Anda di halaman 1dari 115

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn.

T DENGAN DIAGNOSA
MEDIS TB PARU DALAM PEMENUHAN KEBUTUHAN
NUTRISI DI RUANG PERAWATAN MULTAZAM 4
RS ALIYAH 3

KARYA TULIS ILMIAH

Di Ajukan Sebaai Salah Satu Syarat Untuk Menyelesaikan Pendidikan


Diploma III Keperawatan Poltekkes Kemenkes Kendari

OLEH :

YUL DEVYA OKTAVIANI


NIM. P00320018050

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLTEKKES KEMENKES KENDARI
JURUSAN KEPERAWATAN
2021

i
ii
iii
SURAT PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN

Saya yang bertanda tangan dibawah ini :

Nama : Yul Devya Oktaviani

NIM : P00320018050

Institusi Pendidikan : Jurusan Keperawatan

Judul KTI : Asuhan Keperawatan Pada Tn. T Dengan Diagnosa Medis


TB Paru Dalam Pemenuhan Kebutuhan Nutrisi Di Ruang
Perawatan Multazam 4 RS Aliyah 3

Menyatakan dengan sebenarnya bahwa Karya Tulis Ilmiah yang saya tulis ini
benar-benar hasil karya saya sendiri, bukan merupakan pengambilalihan tulisan
atau pikiran orang lain yang saya akui sebagai tulisan atau pikiran saya sendiri.
Apabila dikemudian hari dapat dibuktikan bahwa Karya Tulis Ilmiah ini
adalah hasil jiplakan, maka saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan tersebut.

Kendari, 03 Mei 2021


Yang Membuat Surat Pernyataan,

Yul Devya Oktaviani

iv
DAFTAR RIWAYAT HIDUP

A. IDENTITAS

1. Nama Lengkap : Yul Devya Oktaviani

2. Tempat/Tanggal Lahir : Kendari, 29 Oktober 1999

3. Jenis kelamin : Perempuan

4. Agama : Islam

5. Suku/Kebangsaan : Bugis, Muna/Indonesia

6. Alamat : Unaaha

7. No. Telp/Hp : 0822-9718-1911

B. PENDIDIKAN

1. Sekolah Dasar Negeri Tumpas Unaaha Tamat Tahun 2012

2. Sekolah Menengah Pertama Negeri 01 Unaaha Tamat Tahun 2015

3. Sekolah Menengah Atas 01 Unaaha Tamat Tahun 2018

4. Poltekkes Kemenkes Kendari Jurusan Keperawatan Tahun 2018-2021

v
MOTTO

Jangan Ingat Lelahnya Belajar, Tapi Ingat Buah Manisnya

Yang Bisa Dipetik Kelak Ketika Sukses

Tidak Ada Hal Yang Sia-Sia Dalam Belajar Karena Ilmu

Akan Bermanfaat Pada Waktunya

Kegagalan Dan Kesalahan Mengajari Kita Untuk Mengambil

Pelajaran Dan Menjadi Lebih Baik

~ Yul Devya Oktaviani~

vi
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT karena berkat, rahmat
dan karunia-Nya, sehingga saya dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini
dengan judul “Asuhan Keperawatan Pada Tn. T Dengan Diagnosa Medis TB Paru
Dalam Pemenuhan Kebutuhan Nutrisi Di Ruang Perawatan Multazam 4 RS
Aliyah 3”.
Terkhusus ucapan terimakasih kepada kedua orang tuaku tersayang,
Bapakku syarief dan Ibuku Aulia Halami yang selalu memberikan semangat,
motivasi untuk menyelesaikan pendidikan dan dengan doa mereka atas
keberhasilan penulis. Pada kesempatan ini saya ingin mengucapkan terima kasih
yang setinggi-tingginya kepada yang terhormat :
1. Ibu Askrening, SKM.,M.Kes, selaku Direktur Politeknik Kesehatan Kendari.
2. Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Provinsi Sulawesi Tenggara yang
telah memberikan izin penelitian kepada penulis.
3. Kepala Dinas Kesehatan Kota Kendari yang telah memberi izin penelitian
4. Direktur RSU Aliyah III yang telah memberikan izin penelitian Di Ruang
Multazam 4.
5. Bapak Indriono Hadi, S.Kep.,Ns.,M.Kes, selaku Ketua Jurusan Keperawatan
Politeknik Kesehatan Kendari.
6. Ibu Reni Devianti Usman, M.Kep.,Sp.KMB, selaku Sekretaris Jurusan
Keperawatan Politeknik Kesehatan Kendari.
7. Bapak Abd. Syukur Bau, S.Kep.,Ns.,MM selaku pembimbing I dan Ibu Lena
Atoy, SST.,MPH selaku pembimbing II yang telah membimbing saya dengan
sebaik-baiknya demi tercapainya Karya Tulis Ilmiah ini.
8. Ibu Hj. Sitti Rachmi Misbah, S.Kp.,M.Kes, Bapak H. Taamu,
A.Kep.,S.Pd.,M.Kes dan Ibu Hj. Nurjannah, B.Sc.,S.Pd.,M.Kes selaku dosen-
dosen penguji yang telah memberikan arahan dan masukan-masukan sehingga
Karya Tulis Ilmiah ini dapat berjalan dengan sebaik-baiknya.
9. Semua Dosen dan Staf Program Studi DIII Keperawatan Politeknik Kesehatan
Kendari yang telah membantu dan memberikan bimbingan dengan sabar dan
wawasannya serta ilmu yang bermanfaat kepada penulis selama kuliah.

vii
10. Kepada saudaraku satu-satunya Taufik Ismail yang telah memberikan
dorongan dan kasih sayangnya dalam mengerjakan Karya Tulis Ilmiah ini dan
selama penulis kuliah.
11. Kepada saudara Heris yang telah membantu banyak hal, dan memberikan
dukungan sehingga saya bisa mengerjakan KTI ini dengan baik
12. Kepada kakak Ani Lestari, A.Md.Kep yang telah membantu dan
memotivasi dalam penyusunan KTI ini.
13. Kepada sahabatku tersayang Olivia Sri Damayanti, Sindi Widyastuti, Vita
Destiana Sari, Erinda Hestia Ningrum, Iga Aprilia Supu, Sulfitriana, Layli
Fajar Riski, Ayu Wulandari yang selalu membantu dan memberikan
dukungan serta motivasi
14. Tak lupa juga sahabat ku Hilda Meisin Wulandari, Dytia Khoirunnisa, Nining
Susilawati, Alvi Anggun, Betricks Dianasarx, Impriyanti, Alpira Winsi, Sri
Agustin, Pratiwi, Nurul Zeika Wahdaniya, Nurul eika Khoirunnisa dan
teman-teman perawat angkatan 2018.
Semoga Karya Tulis Ilmiah ini dapat bermanfaat dan semoga amal baik
yang telah disumbangkan dari semua pihak selama penyusunan Karya Tulis
Ilmiah ini kiranya mendapat balasan dari Allah SWT, Aamiin.
Kendari, 24 Juni 2021

Penulis

viii
ABSTRAK

Yul Devya Oktaviani, NIM : P00320018050 “Asuhan Keperawatan Pada


Tn. T Dengan Diagnosia Medis TB Paru Dalam Pemenuhan Kebutuhan
Nutrisi Di Ruang Perawatan Multazam 4 RS Aliyah 3”. Dibimbing oleh
Bapak Abd. Syukur Bau, S.Kep.,Ns.,MM dan Ibu Lena Atoy, SST.,MPH. TB
Paru adalah penyakit infeksius, yang terutama menyerang penyakit parenkim
paru. Nama Tuberkulosis berasal dari tuberkel yang berarti tonjolan kecil dan
keras yang terbentuk waktu sistem kekebalan membangun tembok mengelilingi
bakteri dalam paru. TB Paru ini bersifat menahun dan secara khas ditandai oleh
pembentukan granuloma dan menimbulkan nekrosis jaringan. TB paru dapat
diobati dengan antibiotik. Namun berobat saja tanpa memastikan asupan nutrisi
yang baik tetap berisiko membuat penyakit susah sembuh. Pasalnya, tubuh tidak
memiliki cukup energi untuk mampu melawan infeksi tersebut sepenuhnya. Maka
dari itu, harus sebisa mungkin berusaha mencukupi nutrisi untuk TBC dengan
makan sehat seimbang. Dengan menerapkan pola makan sehat, turut membantu
tubuh dalam melawan infeksi dan juga turut menjaga status gizi, sehingga akan
lebih cepat sembuh (Ambarwati, 2019). Berdasarkan data yang diperoleh dari
rekam medik RS Aliyah 3 menunjukan bahwa jumlah penderita TB Paru Di RS
Aliyah 3 pada tahun 2018 yaitu sebanyak orang, tahun 2019 yaitu sebanyak
orang, tahun 2020 yaitu sebanyak orang, dan tahun 2020 sebanyak orang. Studi
kasus ini bertujuan untuk mengetahui penatalaksanaan asuhan keperawatan pada
Tn. T dengan diagnosa medis TB Paru dalam pemenuhan kebutuhan nutrisi Di
Ruang Perawatan Multazam 4 RS Aliyah 3. Desain studi kasus ini adalah
menggunakan desain penelitian deskriptif dengan bentuk penerapan studi kasus
dengan subjek studi kasus menggunakan satu orang pasien sesuai dengan kriteria
inklusi dan eksklusi yang telah ditetapkan. Data diperoleh dengan pengkajian dan
wawancara secara langsung kepada pasien serta dokumen-dokumen yang ada Di
Rumah Sakit.

Kata Kunci : Tuberculosis Paru, Defisit Nutrisi, Manajemen Nutrisi, RS Aliyah 3


Pustaka : 20 (2018-2019)

ix
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ....................................................................................... i


HALAMAN PERSETUJUAN ...................................................................... ii
HALAMAN PENGESAHAN........................................................................iii
HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ............................... iv
RIWAYAT HIDUP ......................................................................................... v
MOTTO ......................................................................................................... vi
KATA PENGANTAR................................................................................... vii
ABSTRAK .................................................................................................... ix
DAFTAR ISI .................................................................................................. x
DAFTAR TABEL ....................................................................................... xii
DAFTAR LAMPIRAN ...............................................................................xiii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ................................................................................. 1


B. Rumusan Masalah ............................................................................ 5
C. Tujuan Studi Kasus .......................................................................... 5
D. Manfaat Studi Kasus ........................................................................ 6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Tentang TB Paru ............................................................... 7
B. Asuhan Keperawatan TB Paru Dengan Pemenuhan
Kebutuhan Nutrisi .......................................................................... 22
C. Tinjauan Tentang Kebutuhan Nutrisi .................................................
BAB III METODE STUDI KASUS
A. Jenis Penelitian Studi Kasus........................................................... 48
B. Subjek Studi Kasus......................................................................... 48
C. Fokus Studi Kasus .......................................................................... 49
D. Definisi Operasional ....................................................................... 49
E. Tempat dan Waktu Studi Kasus ..................................................... 50
F. Pengumpulan Data ......................................................................... 51
G. Penyajian Data................................................................................ 52
H. Etika Studi Kasus ........................................................................... 52

BAB IV HASIL STUDI KASUS DAN PEMBAHASAN


A. Hasil Studi Kasus ........................................................................... 56

x
B. Pembahasan ................................................................................... 75
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan .................................................................................... 81
B. Saran .............................................................................................. 82
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

xi
DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Jadwa Dan Menu Nutrisi Menurut Teori ................................... 35

Tabel 2.2 SOP Pemberian Nutrisi ............................................................. 37

Tabel 3.3 Instrumen Penelitian .................................................................. 50

Tabel 4.4 Pengkajian Kebutuhan Nutrisi ................................................... 57

Tabel 4.5 Analisa Data ............................................................................... 62

Tabel 4.6 Intervensi Keperawatan.............................................................. 63

Tabel 4.7 Implementasi Keperawatan Hari Pertama.................................. 64

Tabel 4.8 Jadwal Pemberian Nutrisi Di Rumah Sakit Hari Pertama ......... 66

Tabel 4.9 Implementasi Keperawatan Hari Kedua .................................... 67

Tabel 4.10 Jadwal Pemberian Nutrisi Di Rumah Sakit Hari Kedua .......... 68

Tabel 4.11 Implementasi Keperawatan Hari Ketiga .................................. 69

Tabel 4.12 Jadwal Pemberian Nutrisi Di Rumah Sakit Hari Ketiga .......... 70

Tabel 4. 13 Implementasi Keperawatan Hari Keempat ............................. 71

Tabel 4.14 Jadwal Pemberian Nutrisi Di Rumah Sakit Hari Keempat ...... 72

Tabel 4. 15 Implementasi Keperawatan Hari Kelima ................................ 73

Tabel 4.16 Jadwal Pemberian Nutrisi Di Rumah Sakit Hari Keempat ...... 74

xii
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Surat Keterangan Bebas Pustaka

Lampiran 2 Surat Izin Pengembalian Data Awal Penelitian

Lampiran 3 Surat Keterangan Pengambilan Data Awal

Lampiran 4 Surat Keteranagan Bebas Administrasi

Lampiran 5 Lembar Bimbingan Karya Tulis Ilmiah

Lampiran 6 Lembar ACC Judul Karya Tulis Ilmiah

Lampiran 7 Surat Persetujuan Menjadi Responden (Informed Consent)

Lampiarn 8 Format Pengkajian Penelitian

Lampiran 9 SOP Latihan Batuk Efektif

Lampiran 10 Dokumentasi Penelitian

xiii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kesehatan merupakan salah satu unsur dasar kesejahteraan keluarga

dalam memperbaiki tingkat sosial ekonomi masyarakat. TB Paru merupakan

salah satu penyakit menular kronis yang masih menjadi masalah utama

kesehatan dunia dan menjadi isu global juga menjadi penyebab utama

kematian. Penyakit TB Paru di Indonesia termasuk salah satu prioritas nasional

maupun internasional untuk program pengendalian penyakit karena berdampak

luas terhadap kualitas hidup dan ekonomi serta sering mengakibatkan

kematian. World Health Organization (WHO) menetapkan salah satu tujuan

Millenium Development Goals (MDGs) adalah penemuan minimal 70% dan

keberhasilam pengobatan tuberkulosa mencapai 90%. Data WHO jumlah

kejadian TB Paru pada tahun 2020 diperkirakan terdapat 10,4 juta kasus baru

TB Paru atau 142 kasus/100.000 populasi, dengan 480.000 kasus multidrug-

resistent. Indonesia merupakan Negara dengan jumlah kasus baru terbanyak

kedua Di Dunia setelah India ( Kemenkes RI, 2020 ).

Indonesia sekarang berada pada urutan kedua Negara dengan beban TB

Parutertinggi Di Dunia.Estimasi prevalensi TB Parusemua kasus adalah

sebesar 660,000 dari tahun 2019 sampai 2020 (WHO, 2020) dan estimasi

insidensi berjumlah 430, 000 kasus baru per tahun. Jumlah kematian akibat TB

Paru diperkirakan 61,000 dari tahun 2018 hingga tahun 2020 mengalami

peningkatan angka kematian per tahunnya. Angka MDR-TB Paru diperkirakan

sebesar 2% dari seluruh kasus TB Parubaru (lebih rendah dari estimasi di

1
2

tingkat regional sebesar 4%) dan 20% dari kasus TB Paru dengan pengobatan

ulang. Setiap tahun, diperkirakan terdapat sekitar 6.300 kasus MDR TB Paru

yaitu pada tahun 2018 1.300 kasus, pada tahun 2019 1.730, pada tahun 2020

sebanyak 2.900 kasus, dan pada tahun 2021 di bulan Feberuari tercatat

sebanyak 370 kasus. Proporsi kasus TB Paru dengan BTA negatif sedikit

meningkat dari 56% pada tahun 2019 menjadi 59% pada tahun 2020

(Kemenkes RI, 2021).

Data penderita TB Paru Di Sulawesi Tenggara saat ini sangat

mencengangkan. Dinas Kesehatan (Dinkes) Sulawesi Tenggara mencatat

jumlah penderita TB Paru tahun 2020 sebanyak 4.686 orang. Dari jumlah

tersebut, penderita terbanyak berada di Kabupaten Muna sebanyak 698 orang,

Kendari 693 orang, dan paling sedikit Di Konawe Kepulauan (Konkep)

sebanyak 60 orang (Dinkes.Sultra, 2021).

Berdasarkan data yang diperoleh dari rekam medik RSU Aliyah III

menunjukan bahwa jumlah penderita TB Paru RSU Aliyah III pada tahun 2020

yaitu sebanyak 1 orang, dan tahun 2021 sebanyak 7 orang (SIRS RSU Aliyah

III, 2021).

Penyakit TB Paru merupakan penyakit yang masih menjadi masalah

utama kesehatan masyarakat terutama di negara berkembang. Dengan

masuknya kuman TB Paru maka akan menginfeksi saluran nafas bawah dan

dapat menimbulkan terjadinya batuk produktif dan darah. Disini akan

menurunkan fungsi kerja silia dan mengakibatkan penumpukan sekret pada

saluran pernafasan.
3

Tuberculosis Paru atau biasa di sebut TB Paru adalah penyakit infeksi

menular yang menyerang paru-paru di sebabkan oleh mycobacterium

tuberculosis. Bakteri ini berbentuk batang, tidak berbentuk spora, dan bersifat

tahan asam sehingga biasa disebut basil tahan asam(BTA). Bentuk yang paling

sering menyerang manusia adalah mycobacterium tuberculosis homonis yaitu

menginfeksi melalui udara, memiliki partikel yang tidak terlihat oleh mata,

disebut dengan droplet nuclei yang banyak berada di dalam saluran pernafasan

orang yang terinfeksi TB Paru. Bakteri ini dapat bertahan dari mekanisme

tubuh untuk merusaknya, dapat bertahan pada sel yang telah mati, dan dapat

terus tumbuh walaupun bakteri ini dapat menyerang bagian tubuh lain selain

paru (Pranowo, 2019).

Selain menginfeksi paru, penyakit ini juga dapat menyebar ke bagian

tubuh yang lain seperti meningen, tulang, ginjal, sendi, selaput otak, dan

kelenjar getah bening. Penyakit TB Paru di luar paru biasa di sebut dengan TB

Paru extrapulmonel. Bakteri tuberculosis ini mampu hidup di tempat yang

sejuk dan gelap selama berbulan-bulan, terutama di tempat yang gelap. Kuman

TB Paru ini bisa menimbulkan infeksi pada paru-paru sehingga biasa di sebut

dengan TB Paru (Pranowo, 2019).

TB Paru dapat menular diakibatkan karena kebiasaan buruk pasien TB

Paruyang meludah sembarangan. Selain itu, kebersihan lingkungan juga dapat

mempengaruhi penyebaran virus. Misalnya, rumah yang kurang baik dalam

pengaturan ventilasi. Kondisi lembab akibat kurang lancarnya pergantian udara

dan sinar matahari dapat membantu berkembang biaknya virus (Sunaryo,

2019). Lingkungan yang lembab, gelap dan tidak memiliki ventilasi


4

memberikan andil besar bagi seseorang terjangkit TB Paru, penyakit TB

Parusangat cepat menyebar dan menginfeksi manusia terutama bagi kelompok

sosial ekonomi rendah dan kurang gizi. Kecepatan penyebaran infeksi TB Paru

sangat tinggi, maka tidak berlebihan jika penyakit TB Paru merupakan

penyakit yang mematikan (Anggraeni, 2019).

Penyakit infeksi dan kurangnya makan tambahan pada umumnya

mempunyai hubungan dengan penyimpangan pertumbuhan dan gizi seseorang

(Ruswanto, 2020). Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan pada

pasien TB Paru akan menimbulkan masalah keperawatan salah satunya defisit

nutrisi. Tuberkulosis dapat menyebabkan atau memperparah mal nutrisi dengan

cara mengurangi nafsu makan dan meningkatkan katabolisme (Bhargava,

2019). Prinsip diet untuk pasien TB Paru adalah diet tinggi kalori tinggi protein

(TKTP), cukup lemak, vitamin dan mineral (Florentina, 2019).

TB paru dapat diobati dengan antibiotik. Namun berobat saja tanpa

memastikan asupan nutrisi yang baik tetap berisiko membuat penyakit susah

sembuh. Pasalnya, tubuh tidak memiliki cukup energi untuk mampu melawan

infeksi tersebut sepenuhnya. Maka dari itu, harus sebisa mungkin berusaha

mencukupi nutrisi untuk TBC dengan makan sehat seimbang. Dengan

menerapkan pola makan sehat, turut membantu tubuh dalam melawan infeksi

dan juga turut menjaga status gizi, sehingga akan lebih cepat sembuh

(Ambarwati, 2019).

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Sulistyono (2018) Di

Ruang Melati RSUD dr. Haryono Lumajang pada bulan Januri – April 2018,

Ddidapatkan 43 pasien dengan diagnose TB paru dan 10 pasien yang didiagosa


5

TB paru tersebut mengalami masalah keperawatan dengan gangguan

kebutuhan nutrisi, diaman tanda dan gejala yang timbul adalah penurunan berat

badan dibawah rentang normal dan penurunan nafsu makan yang merupakan

beberapa indikasi dari terjadinya masalah keperawatan deficit nutrisi.

Berdasarkan latar belakang diatas tersebut, sehingga penulis tertarik

untuk meneliti tentang “Asuhan Keperawatan Pada Tn. T Dengan Diagnosa

Medis TB Paru Dalam Pemenuhan Kebutuhan Nutrisi Di Ruang Perawatan

Multazam 4 RS Aliyah 3”.

B. Rumusan Masalah

Dengan melihat latar belakang di atas, maka yang menjadi rumusan

masalah dalam penelitian ini adalah “Bagaimana Asuhan Keperawatan Pada

Tn. T Dengan Diagnosa Medis TB Paru Dalam Pemenuhan Kebutuhan Nutrisi

Di Ruang Perawatan Multazam 4 RS Aliyah 3”.

C. Tujuan Studi Kasus

1. TujuanUmum

Peneliti mengetahui penatalaksanaan asuhan keperawatan pada Tn. T

dengan diagnosa medis TB Paru dalam pemenuhan kebutuhan nutrisi Di

Ruang Perawatan Multazam 4 RS Aliyah 3.

2. Tujuan khusus

a. Melakukan pengkajian keperawatan pada pasien TB paru dalam

pemenuhan kebutuhan nutrisi Di Ruang Perawatan Multazam 4 RS

Aliyah 3.
6

b. Mampu merumuskan diagnosa keperawatan pada pasien TB paru

dalam pemenuhan kebutuhan nutrisi Di Ruang Perawatan Multazam 4

RS Aliyah 3.

c. Melakukan penyusunan intervensi atau rencana keperawatan pada

pasien TB paru dalam pemenuhan kebutuhan nutrisi Di Ruang

Perawatan Multazam 4 RS Aliyah 3.

d. Mampu melakukan tindakan atau implementasi keperawatan pada

pasien TB paru dalam pemenuhan kebutuhan nutrisi Di Ruang

Perawatan Multazam 4 RS Aliyah 3.

e. Melakukan evaluasi pada pasien TB paru dalam pemenuhan kebutuhan

nutrisi Di Ruang Perawatan Multazam 4 RS Aliyah 3

f. Analisis tindakan keperawatan manajemen nutrisi pada pasien TB paru

dalam pemenuhan kebutuhan nutrisi Di Ruang Perawatan Multazam 4

RS Aliyah 3

D. Manfaat Studi Kasus

1. Bagi Klien / Masyarakat

Meningkatkan pengetahuan klien/masyarakat mengenai pasien TB

paru dalam pemenuhan kebutuhan nutrisi.

2. Bagi pengembang ilmu dan teknologi keperawatan

Dapat menambah wawasan dan teknologi terapan bidang

keperawatan pada pasien TB paru dalam pemenuhan kebutuhan nutrisi.


7

3. Bagi peneliti

Sebagai tambahan pengetahuan dan pengalaman dalam

mengaplikasiakan hasil riset keperawatan, khususnya studi kasus tentang

pada pasienTB paru dalam pemenuhan kebutuhan nutrisi.

4. Bagi Mahasiswa

Sebagai tambahan bahan pengetahuan dalam hal ini pengetahuan

tentang TB Paru serta cara memberikan pelayanan dan asuhan kepada

pasien TB Paru.

5. Bagi Institusi Keperawatan

Sebagai bahan arsip dan bahan bacaan untuk mengevaluasi dan

menambah pengetahuan dalam hal ini studi kasus pada pasien TB Paru.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Tentang TB Paru

1. Definisi TB Paru

TB Paru adalah penyakit infeksius, yang terutama menyerang

penyakit parenkim paru. Nama Tuberkulosis berasal dari tuberkel yang

berarti tonjolan kecil dan keras yang terbentuk waktu sistem kekebalan

membangun tembok mengelilingi bakteri dalam paru. TB Paru ini bersifat

menahun dan secara khas ditandai oleh pembentukan granuloma dan

menimbulkan nekrosis jaringan. TB Paru dapat menular melalui udara,

waktu seseorang dengan TB Paru aktif pada paru batuk, bersin atau bicara

(Werdhani, 2019).

Pengertian TB Paru adalah suatu penyakit menular langsung yang

disebabkan karena kuman TB yaitu Myobacterium Tuberculosis. Mayoritas

kuman TB menyerang paru, akan tetapi kuman TB Paru juga dapat

menyerang organ Tubuh yang lainnya. TB Paru adalah penyakit menular

langsung yang disebabkan oleh kuman TB Paru (Mycobacterium

Tuberculosis) (Werdhani, 2019).

Tuberkulosis Paru atau biasa disingkat dengan TB Paru adalah

penyakit kronis yang disebabkan oleh infeksi kompleks Mycobacterium

Tuberculosis yang ditularkan melalui dahak (droplet) dari penderita TB Paru

kepada individu lain yang rentan (Ginanjar, 2020).

7
8

Bakteri Mycobacterium Tuberculosis ini adalah basil tuberkel yang

merupakan batang ramping, kurus, dan tahan akan asam atau sering disebut

dengan BTA (bakteri tahan asam). Dapat berbentuk lurus ataupun bengkok

yang panjangnya sekitar 2-4 μm dan lebar 0,2 –0,5 μm yang bergabung

membentuk rantai. Besar bakteri ini tergantung pada kondisi lingkungan

(Ginanjar, 2020).

2. Etiologi

Sumber penularan penyakit TB Paru adalah penderita Tuberkulosis

BTA positif pada waktu batuk atau bersin. Penderita menyebarkan kuman

ke udara dalam bentuk droplet (percikan dahak). Droplet yang mengandung

kuman dapat bertahan di udara pada suhu kamar selama beberapa jam.

Orang dapat terinfeksi kalau droplet tersebut terhirup ke dalam saluran

pernafasan. Setelah kuman Tuberkulosis masuk ke dalam tubuh manusia

melalui pernafasan, kuman Tuberkulosis tersebut dapat menyebar dari paru

kebagian tubuh lainnya melalui sistem peredaran darah, saluran nafas, atau

penyebaran langsung ke bagian-bagian tubuh lainnya. Daya penularan dari

seorang penderita ditentukan oleh banyaknya kuman yang dikeluarkan dari

parunya. Makin tinggi derajat positif hasil pemeriksaan dahak, makin

menular penderita tersebut. Bila hasil pemeriksaan dahak negatif (tidak

terlihat kuman), maka penderita tersebut dianggap tidak menular. Seseorang

terinfeksi Tuberkulosis ditentukan oleh konsentrasi droplet dalam udara dan

lamanya menghirup udara tersebut (Ginanjar, 2020).


9

3. Patofisiologi

Tempat masuk kuman Mycobacterium Tuberculosis adalah saluran

pernafasan, saluran pencernaan dan luka terbuka pada kulit.Kebanyakan

infeksi tuberkulosis (TB Paru) terjadi melalui udara, yaitu melalui inhalasi

droplet yang mengandung kuman-kuman basil tuberkel yang berasal dari

orang yang terinfeksi (Kowalak, 2019).

TB Paru adalah penyakit yang dikendalikan oleh respon imunitas

dengan melakukan reaksi inflamasi bakteri dipindahkan melalui jalan nafas,

basil tuberkel yang mencapai permukaan alveolus biasanya di inhalasi

sebagai suatu unit yang terdiri dari satu sampai tiga basil, gumpalan yang

lebih besar cenderung tertahan di saluran hidung dan cabang besar bronkhus

dan tidak menyebabkan penyakit. Setelah berada dalam ruang alveolus,

basil tuberkel ini membangkitkan reaksi peradangan. Leukosit

polimorfonuklear tampak pada tempat tersebut dan memfagosit bakteri

namun tidak membunuh organisme tersebut. Setelah hari-hari pertama

leukosit diganti oleh makrofag. Alveoli yang terserang akan mengalami

konsolidasi dan timbul gejala Pneumonia akut (Kowalak, 2019). Pneumonia

seluler ini dapat sembuh dengan sendirinya, sehingga tidak ada sisa yang

tertinggal, atau proses dapat juga berjalan terus, dan bakteri terus difagosit

atau berkembangbiak di dalam sel. Basil juga menyebar melalui getah

bening menuju ke kelenjar getah bening regional. Makrofag yang

mengadakan infiltrasi menjadi lebih panjang dan sebagian bersatu sehingga

membentuk sel tuberkel epiteloid, yang dikelilingi oleh limfosit.Reaksi ini

membutuhkan waktu 10 – 20 hari (Kowalak, 2019).


10

Nekrosis bagian sentral lesi memberikan gambaran yang relatif padat

dan seperti keju, isi nekrosis ini disebut nekrosis kaseosa. Bagian ini disebut

dengan lesi primer. Daerah yang mengalami nekrosis kaseosa dan jaringan

granulasi di sekitarnya yang terdiri dari sel epiteloid dan fibroblast,

menimbulkan respon yang berbeda. Jaringan granulasi menjadi lebih fibrosa

membentuk jaringan parut yang akhirnya akan membentuk suatu kapsul

yang mengelilingi tuberculosis (Kowalak, 2019).

Lesi primer paru-paru dinamakan fokus Ghon dan gabungan

terserangnya kelenjar getah bening regional dan lesi primer dinamakan

kompleks Ghon. Respon lain yang dapat terjadi pada daerah nekrosis adalah

pencairan, dimana bahan cair lepas kedalam bronkhus dan menimbulkan

kavitas. Materi tuberkular yang dilepaskan dari dinding kavitas akan masuk

kedalam percabangan trakheobronkial. Proses ini dapat terulang kembali di

bagian lain di paru-paru, atau basil dapat terbawa sampai ke laring, telinga

tengah, atau usus. Lesi primer menjadi rongga-rongga serta jaringan

nekrotik yang sesudah mencair keluarbersama batuk. Bila lesi ini sampai

menembus pleura maka akan terjadi efusi pleura tuberkulosa (Kowalak,

2019).

Kavitas yang kecil dapat menutup sekalipun tanpa pengobatan dan

meninggalkan jaringan parut fibrosa. Bila peradangan mereda lumen

bronkhus dapat menyempit dan tertutup oleh jaringan parut yang terdapat

dekat perbatasan rongga bronkus. Bahan perkejuan dapat mengental

sehingga tidak dapat mengalir melalui saluran penghubung sehingga kavitas

penuh dengan bahan perkejuan, dan lesi mirip dengan lesi berkapsul yang
11

tidak terlepas.Keadaan ini dapat menimbulkan gejala dalam waktu lama

atau membentuk lagi hubungan dengan bronkus dan menjadi tempat

peradangan aktif (Kowalak, 2019).

Penyakit dapat menyebar melalui getah bening atau pembuluh darah.

Organisme yang lolos melalui kelenjar getah bening akan mencapai aliran

darah dalam jumlah kecil, yang kadang-kadang dapat menimbulkan lesi

pada berbagai organ lain. Jenis penyebaran ini dikenal sebagai penyebaran

limfo hematogen, yang biasanya sembuh sendiri. Penyebaran hematogen

merupakan suatu fenomena akut yang biasanya menyebabkan Tuberkulosis

milier. Ini terjadi apabila fokus nekrotik merusak pembuluh darah sehingga

banyak organisme masuk kedalam sistem vaskuler dan tersebar ke organ-

organ tubuh. Komplikasi yang dapat timbul akibat TB Paru terjadi pada

sistem pernafasan dan di luar sistem pernafasan. Pada sistem pernafasan

antara lain menimbulkan pneumothoraks, efusi pleural, dan gagal nafas,

sedang diluar sistem pernafasan menimbulkan Tuberkulosis usus,

Meningitis serosa, dan Tuberkulosis milier (Kowalak, 2019).

Tanda dan gejala yang timbul pada penyakit TB paru yaitu batuk,

batuk darah, sesak napas, nyeri dada, demam, keluar keringat pada malam

hari, anoreksia dan penurunan berat badan serta malaise (gejala malaise

serin ditemukan berupa tidak nafsu makan, sakit kepala, meriang, dan nyeri

otot) (Wahid, 2020).

Adapun akibat dari gejala anoreksia dapat menyebabkan

kecenderungan penururnan berat badan yag menyebabkan status gizi kurang

(IMT˂18,5). Kondisi ini dapat mengakibatkan terjadinya status gizi buruk


12

apabila tidak diimbangi dengan diet yang tepat. Malnutrisi yang terjadi akan

memperberat penyakit infeksinya, sehingga status gizi menjadi penyebab

utama terjadinya kegagalan konversi pengobbatan pada pasien TB paru

(Amalia, 2019).

Pathway

Microbacterium
tuberkulosa Droplet infection Masuk lewat jalan nafas Menempel pada paru

Keluar dari
tracheobionchial Dibersihkan oleh Menetap di jaringan paru
bersama sekret makrofag
Terjadi proses peradangan
Sembuh tanpa
pengobatan

Pengeluaran zat pirogen Tumbuh dan berkembang di


sitoplasma makrofag
Mempengaruhi
hipothalamus
Sarang primer/efek primer
(focus ghon)
Mempengaruhi sel point

Hipertermi

Komplek primer Limfangitis lokal Limfadinitis regional

Menyebar ke organ lain Sembuh sendiri tanpa Sembuh dengan bekas


(paru lain, saluran pengobatan fibrosis
pencernaan, tulang )
melalui media (
bronchogen
percontinuitum,
hematogen, limfogen)

Radang tahunan dibronkus Pertahanan primer tidak


adekuat
13

Berkembang Pembentukan tuberkel Kerusakan membran alveolar


menghancurkan jaringan
ikat sekitar

Bagian tengah nekrosis Pembentukan sputum Menurunnya permukaan efek


berlebihan paru

Membentuk jaringan
keju bersihan jalan nafas Alveolus
tidak efektif

Sekret keluar saat Alveolus mengalami


batuk konsolidasi dan eksudasi

Batuk produktif Gangguan pertukaran


(Batuk terus- gas
menerus)

Droplet infection Batuk berat

Terhirup orang sehat


Distensi abdomen

Resiko infeksi
Mual, muntah

Intake nutrisi kurang

Deficit nutrisi
14

4. Klasifikasi TB Paru

Penentuan klasifikasi penyakit dan tipe penderita penting dilakukan

untuk menetapkan paduan Obat Anti Tuberkulosis (OAT) yang sesuai dan

dilakukan sebelum pengobatan dimulai. Klasifikasi penyakit Tuberkulosis

paru :

a. TB Paru

Berdasarkan hasil pemeriksaan dahak, TB Paru dibagi dalam :

1) TB Paru BTA (+)

Kriteria hasil dari tuberkulosis paru BTA positif adalah Sekurang-

kurangnya 2 pemeriksaan dari 3 spesimen dahak SPS hasilnya BTA

(+) atau 1 spesimen dahak SPS hasilnya (+) dan foto rontgen dada

menunjukan gambaran tuberculosis aktif.

2) TB Paru BTA (-)

Pemeriksaan 3 spesimen dahak SPS hasilnya BTA (-) dan foto rontgen

dada menunjukan gambaran TB Paru aktif. TB ParuBTA (-), rontgen

(+) dibagi berdasarkan tingkat keparahan penyakitnya, yaitu bentuk

berat dan ringan. Bentuk berat bila gambaran foto rontgan dada

memperlihatkan gambaran kerusakan paru yang luas.

b. Tuberculosis Ekstra Paru

TB Paru ekstra-paru dibagi berdasarkan pada tingkat keparahan

penyakitnya, yaitu :

1) TB Paru ekstra-paru ringan

Misalnya : TBC kelenjar limfe, pleuritis eksudativa unilateral, tulang

(kecuali tulang belakang), sendi, dan kelenjar adrenal.


15

2) TB Paru ekstra-paru berat

Misalnya : meningitis, millier, perikarditis, peritonitis, pleuritis

eksudativa duplex, TBC tulang belakang, TBC usus, TBC saluran

kencing dan alat kelamin.

c. Tipe Penderita

Berdasarkan riwayat pengobatan sebelumnya, ada beberapa tipe

penderita yaitu:

1) Kasus Baru

Adalah penderita yang belum pernah diobati dengan OAT atau sudah

pernah menelan OAT kurang dari satu bulan (30 dosis harian).

2) Kambuh (Relaps)

Adalah penderita TB Paru yang sebelumnya pernah mendapat

pengobatan TB Paru dan telah dinyatakan sembuh, kemudian kembali

lagi berobat dengan hasil pemeriksaan dahak BTA (+).

3) Pindahan (Transfer In)

Adalah penderita yang sedang mendapat pengobatan di suatu

kabupaten lain dan kemudian pindah berobat ke kabupaten ini.

Penderita pindahan tersebut harus membawa surat rujukan/pindah

(Form TB.09).

4) Setelah Lalai (Pengobatan setelah default/drop out)

Adalah penderita yang sudah berobat paling kurang 1 bulan, dan

berhenti 2 bulan atau lebih, kemudian datang kembali dengan hasil

pemeriksaan dahak BTA (+).


16

5. Manifestasi Klinis

Tanda dan gejala yang sering terjadi pada TB Paru adalah batuk yang tidak

spesifik tetapi progresif. Penyakit Tuberkulosis paru biasanya tidak tampak

adanya tanda dan gejala yang khas. Biasanya keluhan yang muncul adalah :

a. Demam terjadi lebih dari satu bulan, biasanya pada pagi hari.

b. Batuk, terjadi karena adanya iritasi pada bronkus; batuk ini membuang /

mengeluarkan produksi radang, dimulai dari batuk kering sampai batuk

purulent (menghasilkan sputum).

c. Sesak nafas, terjadi bila sudah lanjut dimana infiltrasi radang sampai

setengah paru.

d. Nyeri dada. Nyeri dada ini jarang ditemukan, nyeri timbul bila infiltrasi

radang sampai ke pleura sehingga menimbulkan pleuritis.

e. Malaise ditemukan berupa anoreksia, berat badan menurun, sakit kepala,

nyeri otot dan keringat di waktu di malam hari.

6. Komplikasi TB Paru

Komplikasi dari TB Paruadalah :

a. Pleuritis tuberkulosa

b. Efusi pleura (cairan yang keluar ke dalam rongga pleura)

c. Tuberkulosa milier

d. Meningitis tuberkulosa

7. Pemeriksaan Penunjang TB Paru

Pemeriksaan yang dilakukan pada penderita TB Paruadalah :

a. Pemeriksaan Diagnostik

b. Pemeriksaan sputum
17

Pemeriksaan sputum sangat penting karena dengan di

ketemukannya kuman BTA diagnosis tuberculosis sudah dapat di

pastikan. Pemeriksaan dahak dilakukan 3 kali yaitu: dahak sewaktu

datang, dahak pagi dan dahak sewaktu kunjungan kedua. Bila didapatkan

hasil dua kali positif maka dikatakan mikroskopik BTA positif.Bila satu

positif, dua kali negatif maka pemeriksaan perlu diulang kembali.Pada

pemeriksaan ulang akan didapatkan satu kali positif maka dikatakan

mikroskopik BTA negatif.

c. Ziehl-Neelsen (Pewarnaan terhadap sputum). Positif jika diketemukan

bakteri taham asam.

d. Skin test (PPD, Mantoux)

Hasil tes mantaoux dibagi menjadi :

1) Indurasi 0-5 mm (diameternya ) maka mantoux negative atau hasil

negative

2) Indurasi 6-9 mm ( diameternya) maka hasil meragukan

3) Indurasi 10- 15 mm yang artinya hasil mantoux positif

4) Indurasi lebih dari 16 mm hasil mantoux positif kuat

5) Reaksi timbul 48- 72 jam setelah injeksi antigen intrakutan berupa

indurasi kemerahan yang terdiri dari infiltrasi limfosit yakni

persenyawaan antara antibody dan antigen tuberculin


18

e. Rontgen dada

Menunjukkan adanya infiltrasi lesi pada paru-paru bagian atas,

timbunan kalsium dari lesi primer atau penumpukan cairan.Perubahan

yang menunjukkan perkembangan TB Paru meliputi adanya kavitas dan

area fibrosa.

f. Pemeriksaan histology / kultur jaringan Positif bila terdapat

Mikobakterium Tuberkulosis.

g. Biopsi jaringan paru

Menampakkan adanya sel-sel yang besar yang mengindikasikan

terjadinya nekrosis.

h. Pemeriksaan elektrolit

Mungkin abnormal tergantung lokasi dan beratnya infeksi.

i. Analisa gas darah (AGD)

Mungkin abnormal tergantung lokasi, berat, dan adanya sisa kerusakan

jaringan paru.

j. Pemeriksaan fungsi paru

Turunnya kapasitas vital, meningkatnya ruang fungsi, meningkatnya

rasio residu udara pada kapasitas total paru, dan menurunnya saturasi

oksigen sebagai akibat infiltrasi parenkim / fibrosa, hilangnya jaringan

paru, dan kelainan pleura (akibat dari tuberkulosis kronis)

8. Penatalaksanaan penderita TB Paru

a. Pengobatan TB Paru

Pengobatan tetap dibagi dalam dua tahap yakni:


19

1) Tahap intensif (initial), dengan memberikan 4–5 macam obat anti TB

Paru per hari dengan tujuan mendapatkan konversi sputum dengan

cepat (efek bakteri sidal), menghilangkan keluhan dan mencegah efek

penyakit lebih lanjut, mencegah timbulnya resistensi obat.

2) Tahap lanjutan (continuation phase), dengan hanya memberikan 2

macam obat per hari atau secara intermitten dengan tujuan

menghilangkan bakteri yang tersisa (efek sterilisasi), mencegah

kekambuhan pemberian dosis diatur berdasarkan berat badan yakni

kurang dari 33 kg, 33 – 50 kg dan lebih dari 50 kg.

Kemajuan pengobatan dapat terlihat dari perbaikan klinis

(hilangnya keluhan, nafsu makan meningkat, berat badan naik dan lain-

lain), berkurangnya kelainan radiologis paru dan konversi sputum

menjadi negatif. Kontrol terhadap sputum BTA langsung dilakukan pada

akhir bulan ke-2, 4, dan 6.Pada yang memakai paduan obat 8 bulan

sputum BTA diperiksa pada akhir bulan ke-2, 5, dan 8.BTA dilakukan

pada permulaan, akhir bulan ke-2 dan akhir pengobatan. Kontrol

terhadap pemeriksaan radiologis dada, kurang begitu berperan dalam

evaluasi pengobatan. Bila fasilitas memungkinkan foto dapat dibuat pada

akhir pengobatan sebagai dokumentasi untuk perbandingan bila nantsi

timbul kasus kambuh.

5) Perawatan bagi penderita tuberkulosis

Perawatan yang harus dilakukan pada penderita tuberculosis adalah :

1) Awasi penderita minum obat, yang paling berperan disini adalah

orang terdekat yaitu keluarga.


20

2) Mengetahui adanya gejala efek samping obat dan merujuk bila

diperlukan

3) Mencukupi kebutuhan gizi seimbang penderita

4) Istirahat teratur minimal 8 jam per hari

5) Mengingatkan penderita untuk periksa ulang dahak pada bulan kedua,

kelima dan enam

6) Menciptakan lingkungan rumah dengan ventilasi dan pencahayaan

yang baik

6) Pencegahan penularan TB Paru

Tindakan pencegahan yang dapat dilakukan adalah :

1) Menutup mulut bila batuk

2) Membuang dahak tidak di sembarang tempat. Buang dahak pada

wadah tertutup yang diberi lisol

3) Makan makanan bergizi

4) Memisahkan alat makan dan minum bekas penderita

5) Memperhatikan lingkungan rumah, cahaya dan ventilasi yang baik

6) Untuk bayi diberikan imunisasi BCG (Depkes RI, 2019)

9. Dampak TB Paru

Penyakit TB Parumerupakan salah satu penyakit yang sangat

mempengaruhi kehidupan individu. Dampak Tuberkulosis paru antara lain:

a. Terhadap individu

1) Biologis

Adanya kelemahan fisik secara umum, batuk yang terus

menerus, sesak napas, nyeri dada, nafsu makan menurun, berat badan
21

menurun, keringat pada malam hari dan kadang-kadang panas yang

tinggi

2) Psikologis

Biasanya klien mudah tersinggung , marah, putus asa oleh

karena batuk yang terus menerus sehingga keadaan sehari-hari yang

kurang menyenangkan.

3) Sosial

Adanya perasaan rendah diri oleh karena malu dengan keadaan

penyakitnya sehingga klien selalu mengisolasi dirinya.

4) Spiritual

Adanya distress spiritual yaitu menyalahkan Tuhan karena

penyakitnya yang tidak sembuh-sembuh juga menganggap

penyakitnya yang manakutkan.

5) Produktifitas menurun oleh karena kelemahan fisik.

b. Terhadap keluarga

1) Terjadinya penularan terhadap anggota keluarga yang lain karena

kurang pengetahuan dari keluarga terhadap penyakit TB Paru serta

kurang pengetahuan penatalaksanaan pengobatan dan upaya

pencegahan penularan penyakit.

2) Produktifitas menurun

Terutama bila mengenai kepala keluarga yang berperan sebagai

pemenuhan kebutuhan keluarga, maka akan menghambat biaya hidup

sehari-hari terutama untuk biaya pengobatan.


22

3) Psikologis

Peran keluarga akan berubah dan diganti oleh keluarga yang lain

4) Sosial

Keluarga merasa malu dan mengisolasi diri karena sebagian besar

masyarakat belum tahu pasti tentang penyakit TB Paru.

c. Terhadap masyarakat

1) Apabila penemuan kasus baru TB Parutidak secara dini serta

pengobatan Penderita TB Parupositif tidak teratur atau droup out

pengobatan maka resiko penularan pada masyarakat luas akan terjadi

oleh karena cara penularan penyakit TB Paru.

2) Lima langkah strategi DOTS adalah dukungan dari semua kalangan,

semua orang yang batuk dalam 3 minggu harus diperiksa dahaknya,

harus ada obat yang disiapkan oleh pemerintah, pengobatan harus

dipantau selama 6 bulan oleh Pengawas Minum Obat (PMO) dan ada

sistem pencatatan / pelaporan.

B. Asuhan Keperawatan TB Paru Dengan Pemenuhan Kebutuhan Nutrisi

1. Pengkajian Keperawatan pada Pasien TB Paru

Pengkajian Menurut Muttaqin (2019) fokus pengkajian pada

Tuberkulosis Paru berdasarkan sistem tubuh manusia adalah :

a. B1 Breathing/ Sistem Pernafasan

1) Inspeksi : Sesak nafas, peningkatan frekuensi nafas, dan menggunakan

otot bantu pernafasan.

2) Palpasi : Vokal fremitus menurun

3) Perkusi : Bunyi pekak


23

4) Auskultasi : Suara nafas ronkhi

b. B2 Blood/ Sistem Kardiovaskuler

1) Inspeksi : Adanya paru dan kelemahan fisik

2) Palpasi : Denyut nadi perifer melemah

3) Perkusi : Batas jantung mengalami pergeseran pada Tuberkulosis Paru

4) Auskultasi : Tekanan darah biasanya normal

c. B3 Brain/ Sistem persarafan

Kesadaran biasanya compos mentis, adanya sianosis perifer

apabila gangguan perfusi jaringan berat

d. B4 Bladder/ Sistem perkemihan

Pengukuran volume output urine berhubungan dengan intake

cairan. Klien diinformasikan agar terbiasa dengan urine yang berwarna

jingga pekat dan berbau yang menandakan fungsi ginjal masih normal

sebagai eksresi karena meminum OAT terutama Rifampisin.

e. B5 Bowel/ Sistem pencernaan & Eliminasi

Klien biasanya mengalami mual, muntah, penurunan nafsu

makan, dan penurunan berat badan.

f. B6 Bone/ Sistem integument

Gejala yang muncul antara lain yaitu kelemahan, kelelahan,

insomnia, pola hidup menetap, dan jadwal olahraga tidak teratur.

g. Riwayat Keperawatan

Pengkajian riwayat keperawatan pada pasien dengan kebutuhan

oksigen meliputi : Ada atau tidaknya riwayat gangguan pernafasan

seperti sinusitis, kondisi akibat polip, hipertropi tulang hidung, tumor,


24

influenza, dan keadaan lain yang menyebabkan gangguan pernafasan.

Hal – hal yang harus diperhatikan yaitu keadaan infeksi kronis dari

hidung, nyeri pada sinus, otitis media, nyeri tenggorokan, suhu tubuh

meningkat hingga 38,5 derajat celsius, nyeri kepala, lemah, dan adanya

edema.

h. Pola Batuk dan Produksi Sputum

Tahap pengkajian pola batuk dilakukan dengan cara menilai

apakah batuk termaksud batuk kering, keras, dan kuat dengan suara

mendesing, berat, dan berubah-ubah seperti kondisi pasien yang

mengalami penyakit kanker. Juga dilakukan pengkajian apakah pasien

mengalami sakit pada bagian tenggorokan saat batuk kronis dan

produktif serta saat pasien sedang makan, merokok, atau saat malam

hari.

i. Sakit Dada

Pengkajian terhadap sakit dada untuk mengetahui bagian yang

sakit, luas, intensitas, faktor yang menyebabkan rasa sakit, perubahan

nyeri dada apabila posisi pasien berubah, serta apakah ada kelainan saat

inspirasi dan ekspirasi.

j. Pengkajian Fisik

1) Inspeksi : Apakah nafas spontan melalui nasal, oral dan selang

endotrakeal atau tracheostomi, serta kebersihan dan adanya sekret,

pendarahan, edema, dan obstruksi mekanik. Kemudian menghitung

frekuensi pernafasan dan apakah pernafasan bradipnea, takhipnea.


25

Apakah sifat pernafasan abdominal dan torakal, kemudian irama

pernafasan apakah ada perbandingan antara inspirasi dan ekspirasi,

pernafasan teratur atau tidak dan pernafasan cheyne stokes.

2) Palpasi : adanya nyeri tekan, peradangan setempat, pleuritis, adanya

edema, dan benjolan pada dada. Gerakan dinding dada apakah

simetris atau tidak, jika ada kelainan paru adanya getaran suara atau

fremitus vokal yang jelas mengeras atau melemah.

3) Perkusi : untuk menilai suara perkusi paru normal (sonor) atau tidak

normal (redup).

4) Auskultasi : untuk menilai adanya suara nafas seperti bunyi nafas

vesikuler dan bunyi nafas bronkhial. Bunyi nafas tambahan seperti

bunyi ronkhi, suara wheezing dan sebagainya.

5) Nutrisi

Pasien dengan TB paru pemenuhan nutrisinya harus tetap

terpenuhi dengan memberikan makanan secara bertahap dimulai dari

makanan lunak, makan sayur-sayuran untuk pemenuhan kebutuhan

nutrisi, dan anjurkan pasien untuk banyak minum. Dalam pengkajian

nutrisi pada pasien gastritis sebelum dan setelah sakit terdiri dari :

frekuensi makan sehari, waktu makan, porsi makan yang dihabiskan,

penggunaan alat bantu makan, makanan pantang/yang tidak disukai,

pembatasan makanan, jenis makanan yang dibatasi, konsumsi

makanan berserat, nafsu makan, mual, hipersalivasi, sensasi asam

pada mulut, muntah, perasaan cepat kenyang setelah makan, dan

perasaan kem
26

6) Eliminasi

Meliputi berapa kali BAB, konsistensi, warna, dan bau.

Untuk BAK berapa kali/hari, warna, dan bau.

7) Sosialisasi

Pada data sosial ini dapat dilihat apakah pasien merasa

terisolasi atau terpisah karena terganggunya komunikasi, adanya

perubahan pada kebiasaan atau perubahan dalam kapasitas fisik

untuk menentukan keputusan untuk beradaptasi dengan lingkungan

sekitarnya pasien mungkin tampak sangat cemas dan ketakutan.

8) Spiritual

Ibadah pasien di lakukan apa tidak selama dirawat.

2. Diagnosa Keperawatan

Diagnosa keperawatan yang dapat ditegakkan pada pasien dengan

Tuberkulosis Paru, yaitu :

a. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan sekresi yang

tertahan

b. Pola napas tidak efektif

c. hipertermia

d. Defisit nutrisi

3. Perencanaan/Intervensi Keperawatan

a. Luaran Utama : Bersihan Jalan Nafas

1) Definisi

Bersihan jalan nafas adalah kemampuan membersihkan secret atau

obsruksi jalan nafas untuk mempertahankan jalan nafas tetap paten.


27

2) Ekspektasi : Meningkat

3) Kriteria Hasil

a) Batuk efektif meningkat

b) Produksi sputum menurun

c) Mengi menurun

d) Wheezing menurun

e) Mekonium (pada neonates) menurun

f) Dipsnea menurun

g) Ortopnea menurun

h) Sulit bicara menurun

i) Sianosis menurun

j) Gelisah menurun

k) Frekuensi napas membaik

l) Pola napas membaik

b. Luaran Tambahan

1) Kontrol gejala

2) Pertukaran gas

3) Respons alergi local

4) Respons alergi sitemik

5) Respons ventilasi mekanik

6) Tingkat infeksi

c. Perencanaan/Intervensi Keperawatan

1) Latihan batuk efektif

Observasi
28

a) Identifikasi kemampuan batuk

b) Monitor adanya retensi sputum

c) Monitor tanda-tanda gejala infeksi saluran napas

d) Monitor ouput cairan (mis jumlah dan karakteristik

Terapeutik

a) Atur posisi semi fowler

b) Pasang perlak dan bengkok dipangkuan pasien

c) Buang sekret pada tempat sputum

Edukasi

a) Jelaskan tujuann dan prosedur batuk efektif

b) Anjurkan tarik napas dalam melalui hidung selama 4

detik,ditahan selama 2 detik. Kemudian dikeluarkan dari mulut

dengan bibir mencucu (dibulatkan) selama 6 detik

c) Anjurkan mengulangi tarik napas dalam hingga 3 kali

d) Anjurkan batuk dengan kuat langsung setelah tarik napas dalam

yang ke 3

2) Manajemen nutrisi

Observasi

a) Identifikasi status nutrisi

b) Identifikasi makanan yang disukai

c) Monitor asupan makanan

d) Monitor berat badan

e) Monitor hasil pemeriksaan laboratorium

Terapiutik
29

a) Sajikan makanan secara menarik dan suhu yang sesuai

b) Lakukan oral hygiene sebelum makan, jika perlu

c) Berikan makanan tinggi kalori dan tinggi protein

d) Berikan suplemen makanan, jika perlu

Kolaborasi

a) Kolaborasi pemberian meditasi sebelum makan

b) Kolaborasi dengan keahlian gizi untuk menentukan jumlah kalori

dan jenis nutrient yang dibutuhkan, jika perlu.

4. Pelaksanaan/Implementasi Keperawatan

Pelaksanaan adalah pemberian asuhan keperawatan secara

nyata berupa serangkaian sistematis berdasarkan perencanaan untuk

mencapai hasil yang optimal. Pada tahap ini perawat menggunakan

segala kemampuan yang dimiliki dalam melaksanakan tindakan

keperawatan terhadap pasien baik secara umum maupun secara khusus

pada pasien ISPA pada pelaksanaan ini perawat melakukan fungsinya

secara independen, interdependen, dan dependen. Pada fungsinya

independen adalah mencakup dari setiap kegiatan yang diprakarsai oleh

perawat itu sendri sesuai dengan kemampuan dan keterampilan yang

dimilikinya. Pada fungsi interdependen adalah dimana fungsi yang

dilakukan dengan bekerjasama dengan profesi disiplin ilmu lain dalam

keperawatan maupun pelayanan kesehatan, sedangkan fungsi dependen

adalah fungsi yang dilakukan oleh perawat berdasarkan atas pesan

orang lain (Jiptowiyono & Kristianasari, 2020).


30

5. Evaluasi Keperawatan

Menurut Dermawan (2019) evaluasi adalah membandingkan

suatu hasil/perbuatan dengan standar untuk tujuan pengambilan

keputusan yang tepat sejauh mana tujuan tercapai. Tujuan evaluasi

antara lain:

1) Untuk menentukan perkembangan kesehatan pasien

2) Untuk menilai efektivitas, efisiensi, dan produktifitas dari tindakan

keperawatan yang diberikan

3) Untuk menilai pelaksanaan asuhan keperawatan

4) Sebagai tanggung jawab dan tanggung gugat dalam pelaksanaan

pelayanan kesehatan

5) Untuk penentuan masalah teratasi, atau tidak teratasi adalah dengan

cara membandingkan antara SOAP dengan tujuan dan kriteria hasil

yang telah ditetapkan. Format evaluasi menggunakan:

a) Subjective adalah informasi yang berupa ungkapan yang didapat

dari pasien setelah tindakan diperbaiki

b) Objektif adalah informasi yang didapat melalui hasil pengamatan,

penilaian, pengukuran yang dilakukan oleh perawat setelah

dilakukan tindakan

c) Analisa data adalah membandingkan antara informasi subjektif

dan objektiv dengan tujuan dan kriteria hasil, kemudian diambil

kesimpulan bahwa masalah teratasi dan tidak tertasi.

d) Planing adalah rencana keperawatan lanjutan yang akan

dilakukan berdasarkan hasil analisa.


31

C. Tinjauan Tentang Kebutuhan Nutrisi

1. Pengertian Nutrisi

Nutrisi merupakan proses pemasukan dan pengolahan zat makanan

oleh tubuh yang bertujuan menghasilkan energi dan digunakan dalam

aktivitas tubuh. Nutrisi adalah zat-zat gizi atau berhubungan dengan

kesehatan, penyakit, termasuk keseluruhan proses dalam tubuh manusia

untuk menerima makanan atau bahan-bahan dari lingkungan hidupnya dan

menggunakan bahan-bahan tersebut untuk aktivitas penting dalam tubuh

serta mengeluarkan sisanya. Nutrisi juga dapat dikatakan sebagai ilmu

tentang makanan, zat-zat gizi dan zat-zat lain yang terkandung, aksi, reaksi,

dan keseimbangan yang berhubungan dengan kesehatan dan penyakit.

Nutrisi merupakan kesehatan dasar dan sangat penting bagi tubuh untuk

pertumbuhan dan perkembangan yang normal, mempertahankan dan

memperbaiki jaringan tubuh, metabolisme sel dan fungsi organ (Ambarwati,

2019)

2. Sistem Tubuh yang Berperan dalam Pemenuhan Kebutuhan Nutrisi

Penecernaan yang terdiri atas saluran pencernaan dan organ

asesoris.Saluran pencernaan dimulai dari mulut sampai usus halus bagian

distal, sedangkan organ asesoris terdiri atas hati, kantung empedu, dan

pankreas.Ketiga organ membantu terlaksananya sistem pencernaan

makanan secara kimiawi.


32

a. Saluran Pencernaan

1) Mulut

Mulut merupakan bagian awal dari saluran pencernaan dan

terdiri atas dua bagian luar yang sempit (vestibula), yaitu ruang

diantara gusi, gigi, bibir, pipi, dan bagian dalam, yaitu rongga mulut.

Di dalam mulut, makanan mengalami proses mekanis melalui

pengunyahan yang akan membuat makanan dapat hancur sampai

merata, dibantu oleh enzimamilase yang akan memecah amilium yang

terkandung dalam makanan menjadi maltosa. Proses mengunyah ini

merupakan kegiatan terkoordinasi antara lidah, gigi, dan otot-otot

mengunyah. Di dalam mulut, juga terdapat kelenjar saliva yang

menghasilkan saliva untuk proses pencernaan dengan cara mencerna

hidrat arang, khususnya amilase, melicinkan bolus sehingga mudah

ditelan, menetralkan, serta mengencerkan bolus.

2) Faring dan Esofagus

Faring merupakan bagian saluran pencernaan yang terletak

dibelakang hidung, mulut, dan laring.Faring berbentuk kerucut dengan

bagian terlebar di bagian atas hingga vertebra servikal keenam. Faring

langsung berhubungan dengan esofagus, sebuah tabung yang memiliki

otot dengan panjang kurang lebih 20-25 cm dan terletak di belakang

trakea, di depan tulang punggung, kemudian masuk melalui toraks

menembus diafragma yang berhubungan langsung dengan abdomen

serta menyambung dengan lambung.


33

Esofagus merupakan bagian yang berfungsi menghantarkan

makanan dari faring menuju lambung. Esofagus berbentuk seperti

silinder yang berongga dengan panjang kurang lebih 2 cm dengan

kedua ujungnya dilindungi oleh sfingter. Dalam keadaan normal,

sfingter bagian atas selalu tertutup, kecuali bila ada makanan masuk

kedalam lambung.Keadaan ini bertujuan untuk mencegah gerakan

balik sini ke organ bagian atas yaitu esofagus.

3) Lambung

Lambung merupakan bagian saluran pencernaan yang terdiri

atas bagian atas (fundus), bagian utama, dan bagian bawah berbentuk

horizontal (antrum pilorik). Lambung berhubungan langsung dengan

esofagus melalui orifisium atau kardia dan dengan duodenum melalui

pilorik. Lambung terletak di bawah diafrgma dan pankreas,

sedangkan limpa menempel pada sebelah kiri fundus.

Lambung memiliki fungsi yaitu fungsi motoris serta fungsi

sekresi dan pencernaan.Fungsi motoris lambung adalah sebagai

reservoir untuk menampung makanan sampai dicerna sedikit demi

sedikit dan sebagai pencampur adalah memecah makanan menjadi

partikel-partikel kecil yang dapat bercampur dengan asam lambung.

Fungsi sekresi dan pencernaan adalah mensekresi pepsin dan HCI

yang akan memecah protein menjadi pepton, amilase memecah

amilium menjadi maltosa, lipase memecah lemak menjadi asam

lemak, dan gliserol membentuk sekresi gastrin. Makanan berada pada

lambung selama 2-6 jam, kemudian bercampur dengan getah lambung


34

(cairan asam bening tak berwarna) yang mengandung 0,4% HCI untuk

mengasamkan semua makanan serta bekerja sebagai antiseptik dan

desinfektan.

4) Usus Halus

Usus halus merupakan tabung berlipat-lipat dengan panjang

kurang lebih 2.5 meter dalam keadaan hidup. Kemudian, akan

bertambah panjang menjadi kurang lebih 6 meter pada orang yang

meninggal.

a) Usus halus terdiri dari atas tiga bagian, yaitu duodenum dengan

panjang kurang lebih 25 centimeter, jejenum dengan panjang

kurang lebih 2 meter, dan illeum dengan panjang kurang lebih 1

meter.

b) Fungsi usus halus pada umumnya adalah mencerna dan halus akan

diabsorpsi di dalam usus halus, yaitu pada duodenum.

5) Usus Besar

Usus besar atau juga disebut sebagai kolon merupakan

sambungan dari usus halus yang dimulai dari katup ileokolik atau

ileosaekal yang merupakan tempat lewatnya makan. Usus besar

memiliki panjang kurang lebih 1,5 meter. Kolon terbagi atas asenden,

transversum, desenden, sigmoid, dan berakhir di rektum yang

panjangnya kira-kira 10 centimeter dari usus besar.Fungsi utama usus

besar adalah mengabsorpsi air (kurang lebih 90%), elektrolit, vitamin,

dan sedikit glukosa.Kapasitas absorpsi air kurang lebih 5000 cc/hari.

b. Organ Asesoris
35

1) Hati

Hati merupakan kelenjar terbesar di dalam tubuh yang terletak

di bagian paling atas rongga abdomen, di sebalah kanan di bawah

diafragma, dan memili berat kurang lebih 1500 gram (kira-kira 2,5%

orang dewasa). Hati terdiri atas dua lobus, yaitu lobus kanan dan kiri

yang dipisahkan oleh ligamen falsiformis.

2) Kantung Empedu

Kantung empedu merupakan sebuah organ berbentuk seperti

kantung yang terletak di bawah kanan hati atau lekukan permukaan

bawah hati sampai pinggiran depan yang memiliki panjang 8-12

centimeter dan berkapasitas 40-60 centimeter. Fungsi kantung empedu

adalah tempat menyimpan cairan empedu, memekatkan cairan

empedu, mengemulsi garam-garam empedu, mengemulasi lemak,

mengsekresi beberapa zat yang tidak digunakan oleh tubuh, dan

memeberi warna pada feses.

3) Pankreas

Pankreas merupakan kelenjar yang mempunyai dua fungsi yaitu

fungsi endokrin dan fungsi eksokrin. Fungsi endokrin adalah yang

tersebar di antara alveoli pankreas dan fungsi eksokrin yang

dilaksanakan oleh sel sekretori yang membentuk getah pankreas berisi

enzim serta elektrolit.


36

3. Macam-Macam Nutrien

a. Karbohidrat

Karbohidrat merupakan zat gizi yang terdapat dalam makanan,

pada umumnya dalam bentuk amilium. Sumber karbohidrat berasal dari

tumbuh-tumbuhan seperti beras, jagung, kacang, sagu, singkong dan

karbohidrat pada hewani berbentuk glikogen. Fungsi karbohidrat adalah

sebagai sumber energi utama tubuh, cadangan untuk tenaga

tubuh,pengaturan metabolisme lemak, dan memberi rasa kenyang.

b. Lemak

Lemak atau lipid merupakan sumber energi yang menghasilkan

kalori lebih besar daripada karbohidrat dan protein. Sumber lemak

berasal dari nabati dan hewani, lemak nabati seperti kacang-

kacangan,kelapa, dan lain-lain. Sedangkan lemak hewani berasal dari

daging sapi, kambing, dan lain-lain. Fungsi lemak adalah untuk aktivitas

enzim seperti fosfolipid, melarutkan vitamin sehingga dapat diserap oleh

usus, dan sebagai sumber energi.

c. Protein

Protein merupakan unsur zat gizi yang sangat berperan dalam

penyusunan senyawa-senyawa penting seperti enzim, hormon, dan

antibodi. Sumber protein berasal dari nabati dan hewani, protein nabati

seperti jagung, tepung terigu, kedelai, kacang hijau, dan sebagainya.

Sedangkan protein hewani seperti susu, daging, telur, hati, udang, kerang,

ayam, dan sebagainya. Fungsi protein adalah sebagai sumber energi


37

disamping karbohidrat dan lemak, pertumbuhan dan pemeliharaan

jaringan tubuh, pengaturan metabolisme dalam bentuk enzim hormon.

d. Vitamin

Vitamin merupakan komponen organik yag dibutuhkan tubuh

dalam jumalah kecil dan tidak dapat di produksi dalam tubuh. Vitamin

sangat berperan dalam proses metabolisme karena fungsinya sebagai

katalisator.

e. Mineral

Mineral adalah ion organik esensial untuk tubuh karena

peranannya sebagai katalis dalam reaksi biokimia. Mineral merupakan

elemen kimia yang berperan dalam mempertahankan proses tubuh.

f. Air

Air merupakan komponen kritis dalam tubuh karena fungsi sel

bergantung pada lingkungan cair. Air menyusun 60 hingga 70% darii

seluruh berat badan.

4. Faktor yang Mempengaruhi Kebutuhan Energi

a. Pengetahuan

Pengetahuan yang kurang tentang manfaat makanan bergizi dapat

mempengaruhi pola konsumsi makan. Hal tersebut dapat disebabkan oleh

kurangnya informasi sehingga dapat terjadi kesalahan dalam memahami

kebutuhan gizi.

b. Prasangka

Prasangka buruk terhadap beberapa jenis makan bergizi tinggi

dapat mempengaruhi status gizi seseorang. Misalnya, di beberapa daerah,


38

tempe yang merupakan sumber protein yang paling murah, tidak

dijadikan bahan makanan yang layak untuk dimakan karena masyarakat

menganggap bahwa mengkonsumsi makanan tersebut dapat

merendahkan derajat mereka.

c. Kebiasaan

Adanya kebiasaan yang merugikan atau pantangan terhadap

makanan tertentu juga dapat mempengaruhi status gizi. Misalnya, di

beberapa daerah, terdapat larangan makan pisang dan pepaya bagi para

gadis remaja. Padahal, makanan tersebut merupakan sumber vitamin

yang sangat baik.

d. Kesukaan

Kesukaan yang berlebihan terhadap suatu jenis makanan dapat

mengakibatkan kurangnya variasi makanan, sehingga tubuh tidak

memperoleh zat-zat yang dibutuhkan secara cukup. Kesukaan dapat

mengakibatkan merosotnya gizi pada remaja bila nilai gizinya tidak

sesuai dengan yang diharapkan.

e. Ekonomi

Status ekonomi dapat mempengaruhi perubahan status gizi karena

persediaan makanan bergizi membutuhkan pendanaan yang tidak sedikit.

Oleh karena itu, masyarakat dengan kondisi perekonomian yang tinggi

biasanya mampu mencukupi kebutuhan gizi keluarganya dibandingan

masyarakat dengan kondisi perekonomian rendah.


39

5. Menentukan Berat Badan Ideal

Salah satu parameter untuk mengetahui keseimbangan energi

seseorang adalah melalui penentuan berat badan ideal dan indeks massa

tubuh. Rumus Brocca adalah cara untuk menegetahui berat badan ideal,

yaitu sebagai berikut:

Berat badan ideal (kg)= [tinggi badan(cm)-100]- [10%(tinggi


badan-100)]

Hasil:

a. Bila berat badannya < 80%, dikategorikan sebagai kurus

b. Bila berat badannya 80-120% dikategorikan berat badan ideal

c. Bila berat badannya > 120% dikategorikan gemuk.

6. Masalah Kebutuhan Nutrisi

Secara umum, gangguan kebutuhan nutrisi terdiri atas kekurangan

dan kelebihan nutrisi, obesitas, malnutrisi, diabetes mellitus, hipertensi,

jantung koroner, kanker,dan anoreksia nervosa.

a. Kekurangan Nutrisi

Kekurangan nutrisi merupakan keadaan keadaan yang dialami

seseorang dalam keadaan tidak berpuasa (Normal) atau resiko penurunan

berat badan akibat ketidakmampuan asupan nutrisi untuk kebutuhan

metabolisme.

Tanda klinis :

1) Berat badan 10-20% di bawah normal

2) Tinggi badan di bawah ideal

3) Lingkar kulit trisep lengan tengah kurang dari 60% ukuran standar
40

4) Adanya kelemahan dan nyeri tekan pada otot

5) Adanya penurunan albumin serum

6) Adanya penurunan transferin

Kemungkinan penyebab :

1) Meningkatnya kebutuhan kalori dan kesulitan dalam mencerna kalori

akibat penyakit infeksi atau kanker

2) Disfagia karena adanya kelainan persyarafan

3) Penurunan absopsi nutrisi akibat penyakit chorn atau intoleransi

laktosa

4) Nafsu makan menurun

7. Daftar Asupan Nutrisi untuk TB Paru yang Paling Penting

TB paru dapat diobati dengan antibiotik. Namun berobat saja tanpa

memastikan asupan nutrisi yang baik tetap berisiko membuat penyakit susah

sembuh. Pasalnya, tubuh tidak memiliki cukup energi untuk mampu

melawan infeksi tersebut sepenuhnya. Maka dari itu, harus sebisa mungkin

berusaha mencukupi nutrisi untuk TBC dengan makan sehat seimbang.

Dengan menerapkan pola makan sehat, turut membantu tubuh dalam

melawan infeksi dan juga turut menjaga status gizi, sehingga akan lebih

cepat sembuh. Berikut ini merupakan nutrisi penting yang dibutuhkan oleh

pengidap TB paru :

a. Kalori

Kalori alias energi adalah kebutuhan nutrisi untuk TB paru yang

paling penting dan wajib dipenuhi. Meningkatkan asupan kalori akan

membantu meningkatkan kekebalan tubuh Anda. Sebaliknya, pengidap


41

TB paru yang memiliki berat badan kurang berisiko memperburuk

kondisi penyakitnya.

Penelitian yang diterbitkan oleh American Journal of Clinical

Nutrition tahun 2019 menunjukkan bahwa penderita TB paruyang

diberikan energi tambahan lebih banyak selama enam minggu

pengobatan memiliki kondisi fisik yang lebih baik dibandingkan

kelompok yang tidak diberikan energi tambahan.

b. Protein

Selain energi, Anda juga membutuhkan protein yang lebih

banyak.Protein juga dapat membantu meningkatkan sistem kekebalan

tubuh Anda, sehingga tubuh dapat melawan infeksi lebih baik.Selain itu,

protein juga berfungsi untuk memperbaiki sel-sel yang rusak dalam

tubuh. Anda dapat memeroleh protein dari daging tanpa lemak, telur,

susu dan produknya, ikan, kacang-kacangan, serta biji-bijian.

c. Vitaimin dan Mineral

Vitamin dan mineral sangat Anda butuhkan dalam jumlah banyak

saat Anda sakit TB paru. Kekurangan vitamin dan mineral dapat

menyebabkan sistem kekebalan tubuh menurun sehingga Anda jadi lebih

rentan terhadap infeksi.Berikut ini merupakan vitamin dan mineral

penting yang Anda butuhkan saat menderita penyakit TB paru.

d. Seng

Seng mempunyai peranan penting dalam sistem kekebalan tubuh

dalam melawan infeksi dan juga radikal bebas. Pada penderita TB paru

ditemukan bahwa mereka mempunyai kadar seng yang lebih rendah


42

dalam tubuhnya dibandingkan dengan orang yang tidak menderita TB

Paru,terlepas dari status gizi mereka. Oleh karena itu, penderita TB Paru

membutuhkan lebih banyak asupan seng untuk membantu meningkatkan

fungsi kekebalan tubuh. Selain itu, seng juga berperan dalam

metabolisme vitamin A. Penelitian pada hewan dan juga manusia

menunjukkan bahwa kekurangan seng dapat mengganggu retina dalam

mengikat protein dan mengurangi konsentrasi plasma retina. Sumber

makanan yang mengandung seng adalah daging, ayam, kerang, kepiting,

lobster, kacang mede, jamur, bayam, brokoli, kale, bawang putih, susu

dan produknya, sereal yang telah difortifikasi, dan dark chocolate.

e. Vitamin A

Vitamin A diperlukan dalam fungsi limfosit T dan B, aktivitas

makrofag, dan respon antibodi. Kesemuanya itu merupakan bagian dari

sistem kekebalan tubuh. Pengidap TB paru yang banyak mengonsumsi

vitamin A tentu memiliki kondisi yang lebih baik daripada yang

kekurangan vitamin A. Kebutuhan asupan vitamin A meningkat pada

penderita TB paru karena terjadi peningkatan ekskresi dan metabolisme

vitamin A dalam tubuh. Anda dapat mendapatkan vitamin A dari wortel,

tomat, bayam, ubi, selada, asparagus, seledri, hati sapi atau ati ayam,

telur, mangga, semangka, dan masih banyak lagi.

f. Vitamin D

Vitamin D juga berperan dalam fungsi makrofag yang merupakan

faktor kunci dalam melawan infeksi TB paru. Oleh karena itu, penderita

TB paru juga mempunyai kebutuhan yang tinggi akan vitamin D.


43

Berdasarkan penelitian, orang Indonesia yang memiliki penyakit TBC

yang tidak diobati memiliki kadar vitamin D yang rendah. Anda bisa

mendapatkan vitamin D dari sumber makanan jamur, minyak ikan, ikan

(terutama salmon dan makerel), tofu, sereal yang telah difortifikasi,

kuning telur, susu dan produknya, serta makanan lainnya.

h. Vitamin C

Vitamin C sangat banyak mengandung antioksid an yang diperlukan

dalam melawan radikal bebas. Karena fungsinya ini, tentu vitamin C

banyak dibutuhkan oleh penderita TBC. Bahkan, penelitian juga telah

membuktikan bahwa terdapat hubungan antara kekurangan vitamin C

dan penyakit TB paru. Anda bisa memeroleh sumber vitamin C dari

buah-buahan (seperti jeruk, kiwi, stroberi, melon, jambu biji, dan pepaya)

dan sayuran (seperti paprika merah dan hijau, brokoli, kale, dan tomat).

i. Zat Besi

Beberapa penelitian menunjukkan bahwa penderita TB paru

memiliki hemoglobin yang lebih rendah daripada orang sehat.Oleh

karena itu, penderita TB paru membutuhkan lebih banyak zat besi untuk

mencegah anemia. Perlu diketahui bahwa anemia sangat umum terjadi

pada penderita TB paru. Zat besi bisa Anda peroleh dari daging merah,

sayuran hijau (seperti bayam, brokoli, kale, sawi), sayuran yang telah

difortifikasi, dan lainnya.

j. Selenium

Selenium juga memiliki peran penting dalam sistem kekebalan

tubuh. Sehingga, selenium juga menjadi salah satu nutrisi untuk TB paru
44

yang paling dibutuhkan. Anda bisa mendapatkan selenium dari konsumsi

seafood, ikan, daging, biji bunga matahari, roti, dan jamur.

Tabel 2.1 Jadwal dan Menu Nutrisi

Jadwal Pemberian Nutrisi


07.00 Pagi 12.00 Siang 19.00 Malam
Nasi Nasi Nasi
Telur rebus Ikan bakar Daging
Daging semur Ayam bakar Telur
Ketimun+tomat iris Tempe bacem Tahu bacem
susu Sayur asem Sup sayuran
Papaya pisang

Sumber (Ambarwati,2019)

Tabel 2.2 SOP Pemberian Nutrisi

Standar Operasional Pemberian Nutrisi


Pengertian Tindakan ini merupakantindakan keperawatan yang
dilakukan pada klien yang tidak mampu memenuhi
kebutuhan nutrisi
Tujuan Memenuhi kebutuhan nutrisi pasien
Prosedur 1. Alat dan Bahan
a. Piring
b. Sendok
c. Garpu
d. Gelas
e. Serbet
f. Mangkok cuci tangan
g. Pengalas
h. Makanan dengan porsi dan menu sesuai
program
2. Prosedur Kerja
a. Beri penjelasan
b. Cuci tangan
c. Atur posisi pasien, minta pasien untuk duduk/
setengah duduk sesuai kondisi pasien
d. Pasang pengalas
e. Anjurkan pasien berdoa sesuai kepercayaan
pasien
f. Tawarkan aktivitas dengan dengan cara
menyuap makan pasien jika perlu, lalu suap
pasien demgan makanan secara sedikit demi
sedikit lalu beri minum setelah makan
g. Setelah selesai makan, bersihkan mullut pasien
dan anjurkan duduk sebentar.
45

h. Catat tindakan dan porsi yang dihabiskan serta


jenis makanan yang dimakan pasien
BAB III

METODE STUDI KASUS

A. Jenis Penelitian Studi Kasus

Desain studi kasus ini adalah menggunakan desain penelitian

deskriptif dengan bentuk penerapan studi kasus. Hasil yang diharapkan oleh

peneliti adalah pola makan teratur dan nafsu makan meningkat serta

keberhasilan latihan batuk efektif sebagai pelaksanaan bersihan jalan nafas

pada pasien TB paru dalam pemenuhan kebutuhan nutrisi Di Ruang

Perawatan Multazam 4 RS Aliyah 3.

B. Subjek Studi Kasus

Subjek pada penelitian ini adalah pasien TB paru dalam pemenuhan

kebutuhan nutrisi Di Ruang Perawatan Multazam 4 RS Aliyah 3.

1. Kriteria Inkluisi

Kriteriainkluisi merupakan kriteria dimana subyek penelitian

mewakili subyek penelitian yang memenuhi syarat sebagai subyek

(Notoatmodjo, 2019). Kriteria inkluisi dalam penelitian ini meliputi :

a. Pasien dengan diagnosa TB paru dengan masalah pemenuhan

kebutuhan nutrisi Di Ruang Perawatan Multazam 4 RS Aliyah 3

b. Pasien dengan TB paru dalam pemenuhan kebutuhan nutrisi

c. Pasien yang bersedia diwawancara

d. Usia 18 tahun – 66 tahun

48
49

2. Kriteria Eksklusi

Kriteria eksklusi merupakan kriteria eksklusi dimana subyek

penelitian tidak dapat mewakili sampel karena tidak memenuhi syarat

sebagai sampel penelitian, seperti halnya adanya hambatan etis,

menolak diwawancarai atau suatu keadaan yang tidak memungkinkan

untuk dilakukan penelitian (Notoatmodjo, 2012). Kriteria eksklusi

dalam penelitian ini adalah :

a. Pasien yang tidak di diagnosa TB paruDi Ruang Perawatan

Multazam 4 RS Aliyah 3

b. Pasien TB paru dengan komplikasi

c. Pasien yang tidak bersedia untuk diwawancarai.

C. Fokus Studi Kasus

Pelaksanaan asuhan keperawatan pada Tn.T dengan diagnose medis

TB paru dalam pemenuhan kebutuhan nutrisi Di Ruang Perawatan Multazam

4 RS Aliyah 3

D. Definisi Operasional

1. Tuberkulosis paru (TB paru) adalah penyakit infeksius, yang terutama

menyerang penyakit parenkim paru. Diagnosis TB paru diketahui

berdasarkan catatan medis pasien dengan BTA (+).

2. Kebutuhan nutrisi merupakan proses pemasukan dan pengolahan zat

makanan oleh tubuh yang bertujuan menghasilkan energi dan digunakan

dalam aktivitas tubuh. Nutrisi adalah zat-zat gizi atau berhubungan dengan

kesehatan, penyakit, termasuk keseluruhan proses dalam tubuh manusia

untuk menerima makanan atau bahan-bahan dari lingkungan hidupnya dan


50

menggunakan bahan-bahan tersebut untuk aktivitas penting dalam tubuh

serta mengeluarkan sisanya. Kriteria terpenuhinya nutrisi klien dapat

dinilai dengan menggunakan table atau instrument penelitian.

Hari Nafsu Frekunsi Porsi Mual Muntah

makan makan makan

P S M P S M P S M P S M P S M

1 -

Skor

Keterangan

Skor 1 : Tidak Adekuat

Skor 2 : Sedikit Adekuat

Skor 3 : Cukup Adekuat

Skor 4 : Sebagian Besar Adekuat

Skor 5 : Sepenuhnya Adekuat

3. Asuhan keperawatan pada pasien TB paru dengan masalah ppemenuuhan

kebutuhan nutrisi mengacu pada teori yang ada meliputi :

a. Pengkajian yaitu proses dalam pengumpulan data dengan metode

observasi, wawancara langsung pada pasien dan keluarga pasien dan

melalui rekam medik pasien. Fokus pengkajian pada pasien dengan

kasus pemenuhan kebutuhan nutrisi meliputi : identitas klien, keluhan


51

utama, riwayat penyakit, pemeriksaan fisik khusus : airway, breathing,

circulation, Disability, pemeriksaan fisik umum : meliputi pemeriksaan

seluruh anggota tubuh dari kepala hingga ekstremitas bawah, dan

pengkajian kebutuhan kenyamanan.

b. Diagnosa keperawatan merupakan suatu penilaian klinis mengenai

respons klien terhadap masalah kesehatan atau proses kehidupan yang

dialaminya baik yang berlangsung actual maupun potensial. Diagnosa

keperawatan ini di ambil berdasarkan data yang menyimpang yang

ditemukan pada saat melakukan pengkajian.

c. Intervensi keperawatan adalah tindakan yang dirancang untuk

membantu klien dalam beralih dari tingkat kesehatan saat ini ke tingkat

yang diiginkan dalam hasil yang di harapkan. Intervensi dalam studi

kasus ini adalah : manajemen nutrisi yang terdiri dari identifikasi status

nutrisi, identifikasi alergi dan intoleransi makanan, identifikasi

makanan yang disukai, monitor berat badan, lakukan oral hygiene

sebelum makan, jika perlu, sajikan makanan secara menarik dan suhu

yang sesuai, berikan makanan yang tinggi serat untuk mencegah

konstipasi, berikan makanan tinggi kalori dan tinggi protein, anjurkan

posisi duduk, jika mampu, dan kolaborasi dengan ahli gizi untuk

menentukan jumlah kalori dan jenis nutrient yang dibutuhkan, jika

perlu

d. Implementasi keperawatan adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan

oleh perawat untuk membantu klien dari masalah status kesehatan yang

di hadapi ke status kesehatan yang lebih baik yang menggambarkan


52

kriteria hasil yang diharapkan. Implementasi yang dilakukan sesuai

dengan intrvensi yang direncanakan dan dilakukan dalam 3 hari.

e. Evaluasi keperawatan berdasarkan Standar Luaran Keperawatan

Indonesia (SLKI) yaitu setelah dilakukan tindakan keperawatan selama

4x24 jam maka tingkat nyeri menurun dengan kriteria hasil :

1)Porsi makan yang dihabiskan meningkat


2)Perasaan cepat kenyang menurun
3)Berat badan membaik
4)Indeks masa tubuh membaik
5)Frekuensi makan membaik
6)Nafsu makan membaik

E. Tempat dan Waktu Studi Kasus

Penelitian ini dilakukan Di Ruang Perawatan Multazam 4 RS Aliyah

3. Waktu penelitian dilakukan pada tanggal 02 Maret sampai 06 Maret 2021.

F. Pengumpulan Data

Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer

dan data sekunder. Data primer yaitu data yang didapatkan langsung kepada

klien baik itu melalui proses pengkajian dan wawancara terhadap responden

(klien atau keluarga klien). Sedangkan data sekunder dalam penelitian ini

adalah data yang diperoleh dari status klien dan rekam medis Di RS Aliyah 3.

1. Data Primer

Yaitu data yang diperoleh secara langsung dari subyek penelitian

oleh perorangan maupun organisasi. Data primer meliputi :

a. Wawancara adalah Tanya jawab antara dua pihak, pewawancara dan

narasumber untuk memperoleh data suatu hal. Wawancara bebas


53

terpimpin merupakan kombinasi dari wawancara terpimpin dan

wawancara tidak terpimpin. Walaupun terdapat unsur kebebasan,

tetapi ada pengaruh pembicaraan secara tegas dan jelas. Jadi,

wawancara ini mempunyai ciri fleksibilitas dan arah yang jelas.

b. Observasi adalah cara pengumpulan data dengan melakukan

pengamatan secara langsung kepada responden penelitian untuk

mencari perubahan atau hal-hal yang akan diteliti.

c. Pemeriksaan fisik atau pengkajian fisik adalah proses berkelanjutan

yang dimulai selama wawancara, terutama dengan melihat (inspeksi)

atau observasi. Selama pemeriksaan yang lebih formal, alat-alat untuk

perkusi, palpasi, auskultasi ditambahkan untuk menambahkan

pengkajian sistem tubuh.

2. Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang didapatkan secara tidak langsung

dari objek penelitian. Data sekunder meliputi :

a. Dokumentasi adalah teknik pengumpulan data yang tidak langsung

pada objek penelitian, tetapi melalui dokumen.

b. Kepustakaan adalah teknik pengumpulan data yang diperoleh atau

dikumpulkan oleh orang yang melakukan penelitian dan

memanfaatkan teori-teori yang sudah ada di buku atau hasil penelitian

lain untuk kepentingan penelitian.


54

G. Penyajian Data

Penyajian data penelitian merupakan cara penyajian dan penelitian

dilakukan melalui berbagai bentuk, dari data yang sudah terkumpul dan telah

diolah akan disajikan dan dibahas dalam bentuk textular atau narasi untuk

mengetahuihasil.

H. Etika Studi Kasus

Penelitian yang menggunakan manusia sebagai subyek tidak boleh

bertentangan dengan etik.Tujuan penelitian harus etis dalam arti hak

responden harus dilindungi. Dalam melaksanakan penelitian ini penulis

menekankan pada prinsip etika yang meliputi:

1. Prinsip Manfaat (Nursalam, 2020)

a. Bebas dari Penderitaan

Penelitian harus dilaksanakan tanpa mengakibatkan

penderitaan kepada subyek, khususnya jika menggunakan tindakan

khusus (Nursalam, 2019).

b. Bebas dari Eksploitasi

Partisipasi subyek dalam penelitian, harus dihindarkan dari

keadaan yang tidak menguntungkan. Subyek harus diyakinkan

bahwa partisipasinya dalam penelitian atau informasi yang telah

diberikan, tidak akan dipergunakan dalam hal-hal yang dapat

merugikan subyek dalam bentuk apapun (Nursalam, 2019).

c. Risiko (benefits ratio)


55

Peneliti harus hati-hati mempertimbangkan risiko dan

keuntungan yang akan berakibat kepada subyek pada setiap

tindakan (Nursalam, 2020).

2. Prinsip Menghargai Hak Asasi Manusia (respect human dignity)

(Nursalam, 2020) sebagai berikut:

a. Hak untuk ikut atau tidak menjadi responden ( right to self

determination )

Subyek harus diperlakukan secara manusiawi. Subyek

mempunyai hak memutuskan apakah mereka bersedia menjadi

subyek ataupun tidak, tanpa adanya sanksi apapun atau akan

berakibat terhadap kesembuhannya, jika mereka seorang klien

(Nursalam, 2020).

b. Hak untuk mendapatkan jaminan dari perlakuan yang diberikan (

right to full disclosure )

Seorang peneliti harus memberikan penjelasan secara rinci

serta bertanggungjawab jika ada sesuatu yang terjadi kepada subyek

(Nursalam, 2020).

c. Informed Consent

Informed consent merupakan bentuk persetujuan antara

peneliti dan responden penelitian dengan memberikan lembar

persetujuan. Tujuan informed consent adalah agar subyek mengerti

maksud dan tujuan penelitian, mengetahui dampaknya. Beberapa

informasi yang harus ada dalam informed consent tersebut antara

lain : partisipasi pasien, tujuan dilakukannya tindakan, jenis data


56

yang dibutuhkan, komitmen, prosedur pelaksnaan, potensial yang

akan terjadi, manfaat, karahasiaan, informasi yang mudah

dihubungi, dan lain-lain (Hidayat, 2019). Merupakan lembar

persetujuan studi kasus yang diberikan kepada responden, agar

responden mengetahui maksud dan tujuan studi kasus.

3. Prinsip Keadilan (right to justice) (Nursalam, 2020)

a. Hak untuk mendapatkan pengobatan yang adil (right in fair

treatment)

Subyek harus diperlakukan secara adil baik sebelum,

selama dan sesudah keikutsertaannya dalam penelitian tanpa adanya

diskriminasi apabila ternyata mereka tidak bersedia atau

dikeluarkan dari penelitian (Nursalam, 2020).

b. Hak dijaga kerahasiaannya (right to privacy)

Masalah etika keperawatan Tanpa Nama (Anonimity)

merupakan masalah yang memberikan jaminan dalam penggunaan

subyek penelitian dengan cara tidak memberikan atau

mencantumkan nama responden pada lembar alat ukur dan hanya

menuliskan kode pada lembar pengumpulan data atau hasil

penelitian yang akan disajikan (Hidayat, 2019). Untuk menjaga

kerahasiaan pada lembar yang telah diisi oleh responden, penulis

tidak mencantumkan nama secara lengkap, responden cukup

mencantumkan nama inisial saja.

Masalah etika keperawatan Kerahasiaan (Confidentiality)

merupakan masalah etika dengan memberikan jaminan kerahasiaan


57

hasil penelitian, baik informasi maupun masalah-masalah lainnya.

Semua informasi yang telah dikumpulkan dijamin kerahasiaannya

oleh peneliti, hanya kelompok data tertentu yang akan dilaporkan

pada hasil riset (Hidayat, 2019). Peneliti menjelaskan bahwa data

yang diperoleh dari responden akan dijaga kerahasiannya oleh

peneliti.
BAB IV

HASIL STUDI KASUS DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Studi Kasus

1. Pengkajian

Pengkajian pada kasus ini diperoleh melalui observasi langsung,

pemeriksaan fisik, menelaah catatan medik maupun catatan perawat yang

dilakukan pada tanggal 02 Maret 2021 pukul 09 : 15 WITA, klien masuk Di

Ruang Perawatan Multazam 4 RS Aliyah 3 tanggal 01 Maret 2021, dari

pengkajian tersebut didapatkan data melalui penjelasan berikut ini :

Nama klien Tn. T, Jenis kelamin laki-laki, berumur 50 tahun, status

perkawinan menikah, beragama Islam, suku bangsa Tolaki, pendidikan

terakhir SMA, bekerja sebagai Petani, pendapatan perbulan tidak menentu,

alamat Desa Puusangi Kabupaten Konawe.

Identitas penanggung jawab Nama Tn. T, jenis kelamin laki-laki,

pekerjaan sebagai wairaswasta, hubungan dengan klien sebagai keluarga

klien, alamat Puusangi Kabupaten Konawe.

a. Riwayat Kesehatan

Klien masuk Di Rumah Sakit Aliyah 3 pada tanggal 01 Maret

2021 di rawat Di Ruang Perawatan Multazam 4 dengan keluhan utama

klien mengatakan sering merasa sesak nafas dan klien mengatakan batuk

berdarah sejak 2 minggu lalu.

56
57

Riwayat keluhan utama yang didapatkan saat pengkajian adalah

sebagai berikut:

1) Data Subjektif :

a) Klien mengatakan nafsu makannya menurun

b) Klien mengatakan berat badannya menurun

2) Data Objektif :

a) Klien nampak tidak nafsu makan

b) Klien nampak lemah

c) Klien nampak gelisah

d) BB : 45 kg

e) Tinggi badan 157 cm

f) IMT 18,2.

Pada pengkajian riwayat kesehatan masa lalu klien mengatakan

tidak pernah mengalami penyakit yang sama sebelumnya. Klien

mengatakan tidak pernah menjalani tindakan operasi sebelumnya.Klien

mengatakan tidak memiliki riwayat alergi. Klien mengatakan tidak

merokok.

b. Pengkajian Kebutuhan Nutrisi

Table 4.3 Pengkajian Kebutuhan Nutrisi

Keterangan Sebelum Sakit Setelah Sakit


Frekuensi makan sehari 3 kali sehari 1 kali sehari
Waktu Makan Pagi, siang, dan Siang
malam
Porsi makan yang habiskan 1 porsi 1/2 porsi
Penggunaan alat bantu Tidak ada Tidak ada
58

makan
Makanan pantang/yang Tidak ada Tidak ada
tidak disukai
Pembatasan makanan Tidak ada Tidak ada
Jenis makanan yang dibatasi Tidak ada Tidak ada
Konsumsi makanan yang Sayur-sayuran Tidak ada
berserat
Nafsu makan Baik Menurun
Mual Tidak ada Ya
Hipersalivasi Tidak ada Tidak ada
Sensasi asam pada mulut Tidak ada Tidak ada
Perasaan cepat kenyang Tidak ada Ya
setelah makan
Perasaan kembung Tidak ada Ya
Lain-lain - -

c. Pemeriksaan Fisik

Pemeriksaan tanda-tanda vital didapatkan hasil tekanan darah

110/80 mmHg, frekuensi pernafasan 24 kali/menit, frekuensi nadi 100

kali/menit, suhu tubuh 36,6 0C. pemeriksaan berat badan 45 kg dan tinggi

badan 157 cm, IMT 18,2.

Pemeriksaan fisik pada bagian kepala didapatkan hasil bentuk

kepala hormosefali atau tidak ada kelainan, keadaan kulit kepala bersih,

tidak ada nyeri kepala, klien tidak merasa pusing, distribusi rambut

bersih, rambut tidak udah teracut, dan tidak ada alopesia.

Pada pemeriksaan mata didapatkan hasil kedua mata simetris,

tidaka ada edema dan ptosis, sclera kemerah-merahan, konjungtiva

anemis, reflex pupil normal, ketajaman mata baik, pergerakan bola mata
59

baik, lapang pandang baik, tidak ada diplopia, tidak ada photopobia,

tidak ada nistagmus, reflex kornea baik, tidak ada nyeri pada kedua mata.

Pada pemeriksaan telinga didapatkan hasil kedua telinga simetris,

tidak ada skret atau serumen, ketajaman pendengaran baik, tinnitus baik,

tidak ada nyeri yang dirasakan pada telinga.

Pemeriksaan hidung didapaatkaan hasil hidung simetris, tidak ada

perdarahan, tidak ada sekresi, fungsi penciuman baik, dan tidak ada nyeri

pada hidung.

Pemeriksaan pada mulut didapatkan hasil fungsi berbicara baik,

kelembapan bibir baik, posisi uvula baik, mukosa bibir baik, keadaan

tonsil baik, stomatitis baik, warna lidah merah mudah, tidak ada tremor

pada lidah, kebersihan lidah bersih, tidak ada bau mulut, kelengkapan

gigi sudah tidak lengkap, kebersihan gigi bersih, terdapat karies pada

gigi, suara parau tidak ada, tidak ada kesulitan menelan, kemampuan

menunyah baik, dan fungsi mengecap baik.

Pemeriksaan pada leher didapatkan hasil mobilitas leher baik, tidak

ada pembesaran kelenjar tiroid, tidak ada pembesaran kelenjar limfe,

tidak ada pelebaran vena jugularis, dan trachea baik.

Pemeriksaan pada thoraks bagian paru-paru didapatkan hasil

bentuk dada simetris, pengembanan dada tidak normal, tidak ada retraksi

dinding dada, tidak ada tanda jejas, taktir fremitus getaran kiri dan kanan,

tidak ada massa, adanya dispnea, adanya ortopnea, suara nafas vesicular,

bunyi nafas tambahan ronchi, nyeri pada dada.


60

Pemeriksaan thoraks bagian jantung didapatkan hasil uktus kordis

normal, ukuran jantung normal, klien mengatakan nyeri pada dada, tidak

ada palpitaasi, dan bunyi jantun normal.

Pemeriksaan abdomen didapatkan hasil warna kulit sawo matang,

tidak ada distensi abdomen, tidak ada ostomy, tidak ada tanda jejas,

peristaltic 18x/menit, perkusi abdomen redup, tidak ada massa, dan tidak

ada nyeri tekan.

Pemeriksaan payudara didapatkan hasil kedua payudara simetris,

keadaan putin susu baik, tidak ada massa, tidak ada neri tekan, dan tidak

ada lesi.

Pemeriksaan system saraf didapatkan hasil tingkat kesadaran

composmentis, koordinasi baik, memori baik, orientasi baik, konfusi

baik, keseimbangan baik, tidak ada kelumpuhan, tidak ada gangguan

sensasi, dan tidak ada kejang-kejang.

Pemeriksaan reflex didapatkan hasil reflex tendon bisep normal,

reflex tendon trisep normal, reflex lutut baik, tidak ada kaku kuduk,

brudzinski I normal, dan brudzinski II normal.

Pemeriksaan anus dan perianal didapaatkan hasil tidak ada tanda

haemoroid, tidak ada lesi, dan tidak ada nyeri pada anus.

Pemeriksaan ekstremitas didapatkan hasil warna kulit sawo

matang, tidak terdapat purpura atau ekimosis, tidak terdapat atropi, tidak

ada hipertropi, tidak ada lesi atau luka, pigmentasi baik, tidak ada

deformitas sendi, tidak ada deformitas tulang, tidak ada tremor, tidak ada

varises, tidak ada edema, turgor kulit baik, kelembapan kulit baik,
61

capillary tefilling time (CRT) dibawah 2 detik, pergerakan ekstremitas

normal, tidak ada kekakuan sendi, tidak ada kekakuan tulang, tonus otos

normal, kekuatan sendi baik, tidak ada nyeri, dan tidak terjadi

diaphoresis.

d. Pemeriksaan penunjang

1) Rontgen thorax

2) Pemeriksaan BTA (+)

3) Rapid test antigen SARS-COV-2 (-)

4) Cek darah rutin

2. Dignosa keperawatan

a. Klasifikasi Data

Nama pasien : Tn. T

Umur : 50 tahun

No. RM : 01 - 12 – 01

No Data Masalah
1 DS : Deficit Nutrisi
a. Klien mengatakan nafsu makannya menurun berhubungan dengan
b. Klien mengatakan berat badannya menurun ketidakmampuan
DO : mencerna makanan
a. Klien nampak lemah
b. Klien nampak tidak nafsu makan
c. Tanda-tanda vital :
TD : 110/80 mmHg
S : 36,6oC
N : 100 X/m
P : 24 X/m
BB : 45 Kg
IMT : 18,2
62

3. Analisa Data

a. Klasifikasi Data

Nama pasien : Tn. T

Umur : 50 tahun

No. RM : 01 - 12 – 01

NO DATA ETIOLOGI MASALAH


1 DS: Invasi melalui saluran Deficit Nutrisi
a. Klien mengatakan pernapasan berhubungan dengan
nafsu makannya ketidakmampuan
menurun mencerna makanan
b. Klien mengatakan Meluas
berat badannya
menurun
DO : Hematogen
a. Klien nampak lemah
b. Klien nampak tidak
nafsu makan Bakterimia
c. Tanda-tanda vital :
TD : 110/80 mmHg
S : 36,6 oC Peritoneum
N : 100 X/m
P : 24 X/m
BB : 45Kg Asam lambung
IMT : 18,2 meningkat

Annoreksia, mual,
muntah

Deficit nutrisi
63

4. Intervensi Keperawatan

a. Klasifikasi Data

Nama pasien : Tn. T

Umur : 50 tahun

No. RM : 01 - 12 – 01

NO DIAGNOSA KRITERIA HASIL INTERVENSI


KEPERAWATAN KEPERAWATAN
1 Deficit Nutrisi Setelah dilakukan tindakan Manajemen Nutrisi
berhubungan dengan keperawatan 4 x24 jam Observasi
ketidakmampuan maka 1. Identifikasi status nutrisi
mencerna makanan Nafsu makan meningkat 2. Identifikasi alergi dan
dengan kriteria hasil : intoleransi makanan
1. Porsi makan yang 3. Identifikasi makanan yang
dihabiskan meningkat disukai
2. Perasaan cepat kenyang 4. Monitor berat badan
menurun Terapiutik
3. Berat badan membaik 1. Lakukan oral hygiene
4. Indeks masa tubuh sebelum makan, jika perlu
membaik 2. Sajikan makanan secara
5. Frekuensi makan menarik dan suhu yang
membaik sesuai
6. Nafsu makan membaik 3. Berikan makanan yang
tinggi serat untuk mencegah
konstipasi
4. Berikan makanan tinggi
kalori dan tinggi protein
Edukasi
1. Anjurkan posisi duduk, jika
mampu

Kolaborasi
1. Kolaborasi dengan ahli gizi
untuk menentukan jumlah
kalori dan jenis nutrient
yang dibutuhkan, jika perlu
64

5. Implementasi Keperawatan

a. Klasifikasi Data

Nama pasien : Tn. T

Umur : 50 tahun

No. RM : 01 - 12 – 01

b. Implementasi hari pertama

DIAGNOSA HARI/ JAM IMPLEMENTASI EVALUASI


KEPERAWATAN TANGGAL
Deficit Nutrisi Rabu, 03 09.00 1. Mengdentifikasi S:
berhubungan dengan Maret 2021 status nutrisi 1. Klien mengatakan
ketidakmampuan Hasil : tidak nafsu makan
mencerna makanan a. Klien mengatakan 2. Klien mengatakan
tidak nafsu makan mengalami
b. Porsi makan tidak penurunan berat
dihabiskan badan selama sakit
c. Klien nampak 3. Klien mengatakan
makan hanya pada sering sikat gigi
siang hari sebelum dan
09.10 2. Mengdentifikasi setelah makan
alergi dan intoleransi 4. Klien mengatakan
makanan menyukai makanan
Hasil : yang masih hangat
a. Tidak ada O:
10.00 3. Mengdentifikasi 1. Porsi makan tidak
makanan yang disukai dihabiskan
Hasil : tidak ada 2. Klien nampak
10.30 4. Memonitor berat makan hanya pada
badan siang hari
Hasil : 3. BB sebelum sakit :
a. Klien mengatakan 55 kg
mengalami 4. BB setelah sakit 45
penurunan berat kg
badan selama 5. TTV :
sakit TD : 110/80 mmHg
b. BB sebelum sakit S : 36,6 oC
: 58 kg N : 100 X/m
c. BB setelah sakit P : 24 X/m
50 kg BB : 45 Kg
10.40 5. Melakukan oral IMT : 18,2
hygiene sebelum A :Defisit Nutrisi
makan, jika perlu
Hasil : P : Intervensi 1, 4, 6,
65

Klien mengatakan 7, dan 8


sering sikat gigi
sebelum dan setelah
makan
10.50 6. Menyajikan makanan
secara menarik dan
suhu yang sesuai
Hasil :
a. Klien mengatakan
menyukai
makanan yang
masih hangat
11.00 7. Memberikan makanan
yang tinggi serat
untuk mencegah
konstipasi
Hasil : terdapat
sayuran tinggi serat
pada makanan klien
11.00 8. Memberikan makanan
tinggi kalori dan
tinggi protein
Hasil : terdapat
makanan tinggi kalori
dan protein pada
makanan klien
11.05 9. Menganjurkan posisi
duduk, jika mampu
Hasil : klien nampak
duduk pada saat
makan

Jadwal Pemberian Nutrisi Di Rumah Sakit


08.00 Pagi 12.00 Siang 19.00 Malam
Nasi Nasi Nasi
Ikan masak Semur Ayam Ayam goreng
Semur tahu Tahu goreng Telur rebus
Ketimun Sayur bening Tahu bacem
Air putih Pisang Sup sayuran
Pisang
66

c. Implementasi hari kedua

DIAGNOSA HARI/ JAM IMPLEMENTASI EVALUASI


KEPERAWATAN TANGGAL
Deficit Nutrisi Kamis, 04 09.00 1. Mengdentifikasi status S:
berhubungan dengan Maret 2021 nutrisi 1. Klien mengatakan
ketidakmampuan Hasil : tidak nafsu makan
mencerna makanan a. Klien mengatakan 2. Klien mengatakan
tidak nafsu makan mengalami
b. Porsi makan hanya penurunan berat
1/2 yang dihabiskan badan selama sakit
c. Klien nampak 3. Klien mengatakan
makan hanya pada hanya mau makan
siang hari disiang hari
09.10 2. Memonitor berat O:
badan 1. Porsi makan hanya
Hasil : 1/2 yang
a. Klien mengatakan dihabiskan
mengalami 2. Klien nampak
penurunan berat makan hanya pada
badan selama siang hari
sakit 3. BB sebelum sakit :
b. BB sebelum sakit 55 kg
: 58 kg 4. BB setelah sakit 45
c. BB setelah sakit kg
50 kg 5. TTV :
10.00 3. Menyajikan makanan TD : 110/80 mmHg
secara menarik dan S : 36,6 oC
suhu yang sesuai N : 100 X/m
Hasil : P : 22X/m
a. Klien mengatakan BB : 45 Kg
menyukai IMT : 18,2
makanan yang A :Defisit Nutrisi
masih hangat
10.30 4. Memberikan makanan P : Intervensi 1, 2, 3,
yang tinggi serat 4, dan 5
untuk mencegah
konstipasi
Hasil : terdapat
sayuran tinggi serat
pada makanan klien
11.00 5. Memberikan makanan
tinggi kalori dan
tinggi protein
Hasil : terdapat
makanan tinggi kalori
dan protein pada
67

makanan klien

Jadwal Pemberian Nutrisi Di Rumah Sakit


08.00 Pagi 12.00 Siang 19.00 Malam
Nasi Nasi Nasi
Semur Ayam Ikan masak Ayam bakar
Semur tahu Tahu goreng Telur rebus
Ketimun Sayur bening Tahu bacem
Air putih Pisang Sup sayuran
Pisang

d. Implementasi hari ketiga

DIAGNOSA HARI/ JAM IMPLEMENTASI EVALUASI


KEPERAWATAN TANGGAL
Deficit Nutrisi Jumat, 05 09.00 1. Mengdentifikasi status S:
berhubungan dengan Maret 2021 nutrisi 1. Klien
ketidakmampuan Hasil : mengatakan
mencerna makanan a. Klien mengatakan sudah mulai
sudah mulai nafsu nafsu makan
makan 2. Klien
b. Porsi makan hanya mengatakan
1/2 yang dihabiskan mengalami
c. Klien nampak penurunan berat
makan hanya pada badan selama
siang dan malam sakit
hari 3. Klien
09.10 2. Memonitor berat badan mengatakan
Hasil : hanya mau
a. Klien mengatakan makan disiang
mengalami hari
penurunan berat O:
badan selama sakit 1. Porsi makan
b. BB sebelum sakit : hanya 1/2 yang
58 kg dihabiskan
c. BB setelah sakit 51 2. Klien nampak
kg makan hanya
10.00 3. Menyajikan makanan pada siang dan
secara menarik dan malam hari
suhu yang sesuai 3. BB sebelum sakit
Hasil : : 55 kg
a. Klien mengatakan 4. BB setelah sakit
menyukai makanan 45 kg
yang masih hangat 5. TTV :
10.30 4. Memberikan makanan TD : 110/80
yang tinggi serat untuk mmHg
68

mencegah konstipasi S : 36,6 oC


Hasil : terdapat sayuran N : 100 X/m
tinggi serat pada P : 20X/m
makanan klien BB : 45 Kg
10.40 5. Memberikan makanan IMT : 18,2
tinggi kalori dan tinggi A :Defisit Nutrisi
protein
Hasil : terdapat P : Intervensi 1, 2, 3,
makanan tinggi kalori 4, dan 5
dan protein pada
makanan klien

Jadwal Pemberian Nutrisi Di Rumah Sakit


08.00 Pagi 12.00 Siang 19.00 Malam
Nasi Nasi Nasi
Ikan masak Semur Ayam Ayam goreng
Semur tahu Tahu goreng Telur rebus
Ketimun Sayur bening Tahu bacem
Air putih Pisang Sup sayuran
Pisang

e. Implementasi Hari Ke-4

DIAGNOSA HARI/ JAM IMPLEMENTASI EVALUASI


KEPERAWATAN TANGGAL
Deficit Nutrisi Sabtu, 06 09.00 1. Mengdentifikasi status S:
berhubungan dengan Maret 2021 nutrisi 1. Klien
ketidakmampuan Hasil : mengatakan
mencerna makanan a. Klien mengatakan sudah mulai
sudah mulai nafsu nafsu makan
makan 2. Klien
b. Porsi makan hanya mengatakan
1/2 yang dihabiskan mengalami
c. Klien nampak penurunan berat
makan hanya pada badan selama
siang dan malam sakit
hari 3. Klien
09.10 2. Memonitor berat badan mengatakan
Hasil : hanya mau
a. Klien mengatakan makan disiang
mengalami hari
penurunan berat O:
badan selama sakit 1. Porsi makan
b. BB sebelum sakit : hanya 1/2 yang
58 kg dihabiskan
69

c. BB setelah sakit 51 2. Klien nampak


kg makan hanya
10.00 3. Menyajikan makanan pada siang dan
secara menarik dan malam hari
suhu yang sesuai 3. BB sebelum sakit
Hasil : : 55 kg
a. Klien mengatakan 4. BB setelah sakit
menyukai makanan 45 kg
yang masih hangat 5. TTV :
10.30 4. Memberikan makanan TD : 110/80
yang tinggi serat mmHg
untuk mencegah S : 36,6 oC
konstipasi N : 100 X/m
Hasil : terdapat P : 20X/m
sayuran tinggi serat BB : 45 Kg
pada makanan klien IMT : 18,2
10.40 5. Memberikan makanan A :Defisit Nutrisi
tinggi kalori dan
tinggi protein P : Intervensi 1, 2, 3,
Hasil : terdapat 4, dan 5
makanan tinggi kalori
dan protein pada
makanan klien

Jadwal Pemberian Nutrisi Di Rumah Sakit


08.00 Pagi 12.00 Siang 19.00 Malam
Nasi Nasi Nasi
Ikan masak Semur Ayam Ayam goreng
Semur tahu Tahu goreng Telur rebus
Ketimun Sup sayuran Tahu bacem
Air putih Pisang Sayur tumis
Pisang

B. Pembahasan

Berdasarkan hasil studi kasus dan tujuan penulisan studi kasus ini,

maka penulis akan membahas tentang kesenjangan antara teori dengan hasil

studi kasus penatalaksanaan asuhan keperawatan pada pasien TB Paru Di

Ruang Perawatan Multazam 4 RS Aliyah 3 yang di lakukan pada tanggal 02

Maret 2021 yang meliputi pengkajian, diagnosa keperawatan, intervensi

keperawatan, implementasi dan evaluasi keperawatan.


70

1. Tahap pengkajian

berdasarkan teori pengkajian adalah tahap pemikiran dasar yang

bertujuan untuk mengumpulkan informasi atau data subjektif maupun

objektif tentang keadaan kesehatan pasien. adapun data yang didapat pada

tahap pengkajian yaitu : pada studi kasus ditemukan data klien mengatakan

nafsu makannya menurun, klien mengatakan berat badannya menurun.

Data objektif :klien nampak lemah, klien nampak tidak nafsu makan,

tanda-tanda vital :Tekanan darah : 110/80 mmHg, suhu tubuh : 36,6oC,

nadi : 100 x/menit, Pernafasan : 24x/menit, BB : 45 Kg, dan IMT :

18,2.

Menurut teori dalam Standard Diagnosis Keperawatan Indonesia

(SDKI), data atau tanda dan gejala untuk pasien dengan diagnose

keperawatan bersihan jalan napas tidak efektif adalah batuk tidak efektif,

tidak mampu batuk, sputum berlebih, mengi, wheezing, ronchi, dan pola

napas berubah.

Jika dibandingan teori dengan studi kasus suda pasti ada

kesenjangan anatara teori dan studi kasus, karena data pada teori tidak

semua ada di studi kasus, begitupun sebaliknya data yang ada pada studi

kasus tidak semua terdapat pada teori.

2. Diagnosa Keperawatan

Diagnosa keperawatan adalah penilaian klinis mengenai respon

individu, keluarga, dan komunitas terhadap masalah kesehatan yang aktual

atau potensi yang merupakan dasar untuk memilih intervensi keperawatan

untuk mencapai hasil yang merupakan tanggung jawab.Adapun diagnosa


71

keperawatan yang ada pada teoriyaitu bersihan jalan nafas tidak efektif,

pola napas tidak efektis, dan deficit nutrisi.

Berdasarkan masalah yang terkait pada pasien pada pasien TB

ParuDi Ruang Perawatan Multazam 4 RS Aliyah 3 adalah deficit nutrisi

berhubungan dengan ketidakmampuan mencerna makanan.Dari hasil

pengkajian yang sudah didapatkan yaituklien mengatakan nafsu makannya

menurun, klien mengatakan berat badannya menurun.Data objektif :klien

nampak lemah, klien nampak tidak nafsu makan, tanda-tanda vital

:Tekanan darah : 110/80 mmHg, suhu tubuh : 36,6oC, nadi : 100

x/menit, Pernafasan : 24x/menit, BB : 45 Kg, dan IMT : 18,2, dan tidak

semua diagnosa keperawatan yang ada dalam teori terdapat pada pasien.

Adapun diagnosa keperawatan yang tidak terdapat pada studi kasus ini

yaitu bersihan jalan napas tidak efektif dan pola napas tidak efektif.Maka

penulis mengangkat diagnosa keperawatan yang sesuai dengan data

pengkajian atau kondisi pasien yaitu deficit nutrisi berhubungan dengan

ketidakmampuan mencerna makanan.

3. Intervensi Keperawatan

Intervensi keperawatan adalah suatu proses dalam pemecahan

masalah keperawatan yang merupakan keputusan awal tentang apa yang

akan dilakukan dari semua tindakan keperawatan sehingga tujuan yang

direncanakan dapat tercapai (Dermawan, 2019). Perencanaan keperawatan

disusun berdasarkan konsep teori yang telah didapatkan dan diterapkan

secara aktual terhadap pasien TB Paru.


72

Tujuan intervensi keperawatan terhadap diagnosa keperawatan

Setelah dilakukan tindakan keperawatan 4 x 24 jam maka nafsu makan

meningkat dengan kriteria hasil : porsi makan yang dihabiskan meningkat,

perasaan cepat kenyang menurun, berat badan membaik, indeks masa

tubuh membaik, frekuensi makan membaik, nafsu makan membaik dengan

intervensi manajemen nutrisi : observasi : identifikasi status nutrisi,

identifikasi alergi dan intoleransi makanan, identifikasi makanan yang

disukai, monitor berat badan. Terapiutik :lakukan oral hygiene sebelum

makan, jika perlu, sajikan makanan secara menarik dan suhu yang sesuai,

berikan makanan yang tinggi serat untuk mencegah konstipasi, berikan

makanan tinggi kalori dan tinggi protein. Edukasi :anjurkan posisi duduk,

jika mampu. Kolaborasi :kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan

jumlah kalori dan jenis nutrient yang dibutuhkan, jika perlu.

4. Implementasi Keperawatan

Implementasi keperawatan adalah pelaksanaan kegiatan yang telah

direncanakan oleh perawat untuk membantu pasien dari masalah kesehatan

yang dihadapi ke status kesehatan yang lebih baik dan menggambarkan

kriteria hasil yang diharapkan (Dermawan, 2019).

Berdasarkan masalah keperawatan tersebut penulis melakukan

implementasi keperawatan selama 4 hari untuk diagnose deficit nutrisi

sesuai dengan intervensi yang telah dibuat dengan memperhatikan aspek

tujuan dan kriteria hasil dalam rentang yang telah ditentukan. Adapun

Intervensi keperawatan untuk diagnose deficit nutrisi yang telah

ditentukan yaitu observasi :identifikasi status nutrisi, identifikasi alergi


73

dan intoleransi makanan, identifikasi makanan yang disukai, monitor berat

badan. Terapiutik :lakukan oral hygiene sebelum makan, jika perlu,

sajikan makanan secara menarik dan suhu yang sesuai, berikan makanan

yang tinggi serat untuk mencegah konstipasi, berikan makanan tinggi

kalori dan tinggi protein. Edukasi :anjurkan posisi duduk, jika mampu.

Kolaborasi :kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori

dan jenis nutrient yang dibutuhkan, jika perlu.

Implementasi yang direncanakan telah diterapkan, dalam

melakukan intervensi diatas selama 4 hari untuk diagnose deficit nutrisi

secara berturut – turut hasilnya dinilai sangat efektif dalam masalah

keperawatan deficit nutrisi pada pasien TB Paru.

5. Evaluasi Keperawatan

Evaluasi keperawatan adalah membandingkan hasil pelaksanaan

tindakan keperawatan dengan tujuan dan kriteria yang sudah ditetapkan

(Dermawan, 2019). Evaluasi hasil Tn. T dilakukan dengan metode SOAP

(Subjective,Objective, Analysis, and Planning), metode ini digunakan

untuk mengetahui keefektifan dari tindakan keperawatan yang dilakukan

sesuai tujuan dan kriteria hasil yang diharapkan.

Evaluasi keperawatan untuk diagnosa deficit nutrisi, pada hari

keempat 06 Maret maret 2021 pukul 11.50 wita yaitu data subjektif : klien

mengatakan sudah nafsu makannya sudah membaik, klien mengatakan

berat badan sudah mulai membaik, klien mengatakan sudah mau makan 3

kali sehari, klien mengatakan makanan sudah dihabiskan, data objektif

:porsi makan dihabiskan, klien nampak makan hanya pada siang dan
74

malam hari, BB sebelum sakit : 58 kg, BB setelah sakit 51, 5 kg, TTV :TD

: 110/80 mmhg, S : 36,6 oC, N : 100 x/m, P : 20 x/m, BB : 45 kg,

IMT : 18,2.
BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Setelah melakukan Studi Kasus melalui pendekatan proses

keperawatan Di Ruang Perawatan Multazam 4 RS Aliyah 3 dari tanggal 02 –

06 Maret 2021 dengan mengacu pada tujuan yang dicapai, maka penulis

mengambil kesimpulan sebagai berikut :

1. Dalam pengkajian keperawatan Tn. T semua aspek bio, psiko, sosial,

spiritual, dan kultural harus dikaji dan melibatkan kerja sama keluarga

untuk mendapatkan data yang lengkap dan akurat karena setiap individu

memberikan respon yang berbeda-beda terhadap stimulus baik internal

maupun eksternal sehingga membutuhkan kejelian dalam menilai setiap

respon atau gejala yang di tampakkan oleh klien serta memerlukan

kepekaan dan kemampuaan khusus dalam menginterpretasikan dan

menganalisa data pada klien dengan TB paru.

2. Pada tahap diagnosa keperawatan, penulis menegakkan diagnosa

keperawatan berdasarkan data-data yang didapatkan pada klien sesuai

dengan kondisi dan keadaan klien pada saat itu serta berdasarkan teori

yang ada, kemudian diperioritaskan berdasarkan kebutuhan dasar manusia

menurut Maslow dan keluhan klien yang betul-betul mengancam kesehatan

klien. Diagnosa yang diangkat berdasarkan data yang diperoleh yaitu

deficit nutrisi.

78
79

3. Pada tahap perencanaan, penulis membuat dan menyusun rencana tindakan

yang disusun berdasarkan aplikasi dari teori SDKI, dan disesuaikan dengan

kebutuhan dan masalah klien untuk mengatasi masalah pada pasien TB

Paru berdasarkan ilmu dan prosedur tindakan keperawatan.

4. Pada tahap implementasi dalam melakukan asuhan keperawatan,

disesuaikan dengan rencana tindakan asuhan keperawatan yang dibuat

berdasarkan aplikasi teori SDKI, SLKI, dan SIKI sehingga tidak terjadi

kesenjangan dalam pelaksanaan asuhan keperawatan.

5. Pada tahap evaluasi, setelah dilakukan tindakan asuhan keperawatan

selama 4hari dan kemudian dievaluasi akhir pada tanggal 06 Maret 2021

dengan hasil deficit nutrisi yang dialami pasien teratasi.

B. Saran

Dalam melaksanakan asuhan keperawatan melalui pendekatan proses

keperawatan pada pasien TB Paru, peneliti menyarankan :

1. Bagi Klien / Masyarakat

Untuk klien agar selalu menjaga keadaannya, terutama agar selalu

mematuhi program dietnya, terutama minum obat secara teratur sesuai

dengan indikasi yang di anjurkan serta chek up kerumah sakit / puskesmas

terdekat di lingkungan tempat tinggal serta menjalankan program

perawatan lanjut seperti istirahat, makan-makanan yang dianjurkan pada

klien dengan kasus TB Paru, dan mengkonsumsi obat secara teratur untuk

pemulihan dan proses penyembuhan.


80

2. Bagi Rumah Sakit

Bagi Ruang Perawatan Multazam 4 RS Aliyah 3 diharapkan

mampu memberikan pelayanan yang komprehensif yaitu bio, psiko, sosial,

spritual, kultural kepada klien.Petugas kesehatan baik itu perawat agar

selalu menerapkan konsep asuhan keperawatan yang komprehensif dan

meningkatkan frekuensi kontak dengan klien dalam melaksanakan asuhan

keperawatan serta adanya pendokumentasian yang lengkap dan akurat pada

status kesehatan klien. Juga diperlukan adanya kerja sama yang baik

dengan tim kesehatan lainnya untuk mempercepat proses kesembuhan

klien.

3. Bagi Peneliti

Semoga Karya Tulis Ilmiah yang sederhana ini dapat menjadi

bacaan dan acuan untuk meningkatkan pengetahuan dan kreativitas serta

dapat dijadikan sebagai referensi pembelajaran untuk menambah

pengalaman dan wawasan peneliti dalam melakukan asuhan keperawatan

pada pasien Tuberculosis Paru, sehingga dapat membandingkan

kesenjangan antara teori dan kasus nyata tentang masalah nutrisi pada

pasien TB Paru.
DAFTAR PUSTAKA

Aminingsih Endrawati & Ariasti. (2019). Keperawata n Medikal Bedah Klien


Dengan Gangguan Sistem Pernafasan. Jakarta : EGC.

Ambarwati, & Nasution. (2018). Asuhan Kebidanan Sistem Pernafasan (TB).


Yogyakarta : Mitra Cendikia.

Apriyadi. (2020). Tuberculosis Bisa Disembuhkan. Jakarta : EGC.

Dermawan, D. (2019). Proses Keperawatan Perencanaan Konsep Dan Kerangka


Kerja. Yogyakarta : Gosyen Publishing.

Dianasari. (2019). Asuhan Keperawatan Pada Gangguan Sistem Pernafasan.


Jakarta : CV Trans Info Media.

Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Tenggara. (2021). Profil Kesehatan Sulawesi


Tenggara 2019. Kendari: Dinkes pada tanggal 22 Maret 2021, di
www.depkes.go.id/resources/download/profil/PROFILKESPROVINSI2016
/28 Sultra 2016.pdf.

Ginanjar. (2020). Karya Tulis Ilmiah Faktor Resiko TB Paru. Diperoleh tanggal
22 Maret 2021, dari https://osf.io/preprints/inarxiu

Ghofar. (2018). Manajemen nutrisi Dalam meningkatkan kebutuhn nuitrsi pada


Pasien dengan Ketidakefektifan Bersihan Jalan Nafas. Jurnal STIKES
Baptis Kediri 2085-2091.

Haswita, & Reni. (2019). Konsep Dasar Kebutuhan nutrisi. Diperoleh tanggal 22
Maret 2021, dari http://repository.poltekkestjk.ac.id/445/3/BAB%20II.pdf.

Hidayat, A.A. (2019). Pengantar Kebtuhan Dasar Manusia Aplikasi Konsep dan
Proses Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika.

Jitowiyono, A., & Kristianasara, W. (2020). Penatalaksanaan Asuhan


Keperawatan Dengan Pendekatan NANDA NIC NOC. Yogyakarta : Nuha
Medika.

Kementrian Kesehatan RI. (2020). Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2019.


Jakarta: Kemenetrian Kesehatan RI 2019.

Kowalak. (2019). Mudahnya Belajar Sistem Imun. Yogyakarta : Nuha Medika.


Mutaqqin, Arif. (2019). Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem
Pernapasan. Jakarta : Salemba Medika.

Notoatmodjo, S. (2019). Promosi Kesehatan Dan Perilaku Kesehatan. Jakarta :


Rineka Cipta.

Nurarif, A. H. & Kusuma, H. (2015). Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan


Diagnosa Medis dan Nanda Nic-Noc Edisi Revisi 1. Yogyakarta:
MediAction.

Nursalam. (2020). Konsep Dan Penerapan Metedologi Penelitian Ilmu


Keperawatan : Pedoman Skripsi, Tesis, Dan Instrumen Penelitian
Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika.

Pranowo. (2019). Penatalaksanaan Bersihan Jalan Nafas Kasus Tuberkulosis


Paru Di RSP. Ario Wirawa. Diperoleh tanggal 22 Maret 2021, dari
http://ejournal.bsi.ac.id.

Tahir, Rusna.,Imalia, Dhea, S. A., &Muhsinah, Siti. (2019). Fisioterapi Dada


Dan Batuk Efektif Seabagai Penatalaksanaan Ketidakefektifan Bersihan
Jalan Nafas Pada Pasien TB Paru DI RSUD Kota Kendari. Diperoleh
tanggal 28 Januari 2020, dari http://myjurnal.poltekkes-kdi.ac.id

Tim Pokja SDKI DPP PPNI. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia
Definisi dan Indikator Diagnostik. Jakarta : DPP PPNI.

Werdhani.(2019). Asuhan Keperawatan Pada Gangguan Sistem Pernafasan.


Diperoleh tanggal 22 Maret 2021, dari http://tb.rg-adguard.net/public.php.

WHO. 2019. Angka kejadian TB Paru Di Dunia. Diperoleh tanggal 23Januari


2020, dari http://ejournal.bsi.ac.id.

Yulianti.(2019). Manajemen nutrisi Dalam meningkatkan kebutuhn nuitrsi


Mengeluarkan Sekret Pada Pasien TB. Diperoleh tanggal22 Maret 2021,
dari http://eprints.poltekkesjogja.ac.id
Lampiran 1
Lampiran 2
Lampiran 3
Lampiran 4
Lampiran 5
Lampiran 6
Lampiran 7
Lampiran 8

Format Penelitian
Asuhan Keperawatan Pada Tn. T Dengan Diagnosia Medis
TB Paru Dalam Pemenuhan Kebutuhan Nutrisi
Di Ruang Perawatan Multazam 4 RS Aliyah 3

NamaMahasiswa : Yul Devya Oktaviani

Nim : P00320018050

Tanggal pengkajian : 02 Maret 2021


Diagnosa medis : Tuberculosis Paru

I. Biodata
A. Identitas Klien
1. Nama Lengkap : Tn. T
2. Jenis Kelamin : Laki-laki
3. Umur/Tanggal Lahir : 50 Tahun
4. Status perkawinan : menikah
5. Agama : Islam
6. Suku Bangsa : Tolaki
7. Pendidikan : SMA
8. Pekerjaan : Petani
9. Pendapatan : -
10. Tanggal MRS : 01 Maret 2021

B. Identitas Penanggung
1. Nama Lengkap : Tn. T
2. Jenis kelamin : Laki-laki
3. Pekerjaan : Wiraswasta
4. Hubungan dengan klien : Keluarga
5. Alamat : Puusangi Kabupaten Konawe
II. Riwayat Kesehatan
c) Keluhan Utama : klien mengatakan sering merasa sesak nafas dan
klien mengatakan batuk berdarah sejak 2 minggu lalu
d) Riwayat keluhan :
• Klien mengatakan batuk berdarah sejak 2 minggu lalu
• Klien mengatakan sering sesak napas
• Klien mengatakan nafsu makannya menurun
• Klien mengatakan berat badannya menurun
• Klien nampak tidak nafsu makan
• Klien nampak lemah
• Klien nampak gelisah
1. Penyebab/faktor pencetus : klien mengatakan penyakitnya
muncul secara bertahap
2. Sifat keluhan : klien mengatakan berangsur-angsur
3. Lokasi dan penyebarannya : klien mengatakan lokasi
penyebaran didaerah dada
4. Skala keluhan : klien mengatakan skala nyeri
berada diangka 6
5. Mulai dan lamanya keluhan : klien mengatakan lamanya
berangsur-angsur
6. Hal-hal yang meringankan/memperberat : klien mengatakan saat
beraktivitas
7. Keluhan saat ini : batuk darah sudah 2 minggu dan
pasien sudah batuk sejak 2017
8. Penyebab/faktor pencetus : klien mengatakan penyakitnya
muncul secara bertahap
9. Sifat keluhan : klien mengatakan berangsur-angsur
10. Lokasi dan penyebarannya : klien mengatakan lokasi
penyebarannya didaerah dada
11. Skala keluhan : klien mengatakan skala nyerinya
berada diangka 6
12. Mulai dan lamanya keluhan : klien mengatakan lamanya
berangsur-angsur
13. Hal-hal yang meringankan/memperberat : klien mengatakan saat
beraktivitas
14. Lain-lain :
III. Riwayat Kesehata n Masa Lalu

a. Apakah pernah mengalami penyakit yang sama : tidak


b. Bila pernah dirawat di RS, sakit apa : ya,dengan penyakit
yang sama
c. Pernah mengalami pembedahan : ya/ tidak, penyakit:
tidak
d. Riwayat alergi : ya/tidak, terhadap
zat/ obat/ minuman/ makanan :tidak
e. Kebiasaan/ketergantungan terhadap zat:
1. Merokok (berapa batang sehari) : tidak
2. Minum alkohol : tidak Lamanya:
3. Minum kopi : iya Lamanya:
kadang-kadang
4. Minum obat-obatan : tidak Lamanya:

IV. Riwayat Keluarga/ Genogram (diagram 3 generasi)


a. Buat genogram 3 generasi ( lembaran sendiri )

b. Riwayat kesehatan anggota keluarga


1. Apakah ada anggota keluarga yang menderita penyakit serupa: tidak
ada
2. Apakah ada keluarga yang mempunyai penyakit menular atau
menurun : tidak ada

V. Pemeriksaan Fisik
1. Tanda-tanda vital
1. Tekanan darah : 110/80 mmHg
2. Pernapasan : 24 kali / menit, Irama :
3. Nadi : 100 kali / menit, regular/ireguler :
4. Suhu badan : 36,6 0C
2. Berat badan dan tinggi badan
1. Berat badan : 58 Kg
2. Tinggi badan : 150 Cm
3. IMT : 24,4
3. Kepala :
a. Bentuk kepala : hormosefali, tidak ada kelainan
b. Keadaan kulit kepala : bersih
c. Nyeri kepala / pusing: klien mengatakan tidak ada nyeri daerah kepala
d. Distribusi rambut : rambut bersih dan lurus
e. Rambut mudah tercabut : klien mengatakan tidak mudah tercabut
f. Alopesia : tidak ada
g. Lain-lain :
4. Mata
a. Kesimetrisan : Simetris
b. Edema kelopak mata : baik
c. Ptosis : baik
d. Sklera : kemerah-merahan
e. Konjungtiva : Anemis
f. Ukuran pupil : baik
g. Ketajaman penglihatan : baik
h. Pergerakan bola mata : baik
i. Lapang pandang : baik
j. Diplopia : baik
k. Photohobia : baik
l. Nistagmus : baik
m. Reflex kornea : baik
n. Nyeri : tidak ada
o. Lain – lain :
5. Telinga
a. Kesimetrisan : simetris
b. Sekret : tidak ada
c. Serumen : tidak ada
d. Ketajaman pendengaran: baik
e. Tinnitus : baik
f. Nyeri : tidak ada
g. Lain – lain :
6. Hidung
a. Kesimetrisan : Simetris
b. Perdarahan : tidak ada
c. Sekresi : tidak ada
d. Fungsi penciuman : baik
e. Nyeri : tidak ada
f. Lain – lain :
7. Mulut
a. Fungsi berbicara : baik
b. Kelembaban bibir : kering
c. Posisi uvula : baik
d. Mukosa : baik
e. Keadaan tonsil : baik
f. Stomatitis : baik
g. Warna lidah : merah
h. Tremor pada lidah : tidak ada
i. Kebersihan lidah : bersih
j. Bau mulut : tidak ada
k. Kelengkapan gigi : sudah tidak lengkap
l. Kebersihan gigi : bersih
m. Karies : terdapat karies.
n. Suara parau : tidak ada
o. Kesulitan menelan : tidak ad
p. Kemampuan mengunyah : baik
q. Fungsi mengecap : baik
r. Lain – lain :
8. Leher
a. Mobilitas leher : baik
b. Pembesaran kel. Tiroid : tidak ada
c. Pembesaran kel. limfe : tidak ada
d. Pelebaran vena jugularis : tidak ada
e. Trakhaea : baik
f. Lain-lain :
9. Thoraks
Paru – paru
a. Bentuk dada : Simetris
b. Pengembangan dada : tidak normal
c. Retraksi dinding dada : tidak ada
d. Tanda jejas : tidak ada
e. Taktil fremitus : getaran kiri dan kana
f. Massa : tidak ada
g. Dispnea : ada
h. Ortopnea : ada
i. Perkusi thoraks :
j. Suara nafas : veskuler
k. Bunyi nafas tambahan : wheezing
l. Nyeri dada : iya
m. Lain-lain :
Jantung

a. Iktus kordis : normal


b. Ukuran jantung : iya
c. Nyeri dada : klien mengatakan nyeri dadanya
d. Palpitasi : tidak
e. Bunyi jantung : normal
f. Lain-lain :
10. Abdomen
1. Warna kulit : sawo matang
2. Distensi abdomen : tidak ada
3. Ostomy : tidak ada
4. Tanda jejas : tidak ada.
5. Peristaltik : 18x/ menit
6. Perkusi abdomen : redup
7. Massa : tidak ada Lokasi :
8. Nyeri tekan : tidak ada Lokasi :
9. Lain - lain :

11. Payudara
a. Kesimetrisan : simetris
b.Keadaan puting susu : baik
c. Pengeluaran dari putting susu : tidak dikaji
d.Massa : tidak dikaji
e. Kulit paeu d’orange : tidak dikaji
f. Nyeri : tidak ada
g.Lesi : tidak ada
h.Lain – lain :
12. Genitalia
Pria
1. Keadaan meatus uretra eksterna : tidak dikaji
2. Lesi pada genital : tidak dikaji
3. Scrotum : tidak dikaji
4. Pembesaran prostat : tidak dikaji
5. Pendarahan : tidak dikaji
6. Lain – lain :
Wanita
1. Keadaan meatus uretra eksterna : tidak dikaji
2. Leukorrhea : tidak dikaji
3. Perdarahan : tidak dikaji
4. Lesi pada genital : tidak dikaji
5. Lain - lain :
13. Pengkajian sistem saraf
1. Tingkat kesadaran : composmetis
2. Koordinasi : baik
3. Memori : baik
4. Orientasi : baik
5. Konfusi : baik
6. Keseimbangan : baik
7. Kelumpuhan : baik sebelah kiri
8. Gangguan sensasi : tidak ada
9. Kejang-kejang :tidak a da kejang
10. Lain – lain :
11. Reflex :
a. Refleks tendon
1. Biseps : tidak normal
2. Trisep : tidak normal
3. Lutut :tidak

b. Achiles :tidak Normal


c. Refleks patologis
Babinski : tidak Normal
lain - lain :Tidak ada
d. Tanda meningeal :
1. Kaku kuduk/kernig sign : Nomal
2. Brudzinski : Normal
3. Brubzinski II : Normal
4. Lain - lain : Normal
0. Anus dan perianal
1. Hemorrhoid : Normal, tidak ada tanda hemoroid
2. Lesi perianal : Normal, tidak ada lesi
3. Nyeri : Tidak nyeri
4. Lain – lain : Tidak ada

1. Ekstremitas
1. Warna kulit : sawo matang
2. Purpura / ekimosis : TIdak ada
3. Atropi : Normal tidak ada pengecilan otot
4. Hipertropi : Normal, tidak ada pembesaran otot
5. Lesi : Tidak ada lesi
6. Pigmentasi : Baik
7. Luka : Tidak ada
8. Deformitas sendi : Tidak ada
9. Deformitas tulang : Tidak ada
10. Tremor : Tidak ada
11. Varises : Tidak ada
12. Edema :Tidak ada
13. Turgor kulit : Membaik
14. Kelembaban kulit :Baik
15. Capillary Tefilling Time (CRT) :2 detik
16. Pergerakan : klien mengatakan mengalami pembatasan
pergerakan diakibatkan kelemahan tubuh sebelah kiri
17. Kekakuan sendi : klien mengatakan mengalami kelemahan tubuh
sebelah kiri
18. Kekuatan otot : klien mengalami kelemahan otot sebelah
kiri
19. Tonus otot : tidak normal
20. Kekuatan sendi : klien mengatakan mengalami kelemahan
tubuh sebelah kiri
21. Nyeri : tidak
22. Diaphoresis : tidak
23. Lain – lain : TIdak ada
VI. Pengkajian Kebutuhan Dasar

a. Kebutuhan Nutrisi
Keterangan Sebelum Sakit Setelah Sakit
Frekuensi makan sehari 3 kali sehari 1 kali sehari
Waktu Makan Pagi, siang, dan Siang
malam
Porsi makan yang habiskan 1 porsi 1/2 porsi
Penggunaan alat bantu Tidak ada Tidak ada
makan
Makanan pantang/yang Tidak ada Tidak ada
tidak disukai
Pembatasan makanan Tidak ada Tidak ada
Jenis makanan yang dibatasi Tidak ada Tidak ada
Konsumsi makanan yang Sayur-sayuran Tidak ada
berserat
Nafsu makan Baik Menurun
Mual Tidak ada Ya
Hipersalivasi Tidak ada Tidak ada
Sensasi asam pada mulut Tidak ada Tidak ada
Perasaan cepat kenyang Tidak ada Ya
setelah makan
Perasaan kembung Tidak ada Ya
Lain-lain - -

b. Kebutuhan Kenyamanan :
a. Keluhan nyeri : ……iya….lokasi ……dada……….
b.Pencetus nyeri : klien mengatakan nyeri dadanya
diakibatkan dahak yang tidak keluar
c. Upaya yang meringankan nyeri : tidak ada
d.Karakteristik nyeri : klien mengatakan seperti tertusuk-tusuk
e. Intensitas nyeri :
f. Durasi nyeri : klien mengatakan nyerinya
berangur-angsur
g.Dampak nyeri terhadap aktivitas : klien mengatakan jika melakukan
aktivitas suka merasa sesak
h.Lain – lain : ……………………………..
VII Pemeriksaan penunjang
A. Laboratorium
- Rontgen thorakx :
- Pemeriksaan BTA
- Rapid test antigen SARS-COV-2
- Cek darah rutin
B. Studi diagnostic :
VIII. Tindakan medik/pengobatan
- Levofoxacin 750mg
- Metilprednisolon 125 mg
- Inj. As traneksamat
- Inj. Codein 10 mg
- Paracetamol
- Omerprazole 40 mg
- Ceftazidime pentahydrate 1mg
Lampiran 9

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP)

PEMBERIAN NUTRISI

Standar Operasional Pemberian Nutrisi

Pengertian Tindakan ini merupakantindakan keperawatan yang


dilakukan pada klien yang tidak mampu memenuhi
kebutuhan nutrisi
Tujuan Memenuhi kebutuhan nutrisi pasien
Prosedur 3. Alat dan Bahan
i. Piring
j. Sendok
k. Garpu
l. Gelas
m. Serbet
n. Mangkok cuci tangan
o. Pengalas
p. Makanan dengan porsi dan menu sesuai
program
4. Prosedur Kerja
i. Beri penjelasan
j. Cuci tangan
k. Atur posisi pasien, minta pasien untuk duduk/
setengah duduk sesuai kondisi pasien
l. Pasang pengalas
m. Anjurkan pasien berdoa sesuai kepercayaan
pasien
n. Tawarkan aktivitas dengan dengan cara
menyuap makan pasien jika perlu, lalu suap
pasien demgan makanan secara sedikit demi
sedikit lalu beri minum setelah makan
o. Setelah selesai makan, bersihkan mullut pasien
dan anjurkan duduk sebentar.
p. Catat tindakan dan porsi yang dihabiskan serta
jenis makanan yang dimakan pasien
Lampiran 10

DOKUMENTASI

Dokumentasi Pemeriksaan Tanda-Tanda Vital Pasien

Anda mungkin juga menyukai