DPP
PPNI.
Sari, I. (2020) ‘Analisis Dampak Pandemi Covid- 19 Terhadap Kecemasan Masyarakat :
Literature Review’, Bina generasi ; jurnal kesehatan, 1(1).
Yuniartika, W., Santi, C. N. and Azizah S, N. (2019) ‘Penurunan Kecemasan pada Pasien
Skizofrenia di Rumah Sakit Jiwa Menggunakan Terapi Musik’, Jurnal Penelitian
dan Pengabdian Kepada Masyarakat UNSIQ, 6(1), pp. 26–30. doi:
10.32699/ppkm.v6i1.496.

Anda mungkin juga menyukai