Anda di halaman 1dari 50

HUBUNGAN PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT (PHBS)

RUMAH TANGGA TERHADAP KEJADIAN TIFOID PADA


ANAK UMUR 6 – 12 TAHUN

PROPOSAL PENELITIAN

Di susun Oleh :

Lusinda Pebrian

NIM: 4002200127

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN DHARMA HUSADA
BANDUNG
2020/2021
HUBUNGAN PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT (PHBS)
RUMAH TANGGA TERHADAP KEJADIAN TIFOID PADA
ANAK UMUR 6 – 12 TAHUN

PROPOSAL PENELITIAN

Diajukan untuk Menyelesaikan Pendidikan

Program Studi Sarjana Keperawatan

Di susun Oleh :

Lusinda Pebrian

NIM: 4002200127

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN DHARMA HUSADA
BANDUNG
2020/2021
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kami kemudahan
sehingga kami dapat menyelesaikan proposal penelitian ini dengan tepat waktu.
Tanpa pertolongan-Nya tentunya kami tidak akan sanggup untuk menyelesaikan
proposal penelitian ini dengan baik. Shalawat serta salam semoga terlimpah curahkan
kepada baginda tercinta kita yaitu Nabi Muhammad SAW yang kita nanti – nantikan
syafa’atnya diakhirat nanti.

Kami mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas limpah nikmat sehat-Nya,
baik itu berupa sehat fisik maupun akal pikiran, sehingga kami mampu untuk
menyelesaikan pembuatan proposal penelitian ini sebagai tugas dari mata kuliah
Metodologi Keperawatan dengan judul: “Hubungan Perilaku Hidup Bersih Dan Sehat
(Phbs) Rumah Tangga Terhadap Kejadian Tifoid Pada Anak”

Kami tentu menyadari bahwa proposal penelitian ini masih jauh dari kata
sempurna dan masih banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk
itu, kami mengharapkan kritik serta saran dari pembaca untuk proposal penelitian ini
supaya nantinya dapat menjadi proposal penelitian yang lebih baik lagi. Kemudian
apabila terdapat banyak kesalahan pada makalah ini kami mohon maaf yang sebesar –
besarnya.

Demikian, semoga makalah ini dapat bermanfaat. Terimakasih.

Bandung, Agustus 2021

Penulis

i
DAFTAR ISI

Kata Pengantar..................................................................................................i
Daftar Isi ......................................................................................................ii
Daftar Tabel .....................................................................................................iv
Daftar Bagan.....................................................................................................v
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................1
A. Latar Belakang .....................................................................................1
B. Rumusan Masalah.................................................................................4
C. Tujuan Penelitian..................................................................................4
1. Tujuan Umum..................................................................................4
2. Tujuan Khusus .................................................................................4
D. Manfaat Penelitian ...............................................................................4
1. Manfaat Bagi Instansi Kesehatan…………………………………4
2. Manfaat Bagi Masyarakat…………………………………………4
3. Manfaat Bagi Program Studi Keperawatan ………………………5
4. Manfaat Bagi Peneliti …………………………………………….5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA .....................................................................6


A. Konsep Anak …………………………………………………………6
1. Definisi Anak Usia Sekolah………………………………………..6
2. Tugas Perkembangan Anak………………………………………6

B. Konsep Typoid………………………………………………………..8
1. Pengertian Thypoid……………………………………………….8
2. Etiologi……………………………………………………………8
3. Epidemiologi……………………………………………………. 9
4. Patogenesis……………………………………………………….10
5. Manifestasi Klinis……………………………………………….11

6. Pengembangan Diagnostik……………………………………12
7. Pemeriksaan Penunjang……………………………………….13
a. Uji Widal…………………………………………………..13
b. Pemeriksaan Uji Typhidot…………………………………13

ii
c. Pemeriksaan igM Dipstik…………………………………14
8. Penatalaksanaan……………………………………………….14
a. Farmakologi……………………………………………….14
b. Non Farmakologi………………………………………….15
9. Pencegahan Thypoid Pada Anak………………………………15
C. KONSEP PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT………………16
1. Pengertian Perilaku Hidup Bersih dan Sehat………………….16
2. Pengertian PHBS Rumah Tangga…………………………….16
3. Tujuan PHBS Rumah Tangga………………………………...17
4. Sasaran PHBS Rumah Tangga………………………………..17
5. Manfaat PHBS Bagi Rumah Tangga…………………………18
6. Indikator PHBS Bagi Rumah Tangga…………………………18
a. Tujuh Indikator PHBS di Rumah Tangga…………………19
b. Tiga Indikator Gaya Hidup Sehat………………………….19
BAB III METODE PENELITIAN ..................................................................27
A. Kerangka Konseptual ...........................................................................28
B. Penjelasan Kerangka Konsep…………………………………………28
C. Hipotesis Penelitian…………………………………………………...28
D. Variabel Penelitian……………………………………………………28
E. Definisi Operasional…………………………………………………..29
F. Rancangan Penelitian…………………………………………………30
G. Instrumen Penelitian…………………………………………………..32
H. Metode Penelitian……………………………………………………..33
I. Teknik Pengolahan Data………………………………………………34
J. Analisa Data…………………………………………………………...36
K. Etika Penelitian………………………………………………………..38
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................52

iii
DAFTAR TABEL
Tabel 1.2 definisi operasional penelitian hubungan perilaku hidup bersih dan sehat
dengan riwayat thypoid pada anak usia 7-14 tahun…………………………35
Tabel 1.3 presentase kategori hasil penelitian………………………………36

iv
DAFTAR BAGAN
Bagan 1.1 Kerangka konsep penelitian perilaku hidup bersih dan sehat dengan
riwayat thypoid pada anak usia 7-12 tahun………………..28

v
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Penyakit menular yang paling sering terjadi di negara berkembang

merupakan penyakit saluran pernafasan dan pencernaan. Salah satu

diantaranya merupakan penyakit thypoid yang berada pada sistem pencernaan

dan dapat menimbulkam gejala terus menerus.Thypoid merupakan penyakit

yang masih edemik di Indonesia, dikarenakan masih berhubungan erat dengan

perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) di masyarakat. Penyakit thypoid ini

termasuk penyakit yang bisa menyerang manusia baik manusia dewasa

ataupun anak-anak, penyakit ini mudah tertular kepada anak-anak yang belum

memenuhi kriteria PHBS yang sering dijumpai, dikarenakan masih kurang

dalam menjaga kebersiham diri dan kebiasaan jajan diluar rumah pada anak

usia 7-14 tahun (Lestari, 2017).

Berdasarkan data WHO pada tahun 2016 secara global setiap tahunnya

terjadi 222.000 kasus thypoid sampai menyebabkan kematian yang terjadi di

negara berpenghasilan rendah dan menengah. Di negara maju seperti Amerika

Serikat thypoid diperkirakan 5.700 kasus (choirudin, 2016). Berdasarkan data

profil kesehatan Indonesia pada tahun 2010 penyakit thypoid menduduki

peringkat ke 3 dengan total kasus sebanyak 41.081 penderita dengan

1
prevalensi laki-laki 19.706 orang, perempuan 21.375 orang dan penderita

yang meninggal sebanyak 274 orang (Lestari,2017).

Di Indonesia, penyakit Demam tifoid bersifat endemik. Penyakit ini

tersebar di seluruh wilayah dengan jumlah yang tidak berbeda jauh antar

daerah. Menurut data WHO, penderita Demam tifoid di Indonesia cenderung

meningkat setiap tahun dengan rata-rata 800 per 100.000 penduduk (Depkes

RI. 2013). Berdasarkan Profil Kesehatan Indonesia tahun 2009 jumlah

kejadian Demam tifoid dan Paratifoid di Rumah Sakit adalah 80.850 kasus

pada penderita rawat inap dan 1.013 diantaranya meninggal dunia. Sedangkan

pada tahun 2010 penderita demam tifoid dan para tifoid sejumlah 41.081

kasus pada penderita rawat inap dan jumlah pasien meninggal dunia sebanyak

276 jiwa (Depkes RI, 2010:57).

Berdasarkan penelitian Cyrus H. Simanjuntak di provinsi Jawa Barat

pada tahun 2009, insidens rate demam typhoid pada masyarakat di daerah

semi urban adalah 357,6 per 100.000 penduduk per tahun. Insiden demam

typhoid bervariasi di tiap daerah dan biasanya terkait dengan sanitasi

lingkungan; di daerah Jawa Barat, terdapat 157 kasus per 100.000 peduduk

sedangkan di daerah urban ditemukan 760-810 per 100.000 penduduk

(Simajuntak,C.H, 2009).

Penyakit thypoid disebabkan oleh salmonella thypi, penyakit ini sangat

erat keterkaitanya dengan dengan lingkungan yang kumuh dan tempat umum.

Penderita cenderung tidak memperhatikan perilaku hidup sehat seperti

2
mencuci tangan sebelum makan dan sering membeli makanan di luar rumah

yang secara tidak lansung terkontaminasi oleh bakteri salmonella thypi.

Penyakit thypoid dapat menular melalui makanan dan minuman yang

terkontaminasi yang bersumber dari tinja manusian,lalat,hama,air tercemar

(Malau,2015). Secara garis besar patogenesis penyakit thypoid terdiri dari tiga

proses yaitu proses invasi bakteri salmonella thypi ke dinding sel epil usus,

proses kemampuan hidup dalam makrofag, proses perkembangbiakan dalam

makrofag. Sehingga dalam keadaan ini tubuh mengalami penurunan

kekebalan tubuh maka akan mudah masuknya bakteri salmonella thypi pada

tubuh manusia (Widoyono, 2011 dalam Nuruzzaman & Syahrul, 2016).

Pecegahan penyakit thypoid harus di hubungakan dengan perilaku hidup

bersih dan sehat seperti mejaga pola makan yang higienis serta lingkungan

yang bersih dan nyaman terutama bagi anak-anak yang kurang

memperhatikan kebersihan dan kesehatanya. Cara untuk memperkecil

kemungkinana terserang bakteri salmonella thypi , maka setiap anak-anak

umur 7-12 tahun diharapkan menjaga kebersihan diri sendiri seperti mencuci

tangan sebelum atau sesudah makan, memperhatiakn kualitas makanan dan

minuman yang akan di konsumsi. Berdasarkan uraian uraian di atas maka

peneliti tertarik melakukan penelitian tentang “Perilakau Hidup Bersih Dan

Sehat Dengan Riwayat Thypoid Pada Anak”

3
A. Rumusan Masalah

Rumusan masalah dalam penelitian ini yaitu “apakah ada Hubungan Perilaku

Hidup Bersih Dan Sehat (Phbs) Rumah Tangga Terhadap Kejadian Tifoid

Pada Anak”

B. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Mengidentifikasi hubungan antara Perilaku Hidup Bersih dan Sehat Rumah

Tangga dengan Kejadian Tifoid pada Anak.

2. Tujuan Khusus

a. Mengidentifikasi dan mengetahui gambaran Perilaku Hidup Bersih dan

Sehat (PHBS) Rumah Tangga dengan Kejadian Tifoid Pada Anak.

b. Mengidentifikasi Kejadian Tifoid pada Anak di Provinsi Jawa Barat.

c. Menganalisis hubungan antara Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS)

Rumah Tangga dengan Kejadian Tifoid pada Anak di Provinsi Jawa

Barat.

C. Manfaat Penelitian

1. Bagi Instansi Kesehatan

Penelitian ini dapat digunakan sebagai masukan untuk program kesehatan

dalam mengoptimalkan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS).

2. Bagi Masyarakat

Hasil Penelitian ini dapat digunakan sebagai pengetahuan masyarakat

mengenai pentingnya Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) Rumah

4
Tangga, sehingga dapat mengubah perilaku masyarakat sebagai salah satu

upaya pencegahan primer dalam menanggulangi kejadian Tifoid

3. Bagi Program Studi Ilmu Keperawatan

Data dan hasil yang diperoleh dapat dijadikan tambahan bahan referensi

di perpustakaan Program Studi Ilmu Keperawatan STIKes Dharma

Husada Bandung dan untuk menambah wawasan mahasiswa Program

Studi Ilmu Keperawatan tentang Perilaku Hidup Bersih dan Sehat Rumah

Tangga Dengan Kejadian Tifoid Pada Anak.

4. Bagi Peneliti

Penelitian ini memberikan tambahan pengetahuan dan pengalaman bagi

peneliti mengenai Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) Rumah

Tangga dengan Kejadian Tifoid pada Anak.

5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. KONSEP ANAK

1. Definisi Anak Usia Sekolah

Anak usia sekolah adalah anak yang berada di usia 6-12 tahun,

dimana pengalaman ini inti dari bagi anak di sekolah, periode anak

dianggap mulai bertanggung jawab atas sikap perilaku sendiri yang

berhubungan dengan orang tua, teman sebaya, dan lainnya. Pada masa ini

anak memeperoleh pengetahuan dasar-dasar di sekolah (Wong, 2009).

2. Tugas Perkembangan Anak

Perkembngan anak memiliki tugas yang dimana harus di jalani (Anshoriy,

2009) yaitu:

a) Perkembangan menjadi pribadi yang mandiri, anak harus menjadi

pribadi yang bertanggung jawab untuk melayani atau menjadi pribadi

yang bertanggung jawab untuk melayani atau memenuhi kebutuhan

sendiri yang sesui dengan tingkat kemandirianya.

b) Belajar memberi, berbagi dan memberi kasih sayang, merupakan

kemampuan untuk hidup bermasyarakat yang aman di lingkungan

sekolah.

6
c) Belajar menguasai motorik halus dan kasar, belajar mengkoordinasi

otot-otot halus untuk melakukan perkerjaan menulis, menggambar,

membentuk mading dan lainnya.

d) Anak memiliki otot kasar misalnya berlari, bermain bola, dan olahraga

lainnya.

e) Anak belajar memahami lingkungan fisik dan mengontrol, merupakan

pengenalan terhadap ciri-ciri benda yang ada di sekitarnya,

membandingkan ciri khusus benda yang satu dengan lainnya, mampu

menggolongkan benda, menggunakan secara tepat dan menyesuikan

diri dengan benda tersebut.

f) Mengembangkan pengendalian diri, anak belajar bertingkah laku

sesuai dengan tuntutan masyarakat, dimana mereka belajar untuk

memahami setiap perbuatan mempunyai akibat atau konsekuensi.

g) Memahami kejiwaan orang lain, belajar mengendalikan perasaan dan

emosi.

h) Belajar bergaul dengan anak lain, belajar mengembangkan

berhubungan dengan anak lain yang dapat menghasilkan dampak

tanggapan positif dari anak lain dalam lingkugan sekolah yang lebih

luas dari lingkungan rumah.

i) Mengembangkan perasaan positif dalam hubungan dengan lingkungan,

yaitu mengembangkan perasaan kasih sayang terhadap benda-benda

yang mengembangkan perasaan kasih sayang terhadap benda-benda

7
yang ada di sekitarnya atau dengan anak-anak atau orang-orang yang

berada di sekitarnya.

j) Mengenali budaya daerah masing-masing, yaitu belajar mengenali

bentuk rumah teradisional, mengenal budaya materi di daerahnya

tinggal, mengenal mata pencaharian orang tua dan masyarakatnya dan

belajar ajaran dan tuntunan agama yang dianutnya.

k) Belajar memahami bermacam-macam peran orang dalam masyarakat,

anak akan memahami dalam masyarakat ada perkerjaan yang

dilakukan oleh orang tertentu yang menghasilkan jasa layanan pada

orang lain dan hasil akan dapat memenuhi kebutuhan orang lain.

B. Konsep Thypoid

1. Pengertian Thypoid

Thypoid (Typhoid fever) adalah suatu sindrom sistemik yang

disebabkan oleh bakteri salmonella thyphi. Thypoid merupakan jenis

terbanyak dari salmonelosis. Jenis terbanyak dari demam enterik yaitu

demam paratiroid yang disebabkan oleh S.paratyphi A,S. schottmuelleri

(semula S,paratyphi B), dan S,hirschfeldii (semula S,paratyphi C).

Thypoid memperlihatkan gejalanya lebih berat dibandingkan demam

enterik lainnya (Widagdo, 2011).

3. Etiologi

Penyebab utama dari thypoid adalah bakteri salmonella typhi,

bakteri ini termasuk dalam genus salmonella yang tergolong dalam

8
familia Enterobacteriaceae. Bkateri salmonella sifatnay bergerak,

berbentuk batang, tidak berbentuk spora, tidak berkapsul, gram (-).

Bakteri ini tahan terhadap berbagai bakan kimia, tahan hingga beberapa

hari/minggu pada suhu kamar, tahan terhadap bahan farmasi dan Tinja.

Bakteri salmonella akan mati pada suhu 54.4°C dalam waktu 1 jam, atau

60°Cdalam waktu 15 menit. Bakteri salmonella memiliki antigen O

(somatik), adalah komponen dinding sel dari lipopolisakarida yang stabil

pada panas, dan antigen H (Flagelum) adalah protein yang labikl terhadap

panas. Pada salmonella typhi, salmonella Dublin dan salmonella

hirschfeldii teerdapat Vi yaitu polisakarida kapsul (Widagdo, 2011)

4. Epidemiologi

Demam tifoid menyerang penduduk di semua negara. Demam

tifoid lebih sering terjadi pada anak-anak dan dewasa muda yang

berhubungan dengan daerah berpenghasilan rendah dengan sanitasi yang

buruk. Pada tahun 2000, demam tifoid diperkirakan menyebabkan 21,7

juta penyakit dan 216.000 kematian secara global, dan International

Vaccine Institute memperkirakan bahwa ada 11,9 juta kasus demam tifoid

dan 129.000 kematian pada negara berpenghasilan rendah hingga

menengah pada tahun 2010. Di Amerika Serikat, sekitar 200 hingga 300

kasus Salmonella enterica serotype typhi dilaporkan setiap tahun, dan

sekitar 80% dari kasus ini berasal dari wisatawan yang kembali dari

daerah endemis. Pada era pra-antibiotik, angka kematian adalah 15% atau

9
lebih besar. Namun, angka kematian telah turun menjadi kurang dari 1%

dengan diperkenalkannya antibiotik (Ashurst, Truong, & Woodbury,

2019).

5. Patogenesis

Demam tifoid dapat ditularkan melalui berbagai cara, biasa dikenal

dengan 5F yaitu Food (makanan), Finger (jari tangan/kuku), Fomitus

(muntah), Fly (lalat) dan Feses. Penularan bakteri Salmonella Typhi

penyebab demam tifoid dapat melalui feses dan muntahan dari penderita

tifoid. Makanan dan minuman yang terkontaminasi serta lalat yang

hinggap di makanan yang akan kurang diperhatikan maka bakteri tersebut

dapat mudah masuk dan menyebabkan infeksi (Nuruzzaman & Syahrul,

2016).

Demam tifoid disebabkan oleh bakteri gram negatif Salmonella

Typhi yang bentuknya batang, mempunyai flagella, aerob atau anaerob

fakultatif. Bakteri Salmonella Typhi masuk ke dalam usus halus dengan

diperantarai oleh makanan atau minuman yang terkontaminasi. Jumlah

kuman yang dapat menginfeksi tubuh manusia bervariasi yakni antara

1000 hingga 1.000.000 kuman (Kaur, J., & Jain, S. K., 2012). Kuman

dapat bertahan terhadap asam lambung dan kemudian masuk ke dalam

tubuh melalui mukosa usus pada ileum terminalis dan berkembang biak

(Nelwan R.H.H, 2012).

10
Respon humoral mukosa (IgA) usus yang kurang baik dapat

menyebabkan kuman menembus sel-sel epitel terutama sel M dan

selanjutnya menuju ke lamina propia. Kemudian kuman akan

berkembang biak dan difagosit oleh sel-sel fagosit terutama oleh

makrofag. Kuman dapat bertahan hidup serta dapat berkembang biak di

dalam makrofag dan kemudian dibawa ke Plak Peyer ileum distal dan

kemudian kelenjar getah bening mesenterika. Kuman yang terdapat di

dalam makrofag akan masuk ke dalam sirkulasi darah melalui duktus

toraksikus sehingga mengakibatkan bakterimia pertama yang asimtomatik

(Kaur, J., & Jain, S. K., 2012). Biasanya tidak didapatkan gejala dan

kultur darah biasanya masih memberikan hasil yang negatif. Periode

inkubasi terjadi selama 7 hingga 14 hari (Nelwan R.H.H, 2012).

6. Manifestasi Klinis

Gejala demam tifoid sangat bervariasi, dari gejala ringan yang tidak

memerlukan perawatan hingga gejala berat yang memerlukan perawatan.

Masa inkubasi demam tifoid berlangsung antara 10-14 hari. Pada awal

periode penyakit ini, penderita demam tifoid mengalami demam. Sifat

demam adalah meningkat perlahan- lahan terutama pada sore hingga

malam hari (Widodo, 2014). Pada saat demam tinggi, dapat disertai

dengan gangguan system saraf pusat, seperti kesadaran menurun,

penurunan kesadaran mulai dari apatis sampai koma.

11
Gejala sistemik lain yang menyertai adalah nyeri kepala, malaise,

anoreksia, nausea, myalgia, nyeri perut dan radang tenggorokan. Gejala

gastrointestinal pada kasus demam tifoid sangat bervariasi. Pasien dapat

mengeluh diare, obtipasi, atau optipasi kemudian disusul dengan diare,

lidah tampak kotor dengan warna putih ditengah, hepatomegaly dan

splenomegaly (Sumarno, 2010).

7. Pengembangan Diagnostik

Diagnosis pada penyakit ini ditetapkan berdasarkan atas anamnesis,

pemeriksaan fisik dan penunjang. Keluhan utama berupa badan panas

sudah 1 minggu atau lebih. Panas makin hari makin tinggi ,terutama pada

malam hari,bisa disertai mengigau dan kejang. Anak mungkin mengeluh

sakit perut disertai diare,muntah dan pada anak > 5 tahun biasanya

terdapat konstipasi. Anak juga mengeluh sakit kepala ,tidak mau

makan,dan badan lemas. Pada keadaan lanjut anak bisa mengeluh berak

hitam. Biasanya anak belum memperoleh imunisasi tipa. Temuan dari

pemeriksaan fisik yaitu anak nampak sakit sedang atau berat, kesadaran

apatis, suhu tubuh meningkat, bradikardia relatif, lidah berselaput putih,

bercak merah di dinding dada dan perut, hati teraba membesar. Pada

pemeriksaan hematologi didapatkan anemia normokhrom normositer

disebabkan karena perdarahan usus dan penekanan fungsi sumsum tulang,

jumlah leukosit berkurang tetapi biasanya < 2,500/; bila ada abses jumlah

bisa meningkat sampai 20,000-25,000 dan jumlah trombosit juga

12
menurun. Diagnosis demam tifoid dipastikan bila S. Typhi positif.

Biaqkan darah dalam minggu pertama memperlihatkan salmonella positif

pada 40-60% kasus.

8. Pemeriksaan Penunjang

a. Pemeriksaan Uji Widal

Uji widal dilakukan untuk mendeteksi adanya kuman

Salmonella typhi. Pada uji widal terjadi reaksi aglutinasi antara antigen

kuman S.typhi dengan antibodi yang disebut aglutinin. Antigen yang

digunakan dalam uji widal ini adalah kuman S.typhi yang sudah

dinonaktifkan. Uji widal dimaksudkan untuk menentukan adanya

aglutinin dalam serum penderita tersangka demam tifoid yaitu : a)

Aglutinin O (dari tubuh kuman) b) Aglutinin H (flagella kuman) c)

aglutinin Vi (simpai kuman).

Dari ketiga aglutinin tersebut, hanya aglutinin O dan H yang

digunakan untuk mendiagnosis demam tifoid. Semakin tinggi titer,

semakin tinggi kemungkinan infeksi kuman ini. Pembentukan

aglutinin terjadi pada akhir minggu I demam, kemudian meningkat dan

mencapai puncaknya pada minggu ke IV. Pada fase akut, awalnya

timbul aglutinin O, kemudian diikuti mucul aglutinin H. Pada orang

13
sembuh masih dijumpai aglutinin O setelah 4-6 bulan. Sedangkan

aglutinin H menetap lebih lama 9-12 bulan (Widodo, 2014).

b. Pemeriksaan Uji Typhidot

Uji typhidot dilakukan untuk mendeteksi antibody IgM dan

IgG yang terdapat pada protein membrane luar Salmonella typhi .

Hasil positif didapatkan 2-3 hari setelah infeksi dan dapat

mengidentifikasi secara spesifik antibody IgM dan IgG yang terdapat

dalam antigen Salmonella typhi. Pada kasus reinfeksi, respon imun

sekunder IgG teraktivasi secara berlebihan sehingga IgM sulit

dideteksi. IgG dapat bertahan 2 tahun setelah pendeteksian, sehingga

tidak dapat digunakan untuk membedakan kasus infeksi akut dan kasus

reinfeksi (Widodo, 2014).

c. Permeriksaan IgM Dipstick

Uji ini digunakan untuk mendeteksi antibody IgM spesifik

terhadap S.typhi pada specimen serum. Pemeriksaan ini menggunakan

strip yang mengandung antigen liposakarida S.typhi dan anti IgM

(sebagai control). Pemeriksaan ini mudah dan cepat dapat dilakukan

dalam 1 hari, tanpa memerlukan alat khusus, namun akurasi yang di

dapatkan bila pemeriksaan dilakukan 1 minggu setelah timbulnya

gejala (Widodo et al 2014)

8. Penatalaksanaan

a. Farmakologi

14
a) Choramphenicol, dosis 50 mg/kgBB/hari terbagi dalam 3-4 kali

pemberian, oral,atau Iv selama14 hari.

b) Bila ada kontraindikasi: choramphenicol diberikan ampicilin

dengan dosis 200 mg/kgBB/hari, terbagi dalam 3-4 kali.

Pemberian intravena saat belum dapat minum obat, selama 21

hari, atau amoxcilin dengan dosis 100 mg/kgBB/hari,terbagi 3-4

kali. Pemberian oral/intravena selama 21 hari kontrimoksasol

dengan dosis (tmp) 8 mg/kgBB/hari terbagi dalam 2-3 kali

pemberian oral selama 14 hari.

c) Pada kasus berat, dapat diberi ceftriaxon dengan dosis 50

mg/kgBB/kali dan diberikan 2 kali sehari atau 80 mg/kgBB/hari,

sekali sehari,intravena,selama 5-7 hari.

d) Pada kasus yang diduga mengalami MDR, maka pilihan

antibiotika adalah meropenem , azithromisin, dan fluoroquinolon.

b. Non Farmakologi

a) Bed rest.

b) Diet, diberikan bubur saring kemudian bubur kasar dan akhirnya

nasi sesuai dengan tingkat kesembuhan pasien. Diet berupa

makanan rendah serat.

9. Pencegahan Thypoid Pada Anak

a. Hindari tempat yang tidak sehat

b. Hindari daerah endemis demam tifoid

15
c. Cucilah tangan dengan sabun dan air berish sebelum makan

d. Makanlah makanan bernutrisi lengkap dan seimbang dan masak

sampai suhu 57 °C beberapa menit dan secara merata.

e. Gunakan air yang sudah direbus untuk minum atau gosok gigi.

f. Lalat perlu dicegah agar tidak hinggap dimakanan dan minuman

g. Olahraga yang cukup dan teratur.

h. Ketahui gejala gejala kekambuhan penyakit dan hal yang dilakukan

untuk mengatasi gejala.

i. Tekankan untuk melakukan kontrol sesuai waktu yang ditentukan.

j. Vaksin demam tifoid.

C. KONSEP PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT

1. Pengertian Perilaku Hidup Bersih dan Sehat

Perilaku yang dilakukan seorang untuk mengutamakan

kebersihan, kesehatan, dan berperilaku yang sehat, atas kesadaran

sehingga anggota keluarga dapat menolong dirinya sendiri di bidang

kesehatan dan berperan aktif dalam kegiatan kesehatan di masyarakat

yaitu perilaku hidup bersih dan sehat (Maryunani A. 2014).

Menurut (Notoatmodjo, 2007) salah satu perilaku yang berkaitan

dengan upaya kegiatan seorang untuk meningkatkan kesehatan

berdasarkan kesadaran, sehingga mampu mencegah penyakit serta

berperan aktif dalam mewujudkan lingkungan sehat dangan cara olahraga

16
aktif untuk mewujudkan lingkungan sehat, tidak merokok, istirahat yang

cukup, dan gaya hidup yang positif.

2. Pengertian PHBS Rumah Tangga

PHBS di Rumah Tangga adalah upaya untuk memberdayakan

anggota rumah tangga agar tahu, mau dan mampu melaksanakan perilaku

hidup bersih dan sehat serta berperan aktif dalam gerakan kesehatan di

masyarakat. Rumah tangga merupakan suatu bagian masyarakat terkecil

dimana perubahan perilaku dapat membawa dampak besar dalam

kehidupan dan tingkat kesehatan anggota keluarga didalamnya (Bulletin

Warta, 2009).

3. Tujuan PHBS Rumah Tangga

Menurut Maryunani (2013), tujuan PHBS bagi rumah tangga yaitu:

a. Untuk meningkatkan dukungan dan peran aktif petugas kesehatan,

petugas lintas sektor, media masaa, organisasi masyarakat, LSM, tokoh

masyarakat, tim penggerak PKK dan dunia usaha dalam pembinaan

PHBS di rumah tangga

b. Meningkatkan kemampuan keluarga untuk mendalami gerakan

kesehatan di masyarakat melaksanakan PHBS berperan aktif dlalam

gerakan kesehatan di masyarakat.

3. Sasaran PHBS Rumah Tangga

Menurut Maryunani (2013), sasaran PHBS bagi rumah tangga adalah

seluruh anggota keluarga yaitu:

17
a. Pasangan usia subur

b. Ibu hamil dan ibu menyusui

c. .Anak dan remaja

d. Usia lanjut

e. Pengasuh anak

4. Manfaat PHBS Bagi Rumah Tangga

Menurut Maryunani (2013), manfaat PHBS bagi rumah tangga yaitu:

a. Setiap rumah tangga meningkat kesehatannya dan tidak mudah sakit.

b. Anak tumbuh sehat dan cerdas.

c. Produktivitas kerja anggota keluarga meningkat dengan meningkatnya

kesehatan anggota rumah tangga, maka biaya yang tadinya

dialokasikan untuk kesehatan dapat dialihkan untuk biaya investasi

seperti biaya pendidikan, pemenuhan gizi keluarga dan modal usaha

untuk peningkatan pendapatan keluarga.

5. Indikator PHBS Bagi Rumah Tangga

Menurut Maryunani (2013) ada10 indikator PHBS rumah tangga adalah

sebagai berikut :

a. Persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan.

b. Memberi bayi ASI eksklusif

c. Menimbang bayi dan balita

18
d. Memberantas jentik nyamuk

e. Menggunakan jamban sehat

f. Menggunakan air bersih

g. Mencuci tangan dengan air bersih dan sabun

h. Makan buah dan sayur setiap hari

i. Melakukan aktivitas fisik setiap hari

j. Tidak merokok di dalam rumah

Rumah Tangga Sehat adalah rumah tangga yang memenuhi 7 indikator

PHBS di dan 3 indikator Gaya Hidup Sehat sebagai berikut:

a. Tujuh Indikator PHBS di Rumah Tangga :

1) Persalinan oleh tenaga kesehatan

2) Pemberian ASI Eksklusif

3) Penimbangan balita

4) Cuci tangan dengan air bersih dan sabun

5) Menggunakan air bersih

6) Menggunakan jamban sehat

7) Rumah Bebas Jentik

b. Tiga Indikator Gaya Hidup Sehat

1) Tidak mrokok dalam rumah

2) Melakukan aktifitas fisik setiap hari

3) Makan buah dan sayur setiap hari

19
(Maryunani, 2013)

Indikator adalah petunjuk yang membatasi fokus perhatian suatu

penilaian.

Menurut Maryunani (2013) ada 10 indikator yang dipakai sebagai ukuran

untuk menilai PHBS rumah tangga yaitu :

a. Persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan

Persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan adalah persalinan

adalahpersalinan yang ditolong oleh tenaga kesehatan (bidan, dokter

dan tenaga para medis lainnya). Alasan mengapa setiap persalinan

harus di tolong oleh tenaga kesehatan menurut Maryunani (2013),

setiap persalinan harus di tolong oleh tenaga kesehatan, karena:

1) Tenaga kesehatan merupakan orang yang sudah ahli dalam

membantu persalinan, sehingga keselamatan ibu dan bayi lebih

terjamin.

2) Apabila terdapat kelainan dapat diketahui dan segera di tolong

atau di rujuk ke puskesmas atau rumah sakit.

3) Persalinan yang di tolong oleh tenaga kesehatan menggunakan

peralatan yang aman, bersih dan steril sehinnga mencegah

terjadinya infeksi dan bahaa kesehatan lainnya

b. ASI ekslusif

ASI ekslusif adalah bayi usia 0-6 bulan hanya diberi ASI saja

tanpa memberikan tambahan makanan atau minuman lain.

20
(Maryunani,2013) Menurut Maryunani (2013), keunggulan ASI yang

perlu diketahui oleh setiap ibu dan keluarga yaitu :

1) Mengandung zat gizi sesuai kebutuhan bayi untuk pertumbuhan

dan perkembangan fisik serta kecedasan.

2) Mengandung zat kekebalan.

3) Melindungi bayi dari alergi.

4) Aman danterjamin kebersihan, karenalangsung disusukan kepada

bayi dalam keadaan segar.

5) Tidak akan pernah basi, mempunyai suhu yang tepat dan dapat

diberikan kapan saja dan dimana saja.

6) Membantumemperbaikirefleksmenghisap,menelan,dan pernapasan

bayi.

c. Menimbang balita setiap bulan

Menurut Maryunani (2013) menimbang bayi dan balita adalah

menimbang setiap bulan dan mencatat berat badan dalam Kartu

Menuju Sehat (KMS).

Menurut Maryunani (2013), manfaat penimbangan balita setiap bulan

antara lain adalah:

1) Mengetahui apakah balita tumbuh sehat

2) Mengetahui dan mencegah gangguan pertumbuhan balita

3) Mengetahui balita sakit (demam / batuk / diare)

21
Menurut Maryunani (2013), tanda-tanda balita kurang gizi yaitu:

1) Berat badantidaknaik selam a 3 bulan berturut-turut, badannya

kurus.

2) Mudah sakit.

3) Tampak lesu dan lemas.

4) Mudah menangis dan rewel.

d. Menggunakan Air Bersih

Air adalah kebutuhan dasar yang dipergunakan sehari-hari

untuk minum, memasak mandi, berkumur, membersihkan lantai,

mencuci alat-alat dapur, mencuci pakaian dan sebagainya, agar kita

tidak terkena penyakit atau terhindar sakit. (Maryunani, 2013)

Menurut Maryunani (2013), alasan menggunakan air bersih adalah:

1) Terhindar dari gangguan penyakit seperti diare, kolera, disentri,

typus, kecacingan, penyakit mata, penyakit kulit atau keracunan.

2) Setiap anggota keluarga terpelihara kebersihannya.

e. Mencuci Tangan dengan air bersih dan sabun

Menurut Maryunani (2013), manfaat mencuci tangan yaitu:

1) Membunuh kuman penyakit yang ada di tangan.

2) Mencegah penularan penyakit seperti diare, kolera disentri, typus,

kecacingan, penyakit kulit, Infeksi Saluran Pernapasan Akut

22
(ISPA), flu burung atau Severe Acute Respiratory Syndrome

(SARS).

3) Tangan menjadi bersih dan bebas dari kuman.

f. Menggunakan jamban sehat

Jamban adalah suatu ruangan yang mempunyai fasilitas

pembuangan kotoran manusia yang terdiri atas tempat jongkok atau

tempat duduk dengan leher angsa (cemplung) yang dilengkapi dengan

unit penampungan kotoran dan air untuk membersihkannya. Menurut

Maryunani (2013), jenis- jenis jamban yang digunakan:

1) Jamban cemplung

Adalah jamban yang penampungannya berupa lubang yang

berfungsi menyimpan kotoran/tinja ke dalam tanah dan

mengendapkan kotoran kedasar lubang. Untuk jamban cemplung

diharuskan ada penutup agar tidak berbau.

2) Jamban tangki septik/leher angsa

Adalah jamban berbentuk leher angsa yang penampungannya

berupa tangki septik kedap air yang berfungsi sebagai wadah

proses penguraian / dekomposisi kotoran manusia yang dilengkapi

dengan resapan.

g. Memberantas Jentik di Rumah

Rumah bebas jentik adalah rumah tangga yang setelah

dilakukan pemeriksaan jentik secara berkala tidak terdapat jentik

23
nyamuk. Pemberantasan jentik bermaksud untuk membebaskan rumah

dari jentik- jentik yang dapat yang dapat mengganggu kesehatan.

Pemeriksaan jentik dilakukan secara berkala (PJB). Pemeriksaan jentik

berkala adalah pemeriksaan tempat-tempat perkembangbiakan nyamuk

(tempat-tempat penampungan air) yang ada didalam rumah seperti bak

mandi/WC, vas bunga, tatakan kulkas, dll dan diluar rumah seperti

talang air, alas pot kembang, ketiak daun, lubang pohon pagar bambu,

dan lain-lain yang dilakukan secara teratur, sekali dalam seminggu

(Maryunani, 2013).

Agar rumah menjadi bebas jentik maka perlu dilakukan

Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) dengan cara 3M Plus

(menguras, menutup, mengubur dan menghindari gigitan nyamuk).

PSN merupakan kegiatan memberantas telur, jentik dan kepompong

nyamuk penular berbagai penyakit seperti demam berdarah dengue,

chikungunya, malaria, filariasis (kaki gajah) di tempat-tempat

perkembangannya. Gerakan 3M Plus adalah tiga cara plus yang

dilakukan pada saat PSN yaitu

1) Menguras dan menyikat tempat-tempat penampungan air seperti

bak mandi, tatakan kulkas, tatakan pot kembang dan tempat air

minum burung.

24
2) Menutup rapat-rapat tempat penampungan air seperti lubang bak

kontrol, lubang pohon, lekukan-lekukan yang dapat menampung air

hujan.

3) Mengubur atau menyingkirkan barang-barang bekas yang dapat

menampung air seperti ban bekas, kaleng bekas, plastik-plastik

yang dibuang sembarangan (bekas botol/gelas akua, plastik kresek

dll).

h. Mengkonsumsi sayur dan buah setiap hari

Sayur dan buah-buahan merupakan sumber makanan yang

mengandung gizi lengkap dan sehat. Sayur berwarna hijau merupakan

sumber kaya karoten (provitamin A). Semakin tua warna hijaunya,

maka semakin banyak kandungan karotennya. Kandungan beta karoten

pada sayuran pada sayuran membantu memperlambat proses penuaan

dini, mencegah risiko penyakit kanker, meningkatkan fungsi paru-paru

dan menurunkan komplikasi yang berkaitan dengan Diabetes Mellitus.

Sayuran yang berwarna hijau tua diantaranya adalah kangkung, daun

singkong, daun katuk, daun pepaya, genjer dan daun kelor. Di dalam

sayuran dan buah juga terdapat vitamin yang bekerja sebagai

antioksidan. Antioksidan dalam sayur dan buah bekerja dengan cara

mengikat lalu menghancurkan radikal bebas dan mampu melindungi

tubuh dari reaksi oksidatif yang menghasilkan racun (Maryunani,

2013).

25
Orang yang diharapkan makan sayur dan buah adalah setiap

anggota rumah tangga diharapkan mengkonsumsi minimal 3 porsi

buah dan 2 porsi sayuran atau sebaliknya setiap hari (Maryunani,

2013).

i. Melakukan aktifitas fisik setiap hari

Menurut Maryunani (2013), aktifitas fisik adalah melakukan

pergerakan anggota tubuh yang menyebabkan pengeluaran tenaga

yang sangat penting bagi pemeliharaan kesehatan fisik, mental dan

mempertahankan kualitas hidup agar tetap sehat dan bugar sepanjang

hari.

Aktivitas dilakukan secara bertahap hingga mencapai 30 menit,

jika belum terbiasa dapat dimulai dengan beberapa menit setiap hari

dan ditingkatkan secara bertahap. Lakukan aktivitas fisik sebelum

makan atau 2 jam sesudah makan. Awali aktivitas fisik dengan

pemanasan dan peregangan. Lakukan gerakan ringan dan perlahan

ditingkatkan sampai sedang. Jika sudah terbiasa melakukan aktivitas

tersebut, lakukan secara rutin paling sedikit 30 menit setiap hari.

j. Tidak Merokok

Setiap anggota keluarga tidak boleh merokok di dalam rumah.

Rokok ibarat pabrik bahan kimia. Dalam satu batang rokok yang

dihisap akan dikeluarkan sekitar 4.000 bahan kimia berbahaya,

26
diantaranya yang paling berbahaya adalah nikotin, tar dan carbon

monoksida (CO) ( Maryunani, 2013).

Perokok aktif adalah orang yang mengkonsumsi rokok secara

rutin dengan sekecil apapun walaupun itu cuma 1 batang dalam sehari.

Atau orang yang menghisap rokok walau tidak rutin sekalipun atau

hanya sekedar coba- coba dan cara menghisap rokok cuma sekedar

menghembuskan asap walau tidak dihisap masuk ke dalam paru-paru.

Perokok pasif adalah orang yang bukan perokok tapi menghirup asap

rokok orang lain atau orang yang berada dalam satu ruangan tertutup

dengan orang yang sedang merokok. Rumah merupakan tempat

berlindung, termasuk dari asap rokok. Perokok pasif harus berani

menyuarakan haknya tidak menghirup asap rokok (Maryunanii,

2013).

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

27
A. Keranga Konseptual

B.
Faktor yang mempengaruhi PHBS Perilaku hidup bersih dan
sehat meliputi: Baik
1. Faktor penguat
a. Dukungan orang tua 1. Mencuci tangan dengan
b. Dukungan teman sekolah air bersih dan sabun
c. Dukungan guru 2. Menggunakan air bersih
d. Saran dan prasaran di sekolah 3. Makan buah dan sayur Cukup
2. Faktor pendukung setiap hari
a. Fasilitas 4. Jajan di sembarang
b. Layanan kesehatan tempat
c. Pendapatan keluarga
3. Faktor predisposisi
Buruk
a. Pengetahuan
b. Sikap
c. Keyakinan
d. kepercayaan

Faktor yang mempengaruhi thypoid:


1. Faktor penyebab
a. Bakteri Demam thypoid Pernah
b. Makanan terkontaminasi
2. Faktor manusia Riwayat dengan thypoid
a. Umur
b. Jenis kelamin Tidak
c. Kebiasaan jajan pernah
3. Faktor lingkungan
a. Keadaan lingkungan rumah
Keterangan:
: Diteliti
: Tidak diteliti
Bagan 1.1 Kerangka konsep penelitian perilaku hidup bersih dan sehat dengan
riwayat thypoid pada anak usia 7-12 tahun.
B. Penjelasan Kerangka Konsep

Perilaku hidup bersih dan sehat meliputi: mencuci tangan dengan air

bersih dan sabun, menggunakan air bersih, makan buah dan sayur setiap hari

28
dan jajan di sembarang tempat. Perilaku hidup bersih dan sehat mempunyai

kriteria Baik, Cukup dan Buruk. Perilaku hidup bersih dan sehat dapat

mempengaruhi thypoid. Riwayat dengan thypoid dalam hal ini memiliki Skala

thypoid pernah dan tidak pernah. Faktor yang mempengaruhi hidup bersih dan

sehat ada tiga yaitu: pertama faktor penguat meliputi dukungan keluarga,

dukungan teman. Kedua faktor pendukung meliputi fasilitas, layanan

kesehatan, dan pendapatan orang tua. Ketiga faktor predisposisi meliputi

pengetahuan, sikap, keyakinan,dan kepercayaan.Faktor yang mempengaruhi

thypoid meliputi : faktor penyebab yaitu bakteri dan makanan yang

terkontaminasi. Faktor manusia yaitu Umur, Jenis kelamin, dan Kebiasaan

jajan. Faktor lingkungan yaitu keadaan lingkungan rumah.

C. Hipotesis Penelitian

Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap masalah penelitian

yang kebenaranya akan dibuktikan melalui penelitian (Notoatmojo,2010

dalam hidayat, 2014). dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut :

H 1 : Ada hubungan perilaku hidup bersih dan sehat dengan riwayat thypoid

pada anak usia 7-12 tahun.

D. Variabel Penelitian

Variabel penelitian adalah suatu atribut atau sifat atau nilai dari orang,

obyek atau kegiatan yang mempunyai variasi tertentu yang ditetapkan oleh

29
peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono,

2012).

Pada penelitian ini telah ditentukan 2 Variabel yaitu variabel bebas

atau variabel independent dan variabel terikat atau dependen. 1 Variabel bebas

atau variabel independen merupakan variabel yang mempengaruhi atau yang

menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variabel dependen ( Sugiyono,

2011 ) .

1. Variabel Independen/ Variabel bebas

Variabel bebas atau variabel independen merupakan variabel yang

mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahannya atau timbulnya

variabel dependen (Sugiyono, 2012) pada penelituian ini adalah Perilaku

Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) Rumah Tangga.

2. Variabel Dependen / Variabel tergantung

Variabel terikat atau dependen merupakan variabel yang dipengaruhi atau

yang menjadi akibat, karena adanya variabel bebas (Sugiyono, 2012).

Variabel tergantung pada penelitian ini adalah Kejadian Thyfoid Pada

Anak

D. Definisi Operasional

Definisi operasional adalah mengidentifikasi variabel secara

operasional berdasarkan karakteristik yang diamati, memungkinkan peneliti

untuk melakukan observasi atau pengukuran secara cermat terhadap sesuatu

objek atau fenomena, definisi operasional ditentukan berdasarkan parameter

30
yang disajikan ukuran dalam penelitian. Sedangkan cara pengukuran

merupakan cara dimana variabel dapat diukur dan ditentukan

karakteristiknya (Hidayat, 2010).

Tabel 1.1 definisi operasional penelitian hubungan perilaku hidup bersih dan
sehat dengan riwayat thypoid pada anak usia 7-14 tahun

N Variabel Definisi Parameter Alat ukur skala Skor dan kriteria


o Operasional

1 Variabel Perilaku yang 1. Mencuci Kuesioner O Skala likert


independen : dilakukan seorang tangan R pertanyaan :
perilaku untuk selalu dengan air D Selalu = 4
hidup bersih memperhatikan bersih dan I Sering = 3
dan sehat kebersihan, sabun N Jarang =2
kesehatan dan 2. Menggunakan A Tidak pernah : 1
berperilaku sehat air bersih L
3. Makan buah Kategori :
dan sayur Baik : 41-60
setiap hari Sedang : 21-40
4. Jajan di Buruk :1-20
sembarang (Modifikasi
tempat Arikunto, 2006)

2 Variabel Jenis penyakit Riwayat dengan Kuesioner O Skor :


dependen : sistemik akut yang thypoid R Ya : 2
riwayat disebabkan oleh D Tidak : 1
thypoid pada infeksi salmonella I
anak typhi N Kategori :
A 1. Mengalami
L gejala thypoid
kriteria = 1-15
2. Tidak mengalami
gejala thypoid
kriteria = 16-30
(Saryono &
Anggraeni, 2013)

E. Rancangan Penelitian

Rancangan penelitian adalah sesuatu yang sangat penting dalam

penelitian, memungkinkan pengontrolan maksimal beberapa faktor yang dapat

31
mempengaruhi akurasi suatu hasil. Rancangan juga dapat digunakan peneliti

sebagai petunjuk dalam perencanaan dan pelaksanaan penelitian untuk

mencapai suatu tujuan atau menjawab suatu pertanyaan penelitian (Nursalam,

2017).

Penelitian ini menggunakan metode analitik korelasi adalah cara untuk

mengetahui ada atau tidaknya hubungan variabel, kekuatan antar variabel

dapat di lihat dari nilai koefisien korelasi. Dengan pendekatan cross sectional.

Penelitian cross sectional adalah jenis penelitian yang menekankan waktu

pengukuran / observasi data variabel independen dan dependen hanya satu

kali pada satu saat. Pada jenis ini variabel independen dan dependen dinilai

secara simultan pada suatu saat, jadi tidak ada tindak lanjut (Nursalam, 2017).

1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian pada penelitian ini adalah kuantitatif. Penelitian

kuantitatif adalah data yang dikumpulkan berupa data kuantitatif atau

jenis data lain yang di kuantitatifkan dan diolah menggunakan teknik

statistik (Yusuf Muri, 2016).

2. Pendekatan Waktu Pengumpulan Data

a. Waktu Penelitian

Pembuatan Proposal dilakukan pada bulan Juni 2021- Agustus 2021.

Penelitian dilakukan pada bulan September 2021- Oktober 2021.

b. Tempat Penelitian

32
Lokasi penelitian ini di Kampung Jati Desa Jati Kecamatan

Bojongpicung Kabupaten Cianjur.

3. Populasi dan Sampel Penelitian

a. Populasi

Populasi adalah keseluruhan objek penelitian atau objek yang diteliti

(Notoatmodjo, 2010) Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh anak

yang yang berusia 6 – 12 tahun.

b. Sampel

Sampel merupakan bagian populasi terjangkau yang dapat

dipergunakan sebagai subjek penelitian didapatkan melalui teknik

sampling (Nursalam, 2017). Sampel dalam penelitian ini adalah

sebagian dari anak umur 6 – 12 tahun berjumlah 43 dengan riwayat

thypoid di Kampung Jati Desa Jati Kecamatan Bojongpicung

Kabupaten Cianjur.

Penetapan Sampel dengan menggunakan rumus:


n: N
1 + N (d2)
Keterangan:
N = Besar populasi
n = Besar sampel
d = Tingkat Kepercayaan

F. Instrumen Penelitian

33
Instrumen penelitian merupakan alat yang digunakan untuk

mengumoulkan data (Nursalam, 2017). Instrumen dalam penelitian ini untuk

perilaku hidup bersih dan sehat menggunakan kuesioner. Sedangkan instrumen

dalam penelitian riwayat thypoid pada anak menggunakan kuesiomner.

G. Metode Pengumpulan Data

1. Pengumpulan Data
a. Sumber Data
Sumber data yang digunakan adalah data primer dan data sekunder. Data
primer adalah data yang diperoleh sendiri oleh peniliti dari hasil
pengukuran kuesioner tentang perilaku hidup bersih, sedangkan data
sekunder adalah data yang dibuat dari hasil pendokumentasian di suatu
tempat.
b. Teknik Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan kuesioner
atau daftar pertanyaan yang berisi tentang Perilaku Hidup Bersih dan
Sehat (PHBS) serta kuesioner tentang kejadian Thyfoid.
c. Alat Pengumpulan Data
Alat pengumpulan data yang digunakan adalah kuesioner yang
merupakan alat ukur dengan beberapa pertanyaan (Hidayar, 2010).
2. Prosedur Penelitian
Prosedur penelitian dalam penelitian ini antara lain:
a. Menentukan masalah dan mengajukan judul kepada pembimbing.
b. Menyusun proposal penelitian.
c. Mengurus surat perizinan penelitian dari kampus STIKes Dharma Husada
Bandung ke Dinas kesehatan Cianjur dan ke Kepala Desa Jati.
d. Menjelaskan kepada responden tentang penelitiann yangnakan dilakukan
dan memberikan inform consent.

34
e. Pembagian kuesioner kepada responden penelitian untu di isi semua
daftar pertanyaan yang ada di dalamnya.
f. Pemgambilan kuesioner yang sudah di isi secara lengkap oleh responden.
g. Pengumpulan data dan melakukan analisa data.
h. enyusunan laporan hasil akhir
H. Tekhnik Pengolahan Data
Sistem pengolahan data yang digunakan dalam penelitian ini antara lain:
1. Editing (pemeriksaaan data)
Data yang telah dikumpulkan dioeriksa segera mungkin berkenaan dengan

ketepatan dan kelengkapan jawaban, sehingga memudahkan pengolahan

data selanjutnya.

2. Coding

Coding adalah tahap mengklasifikasikan data atau memberi kode kode

pada setiap data yang termasuk dalam kategori yang sama.

Pemberian kode dalam data umum meliputi :

1) Jenis kelamin

a. Laki-laki : 1

b. Perempuan :2

2) Umur

a. 6-9 tahun : 1

b. 10-12 tahun : 2

3. Scoring (pemeberian scor)

35
Pemberian scor dilakukan setelah ditetapkan kode jawaban dan hasi

observasi sehingga setiap jawaban responden atau hasil observasi dapat

diberikan skor (Suryanto, 2011).

1) Perilaku hidup bersih dan sehat

Scor pada perilaku hidup bersih dan sehat antara lain:

a. Selalu = 4

b. Sering = 3

c. Jarang = 2

d. Tidak pernah = 1

Kriteria pada perilaku hidup bersih dan sehat antara lain:

a. Baik = 41-60

b. Sedang = 21-40

c. Buruk = 1-20

2) Kejadian thypoid pada anak

Scor pada kejadian thypoid anatar lain :

a. Ya : 2

b. Tidak : 1

Kriteria:

a. Mengalami gejala thypoid : skor 1-15


b. Tidak mengalami gejala thypoid : skor 15-30
4. Tabulating

36
Tabulating adalah data yang disajikan peneliti dalam bentuk tabel-tabel

antara lain data dari karakteristik umum responden. Data tentang karakteristik

umum responden dirubah dalam bentuk prosentase dengan rumus:

P=
∑F x 100%
N

Keterangan:

P = presentase

F = Frekuensi variabel

N = Jumlah jawaban yang dikumpulkan

I. Analisa Data
Analisa data dibagi menjadi dua metode yaitu analisa Univariant dan Analisa

Bivariant:

1. Analisa Univariant

Analisa Univariant adalah analisis yang dilakukan tiap variabel dari hasil

penelitian pada umumnya dalam analisis ini hanya menghasilkan distribusi

dan presentase dari setiap variabel tanpa membuat kesimpulan yang berlaku

secara umu (Ghozali, 2011).

Analisa univariant dilakukan dengan rumus sebagai berikut

(Arikunto,2007) .

P = NF x 100%

Keterangan :

P = Presentase kategori

37
F = Frekuensi kategori

N = Jumlah Responden

Hasil penelitian setiap kategori tersebut di deskripsikan dengan

menggunakan kategori sebagai berikut (Arikunto, 2007).

Tabel 1.2 presentase kategori hasil penelitian.

No Presentase Keterangan

1 0% Tidak seorangpun

2 1-25% Sebangian kecil

3 26-49% Hampir setengahnya

4 50% Setengahnya

5 51-74% Hampir seluruhnya

6 75-99% Sebagian besar

7 100% Seluruhnya

2. Analisa Bivariant

Analisa bivariat dilakukan terhadap dua variabel yang diduga berhubungan

atau berkorelasi yang dapat dilakukan dengan penguji stastistik

(Notoatmodjo, 2010). Analisa bivariat dalam penelitian ini bertujuan untuk

menganalisis hubungan perilaku hidup berish dan sehat dengan kejadian

thypoid pada anak usia 6-14 tahun di Kampung Jati Desa Jati Kecamatan

Bojongpicung Kbupaten Ciajur. Berdasarkan acuan tersebut mka

digunakan teknik uji spearman rank test. Perhitungan dengan program

SPPSS 21. Dimana jika p < 0,05 maka H 1diterima dan ada hubungan

38
perilaku hidup bersih dan sehat denga kejadi thypoid, sedangkan jika p>

0,05 maka H 1ditolak atau tidak ada hubungan perilaku hidup berih dan

sehta dengan kejadian thypoid.

J. Etika penelitian

Dalam melakukan penelitian peneliti perlu mendapatkan adanya rekomendasi

dari institusi atau pihak lain dengan mengajukan permohonana izin kepada

institusi atau lembaga terkait tempat penelitian. Peneliti akan di dampingi

asisten peneliti yang telah diberikan penjelasan tujuan dan metode penelitian

untuk menyatukan pperpsepsi yang sama dengan peneliti. Setelah mendapat

persetujuan dari instansi terkait peneliti dapat melakukan penelitian dengan

menekankan etika penelitian antara lain:

1. Informent concent (Lembar persetujuan)

Informent concent merupakan lembar persetujuan yang deiberikan kepada

respon. Sebelum membrikan lembar informent concent peneliti terlebih

dahulu memberikan penejelasan maksud dan tujuan penelitian yang akan

dilakukan.

2. Anonimity (tanpa nama)

Anonimity merupakan memebrikan jaminan kepada responden dengan cara

tidak akan mencatumkan nama dari responden pada lembar pengumpulan

data, tetapi dengan memberikan kode pada masing-masing lembar yang

39
dilakukan oleh peneliti sebelumn lembar pengumpulan data di berikan

kepada responden.

3. Confidentality (kerahasiaan)

Confidentality merupakan jaminan yang diberikan kepada responden

dengan cara informasi yang diberikan responden tersebut hanya akan

diketahui oleh peneliti.

40
DAFTAR PUSTAKA

Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Barat. (2016). Profil Kesehatan Provinsi Jawa Barat
Tahun 2016. Bandung: Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Barat

Adiwiryono, RM. (2010). Pesan Kesehatan :Perilaku Hidup Bersih Dan Sehat
(PHBS) Anak Usia Dini Dalam Kurikulum Dalam Pendidikan Anak Usia
Dini.Jurnal Ilmu Kesehatan Uneversitas Muhammadiyah Prof.Hamka

A.Muri Yusuf. (2014). Metodologi Penelitian Kuantitatif, Kualitatif & Penelitan


Gabungan. Jakarta: Prenadamedia Group

Notoatmojo, (2012).Pendidikan Dan Perilaku Kesehatan.Cetakan 2 Jakarta: pt.


Rineka cipta

Nursalam. (2011). Konsep Dan Penerapan Metoologi Penelitian Ilmu Keperawatan.


Jakarta. Salemba Medika.

Nursalam. (2013). Konsep Dan Penerapan Metoologi Penelitian Ilmu Keperawatan.


Jakarta. Salemba Medika.

Nursalam. (2017). Konsep Dan Penerapan Metoologi Penelitian Ilmu Keperawatan.


Jakarta. Salemba Medika

Sugiyono. (2010). Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, kualitatif,


dan R&D. Bandung: Alfabeta

41
42

Anda mungkin juga menyukai