Anda di halaman 1dari 17

KONSEP KELUARGA SEJAHTERA

Makalah ini disusun guna memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan Keluarga

Dosen Pengampu: Ns. Nourmayansa Vidya Anggraini, S.Kep., M.Kep.,


Sp.Kep.Kom

Disusun Oleh:

Dinda Triananda 1710711089

Sherin Alinda Zulfa 1710711095

Jesica Rachel Meliala 1710711098

Arlia Fika Damayanti 1710711099

RismayantiSaleha 1710711100

Siti Nurazizah Puspa Tanya 1710711112

Peren Dita Sanli 1710711131

Rizka Yusriyah 1710711143

Mugia Saida Daruini 1710711145

PROGRAM STUDI S1 ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” JAKARTA

2020
I. Konsep Keluarga Sejahtera
A. Definisi Keluarga Sejahtera
Konsep kesejahteraan tidak dapat dipisahkan dari konsep
kemiskinan. Keluarga sejahtera dapat didefinisikan sebagai keluarga
yang tidak miskin. Menurut Sunarti tahun 2006, keluarga sejahtera
adalah bagian keluarga berkualitas. Dalam Undang-Undang republik
Indonesia Nomor 52 Tahun 2009 tentang Perkembangan dan
Pembangunan Keluarga, disebutkan bahwa keluarga berkualitas
adalah kelarga yang dibentuk berdasarkan perkawinan yang sah dan
bercirikan sejahtera, sehat, maju, mandiri, memiliki jumlah anak yang
ideal, berwawasan ke depan, bertanggung jawab, harmonis, dan
bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa.
Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional
(BKKBN) merumuskan keluarga sejahtera sebagai keluarga yang
dapat memenuhi kebutuhan anggotanya baik kebutuhan sandang,
pangan, perumahan, sosial, dan agama; keluarga yang mempunyai
keseimbangan antara penghasilan keluarga dengan jumlah anggota
keluarga; keluarga yang dapat memnuhi kebutuhan kesehatan anggota
keluarga, kehidupan bersama dengan masyarakat sekitar, berobadah
khusuk disamping terpenuhinya kebutuhan pokok.

B. Ruang Lingkup Kesejahteraan


Kesejahteraan keluarga juga dapat dibedakan menjadi
kesejahteraan ekonomi (family well-being) yang diukur dari
pemenuhan input keluarga (misalnya diukur dari pendapatan, upah,
asset, dan pengeluaran keluarga ) dan kesejahteraan material (family
material well-being) yang diukur dari berbagai bentuk barang dan jasa
yang diakses oleh keluarga. Pengukuran kesejahteraan material relatif
lebih mudah dan akan menyangkut pemenuhan kebutuhan keluarga
yang berkaitan dengan materi, baik sandang, pangan, dan papan, serta
kebutuhan keluarga yang dapat diukur dengan materi. Secara umum,
pengukuran kesejahteraan material ini dapat dilakukan dengan
mengukur tingkat pendapatan.
a. Kesejahteraan Ekonomi
Kesejahteraan ekonomi dari suatu keluarga biasanya
didefinisikan sebagai tingkat kepuasan atau tingkat pemenuhan
kebutuhan yang diperoleh oleh rumah tangga (Park, 2000).
Sementara itu Lerman (2002) menyoroti keterkaitan status
perkawinan dengan kesejahteraan ekonomi (economic well-being).
b. Kesejahteraan Sosial
Beberapa komponen dari kesejahteraan sosial diantaranya
adalah penghargaan (self esteem) dan dukungan sosial. Menurut
Chess & Thomas, (1987) seperti dikutip Saxton (1990),
penghargaan merupakan pusat pengembangan manusia agar
berfungsi secara optimal, kreatif, produktif, terampil, dan optimis.
Sedangkan dukungan sosial secara luas diketahui sebagai faktor
penting bagi kesejahteraan wanita menikah (Greene & Feld, 1989),
termasuk didalamnya kesejahteraan ibu hamil.
c. Kesejahteraan Psikologi
Kesejahteraan psikologi merupakan fenomena multidimensi
yang terdiri dari fungsi emosi dan fungsi kepuasan hidup (Gauvin
& Spence, 1996). Terdapat tiga dimensi kesejahteraan psikologi
dalam kaitannya dengan peran orangtua yaitu; 1) suasana hati, 2)
tingkat kepuasan, dan 3) arti hidup (Umberson & Gove 1989).
Komponen kesejahteraan psikologi yang paling sering diteliti
dalam kaitannya dengan aspek lain adalah suasana hati, kecemasan,
depresi, harga diri, dan konsep diri (Gauvin & Spence, 1996).

C. Tahapan- Tahapan Keluarga Sejahtera


Berdasarkan kemampuan keluarga untuk pemenuhan kebutuhan
dasar, kebutuhan psikososial, kemampuan memenuhi ekonominya,
dan aktualisasinya di masyarakat, serta memperhatikan perkembangan
Negara Indonesia menuju Negara Industri, maka Negara Indonesia
menginginkan menginginkan terwujudnya keluarga sejahtera. Di
Indinesia keluarga dikelompokkan menjadi 5 tahap yaitu :
1. Keluarga prasejahtera
Yaitu keluarga yang belum dapat
memenuhisalahsatuataulebih 5 kebutuhan dasar(kebutuhan dasar
belum sepenuhnya terpenuhi) yaitu:
a. Melaksanakan ibadah menurut agamanya oleh masing-
masing anggota keluarga.
b. Pada umumnya seluruh anggota keluarga makan dua kali atau
lebih.
c. Seluruh anggota keluarga memiliki pakaian yang berbeda
untuk aktifitas di rumah, bekerja, sekolah, dan berpergian.
d. Lantai rumah terluas bukan lantai tanah.
e. Bila anak dan atau pasangan usia subur ingin KB di bawa ke
sarana kesehatan.

2. Keluarga sejahtera I
Yaitu keluarga-keluarga yang telah dapat memenuhi
kebutuhan dasarnya secara minimal tetapi belum dapat memenuhi
kebutuhan sosial psikologisnya. Pada Keluarga Sejahtera I
kebutuhan dasar sampai dengan 5 telah terpenuhi namun
kebutuhan sosial psikologisnya belum terpenuhi yaitu:
a. Anggota keluarga melaksanakan ibadah secar teratur.
b. Paling kurang sekali seminggu, keluarga menyediakan
daging/ikan/telur.
c. Seluruh anggota keluarga memperoleh paling kurang satu stel
pakaian baru pertahun.
d. Luas lantai rumah paling kurang 8 meter panjang untuk tiap
penghuni rumah.
e. Seluruh anggota keluarga dalam 3 bulan terakhir dalam
keadaan sehat.
f. Paling kurang satu anggota keluarga 15 tahun keatas
berpenghuni tetap.
g. Seluruh anggota keluarga yang berumur 10-60 tahun bisa
baca tulis huruf latin.
h. Seluruh anak berusia 5-15 tahun bersekolah saat ini.
i. Bila anak hidup 2 atau lebih, keluarga yang masih pasangan
usia subur memakai KB.
j. Kontrasepsi (kecuali sedang hamil).

3. Keluarga sejahtera II
Yaitu keluarga-keluarga yang disamping telah dapat
memenuhi kebutuhan dasarnya, juga telah dapat memenuhi
kebutuhan psikologisnya, tetapi belum dapat memenuhi
kebutuhan pengembangannya, seperti kebutuhan untuk menabung
dan memperoleh informasi. Pada Keluarga Sejahtera II,
kebutuhan fisik dan sosial psikologis telah terpenuhi (1 s/d 14
terpenuhi), namun kebutuhan pengembangan belum sepenuhnya
terpenuhi anatara lain :
a. Mempunyai upaya untuk meningkatkan pengetahuan agama.
b. Sebagian dari penghasilan dapat disisikan untuk tabungan
keluarga.
c. Biasanya makan bersama paling kurang sekali sehari dan
kesempatan itu dapat dimanfaatkan untuk berkomunikasi
antar anggota keluarga.
d. Ikut serta dalam kegiatan masyarakat di lingkungan tempat
tinggalnya
e. Mengadakan rekreasi bersama di luar rumah oaling kurang 1
X / 6 bulan.
f. Dapat memperoleh berita dari surat kabar / radio / TV /
majalah.
g. Anggota keluarga mampu menggunakkan sarana transportasi
sesuai kondisi daerah.
4. Keluarga sejahtera III
Yaitu keluarga-keluarga yang telah dapat memenuhi seluruh
kebutuhan dasar, sosial psikologis, dan pengembangan
keluarganya, tetapi belum dapat memberikan sumbangan yanag
teratur bagi masyarakat, seperti sumbangan materi, dan berperan
aktif dalam kegiatan kemasyarakatan. Pada Keluarga Sejahtera
III, kebutuhan fisik, sosial psikologis dan pengembangan telah
terpenuhi (1 s/d 21 terpenuhi), namun kepeduliaan sosial belum
terpenuhi yaitu:
a. Secara teratur atau pada waktu tertentu dengan sukarela
memberikan sumbangan bagi kegiatan sosial masyarakat
dalam bentuk materil.
b. Kepala keluarga atau anggota keluarga aktif sebagai
pengururs perkumpulan / yayasan / institusi masyarakat.

5. Keluarga sejahtera III plus


Yaitu keluarga-keluarga yang telah dapat memenuhi seluruh
kebutuhan dasar, sosial psikologis dan pengembangannya telah
terpenuhi serta memiliki kepeduliaan sosial yang tinggi (1 s/d 23
terpenuhi).
Menurut BKKBN (1999), tahapan keluarga dapat diukur
berdasarkan tingkat kesejahteraanya, yaitu sebagai berikut :

a. Keluarga prasejahtera
Yaitu keluarga-keluarga yang belum dapat memenuhi
kebutuhan dasar (basic needs) secara minimal, seperti
kebutuhan akan pengajaran, agama, pangan sandang, papan
dan kesehatan
b. Keluarga sejahtera tahap I
Yaitu keluarga-keluarga yang telah dapat memenuhi
kebutuhan dasarnya secara minimal, tetapi belum dapat
memenuhi keseluruhan kebutuhan sosial psikologis (social
psychologicalneed), seperti kebutuhan terhadap pendidikan,
keluarga berencana, interaksi dalam keluarga, interaksi
dengan lingkungan terhadap tempat tinggal, dan transportasi
c. Keuarga sejahtera tahap II
Yaitu keluarga-keluarga yang telah dapat memenuhi
kebutuhan dasar dan seluruh kebutuhan psikologis, tetapi
belum dapat memenuhi keseluruhan kebutuhan
perkembangannya (developmental needs), seperti kebutuhan
untuk menabung dan memperoleh informasi
d. Keluarga sejahtera tahap III
Yaitu keluarga-keluarga yang telah dapat memenuhi
seluruh kebutuhan dasar, krbutuhan sosial-psikologis, dan
kebutuhan perkembangan, namun belum dapat memberikan
sumbanagan (kontribusi) yang maksimal terhadap
masyarakat. Misalnya, secara teratur (waktu tertentu)
memberikan sumbangan dalam bentuk material dan keuangan
untuk kepentingan sosial kemasyarakatan serta berperan serta
secara aktif dengan menjadi pengurus lembaga
kemasyarakatan atau yayasan-yayasan sosial, keagamaan,
kesenian, olahraga, pendidikan dan sebagainya.
e. Keluarga sejahtera tahap III plus
Yaitu keluarga-keluarga yang telah dapat memenuhi
seluruh kebutuhannya, baik yang bersifat dasar, sosial
psikologis, maupun yang bersifat pengembangan serta dapat
pula memberikan sumbangan yang nyata dan berkelanjutan
bagi masyarakat.
f. Keluarga Miskin
BKKBN mendefinisikan Kemiskinan adalah keluarga
miskin prasejahtera tidak dapat melaksanakan ibadah
menurut agamanya, tidak mampu makan 2 kali sehari, tidak
memiliki pakaian berbeda untuk dirumah, bekerja dan
bepergian, bagian terluas rumah berlantai tanah dan tidak
mampu membawa anggota keluarga ke sarana kesehatan.
Pengertian keluarga miskin ini didefinisikan lebih lanjut
menjadi :
1) Paling kurang sekali sekali seminggu keluarga makan
daging atau ikanatau telur.
2) Setahun sekali seluruh anggota keluarga memperoleh
paling kurang satu stel pakaian baru.
3) luas lantai rumah paling kurang 8 m2 untuk tiap
penghuni.

D. Indikator – Indikator Keluarga Sejahtera


1. Enam Indikator tahapan Keluarga Sejahtera I (KS I) atau
indikator ”kebutuhan dasar keluarga” (basic needs), dari 21
indikator keluarga sejahtera yaitu:
a. Pada umumnya anggota keluarga makan dua kali sehari
atau lebih. Pengertian makan adalah makan menurut
pengertian dan kebiasaan masyarakat setempat, seperti makan
nasi bagi mereka yang biasa makan nasi sebagai makanan
pokoknya (staple food), atau seperti makan sagu bagi mereka
yang biasa makan sagu dan sebagainya
b. Anggota keluarga memiliki pakaian yang berbeda untuk
di rumah, bekerja/sekolah dan bepergian. Pengertian
pakaian yang berbeda adalah pemilikan pakaian yang tidak
hanya satu pasang, sehingga tidak terpaksa harus memakai
pakaian yang sama dalam kegiatan hidup yang berbeda beda.
Misalnya pakaian untuk di rumah (untuk tidur atau
beristirahat di rumah) lain dengan pakaian untuk ke sekolah
atau untuk bekerja (ke sawah, ke kantor, berjualan dan
sebagainya) dan lain pula dengan pakaian untuk bepergian
(seperti menghadiri undangan perkawinan, piknik, ke rumah
ibadah dan sebagainya).
c. Rumah yang ditempati keluarga mempunyai atap, lantai
dan dinding yang baik. Pengertian Rumah yang ditempati
keluarga ini adalah keadaan rumah tinggal keluarga
mempunyai atap, lantai dan dinding dalam kondisi yang
layak ditempati, baik dari segi perlindungan maupun dari segi
kesehatan.
d. Bila ada anggota keluarga sakit dibawa ke sarana
kesehatan. Pengertian sarana kesehatan adalah sarana
kesehatan modern, seperti Rumah Sakit, Puskesmas,
Puskesmas Pembantu, Balai Pengobatan, Apotek, Posyandu,
Poliklinik, Bidan Desa dan sebagainya, yang memberikan
obat obatan yang diproduksi secara modern dan telah
mendapat izin peredaran dari instansi yang berwenang
(Departemen Kesehatan/Badan POM).
e. Bila pasangan usia subur ingin ber KB pergi ke sarana
pelayanan kontrasepsi. Pengertian Sarana Pelayanan
Kontrasepsi adalah sarana atau tempat pelayanan KB, seperti
Rumah Sakit, Puskesmas, Puskesmas Pembantu, Balai
Pengobatan, Apotek, Posyandu, Poliklinik, Dokter Swasta,
Bidan Desa dan sebagainya, yang memberikan pelayanan KB
dengan alat kontrasepsi modern, seperti IUD, MOW, MOP,
Kondom, Implan, Suntikan dan Pil, kepada pasangan usia
subur yang membutuhkan. (Hanya untuk keluarga yang
berstatus Pasangan Usia Subur).
f. Semua anak umur 7-15 tahun dalam keluarga
bersekolah. 21 Pengertian Semua anak umur 7-15 tahun
adalah semua anak 7-15 tahun dari keluarga (jika keluarga
mempunyai anak 7-15 tahun), yang harus mengikuti wajib
belajar 9 tahun. Bersekolah diartikan anak usia 7- 15 tahun di
keluarga itu terdaftar dan aktif bersekolah setingkat
SD/sederajat SD atau setingkat SLTP/sederajat SLTP.
2. Delapan indikator Keluarga Sejahtera II (KS II) atau
indikator ”kebutuhan psikologis” (psychological needs)
keluarga, dari 21 indikator keluarga sejahtera yaitu:
a. Pada umumnya anggota keluarga melaksanakan ibadah
sesuai dengan agama dan kepercayaan masing-masing.
Pengertian anggota keluarga melaksanakan ibadah adalah
kegiatan keluarga untuk melaksanakan ibadah, sesuai dengan
ajaran agama/kepercayaan yang dianut oleh masing masing
keluarga/anggota keluarga. Ibadah tersebut dapat dilakukan
sendiri-sendiri atau bersama sama oleh keluarga di rumah,
atau di tempat tempat yang sesuai dengan ditentukan menurut
ajaran masing masing agama/kepercayaan.
b. Paling kurang sekali seminggu seluruh anggota keluarga
makan daging/ikan/telur. 22 Pengertian makan
daging/ikan/telur adalah memakan daging atau ikan atau
telur, sebagai lauk pada waktu makan untuk melengkapi
keperluan gizi protein. Indikator ini tidak berlaku untuk
keluarga vegetarian
c. Seluruh anggota keluarga memperoleh paling kurang
satu stel pakaian baru dalam setahun. Pengertian pakaian
baru adalah pakaian layak pakai (baru/bekas) yang
merupakan tambahan yang telah dimiliki baik dari membeli
atau dari pemberian pihak lain, yaitu jenis pakaian yang
lazim dipakai sehari hari oleh masyarakat setempat.
d. Luas lantai rumah paling kurang 8 m2 untuk setiap
penghuni rumah. Luas Lantai rumah paling kurang 8 m2
adalah keseluruhan luas lantai rumah, baik tingkat atas,
maupun tingkat bawah, termasuk bagian dapur, kamar mandi,
paviliun, garasi dan gudang yang apabila dibagi dengan
jumlah penghuni rumah diperoleh luas ruang tidak kurang
dari 8 m2.
e. Tiga bulan terakhir keluarga dalam keadaan sehat
sehingga dapat melaksanakan tugas/fungsi masing-
masing. Pengertian Keadaan sehat adalah kondisi kesehatan
seseorang dalam keluarga yang berada dalam batas batas
normal, sehingga yang bersangkutan tidak harus dirawat di
rumah sakit, atau tidak terpaksa harus tinggal di rumah, atau
tidak terpaksa absen bekerja/ke sekolah selama jangka waktu
lebih dari 4 hari. Dengan demikian anggota keluarga tersebut
dapat melaksanakan tugas dan fungsinya sesuai dengan
kedudukan masing masing di dalam keluarga.
f. Ada seorang atau lebih anggota keluarga yang bekerja
untuk memperoleh penghasilan. Pengertian anggota
keluarga yang bekerja untuk memperoleh penghasilan adalah
keluarga yang paling kurang salah seorang anggotanya yang
sudah dewasa memperoleh penghasilan berupa uang atau
barang dari sumber penghasilan yang dipandang layak oleh
masyarakat, yang dapat memenuhi kebutuhan minimal sehari
hari secara terus menerus.
g. Seluruh anggota keluarga umur 10 - 60 tahun bisa baca
tulisan latin. Pengertian anggota keluarga umur 10 - 60
tahun bisa baca tulisan latin adalah anggota keluarga yang
berumur 10 - 60 tahun dalam keluarga dapat membaca tulisan
huruf latin dan sekaligus memahami arti dari kalimat kalimat
dalam tulisan tersebut. Indikator ini tidak berlaku bagi
keluarga yang tidak mempunyai anggota keluarga berumur
10-60 tahun.
h. Pasangan usia subur dengan anak dua atau lebih
menggunakan alat/obat kontrasepsi. Pengertian Pasangan
usia subur dengan anak dua atau lebih menggunakan alat/obat
kontrasepsi adalah keluarga yang masih berstatus Pasangan
Usia Subur dengan jumlah anak dua atau lebih ikut KB
dengan menggunakan salah satu alat kontrasepsi modern,
seperti IUD, Pil, Suntikan, Implan, Kondom, MOP dan
MOW.

3. Lima indikator Keluarga Sejahtera III (KS III) atau


indikator ”kebutuhan pengembangan” (develomental needs),
dari 21 indikator keluarga sejahtera yaitu:
a. Keluarga berupaya meningkatkan pengetahuan agama.
Pengertian keluarga berupaya meningkatkan pengetahuan
agama adalah upaya keluarga untuk meningkatkan
pengetahunan agama mereka masing masing. Misalnya
mendengarkan pengajian, mendatangkan guru mengaji atau
guru agama bagi anak anak, sekolah madrasah bagi anak
anak yang beragama Islam atau sekolah minggu bagi anak
anak yang beragama Kristen.
b. Sebagian penghasilan keluarga ditabung dalam bentuk
uang atau barang. Pengertian sebagian penghasilan
keluarga ditabung dalam bentuk uang atau barang adalah
sebagian penghasilan keluarga yang disisihkan untuk
ditabung baik berupa uang maupun berupa barang (misalnya
dibelikan hewan ternak, sawah, tanah, barang perhiasan,
rumah sewaan dan sebagainya). Tabungan berupa barang,
apabila diuangkan minimal senilai Rp. 500.000,-
c. Kebiasaan keluarga makan bersama paling kurang
seminggu sekali dimanfaatkan untuk berkomunikasi.
Pengertian kebiasaan keluarga makan bersama adalah
kebiasaan seluruh anggota keluarga untuk makan bersama
sama, sehingga waktu sebelum atau 25 sesudah makan dapat
digunakan untuk komunikasi membahas persoalan yang
dihadapi dalam satu minggu atau untuk berkomunikasi dan
bermusyawarah antar seluruh anggota keluarga.
d. Keluarga ikut dalam kegiatan masyarakat di lingkungan
tempat tinggal. Pengertian Keluarga ikut dalam kegiatan
masyarakat di lingkungan tempat tinggal adalah keikutsertaan
seluruh atau sebagian dari anggota keluarga dalam kegiatan
masyarakat di sekitarnya yang bersifat sosial
kemasyarakatan, seperti gotong royong, ronda malam, rapat
RT, arisan, pengajian, kegiatan PKK, kegiatan kesenian, olah
raga dan sebagainya.
e. Keluarga memperoleh informasi dari surat
kabar/majalah/ radio/tv/internet. Pengertian Keluarga
memperoleh informasi dari surat kabar/ majalah/
radio/tv/internet adalah tersedianya kesempatan bagi anggota
keluarga untuk memperoleh akses informasi baik secara
lokal, nasional, regional, maupun internasional, melalui
media cetak (seperti surat kabar, majalah, bulletin) atau
media elektronik (seperti radio, televisi, internet). Media
massa tersebut tidak perlu hanya yang dimiliki atau dibeli
sendiri oleh keluarga yang bersangkutan, tetapi dapat juga
yang dipinjamkan atau dimiliki oleh orang/keluarga lain,
ataupun yang menjadi milik umum/milik bersama.

4. Dua indikator Keluarga Sejahtera III Plus (KS III Plus) atau
indikator ”aktualisasi diri” (self esteem) dari 21 indikator
keluarga, yaitu:
a. Keluarga secara teratur dengan suka rela memberikan
sumbangan materiil untuk kegiatan sosial. Pengertian
Keluarga secara teratur dengan suka rela memberikan
sumbangan materiil untuk kegiatan sosial adalah keluarga
yang memiliki rasa sosial yang besar dengan memberikan
sumbangan materiil secara teratur (waktu tertentu) dan
sukarela, baik dalam bentuk uang maupun barang, bagi
kepentingan masyarakat (seperti untuk anak yatim piatu,
rumah ibadah, yayasan pendidikan, rumah jompo, untuk
membiayai kegiatan kegiatan di tingkat RT/RW/Dusun, Desa
dan sebagainya) dalam hal ini tidak termasuk sumbangan
wajib.
b. Ada anggota keluarga yang aktif sebagai pengurus
perkumpulan sosial/yayasan/ institusi masyarakat.
Pengertian ada anggota keluarga yang aktif sebagai pengurus
perkumpulan sosial/yayasan/ institusi masyarakat adalah
keluarga yang memiliki rasa sosial yang besar dengan
memberikan bantuan tenaga, pikiran dan moral secara terus
menerus untuk kepentingan sosial kemasyarakatan dengan
menjadi pengurus pada berbagai organisasi/kepanitiaan
(seperti pengurus pada yayasan, organisasi adat, kesenian,
olah raga, keagamaan, kepemudaan, institusi masyarakat,
pengurus RT/RW, LKMD/LMD dan sebagainya).

E. Keluarga Miskin
1. Prevalensi Keluarga Miskin di Pulau Besar Indonesia

NO KELOMPOK PULAU 2014 2015 2016 2017

1 Sumatra 21,9% 22,1% 22,4% 22,5%

2 Jawa 54,6% 53,7% 53,4% 52,4%

3 Kalimantan 3,5% 3,5% 3,5% 3,7%

4 Bali & Nusa Tenggara 7,2% 7,7% 7,6% 7,7%

5 Sulawesi 7,4% 7,7% 7,5% 7,9%

6 Maluku & Papua 5,3% 5,3% 5,6% 5,7%

2. Pengertian Keluarga Miskin

Keluarga miskin adalah keluarga yang dibentuk


berdasarkan atas perkawinan yang sah yang tidak mampu
memenuhi kebutuhan dasar hidup material yang layak khususnya
bidang kesehatan, pendidikan, sandang, pangan. Menurut Rhina
(dalam Suprajitno, 2004).

Menurut Susanto (2012) miskin atau kemiskinan


merupakankondisi serba kekurangan dalam memenuhi kebutuhan
hidup sehari-hari agar dapat bertahan untuk hidup. Kebutuhan
mencakup pangan, sandang dan papan dan pelayanan kesehatan
dasar yang tidak dapat dipenuhi secara mandiri oleh individu atau
keluarga.

Pada dasarnya kemiskinan dapat dikelompokkan menjadi tiga


pengertian yaitu:

a. Kemiskinan absolut, yaitu apabila hasil pendapatan berada di


bawah garis kemiskinan, tidak cukup untuk memenuhi
kebutuhan hidup minimum yaitu: pangan, sandang,
kesehatan, papan, dan pendidikan. Kemiskinan ini dapat
dipengaruhi oleh angka fertilitas atau tingkat kelahiran tinggi

b. Kemiskinan relatif, yaitu apabila seseorang yang tergolong


miskin relatif sebenarnya telah hidup di atas garis kemiskinan
tetapi masih berada di bawah kemampuan masyarakat
sekitarnya

c. Kemiskinan kultural, yaitu kemiskinan yang berkaitan erat


dengan sikap seseorang atau sekelompok masyarakat yang
tidak mau berusaha memperbaiki tingkat kehidupannya
sekalipun ada usaha dari pihak lain yang membantunya

3. Indikator Keluarga Miskin Menurut BKKBN Tahun 2000

a. Tidak bisa makan dua kali sehari atau lebih

b. Tidak bisa menyediakan daging/ikan/telur sebagai lauk pauk


paling kurang seminggu sekali
c. Tidak bisa memiliki pakaian yang berbeda untuk setiap
aktifitas

d. Tidak bisa memperoleh pakaian baru minimal satu stel


setahun sekali

e. Bagian terluas lantai rumah dari tanah

f. Luas lantai rumah kurang dari 8 m² untuk setiap penghuni


rumah

g. Tidak ada anggota keluarga yang berusia 15 tahun


mempunyai penghasilan tetap

h. Bila anak sakit/PUS ingin ber-KB tidak bisa ke fasilitas


kesehatan

i. Anak berumur 7-15 tahun tidak bersekolah


DAFTAR PUSTAKA

BKKBN. 2013. Indikator dan Kriteria Keluarga. [Internet]


http://www.bkkbnjatim.go.id/bkkbn-jatim/html/indikasi.htm ( diakses pada
tanggal 27 Januari 2014 ).

https://www.academia.edu/6089728/Makalah_Keluarga_Sejahtera

https://dokumen.tips/documents/makalah-siap-konsep-keluarga-sejahtera1.html

Rostiana, Endang dan Horas Djulius. (2018). Perencanaan dan Pengelolaan


Keuangan Dalam Mewujudkan Keluarga Sejahtera. Yogyakarta: Diandra Kreatif.

Sunarti, Euis. (2006). Indikator Keluarga Sejahtera: Sejarah Pengembangan,


Evaluasi, dan Keberlanjutannya. Bogor: Fakultas Ekologi Manusia IPB.

Susanto, Tantut. 2012. Buku Ajar Keperawatan Keluarga: Aplikasi pda

Praktik Asuhan Keperawatan Keluarga. Jakarta: TIM

Widyawati. Konsep Keluarga Sejahtera dan Keluarga Mandiri. Diakses pada


tanggal 15 Februari 2020. https://www.scribd.com/doc/93613812/KONSEP-
KELUARGA- SEJAHTERA

Anda mungkin juga menyukai